Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ETIKA & HUKUM KESEHATAN


KONFIDENSIALITAS MEDIS

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II

M. Asrul Aulia (1811102413106)

Maulida Ega Purnama (1811102413108)

Nadila Arini (1811102413125)

Nanda Dwi Kartika (1811102413127)

Putri Agustiningrum (1811102413142)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah “Konfidensialitas
Medis”.Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Samarinda, 04 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................i


Daftar Isi ..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
1. Latar Belakang ..........................................................................................1
2. Rumusan Masalah ....................................................................................2
3. Tujuan .......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................3
A. Pengertian Rahasia Medis ........................................................................3
B. Landasan Hukum Konfidensialitas ...........................................................4
C. Tenaga Kesehatan Yang Mampu Menyimpan Rahasia Medis .................5
D. Sanksi Pelanggaran Terhadap Konfidensialitas Medis ............................6
BAB III PENUTUP ............................................................................................8
A. Kesimpulan ...............................................................................................8
B. Saran..........................................................................................................8
Daftar Pustaka ....................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar Belakang
Konfidensialitas berasal dari kata latin confidere, yang berarti
mempercayai. Misalnya, seorang yang datang berobat kedokter, terpaksa ia
harus menceritaan hal-hal yang tidak enak rasanya bila diketahui oleh orang
lain. Informasi konfidensial itu disampikan ata dasar kepercayaan, dalam arti
bahwa dokter yang dipercayakan informasi tersebut tidak akan memberitahuan
kepada orang yang lain.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang
kedokteran,wajib simpan rahasia kedokteran atau medis yang berisis rekam
medis maupun persetujuan tindakan medis semakin sulit untuk dipertahankan.
Kewajiban menyimpan rahasia medis ini terkait dengan hubungan kepercayaan
antara pasien dan tenaga kesehatan dalam rangka perubahan pandangan dari
paternalistik kearah pandangan kontraktual atau transaksional untuk
penyelenggaraan kesehatan.
Suatu informasi konfidensialitas disampaiakan atas dasar kepercayaan,
dalam arti bahwa dokter yang dipercayakan informasi tersebut tidak akan
memberitahukannya kepada orang lain. Untuk itu, sebagai seorang dokter
dituntut untuk menjaga rahsia pasien yang terdapat dalam lafal sumpah dokter
“saya bersumpah/janji akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui
karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter”, dan juga
terdapat dalam KODEKSI pasal 12, “seorang dokter wajib merahasiakan
segala sesuatu yang diketahuinya tantang seorang pasien karena kepercayaan
yang diberikan kepadanya, bahkan juga setelah pasien meninggal dunia”.

1
2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud pengertian rahasia medis ?
b. Apa saja landasan hukum konfidensialitas ?
c. Bagaimana tenaga kesehatan yang mampu menyimpan rahasia medis ?
d. Apa saja sanksi pelanggaran terhadap konfidensialitas medis ?
3.Tujuan Masalah
b. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pengertian rahasia medis.
c. Untuk mengetahui apa saja landasan hukum konfidensialitas.
d. Untuk mengetahui bagaimana tenaga kesehatan yang mampu menyimpan
rahasia medis.
e. Untuk mengetahui apa saja sanksi pelanggaran terhadap konfidensialitas
medis.

2
BAB II
PEMBAHASAHAN

A. Pengertian Rahasia Medis


Rahasia Medis adalah adalah segala sesuatu yang dianggap rahasia oleh pasien
yang terungkap dalam hubungan medis dokter-pasien baik yang diungkapkan
secara langsung oleh pasien (subjektif ) maupun yang diketahui oleh dokter ketika
melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang ( objektif). Rahasia medis ini juga
sering disebut sebagai rahasia jabatan dokter yang timbul karena menjalankan
tugas profesionalnya sebagai dokter. Rahasia medis merupakan hak pasien yang
harus dilindungi dan dijunjung tinggi oleh setiap penyelenggara pelayanan
kesehatan. Pelanggaran terhadap hak pasien ini merupakan sebuah kejahatan yang
dapat dimintai pertanggung jawaban hukum

Menurut CST, Kansil, rahasia medis adalah segala sesuatu yang diketahui oleh
orang-orang seperti :
1.Tenaga kesehatan yang menuntut undang-undang tenaga kesehatan (Peraturan
Pemerintah Nomor 32/1996).
2. Mahasiswa kedokteran, mahasiswa lain yang bertugas dalam lapangan
pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan serta orang lain yang ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan dan pengetahuan terebut harus dirahasiakan oleh orang-
orang diatas, kecuali apabila sesuatu peraturan lain yang sederajat atau lebih
tinggi daripada peraturan pemerintahan ini menentukan.

Menurut Fred Ameld (1991), rahasia medis adalah :


1. Segala sesuatu yang oleh pasien secara sadar atau secara tidak disadari
disampaikan kepada tenaga  kesehatan.
2.  Segala sesuatu yang oleh tenaga kesehatan telah diketahuinya sewaktu
mengobati dan merawat pasien.

3
Menurut Hazewinkel Suringa (1993), megatakan bahwa rahasia profesi bukan
merupakan hak dari pemegang rahasia, juga tidak untuk kepentingan ilmu
kedokteran; fungsi rahasia medis hanya untuk menimbulkan kepercayaan antara
pencari dan pemberi pertolongan dan dengan demikian bermanfaat untuk
kepentingan umum mengenai kesehatan rakyat, baik secara jasmani maupun
rohani.
Dalam hal kewajiban menyimpan rahasia medis, tenaga medis dapt
mengungkapkan rahasia medis jika :
1. Peraturan perundang-undangan yang mengatur.
2. Sopir yang membahayakan umum atau membahayakan orang lain, misalnya
sopir bus yang memiliki penyakit epilepsi.
3. Pasien memperoleh hak sosial, misalnya pasien mendapat tunjangan khusus
dari perusahaan.
4. Pemberian izin untuk mengungkapkan dari pasien sebagai yang berhak atas
rahasia.
5. Konflik kewajiban yang berkaitan dengan perbedaan kepentingan, misalnya
saat presiden sakit, seluruh rakyat mengetahui segala sesuatu tentang penyakitnya.
Rahasia profesi dan kewajiban menyimpan rahasia dasarnya bukan terletak pada
perjanjian atau pernyataan kehendak, melainkan pada sifat khusus dari profesi itu
sendiri yang menjanjikan kepercayaan penuh dan jaminan kerahasiaannya.

B. Landasan Hukum Konfidensialitas


Ketentuan tentang wajib simpan rahasia medis, diatur dalam bebrapa
peraturan hukum, antara lain.
 Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
 Pasal 322 KUH Pidana.
  Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1960 tentang lafal sumpah
dokter.
 Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.

4
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
rekam medis.
Seorang tenaga kesehatan tentang kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
harus menjaga kerahasiaan pasiennya. Hal-hal yang harusdi rahasiakan adalah
segala sesuatu yang di ketahui tenaga kesehatan mengenai kesehatan maupun
kehidupan pribadi pasien selama pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan pasien.

C. Tenaga Kesehatan Yang Mampu Menyimpan Rahasia Medis


Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 menyebutkan bahwa
tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
Pasal 2 ayat (1) dari Peraturan Pemerintah tersebut menjelaskan tentang jenis
tenaga kesehatan yang meliputi :
1. Tenaga medis : dokter dan dokter gigi.
2. Tenaga keperawatan : perawat dan bidan.
3. Tenaga farmasi : apoteker, analisis farmasi, asisten farmasi.
4.  Tenaga kesehatan masyarakat : epidemiolog kesehatan, entemolog kesehatan,
mikrobiolog kesehatan, penyuluhan kesehatan, administator kesehatan dan
sanitarian
5. Tenaga gizi : nutrisionis dan dietsien (ahli gizi)
6. Tenaga keterapian fisik : fisioterapi, okupasiterapis, terapi wicara.
7. Tenaga keteknisian medis : radiografer, radioterapis, teknisi gizi, teknisi
elektromedik, teknisi transfusi, perekam medis, analisis kesehatan, refraksionis
optisien, ortotik prosetik.
Dengan demikian yang diwakilkan menyimpan rahasia medis adalah :
1.      Tenaga kesehatan menurut pasal 2 ayat (1) PP No. 32/1996.
2.      Mahasiswa kedokteran, mahasiswa/siswa lain yang bertugas dalam lapangan
pemeriksaan, pegobatan dan/atau perawatan dan orang lain yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan.

5
D. Sanksi Pelanggaran Terhadap Konfidensialitas Medis
Penanggulangan malasah kesehatan terus dilakukan dengan pendekatan
dibidang medis dan bidang yuridis yang dituangkana dalam hukum kedoteran
( medical law ) yang di perluas menjadi hukum kesehatan ( health law ), tidak
semata mata dengan hukum umum kecuali persistiwa yang trejadi tidak langsung
menyangkut propesei. Pendekatan medis terintergrasi dapat dikembangkan secara
secara terpadu sehingga penyelesaian masalah pelayanan kesehatan lebih
propesional dan tidak terjadi krisis pelayanana kesahatan.

Suatu bentuk penyelesaian dengan pedekatan secara medis dan yurisidis


terlihat dari perhatian pasein dalam pelayanan dengan kesehatan tiega doktrin
yang utama untuk pelayanana. Dalam hal ini, Ketiga doktrin tersebut ( lihat
doktrin pertanggung jawaban ) saling berkaitan. Mata rantai ketiga sarana
penunjang untuk pelayanana kesehatan tersebut harus diselenggarakan dengan
baik dan cermat. Jika tidak akan menjadi penyebab timbul permasalah hukum
yanag mengakibatkan tuntutan hukum pidana dan gugutan perdata atau tindakan
hukum adminisstrsai. Ketentuan hukum pidana tentang kewajiban menyimpan
rahasia medis di atur di dalam pasal 322 KUHP dan pasal 4 PP NO.10/1966.
Namun kenentuan tersebut harus memerhatiakan batasan salam kaitannya dengan
pasal 224 KUHP dan pasal 170 ayat (2) serta pasal 179 KUHP.

Pelanggaran terhadap rahasia medis dapat pula dintuntut secara perdata


akibat adanaya pelanggaran dari perjanjian/teran saksi terapetik kususnya
mengenai ketentuan pada buku III KUH perdata tentang hukum perikatan
samadengan wanspertasi,perbuatan yang bertentangan dengan hukum
( Onrechtmatihadapgedaat yaitu pasal 1365). Sedangnkan tanggung jawab dalam
bidang hukum administrasi sebagau dari pelanggaran terhadp rasia medis pasal 57
ayat 1UU NO 36Tahun 2009, praturan pemerintah ( PP ) No 32 tahun 1996
tentang tenaga kesehatan, dan PP No 10Tahun 1996 disiplin pegawai negri sipil.

6
Menurut pasal 57 ayat 2 UU No 36 tahun 2009, ketentuan atas rahasia
kondisi kesehatan pribadi ( konfidendialita medis ) tidak berlaku dalam hal :
1.      Perintah undang-und.ang.
2.      Perintah pengadilan .
3.      Izin yang bersanglutan .
4.      Kepentingan masyarakat .
5.      Kepentingan orang tersebut.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerahasian pasien dan data data pribadi pasen adalah data rahasia yang
sangat di rahasiakan dan hanya bisa di baca untuk kepentingan pasien dan yang
membaca hanya tenaga medis dan keluarga yang sudah mendapat hak kuasa
dari pasien tersebut dan akan di keluarkan bila membantu keperluan bukti
untuk kepolosian . Bila mana ada tenaga medis yang membocorkan rahasia
atau data pasen maka akan bisa di pidanakan karna sudah tertulis di undang –
undang bahwa datapasien adalah data rahasia.

B. Saran
Dengan adanya makalah yang menjelaskan tentang konfidensialitas medis,
semoga memberikan manfaat buat pembaca makalah ini. Kofidensialitas medis
akan mudah dipelajari jika ditunjang oleh banyak literature.
Bagi kita sudah sepatutnya untuk mengetahui konfidensialits medis.
Kepada para pembaca kalau ingin lebih mengetahui tentang bahasan ini bias
mencari sumber lain yang sesuai dengan materi konfidensialitas medis

8
DAFTAR PUSTAKA

http://afauziach15.blogspot.com/2019/01/konfidensialitasmedis-hai-guys.html
http://drampera.blogspot.com/2011/06/serial-hukum-kesehatan-rahasia-
medik.html
http://triyogolucky211014.blogspot.com/2015/09/normal-0-false-false-false-en-
us-x-none.html
https://www.scribd.com/document/377698775/konfidensialitas-medik

Anda mungkin juga menyukai