Anda di halaman 1dari 3

Menang dari Pertarungan

Tahun 1985, adalah tahun dimana kami berpisah. Aku pergi meninggalkan kekasihku karena
ingin menghilangkan kutukan iblis yang ada di dalam diriku. Karena kutukan itu kadang aku
mengamuk tidak karuan tanpa sabab, dan terkadang melukai orang-orang yang disekitarku.
Oleh karena itu aku ingin pergi mencari iblis yang memberikan kutukan ini dan kemudian
membunuhnya. Entah dimnapun iblis itu berada, meski tidak tahu keberadaannya dimana tapi
aku tetap harus mencarinya, membunuhnya agar kutukan ini hilang. Agar aku tak lagi
menyakiti orang-orang aku sayang. Sangat menyakitkan melihat orang yang kita cintai
tersakiti oleh kita sendiri.

Sebelum aku pergi aku berjanji padanya, aku akan kembali pulang setelah kutukan ini hilang,
aku berjanji padanya untuk menang. Dia mengiyakan meski hanya dengan anggukan,
bibirnya tidak bisa bicara karena isakan tangisnya.. Dengan berat hati aku pergi
meninggalkannya. Perjalanan membasmi iblisku dimulai. Ternyata dunia luar sangat
menakutkan dan sangat berbahaya, berkali-kali aku dikejar monster, monster besar. Hingga
sampai pada titik aku lelah berlari. Aku harus melawan, tapi bagaimana caranya? Aku
melihat-lihat sekitar, 3 meter kearah tenggara dari tempatku berdiri aku melihat besi cukup
kuat untuk memukul. Aku berlari untuk meraihnya dan mulai berbalik arah bersiap untuk
menyerang tiga monster yang ada di hadapanku. Melihat taring dan kuku mereka yang tajam,
tubuhku menjadi gemetar. Sementar monster itu semakin dekat, semakin dekat dan semakin
mendekat. Monsternya berada ditengah, berlari kemudian melompat untuk mencakarkan
kukunya padaku. Hampir saja jantungku mati karena ketakutan, tapi sebelum cakar tajam
mendarat ditubuhku tiba-tiba anak panah menyerbu mereka mengincar daging mereka. Tapi
siapa yang melakulannya? Aku melihat sekitarku tenyata diarah jam 6 diatas pohon ada
beberapa orang misterius dengan baju hitam. Ketika aku melihat mereka, mereka langsung
pergi. Entah siapa mereka aku berterimakasih, hidupku terselamatkan. Terlalu naif memang
berpikir bisa bertahan hidup dengan mudah di dunia yang menakutkan ini.

Sejak kejadian itu aku mulai melatih tubuh, stamina dan keahlian menggunakan senjata.
Belajar berpedang dan menggunakan panah. 3 tahun berlalu aku masih dalam misi
perburuanku. Tapi kutukan ini semain kuat, membunuh banyak monster dan iblis membuat
kutukannya semain kuat. Aku menjadi lebih sering kehilangan kendali atas diriku. Aku
hampir seperti monster, aku hampir melupakan jati diriku sebagai manusia. Ditengah
amukanku aku melempar kalung yang ada di leherku. Tapi kteika melihat gantungan yang di
kalung itu, rasanya teringat sesuatu. Tapi apa? Siapa? Aku mengambil kembali kalung itu.
Tiba-tiba air mataku berderai, aku tidak bisa mengingatnya, tapi rasanya benda ini sangat
berharga untukku. Setelah tangisku mereda, kesadaranku mulai kembali dan mulai mengingat
kembali bahwa kalung itu diberikan oleh kekasihku sebagai jimat.

“Terima kasih karenamu aku masih bisa mempertahankan kesadaranku,” lirihku dalam hati.

Aku kembali melanjutkan perburuan dengan petujuk-petujuk yang telah aku dapatkan.
Rasanya aku semakin dekat dengan iblis itu.. Darahku semakin mendidih ingin
menghabisinya. Dengan semua petunjuk yang kumiliki akhirnya aku hampir sampai
ketempatnya. Tapi banyak musuh yang menjaga tempat itu. Satu persatu aku habisi musuh
yang ada didepanku meski tak sedikit luka yang kuterima dari mereka. Tapi aku harus
bertahan, aku terus melangkah kedepan dan menghabisi iblis itu agar aku bisa segera pulang
dan memenuhi janjiku padanya. Aku berjalan menulusuri lorong didepan. Perasaan apa ini?
Hawa keberadaan yang menakutkan apa ini? Apa mungkin diujung lorong itu ada iblis yang
selama ini kucari? Darahku semakin mendidih karena bersemangat. Sesampainya di ujung
lorong aku melihat seseorang yang berada ditengah tengah dataran luas. Apa itu iblis yang
kucari? Dengan hati-hati aku mendekatinya, dia menyadari kehadiranku. Dia bebalik arah
kepadaku, dia mulai mendekatiku sambil menunduk. Setelah kami semakin dekat, dia
menunjukan wajahnya. Aku terheran mengapa orang itu mirip sekali denganku? Belum
sampai aku menemukan jawabannya dia meyerangku. Untung saja aku bisa menghindari
tebasan pedangnya. Aku mengambil pedangku dan mulai membalas serangannya. Kami
mulai saling meyerang. Meski aku masih bertanya-tanya siapa orang ini, mengapa dia mirip
sekali denganku.

‘Teng’, pedangnya mematahkan pedangku dan dia menghunuskan pedangnya keleherku. Apa
aku akan mati? Aku harus bagaimana? Badanku mulai melemas karena ketakutan. Tapi tiba-
tiba dia menurunkan pedang dan memberi jawabana dari pertanyaanku selama ini.

“Aku adalah kamu, aku adalah ego yang ada dalam dirimu. Aku adalah rasa sombong yang
ada dalam dirimu, aku adalah nafsu yang adalah dalam dirimu. Aku adalah ketamakan,
kemalasan, yang ada padamu. Jika kamu ingin bebas dari kutukan ini kamu harus
menghilangkan semua itu dalam dirimu. Dan kamu bisa pulang menemui orang-orang yang
kamu cintai. Kamu tidak akan menyakiti mereka lagi,” ucap iblis itu

Ternyata selama ini, iblis itu adalah diri aku sendiri. Karena itu aku akan berusaha
mengendalikannya. Akupun pulang dari pertarungan, bukan pertarungan mengalahkan iblis
tapi pertarungan mengendalikan iblis dalam diriku. Aku memang tidak bisa membunuh iblis
itu, sekuat apapun aku. Tapi dengan aku yang sekarang, yang telah melewati banyak
pertarungan dan telah menemukan jawaban, iblis itu kini berada di bawah kendaliku.

Dan akupun pulang. pulang menemui kekasihku. Menepati janjiku. Aku mengecup
keningnya “Aku telah menang sayang”.
Aku Renaldi Herdia Tamam, seorang pria berumur kepala dua yang punya kebiasaan
menuangkan pikiran lewat tulisan, karena aku percaya bahwa tulisan bisa menyampaikan
perasaan. Di sukabumi kalian bisa menemukanku.

Anda mungkin juga menyukai