Anda di halaman 1dari 39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini, akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh peneliti dengan berdasarkan kepada rumusan-rumusan

masalah dan menggunakan teori dan konsep berpikir yang tercantum

dalam kepustakaan konseptual

4.1 Deskripsi Fokus Penelitian

Untuk mengetahui gambaran dan kondisi umum objek penelitian,

akan disajikan penggambaran kota Palembang secara umum, Polrestabes

Palembang, serta Satreskrim dan Unit ranmor di Polrestabes Palembang.

4.1.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Palembang

Gambar 4.1
Peta Wilayah Kota Palembang

Sumber : Intel Dasar Polrestabes Palembang tahun 2020


Kota Palembang adalah Ibukota Provinsi Sumatera Selatan

dengan luas wilayah 400,61 km². Secara astronomis, Kota Palembang

terletak antara 2º52' - 3º5' Lintang Selatan dan 104º37' - 104º52' Bujur

Timur. Pada tahun 2007 Kota Palembang dibagi menjadi 16 Kecamatan

dan 107 Kelurahan. Pada tahun 2018, berdasarkan SK Nomor 136 /

4123 / BAK terbentuk Kecamatan Jakabaring yang merupakan pemekaran

dari Kecamatan Seberang Ulu I dan Kecamatan Seberang Ulu III yang

merupakan pemekaran dari Kecamatan Ilir Timur II sehingga saat ini

wilayah administrasi Kota Palembang terbagi menjadi 18 Kecamatan dan

107 Kelurahan.

Untuk luas wilayah secara umum diatas mengacu pada PP nomor

23 tahun 1988, dimana Kecamatan Gandus memiliki luas terbesar

dibandingkan Kecamatan lainnya yakni (68,78 Km² / 17,17 %) dan

Kecamatan Ilir Barat II merupakan Kecamatan dengan luas wilayah

terkecil yakni (6,22 Km² / 1,55 %). Kota Palembang merupakan kota

terpadat kedua setelah Kota Medan di Pulau sumatera dalam segi Jumlah

penduduk. Berikut akan dijelaskan berupa tabel mengenai rincian jumlah

kecamatan dan Penduduk di kota Palembang.


Tabel 4.1

Jumlah penduduk dan kecamatan di wilayah Polrestabes Palembang

Jenis Kelamin
No Kecamatan Jumlah
Laki - Laki Perempuan
1 Ilir Barat II 36.289 36.098 72.387

2 Gandus 33.067 31.926 64.994

3 Seberang Ulu I 46.905 46.107 93.013

4 Kertapati 46.277 44.700 90.978

5 Jakabaring 46.564 45.608 92.172

6 Seberang Ulu II 53.227 52.588 105.815

7 Plaju 44.901 44.743 89.643

8 Ilir Barat I 69.927 70.006 139.993

9 Bukit Kecil 24.503 25.154 49.657

10 Ilir Timur I 38.194 40.122 78.314

11 Kemuning 46.322 46.525 92.846

12 Ilir Timur II 47.319 47.491 94.810

13 Kalidoni 56.244 55.447 111.691

14 Ilir Timur III 42.561 42.376 84.938

15 Sako 46.155 46.146 92.301

16 Sematang Borang 18.168 17.864 36.033

17 Sukarami 78.619 77.890 156.509

18 Alang - Alang Lebar 48.844 48.611 97.455

Jumlah 824.086 819.402 1.643.488

Sumber : Intel Dasar Polrestabes Palembang tahun 2020

Dari tabel diatas, kepadatan jumlah penduduk secara umum

adalah 1,7 juta jiwa secara umum dengan didominasi oleh penduduk laki-
laki lebih banyak daripada penduduk perempuan. Sedangkan untuk aspek

agama, mayoritas penduduk Palembang memeluk agama Islam sebesar

91.93 %, dan untuk agama lain dengan persentase Buddha 3.46

%, Kristen Protestan 2.87 %, Kristen Katolik 1.65 %, Hindu 0.08 %

dan Konghucu 0.01 %. Kota Palembang diisi oleh beragam etnis mulai

dari Suku Palembang, Melayu, Musi, Lematang, Komering, Pasemah,

Semendo, Banyuasin, Lampung, Bengkulu, Aceh, Batak Minang Kabau,

Sunda, Jawa, Arab, Tionghoa, India, Bugis, Manado, Makasar, Jambi,

Madura, Bali, Sekayu, Lintang, Suku Gumay, Suku Rawas, Suku Ogan,

Ambon. Dengan kepadatan penduduk yang berbanding dengan luas

wilayah inilah, membuat kota ini secara relatif macet dan rawan sekali

akan tindakan kejahatan, salah satunya tindak pidana pencurian

kendaraan bermotor roda 2.

4.1.2 Gambaran umum Polrestabes Palembang

Polrestabes Palembang dibawahi oleh Polda Sumatera Selatan.

Struktur organisasi Polrestabes Palembang, mengacu kepada Perkap No

23 Tahun 2010, tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat

Kepolisian Resor Kota besar yang dipimpin oleh seorang Kepala

Kepolisian Resor Kota Besar (Kapolrestabes) dengan pangkat Komisaris

Besar Polisi (Kombespol) dan wakilnya yaitu Wakil Kepala Kepolisian

Resor Kota Besar (Wakapolrestabes) yang berpangkat Ajun Komisaris

Besar Polisi (AKBP). Polrestabes Palembang dibantu oleh


Tugas Polrestabes Palembang berdasarkan pasal 5 Perkap No. 23

Tahun 2010, yaitu menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum

serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan yang baik

serta optimal kepada masayarakat. Selanjutnya fungsi mengacu kepada

pasal 6, yaitu :

a. Pemberian pelayanan kepolisian kepada masyarakat, contohnya

adalah menerima apa yang dilaporkan masyarakat, menolong dan

menyediakan keamanan pada kegiatan, termasuk layanan

pengaduan atas tindakan anggota kepolisian sebagaimana

ketentuan yang ditetapkan;

b. Implementasi fungsi intelijen di bidang keamanan agar

terealisasinya deteksi dini dan peringatan awal;

c. Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana kejahatan, fungsi

identifikasi dan fungsi laboratorium forensic lapangan dalam upaya

ditegakkannya hukum, pembinaan, pengoordinasian dan

pengendalian penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS);

d. Pembinaan masyarakat, lingkupnya yaitu pemberdayaan

masyarakat lewat perpolisian masyarakat, pembinaan segala

bentuk pengamanan swakarsa dalam upaya meninggikan rasa

sadar masyarakat akan hukum dan aturan yang berlaku, dan

terjalinnya relasi antara masyarakat dan kepolisian.


e. Implementasi fungsi Sabhara, contohnya kegiatan pengaturan,

penjagaan, pengawalan, patrol dan pengamanan kegiatan

masyarakat, termasuk ditindaklanjutinya tindak pidana ringan,

pengendalian massa, diamankannya objek vital, dan PAM VIP

f. Implementasi fungsi lantas, yang lingkupnya meliputi kegiatan

Turjawali lantas, ditindaklanjutinya pelanggaran dan penyidikan

kecelakaan lalu lintas dan pengidentifikasian kendaraan bermotor;

g. Implementasi fungsi kepolisian perairan, yang lingkupnya meliputi

kegiatan patroli di area perairan, penanggulangan pertama pada

tindak pidana yang muncul di area perairan, dicarinya

diselamatkannya korban, dan dibinanya masyarakat di area

perairan; dan

h. Perundang – undangan implementasi fungsi lainnya sebagaimana

ketentuan peraturan yang sah.

Tugas dan fungsi yang sudah dijelaskan diatas adalah pedoman

Porlestabes Palembang dalam bertugas dan melaksanakan fungsinya,

adapun struktur organisasinya, agar dapat dipahami maka disajikan dalam

bentuk gambar sebagai berikut :


Gambar 4.2

Struktur Organisasi Polrestabes palembang

sumber : Nominatif Bagops Polrestabes Palembang 2020

4.1.3 Gambaran Umum Satreskrim Polrestabes Palembang

Satuan Reskrim Polrestabes Palembang adalah salah satu unsur

utama dan merupakan fungsi teknis yang berada dibawah Kapolrestabes.

Sesuai dengan Perkap No. 23 Tahun 2010 dalam pasal 43 ayat 2

disebutkan bahwa Tugas Satuan Reskrim adalah untuk menjalankan

penyelidikan, penyidikan dan pengawasan penyidikan tindak pidana , tak

terkecuali fungsi identifikasi dan laboratorium forensik serta pembina dan

pengawasan PPNS.
4.1.3.1 Struktur Organisasi Satreskrim Polrestabes Palembang

Gambar 4.3
Struktur Organisasi Satreskrim Polrestabes Palembang

Sumber : UrbinOps Satreskrim Polrestabes Palembang Tahun 2020

Satreskrim Polrstabes Palembang terbagi menjadi tujuh unit dan

dipecah lagi menjadi sub-unit, dalam pelaksanaan dan operasinya dibantu

oleh binops dan urmintu yang bergerak dalam pengaturan operasional

dan administrasi Satuan Reskrim.

Pada Struktur Organisasi Satreskrim diatas, terdapat unit ranmor

yang menjadi fokus peneliti. Dalam keanggotaanya, unit ranmor tersebut

dikepalai oleh seorang kanit sebagai penanggung jawab dan bertanggung

jawab kepada Kasat Reskrim, Kasubnit 1 yang berurusan dalam

menerima laporan tindak pidana dan administrasi, dan Kasubnit 2 yang

bertgas di Lapangan (Opersional) dan ikut serta dalam kegiatan Kring


Reserse. Akan disajikan dalam bentuk tabel mengenai jumlah personel

Satreskrim Polrestabes palembang, sebagai berikut :

Tabel 4.2
Jumlah Personel Satreskrim Polrestabes Palembang Berdasarkan
Pangkat 2020
N Pangkat DSP RIIL Ket

o
1. AKBP 1 0 0
2. Kompol 1 2 -1
3. AKP 8 4 -4
4. Inspektur 15 9 -16
5. Bintara 134 147 +13
6. PNS 8 3 -5
Jumlah 167 165 -10
Sumber : Nominatif BagOps Polrestabes Palembang 2020

Berdasarkan tabel diatas, terlihat timpangnya antara jumlah user

berbanding dengan jumlah personel yang lebih banyak, sehingga

ketimpangan ini sangat kontras dengan banyaknya kasus dan Jumlah

personel menyeluruh di Satreskrim Polrestabes Palembang. User sebagai

Supervisor berperan untuk mengawasi dan mengandalikan diperlukan

untuk mengorganisir personel sehingga dalam melaksanakan tugas dapat

memaksimalkan tujuan dang fungsi dari Satuan Reskrim. Sehingga

dengan timpangnya jumlah personel dengan kasus yang ada akan

mempengaruhi kinerja Satreskrim Polrestabes Palembang

4.2 Gambaran Kejahatan Pencurian Kendaraan Bermotor Roda

Dua di Polrestabes Palembang


Berdasarkan data pada tahun 2020, jumlah kejahatan pencurian

kendaraan bermotor roda dua setiap bulannya mengalami peningkatan

sampai akhir tahun di bulan desember. penaikan kasusnya dapat dilihat

dari tabel berikut :

Tabel 4.3
Jumlah Tindak Pidana masuk Curanmor R2 tahun 2020

Bulan Jumlah Tindak Pidana (JTP)


Januari 16
Februari 25
Maret 26
April 28
Mei 30
Juni 31
Juli 32
Agustus 33
September 34
Oktober 35
November 36
Desember 39
Jumlah 365
Sumber : Urbinops Satreskrim Polrestabes Palembang 2020

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, setiap bulan di tahun 2020, kasus

pencurian kendaraan bermotor roda dua mengalami penaikan sehingga

menjadi perhatian peneliti serta dalam penyelesaiannya yang masih

belum optimal, sehingga peran pencegahan salah satunya dari kegiatan

Kring reserse yang dilakukan Satreskrim masih belum efektif. Kebanyakan

kejahatan pencurian kendaraan bermotor terjadi di tahun 2020 disebabkan

oleh minimnya aktivitas para korban diluar rumah yang juga disebabkan

pandemi Covid-19, hal itu juga merupakan salah satu kesempatan yang

digunakan oleh pelaku untuk memanfaatkan situasi lalai korban pada saat
berdiam dirumah secara relatif, sehingga terjadilah Tindak Pidana

Pencurian kendaraan bermotor roda 2.

Mengenai Lokasi atau tempat kejadian perkara Pencurian

kendaraan bermotor roda akan dibahas melalui tabel di bawah ini.

Tabel 4.4
Jumlah Lokasi Tindak Pidana Curanmor R2 di Polrestabes
Palembang Tahun 2020

No LOKASI JUMLAH
1 Perumahan / Permukiman 169
2 Jalan Umum 58
3 Kantor 45
4 Toko / Pasar/ Minimarket 62
5 Tempat Hiburan 15
6 Tempat Parkir 16
Sumber : UrbinOps Satrekrim Polrestabes Palembang Tahun 2020

Pada tabel 4.3 diatas,dijelaskan mayoritas tempat kejadian

perkara pencurian kendaraan bermotor roda dua kebanyakan terjadi di

area perumahan, diikuti oleh area pertokoan, dan jalan umum. Data ini

didukung dengan pernyataan dari anggota Ranmor yang mengatakan :

“Kejadian curanmor roda 2 itu banyak terjadi diarea perumahan,


pelaku relatif mengincar motor-motor matic biasa di area itu dan juga
di area pertokoan ketika korban sedang lalai tidak memperhatikan
kendaraanya, pelaku juga dengan cepat mengambil kesempatan
tersebut” (Wawancara tanggal 20 Januari 2021)

Dengan informasi tersebut, dapat dikatakan bahwa pelaku

memanfaatkan situasi lalai setiap korban sehingga terjadilah tindak pidana

pencurian kendaraan bermotor roda 2, area tindak kejahatan tersebut


sisanya tanpa terkecuali selama pelaku memiliki dan menemukan

kesempatan.

Selain lokasi tindak pidana, waktu melaksanakan tindak pidana

juga menjadi sasaran pelaku untuk menjalankan niat dan aksinya. Berikut

ini akan dijelaskan waktu kejadian tindak pidananya dalam bentuk tabel di

bawah ini

Tabel 4.5
Jumlah Tindak Pidana Curanmor R2 Berdasarkan Waktu di
Polrestabes Palembang Tahun 2020
Waktu
06.00 09.00 12.00 15.00 18.00 21.00 00.00 03.00
09.00 12.00 15.00 18.00 21.00 24.00 03.00 06.00
37 40 35 43 46 39 70 55
Sumber : UrbinOps Satrekrim Polrestabes Palembang Tahun 2020

Menurut tabel 4.4 diatas, waktu rawan terjadinya pencurian

kendaraan bermotor roda dua, paling banyak pada jam 00.00-03.00 WIB,

diikuti jam 03.00-06.00 WIB. pada jam tersebut terlihat bahwa pelaku

mengambil kesempatan ketika para korban sedang beristirahat dan ketika

aktivitas pagi yang mana kondisi lingkungan pada rentang waktu 00.00-

06.00 WIB tersebut sedang sepi sekali dan merupakan waktu relatif bagi

masyarakat untuk beristirahat dan awal mula aktivitas sehari-hari,

sehingga pelaku menemukan kesempatan yang baik untuk menjalankan

aksinya. Hal ini didukung pula oleh pernyataan dari anggota Unit Ranmor

yaitu :

“Untuk waktu rawan curanmor R2, banyak terjadi di rentang waktu


tengah malam hingga subuh (00.00-05.00 WIB), karena pada jam itu
kondisi lingkungan perumahan sepi, jalan umum dan toko juga sepi,
jadi waktu emas untuk pelaku masuk kerumah dan memanfaatkan
waktu lalai masyarakat yang beraktivitas pada saat sepi itu membuat
pelaku mudah buat beraksi” (Wawancara tanggal 20 Januari 2021)

Hal tersebut menjadi suatu perhatian serius bagi para pelaksana

tugas patroli, khususnya pelaksana tugas Kring Reserse dari Unit Ranmor

karena perlunya tindakan serius dalam jam-jam rawan tersebut serta

tanpa terkecuali jam rawan yang lain. Setelah ini, akan disajikan jumlah

korban pencurian kendaraan bermotor roda dua pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.6
Jumlah Korban Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Roda

Dua di Wilayah Polrestabes Palembang Tahun 2020

Profesi Korban
Wiraswasta Karyawan Pegawai negeri Pelajar
174 31 146 14
Sumber : UrbinOps Satrekrim Polrestabes Palembang Tahun 2020

Wiraswasta diikuti oleh pegawai negeri menjadi jumlah korban

yang paling banyak, setelah itu terbagi kepada karyawan dan pelajar,

berikutnya akan dipaparkan jumlah kerugian dari korban tersebut berupa

tabel dibawah ini.

Tabel 4.7
Jumlah Kerugian Per Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor Roda
Dua di Wilayah Polrestabes Palembang Tahun 2020
N Jumlah Kerugian Jumlah Kasus

o
1. < Rp 15.000.000 268

2. Rp 15.000.000 – Rp 50.000.000 77

3. > Rp 50.000.000 20
Sumber : UrbinOps Satrekrim Polrestabes Palembang Tahun 2020

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, kerugian dibawah Rp.15.000.00

sangat banyak, dalam artian harga motor yang dicuri berkisar dibawah

harga tersebut, artinya motor yang banyak dicuri adalah motor skuter

matic yang diperkuat oleh pernyataan anggota Unit Ranmor, yaitu :

“Jenis motor yang banyak sekali dicuri adalah motor skuter matic
beat, vario, dan lain-lain. Karena mudah dalam menjualnya,dan
dibawa lari setelah berhasil dicuri dan banyak peminat ketika dijual
di area perbatasan maupun luar wilayah Palembang”, (Wawancara
tanggal 20 Januari 2021).

Berikutnya akan disajikan dalam bentuk tabel mengenai jenis

modus yang banyak digunakan pelaku dalam melaksanakan Pencurian

kendaraan bermotor roda 2.

Tabel 4.7
Jenis Modus Operandi yang digunakan dalam Kasus Pencurian
Kendaraan Bermotor Roda Dua di Polrestabes Palembang Tahun
2020
No Jenis Modus Jumlah
1. Kunci Palsu 304
2. Kunci tertinggal 29
3. Merampas 32
Sumber : UrbinOps Satrekrim Polrestabes Palembang Tahun 2020
Modus yang sering digunakan pelaku dalam kasus Pencurian

Kendaraan Bermotor Roda Dua berdasarkan data yang didapatkan

adalah kebanyakan menggunakan kunci palsu, hal tersebut didukung oleh

pernyataan dari anggota unit ranmor yaitu :

“Modus curanmor R2 di Palembang, banyak menggunakan kunci


T/L, dan sejauh ini belum ditemukan modus-modus lain seperti
diwilayah luar yang menggunakan cairan pelumer besi”.(Wawancara
tanggal 20 Januari 2021).

4.3 Pelaksanaan Kegiatan Unit Ranmor Satreskrim Polrestabes

Palembang Dalam Mencegah Tindak Pidana Pencurian

Kendaraan Bermotor Roda Dua.

Sudah menjadi Tugas Utama Kepolisian Negara Republik

Indonesia dalam memelihara keamanan, dan ketertiban masyakarakat

serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada

masyarakat. Hal tersebut sangat relevan dengan peran Unit Ranmor

Satreskrim dalam mencegah Tindak Pidana Pencurian Kendaraaan

Bermotor Roda Dua melalui upaya preventif dari kegiatan Kring Reserse.

Dalam melaksanakan kegiatan Kring Reserse Unit Ranmor

sebagai salah satu pelaksananya dan merupakan fokus peneliti dalam

membahas upaya pencegahannya bertugas berdasarkan SOP (Standar

Operasional Prosedur). dan setelah diteliti, SOP Kring Resere ini tidak

berpedoman kepada Juklak dan hanya berpedoman pada UU No. 2

Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, UU No. 8


Tahun 1981 Tentang Kitab Undang Hukum Acara Pidana, Perkap No. 23

Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Cara Kerja Pada

Tingkat Kepolisian Resor Kota Besar, dan KUHP.

Berikutnya, maksud dari SOP Kring Reserse ini adalah untuk

menentukan Langkah-langkah selanjutnya dalam mempersiapkan segala

sesuatu yang akan dilaksanakan dalam kegiatannya, akan tetapi

kekurangannya, tidak dijelaskan proses pelaksanaan kegiatan dan

pengakhiran yang seharusnya ada dalam SOP Kring Reserse. Hal ini pula

dikarenakan SOP ini juga tidak berpedoman pada Juklak sehingga tidak

diatur secara Spesifik mengenai Pelaksanaan dan Pengakhiran sehingga

ini dapat berpengaruh kepada Kinerja Unit Ranmor dalam upaya

pencegahan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor sebagai fokus

peneliti serta unit lain yang tersprin dalam Plotting Kring Reserse.

Dalam pelaksanaan kegiatan, Plotting Wilayah Kring Reserse

terdapat pada Sprin Kring Reserse. berikutnya hasil observasi yang

peneliti lakukan, meliputi kegiatan Kring Reserse yang dijalankan oleh Unit

Ranmor terbagi menjadi beberapa tahapan dan perbandingannya dengan

Juklak Kring Reserse dalam bentuk tabel sebagai berikut

Tabel 4.9

Kegiatan Kring Reserse oleh Unit Ranmor Polrestabes Palembang

Dilaksanakan
N Kegiatan Ya Tidak
o
1. Menentukan Sasaran:
a. Daerah – daerah rawan serta jenis X

kejahatan

b. Jam – jam rawan kejahatan X

c. Para pelaku kejahatan X

2. Pelaksanaan:

a. Anggota diploting sesuai kringnya X

b. Koordinasi dengan lingkungan dan bentuk X

jaringan / informan

c. Mendapatkan informasi X

3. Penanganan:

d. Inventarisasi daerah rawan X

e. Inventarisasi jenis kejahatan X

f. Inventarisasi jam rawan X

g. Inventarisir pelaku kejahatan X

h. Menempatkan anggota X

4. Cara Bertindak:

i. Situasi aman:

- Melaksanakan patroli Reskrim X

- Membangun jaringan X

- Komunikasi dengan lingkungan X

j. Situasi sepi:

- Mengamati lingkungan X

- Mencari tempat pengintaian X


k. Apabila ditemukan TP:

- Menangkap pelaku X

- Mengamankan korban X

- Mengamankan barang bukti X

- Membuat Laporan Hasil X


Sumber : Hasil Observasi Pelaksanaan Kring Reserse Unit Ranmor
Polrestabes Palembang

Tabel 4.10
Daftar kegiatan Kring reserse Unit Ranmor Satreskrim Polrestabes
Palembang disesuaikan dengan juklak
Dilaksanakan
N Kegiatan Ya Tidak
o
1. Persiapan:

a. Evaluasi daerah dan pembagian X

wilayah berdasarkan kerawanan

b. Inventarisir eks tahanan X

c. Pendataan sumber informasi X

d. Penyusunan sumber informasi X


e. Meningkatkan keberanian rakyat X

- Kemampuan psikologis pembinaan X

sumber informasi

- Kemampuan pengamatan, X

perlindungan dan menjaga rahasia

sumber informasi

f. Anggaran dan peralatan

- Dukungan biaya penyidikan X

- Sarana kontak X

- Administrasi tertib X

- Dokumentasi tertutup X

2. Pelaksanaan

a. Sebagai daerah patroli reserse X


b. Patroli reserse dilaksanakan secara X

estafet

c. Berpadu dengan patroli sabhara X

d. Pemeliharaan kontak dengan sumber X

informasi

e. Upaya dukungan bagi observasi dan X

surveillance
Sumber : Hasil Observasi Pelaksanaan Kring Reserse Unit Ranmor
Polrestabes Palembang disesuaikan dengan Juklak

Walaupun tidak dijelaskan di SOP Kring Reserse Satreskrim

Polrestabes Palembang mengenai pelaksanaan kegiatan, tetapi hasil


observasi yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan pada tabel 4.8 dan 4.9

diatas menunjukkan bahwa walaupun tidak dijelaskan dalam SOP, Unit

Ranmor sudah melaksanakan kegiatan Kring Reserse secara umum

walaupun tidak diatur mengenai pelaksanaan dan penanganan didalam

SOP itu sendiri.

Kendati demikian, masih terdapat kekurangan dalam penanganan

yaitu tidak diberlakukannya inventarisir jam rawan dan pelaku secara

spesifik, dengan didukung anggapan bahwa siapapun dapat melakukan

kejahatan itu sendiri dan untuk jam rawan semestinya dapat dipetakan

walaupun secara individual anggota Unit Ranmor mengetahui Jam rawan

kejahatan Pencurian Kendaraan Bermotor Roda Dua itu Sendiri.

Walaupun demikian, diperlukan inventarisir jam rawan dan pelaku agar

setiap dari kembali melaksanakan tugas Kring Reserse, para anggota

dapat dengan mudah menentukan sasaran pelaku dan jam rawan, dan

tidak menyimpang dari tugas serta pelaksanaanya.

Lalu, dalam pelaksanaanya tidak ditemukan persiapan dan

pengakhiran berupa AAP yang harusnya dibuat. Selain membuat laporan

hasil, juga harus dilaksanakan dengan evaluasi kegiatan serta arahan

kepada anggota. Dan pada saat menentukan sasaran, kekurangan

kembali terdapat pada AAP , yaitu menentukan secara langsung ke

wilayah plotting tanpa perencenaan yang matang.

Selanjutnya akan dibahas pelaksanaan Kring Reserse

berdasarkan Juklak No: juklak/6/VI/1984/Koserse, yaitu :


a. Penggolongan

Pada huruf b, adalah Kring Reserse dalam rangka pencegahan

(preventif),yaitu perpaduan antara kemampuan sumber informasi yang

peka, sadar dan Samapta, dengan kemampuan preventif Reserse dalam

bentuk patroli Reserse sehingga kehadiran Reserse sulit untuk

diperhitungkan oleh penjahat dan Reserse dapat memegang inisiatif

dalam melawan penjahat.

Pelaksanaan kegiatan Kring Reserse yang dilaksanakan oleh Unit

Ranmor Satreskrim sudah tergolong preventif, karena didukung dengan

perpaduan antara sumber informasi atau masyarakat yang peka dan

sadar terhadap kerawanan pada wilayanya dengan petugas yang

melaksanakan patroli reserse. Hal didukung dengan wawancara dengan

masyarakat yang menyatakan bahwa :

"Saya kepada bapak petugas selalu memberi info, selain sudah kenal
dekat, setiap kejadian kejahatan bila terjadi saya langsung infokan
kepada bapak petugas baik itu ketika beliau sedang mampir makan
dan minum di tempat saya atau ketika ia sedang tidak mampir”
(Wawancara, tanggal 22 Januari 2021).

Pernyataan diatas sudah menunjukkan kondisi masyarakat yang

mendukung sebagai sumber informasi yang peka dan sadar untuk

memberikan setiap informasi berkaitan dengan tindak kejahatan

Pencurian Kendaraan Bermotor Roda Dua di wilayah hukum Polrestabes

Palembang.

b. Kegiatan
Berdasarkan Juklak, terdapat dua tahap kegiatan yaitu Persiapan

dan Pelaksanaan. Penjelasan adalah sebagai berikut :

I. Persiapan

Persiapan dalam Juklak Kring Reserse meliputi :

a) Evaluasi daerah dan pembagian wilayah kesatuan menurut

tingkat kerawanan / spektrum keamanannya.

b) Inventarisasi eks tahanan / narapidana G30S PKI,

bromocorah / penjahat kambuhan (Residivis) dan peluang –

peluang kejahatan / police hazard.

c) Inventarisasi / pendataan, seleksi dan pembinaan sumber

informasi.

d) Penyusunan jaringan sumber informasi.

e) Meningkatkan keberanian rakyat untuk menjadi sumber

informasi secara sukarela dan mengetahui batas – batasnya

apabila terpaksa muncul di atas permukaan

f) Penanggung jawab kring reserse harus memiliki

ii. Pengetahuan mengenai ciri khas rakyat

iii. Mengetahui ciri khas daripada daerahnya

iv. Kemampuan psikologis pembinaan sumber informasi

v. Kemampuan pengamatan dan perlindungan serta

menjunjung tinggi kerahasiaan sumber informasi

g) Anggaran dan peralatan

i. Dukungan biaya penyidikan dan sarana kontak


ii. Administrasi dan dokumentasi yang tertib dan tertutup

Berdasarkan juklak yang sudah dijelaskan dan dikaitkan dengan

hasil observasi dalam evaluasi daerah kerawanan tidak terlaksana karena

anggota secara langsung pergi ke wilayah plotting tanpa adanya AAP dari

Ketua unit. Kemudian terdapat Inventarisasi/pendataan, seleksi

pembinaan sumber informasi, Inventarisir residivis (Pelaku kejahatan),

tetapi yang tidak terdapat pada pelaksanaan kegiatannya adalah

penyusunan sumber informasi. Hal ini mempengaruhi kinerja dikarenakan

jika tidak disusun dan diatur mengenai sumber informasi, deteksi dini

untuk mencegah kejahatan pencurian kendaraan bermotor roda dua tidak

akan efektif. Selain itu walaupun terdapat inventarisir pelaku, tetapi hal itu

juga tidak dijalankan seperti yang sudah dianalisa diatas.

Apabila hal tersebut disusun, maka jauh lebih mudah bagi petugas

untuk mengetahui sumber informasi terdekat apabila sudah diatur per

wilayah Kring Resersenya. Namun kenyataannya Petugas dapat

menelepon langsung sumber Informasi sehingga tidak perlu mendatangi

informan. Serta untuk inventarisir itu perlu, agar petugas dapat dengan

mudah menentukan sasaran.

Diatas juga dijelaskan mengenai administrasi dan dokumentasi

yang tertutup yang mana sesuai dengan pengakhiran kegiatan dengan

pembuatan laporan dan harus didukung dengan inventarisasi jam rawan

dan pelaku walaupun Residivis yang kebetulan tidak terlaksana, tetapi

dalam pelaksanaan tidak ada bukti pelaporan tertulis dari anggota apabila
telah mengunjungi wilayah kringnya sehingga itu dapat mempengaruhi

kinerja personil.

Hal ini penting agar Unit Ranmor dapat mendata dan mengetahui

profil setiap pelaku dan dapat digunakan untuk langkah pencegahan guna

mencari para pelaku kejahatan curanmor roda 2 yang lain. Selain itu

pengetahuan tentang ciri khas masyarakat dan wilayah, sejauh ini dalam

pelaksanaan observasi dan kenyataannya sudah sesuai dengan standar

penaggung jawab Kring Reserse yang harus memiliki pengetahuan

tentang ciri khas rakyat, wilayah yang didukung pernyataan dari petugas

yaitu :

“saya mengetahui daerah kring saya dengan baik serta ciri-ciri dan
karakter masyarakatnya”. (Wawancara tanggal 20 Januari 2021).

Tetapi, dalam membina sumber informasi juga perlu suatu

pelatihan dan pendidikan kejuruan sehingga tidak hanya mengandalkan

kemampuan bawaan atau otodidak tapi juga berdasarkan dengan dasar

ilmu yang dipelajari. Dalam hal alokasi anggaran, Polrestabes

menggunakan anggaran dari program Quick Wins, serta biaya penyidikan

dan penyelidikan untuk tindak pidana umum di alokasikan kedalam Kring

Reserse Untuk Prasarana seperti kontak adalah swadaya, dalam artian

untuk menjaga komunikasi antar petugas Kring reserse, menggunakan

ponsel pribadi masing-masing.

Berdasarkan dengan SOP serta juklak dan hasil observasi

peneliti, pelaksanaan kegiatan secara umum untuk Unit Ranmor sudah


melaksanakan tugas sesuai wilayah plotting-nya dan mendapatkan

sumber informasi diwilayah plotting-nya tersebut dengan cara

berkoordinasi dengan sumber informasi dan membuat jaringan, sehingga

setiap melaksanakan tugas dapat memperoleh informasi.

Tetapi, terdapat kekurangan lain dalam pelaksanaan kegiatan

Kring Reserse oleh Unit Ranmor Satreskrim yang berhubungan dengan

teori manajemen yaitu tidak ditemukan langkah-langkah seperti persiapan

dan pengawasan. Kedua langkah tersebut secara fundamental diperlukan,

agar sebelum pelaksanaan kegiatan dapat dipersiapkan segala

sesuatunya dengan baik agar kegiatan lebih terarah dan lancar serta

perlunya pengawasan yang baik agar dapat mengontrol anggota dalam

melaksanakan kegiatan kring reserse supaya tetap pada tujuan dan tidak

menyimpang dari pelaksanaan tugas.

II. Pelaksanaan

Dalam juklak terdapat 4 jenis pelaksanaan, tetapi yang akan

dibahas adalah pelaksanaan dalam rangka upaya preventif, yaitu :

a) Sebagai daerah operasi patroli reserse.

b) Operasi patroli reserse dilaksanakan secara estafet dan

berlapis dilihat dari jenjang kesatuan baik dalam rangka

fungsi reserse secara mandiri maupun dalam rangka

keterpaduan dengan fungsi patroli samapta.

c) Pemeliharaan kontak secara terus – menerus dan berlanjut

antara sumber informasi dengan petugas.


d) Merupakan upaya dukungan bagi kegiatan observasi dan

surveillance.

Seperti yang dijelaskan diatas mengenai tahap pelaksanaan

diatas, membahas daerah operasi patroli reserse sudah dilaksanakan,

pada pelaksanaan tugas, anggota Unit Ranmor sudah secara aktif dan

sadar melaksanakan patroli didukung dengan sumber informasi yang ada

bersama mereka ketika pelaksanaan kegiatan Kring Reserse. Hal ini

secara langsung menekan kemungkinan pelaku berbuat kejahatan.

Pada poin kedua, patroli reserse dilaksanakan secara estafet dan

dapat berpadu dengan patroli samapta (sabhara). Akan tetapi dalam

pelaksanaanya, patroli yang dilakukan Unit Ranmor tidak dilakukan

bersama dengan Sat Sabhara karena tidak berbarengan. Hal ini

disebabkan analisa waktu, tempat untuk melaksanakan patroli Kring

Reserse Unit Ranmor berbeda dengan yang dilaksanakan Patroli Sat

Sabhara.

Hal ini menjadi kekurangan karena penaikan kasus berbanding

dengan jumlah personil, sehingga mengacu pada poin kedua ini,

seharusnya dalam pelaksanaan patroli reserse dilaksanakan secara

berpadu dengan patroli samapata agar dapat memaksimalkan upaya

pencegahan salah satunya untuk kasus tindak pidana pencurian

kendaraan bermotor roda dua.

Lalu, dalam pelaksanaan patroli reserse, anggota tidak

menggunakan seragam dan berpakaian bebas (preman) sehingga tidak


menimbulkan curiga ketika berinteraksi dengan sumber informasi dan

mempermudah penanganan pada saat situasi sepi yaitu pengintaian.

Untuk poin pemeliharaan kontak secara terus menerus adalah hal

penting yang berkaitan dengan jalinan hubungan bersama sumber

informasi. Karena informan dapat memberikan informasi terkait kejadian

pencurian kendaraan bermotor roda dua sesuai wilayahnya dan dapat

memberi informasi daerah rawan dan siapa pelaku yang biasa beraksi di

wilayah rawan tersebut.

Poin terakhir, merupakan upaya dukungan bagi kegiatan observasi

dan surveillance mengacu kepada kelebihan patroli ini dimana para

personil yang melaksanakan kegiatan patroli Kring Reserse tidak

menggunakan seragam, sehingga hal ini berkorelasi dengan dukungan

bagi surveillance dan kegiatan observasi dapat didukung dengan personel

yang berpakaian bebas sehingga tidak mudah dideteksi ketika melakukan

pengamatan dan pengintaian.

Kekurangan dari juklak yang menjadi bahan peneliti untuk

melaksanakan observasi dan kenyataan dengan pelaksanaan kegiatan

Kring Reserse adalah tidak adanya pengawasan seperti yang sudah

disebutkan diatas. Dalam Herujito (2001), pengawasan terdiri dari 4 cara,

yaitu :

a. Mengawasi langsung di tempat

b. Melalui tulisan

c. Melalui lisan
d. Melalui penjagaan khusus

Dalam pengawasan Kegiatan Kring reserse, cara seperti melalui

tulisan dan lisan merupakan salah satu cara yang tepat. Ini disebabkan

karena pada era globalisasi sekarang, akan efektif untuk proses pelaporan

melalui sosial media berupa Group chat. Hal ini didukung dari pernyataan

Kanit ranmor yang menyatakan :

“pelaporan kegiatan jaman sekarang kita lakukan lewat Chat group


dari sosial media Whatsapp, sehingga ketika melaksanakan dan
selesai melaksanakan bisa dipantau proses kegiatannya”
(Wawancara tanggal 23 Januari 2021)

Kekurangannya ada pada poin pertama, tidak adanya

pengawasan langsung pada saat dilaksanakan kegiatan Kring reserse,

serta tidak adanya pengawasan baik berdasarkan observasi kegiatan

maupun observasi berdasarkan juklak sehingga walaupun dapat

dilaksanakan secara lisan maupun tulisan, tanpa pengawasan langsung

dari pimpinan unit akan menyebabkan kurangnya kinerja personil ketika

melaksanakan Kegiatan kring reserse.

4.4 Hasil Penelitian dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pelaksanaan Kegiatan Kring Reserse oleh Unit Ranmor

Satreskrim Polrestabes Palembang


Guna membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

kegiatan Kring Reserse oleh Unit Ranmor Satreskrim Polrestabes

Palembang, maka teori yang akan digunakan peneliti adalah Teori

Manajemen oleh George R Terry dalam Herujito (2001), yang menyatakan

terdapat bahwa ada 6 sumber daya pokok untuk manajemen yaitu :

a. Men

b. Materials

c. Machines

d. Methods

e. Money

f. Markets

Dengan mengacu kepada 6 sumber daya pokok ini, dapat

diasumsikan hasil yang maksimal pada kegiatan Kring Reserse oleh Unit

Ranmor Satreskrim Polrestabes Palembang apabila seluruh aspek diatas

terpenuhi. Berikut yang dibahas hanya 5 poin saja yaitu men, materials,

machines, methods, money.

4.4.1 Men

Sesuai sebutannya yang berarti manusia, hal ini berkaitan dengan

sumber daya manusia yang ada pada unit ranmor reskrim yang

melaksanakan Kegiatan Kring Reserse dalam mencegah Tindak Pidana

Pencurian Kendaraan Bermotor Roda Dua di Polrestabes palembang.

Disini akan dibahas faktor-faktornya melalui dua aspek yaitu kuantitas dan

kualitas.
Kuantitas, akan membahas jumlah personel Unit ranmor dalam

melaksanakan Kegiatan kring Reserse, dan Kualitas akan dibahas

mengenai standar kompetensi yaitu Skill (Kemampuan), Knowledge

(Pengetahuan), dan Attitude (Sikap).

4.4.1.1 Kuantitas Personel Unit Ranmor pelaksana tugas Kring Reserse

Pada Satreskrim Polrestabes palembang terdapat 4 unit

Operasional yang melaksanakan kegiatan Kring reserse, salah satunya

adalah Unit Ranmor. Unit Ranmor Diketuai oleh Kanit Ranmor dan diwakili

oleh Kasubnit 1 yang bertugas di bagian administrasi dan Kasubnit 2 yang

bertugas di Lapangan dan merupakan Katim (Ketua tim) pada saat

pelaksanaan tugas. Anggota Unit Ranmor berjumlah 32 secara

keseluruhan. Berikut akan disajikan tabel mengenai Jumlah personel dari

Unit Ranmor yang melaksanakan kegiatan Kring Reserse berdasarkan

Surat Perintah.

Tabel 4.11

Jumlah Personil Unit Ranmor Berdasarkan Surat Perintah Kring

Reserse Satreskrim Polrestabes Tahun 2020

Unit Ranmor
No
Kec. Sako Kec. Ilir Kec. Ilir Kec. Kec
Timur 1 Timur 2 Gandus Sukarami
1. Aiptu Bripka Redi Bripka Aipda Bripka
Sarbani Ricardo Muhammad Bambang Roberto
Pranata Reza, SH Irawan Carles,
S.sos
2. Aipda Fredy Bripka Riza Bripka Satria Bripka Aris Bripka
Frans Perdana Indra Wijaya, Suseno Iswahyudi
Sipahutar, Wijaya SH
SH
3. Bripka Levi Bripka Brigadir Briptu Bripka
Hariyanto Muhammad Moch Randi, Muhammad Ahmad
Daud SH Asy’ari Fadhli, ST
Sumber : UrbinOps Satreskrim Polrestabes Palembang Tahun 2020

Pada Tabel diatas, terdapat ketimpangan mendasar dimana Unit

Ranmor hanya menempati 5 wilayah polsek saja, tidak dijelaskan secara

terperinci mengenai pembagian jalan dalam wilayah Polsek tersebut serta

tiada pengawasan langsung dari Ketua Unit ranmor yang tidak ter-sprint

dalam Kegiatan Kring reserse, sehingga ini dapat mempengaruhi

pelaksanaan dan kinerja Unit ranmor dalam melaksanakan tugas. Selain

itu, dengan jumlah personil sebanyak 29 orang, hanya 15 orang saja yang

mendapat giliran dalam melaksanakan kegiatan Kring Reserse, karena

dapat mempengaruhi pelaksanaanya.

4.4.1.2 Kualitas Personel Unit Ranmor pelaksana tugas Kring Reserse

Selain jumlah Personel, maka Kualitas yang mumpuni harus dapat

mengimbangi aspek tersebut. Kualitas tersebut akan disesuaikan dengan

standar kompetensi yang terdiri dari Skill (Kemampuan), Knowledge

(Pengetahuan), dan Attitude (Sikap). dibawah ini akan disediakan tabel

mengenai anggota yang sudah melaksanakan Dikjur, Prolat, Sarjana.

a. Pengetahuan
Dalam pelaksanaan tugas, pengetahuan adalah aspek yang

penting karena merupakan sebuah dasar utama yang menunjang tugas

personel ketika bekerja. Aspek ini dapat dilihat dari berapa jumlah

keseluruhan anggota unit ranmor yang sudah melaksanakan dikjur

reskrim (pendidikan kejuruan), prolat (program latihan) dan lain-lain.

Selanjutnya, aspek ini dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.12
Jumlah Anggota Unit Ranmor Satreskrim Polrestabes Palembang
berdasarkan Dikjur dan Prolat Fungsi Reskrim

N Jumlah Anggota Yang


Kategori
o Telah Melaksanakan
1 Dikjur/Dikbangspes 1
2 Prolat 6
3 Sarjana 13
4 Tidak ada 13
Sumber : UrbinOps Satreskrim Polrestabes Palembang Tahun 2020

Dari data diatas dapat terlihat bahwa masih banyaknya anggota

yang belum melaksanakan Pendidikan Kejuruan, dan kebanyakan sarjana

dan satu saja yang melaksanakan Dikjur serta enam personil yang sudah

melaksanakan Program latihan menunjukkan kualitas personel ranmor

masih memprihatinkan, karena berpotensi memberikan hasil yang kurang

optimal dalam pelaksanaan kegiatan salah satunya Kring Reserse. Hal ini
menjadi tanggung jawab Kasat Reskrim dan Kabag Sumda dalam

pengembangan dan peningkatan kemampuan anggota. Kekurangan ini

berpotensi memberikan dampak yang buruk apabila terjadi kesalahan dan

kelalaian dalam pelaksanaan tugas yang dapat merugikan Kesatuan dan

Institusi Polri.

b. Keterampilan

Keterampilan adalah, kecakapan, kemampuan untuk melakukan

sesuatu dan menyelesaikan suatu tugas. Kemampuan ini maksudnya

adalah setiap pengetahuan dan potensi yang dimiliki oleh personil

dipadukan menjadi satu sehingga terbentuk suatu keterampilan.

Dianalisis keterampilan yang dimiliki personil Unit Ranmor pada

penelitian ini yang merupakan salah satu pelaksana tugas Kring Reserse

serta yang menjadi fokus peneliti. Datanya berdasarkan pada petugas

pelaksana Kegiatan Kring reserse serta masyarakat lalu disesuaikan

dengan pentujuk pelaksanaan nomor : juklak/6/V/1984/Koserse tentang

kring reserse.

Jika didasarkan dengan juklak tersebut, ada 2 tahap yang itu tahap

persiapan dan tahap pelaksanaan, akan tetapi yang dilakukan hanya

pelaksanaan tanpa persiapan dengan perencanaan yang sebenarnya dari

kedua tahap tersebut berdasarkan yang telah dibahas diatas dan


kenyataanya. Persiapan dengan perencanaan sangat penting karena

dengan perencanaan yang jelas, dapat ditentukan arah jalan kegiatan dan

dapat dilihat proses jalannya kegiatan dapat dilakukan dengan baik atau

tidak. Hal ini pula didukung dengan tidak tersedianya dokumen - dokumen

yang menunjukkan kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan

sesuai pedoman atau tidak. Dan secara real yang tampak pada peneliti,

dalam pelaksanaannya hanya sekedar pemberian dan pembagian tugas

dan langsung saja menyebar ke lokasi kring masing-masing, sehingga

berpotensi membingungkan personil dan dapat menyeleweng dari tugas.

Membahas partisipasi masyarakat, berdasarkan dengan

wawancara dengan masyarakat yaitu :

“saya di setiap mendapat informasi atau menemukan kasus apapun


didepan mata, saya sampaikan ke bapak petugas baik langsung
atau lewat telpon” (Wawancara tanggal 22 Januari 2021).

Dari hasil wawancara tersebut sudah bisa diketahui bahwa,

masyarakat sudah kooperatif dengan petugas, akan tetapi yang menjadi

masalah tetap pada tahap persiapan yang tanpa perencanaan yang baik,

hal ini dapat mempengaruhi jalannya tugas dan berpotensi untuk

minimnya hasil pelaksanaan tugas yang tidak dibarengi dengan arahan

dan perencanaan yang tepat. Hal ini harus segera dibenahi oleh

penanggung jawab tugas yaitu kanit atau katim yang membawahi unit ini,

sehingga dapat memperbaiki kelemahan ini dan dapat meningkatkan

kinerja sehingga lebih optimal dalam melaksanakan tugasnya.


c. Sikap

Sikap adalah salah satu tolak ukur penting, mengingat dalam

melaksanakan tugas, personil harus memiliki hal ini, agar dapat menerima

informasi yang baik dan tepat dari masyarakat. Hasil wawancara dengan

masyarakat dapat menunjukkan tolak ukur ini :

“Bapak petugas yang selalu operasi di wilayah kami kebetulan


ramah, selain itu juga menyenangkan, jadi selain bertanya ada
kejadian tindak pidana atau tidak, setiap disini juga berpesan juga
untuk hati-hati juga untuk jaga diri dan melapor setiap ada kejadian
kriminal” (Wawancar tanggal 22 Januari 2021)

Pernyataan tersebut memberikan kesan yang baik bahwa anggota

unit ranmor ramah dan disenangi masyarakat, sehingga dalam mencari

dan mendapatkan informasi dapat lebih mudah karena telah menjalin

hubungan baik dengan masyarakat di wilayah kringnya.

4.4.2 Money

Membahas aspek ini, artinya akan berkorelasi pada aspek

pendanaan (anggaran) pada Satreskrim Polrestabes Palembang, dalam

hal ini akan ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4.13

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LIDIK DAN SIDIK TINDAK


PIDANA SAT RESKRIM BULAN JANUARI S/D DESEMBER TH. 2020
%
HASIL TINGKAT SISA
PROGRAM & PAGU TEREALISASI TARGET
KODE YANG CAPAIAN ANGGARA
KEGIATAN /SUBGIAT (Rp) (Rp) P.O.X
DICAPAI PAGU N (Rp)
(Rp)
060.01.11.00 PROGRAM PENYELIDIKAN            
DAN PENYIDIKAN TINDAK
3
PIDANA
A. TINDAK PIDANA
           
UMUM
Rp Rp Rp
7 KSS 46 KSS 100%
a. Perkara sulit 185.654.000 185.654.000 -
Rp Rp Rp
HL 521119 42 KSS 134 KSS 100%
b. Perkara Sedang 533.820.000 533.820.000 -
Rp Rp Rp
338 KSS 661 KSS 100%
c. Perkara Mudah 2.625.450.000 2.625.450.000 -
d. Tambahan Perkara Rp Rp Rp
1 KSS 1 KSS 100%
Mudah 3.170.000 3.170.000 -

Sumber : UrbinOps Satrekrim Polrestabes Palembang Tahun 2020

Berdasarkan data diatas dan informasi yang didapat peneliti

setelah melaksanakan observasi, tindak pidana curanmor roda dua masuk

dalam golongan perkara sedang, anggaran untuk perkara sedang berkisar

500 juta rupiah dengan target 42 kasus, dan hanya terealisasi 134 kasus,

ini menunjukkan untuk kasus curanmor roda 2 saja yang mencapai 365

kasus pada tahun 2020 tidak sebanding dengan dananya yang

dikalkulasikan hanya 47% dari kasus curanmor roda 2 yang dapat

diselesaikan dengan dukungan anggaran tersebut. Kurangnya dana dapat

mempengaruhi kinerja personil dalam melaksanakan tugas sehingga

secara tidak langsung dalam melaksanakan tugas akan lebih banyak

secara swadaya, yaitu menggunakan uang personel itu sendiri.

4.4.3 Materials and Machines

Pada poin ini, akan dibahas setiap sarana yang terdapat pada

Satreskrim Polrestabes Palembang yang tersaji pada tabel berikut.


Tabel 4.14

REKAPITULASI SARANA SATRESKRIM POLRESTBES PALEMBANG

2020

Kondisi
No Alut / Alsus Jumlah
B RR RB
1 2 3 4 5 6
1. Ranmor R2 4 4

2. Ranmor R4 1 1

3. Senter 2 2

4. HT 2 2

5. Rompi 6 5 1

Sumber : UrbinOps Satrekrim Polrestabes Palembang Tahun 2020

Secara umum, sarana yang ada pada Satreskrim Polrestabes

Palembang, belum memadai, karena dengan jumlah sarana yang ada

tersebut sangat berbanding dengan setiap unit yang ada pada Satreskrim

Polrestabes Palembang, artinya dalam melaksanakan tugas akan

terhambat jika bergantung pada sarana tersebut dan sangat mungkin

untuk berswadaya dalam memenuhi sarana yang tidak ada dalam

pengadaan untuk menunjang pelaksanaan tugas.

4.4.4 Methods

Mengenai aspek ini, akan berdasarkan kepada Teori Manajemen

menurut George R Terry (dalam Herujito, 2001). Metode yang digunakan

Unit Ranmor Satreskrim Polrestabes Palembang adalah berdasarkan


pada SOP yang sudah ada, dan sudah dibahas pada poin 4.2 diatas

dimana kelemahan terdapat pada tahap persiapan tidak terdapat

inventarisir jam rawan dan tahanan yang tidak spesifik serta tidak

dijabarkan hubungan tata cara kerja pada SOP yang sudah berlaku

tersebut dan pada pelaksanaannya tidak ada pengawasan langsung dari

penanggung jawab Unit tersebut sehingga personel berpotensi

menyeleweng dari tugas dan pelaksanaan. Hal ini akan berpengaruh pada

pengakhiran tugas, yaitu hasil evaluasi tidak akan memberikan dampak

pencegahan Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Roda Dua.

Kelemahan lain yaitu urutan kegiatan dari SOP tidak sistematis seperti

Juklak yang menjadi pisau analisis peneliti.

Anda mungkin juga menyukai