Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perikanan merupakan salah satu sub sistem agribisnis yang mempunyai potensi

dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan

merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Peranan sektor perikanan

dalam pembangunan nasional terutama bisa dilihat dari fungsinya sebagai penyedia

bahan baku pendorong agroindustri, peningkatan devisa melalui penyediaan ekspor

hasil perikanan, penyedia kesempatan kerja, peningkatan pendapatan nelayan atau

petani ikan dan pembangunan daerah, serta peningkatan kelestarian sumberdaya

perikanan dan lingkungan hidup. Peranan perikanan tersebut dapat dilihat dari

kontribusi sub sektor perikanan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dari tahun

2004 sampai tahun 2012 mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 21.55 persen.

Salah satu sektor perikanan yang mempunyai potensi cukup besar untuk

dikembangkan adalah ikan hias. Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan

yang belakangan ini menjadi komoditas perdagangan yang potensial untuk

dikembangkan baik di dalam maupun di luar negeri (Sinaga, 2014).

Ikan hias air tawar merupakan komoditas ekspor dan telah ditetapkan sebagai

salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Bogor, ikan hias di Asia merupakan

usaha yang berorientasi ekspor. Di Indonesia, sebagian dari pemanfaatan sumberdaya

ikan hias tersebut diekspor (95%) dan sisanya (5%) diperdagangkan secara lokal ikan

hias sebagai komoditas ekspor masih memerlukan upayapengembangan yang lebih

1
intensif di Indonesia, mengingat pasar internasional yang cerah dan potensi

sumberdaya yang melimpah menurut Ling and Lim (2005) dalam Wianggawati dkk,

2014).

Perekonomian di Indonesia sangatlah pesat, dengan adanya pengelolaan ikan hias

air tawar ini lebih khususnya pada pembudidayaan ikan bleak ghoust yang sangat

trending dan mahal jika diperdagangkan, ikan hias dapat membuat penghasilan

masyarakat bisa lebih dari sebelumnya. Pernyataan diatas sependapat dengan Siaga

(2014) bahwa penerimaan devisa negara dari hasil ekpor ikan hias yang cukup besar

secara langsung dapat meningkatkan perekonomian nasional. Perkembangan bisnis

produk perikanan non konsumsi di Indonesia khususnya komoditas ikan hias

mengalami perkembangan yang cukup pesat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi ikan bleak ghost?

2. Bagaimana pertumbuhan ikan bleak ghost?

3. Bagaimana manfaat pengelolaan ikan hias terhadap masyarakat ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi ikan hias bleak ghoust

2. Mengetahui pertumbuhan ikan bleak ghoust

3. Mengetahui manfaat pengelolaan ikan hias terhadap masyarakat

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Ikan Bleak Ghost (Apteronotus albifrons)

Ikan bleak ghost merupakan ikan yang memiliki tubuh yang agak melebar serta

cantik dipandang, ikan ini juga sangat bernilai ekonomis dapat membuat

perekonomian masyarakat menjadi lebih maju lagi serta jika dalam pengelolaan dan

penmbudidayaan ikan ini dapat membuat masyarakat untung hingga ke luar negeri,

karena ikan blek ghost ini adalah ikan yang di ekpor dari Amerika Serikat.

Pernyataan diatas sependapat dengan Indriani dan Mahmud (2000) dalam Nugraha

(2012), Ikan black ghost merupakan salah satu ikan hias komoditi ekspor yang

memiliki nilai ekonomis yang cukup menjanjikan. Ikan Black Ghost, atau di

Indonesia disebut ikan hantu (ikan setan), merupakan ikan hias yang berasal dari

sungai Amazon, Brazil, Amerika Selatan.

Produktifitas Black ghost lebih rendah dibandingkan dengan jenis ikan hias

lainnya. Selain itu, kendala lain yang sering dihadapi dalam industrialisasi komoditi

ini adalah tingginya tingkat kematian pada tahap larva dan benih yaitu hingga 50-

70% serta laju pertumbuhan yang lambat menurut Amri, 2008 dalam Nainggolan

dkk (2018).

2.1.1 Morfologi ikan Bleak ghost (Apteronotus albifrons)

Black ghost merupakan ikan yang mempunyai rahang dan berduri banyak.

Ciri– ciri ikan ini yaitu tubuh yang licin, memanjang, dan berbentuk seperti belut

(Indriani dan Mahmud, 2000). Warna tubuh yang hitam pekat membuat ikan ini

3
disebut black ghost. Ciri fisik lainnya adalah terdapat beberapa goresan atau garis putih

pada bagian ekornya dan garis putih dari dahi hingga ke dagu (leher) Indriani dan

Mahmud, 2000 dalam Arganta S, 2018).

2.1.2 Habitat Ikan Bleak Ghost (Apteronotus albifrons)

Black ghost mempunyai sifat yang tenang, baik, dan tidak suka mengganggu

ikan lain. Habitat asli ikan ini yaitu di sungai Amazon dimana ikan ini pada siang hari

lebih suka bersembunyi di bebatuan, daun-daunan, akar tanaman, atau benda lainnya

di dasar sungai. Ikan black ghost senang bersembunyi pada benda dengan warna yang

gelap karena ikan ini tidak menyukai warna-warna cerah. Warna yang terang atau

cerah tidak disukai oleh ikan ini sebab ikan black ghost memiliki penglihatan yang

tidak terlalu kuat untuk menahan sinar maupun warna-warna cerah. Ikan black ghost

hidup dengan pH ideal sekitar 6,6 tetapi ikan ini masih berkembang dengan baik pada

pH 6 - 7 Bachtiar, (2004) dalam Nugraha (2012). Ikan bleak ghost sangatlah cocok

bagi penghasilan masyarakat nelayan serta dapat maningkatkan perekonomian lebih

khusus masyarakat pesisir, pertumbuhan dan penyebaran ikan bleak ghost ini agar

masyarakat mengetahui habitatnya dan cara hidup dapat melakukan sosialisasi kepada

masyarakat bagaimana cara hidup ikan tersebut.

Suhu air optimal untuk pemeliharaan ikan black ghost berkisar 22 – 26°C

tetapi fluktuasi suhu tidak boleh terjadi di atas 5°C. Fluktuasi suhu diatas 5°C akan

sangat membahayakan ikan yang sedang dibudidayakan karena dapat mengganggu

metabolisme dan fisiologis ikan Lesmana, 2001 dalam Sembiring (2018).

4
2.1.3 Klasifikasi Ikan Bleak Ghost (Apteronotus albifrons)

Gambar. 1 dalam Arganta S, (2018)

Menurut Grzimek (1973) dalam Arganta S, (2018) klasifikasi ikan black ghost

sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Superkelas : Chaetognatha

Kelas : Osteichthyes

Subkelas : Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Subordo : Gymnotoidei

Famili : Apteronotidae

Genus : Apteronotus

Spesies : Apteronotus albifrons

5
2.2 Pertumbuhan Ikan Bleak Ghost (Apteronotus albifrons)

Pertumbuhan ikan ini agar dapat mencapai target yang maksimal dapat

memberikan pakan alami lebih dominan dibandingkan dengan pakan buatan,

kemudian dalam pengaturan pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari, pemberian

pakan pada larva ikan setelah ikan berumur 7-8 hari ikan dapat diberikan pakan

berupa cacing rambut (Nugraha, 2012) . Berdasarkan pendapat diatas sependapat

dengan Mulyani et al., (2014 ) dalam Subekti dkk (2017) manajemen pemberian

pakan telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui manajemen

pemberian pakan yang efektif untuk mengoptimalkan pertumbuhan ikan bawal air

tawar dengan biaya yang rendah. Untuk mencapai pertumbuhan yang optimal adalah

dengan cara pemberian pakan yang efektif, salah satunya adalah dengan cara

pemuasaan pakan. Hal tersebut dapat terjadi karena pemuasaan menyebabkan

penurunan aktivitas protease, namun pemberian pakan kembali memicu peningkatan

aktivitas protease tersebut.

Dalam pertumbuhan dan pembudidayaan ikan bleak ghost dapat dilakukan

pemberian hormon agar bisa menghasilkan reproduksi lebih cepat dan dapat cepat

dipasarkan terhadap masyarakat, juga manfaat pemberian hormon ini dapat

mempercepat pengelolaan ikan agar bisa menghasilkan pendapatan perekonomian

masyarakat. Sependapat dengan Lesmana, ( 2010) dalam Sembiring, (2018) bahwa

peningkatan pertumbuhan dan kelulushidupan ikan bleak ghost sangat dibutuhkan

untuk mempercepat produksi dalam budidaya sehingga permintaan pasar dapat

6
dipenuhi. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu pemberian hormone

pertumbuhan memiliki fungsi untuk mengatur pertumbuhan, reproduksi, imunitas

tubuh, dan metebolisme ikan. Hormon pertumbuhan rekombinan (rGH) yang

dihasilkan dari tiap spesies memiliki kemampuan meningkatkan pertumbuhan yang

berbeda-beda Lesmana, ( 2010) dalam Sembiring, (2018).

2.2.1 Jenis Ikan Bleak Ghost (Apteronotus albifrons)

Terdapat beberapa jenis ikan black ghost yang ternyata tidak berwarna hitam sebagai

berikut:

a) Brown Ghost

Gambar 2. dalam Sembiring, (2018)

b) White Ghost

7
Gambar 3. dalam Sembiring, (2018)

2.3 Manfaat Pemgelolaan Ikan Hias Terhadap Masyarakat

Peningkatan ekonomi masyarakat terhadap ikan hias dapat mensejahterakan

nelayan, nelayan yang mengalami tingkat kemiskinan yang tinggi dengan adanya

pengelolaan ikan hias ini dapat membantu perekonomian masyarakat lebih khususnya

terhadap masyarakat pesisir, masyarakat pesisir lebih dominan tidak memiliki

penghasilan lebih namun, dengan adanya kegiatan atau proyek yang dilakukan

pemerintah untuk pembudidayaan ikan hias ini yang telah diketahui dengan jelas

pendapatan yang dihasilkan dari ikan tersebut. Ikan hias lebih khususnya adalah ikan

bleak ghost merupakan ikan yang sangat terkenal di luar negeri karena dengan

kecantikan tubuhnya maka dengan itu harga dan cara pembudidayaannya juga sangat

mahal. Dalam pengelolaan proyek ini dapat dikatakan juga, sebagai pendapatan

masyarakat yang sangat menunjang kehidupan mereka lebih khususnya terhadap

masyarakt nelayan. Pendapat diatas sependapat dengan (Kusnadi, 2003) dalam

Sihombing (2013) dan Salim (1999), dalam Sihombing (2013) bahwa tingkat sosial

ekonomi dan kesejahteraan hidup yang rendah, dalam struktur masyarakat nelayan,

8
nelayan buruh merupakan lapisan sosial yang paling miskin, nelayan buruh adalah

nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain, sementara sebagian besar

nelayan di Indonesia adalah nelayan buruh (Kusnadi, 2003) dalam Sihombing (2013).

Oleh karena itu, upaya-upaya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat

nelayan menjadi wacana yang penting dalam pengembangan wilayah pesisir. Para

nelayan melakukan pekerjaannya dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan demi

kebutuhan hidup. Untuk pelaksanaannya diperlukan beberapa perlengkapan dan

dipengaruhi pula oleh banyak faktor guna mendukung keberhasilan kegiatan. Nelayan

pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat

dengan lokasi kegiatannya (Imron 2005). Menurut Salim (1999), dalam Sihombing

(2013).

2.3.1 Harga Ikan Bleak Ghost (Apteronotus albifrons)

Dari sekian jenis ikan hias yang ada, ikan hias Black ghost (Apteronotus

albifrons) merupakan ikan hias yang memiliki kontribusi ekonomi cukup tinggi, yaitu

dengan hasil penjualan sebanyak 10.652 ekor atau senilai Rp. 60.366.800,-. Jika

dipersentasekan adalah sebesar 22,3 % dari nilai total penjualan. Berdasarkan data

tersebut di atas, diketahui bahwa rata-rata setiap tahunnya Holding Ground Ikan hias

Rancamaya Bogor mampu memasarkan sebanyak 239.000 ekor atau senilai Rp.

191.959.200,- untuk pasaran lokal, dan sebanyak 20.905 ekor atau senilai Rp.

78.717.500,- untuk pasaran ekspor (Supena, 2009).

9
Oleh karena itu dapat diketahui bahwa dalam pemasaran ikan tersebut belum

sepenuhnya efisien karena dalam pengelolaan ikan hias yang dimaksud, supaya

masyarakat mengetahui bagaimana cara pembudidayaan agar kedepannya masyarakat

dapat mendapatkan harga jual yang lebih tinggi lagi dari harga luar. Kenapa

dikatakan harga luar karena, ikan ini berasal dari luar negeri atau ikan ekspor luar

negeri. Agar masyarakat tidak rugi maka dengan itu masyarat harus dapat melakukan

atau mengetahui terlebih dahulu bagaimana habitat serta pertumbuhan ikan bleak

ghost tersebut. Ikan ini sangatlah mahal harga pasaran di Amerika karena dengan

keunikan bentuk tubuhnya dan cara pertumbuhannya juga sangat berbeda dari ikan

pada umumnya.

Kegiatan budidaya perikanan dibagi menjadi dua bagian, yaitu kegiatan

produksi on farm dan off farm. Kegiatan off farm meliputi pengadaan prasarana dan

sarana produksi, penanganan hasil panen, distribusi hasil, dan pemasaran, sedangkan

kegiatan on farm terdiri dari pembenihan dan pembesaran. Pembenihan ikan adalah

kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk menghasilkan benih dan selanjutnya

benih yang dihasilkan menjadi komponen input bagi kegiatan pembesaran. Kegiatan

pembenihan ikan mengikuti tahapan dalam siklus hidup ikan di alam. Siklus hidup

ikan meliputi induk, telur, larva, benih, juvenil, remaja, dewasa, dan induk. Pada

kegiatan pembesaran, ikan didorong untuk tumbuh secara maksimum hingga

mencapai ukuran panen atau ukuran pasar melalui penyediaan lingkungan media

hidup yang optimal, pemberian pakan yang tepat jumlah, mutu, cara dan waktu serta

pengendalian hama penyakit Effendi, 2009 dalam Amelia, 2017.

10
Kegiatan budidaya ikan black ghost terbagi menjadi beberapa kegiatan, yaitu

kegiatan pembenihan, kegiatan pendederan, kegiatan pembesaran, dan kegiatan panen

dan pasca panen. Kegiatan pembenihan merupakan segala aktivitas yang

berhubungan dengan usaha memperbanyak benih seperti seleksi induk, pemberian

pakan, pengaturan kualitas air, proses pemijahan, pemeliharaan larva/benih, dan

persiapan wadah baik untuk indukan ataupun larva/benih. Kegiatan pendederan

merupakan kegiatan lanjutan yang dilakukan setelah mendapatkan input berupa benih

dari kegiatan pembenihan, benih yang didapat dibesarkan hingga ukuran siap jual

sesuai permintaan pasar sebagai contoh benih yang dijual ukuran 2 cm. Kegiatan

pembesaran dilakukan dengan tujuan untuk memelihara ikan black ghost hingga

mencapai ukuran yang layak untuk tujuan komersial (Lesmana dan Darmawan, 2009)

dalam Sihombing (2013).

Pakan alami yang sering digunakan sebagai pakan awal larva ikan diantaranya

adalah Artemia sp, Kutu Air, cacing tanah, dan Tubifex sp. Rendahnya

kelulushidupan larva ikan disebabkan oleh penanganan yang kurang baik dan

pemberian pakan yang tidak cocok untuk larva sehingga menyebabkan mortalitas

tinggi. Salah satu penyebab mortalitas pada masa larva adalah kekurangan makanan

dan pakan yang diberikan tidak sesuai dengan bukaan mulut ikan. Produktifitas Black

ghost lebih rendah dibandingkan dengan jenis ikan hias lainnya. Selain itu, kendala

lain yang sering dihadapi dalam industrialisasi komoditi ini adalah tingginya tingkat

kematian pada tahap larva dan benih yaitu hingga 50-70% serta laju pertumbuhan

yang lambat (Amri, 2008) dalam Supena, (2009).

11
Imradani (2007) dalam Nainggolan (2019) menyatakan pemberian pakan

Artemia kurang efisien karena Artemia pada salinitas 0 ppt hanya dapat hidup dalam

waktu terbatas. Artemia sp. bergerak aktif dan cenderung berada di permukaan wadah

pemeliharaan. Kemudian daya cerna Artemia sp. lebih lama dibandingkan dengan

Tubifex sp. dikarenakan Artemia sp. merupakan udang-udangan renik yang memiliki

cangkang sehingga lebih lama dicerna dan kurang di sukai oleh larva.

Prihadi (2007) dalam Nainggolan (2019) menyatakan pertumbuhan dipengaruhi

oleh 3 beberapa faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar, adapun faktor dari

dalam meliputi sifat keturunan, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan dalam

memanfaatkan makanan, sedangkan faktor dari luar meliputi sifat fisika, kimia dan

biologi perairan. Faktor makanan dan suhu perairan merupakan faktor utama yang

dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan.

Perkembangan produksi ikan hias air tawar meningkat setiap tahunnya yang

menunjukkan bahwa budidaya ikan hias air tawar banyak dikembangkan oleh

masyarakat Indonesia. Wilayah produksi ikan hias Indonesia tersebar di 18 propinsi

di seluruh Indonesia, dengan sentra budidaya ikan hias terbesar terdapat di Jawa

Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten dan D.I. Yogyakarta (KKP, 2014).

Keberadaan ikan hias air tawar di Indonesia tidak seluruhnya merupakan ikan hias

asli dari alam Indonesia namun ada sebagian jenis ikan yang diimpor kemudian

dikembangbiakkan. Iklim tropis di Indonesia cocok untuk budidaya berbagai jenis

ikan hias dan memungkinkan dapat berproduksi sepanjang tahun. Kota Bekasi

merupakan daerah yang membudidayakan ikan hias air tawar serta sebagai

12
pengekspor di wilayah Jawa Barat. Terdapat berbagai jenis ikan hias asal Indonesia

dan negara lain yang dapat dibudidayakan di Kota Bekasi, seperti black ghost, palmas

(sinegalus, albino, endichery, delhesi, orna), corydoras (panda, sterbai, albino, aenes,

paleatus, metae), congo, rainbow, bosemani, furcata, tetra, oscar, manvis, cupang,

arwana, dan lain-lain sonny, (2000) dalam Supena, (2009).

Penurunan produksi ikan black ghost diduga disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya pengelolaan terhadap usaha budidaya ikan black ghost kurang optimal,

fluktuasi penawaran dan permintaan serta kurang efisiennya penggunaan faktor

produksi. Hal tersebut menjadi alasan perlu dilakukannya penelitian mengenai

optimalisasi usaha budidaya ikan black ghost di Kecamatan Bekasi Selatan, Kota

Bekasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji alokasi sumberdaya budidaya ikan

secara optimal sehingga memaksimumkan keuntungan pembudidaya ikan black ghost

dan menghitung kelayakan usaha budidaya ikan black ghost dengan penggunaan

faktor-faktor produksi optimal cokny, 2001 dalam Nainggolan (2019).

Produksi optimal dapat dicapai dengan pengorganisasian penggunaan input

sebaik mungkin. Produksi optimal lebih baik daripada produksi maksimal karena

produksi optimal menjamin keuntungan maksimal. Langkah yang ditempuh

pembudidaya ikan black ghost dalam menghasilkan produksi ikan optimal mengalami

hambatan dalam hal peningkatan produksi budidaya. Hambatan tersebut berupa harga

pakan yang cukup tinggi, kurangnya prasarana dan sarana, kurangnya benih

berkualitas, keterbatasan modal serta kurang terjaminnya harga dan pemasaran. Hal

tersebut menjadi permasalahan sehingga perlu dilakukan penelitian untuk

13
mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi dalam pencapaian nilai

keuntungan yang maksimal Artyl, 2000 dalam Supena, (2009).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dalam pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan masyarakat

pesisir dapat meningkat dengan adanya pengelolaan atau kegiatan proyek yang

dilakukan pemerintah dapat mensejahterakan masyarakat nelayan lebih khususnya

masyarakat pesisir. Pembudidayaan ikan bleak ghous dapat memenuhi pertumbuhan

ikan ini agar mencapai target yang maksimal dapat memberikan pakan alami lebih

dominan dibandingkan dengan pakan buatan, kemudian dalam pengaturan pemberian

pakan dilakukan 3 kali sehari, pemberian pakan pada larva ikan setelah ikan berumur

7-8 hari ikan dapat diberikan pakan berupa cacing rambut.

Ikan bleak ghost (Apteronotus albifrons) adalah ikan yang memiliki sifat yang

tenang, baik, dan tidak suka mengganggu ikan yang lain. Habitat asli ikan ini yaitu di

sungai Amazon dimana ikan ini pada siang hari lebih suka bersembunyi di bebatuan,

daun-daunan, akar tanama, atau benda lainnya didasar sungai.

Pemasaran ikan bleak ghost dalam pemasaran di Indonesia pada umumnya belum

efisien. Ikan bleak ghost ini jika dipasarkan di Indonesia seharusnya dengan

14
memberikan keuntungan bagi masyarakat agar perekonomian masyarakat nelayan

agak lebih sejahtera dengan mengambil satu keputusan dengan memberikan arahan

atau berupa pengetahuan mengenai pertumbuhan dan pengelolaan ikan tersebut.

3.2 Saran

Agar masyarakat dapat meningkatkan lagi mengenai produktifitas ikan hias secara

maksimal lebih khususnya pada ikan bleak ghost (Apteronotus albifrons). Serta Bagi

pemerintah daerah dalam hal ini dinas perikanan diharapkan memberikan pembinaan,

bantuan permodalan, maupun menginformasikan pengembangan harga ikan hias

kepada nelayan setempat.

15

Anda mungkin juga menyukai