Anda di halaman 1dari 3

Nama : Yusuf Afif

No : 25010116140134
Kelas : B2016

DOSA TERINDAH
Aku hanya berusaha bersikap sedingin mungkin agar tak berkesan aku memberinya harapan,
namun tetap berkesan agar aku juga bukanlah pria yang sombong, sekali aku menuruti
permintaan yang menjadi kemauannya. Entah ada angin dari mana aku menyetujuinya saat Ia
ingin bermain ke tempat kost ku, Dari sinilah kisah dosa terindah itu bermula dan nyaris
menjeratku dalam lingkaran setan yang terkutuk.

Di awali dengan saling curhat, Ia mulai mendekat, semakin mendekat, dan terus mendekat.
Pikirku mulai tak tenang saat Ia mulai bersandar di bahu kiriku, dan hatiku semakin menjadi
tak tenang saat Ia mulai mendekap dan perlahan mulai menindih tubuhku sambil mendaratkan
beberapa kecupan manis dari bibir hingga bagian leherku, dan saat kedua tangannya mulai
menggerayangi setiap inci pada bagian vitalku.

Semakin Ia menjadi beringas semakin keras pula dzikir dalam hatiku, harapanku saat itu
semoga para malaikat masih tetap berada di belakangku dan menjagaku dari dosa yang akan
sia sia. Aku tau betapa gigihnya iblis yang tengah menggoda kekuatan imanku saat itu, dan
berusaha meneggelamkan aku dalam lembah kenistaan yang sungguh sangat di murkai oleh
Allah.

Ini adalah pertarungan terhebat yang pernah aku hadapi sepanjang hayat hidupku, pertarungan
melawan beratnya gejolak diri. Ibarat kata, seperti Sang Pemburu yang sedang betarung
melawan harimau kelaparan di dalam kandangnya. Bila aku yang kalah, tak hanya jadi
santapan empuk bagi si harimau yang sangat haus dan kelaparan, tapi juga sebagai tolak ukur
seberapa berharganya kehormatan dan kesucian diriku yang sedang aku pertaruhkan.

Harga diri sebagai seorang lelaki sejati yang telah berkomitment untuk terus menjaga kesucian
dirinya hingga ke jenjang tali pernikahan yang syah. Seandainya ada sedikit saja dalam diriku
tersimpan watak seorang lelaki hidung belang yang gemar membudak pada syahwat nafsu
dunia, sudah pasti akan aku habisi wanita itu, di atas ranjang empuk itu.
Saat dzikir hatiku makin menjadi serentak jiwaku pun merontak, kupegang kedua tangannya
yang sedang asyik mengerayangi bagian vitalku, saat ia mulai mendaratkan kembali kecupan
manisnya di bibirku segera kutarik lidahku dari lumatan bibir manisnya, dan kubalikkan
tubuhnya hingga berballik aku yang menindihnya, kemudian kukatakan padanya Maaf aku
tidak bisa".
Dalam hati aku berkata Apakah pantas dengan kenikmatan yang hanya sesaat ini akan aku
pertanggungjawabkan di akherat kelak?? Apakah pantas dengan kenikmatan yang hanya
sesaat ini akan aku terima jalannya hukum karma yang berlaku padaku, kepada keluargaku,
bahkan kepada anak - anakku dan keturunan keturunanku kelak?? Apakah pantas dengan
kenikmatan yang hanya sesaat ini aku harus melanggar sumpah janjiku sebagai seorang
Pendekar Sejati yang akan hancur lebur masa depannya bila telah merusak pagar ayu dan poros
hijau?
Aku mungkin adalah kucing terbodoh yang pernah dilahirkan, seekor kucing yang jelas jelas
sedang kelaparan tapi Ia menolak nikmatnya daging yang tepat berada di hadapannya, atau
sebaliknya aku adalah kucing yang sangat amatlah cerdik, yang mengetahui bahwa dalam
daging itu sebenarnya terdapat racun yang akan menyiksa tubuh dan jiwaku sepanjang hayatku
bila akau sampai berani memakannya.
Apapun itu satu hal yang sedang aku perjuangkan. Aku adalah lelaki sejati, aku punya harga
diri, kehormatan diri, dan kesucian diri yang wajib aku pertahankan, untuk seorang yang telah
menungguku, berharap aku menjadi calon imam yang baik baginya, bagimu wahai tulang
rusukku yang hilang.
Sejak peristiwa itu Aku dan dia menjadi canggung, hingga ketika Ia memutuskan untuk keluar
dari tempat kerja, rasa kecanggungan itu masih menghantui. Suatu hari aku mendapat chat
dari nomor yang tak kukenal, awalnya aku tak mneggubrisnya hingga pada akhirnya nomor
tesebut menelpon, dan ternyata dia mengajakku bertemu namun ada isak tangis dalam nada dia
berbicara. Keesokan harinya aku janji dengan dia untuk bertemu di taman, saat bertemu wajah
Ia pucat, tak bersemangat. Saat aku akan bersalaman dengan Ia, agak tersenyum. Lalu ia mulai
bertanya kabar, aku pun membalasnya. Kemudian ia bercerita tentang kenapa dia resign dari
kerja, aku tak habis pikir jika akhirnya seperti ini, ia menangis saat melontarkan ceritanya
kepadaku serta meminta maaf kepadaku, lalu ia pergi tanpa pamit. Aku membiarkannya.

Aku tersujud kepada Allah karena diriku dikatakan negatif HIV AIDS oleh pemeriksa. Hingga
pada akhirnya perempuan yang telah berlalu, kini memang berlalu tanpa hadir sedikitpun. Aku
ingin mengunjunginya tapi aku takut jika dia merasa terhina.

Anda mungkin juga menyukai