Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit periodontal adalah masalah kesehatan gigi dan mulut yang memiliki

prevalensi cukup tinggi di masyarakat. Prevalensi penyakit periodontal pada semua kelompok

umur di Indonesia adalah 96,58%.1 Penyakit periodontal diklasifikasikan atas gingivitis dan

periodontitis. Gingivitis adalah inflamasi gingiva yang hanya meliputi jaringan gingiva sekitar

gigi dan merupakan penyakit periodontal yang paling sering dijumpai baik pada usia muda

maupun dewasa. Sedangkan periodontitis adalah penyakit infeksi kronis yang dapat

menghancurkan jaringan periodontal termasuk ligamen periodontal dan rongga alveolar gigi

karena adanya akumulasi bakteri patogen yang menghasilkan pembentukan biofilm pada gigi

dan permukaan akar gigi.2 Plak dan akumulasi kalkulus serta bakteri merupakan penyebab

utama terjadinya penyakit periodontal.3

Untuk menghindari timbulnya penyakit jaringan periodontal, maka sangatlah penting

untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut sejak dini. Dental Health Education (DHE) untuk

menambah pengetahuan masyarakat dalam meningkatkan kebersihan gigi dan mulut. Selain itu

perlu dilakukan perawatan pembersihan karang gigi, seperti scaling, root planning, maupun

kuretase.4 Scaling dan root planning bukan merupakan suatu prosedur yang terpisah. Setelah

dilakukan perawatan ini maka akan terjadi perubahan dalam mikrobiota yang disertai dengan

berkurangnya atau hilangnya peradangan klinis. Apabila setelah dilakukan perawatan awal

masih ditemukan adanya inflamasi, edema, dan poket dengan kedalaman 3-5 mm pada gingiva,

maka dapat dilakukan perawatan lanjutan yaitu kuretase.5 Kuretase sering juga dilakukan pada

kunjungan berkala dalam rangka fase pemeliharaan, sebagai metoda pemeliharaan pada

1
daerah-daerah dengan rekurensi/ kambuhnya inflamasi dan pendalaman poket pada penyakit

periodontal.1 Oleh karena itu penting untuk dilakukan pembahasan lebih lanjut mengenai

perawatan kuretase gingiva sebagai salah satu terapi alternatif poket periodontal. Tindakan

scaling, root planing, kuretase dan menjaga kebersihan rongga mulut yang baik, akan

memperbaiki keadaan peradangan dan poket, bahkan pada pasien tertentu dapat

menghilangkan seluruh penyakit yang ada.6

1.2.Tujuan Perawatan

Tujuan perawatan yang dilakukan :

1. Untuk mengcegah terjadinya kerusakan jaringan periodontal lebih lanjut.

2. Untuk menghilangkan jaringan granulasi pada gigi dan dinding poket sebelah dalam

sehingga diharapkan terjadi perlekatan kembali antara jaringan lunak dengan

permukaan gigi dan ukuran poket berkurang.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal merupakan suatu keadaan patologis yang melibatkan jaringan

pendukung gigi. Penyebab penyakit periodontal menurut faktor penyebabnya

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :7

1. Faktor lokal, merupakan faktor yang berasal dari lingkungan rongga mulut, dibagi lagi

menjadi dua, yaitu :

a. Faktor Iritasi

 Faktor inisial : bakteri plak bila berkumpul dalam sub gingiva menyebabkan

inflamasi gingiva.

 Faktor predisposisi : misalnya restorasi gigi yang tidak sesuai, kesalahan alat

rehabilitasi atau prostodonsi gigi, dan kesalahan pada perawatan ortodonsi.

b. Faktor Fungsional : misalnya bruxism, clenching dan tapping dimana gerakan

oklusal akan merusak ligamen periodontal dan tulang alveolar.

2. Faktor sistemik

Faktor sistemik adalah suatu kondisi tubuh yang dapat mempengaruhi jaringan

periodontal. Faktor sistemik sebagai penyebab penyakit didahului oleh adanya faktor

lokal. Faktor sistemik menyebabkan rendahnya resistensi jaringan periodontal,

sehingga mudah terpengaruh efek dari faktor lokal. Resistensi yang rendah berakibat

pada munculnya gangguan atau kerusakan fungsi dan struktur dari komponen jaringan

periodontal. Faktor sistemik yang mempengaruhi jaringan periodontal seperti

endokrin (hormonal), malnutrisi, obat-obatan, psikologis, keturunan, penyakit

3
metabolisme, penyakit dan gangguan hematologis, pengaruh logam dan penyakit

kronis.

2.1.1. Gingivitis

Gingivitis adalah proses inflamasi yang mengenai jaringan gingiva tetapi tidak

meluas kearah tulang alveolar, ligamentum periodontal, ataupun sementum.8 Penyebab

gingivitis dibagi dalam tiga kelompok yaitu disebabkan nekrosis, tidak berhubungan

dengan plak, dan akumulasi bakteri dalam plak.9 Bakteri yang menyebabkan gingivitis

adalah bakteri gram negatif, yaitu Porphyromonas gingivalis, Tannerella fosythia,

Treponama denticola Actinomyce viscosus, Selemonas noxia, Aggregatibacter

actinomycetemcomitans dan bakteri gram positif Streptococcus sanguinis, Streptococcus

mutans, A. Viscosus.8,9

Karakteristik klinis gingivitis : 10

1. Terdapat perubahan warna gingiva yang bermula pada interdental papil dan gingival

margin, kemudian menyebar ke attached gingiva. Perubahan warna dimulai dari

merah sedikit sampai dengan merah kebiruan.

2. Pembengkakan yang mula-mula terjadi disekitar interdental papil kemudian

menyebar pada gingiva margin atau keduanya, sehingga tekstur dari gingiva menjadi

berubah yaitu terjadi pengurangan dalam stipling.

3. Konsistensi bervariasi, mulai dari lunak dan oedematus sampai dengan fibrous.

Umumnya, semakin jaringan tersebut dipengaruhi proses peradangan, maka semakin

fibrous gingiva tersebut.

4. Adanya pembesaran gingiva kearah korona gigi karena oedema jaringan, dapat

merubah kedalaman sulkus yang dikenal dengan pseudo poket.

4
5. Perdarahan pada gingiva berbeda dalam hal lama terjadinya dan kemudahannya

setelah adanya rangasngan tergantung pada derajat keparahan keradangan dan

kemungkinan kaitannya dengan penyakit sistemik atau adanya kelainan darah.

Urutan peristiwa hingga mencapai tanda klinis dari gingivitis dapat dikategorikan menjadi,

initial (awal), early (dini), dan established (mantap).10

Patofisiologi gingivitis hingga menjadi periodontitis :

1. Lesi awal ginigivitis terjadi 2-4 hari dari dimulainya akumulasi plak.4-,10

2. Dalam 2-3 minggu akan menjadi gingivitis yang cukup parah. Perubahan terlihat

pertama kali di sekitar pembuluh darah gingiva yang kecil disebelah apikal dari

epitelium jungtional. Pembuluh ini mulai bocor dan kolagen perivaskuler mulai

menghilang, digantikan dengan beberapa sel inflamasi, sel plasma dan limfosit

terutama limfosit T cairan jaringan dan protein serum. Pada tahap gingivitis awal Bila

deposit plak masih tetap ada, perubahan inflamasi tahap awal akan berlanjut disertai

dengan meningkatnya aliran cairan gingiva dan migrasi Polymorphonuclear

Neutrophils (PMN).4

3. Tahap lanjut gingivitis terbentuk dalam waktu 2-3 minggu, akan terbentuk gingivitis

yang lebih parah. Perubahan mikroskopik terlihat terus berlanjut, pada tahap ini sel-

sel plasma terlihat mendominasi. Gingiva sekarang berwarna merah, bengkak, dan

mudah berdarah. Bila iritasi plak dan inflamasi terus berlanjutmaka epithelium

jungtion akan semakin rusak. Sel-sel epithelial akan berdegenarasi dan terpisah,

perlekatannya pada permukaan gigi akan terlepas sama sekali. Inflamasi jaringan

periodontal yang sudah disertai dengan migrasi epitel jungtional ke arah apikal dan

terdapat kehilangan perlekatan tulang serta resorpsi tulang alveolar disebut dengan

periodontitis.4

5
2.1.2. Periodontitis

Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang

disebabkan oleh bakteri, sehingga terjadi kerusakan pada ligamen periodontal dan tulang

alveolar yang ditandai dengan pembentukan poket maupun resesi. Tanda klinis

periodontitis yaitu perubahan warna, kontur, dan perdarahan saat probing pada gingiva,

hilangnya perlekatan disertai pembentukan poket periodontal, serta perubahan kerapatan

dan tinggi tulang alveolar.7,10

A. Klasifikasi penyakit periodontal menurut American Dental Association/American

Academy of Periodontology (1986) :11

Tipe I: Gingivitis

Tidak ada kehilangan perlekatan, perdarahan saat probing mungkin terjadi.

Tipe II: Periodontitis ringan

Kedalaman poket atau kehilangan perlekatan 3-4 mm, perdarahan saat probing

mungkin terjadi, resesi gingiva pada area tertentu, keterlibatan furkasi derajat I.

Tipe III: Periodontitis sedang

Kedalaman poket atau kehilangan perlekatan 4-6 mm, perdarahan saat probing,

keterlibatan furkasio derajat I atau II, mobilitas kelas I.

Tipe IV: Periodontitis berat

Kedalaman poket atau kehilangan perlekatan >6 mm, perdarahan saat probing,

keterlibatan furkasio derajat II atau III, mobilitas kelas II atau III

Tipe V: Periodontitis refraktori dan juvenile

Refraktori: Periodontitis tidak merespon terapi konvensional atau segera kambuh

setelah perawatan.

Juvenile: Bentuk juvenile pada periodontitis.

6
B. Klasifikasi periodontitis menurut America Academy of Periodontology (1999) :11

Chronic periodontitis

 Localized: <30% jaringan periodontal yang terlibat.

 Generalized: >30% jaringan periodontal yang terlibat.

 Ringan: 1-2 mm clinical attachment loss.

 Sedang: 3-4 mm clinical attachment loss.

 Berat: >5 clinical attachment loss

Aggresive periodontitis

 Localized: proximal attachment loss pada setidaknya 2 gigi, salah satu gigi

adalah gigi molar pertama.

 Generalized: proximal attachment loss pada setidaknya 3 gigi selain gigi molar

pertama dan insisivus.

Periodontitis sebagai manifestasi penyakit sistemik

 Hematologik: Acquired neutropenia, leukimia.

 Genetik: Familial dan cyclic neutropenia, Down syndrome, sindrom defisiensi

adhesi leukosit, Papillon-Lefevre syndrome, Chediak-Higashi syndrome,

Histiocytosis syndrome, penyakit penyimpanan glikogen, Agranulositosis

infantil, Cohen syndrome, Ehlers-Danlos syndrome (tipe IV dan VIII AD),

Hipofosfatasia.

2.1.3. Pocket Periodontal

Menurut Caranzza, poket periodontal adalah kedalaman sulkus gingiva yang tidak

normal, yang merupakan salah satu tanda klinis pada penyakit periodontal.12 Poket

dibedakan menjadi pseudo poket yang terjadi akibat pergerakan margin gingiva ke arah

korona, dan true poket yang terjadi karena pergerakan juntional epithelium ke arah apikal.1

7
Pendalaman sulkus gingiva terjadi akibat gerakan margin gingiva ke arah korona, perpindahan

gingiva attachment ke arah apikal atau kombinasi keduanya. Pembentukan poket dimulai saat

terjadi inflamasi di jaringan dinding ikat sulkus gingiva.

Inflamasi selular dan cairan eksudat menyebabkan degenerasi jaringan ikat

sekitarnya, termasuk serat gingiva. Hanya apikal pada epitel junctional, serat kolagen yang

rusak, dan daerah di tempati oleh inflamasi sel dan edema. Inflamasi ini terjadi karena adanya

invasi bakteri dari daerah periapikal dan lateral dinding poket. Bakteri terutama

Porphyromonas gingivalis dan Prevotella intermedia di gingiva terutama pada kasus

periodontitis agresif. Bakteri Actinobacillus actinomycetemcomitans juga dapat ditemukan di

jaringan. Poket dapat diklasifikasikan menjadi poket gingiva yang terjadi karena pembesaran

gingiva tanpa terjadi kerusakan jaringan, terjadinya sulkus yang dalam karena peningkatan

massa gingival, dan poket periodontal. Poket periodontal menyebabkan kerusakan jaringan

periodontal, sehingga menyebabkan gigi menjadi hilang perlekatannya dan menjadi goyang.

Dua jenis poket periodontal ada, yaitu suprabony poket (supracrestal atau supraalveolar) terjadi

ketika dasar poket adalah lebih ke koronal daripada dasar tulang alveolar. Pada intrabony poket

(infrabony, subcrestal, atau intraalveolar) terjadi ketika dasar dari poket lebih ke arah apikal

dari tulang alveolar. pada infrabony poket lateral dinding poket terletak di antara permukaan

gigi dan tulang alveolar.12

Gambar 2.1 Gingival poket, supraboni poket dan infraboni poket. 1

8
Gambar 2.2 Klasifikasi poket berdasarkan aspek permukaan gigi yang terkena. 1

2.2. Kuretase

2.2.1. Definisi Kuretase

Kuretase dalam periodontik didefinisikan sebagai kuretase gingiva dan subgingiva.

Kuretase gingiva terdiri dari pengangkatan jaringan lunak yang meradang lateral ke

dinding poket dan epitel junctional. Kuretase subgingiva mengacu pada prosedur yang

dilakukan dari apikal pada epitel junctional yang memisahkan perlekatan jaringan ikat ke

puncak osseus.12 Prosedur kuretase adalah operasi tertutup dengan tujuan mereduksi poket,

mengeliminasi, memperbaiki perlekatan atau membuat perlekatan baru. Scaling adalah

pengambilan deposit dari permukaan akar, sedangkan root planning adalah membersihkan

akar untuk menghilangkan jaringan yang terinfeksi dan substansi gigi yang nekrotik.

Scaling dan root planing secara tidak sengaja dapat mencakup berbagai tingkat kuretase.

dan disebut curettage inadvertent. Namun prosedurnya berbeda dengan alasan-alasan

yang berbeda dan indikasi. Keduanya harus dipertimbangkan bagian yang terpisah dari

terapi poket periodontal.1

Kuretase secara umum juga merupakam upaya atau cara untuk mengurangi poket

yang dalam dengan cara membuat penyembuhan gingiva sebagai prosedur terpisah untuk

mengurangi kedalaman poket dengan adanya peningkatkan penyembuhan gingiva,

perlekatan jaringan ikat baru, atau keduanya.1,12

9
Gambar 2.3 Kuretase.1

Gambar 2.4 Panah putih adalah curettage gingival. Panah hitam adalah curettage sub gingival.

2.2.2. Manfaat atau Tujuan Kuretase :

A. Membuat perlekatan baru terutama pada poket infraboni

B. Mengeliminasi gingival poket.

C. Memperbaiki gingiva menjadi sehat baik warna, kontur, konsistensi dan

tekstur permukaan.

D. Menghentikan keadaan peradangan kronis dan jaringan granulasi yang

terbentuk di dinding lateral poket periodontal.

E. Menghilangkan semua atau sebagian dari epitel pada garis dinding poket dan

epitel junctional yang mendasari.

10
2.2.3. Indikasi Kuretase

Indikasi kuretase sangat terbatas. Dapat dilakukan setelah scaling dan root planing dengan

alasan:12

1. Kuretase dapat dilakukan sebagai bagian dari upaya perlekatan baru pada poket

intrabony yang cukup dalam yang terletak di area yang tidak dapat diakses di

mana diindikasikan tipe operasi "tertutup" nonflap.

2. Kuretase dapat diupayakan sebagai prosedur nondefinitif untuk mengurangi

peradangan ketika teknik bedah agresif (misalnya, flap) dikontraindikasikan pada

pasien sebagai akibat dari usia mereka, masalah sistemik, masalah psikologis,

atau faktor lainnya. Harus dipahami bahwa, pada pasien-pasien ini, tujuan dari

penghilangan poket dikompromikan, dan prognnosis mereka terganggu.

3. Kuretase juga sering dilakukan pada kunjungan mengingat sebagai metode

perawatan pemeliharaan pada daerah peradangan berulang dan kedalaman poket,

terutama di mana operasi pengurangan poket sebelumnya telah dilakukan.

Penyelidikan yang cermat harus menetapkan sejauh mana perencanaan dan

kuretase akar yang diperlukan.

2.2.4. Kontraindikasi Kuretase1

1. Kontraindikasi dilakukannya perawatan kuretase apabila bentuk poket yang

dijumpai berliku-liku (tortuous).

2. Poket berada di daerah yang sulit dilakukan misalnya pada molar.

3. Dinding poket fibrotic (contohnya pada kasus hiperplasia oleh karena dilantin

sodium pada penderita epilepsi).

4. Melibatkan daerah furkasi (furcation infolvement).

5. Poket yang dalam (lebih dari 5 mm).

11
2.2.5. Jenis Kuretase Gingival

Saat ini terdapat 6 jenis kuretase gingival, yaitu basic teknik yang terdiri atas curettage

gingiva dan curettage subgingiva, ENAP, ENAP modifikasi, ultrasonic curettage,

Chemical curettage, dan Diode laser curettage.1

Teknik Dasar :

Kuretase adalah teknik tertutup, maksudnya prosedur pembedahan yang dilakukan

di bawah anastesi lokal yang bertujuan untuk mengurangi dan menghilangkan poket,

memperbaiki perlekatan atau membentuk perlekatan baru. Untuk suprabony poket

yang oedematus, yang mengalami kelainan dan pengurangan pada dasar sulkus atau

dipakai sebagai tujuan untuk mengeliminasi poket yang mengalami inflamasi.

Diperlukan ketajaman alat kuretase untuk memperbaiki sulcular epithelium atau

epithelium attachment, inflamasi dari jaringan di dinding poket. Instrument yang

dipakai adalah gracey curettes, universal curetes. Prosedur kuretase gingival diawali

anestesi lokal. Kuret yang dipilih, misalnya Gracey #13-14 untuk permukaan mesial,

Gracey #11-12 untuk permukaan distal. Kuretase juga dapat dilakukan dengan 4R-

4L Columbia Universal kuret. Instrumen dimasukkan ke lapisan dalam dinding

poket, dan kemudian dilakukan pengerokan sepanjang jaringan lunak, biasanya

dalam stroke horizontal. Dinding poket harus didukung oleh tekanan jari lembut

pada permukaan eksternal. Kuret tersebut ditempatkan di bawah tepi potongan epitel

junctional untuk merusaknya. Selama kuretase subgingival, jaringan yang ada antara

bawah poket dan puncak alveolar dikeluarkan dengan gerakanmenyendoki, gerakan

kuret pada permukaan gigi. Daerah yang memerah untuk menghilangkan kotoran,

dan sebagian disesuaikan dengan gigi dengan tekanan jari yang lembut. Irigasi

dilakukan untuk mengairi daerah agar menghilangkan kotoran dan tekan jaringan

pada permukaan gigi lembut yang memungkinkan perdarahan dan adaptasi jaringan

12
lunak pada permukaan akar. Dalam jaringan pada beberapa kasus, menjahit papila

terpisah dan penerapan periodontal pack dapat diindikasikan jika daerah bekuan

telah terganggu dan papila telah dipisahkan. Penyembuhan ini akan menghasilkan

penyusutan jaringan.

Gambar 2.5 Gingival Curettage1

Gambar 2.6 Kuretase subgingiva. Penyingkiran epitel dinding poket (kiri), penyingkiran epitel

penyatu dan jaringan granulasi (tengah), prosedur pengkuretan selesai (kanan). 12

ENAP

Prosedur perlekatan baru telah dikembangkan dan digunakan oleh US Naval Dental

Corps. Prosedur kuretase subgingiva definitif yang dilakukan dengan pisau. Teknik

prosedur perlekatan baru dengan cara eksisi adalah sebagai berikut:12

1. Setelah dilakukan anestesi yang adekuat, buat insisi bevel internal dari margin

gingiva bebas secara apikal ke titik di bawah dasar poket. Bawa sayatan secara

13
interproksimal pada fasial dan sisi lingual, dan usahakan untuk mempertahankan

sebanyak mungkin jaringan interproksimal. Tujuannya adalah untuk memotong

bagian dalam dinding jaringan lunak kantong di sekitar gigi.

2. Lepaskan jaringan yang dipotong dengan kuret, dan lakukan root planing dengan

hati-hati pada semua sementum yang terbuka untuk mencapai konsistensi yang

halus dan keras. Pertahankan semua serat penghubung yang tetap menempel pada

permukaan akar.

3. Perkirakan tepi luka. Jika tepi luka tidak bertemu secara pasif, rekontur tulang

sampai adaptasi yang baik dari tepi luka tercapai. Tempatkan jahitan dan balutan

periodontal.

Instrumen yang dipakai (Bard parker no.3) pisau bedah no.11, 12, 15, curettes gracey,

teknik scaling dan root planing yang dilakukan minimal 1 minggu sebelum yang ENAP,

yang meningkatkan potensi penyembuhan. Pertama dilakukan anastesi, poket diperiksa

untuk memastikan bahwa zona jaringan keratin memadai dan bahwa poket tidak

melebihi mukogingival junction. Keuntungan dari dilakukannya ENAP adalah

peningkatan visualisasi akar, penghapusan lengkap dari epitel sulcular dan lampiran

epitel, trauma gingiva minimal, tidak ada kehilangan keratin gingiva. Sedangkan

kekurangannya adalah sulit untuk menentukan sejauh apikal epitel attachment, tidak

membentuk attachment baru.1

Gambar 2.7 Insisi dan Pembersihan Jarinfan Terinflamasi1

14
Chemical Curettage

Sejak awal dalam pengembangan prosedur periodontal, penggunaan obat kaustik

telah direkomendasikan untuk menginduksi kuretase kimia dari dinding lateral poket

atau bahkan penghapusan epitel selektif. Obat-obatan seperti natrium sulfida, alkali

larutan natrium hipoklorit (Antiformin) dan fenol, telah diusulkan dan kemudian

ditinggalkan setelah studi menunjukkan mereka tidak efektif.12 Chemical curettage

juga dapat menggunakan sodium sulphide, phenol, camphor, antiformin, dan sodium

hipokloride. Prosedur yang dilakukan dimulai anastesi pada daerah yang dipilih,

setelah mengisolasi semua sisi dengan cotton rools, larutan natrium hypokloride

ditempatkan ke dalam poket selama 1 menit, lalu larutan asam sitrat 5% dimasukkan

ke poket selama 1 menit untuk menetralkan natrium hipochorida. Jaringan

digumpalkan kemudian dikeluarkan dengan kuretase dan poket memerah dibilas

dengan larutan salin untuk menghilangkan sisa-sisa jaringan ikat. Tingkat penetrasi

kimia untuk jaringan tidak dapat dikontrol dan dengan demikian, kuretase kimia

sudah tidak dipakai lagi.1

Ultrasonik Kuret

Penggunaan perangkat ultrasonik telah direkomendasikan untuk curettage gingiva.

Bila diterapkan gingiva hewan coba, getaran ultrasonic mengganggu kelangsungan

jaringan, mengangkat epitel, memotong-motong bundel kolagen, dan mengubah

fitur morfologi dari fibroblast nuclei. USG efektif untuk debriding lapisan epitel dari

kantong periodontal. Morse scaler berbentuk dan instrumen ultrasonik berbentuk

batang digunakan untuk tujuan ini. Beberapa peneliti menemukan ultrasonik

instrumen untuk menjadi seperti efektif sebagai instrumen panduan untuk curettage

dan bahwa alat tersebut mengakibatkan peradangan kurang dan kurang penghapusan

15
jaringan ikat yang mendasari.12 Alat ini tidak seefektif alat manual yang bisa

menghilangkan dan membuat halus dinding poket.

Laser Curettage

Laser curettage adalah pengembalian epitel dan menghilangkan bakteri

dikonfirmasi dalam studi multicenter laser kuretase, bahwa pengurangan bakteri

tidak sering dicapai, hanya 1 dari 3 yang melaporkan pengurangan bakteri. Saat ini

telah dikembangkan diode laser. Mengobati permukaan akar yang sakit dengan laser

diode saja tidak meningkatkan sel adesi ke permukaan, tetapi menggabungkan

kuretase untuk menghapus epitel ulserasi lapisan, mengurangi pencemaran sulkus,

dan membersihkan akar permukaan oleh root planing mungkin meningkatkan

tingkat dan luasnya perbaikan. Mencegah atau memperlambat epitel invasi ke daerah

luka tampak meningkatkan regenerasi. Sebuah studi sedang berlangsung untuk

menentukan tingkatan penuh perbaikan.1

2.2.6. Terapi Oral Pasca Kuretase

Periodontitis agresif dengan skaling dan root planing ditambah pemberian sistemik

tetrasiklin (250 mg, empat kali sehari selama 14 hari setiap 8 minggu). Tetrasiklin sistemik

(250 mg tetrasiklin hidroklorida empat kali sehari selama minimal 1 minggu) harus

diberikan dalam hubungannya dengan terapi mekanik lokal. Jika diperlukan, sistemik

tetrasiklin dapat diresepkan dan pasien diinstruksikan untuk mulai mengkonsumsi

antibiotik sekitar 1 jam sebelum tindakan kuretase. Doxycycline, 100 mg/ hari, dapat

digunakan sebagai pengganti tetrasiklin. Bilasan klorheksidin harus diresepkan dan

dilanjutkan selama beberapa minggu untuk meningkatkan kontrol plak dan memfasilitasi

penyembuhan.12

16
Alternatif lain adalah dengan pemberian antibiotik amoxicillin 500 mg, 3 kali sehari

selama 3 hari. Setalah itu dilihat hasilnya, jika diperlukan dapat dilanjutkan selama 3 hari

lagi. Pada pasien-pasien yang mempunyai riwayat alergi terhadap penicillin dapat

diberikan terapi oral clindamycin dengan dosis 300 mg sehari 4 kali selama 3 hari.

Alternatif lain dengan azithromycin (clarithromycin) dengan dosis 500 mg sehari 4 kali

selama 3 hari.12

17
BAB III

LAPORAN KASUS

Nama O.S : A.P Nama Mahasiswa:


Tgl lahir : 14 Mei 1968 1. Afifah Dwi W (2018-16-009)
Jenis kelamin : Laki-laki 2. Atika Putri (2018-16-021)
Pekerjaan : Buruh 3. Cygne Carrinae (2018-16-027)
Alamat : Kebayoran Lama, Nama Pembimbing:
Jakarta Selatan drg. Adrianus Wicaksono Sp. Perio

I. Anamnesa

Pasien laki-laki berusia 51 tahun datang ke RSGM UPDM(B) dengan keluhan

gigi terasa ngilu, dan gigi terasa panjang (terjadi penurunan gusi). Pasien mengeluhkan

terdapat satu gigi depan yang goyang. Pasien mengaku belum pernah melakukan

perawatan ke dokter gigi sebeumnya. Pasien menyatakan tidak memiliki riwayat

penyakit sistemik, tidak memiliki riwayat alergi obat/makanan namun pasien memiliki

kebiasaan merokok, pasien merokok sekitar 1 bungkus per hari. Saat ini pasien datang

dalam keadaan sehat secara umum.

II. Status Umum

- Kesadaran umum : compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi 80x/menit,

pernafasan 18x/menit

- Keadaan umum pasien baik secara anamnesa. DM (-), hipertensi (-), penyakit jantung (-),

asma (-), alergi (-)

18
III. Status Lokal

1. Pemeriksaan ekstra oral

 Wajah : Simetris (TAK)

 Pipi : Tidak ada pembengkakan

 Bibir : Kompeten (TAK)

 Limfonodi : Tidak teraba (TAK)

 Mata : Pupil isokor, sklera non-ikterik, konjungtiva anenemik

 Kelenjar submandibularis : tidak teraba, lunak, tidak sakit

 Kelenjar sublingualis: tidak teraba, lunak, tidak sakit

2. Pemeriksaan intra oral

a. Lidah : Normal

b. Palatum : Sedang

c. Mukosa labial kanan : Normal

d. Mukosa labial kiri : Normal

e. Dasar mulut : Normal

f. Gingiva :

 RA. KA: Merah, oedem (+), konsistensi lunak, interdental papil (-), stipling (-), BOP(+)

 RA. M: Merah, oedem (+), konsistensi lunak, interdental papil tumpul, stipling (-), BOP

(+)

 RA. KR: Merah, oedem (+), konsistensi lunak, interdental papil tumpul, stipling (-),

BOP (+)

 RB. KA: Merah, oedem (+), konsistensi lunak, interdental papil tumpul, stipling (-),

BOP (+)

19
 RB.M: Merah, oedem (+), konsistensi lunak, interdental papil tumpul, stipling (-), BOP

(+)

 RB. KR: Merah, oedem (+), konsistensi lunak, interdental papil tumpul, stipling (-),

BOP (-)

3. Keadaan gigi geligi

V G Pb Pm Pp/Pl Pd O Mp M Tk K T Kr Tm At/Ab

15 + - 532 7 423 2 + - - - - - - - -/+

14 + - 323 3 222 5 - - - + - - - - -/+

13 + - 323 3 355 4 + - - + - - - - -/+

12 + - 433 3 233 4 + - - + - - - - -/-

11 + - 312 3 443 4 + - - + - - - - -/-

21 + - 333 4 233 4 + - - + - - - - -/-

22 + 1 333 5 322 5 + - - + - - - - -/-

23 + - 332 3 332 3 + - - + - - - - -/+

24 + - 412 4 232 4 + - - - - - - - -/+

20
V G Pb Pm Pp/Pl Pd O Mp M Tk K T Kr Tm At/Ab

37 + - 434 5 322 2 - - - + + - - - -/-

36 + - 422 3 333 5 - - - + + - - - -/-

35 + - 324 3 225 6 - - - + - - - - -/-

34 + - 554 5 544 4 + - - + - - - - -/+

33 + - 533 4 244 3 + - - + - - - - +/-

32 + - 434 3 322 3 + - - + - - - - +/-

31 + - 343 3 433 3 + - - + - - - - +/-

41 + 2 322 4 333 3 + - - + - - - - +/-

42 + - 235 3 332 4 + - - + - - - - +/-

43 + - 314 3 354 2 + - - - - - - - -/-

45 + - 323 3 434 4 + - - - - - - - -/-

46 + - 255 3 343 5 - - - - + - - - -/-

47 + - 323 3 543 5 - - - - - - - - -/-

Resesi Gingiva

Elemen / Lokasi Distal Bukal Mesial Palatal

15 5 4 2 5

14 1 2 0 3

13 1 4 2 4

12 4 4 5 3

11 5 1 1 2

21 3 3 1 4

22 4 3 4 5

21
23 2 5 3 5

24 3 4 1 4

37 1 1 1 3

36 1 3 1 2

35 0 0 0 0

34 0 3 0 1

33 0 1 0 1

32 2 2 2 3

31 2 2 2 3

41 3 5 5 3

42 0 0 0 3

43 4 4 0 0

45 0 2 2 4

46 0 0 0 2

47 3 5 4 5

Keterangan :

V : Vital Pd : Poket Distal K : Karang Gigi


G : Goyang O : Oklusi T : Trauma Oklusi
Pb : Poket Bukal R : Resesi Kr : Karies
Pm : Poket Mesial Mp : Malposisi Tm : Tumpatan
Pp/Pl : Poket Palatal M : Migrasi At/Ab : Atrisi / Abrasi
Poket Lingual Tk : Titik Kontak MLV : Mesio Labio Versi
LV : Labio Versi

22
4. Pemeriksaan Penunjang

IV. Diagnosa : Periodontitis kronis generalis

Etiologi Primer : Bakteri plak

Etiologi Sekunder : Kalkulus RA RB

Kebiasaan merokok

Malposisi gigi

V. Prognosa:

 Umum : Sedang; pasien kooperatif, sosial ekonomi menengah, Tidak Memiliki

riwayat penyakit sistemik dan usia pasien sudah tidak muda (51 tahun)

 Lokalis : Sedang; terdapat kerusakan tulang hingga 8mm, poket periodontal 2-4 mm

23
VI. Rencana Terapi :

- Fase Emergency :

Tidak dilakukan tindakan emergency karena tidak terdapat abses gingiva/

periodontal/ pericoronal, NUG, NUP. Informasi dan edukasi diagnosis dan rencana

perawatan

- Fase I (non surgical) :

1. OHI

2. Scaling RA RB

3. DHE

- Fase II (surgical)

Gingival kuretase gigi

- Fase III (restoratif)

Membuat GTSL gigi 17, 16, 25, 26, 27, 44

- Fase IV (maintanance) :

1. Kontrol periodik, kontrol plak, kalkulus, gingiva dan OHIS.

2. Evaluasi keadaan gingiva (pemeriksaan kembali kedalaman poket, plak,

kalkulus dan inflamasi gingiva)

24
Bagan Rencana Terapi

Fase I (Inisial)
 OHI
 Scaling RA RB
 DHE

Fase IV (Maintenance)

Kontrol periodik, kontrol plak, kalkulus gingiva (pemeriksaan


kembali keadaan poket dan inflamasi gingiva), cek oklusi dan
OHIS

Fase III (Restoratif)


Fase II (Bedah)
Membuat GTSL gigi 17, 16,
Gingival kuretase gigi
25, 26, 27, 44

25
Rujukan

1. Radiologi : Foto Rontgen Panoramik

2. Periodonsia : Scaling RA & RB,

3. Prostodonsia : Pembuatan GTSL Akrilik gigi 17, 16, 25, 26, 27, 44

Prosedur kuretase

Alat dan bahan :

1. Alat diagnostik (2 kaca mulut, sonde halfmoon, sonde lurus, ekskavator,

pinset, probe)

2. Set alat kuret Gracey

a. 1-2 : untuk gigi anterior bagian fasial

b. 3-4 : untuk gigi anterior bagian palatal/lingual

c. 5-6 : untuk gigi anterior dan premolar

d. 7-8 : untuk gigi posterior bagian bukal

e. 9-10 : untuk gigi posterior bagian palatal/lingual

f. 11-12 : untuk gigi posterior bagian mesial

g. 13-14 : untuk gigi posterior bagian distal

3. Syringe

4. Mikrobrush

5. Scaler ultrasonik

6. H2O2 3%

7. Lidocaine HCl

8. Povidine iodine

9. Alkohol 70%

10. H2O2

26
11. Aquadest

12. Saline

13. Cotton roll & cotton pellet

14. Kassa steril

Tahapan :

1. Informed consent

2. Persiapan alat dan bahan

3. Indeks plak

4. Profilaksis untuk menghilangkan plak dengan menggunakan scaler

ultrasonik kemudian periksa poket dengan probe

5. Asepsis daerah kerja dengan povidine iodine

6. Anastesi lokal infiltrasi

7. Melakukan prosedur kuretase, kuret dimasukan kedalam poket sampai

menyentuh epitel poket dengan sisi pemotong diarahkan ke dinding

jaringan lunak poket. Permukaan luar gingiva ditekan dengan jari dari

tangan kiri, lalu dengan tarikan kearah luar dan koronal epitel poket

dikuret.

8. Irigasi daerah kerja dengan saline, H2O2, kemudian suction lalu bilas

dengan aquadest 3cc sampai bersih untuk menyingkirkan debris.

9. Gingiva diadaptasikan ke permukaan gigi dengan cara ditekan secara

lembut dengan kasa steril 1-3 menit adar terbentuk bekuan darah yang

baik.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Dinyati, M., Adam AM., Kuretase Gingiva Sebagai Perawatan Poket

Periodontal. Makassar Dent J. 2016:5 (2); 58-64.

2. Tyas WE., Susanto HS., Adi MS., Udiyono A., Gambaran Kejadian Penyakit

Periodontal Pada Usia Dewasa Muda (15-30 Tahun) Di Puskesmas Srondol

Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-journal). 2016: 4 (4); 510-

513.

3. Ramadhani ZF., Tri Putri DK., Cholil. Prevalensi Penyakit Periodontal Pada

Perokok Di Lingkungan Batalyon Infanteri 621/Manuntung Barabai Hulu

Sungai Tengah. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi. 2014: 2 (2); 115-119.

4. Asykarie, Faizah. Perawatan Kuretase Gingiva Pada Gigi Incisivus Lateral

Rahang Bawah. Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi: 2017; 64-70.

5. Mittal A., Nichani AS., Venugopal R., Rajani V., The Effect Of Various

Ultrasonic And Hand Instruments On The Root Surfaces Of Human Single

Rooted Teeth: A Planimetric And Profilometric Study. J Indian Soc

Periodontol:18 (6); 710-717.

6. Widagdo AK., Herawati D., Syaify A., Aplikasi Chlorine Dioxide Gel Pada

Periodontitis Kronis Paska Kuretase. J Kedokteran Gigi: 2015; 265-270.

7. Carranza, Jr., and Newman., G.M., 1996, Clinical Periodontology, 7th edition,

W.B Saunders Company, Philadelphia.

28
8. Puspaningrum EK., Hendari R., Mujayanto R., Ekstrak Cymbopogon Citratus

Dan Eugenia Aromaticum Efektif Untuk Penyembuhan Gingivitis. Odonto

Dental Journal. 2015: 2 (2); 47-51.

9. Martiń ezAB., Camara EC., Ilundain CB., Herrera SA., Ilundain JB. Etiology of

Gingivitis. The Faculty of Dentistry, Complutense University, Madrid Spain:

2011; 55-70.

10. Cornain TZ, Suwelo IS, Gingivitis Kronis pada Anak Umur 10 Tahun (Laporan

Kasus). Journal of Dentistry Indonesia. 1995: 2(2); 49-54.

11. Newman, M.G.; Takei, H.H.; Carranza, F.A., 2012, Carranza’ s Clinical

Periodontology, 11th edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia.

12. Carranzza; Newman; Takei; Klokkevoid; 2015, Carranza’s Clinical

Periodontology 12th edition, Elsevier Saunders

29

Anda mungkin juga menyukai