Anda di halaman 1dari 2

TUGAS SOSIOLOGI

NAMA TIAN KADARISMAN

Sejarah Perkembangan Sosiologi

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logos berarti ilmu
pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul
“Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi
tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.

masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan
memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial
manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi
merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di
kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.

Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi,
sosial. istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis,
bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Sosiologi sebagai
ilmu yang mempelajari tentang masyarakat lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada abad ke-19 mulai
menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian
berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban
manusia. Comte membedakan antara sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum
statis yang menjadi dasar adanya masyarakat dan sosiologi dinamis dimana perhatian dipusatkan tentang
perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan. Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh
masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain
Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan
Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam
pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.

SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN

Secara terminologi sosiologi berasal dari bahasa Yunani yakni kata socius dan logos. Socius artinya
kawan, berkawan, ataupun bermasyarakat. Sedangkan logos artinya ilmu atau dapat juga berbicara
tentang sesuatu. Dengan demikian secara harfiah , sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang
masyarakat.
Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan penggunaan kekuatan
pemikiran, yang dapat diperiksa dan ditelaah secara kritis.
Adapun syarat ilmu sebagai berikut:
1. Rasional, artinya ilmu itu adalah sesuatu yang dapat dipertimbangkan dan diterima akal, dalam hal ini
yang digunakan adalah indrawi.
2. Sistematis, berarti suatu ilmu itu tersusun sesuai dengan sistem atau tersusun dengan baik.
3. Bersifat umum, bahwa ilmu itu adalah pengetahuan yang dapat diterima dan diuji oleh siapa saja.
4. Kumulatif, berarti berkelanjutan.
Mengapa Sosiologi dianggap sebagai ilmu pengetahuan?
Bagi Aguste Comte, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan
hasil terakhir daripada perkembangan ilmu pengetahuan, oleh karena itu sosiologi didasarkan pada
kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Lahirnya sosiologi dicatat
pada 1842, tatkala Comte menerbitkan jilid terakhir dari bukunya yang berjudul Positive-Philosophy yang
tersohor itu.
Sosiologi jelas suatu ilmu sosial yang objeknya adalah masyarakat. Sosiologi merupakan ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah memenuhi segenap unsur-unsur ilmu pengetahuan, yang
ciri-ciri utamanya sebagai berikut:
1. Sosiologi sifat empiris, berarti ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi terhadap
kenyataan  dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif.
2. Sosiologi bersifat teoritis, yaitu ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha untuk menyusun abstraksi
dari hasil-hasil observasi. Abstraksi tersebut merupakan kerangka unsur-unsur yang tersusun secara logis
serta bertujuan untuk menjelaskan hubungan-hubungan sebab akibat, sehingga menjadi teori.
3. Sosiologi bersifat kumulatif, berarti teori-teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada
dalam arti memperbaiki, memperluas, serta memperhalus teori-teori yang lama.
4. Bersifat non-etis, yakni yang dipersoalkan bukanlah buruk baiknya fakta tertentu, akan tetapi tujuannya
adalah untuk menjelaskan fakta tersebut secara analitis.
Sosiologi dianggap sebagai suatu ilmu pengetahuan, dimana sosiologi sudah memenuhi kriteria atau
syarat suatu ilmu sebagaimana yang diterangkan sebelumnya. Apalagi sosiologi merupakan suatu ilmu
pengetahuan yang dapat dipisahkan bahkan dapat dibedakan dengan ilmu sosial lainnya. Sosiologi yang
memusatkan perhatiannya pada segi-segi masyarakat yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapat
pola-pola umum daripadanya. Sementara itu, apabila ditelaah dari sudut sifat hakikatnya maka dapat
ditemui untuk menetapkan ilmu pengetahuan macam apakah sosiologi itu. Sifat-sifat hakikatnya:
1. Sosiologi adalah ilmu sosial, dan bukan merupakan ilmu alam, atau ilmu pengetahuan kerohanian.
2. Sosiologi bukan merupakan disiplin yang normatif akan tetapi adalah suatu disiplin yang kategoris,
yaitu sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini dan bukan mengenai apa yang terjadi atau
seharusnya terjadi.
3. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan murni, bukan ilmu pengetahuan terapan.
4. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak, bukan ilmu pengetahuan yang konkrit.
5. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum.
6. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional.
7. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum, bukan merupakan ilmu pengetahuan yang khusus.
Kesimpulan bahwa sosiologi adalah ilmu yang kategoris, murni, abstrak, berusaha mencari pengertian-
pengertian umum, rasional dan empiris serta bersifat umum.

Anda mungkin juga menyukai