Bicara tentang wanita inspiratif, sedikit banyak aku harus
berghibah ini ya. Sosok ini berkarakter kuat, penuh semangat, tangguh dan tentu saja suka mengomel, ya... karena kita adalah wanita. Hampir 32 tahun aku mengenal sosoknya, sejak aku kecil sampai aku menghasilkan dua anak kecil, aku masih terus berhubungan baik dengannya. Gap umur kami memang lumayan jauh, tapi bisa dibilang kita "bestie sampe mati". Waktu aku kecil, aku sering mengganggunya, bahkan secara terus-menerus aku ketagihan mendengar cerita ngawurnya yang menghiburku, kadang aku juga memalakinya. Dia senyaman itu, berada di sekitarnya lebih nyaman dari tidur pake bantal bulu angsa. Mungkin karena kami bestie, kami sering berselisih. diem- dieman lama pernah, salah paham sering banget bahkan pernah juga kami menangis bersama, telenovela banget lah hubungan kami ini. Ketika aku belia, aku pernah lari ketakutan karena ada seorang anak lelaki yang mengejarku. Mukaku pucat, aku menceritakan semuanya kepadanya, tanpa babibu dia mengajakku ke rumah anak itu. Dia mendatangi orang tua bocah lelaki itu. Protes atas perbuatan anak mereka kepadaku. Aku merasa ngeri, karena ayah bocah itu adalah seorang polisi. tapi dia begitu berani. Keren, sejak itu aku diam-diam jadi pengagum keberaniannya. “Ingat salat lima waktu, kerjakan perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya, insya Allah hidupmu akan aman sentosa.” Pesannya padaku sesaat sebelum aku merantau ke pulau Jawa seorang diri. Saat aku mengeluh ada manusia julid padaku, dia berpesan lain lagi. "Selagi telinga kita nggak gompel karena omongannya, biarin aja. Tapi kalau sampe dia berani nyenggol fisik kita, bawa perkaranya ke kantor polisi!" cuapnya santuy seperti biasa. Sampe sekarang kata-kata ajaibnya selalu jadi pegangan hidupku. Aku juga selalu mengingat momen itu. Saat dia hadir di ijab qabul pernikahanku. "Jangan nangis, nanti luntur," bisiknya dengan mata berkaca-kaca memastikan make up si pengantin ini set di tempatnya. Dia juga memelukku sambil menangis haru. "sehat- sehat ya, di sana!" pintanya padaku di atas pelaminan. Setelah menikah aku ikut suamiku merantau, itu kali terakhir dia memelukku sebelum aku terbang ke pulau Borneo. Dia pikir kami akan berjumpa tahun depan. Realita berkata, dua bulan kemudian aku sudah pulang lagi mengganggunya wkwkwk. Dulu kami bisa ketemu setiap hari, sekarang waktu dan tempat memisahkan kami, sehingga frekuensi rindu makin besar dan frekuensi berantem makin tipis, setipis tisu. Biarpun jauh secara fisik tapi kami dekat di dalam doa. Insya Allah. Kamu tahu kenapa aku suka banget sama dia? Dia adalah sosok yang gigih, dia selalu memperjuangkan apa yang dia inginkan. Karena bukan dari keluarga kaya raya dia bertekad suatu saat bisa membangun rumah impiannya. Tercapai dong! tentu dengan kerja keras, bukan hasil ngepet Hahaha. Dia bertekad bisa umrah, saat semua jemaah dipulangkan ke Indonesia karena Makkah melakukan lock down untuk menghindari wabah Covid 19, masya Allah rombongan jemaah umrahnya bisa lolos. Dia bisa merasakan umrah dengan khusyuk di Baitullah tanpa harus berjubelan dengan jemaah lainnya. "Kakbah tampak lenggang, mataku sembap karena banyak menangis di sana, aku seperti bermimpi bisa memenuhi undangan Allah ke Baitullah. Ku panjatkan doa pula untukmu di sana" kisahnya. Dan masih banyak cita-citanya yang menggunung. Entah apa lagi cita-citanya, karena tak dia ceritakan semuanya padaku. Suatu waktu dia bercerita bagaimana rasanya menjadi dia dengan semua tuntutan, harapan dan pandangan buruk orang tentangnya, dia diam saja. Kadang dia diremehkan orang karena hanya berpendidikan rendah. Lain hari orang memfitnahnya, dia juga tetap diam. Dia tidak sedikitpun mencoba membela diri. Dia menjadikan umpatan, cacian kepadanya sebagai motivasi untuk berdiri lebih kuat, cacian mereka adalah pecut yang membuatnya semakin maju. Dia sekokoh itu. Kamu jangan tanya aku. Aku sedikit di julidin tetangga, langsung rongseng butuh self healing hahaha. Pernah juga hatinya yang rapuh dihancurkan seseorang, dia mencoba mengiklaskan. Dia belajar menerima semuanya dengan lapang dada. Dia menyimpan semuanya rapat-rapat, dia tumpahkan semua air matanya di atas sejadah. Sekuat itu dirinya di mataku. Tapi kamu tau apa yang membuat aku sedih? Dia terlalu keras kepada dirinya sendiri. Its oke rapuh, karena kita manusia. Tidak mengapa tak sempurna, karena kita manusia. Its oke nggak ngapa-ngapai di rumah, bukan karena males tapi tubuh juga butuh istirahat. Please enjoy your days!!!. Aku sangat berterima kasih bisa mengenalnya dengan baik, mengambil banyak pelajaran di hidupnya sebagai bekal dalam hidupku. Meski kadang aku tidak termotivasi menjadi seperti dia yang lebih mirip malaikat ketimbang manusia. Dia yang tak pernah lelah, selalu semangat, tangguh dan kokoh. sepertinya akan lelah jika aku meniru dia seutuhnya, jadi aku tiru dia seperlunya saja wkwkwk. Betewe, hari ini adalah hari ulang tahunnya ke 56 tahun loh. Aku doakan semoga Allah selalu melindunginya, diberi kesabaran yang luas, kekokohan iman dan kesehatan, mendapat umur yang berkah dan menikmati hidup diusia senjanya. Aamiin ya rabbal'alamin. Oh iya, aku sampai lupa mengenalkan siapa sosok hebat itu. Kamu bisa memanggilnya Anne kalo kamu tinggal di Turki wkwkwk, tapi kalau kamu tinggal di Indonesia kamu bisa memanggil dia Mama untukku. "Hai Ma, Are you happy?"
Profil Penulis
Amelia Feryna Bulan Dini, SP. M.Si. Lahir di Palembang
13 Mei 1991. Mempunyai nama pena Afelanie Bulan. Sekarang aktif menulis dan juga menjual buku anak. Penulis seorang ibu rumah tangga dengan dua anak laki-laki hebat. Penulis yang merupakan Alumnus Fitopatologi IPB ini sudah tertarik dengan dunia literasi sejak kecil. Penulis bergabung dengan WIN sejak 2022. Penulis dapat di jumpai di akun instagramnya @afelanie_bulan13 atau melalui email afelaniebulan@gmail.com.