Anda di halaman 1dari 40

Sang Penggugah (Lamban_Unik)

1
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

***Titik Awal***

Apa yang ada dipikiranku ?

Kematian telah memisahkan kebahagiaan yang telah terukir


sejak ku dilahirkan, kegelisahan mulai menghantui dan
menggurui setiap langkah yang baru saja dimulai

Akulah Andrew, banyak dari teman-teman memangilku dengan


sebutan sang penggugah. Panggilan ini kudapatkan ketika
aku mampu melewati perjalanan yang terjal dan penuh
halang. Aku mampu melewatinya, bahkan aku mulai
memotivasi orang disekelilingku untuk tetap bertahan dalam
kondisi apapun. Perlahan aku mulai memasuki diriku yang
baru sebagai penggugah keberanian dan peneroboson asa.
Setiap harinya ada saja pelajaran hidup yang kudapati, aku
mulai merekam semua itu menjadi kenangan dan pengalaman
yang tak kan kulupakan. Semua mata menyorot tajam
kearahku, ketika aku mulai mengubah semangat hidupku
menjadi murungan sunyi ditengah keramaian. Layaknya majas
metafora aku mulai berbalik arah dan berandai-andai,

Mengapa Tuhan terlalu kejam hingga mengambil nyawa Ibuku ?


Mengapa Tuhan mengambil semangat hidupku ? .. pertanyaan
itu selalu kulontarkan, seakan akan aku menghakimi Tuhan
karena telah mengambil nyawa ibuku dari sisiku. Hidupku
seakan runtuh ketika orang yang pertama kulihat, kini tak
lagi menemaniku, kini tak lagi bersamaku. Hidupku kian

2
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

sunyi, aku yang tak pernah mengenal kerabat bahkan ayahku


sendiri. Kekecewaan kian bertambah ketika tak ada satupun
yang datang untuk memberikan suntikan kekuatan, semua
kebaikanku sirna seakan hilang bak ditelan hujan air mata.
Hitun-hitungan kebaikanpun aku permasalahkan, entah apa
yang akan ku perbuat sekarang, semangat hidupku telah
hilang bersama kematiannya. Ibu ku, ialah penyemangat
dalam hidup dan kesendirianku, Kini tak lagi ia dapat
menemaniku.

Andaianku semakin menggila, memohon kepada Tuhan agar


menghidupkannya kembali, rasa bersalah dalam diri ini kian
membara dan terluka. Mengapa aku sebodoh ini ? ku tidak
mengatahui bahwa gelayut kanker menerobos sendi-sendi
kekuatannya. Hanya penyesalan, kesedihan dan benci yang
membakar darah ini. Benci terhadap Tuhan, atas segala
cobaan yang ku dapatkan sejak aku terlahir di dunia. Kini
aku tak percaya akan ayat-ayat suci yang menjadi tameng
setiap kegelisan, dan derita yang kudapat. Hidupku telah
berubah, kini aku bukanlah Andrew yang dahulu, aku tak
akan menyia-nyiakan hidupku hanya untuk orang lain, aku
bukanlah sang penggugah, kini ku ingin hidup menjadi
Andrew yang baru, dengan sejuta mimpin dan angan
dibenaknya. Perasaan lelah menjadi motivator dan
kekecewaan terhadap mereka yang telahku bantu menjadi
cambuk kekuatanku untuk melupakan semua kenangan bisu ini
dan memulai untuk mencari jalan untuk mencapai angan yang

3
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

ku impikan. Perubahan terlihat jelas dihidupku, aku mulai


menggambarkan skema hidupku kearah metroseksual, Kini
kehidupan modern sebagai kiblat pencarian nafkah dan gaya
hidup. Ku halalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang
aku inginkan.

***

Kehebatan merangkai kata-kata telah menghantarkan ku


menjadi seorang pendusta sejati. Tipu Muslihat menjadi
kekuatanku untuk bertahan di kejamnya Kota ini, dengan
saling jatuh menjatuhkan menjadi kebiasaan setiap
karyawan yang bekerja disini. Ya, Aku bekerja di
Perusahaan Expor ternama di Kota ini, berbekal ijazah D3
ku kini kutelah menjadi Assisen Surpervisor di Divisi
Pangan dan Obat Tradisional. Target awalku telah
kucanangkan, Rasa Iri telah membuatku semakin Gila akan
kekuasaan. Ku mulai memutuskan untuk menghancurkan
reputasi atasanku, Taktik dan strategi penghancuranpun
kujalani, diam tapi pasti dengan kebaikan semu mulai
kujalani rencana Jahat dan licik. Permaianan ini cukup
simple, dengan bermodalkan lisan, aku akan melahap semua
itu dalam sekali lumatan.

Satu persatu rencana yang telah ku susun dengan segala


cara ku hentakan perhentian tajam pada pak Bagas,
supervisor yang sebentar lagi akan ku tendang dari
tempatnya. Bermain peduli dan mengayomi menjadi langkah

4
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

kedua, setelah ku hancurkan reputasinya dengan berbagai


trik dan fitnah, perlahan tapi pasti, ia mulai tersungkur
dengan sendirinya. Hari-hari kulalui dengan senyum
disetiap harinya, terlihat jelas rasa khawatir diwajahnya,
rasa was-was yang tercipta dari dalam dirinya menjadi
langkah ketiga yang ia sendiri sebagai aktorya, tanpa
mengeluarkan tenaga aku akan segera mendapatkan posisi itu
sebagai singgahsana ku yang baru. Skema pemberhentianpun
terlihat jelas, tatkala hasil kerjaya kini dicaci tanpa
henti, dibuatnya ia pusing dan mengulang setiap pekerjaan,
sepertinya aura mutasi sudah sangat terasa hangat, meski
keputusan itu belum ditentukan. Aku mulai menokohkan
diriku, agar kelak akulah yang dipilih sebagai
penggantinya, dengan kerajinan yang menggila aku tampil
bak pahlawan ditengah kebakaran, aku mulai mengmbil alih
satu-persatu pekerjaannya dengan Tameng membantu, aku siap
untuk menerkamnya ketempat semestinya.

Hari Begitu terasa cepat bagiku, ketika pujian mulai


terasa, Penokohan yang ku lakukan cukup berhasil, rasa
simpati dan empati mulai terbangun dengan sendirinya. Pak
Bagas mulai murung, rasa kasihan sempat menghampiriku, aku
juga pernah seperti itu, tetapi langsung ku tangkis semua
itu, untuk mencapai tujuanku aku harus menyingkirkannya
terlebih dahulu. Perangai periang yang selalu ia tampilkan
kini berubah menjadi bisu dan pucat pusar, ia hanya bisa
melihat kesedihaan dan kegagalan yang ia buat sendiri.

5
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

Hari-hari yang ia lalui persis sama seperti aku dahulu,


kesedihan itu ia tanggung sendiri. Dengan beban kekecewaan
dan tinggalkan orang-orang disekitarnya telah membuat aku
bahagian. Penderitaan seseorang seolah-olah menjadi
hiburan tersendiri bagiku. Raut wajah bahagia kutampilkan
tepat didepannya, dengan sedikit berguru ku pancing
emosinya. Kenapa pak, udah gak usah dipikir pak,
mungkin sudah jalan bapak celetuk ku kuat menyibak
telinganya, entah apa yang ia pikirkan, tiba-tiba matanya
memerah dan mulutnya masih terkunci rapat, aku terus
memperhatikan perangainya, aku hanya ingin menyulut
emosinya sehigga ia terbakar dan melakukan kesalahan.
Terlihat jelas diwajahnya, ia mulai akan menerkam ku kuat
dengan aungannya, tetapi tetap saja ia tak melakukannya.
Kecurigaannya mulai terlihat ketika aku tak sengaja
memergokinya sedang menguping tepat didepan pintu ruang
kerjaku. Dengan emosi ku dorong ia hingga tersungkur ke
tembok tepat disampingnya. Nada kasar dan tak lazimpun ia
keluarkan, ia membalas emosiku dengan serangan bertubi-
tubi, pukulannya sungguh membuat lebam diwajahku, dengan
nada kasar, ku lucuti sudah perangai yang kotor dengan
tudingan kegagalannya selama bekerja. Suasana menjadi riuh
ricuh tak karuan, seakan arena petarungan gulat, mereka
hanya menonton kami sedang berpacu dengan emosi. Semua
bersorak layaknya anak kecil sedang bertengkar dan yang
lainnya hanya menunggu siapa yang terjatuh dan kalah.
Aduan emosi ini tidak karuan, kepalan tangan tak henti-

6
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

hentinya menyentuh tubuh kami berdua. Rasa sakit kurasa


jelas, begitu juga dengannya yang terlihat menanah menahan
sakit yang ku timbulkan. Entah darimana suara gelas pecah
menghantam kerasnya lantai, semua menoleh kebelakang dan
merka hilang menuju tempat awal mereka. Ainun, ia yang
menjatuhkan Gelas itu, seorang perempuan cantik, anggun
dengan bijaksana melerai kami berdua. Nada tingginya
mengawalipercakapan kami bertiga, seakan ingin menampar
kami berdua, ia meminta kami menemui ia diruangannya.

Ainun nama yang sedikit kuno untuk sekelas menager cantik


dan religius, Hijab menutupi sebagian keindahan wajahnya.
Pukulan meja mengakhiri lamunan ku tentangnya, ia
mengalami percakapan dengan nada tinggi dan arogant.
Dengan wajah merah menannar,hembusan nafasnya begitu
kental dan lekat di telinga. Pertanya bertubi-tubi
diarahkan tanpa henti hingga menuju titik utama
permasalahan. Ia memberikan penjelasan berlembar-lembar
mengenai tata tertib hingga surat perjanjian yang pernah
kami tanda tangan. Ia terlihat serius dalam hal ini,
Nampak jelas tatapan tajam nya ke arah kami. Anggukan dan
Senyum tipis kutunjukan, rasa bahagia dalam hati tergambar
jelas karena ini akhir dari Pak Bagas menjadi Supervisor,
meskipun belum jelas ungkapan yang diarahkan Bu Ainun,
tapi telah tergambar jelas dari untaian nasihat dan
wejagang yang ia berikan.

7
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

Raut wajah kesal dan pilu Pak Bagas tunjukan dengan nada-
nada penyesalan ia lontarkan, tak luput permohonan maaf
palsu pun ia sodorkan kepadaku. Perangai lain pun terlihat
jelas dari dirinya, sisi buruk telah menenggelamkan aura
positif dan binar dendam mulai ia tunjukan dengan jelas.
Permintaan maaf pun aku berikan dengan beribu alas an aku
mulai memainkan lidahku agar mampu menarik simpati Bu
Ainun, usaha penokohan yang kulakukan tak boleh sampai
gagal, dipenghujung langkah terakhirku. Meskipun terlihat
jelas di wajah wanita 26 tahun itu, kekecewaan dan
harapanya pupus dan hilang bersamaan dengan kejadian
ini.Dengan nada menyesal kami memohon maaf dan pergi
meninggalkannya sendiri.

***

Perkelahian yang lalu manjadi tirai pemisah antara aku dan


Pak Bagas, lelaki 30 Tahun itu terlihat sinis saat
memandangku, tak segan-segan ia mengacukan ku ketika rapat
koordinasi. Kini aku semakin yakin waktunya akan sebentar
lagi, ia akan segera hilang dari ingatanku. Perselisihan
kami memuncak ketika koordinasi divisi kami dinilai buruk
dan Pak Bagas menjadi orang yang pertama disalahkan Bu
Ainun, atas hal tersebut Bu Ainun mengambil langkah
strategis dan menggantikan posisi Pak Bagas. Pak Bagas
yang terlihat kesal, hanya dapat pasrah ketika ia dimutasi
ke bagian Gudang. Ia harus mengulang semua pekerjaannya
dari awal sama seperti 6 tahun lalu ketika ia baru bekerja

8
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

di perusahaan ini. Pepisahan kami begitu dramatis, aku


menatapnya dengan penuh bahagia, dengan nada riang ku
datangi ia. Dengan kata lembut, salam perpisahan pun aku
lontarkan, kini penghalang terbesar ku telah menyingkir
dan aku siap untuk mendapatkan posisi baruku.

Angan-angan mulai tercipta, desakan hasrat untuk duduk


diposisi itu kiat kuat.Betapa kaget ketika Bu Ainun
memutuskan ia menjabat sebagai supervisor baru kami, ia
merangkap jabatan untuk menjaga stabilitas dan
menyelesaikan pekerjaan yang tertunda serta tidak
terselesaikan oleh Pak Bagas. Sungguh hati ku tak mampu
untuk menahan gebrakan itu, kecewa atas apa yang
ditetapkan oleh wanita 26 Tahun itu. Seolah-olah penokohan
ku Gagal, dan ia tak mampu mencari tokoh baru sebagai
supervisor. Kutunjukan raut wajah sedih, mengingat akulah
Asssisten Supervisor, mengapa aku tidak dipihnya
menggantikan Sampah itu. Raunganku kian kuat, ketika
kuberanikan diri menghadapnya dan bertanya secara
langsung, mengapa sampai hati ia merangkap jabatan.
Jawaban ia pun cukup membuat aku terbelangan, bagi nya
perusahaan adalah rumahnya, saat rumah yang dihuninya
bocor, dan rusak, ia harus segera merenovasinya, agar
tidak bertambah besar. Ungkapan itu membuat hatiku semakin
panas, apa yang ingin ia dapatkan pujian sehingga ia
diangkat menjadi direktur atau keinginan kuat nya menjadi
simpanan pemilik perusahaan. Kini untaian jahat dan

9
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

tuduhan ku sematkan dalam hatiku. Gairah bekerja ku hilang


bersamaan kepustusannya yang merangkap jabatan, dengan
nada kesal ku pertanyakan peraturan perusahaan mengenai
rangkap jabatan yang jelas dilarang dalam perusahaan.
Lagi-lagi uraian jawabanpun ia lontarkan, dengan
kepiawaannya yang mampu menghandel seluruh pekerjaan
dengan cepat dan bersih membuatnya semakin menempatkan
posisinya sebagai manager. Ia mampu mengambil tugas
bawahannya meskipun kesibukannya begitu mendesak. Etos
kerja nya akan segera kupermainkan, dengan sedikit bumbu
penyedap dalam divisi kubangun kekeuatan untuk menokohkan
diriku, ku mulai mempengaruhi internal hingga mengandalkan
gossip pemecatan kepada rekan-rekanku. Tidak hanya itu,
diam-diam ku mulai eluhkan pengawasan yang ketat yang
dilakukannya kepada divisi kami, hingga suara-suara kecil
pun terdengar dan membesar, kondusifitas divisi terganggu,
yang merupakan tujuan awalku untuk mengusirnya dari
divisiku. Nada kerasnya membuat riuahan rapat divisi sore
ini membisu, rapat yang tadinya hambar seakan terasa pedas
ketika cuitan demi ciutan karyawan diutarakan. Perdebatan
kecil mulai membesar dan siap meletus. Kebersamaan rapat
pun hilang ditandai dengan keluarnya Bu Ainun manager
sekaligus supervisor kami. Walk out nya ia dari rapat
menambah riuh suasana rapat, seakan tak ada rasa takut
terhadap atasan kami mulai meminta resolusi kebijakan
rangkap jabatan yang dipilihnya tidaklah efektif dan baik.
Situasi kian memanas ketika aku mulai menyulut emosi

10
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

rekan-rekanku untuk segera meminta Bu Ainun menanggalkan


jabatannya sebagai supervisor divisi kami. Dengan alasan,
agar pekerjaan kami dapat terselesaikan secara maksimal.

Terlihat jelas binar kesedihan diraut wajahnya, dengan


sedikit penyembunyikan itu dibalik kaca matanya . Tapi
tetap saja terlihat jelas ketika aku dan Roy rekan satu
divisiku menemui ia diruanganya. Suasana sempat hening,
hingga aku memulai percakapan, dengan nada pasrah ia
menetapkan akan adanya pemilihan supervisor yang baru.
Pemilihan supervisor yang baru tidak seperti biasanya, Bu
Ainun memnintaku untuk mengumpulkan seluruh rekan divisiku
di ruang rapat besok untuk memilih supervisor yang baru
serta kosolidasi divisi pangan, agar tetap terjaga
kondusifitas dan tetap selaras dengan tanggung jawab dan
job description nya.

Hari yang ku tunggu tiba, tepat disore ini rapat divisi


diadakan dengan miminta saran dan masukan untuk calon
supervisor, diriku yang biasanya vocal kini terdiam sudah
saat semua rekan-rekanku sepakat merekomedasikanku sebagai
supervisor yang baru. Pujian itu mengalir begitu saja
bersamaan dengan ungkapan setiap rekan-rekanku, permintaan
mereka ini sungguh diluar dugaanku, ternyata penokohan
yang kulakukan berjalan baik dan lancer hingga rekan-
rekanku memilih ku sebagai supervisor yang baru. Dengan
sedikit terbata akhirnya Bu Ainun memutuskan untuk
memilihku sebagai supervisor yang baru. Sore ini rapat

11
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

berjalan dengan cukup efektif, dengan semangat yang baru


dan langkah baru aku mulai menarik simpati dan berupaya
agar perhatian yang aku ciptakan dapat diterima dengan
baik. Pemilih ini berjalan lancar dengan disambut hangat
kini aku berada dipuncak divisi ini, aku siap melangkah
lebih tinggi lagi untuk merebut gelar Manager yang masih
dipangku oleh Bu Ainun. Angan itu pun aku tancapkan
bersamaan dengan senyum tipis yang ku berikan padanya.

***Angan-Angan Semu***

Pekerjaan baruku sebagai supervisor membuat aku tidak


cukup puas, sepotong kekuasaan membuat ku haus akan yang
lebih besar. Sikap arogan yang ku miliki sedikit demi
sedikit terlihat, dengan lidah yang bebas ini, ku mulai
mebuat satu divisi sibuk dan terngah-engah dengan
perkerjaan yang ku berikan, banyak dari mereka mulai
mengeluh dan menggunjing dibelakangku, tetapi aku tidak
memperdulikan itu. Dengan dalih tercapainya visi dan
prestasi aku mulai membuat mereka semakin sibuk, prestasi
divisi harus kudapatkan karena itu merupakan langkah awal
untuk terkenal dan dipandang oleh atasan. Mimpi promosi
jabatan telah membutakan hari-hari pertamanku menjadi
supervisor. Entah apa yang sedang ku pikirkan, tapi aku
merasa tak pernah cukup bahkan terkadang terus ingin
lebih. Sifat ini telah merasuk, membuat hati merasa selalu

12
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

ingin dipuji, haus akan pujian menempatkanku menjadi


seorang ambisius.

Sial, Kok bisa kerja lewat jam kantor Celoteh Roy


dengan sangat kuat. Celotehan itu memancing emosiku yang
sedikit kesal. Terbakar akan ucapan kasarnya membuat aku
semakin ingin mempermainkan mereka. Berbekal kekuasaan
yang kumiliki, ku perbanyak perkerjaan mereka dengan nada
tinggi dan berdalih prestasi aku pancing urat nadi mereka.
Semua terbelanga ketika tumpukan pekerjaan ku berikan pada
mereka, berdalih audit internal yang akan segera
dilakukan, ku buat mereka sibuk bukan kepalang.

Biasanya, kalo mau audit, tidak melebihi jam kantor


Ucap Lina, assisten Supervisor yang baru.

Itu kan dulu lin, karena gak detail pekerjaannya, ini


harus detail dan rapih ujar ku dengan sedikit
penjelasan

Perdebatan pun mulai tercipta, saling tuding antara aku,


lina dan roy memicu kekesalan diantara yang lain. Situasi
sedikit riuh dan terdengah saring gujing diantara rekan-
rekan yang lain. Hal itu membuat aku sedikit khawatir,
dengan lugas aku meminta mereka untuk pulang kerumah, dan
menyambung pekerjaan itu untuk besok. Pencegahan yang ku
lakukan ini, tidak lain bertujuan untuk menghindari
konflik yang lebih besar lagi, terlebih target ku masih

13
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

terpatri dengan kuatnya, sebagai Manager. Angan- angan ini


telah memudarkan profesionalitas dan efektifitas kerja
divisiku, meskipun begitu aku tetap optimis untuk meraih
itu. Rencana kedua kujalani dengan pulang diatas jam
kantor, aku berusaha mempromosikan diriku, bahwa aku
merupakan sesorang yang rajin dan berdedikasi tinggi.

Pagi ini, masih terlihat sepi, mungki mereka lelah atas


pekerjaan kemarin. Untuk menarik simpati, aku mulai
berlaga rajin, berharap ada pimpinan yang melihatku dan
mempromosikan diriku. Target dan tujuanku kian membuatku
menyulap hidupku yang penuh kejenuhan berubah menjadi cair
dan mengalir bersama dengan arus yang ada. Pagi ini ku
rapih kan meja ku. Aku membuka file-file yang akan diaudit
minggu depan, dengan sedikit mengoreksi dan membacanya.
Aku mulai memposisikan diriku seperti orang yang sedang
sibuk. Dengan membaca sambil berjalan, aku berharap ada
pimpinan yang akan melihatku. Entah pikiran macam apa yang
ada diotaku, seakan aku hanya membuka lembaran demi
lembaran dan tak sedikitpun aku baca. Kepura-puraan
menjadi kebiasaan yang tak bisa lepas dari hidupku.
Terdengar suara parau sedang memanggilku, ya Bu Ainun
memanggilku dari kejauhan. Suara yang biasanya lugas
mengapa menjadi parau ?, pertanyaan yang terlitas
dikepalaku. Meski begitu hatiku menangkal semua yang ingin
ku katakana, mengapa dia yang memanggilku. Rasa jengkel
seketika muncul dan membuat aku lupa menyahutinya. Aku

14
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

hanya terdiam sambil berguman dengan lembutnya, entah apa


yang ada dipikiranku, aku sangat tak menyukainya. Posisi
yang hendak ku rebut adalah posisinya sekarang dengan nada
lembut ia menyapaku lebih dekat. Sedikit pertanyaan yang
menyelinap di telingaku, dengan prolog yang panjang aku
mengetahui semua maksud yang ia ucapkan. Hanya ingin
menyiggungku bahwa mengapa aku menjadi rajin belakangan
ini. Itulah ungkapan yang ia sematkan lewat prolog panjang
yang ia kicaukan. Aku bertambah benci dan iri, mengapa ia
sengaja menyinggung hatiku, meski dengan nada dan suara
lembut, tapi tetap saja itu membuat amarahku bergolak
kencang. Dengan ketus, aku meninggalkannya dan beranjak
pergi menuju ruangan ku, dengan cepat kulangkahkan kaki
tanpa menengok dan memandang keraha mana pun. Pandanganku
kosong seakan dipenuhi rasa ingin membalas. Sikap ini
terjadi berulang-ulang, entah apa yang kurasakan aku pun
tak mengetahui dengan jelas. Merasa mudah tersinggung dan
iri telah mendarah daging dalam darahku, rasa ini kian
datang secara tiba-tiba tak kenal waktu dan kepada siapa.
Pagi ini telah membuat aku menjadi gelisah, moodku berubah
drastis hingga ku tak sadar telah memaki banyak orang
disekelilingku. Pikiran ku rancu bak ditelan amarah,
dengan grasak grusuk kuselesaikan pekerjaan ku dan
menghampiri nya. Aku datang dan menemui Bu Ainun, ingin
rasanya ku bertanya langsung kepada nya, mengapa ia sampai
hati mengatakan hal itu kepaduku, apakah aku memiliki
salah atau ia merasa aku akan merebut posisinya.

15
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

Tepat didepan ruanganya, ku ketuk pintu dengan perlahan.


Terlihat jelas ia sepertinya sedang menungguku, dari raut
wajahnya dan ekspressi ketika aku memasuki ruangannya,
senyum kecil tampak di wajahnya. Ia lambaikan tangan dan
mempersilakan aku duduk, tampa basa-basi aku bertanya
padanya mengenai kejadian tadi pagi. Ia menjawab dengan
lugas dan sopan, terlihat wajahnya memerah dan berkaca.
Apa yang ada dipikirannya membuat aku bingung, nafsu
amarahku telah berubah menjadi lembut dan tersihir akan
ucapannya. Penjelasan detail mengenai apa yang diucapkan
ia tadi pagi telah membuat aku menjadi lupa akan posisi
dan tujuanku ke ruangannya.

saya tidak bermaksud menyinggung kami dre, hanya ingin


memberitahu kamu, bahwa semangat yang kamu miliki ini
harus berlanjut dre, dan ditularkan kepada rekan-rekan
kamu, saya yakin kamu bisa menjadi panutan untuk orang
lain, perangai kamu yang sering berubah-ubah akan menjadi
penghalang kamu mencapai sukses ndre, sehingga kamu harus
mampu mengontrolnya dan mengolah hal itu dengan baik
ndre ucap Bu Ainun tanpa mendengar apa yang aku ingin
tanyakan dengan nya. Menjelasan itu membuatku terkejut,
padahal aku belum sempat bertanya mengenai alasan ku
datang kerungannya. Sungguh wanita yang luar biasa, tiba-
tiba hal itu terbesti dalam pikiranku, rasa kagum
kepadanya telah merubah niat awalku yang ingin menarik
amarahnya keluar dari zona amannya. Sekarang aku hanya

16
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

terdiam dan tersipu malu, sejenak ku bernajak dari kursi


untuk meminta izin kembali keruanganku.

Siang ini, suasana hatiku menjadi tak menentu, amarah yang


menyala kini berubah mejadi lamunan sunyi. Kesadaranku
benar-benar telah diambang batas, pikiranku benar-benar
berada diluar jalur. Wajahnya mulai terbayang tepat
dimataku, lamunan ini sungguh menyita waktu dan pikiranku.
Kepakan kaki dengan keras dan cepat, mengejutkan ku,
hingga tersadar dari lamunan yang menyita waktu. Tepat
didepan wajahku roy dengan tergesa-gesa memberikan surat
perintah bahwa audit akan dilaksanakan 3 hari lagi, buka 1
minggu lagi. Hal ini dilakukan karena aka nada auditor
dari eksternal untuk pengecekan pajak, pengeluaran dan
pendapatan perusahaan. Kekhawatiran terlihahlat jelas
diwajah roy, dengan nada datar ku mulai memintanya untuk
segara keluar ruanganku. Tegak ku berjalan menghampiri
rekan- rekan divisiku dengan nada tinggi aku meminta
mereka untuk segera menyelesaikan audit tahap 1.

kemarin, sudah saya minta kerja!, Kerja !, malah tidak


ada yang menurut pekik ku Kuat, meyibak telinga rekan-
rekan divisiku. Aku mulai menyalahkan mereka karena telah
membantah perintahku yang lalu. Suasana divisi ku menjadi
ramai penuh kicauan dan langkah kaki. Sore ini suasana
divisi ini dipengaruhi oleh kekhawatiran, dengan nada
tinggi aku mengingatkan mereka agar tetap teliti.
Pekerjaan ku tidak terlalu banyak, aku hanya sibuk untuk

17
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

mengawasi pekerjaan mereka, dengan santai aku mulai memaki


Lina assisten Supervisor karena bekerja dengan sangat
lamban, sehingga aku menambah pekerjaannya dan
menyelesaikan berkas audit bagian 2. Aku memaksa nya untuk
dapat menyelesaikan berkas audit bagian 2 besok, dengan
nada kesal ia menjawab semua permintaanku. Terlihat
wajahnya menjadi berubah paruh merah, mata nya membelanga
keluar hingga memperlihatkan ekspresi amarahnya. Sore ini
kusudahi pekerjaan ku lebih awal, dan meninggalkan rekan-
rekan divisiku. Aku beranjak pulang kerumah, dengan
membawa senyum bahagia melihat mereka sibuk dengan
pekerjaan yang belum terselesaikan.

***

Perjalan menuju audit semakin berliku, ada saja hambatan


dan tantangan. Terlihat dari 2 rekan divisiku yang harus
tergeletak di rumah sakit karena mengejar proses audit.
Hal ini juga terlihat dari wajah Lina, pucat pasuh dengan
lingkar mata yang menghitam. Mengindikasikan bahwa ia
kurang tidur, hal ini membuat aku semakin bersemangat
untuk memompa amarah dan tenaga mereka, tepat 1 hari
sebelum audit, aku memaksa mereka menyelesikan semua
pekerjaan tepat jam 12 :00 siang, hal ini kulakukan untuk
mengecek sekilas pekerjaan mereka. Tanggapan dan bantahan
pun mereka layangkan kepada ku, perasan lelah telah
membuat mereka lupa akan posisi dan kedudukan. Dengan
kekuasaan yang ku punya, sedikit memaksa dan menekan

18
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

mereka untuk segera menyelesaikannya, reputasi mereka dan


divisiku menjadi taruhan dari pekerjaan yang mereka
lakukan. Suasana divisiku menjadi riuh, saling cemooh dan
lontaran kata-kata kasar antar mereka menambah kebahagiaan
ku.

Sejenak mereka terdiam, lirik ku menuju pintu masuk,


ternyata Bu Ainun sudah tepat didepan pintu ruangan kami.

Wah, ada pasar ya ? Ujar bu Ainun dengan nada datar,


perlahan kaki nya menyusuri satu persatu meja kerja.
Nampak wajahnya berubah manjadi kaku dan kesal. Komentar
pun ia berikan dengan sedikit nasihat agar menyelesaikan
proses audit ini sebaik mungkin. Perlahan ia menunjuk
sampah yang ada di belakang meja kerja rekan-rekanku, yan
ruangan mereka dengan ruanganku terpisah. Mereka bekerja
dalam ruang terbuka dan hanya dibatasi sekat, sementara
aku bekerja dalam ruang tertutup pintu. Komentar pedas pun
ia lontarkan, dengan cercaan yang sungguh diluar nalar ku,
mungkin baru pertama kali nya aku melihat ia marah.
Kantor apa TPS ini! ungkap Bu Ainun ketika melihat
tumpuakan sampah menggunung di samping ruang kerja mereka.
Aku segera keluar dan menyapa Bu Ainun, seikit membela
rekan-rekanku aku mulai membuat alasan kecil dan cukup
simple. Tumpukan sampah ini memang tak indan untuk
dipandang, apa lagi sampah telah membludak keluar dari
tempatnya. Oh, Ini mas Supri tidak masuk kerja hari ini
ungkapku membuka keheningan, ya mas supri merupan

19
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

office boy yang bekerja di divisi kami. Segera ku minta


rekan-rekanku untuk membersihkan nya. Mereka langsung
bergegas untuk membersihkannya. Telak itu membuat Bu Ainun
semakin marah, dengan untaian kata-kata panjang nya, ia
telah menjudge divisiku bekerja tidak menggunakan hati nya
melainkan perintah yang menggerakan mereka bekerja. Aku
meminta maaf dan mempersilakan Bu Ainun menuju ruanganku.
Masih terlihat wajah Bu Ainun tampak kesal, aku memulai
percakapan dengan menanyakan kabar nya, sedikit basa-basi
hanya untuk mencairkan suasana. Kemudian aku menceritakan
bahwa hasil audit akan selesai pukul 12:00 siang ini.
Wajahnya masih tampak kesal, tak ada kata-kata yang keluar
dari mulutnya, hanya diam dan bisu kudapati kali ini.

Tanpa bicara ia, meninggalkan ruanganku dengan cepat,


pandangan lurus berwajah datar mengakhiri pertemuan siang
ini. Wanita 26 tahun ini sungguh perfeksionis, bagi nya
kebersihan, disiplin dan kerapihan menjadi point utama
jika bekerja dengan nya. Bahkan lipatan baju nya pun tak
terlihat, kaca mata yang ia gunakan pun Nampak bersinar.
Pujian itu mengalir begitu saja dalam kesendiriannku.
Tepat pukul 12:00 berkas-berkas audit telah terselesaikan,
hanya tugas yang ku berikan pada Lina yang belum
terselesikan, dengan dalih terlalu banyak. Ia meminta
waktu hingga sore ini untuk menyelesaikan. Sifat aroganku
muncul seketika, dengan pekikan kuat aku memakinya dengan
cercaan yang tak layak ku gunakan untuk seorang wanita,

20
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

kini amarahku kian memuncak ia menjawab semua cercaan ku.


Kesabaranku diambang batas, aku menariknya keluar ruangan
ku dan meintanya untuk segera menyelesaikan tugas yang aku
berikan. Tepat didepan rekan-rekan divisi yang lain, aku
mmeberikan pelajaran yang tak pernah ia lupakan, Mungkin
bener ungkapan mulutmu adalah harimaumu, kini aku gunakan
erangan kuat dengan membandingkan pekerjaannya dengan
pekerjaan yang lain serta mencaci Lina karena kelambatan
dan tidak disiplin dalam bekerja. Ruangan menjadi hening
dan semua mata mengarah kearah Lina dan Aku, Isak
tangisnya mengakhiri cengkraman tangan ku dan ku minta
untuk rekan-rekan yang lain untuk membantunya
menyelesaikan tugas Lina. Pompa amarahku ku biarkan dalam
fase normal kembali, dengan luapan emosi ku coba
menahannya. Siang ini ku habiskan dengan mengecek hasil
audit divisiku, Sekilas terlihat pekerjaan mereka sungguh
rapih dan baik. Aku hanya membolak-balikan kertas-kertas
ini dan menandatangani nya saja. Di penghujung sore Lina
memberikan hasil audit yang ia kerjakan, wajah memerah dan
lebam didekat bola matanya terlihat jelas menandakan ia
habis menangis, tanpa basa-basi ia segera meninggalkan
ruanganku. Hari ini sungguh melelahkan, sejenak ku
baringkan kepalaku di meja lalu beranjak pulang kerumah.

Audit yang dilaksanakan hari ini berjalan dengan lancar,


senyum menghiasi wajah mereka, hari sulit pun berlalu,
harapan akan keberhasilan pun kami nantikan. Wajah Lina

21
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

masih saja sayup sedih dengan tekukan bibirnya


memperlihatkan situasi yang ia alami sungguh sulit,
terlintas di benak ku, untuk meminta maaf pada Lina dengan
segera ku hampiri Lina dan mengajak nya ke tengah ruang
divisi kami. Nada Keras ku membuat semua menoleh kea rah
kami, dengan meminta maaf kepada lina didepan semua rekan-
rekan divisi sedikit mengurangi beban dalam hatiku. Nampak
wajah lina berkaca- kaca dengan suara lembut ia menerima
permintaan maaf ku. Hari ini sungguh ku lalui dengan
sedikit berbeda ada yang lain dari diriku kini rasa
bersalahku muncul. Aku mulai sedikit menyadari bahwa
menyakiti sesorang tidak lah tepat.

Hari-hariku berlalu seperti biasaya, hanya bekerja,


diskusi dengan Bu Ainun dan menokohkan diriku. Aku
mengambil banyak peran sebagai protagonis. Aku mulai
menerima keluhan rekan-rekan ku dengan memberikan masukan
dan saran untuk mereka. Hasil audit telah keluar divisiku
mendapatkan perinkat terbaik, namaku kian dikenal bahkan
aku mulai menjadi sorotan di perusahaanku. Isu promosi
jabatan pun sudah terdengar hingga ketelinagaku. Harpan
menjadi manager sudah didepan mata, anganan ku telah
meracau pola pikirku. Pikiran jahat ku kembali mendominasi
sepek terjalku, kini sasaran ku adalah Bu Ainun. Mimpi ku
diawal ketika aku menjadi supersvisor mulai ku jalankan,
penokohan yang telah kulakukan menempatkanku menjadi Best
of The best Employe dari pimpian perusahaan, bahkan aku

22
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

mampu mengalahkan Bu Ainun dan semua pekerja. Sungguh aku


berada pada level terbaik ku kini aku akan mengambil
posisi Bu Ainun. Sebagai Manager Operasional merupakan
jabatan strategis dibandingkan manager pemasaran/promosi/
Keuangan. Skema penjatuhan Bu Ainun, berbada dengan skema
penjatuhan Pak Bagas. Permainanku dimulai dengan
menyebarkan virus computer ke laptopnya dengan mengirimkan
file-file pembawa virus, tujuan ku agar laptopnya rusak
dan data dalam laptopnya terhapus begitu saja. Sedikit
khawatir ketika harus menyelinap maasuk ruangan nya,
berpura-pura memberikan laporan aku mulai menjalankan aksi
pertama ku. Cukup sulit untuk membuka laptopnya dengan
kata sandi yang aku tidak mengetahuinya, pengamananya pun
berlapis dengan sistem double sandi membuat aku gagal
melakukan nya. Tidak menyerah sampai disini saja, aku
mengirikan fila-file itu lewat email, dengan nama email
yang berbeda ku coba untuk mengirimkan email itu
kepadanya. Email berhasil terkirim, namun aku tidak
mengetahui apakah laptopnya dapat terinfeksi atau tidak.

Jawaban keberhasilan ku ternyata hanyalah angan-angan


semu, belum terlihat tanda-tanda kerusakan pada laptopnya,
hal ini sungguh membuat ku menggila, aku mulai menyebar
fitna keji mengenai kehidupan pribadinya di kotor. Isu
perselingkuhannya dengan pimpian perusahaan menjadi topic
hangat yang aku buka, dengan sistem message palsu aku
mulai menyebarnya ke rekan-rekan divisiku dan karyawan

23
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

lainnya. Wanita lajang itu sungguh tidak terpengaruh akan


isu tersebut, ia tetap bekerja dengan profesional. Tak
Nampak gelagat lesu dan amarahnya, sungguh sulit untuk
menyulut emosisnya meski setiap ia berjalan ada saja
gunjingan mengenainya. Hari begitu sulit ku lalui aku
mulai merasa jenuh akan tujuan ku, mungkin ini hanya
angan-angan semu untuk mendapatkan jabatan ini.

Hari-hari berlalu begitu cepat, fitna dan umpatan yang ku


berikan kepadanya tidak membuahkan hasil, se akan-akan itu
hanya angin berlalu. Aku mulai berangan kembali, dengan
sejuta rasa iri ini, ku mulai membual mengenai dirinya,
rasa iri ini telah membuat aku tidak fokus dalam melakukan
apapun. Ketukan pintu mengejutkan lamuanku, angan yang
sedari tadi tercipta sirna ketika ku melihat Bu Ainun
tepat didepan ku. Kini aku semakin bimbang dibuatnya,
Wanita macam apa dia, meskipun lebih muda dari ku tapi
tetap saja ia tampak lugas dan bijaksana. Sapaanya
menghantarkan kami pada percakapan panjang. Ungkapannya
sungguh membuat aku terbelanga, ia sudah mengetahui bahwa
selama ini aku yang membuat fitnah dan gossip mengenai
dirinya. Terpatung aku tepat didepannya, mata yang tak
mampu menoleh, dengan mulut terkunci rapat, ia memberikan
banyak masukan dan nasihat yang sungguh menyayat hati ku.

ndre, saya tidak akan bertanya mengapa kamu melakukan


hal ini kepada saya ?, saya pun tidak akan mengadukan hal
ini pada pimpinan, saya hanya ingin kamu tahu bahwa saya

24
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

tidak memperdulikan hal itu, bagi saya bekerja dengan


ikhlas dan penuh tanggung jawab itu adalah kewajiban saya,
saya tidak akan khawatir kelak saya akan diberhentikan
atau saya harus dibenci, saya melakukan apa yang menjadi
kewajiban saya? ujar Bu Ainun

Nasihatnya membuat aku semakin tersentuh, tersipu malu aku


akan semua perbuatanku padanya, tetsan air mata membasahi
pipiku, menandakan penyesalan yang begitu dalam. Wanita
seperti apakan ia ini, sangat beruntung sekali bagi mereka
yang memilikinya. Bijaksana, lugas, Penyabar menjadi
gambaran kecil dari perangaianya meskipun pernah ku
melihat amarahnya, namun kali ini hanya untaian dan
kasihnya yang aku rasakan. Lambaian tangannya menutup
pertemuaan panjang kali ini, tanpa balasan ungkapan
ataupun perkataan aku hanya meraih tangannya dengan sendu
tertunduk, perasaan malu untuk menatapnya. Perpisahan
kedua telapak tangan kami, menandakan ia telah
meninggalkan ruangan ku, tersendu ku dibuatnya. Beranjak
ku pergi dari runangan ku menuju tepat pengasingan yang
selalu menjadi saksi kesendirian ku, siang ini menjadi
saksi penyeselan yang mendalam dari diriku.

*** Nafas Baru ***

Kamar ini menjadi saksi kesedihan ku, teringat sudah


kenangan pahit ketika ibu meninggalkan ku untuk selamanya.
Bayangan akan perhatian dan kasihnya membuat, aku dalam

25
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

kepedihan. Tetesan air mata, menghujani wajah ini, seakan


hidupku kembali dalam puruk yang mendalam. Kejadian hari
ini, telah membuka kepiluan yang telah terkubur dalam
relung kecil hati ku. Kata-katanya mengingatkanku betapa
tulusnya, ia dalam menjalani hidup. Derita ku sungguh
dalam perumpamaan yang sendu, dengan terbata aku tangkis
semua sedihku, beranjak meninggalkan Asa yang mendalam.

Tangisan dan luapan kesedihan menjadi angan yang menyipu


malu, seakaan hilang diterjang kegelisahaan. Aku, malu
akan semua yang ku lakukan pada nya, sedikitpun ia tidak
membalasnya, sungguh bijak yang ia lakukan. Pikiranku
mulai beralih pada diriya, sosok yang hampir mendekati
wanita sempurna membuatku tak henti memikirkannya. Batin
ku kini dalam kebimbangan, kesedihan, dan kasihnya.
Perasaan ini terbawa dengan sendirinya, aku mulai
memikirkannya secara berlebih. Ini kali pertama yang
kurasakan dalam hidupku selama lebih dari 2 tahun
terakhir, aku kian sulit untuk tidak memikirkannya. Hatiku
mulai tersentuh akan ucapan dan perangainnya. Inikah
rasaya jatuh cinta, segera ku tepis rasa ini, entah apa
yang terjadi. Layaknya sebuah drama benci jadi cinta,
kini aku dalam pusaran itu.

Kesunyian malam membuatku tertidur dengan lelapnya, nada-


nada indah yang biasa kudengarkan ketika aku akan tertidur
kini tak lagi aku dengarkan. Kini bayangan semunya lah
yang menghiasi malam ini. Dalam lelap tidurku, aku mulai

26
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

berceerita mengenai kisah hidupku kepadanya. Runutan


peristiwa menjelaskan betapa kejinya hidupku, ketika tepat
berada pada titik semu, aku terbangun dalam mimpi ku.

Sial, hanya mimp ungkap menarik kedua tangan ke kea


rah wajah ku, ini kali pertama aku terbangun dalam tidur
ku sejak kematian ibuku. Jantungku bertegup dengan kencang
, ku ambil air di sampingku. Aku lanjutkan tidur malam ku,
namun aku masih tetap tidak bisa memejamkam mata ku.
Pikiran gelisah kini menghampiri ku, Jenuh ku
menghantarkan ku menulis sebuah puisi untuk nya.

Nafas Baru

Lamuan sunyi ini menjadi penghujung dalam kesendirianku

Aku mulai terbata berucap namamu

Angan semu kian menambah pikiraku

Kini aku membutuhkan nafas baru

Pikiranku berakhir pada satu titik jenuh

Tanpa berbincang aku mulai menatap paruh

Rasa ini kian membuat hatiku penuh

Harapan jiwa terisi dengan sejuta kasih

27
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

Coret-coretan dikertas ini menjadi tanda, perasaan yang ku


miliki telah jatuh kepada nya. Aku mulai menyukai nya
sepenuh hati, tanpa mengelaknya lagi. Tulisan ini
mengakhiri malam yang sendu akan rindu, bersama fajar yang
mulai menyingsing di pelepuk mata.

Bergegas ku berangkat menuju kantor, harapan bertemu


dengannya menjadi penyemangat dalam hidup ku. Sebuah kisah
benci menjadi cinta menjadi nyata dalam hidupku. Pagi yang
penuh harap, tak mampu aku berfikir lebih hanya senyum dan
wajahnya lah yang terbayang jelas di pikiranku. Aku kian
merindu seakan hidupku hanya untuk nya. Menunggu diriku
dalam lamunan bahagia, penuh cemas dan gelisah saat ia
datang dan menyapaku. Aku mulai merencanakan, kata-kata
manis yang akan ku katakana pada nya, sebagai penyambut
pagi dari ku kepada nya. Lebih dari 30 menit aku
menunggunya, namun ia belum menunjukan senyum manisnya,
silih berganti orang-orang masuk dan menyapa ku. Namun ia
belum jua datang, Waktu menunjukan pukul 08:00 pagi, waktu
bekerja kini telah dimulai, namun aku masih belum bertemu
dengannya, nampaknya hari ini ia terlambat datang,
meskipun aku belum menjumpai keterlambatannya, namun hari
ini ia belum jua datang. Dengusan nafas ku mengakhiri
penantianku atas dirinya, beranjak ku pergi meninggalkan
lobi kantor dan menuju ruangan ku. Pagi ini aku tidak
menjumpainya, pikiranku akan ia semakin menjadi. Tebakan
akan alasan keterlambatannya menjadi bahan pertandingan

28
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

dalam pikiranku, aku kembali terlelap dalam lamunan


sendiriku.

Bayangan semu akan dirinya menghiasi siang hari ku, ku


beranikan diri menjumpai dirinya. Tergesa ku saat berjalan
menuju ruanganya hingga aku tidak menghiraukan sapaan
orang orang yang bertemu denganku. Perlahan ku ketuk dan
ku buka pintu ruangannya, hanya kesendirian yang ku temui.
Kali ini aku gagal menemui dirinya, kekecewaan menghampiri
tangan, ku tarik gagang pintu itu hingga terdengar suara
kencang yang mengejutkan orang-orang disekitarku. Lirikan
penuh curiga mengarah ke arah ku, bergegas aku pergi
meninggalkan ruangan nya dan kembali menuju ruanganku.
Hati ku mencari-cari dimana kali ini ia berada, sungguh ia
telah membuat fokusku hilang, dan tenggelam dalam
lamunannya. Pekerjaan menumpuk diatas meja ku, uraian
laporan telah menungguku, namun aku tak kuasa untuk
membuka itu dan meneruskan lamunanku. Hari ini, menjadi
saksi kerinduaku yang mendalam mengenainya, ku beranikan
diri untuk bertanya kepadanya melalui pesan singkat yang
ku kirim dengan penuh keraguaan. Pesan pertama belum
mendapatkan jawaban atas pertanyaan ku , ku kirimkan untuk
kedua kalinya, lama ku menunggu balasnya, hingga aku tak
sadar bahwa sudah waktunya aku pulang. Kegelisahan ku
semakin memuncak ketika aku belum mendapatkan jawaban atas
pertanyaanku. Peran batin ini sungguh membuatku merasa
pilu, perasaan ini terlalu terbawa dalam kata-kata nya,

29
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

walaupun kenyataannya hubungan kami hanyalah sebatas


atasan dan bawahan, dan tak lebih. Mungkin ini menjadi
alasan nya mengapa ia tidak membalas pesan singkatku.
Tudingan tak beralas pun aku utarakan dalam kesendirianku.

Sungguh terasa begitu lelah, tapi mata ini belum ingin


mengakhiri malam ini, aku masih menatap handphone ku
berharap ada balasan dari nya, namun aku tidak mendapatkan
balasa atas pesan ku, kini aku semakin di rundung
kekecewaan, hati ini terbawa oleh perasaan yang penuh akan
harap. Detak jantung kian menggebu, masih tak lelah ku
memandang handphone ini, berharap ada balasan dari nya,
namun sungguh kecewa hingga selarut ini, ia tidak
membalasnya.

Terhenti ku dalam harapan, pesan jiwa yang tak kunjung


kau balas,

Angan ku kian menusuk sanubari, Terbang hinggap di


penghujung cemas,

Sendiri ku rajut harap, hujaman kasih tak beralas,

Rindu ku menghapus lelah, untaian jawaban yang tak


terbalas,

Tak kunjung berbalas

***

30
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

Kemarin menjadi hari terakhirku memikirkanya, jawaban atas


pesan yang ku kirim ternyata terjawab sudah. Wajar saja,
ia tidak membalas pesanku, kini ia sedang sibuk memikirkan
pernikahannya. Cinta dan harapanku sudah menghilang
bersama dengan undangan yang ku terima, kecewa dan sedih
menjadi teman hidupku di penghujung ingatan ku. Nafas baru
yang ku harapkan lebih, ternyata hanya bayang semu nya
saja. Tak kunjung ku bertahan dalam fase penuh kesedihan,
angan akan cinta yang kembali hilang bersama hilangnya
malam.

Aku tidak mampu menampikan raut wajah kecewa atas


pernikahannya, pilu rasa hati ini tergambar sudah. Sangat
jelas terlihat dari terhenti nya pikiranku tentang dia,
harapan akan kebahagian pupus sudah, sekarang aku hanya
ingin sendiri. Kesendirian ini seolah-olah menjadi teman
setia hidupku, hanya kesendirian yang kubutuhkan kali ini.
Terbawa perasaan membuatku lupa akan posisi dan situasi,
harusnya aku menyadari wajar bila atasan memberikan arahan
yang positif agar kita lebih maju, dan tidak dengan memaki
ataupun mencaci itu merupakan gaya lisan yang sungguh
membawa hati ini melayang bersama ucapannya. Kesendirian
ku membuat aku harus menunda pekerjaan yang menumpuk di
meja ku, kini aku tak lagi mengawasi pekerjaan rekan-rekan
divisiku, aku hanya sibuk akan lamunan yang tak kunjung
usai. Lamunan ku terhenti, sejenak ku tolehkan wajahku
menuju pintu, terlihat jelas sosok nya ada dihadapanku,

31
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

apa yang ia lakukan disinipikirku dalam hati, tanpa


menunggu sapaan ku, kini ia duduk tepat didepanku, penuh
harap dan cemas, mengapa sampai ia menemuiku. Suara
merdunya mematungkan diriku atas semua uraian jawaban
panjang yang ia katakana, tanpa jeda serta hentakan. Semua
itu terlihat datar, mengartikan bahwa perasaan nya kepada
ku hanyalah semu dan tidak bermakna. Ungkapan persahabatan
menyela ditengah-tengah uraian jawaban nya atas pesanku,
dengan terbata aku hanya mampu menyatakan respon positifku
atas langkah dan jawaban yang ia pilih. Kini aku tinggalah
dalam luka yang mendalam, meski harusnya ini tidak terjadi
mengingat ia tidak pernah memperlihatkan rasa suka nya
kepada ku, hanya aku saja yang menyukainya. Percakapan ini
sungguh membuatku semakin sedih, ungkapan manis dan sajuk-
sajuk penjelasan membuatku tersihir akan pilihan hidupnya.
Aku dalam suasana pilu, sejenak ia mengulurkan tangannya ,
menandai akhir dari pertemuan ku dengan nya, sapaan hangat
nya mengajak ku untuk menghadiri pernikahannya, sungguh
aku masih ingin melihat wajah nya, perpisahan ini membuat
seluruh isi dalam jiwa ku tumpah seraya memberikan ucapan
selamat dan terimakasih. Kini aku dan dia hanyalah sebatas
rekan kerja, teman, dan sahabat tanpa ada ikatan yang
resmi di antara kita. Beranjak ia meninggalkanku dengan
lambaian tangan dan senyumnya mengakhiri perjumpaan ku
dengan nya siang ini. Pertemuan ini membuat ku menjadi
lebih baik, kini aku mengerti arti sebuah kasih yang
sesungguhnya, tanpa harus mencintai aku pun bisa bersama

32
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

nya. Hari ini, ku tutup dengan senyum, jawaban atas pesan


ku kini sudah jelas terjawab. Tanpa mengelaknya aku
menyadari betapa bijak dan berani sikap yang ia tunjukan.

Hari-hari terasa begitu cepat, tak terasa hari


pernikahannya akan di laksanakan hari ini, rasa kecewa
yang dahulu timbul, kini berubah menjadi bahagia.
Kebahagiaan ini muncul seketika, bahwa Tuhan akan
memberikan jodoh yang lebih baik kepada ku, sehingga aku
harus bersabar dalam menanti nya. Meski hari ini hari
libur, rutinitasku tidak begitu banyak, aku hanya
membersihkan rumah ku dan menghadiri pernikahannya. Tak
ada persiapan spesial, hanya kado istimewa yang ku
persembahkan untuk dia dan suaminya. Malam ini terasa
berbeda langkah kaki ku semakin berat untuk beranjak
menghadiri pernikahannya, ada yang terasa berbeda, jantung
ini berdegub dengan kencang dan pikiran akan dirinya
kembali menyertai ingatanku. Ku tolehkan mata ku menuju
jam dinding di kamar ku, Tepat pukul 19:45, tanda nya 15
menit lagi acara pernikahannya akan di mulai. Iringan
kecemasan menghantui ingatan ku, angan yang sudah terkubur
kini muncul memberudug seketika. Rasa khawatir menyibak
bayangan akan diri nya, usaha melupakannya kini terlanjur
terbuka kembali. Malam ini penuh bimbang ku langkahkan
kaki ku menuju pernikahannya, harapan akan kebahagiaan
diri nya menjadi prioritas ku saat ini, hampir sama
layaknya sebuah drama, mencintai seorang tak harus

33
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

memilikinya kini aku rasakan. Laju kencang sepedah motor


ku menuju Gedung Graha Pusaka Kencana, gedung ini menjadi
saksi bisu pernikahan ia dan suamninya. Tak sampai 10
menit aku telah sampai di depan gedung, terlihat dekorasi
yang sangat indah menghiasi pintu hingga sekeliling
gedung, ucapan selamat bertuliskan Adit dan Ainun. Aku
mulai terbata melangkahkan kaki menuju gedung, Kerumunan
orang dengan bahagia masuk menuju altar pernikahan,
sementara aku masih sibuk memperhatikan sekeliling ku.

Dekorasi ini sungguh indah, hiasan mawar putih menghiasi


hampir sekeliling ruanganan ini, tak lupa photo besar
mereka berdua terpampang tepat di sebelah kanan pintu
masuk. Wajar saja, Ainun menikah dengan adit, wajah tampan
dan proposional nya membuat orang yang melihatnya
terkagum-kagum. Ku langkah kan kaki semakin dalam,
terlihat altar pernikahaan mereka sungguh mewah dan indah,
dengan iringan nada akustik yang menawan menambah
kehangatan malam ini. Aku yang sedari tadi hanya melihat
sekeliling ku, kini aku terbelangan dengan sahutan Ainun
yang memanggilku dengan lambaian tangannya. Senyum nya
menandai kebahagian nya yang kini mencapai klimaksnya,
perlahan aku menuju altar pernikahannya, seakan dunia akn
runtuh, aku khawatir bahwa suaminya mengetahui bahwa aku
menyukai istri yang baru ia nikahi.Tarikan nafas lembut
ku, mengawali perjumpaian aku dengan nya, ia
memperkenalkan ku dengan Adit, pria ini terlihat sangat

34
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

merawat diri terlebih senyum ramahnya mengawali pertemuan


kami. Ucapan selamat ku ucapkan dengan senyuman palsu, aku
dalam lautan kebohongan, hati ini menolak dengan keras
peristiwa ini. Keramahan mereka, mengakhiri pertemuan
kami, aku beranjak meninggalkan mereka di atas altar
pernikahan mereka. Salam perpisahan pun ku utarakan pada
mereka, lalu Ainun menarik tangan ku, mencegah ku pergi
dan meminta ku untuk berphoto dengan mereka. Photo ini
menjadi goresan sejarah tetesan air mata ku yang terekam
dengan sangat jelas, aku dalam penyesalan yang mendalam.
Aku akhiri pertemuan ini dengan mengucapkan selamat untuk
yang terakhir kali, tanpa menunggu lagi aku beranjak
meninggalkan pernikahan mereka. Kini aku dalam kesedihan
yang mendalam, aku baru merasakan patah hati untuk kedua
kalinya, saat ibu ku meinggalkan ku dan Ainun seorang
wanita yang ku cintai menikah dengan orang lain. Perasaan
kalut membumbui malam ini, ku paksakan untuk meminum obat
penenang hingga ku tak sadar, matahari berada tepat di
atas kepalaku. Aku terlambat menuju kantor, sementara saat
ini jam di kamar ku telah menunjukan pukul 12:34 siang ,
aku benar-benar dalam ketidak berdayaan. Ku ambil
handphone dan segera ku kirim pesan pada Roy bahwa aku
tidak bisa bekerja hari ini. Ku pasrahkan tubuhku
tenggelam kembali dalam lautan mimpi.

Tiga Hari sudah aku tak beranjak meninggalkan rumah ku,


handphone ku sibuk berdering, entah siapa yang

35
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

menghubungiku, tak ingin aku menengok dan melihat nya. Aku


kembali dalam lautan mimpi, niat dan gairah hidupku kini
berada di ambang batas. Aku tak mampu untuk pergi ke
kantor, menatap wajahnya penuh akan bahagia. Lagi-lagi ku
ambil obat penenang dan aku kembali dalam lautan mimpi ku.
Seminggu sudah, aku dalam kesendirianku, kini aku merasa
ada yang hilang dalam hidup ku, ambisi yang dahulu
menggebu telah hilang dan pergi meninggalkan ku. Aku tak
mengerti apa yang akan aku lakukan, kali ini ku coba untuk
membuka media sosial, runutan pesan singkat menghujam
dengan sendirinya. Luar biasa, satu minggu aku tidak
mengaktifkan handphone ku, ternyata berita pemecatanku
sudah tersebar luas di group social media. Berita
pemecatan ini tidak membuatku terganggu, wajar saja
perusahaan memecatku sudah satu minggu aku tidak bekerja,
dan semua pekerjaan ku terbengkalai. Terlebih satu bulan
ini pekerjaan ku tidak pernah rapih dan selalu terlambat
karena aku terlalu sibuk memikirkan cinta yang tak kunjung
berbalas. Kini label pengangguran tersemat sudah di
dahiku, aku beranjak dari tempat tidurku segera aku
bersiap untuk mengambil barang-barang pribadi ku di
kantor. Tepat Pukul 10:00 pagi aku telah sampai dikantor
yang memberikan penghidupan kepada ku satu tahun
belakangan ini. Aku harus besiap mengucapkan perpisahan
kepadanya, yang mana aku tak akan melihatnya kembali.
Senyum lebar mengawali langkah pertamaku masuk ke ruang
divisiku, terlihat semua mata memandangku dengan iba, aku

36
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

merasakan bahwa ada kasih dan saying yang diberikan pada


ku. Lugas aku berpamitan pada mereka, permohonan maaf tak
lupa aku sampaikan, ucapan terimakasih menutup percakapan
ku dengan mereka. Terlihat jelas wajah sedih mereka
menghiasi pertemuan kami kali ini, ucapan terimakasih dan
tetap tabah serta semangat yang mereka berikan menambah
kebahagian ku. Aku memahami bahwa meskipun aku telah
banyak melakukan kesalahan pada mereka, mereka tetap
memberikan semangat dan dukungan pada ku. Aku tidak kuasa
menahan air mataku, segera aku menuju ruangan ku untuk
mengambil barang-barangku, kenagan-kenangan mengihiasi
perpisahan ku terhadap ruangan ini. Ruangan yang ku susun
atas keinginan ku dilengkapi dengan photo dan kata-kata
mutiara di dalamnya, membuatku semakin sulit untuk
meninggalkan nya. Perpisahan ini menjadi akhir dari segala
mimpi ku dahulu, bayangan ku kini telah hilang bersama
dengan kesalahanku. Tak memakan waktu lama, setelah semua
barang-barangku aku kemas, untuk terakhir kalinya salam
hangat perpisahanku kepada rekan-rekan divisku serta
permohonan maaf yang mendalam atas sikap, dan tindakan ku
yang terkadang membuat mereka susah atau bersedih.
Lambaian tangan ku mengakhiri percakapan kami, mereka yang
telah menungguku di pintu keluar, segera memeluk ku dan
memberikan dukungan dan semangat yang mendalam pada ku.
Aku merasakan kehangatan yang luar biasa, rasa yang sudah
lama hilang dan muncul kembali, raut wajah memerah dan
kesedihan mereka menggambarkan kasih mereka kepadaku.

37
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

Dengan tegar aku meninggalkan mereka dan kenagan ini dan


menuju masa ku yang baru.

Perpisahan hari ini belum terasa lengkap, teringat akan


kejahatanku pada Bagas yang kini di mutasi kebagian
gudang. Ku temui ia, nada rendah ku mengutaran permintaan
maaf yang mendalam atas segala sikapku. Dengan terbata dan
senyuman ia membalasnya dan mengulurkan tangan nya kepada
ku. Sungguh aku merasakan keikhlasan dari nya, meskipun
aku telah membuatkan terjatuh dari posisinya, tetapi ia
tetap memaafkan ku. Rasa malu dan sungkan aku perlihatkan
dengan nyata, hingga ia membisikan dukungan pada ku, untuk
menjadi orang yang lebih baik. Sifat pemaaf yang mereka
berikan mencambuk tubuhku, pelajaran yang sangat jarang ku
temui di kota besar, terlebih aku telah menyakiti hati dan
emosi mereka. Siang yang mengharukan berakhir sudah, tanpa
berlama-lama aku beranjak meninggalkan kantor untuk
selanjutnya pulang kerumah ku. Niat ku sudah tegas, aku
akan segera meninggalkan Kota ini dan membiarkan rumah ku
untuk di sewakan. Aku ingin menghilang bersama kenangan
yang memilukan, harapan menjadi seseorang yang lebih baik
menguatkan tekadku untuk segera meninggalkan Kota ini.

Memilih untuk meninggalkan Kota ini menjadi langkah awal


untuk melupakan semua kenangan di Kota ini. Aku memilih
untuk tinggal di desa di utara pulau seberang, keinginan
untuk hidup layaknya orang normal, dengan rutinitas yang
biasa pula, tanpa memikirkan masa lalu yang kelam dan

38
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

penuh luka. Perjalanan ini sungguh melelahkan, antrian


panjang menuju pelabuhan membuatku bosan tak karuan.
Langit pun berwajah masam, gelap seakan tak ada cahaya
yang menembus kaca Bis ini. Sore ini suara kelakson dan
umpatan kendaraan pribadi dan umum saling menyahut,
menyalahkan sistem yang tak kunjung membaik. Semua nada
kesal dan kekecewaan pun terlihat jelas, semua mata
menyorot ke depan dan saling menunjuk kesalahan. Ada
sedikit yang aneh, orang yang tepat duduk di sampingku
tertidur pulas, sementara penumpang bis yang lainnya penuh
dengan cercaan terhadap sistem ini.

Suasana riuh tak mampu membangunkan nya, laki-laki muda


ini terlihat tenang, mungkin ia hanya sedikit lelah atau
mungkin sudah terbiasa dengan hal ini. Sore ini terasa
lebih lama, meski udara dingin yang keluar cukup menembus
kulit tipis ini tapi tetap tak mampu menahan baying
kekecewaan yang ada. Terdiam melihat sang surya yang mulai
menuruni langit dengan segenap cahaya merah
disekililingnya menandakan malam akan segera tiba,
sementara bis ini masih terdiam ditempat yang sama. Bosan
dan meradang menjadi seruan penumpang bus ini, entah siapa
yang akn disalahkan, tetapi mata sayup pengemudi pun tak
bisa untuk tak dihiraukan. Rasa kesalnya pun terlihat
ketika Klakson panjang menjadi penanda kemarahannya
terhadap situasi ini.

39
Sang Penggugah (Lamban_Unik)

40

Anda mungkin juga menyukai