Anda di halaman 1dari 5

"ANNE"

Amelia Feryna Bulan Dini

Bicara tentang wanita inspiratif, sedikit banyak aku harus


berghibah ini ya. Sosok ini berkarakter kuat, penuh semangat,
tangguh dan tentu saja suka mengomel, ya... karena kita adalah
wanita. Hampir 32 tahun aku mengenal sosoknya, sejak aku kecil
sampai aku menghasilkan dua anak kecil, aku masih terus
berhubungan baik dengannya. Gap umur kami memang lumayan
jauh, tapi bisa dibilang kita "bestie sampe mati".
Waktu aku kecil, aku sering mengganggunya, bahkan secara
terus-menerus aku ketagihan mendengar cerita ngawurnya yang
menghiburku, kadang aku juga memalakinya. Dia senyaman itu,
berada di sekitarnya lebih nyaman dari tidur pake bantal bulu angsa.
Mungkin karena kami bestie, kami sering berselisih. diem-
dieman lama pernah, salah paham sering banget bahkan pernah
juga kami menangis bersama, telenovela banget lah hubungan kami
ini.
Ketika aku belia, aku pernah lari ketakutan karena ada
seorang anak lelaki yang mengejarku. Mukaku pucat, aku
menceritakan semuanya kepadanya, tanpa babibu dia mengajakku
ke rumah anak itu. Dia mendatangi orang tua bocah lelaki itu. Protes
atas perbuatan anak mereka kepadaku. Aku merasa ngeri, karena
ayah bocah itu adalah seorang polisi. tapi dia begitu berani. Keren,
sejak itu aku diam-diam jadi pengagum keberaniannya.
“Ingat salat lima waktu, kerjakan perintah-Nya dan jauhi
larangan-Nya, insya Allah hidupmu akan aman sentosa.” Pesannya
padaku sesaat sebelum aku merantau ke pulau Jawa seorang diri.
Saat aku mengeluh ada manusia julid padaku, dia berpesan
lain lagi. "Selagi telinga kita nggak gompel karena omongannya,
biarin aja. Tapi kalau sampe dia berani nyenggol fisik kita, bawa
perkaranya ke kantor polisi!" cuapnya santuy seperti biasa. Sampe
sekarang kata-kata ajaibnya selalu jadi pegangan hidupku.
Aku juga selalu mengingat momen itu. Saat dia hadir di ijab
qabul pernikahanku. "Jangan nangis, nanti luntur," bisiknya dengan
mata berkaca-kaca memastikan make up si pengantin ini set di
tempatnya. Dia juga memelukku sambil menangis haru. "sehat-
sehat ya, di sana!" pintanya padaku di atas pelaminan. Setelah
menikah aku ikut suamiku merantau, itu kali terakhir dia
memelukku sebelum aku terbang ke pulau Borneo. Dia pikir kami
akan berjumpa tahun depan. Realita berkata, dua bulan kemudian
aku sudah pulang lagi mengganggunya wkwkwk.
Dulu kami bisa ketemu setiap hari, sekarang waktu dan
tempat memisahkan kami, sehingga frekuensi rindu makin besar
dan frekuensi berantem makin tipis, setipis tisu. Biarpun jauh secara
fisik tapi kami dekat di dalam doa. Insya Allah.
Kamu tahu kenapa aku suka banget sama dia? Dia adalah
sosok yang gigih, dia selalu memperjuangkan apa yang dia inginkan.
Karena bukan dari keluarga kaya raya dia bertekad suatu saat bisa
membangun rumah impiannya. Tercapai dong! tentu dengan kerja
keras, bukan hasil ngepet Hahaha.
Dia bertekad bisa umrah, saat semua jemaah dipulangkan
ke Indonesia karena Makkah melakukan lock down untuk
menghindari wabah Covid 19, masya Allah rombongan jemaah
umrahnya bisa lolos. Dia bisa merasakan umrah dengan khusyuk di
Baitullah tanpa harus berjubelan dengan jemaah lainnya.
"Kakbah tampak lenggang, mataku sembap karena banyak
menangis di sana, aku seperti bermimpi bisa memenuhi undangan
Allah ke Baitullah. Ku panjatkan doa pula untukmu di sana"
kisahnya. Dan masih banyak cita-citanya yang menggunung. Entah
apa lagi cita-citanya, karena tak dia ceritakan semuanya padaku.
Suatu waktu dia bercerita bagaimana rasanya menjadi dia
dengan semua tuntutan, harapan dan pandangan buruk orang
tentangnya, dia diam saja. Kadang dia diremehkan orang karena
hanya berpendidikan rendah. Lain hari orang memfitnahnya, dia
juga tetap diam. Dia tidak sedikitpun mencoba membela diri. Dia
menjadikan umpatan, cacian kepadanya sebagai motivasi untuk
berdiri lebih kuat, cacian mereka adalah pecut yang membuatnya
semakin maju. Dia sekokoh itu. Kamu jangan tanya aku. Aku sedikit
di julidin tetangga, langsung rongseng butuh self healing hahaha.
Pernah juga hatinya yang rapuh dihancurkan seseorang, dia
mencoba mengiklaskan. Dia belajar menerima semuanya dengan
lapang dada. Dia menyimpan semuanya rapat-rapat, dia tumpahkan
semua air matanya di atas sejadah. Sekuat itu dirinya di mataku.
Tapi kamu tau apa yang membuat aku sedih? Dia terlalu
keras kepada dirinya sendiri. Its oke rapuh, karena kita manusia.
Tidak mengapa tak sempurna, karena kita manusia. Its oke nggak
ngapa-ngapai di rumah, bukan karena males tapi tubuh juga butuh
istirahat. Please enjoy your days!!!.
Aku sangat berterima kasih bisa mengenalnya dengan baik,
mengambil banyak pelajaran di hidupnya sebagai bekal dalam
hidupku. Meski kadang aku tidak termotivasi menjadi seperti dia
yang lebih mirip malaikat ketimbang manusia. Dia yang tak pernah
lelah, selalu semangat, tangguh dan kokoh. sepertinya akan lelah
jika aku meniru dia seutuhnya, jadi aku tiru dia seperlunya saja
wkwkwk.
Betewe, hari ini adalah hari ulang tahunnya ke 56 tahun loh.
Aku doakan semoga Allah selalu melindunginya, diberi kesabaran
yang luas, kekokohan iman dan kesehatan, mendapat umur yang
berkah dan menikmati hidup diusia senjanya. Aamiin ya
rabbal'alamin.
Oh iya, aku sampai lupa mengenalkan siapa sosok hebat itu.
Kamu bisa memanggilnya Anne kalo kamu tinggal di Turki wkwkwk,
tapi kalau kamu tinggal di Indonesia kamu bisa memanggil dia
Mama untukku.
"Hai Ma, Are you happy?"

Profil Penulis

Amelia Feryna Bulan Dini, SP. M.Si. Lahir di Palembang


13 Mei 1991. Mempunyai nama pena Afelanie Bulan. Sekarang
aktif menulis dan juga menjual buku anak. Penulis seorang ibu
rumah tangga dengan dua anak laki-laki hebat. Penulis yang
merupakan Alumnus Fitopatologi IPB ini sudah tertarik dengan
dunia literasi sejak kecil. Penulis bergabung dengan WIN sejak
2022. Penulis dapat di jumpai di akun instagramnya
@afelanie_bulan13 atau melalui email
afelaniebulan@gmail.com.

Anda mungkin juga menyukai