Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

CIVIL SOCIETY DAN DEMOKRATISASI

Anggota Kelompok 8 SI-A:

1. Alifia Elfanny 205150400111001


2. Berlian Dwi A. 205150400111023
3. Fatih Daffa Nurma Saputra 205150400111035
4. Viandra Fajar Effendy 205150400111009

SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan, Atas karunia-Nya

berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya kami bisa menyelesaikan makalah dengan

judul “Civil Society dan Demokratisasi”. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan bagi

Baginda Agung Rasulullah SAW yang syafaatnya akan kita nantikan kelak.

Makalah “Civil Society dan Demokratisasi” disusun guna memenuhi tugas dosen pada

mata kuliah Kewarganegaraan di Universitas Brawijaya. Pada isi makalah ini disampaikan

mulai dari sejarah demokrasi hingga hubungan civil society dan demokratisasi.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak A.M. Aris Shofa, M.Sc

selaku dosen pengampu mata kuliah Kewarganegaraan. Kami juga mengucapkan terima

kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Dengan kerendahan hati kami memohon maaf apabila ada kesalahan penulisan. Kritik yang

terbuka dan membangun sangat kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Demikian,

kata pengantar ini kami sampaikan. Sekian dan terima kasih.

Indonesia, 3 Desember 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................
1.3 Tujuan................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah dan Perkembangan Demokrasi.............................................................
2.1.1 Sejarah Demokrasi....................................................................................
2.1.2 Sejarah Demokarasi di Indonesia..............................................................
2.2 Pilar-Pilar Demokrasi........................................................................................
2.3 Peran Civil Society dalam Demokratisasi.........................................................
2.4 Menuju Masyarakat Madani..............................................................................
2.5 Studi Kasus........................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................
3.2 Rekomendasi......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demokrasi yang berawal dari Yunani Kuno

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah dan perkembangan demokrasi ?
2. Apa saja pilar-pilar dalam demokrasi ?
3. Apa peran civil society dalam demokratisasi ?
4. Bagaimana proses menuju masyarakat madani dalam demokrasi ?
5. Apa contoh studi kasus tentang civil society dan demokratisasi ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan demokrasi khususnya di Indonesia
2. Untuk mengetahui pilar-pilar yang menjadi dasar dalam pelaksanaan demokrasi
3. Untuk mengetahui peranan civil society dalam demokratisasi
4. Untuk mengetahui proses menuju masyarakat madani dalam demokrasi
5. Untuk mengetahui contoh kasus dalam civil society dan demokratisasi

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah dan Perkembangan Demokrasi


2.1.1 Sejarah Demokrasi
Kata atau sebutan dari “demokrasi” sendiri, pertama kali muncul pada mazhab politik
dan filsafat Yunani Kuno di kota Athena. Kata ini berasal dari bahasa Yunani
δημοκρατία (dēmokratía) yang berarti kekuasaan rakyat, yang terdiri kata δῆμος
(dêmos) berarti rakyat dan kata κράτος (kratos) yang berarti kekuatan atau kekuasaan.
Warga Athena mencetuskan nama “demokrasi” pertama kali pada tahun 508-507 SM.
Dalam Demokrasi Athena, terdapat demokrasi yang bersifat langsung yang diterapkan
ketika pemilihan acak warga biasa untuk mengisi jabatan administratife dan yudisial
di pemerintahan, dan majelis legislative yang terdiri dari semua warga Athena. Yang
pada akhirnya sistem demokrasi ini dicontoh oleh bangsa Romawi Kuno pada tahun
510-27SM.

2.1.2 Sejarah Demokrasi di Indonesia

Ketika Indonesia sudah merdeka dan sudah melantik presiden dan wakil presiden,
yaitu bapak Ir. Soekarno dan Moh. Hatta, pemerintah Indonesia masih belum
mengatur sistem apa yang akan dianut oleh negara Indonesia. Kemudian, Soekarno-
Hatta memutuskan untuk memilih sistem presidensial sebagai sistem yang menurut
mereka cocok dengan negara Indonesia dan yang akan dijalankan pada masa awal
kemerdekaan. Setelah dijalankannya sistem presidensial, timbul beberapa
kekhawatiran salah satunya akan adanya absolutism dari pemerintah karena sistem
presidensial sendiri merupakan sistem yang hanya berpusat pada pemerintah.
Sehingga, pemerintah memutuskan mengeluarkan 3 maklumat untuk menghindari
absolutisme. Maklumat pertama berisikan perubahan KNIP menjadi Lembaga
legislative. Untuk maklumat kedua berisikan tentang pembetukan partai-partai politik.
Dan maklumat terakhir berisikan perubahan sistem pemeritahan dari sistem
presidensial ke sistem parlementer.

Sistem parlementer ini merupakan sistem yang kedaulatan penuhnya dipegang oleh
rakyat. Di saat menerapkan sistem ini, Indonesia mengalami banyak tantangan salah

4
satunya adanya keinginan Belanda untuk merebut kembali Indonesia. Banyak
perjanjian-perjanjian yang dilakukan Indonesia untuk menghadapi tantangan ini.
Hingga pada akhirnya PBB ikut turun tangan untuk menengahi konflik tersebut
dengan mengadakan Koferensi Meja Bundar. Dari konferensi tersebut, mendapatkan
hasil salah satunya kembalinya kedaulatan seutuhnya ke tangan Indonesia.

Setelah itu, Indonesia merubah namanya menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS)
yang menjadikan posisi Indonesia menjadi lemah karena kondisi Indonesia yang
pecah dan terbagi ke beberapa bagian. Akan tetapi, sistem ini hanya bertahan sebentar
dan akhirnya kemabi lagi menjadi Republik Indonesia ditandai dengan ditandatangani
UUDS 1950. Sejak masa inilah Indonesia sudah menganut sistem demokrasi.

Demokrasi pertama yang dianut oleh Indonesia adalah Demokrasi Liberal. Setelah
berjalan sistem ini, banyak sekali konflik yang akhirnya menganggap bahwa sistem
ini tidak cocok dijalankan di Indonesia. Untuk itu, Presiden Soekarno mengeluarkan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menjadi penanda dijalankannya Demokrasi
Terpimpin.

Belum berlangsung lama sistem Demokrasi Terpimpin terlaksana, banyak konflik dan
kejadian seperti turunnya Ir. Soekarno dari bangku kepresidenan dan terjadinya
G30SPKI. Dikarenakan turunya Ir. Soekarno maka Presiden Soeharto yang
menggantikan dan menerapkan demokrasi yang berbeda yaitu Demokrasi Pancasila
yang sesuai dengan ideologi negara yaitu Pancasila.

Demokrasi Pancasila cenderung bertahan relatif lama dibandingkan tipe demokrasi


yang dijalankan sebelumnya. Akan tetapi setelah Presiden Soeharto lengser dari kursi
keprisidenan, Indonesia mulai menginjak kehidupan kenegaraan yang baru yaitu masa
Reformasi. Di masa inilah lahir amandemen UUD 1945 yang tentunya terdapat
perbedaan aspek-aspek pemerintahan diantaranya, aspek pembagian kekuasaan
(lembaga eksekutif, lembaga legislatif, dan lembaga yudikatif) dan aspek sifat
hubungan antar lembaga-lemabaga negaranya. Meskipun sudah terbagi dan berbeda
dari tipe-tipe demokrasi yang sebelumnya pernah diterapkan, hingga saat ini
nampaknya belum menunjukkan tanda-tanda tatanan kehidupan kenegaraan yang
stabil.

5
2.1.3 Perkembangan Demokrasi di Indonesia

Perkembangan demokrasi di Indonesia sendiri dapat dilihat dari pelaksanaan


demokrasi yang pernah berjalan di Indonesia. Berikut masa-masa pelaksanaan
demokrasi yang pernah berjalan di Indonesia :

1. Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi (1945-1950)


Masa ini merupakan masa dimana Indonesia masih menghadapi tantangan
terhadap Belanda yang ingin merebut Indonesia kembali, sehingga
pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan baik. Di masa inilah sistem
presidensial diterapkan yang berujung pemerintah mengeluarkan 3 maklumat
yang sudah disebutkan pada bagian sejarah demokrasi di atas.

2. Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama


a. Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)
Demokrasi Liberal ini menganut bahwasannya presiden sebagai
lambang dari Kepala Negara bukan kepala eksekutif. Di masa ini juga
peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan mulai
berkembangnya partai-partai politik. Akan tetapi masa ini runtuh
dikarenakan beberapa hal diantaranya :
 Dominannya partai politik
 Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
 Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti
UUDS 1950
b. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966)
Masa ini tercipta setelah Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959. Pengertian dari demokrasi terpimpin ini sendiri
menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong
royong diantara semua kekuatan nasional progresif revolusioner
dengan berporoskan nasakom dengan ciri :
 Dominasi presiden

6
 Terbatasnya peran partai politik
 Berkembangnya pengaruh PKI
Akan tetapi masa ini runtuh atau tergantikan dikarenakan :
 Mengaburnya sistem kepartaian, pemimipin partai banyak
dipenjarakan
 Peranan parlemen lemah
 Jaminan HAM lemah
 Terjadi sentralisasi kekuasaan
 Terbatasnya peranan pers
 Kebijakan politik luar negeri berpihak ke blok timur
 Terjadinya peristiwa G30SPKI

3. Pelaksanaan demokrasi Orde Baru (1966-1988)


Di masa ini diterpakan demokrasi Pancasila yang memberi harapan pada awal
Orde Baru pada rakyat pembangunan di segala bidang. Pada masa ini Presiden
Soekarno lengser dari kursi keprisidenan dan digantikan oleh Presiden
Soeharto. Meskipun cukup lama bertahan, sistem ini runtuh atau tergantikan
karena :
 Rotasi kekuasaan eksekutif hamper dikatakan tidak ada
 Rekrutmen politik yang tertutup
 Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
 Pengakuan HAM yang terbatas
 Tumbuhnya KKN yang merajalela

4. Pelaksanaan demokrasi Reformasi (1988-sekarang)


Masa ini dimulai ketika Presiden Soeharto lengser dari kursi keprisidenan dan
digantikan oleh wakilnya yaitu Presiden BJ Habibie. Di masa ini mulai
berusaha membangun kembali kehidupan demokratis di Indonesia yang juga
lahirnya amandemen UUD 1945 yang sudah sampai amandemen I, II, III, IV.
Di masa ini pula, berhasil menyelenggarakan pemilihan umum sebanyak dua
kali yakni pada tahun 1999 dan tahun 2004.

7
2.2 Pilar-Pilar Demokrasi

Ahmad Sanusi dalam Memberdayakan Masyarakat dalam Pelaksanaan 10 Pilar


Demokrasi (2006), mengemukakan 10 Pilar Demokrasi Konstitusional Indonesia menurut
Pancasila dan UUD 1945, yaitu:

1. Demokrasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa


2. Demokrasi dengan kecerdasan
3. Demokrasi yang berkedaulatan rakyat
4. Demokrasi dengan rule of law
5. Demokrasi dengan pemisahan kekuasaan negara
6. Demokrasi dengan hak asasi manusia
7. Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka
8. Demokrasi dengan otonomi daerah
9. Demokrasi dengan kemakmuran
10. Demokrasi yang berkeadilan sosial

 Demokrasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa

Demokrasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa, Artinya seluk beluk sistem serta perilaku
dalam menyelenggarakan kenegaraan RI harus taat asas, sesuai dengan nilai-nilai dan kaidah-
kaidah dasar Ketuhanan Yang Maha Esa.

 Demokrasi dengan kecerdasan

Demokrasi dengan kecerdasan, Artinya mengatur dan menyelenggarakan demokrasi menurut


UUD 1945 bukan dengan kekuatan naluri, kekuatan otot, atau kekuatan massa semata-mata.
Pelaksanaan demokrasi itu justru lebih menuntut kecerdasan rohaniah, kecerdasan aqliyah,
kecerdasan rasional dan kecerdasan emosional.

 Demokrasi yang berkedaulatan rakyat

Demokrasi yang berkedaulatan rakyat, Artinya kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat.
Secara prinsip, rakyat memiliki atau memegang kedaulatan. Dalam batas-batas tertentu
kedaulatan rakyat dipercayakan pada wakil-wakil rakyat di MPR (DPR atau DPD) dan
DPRD.

8
 Demokrasi dengan rule of law

Demokrasi dengan aturan hukum mempunyai empat makna penting, yaitu:


1. Kekuasaan negara RI itu harus mengandung, melindungi serta mengembangkan
kebenaran hukum (legal truth) bukan demokrasi ugal-ugalan, demokrasi dagelan atau
demokrasi manipulatif.
2. Kekuasaan negara itu memberikan keadilan hukum (legal justice) bukan demokrasi
yang terbatas pada keadilan formal dan pura-pura.
3. Kekuasaan negara itu menjamin kepastian hukum (legal security) bukan demokrasi
yang membiarkan kesemrawutan atau anarki.
4. Kekuasaan negara itu mengembangkan manfaat atau kepentingan hukum (legal
interest) seperti kedamaian dan pembangunan, bukan demokrasi yang justru
mempopulerkan fitnah dan hujatan atau menciptakan perpecahan, permusuhan dan
kerusakan.

 Demokrasi dengan pemisahan kekuasaan negara

Demokrasi dengan pemisahan kekuasaan negara, Artinya demokrasi menurut UUD 1945
mengakui kekuasaan negara RI tak terbatas secara hukum. Demokrasi dikuatkan dengan
pemisahan kekuasaan negara dan diserahkan kepada badan-badan negara yang bertanggung
jawab. Demokrasi menurut UUD 1945 mengenal pembagian dan pemisahan kekuasaan
(division and separation of power), dengan sistem pengawasan dan perimbangan (check and
balances).

 Demokrasi dengan hak asasi manusia

Demokrasi dengan hak asasi manusia, Artinya demokrasi menurut UUD 1945 mengakui
HAM yang tujuannya bukan saja menghormati hak-hak asasi, melainkan untuk meningkatkan
martabat dan derajat manusia seutuhnya.

 Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka

Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka, Artinya demokrasi menurut UUD 1945
menghendaki pemberlakuan sistem pengadilan yang merdeka (independen). Memberi
peluang seluas-luasnya pada semua pihak yang berkepentingan untuk mencari dan
menemukan hukum yang seadil-adilnya. Di muka pengadilan yang merdeka itu penggugat

9
dengan pengacaranya, penuntut umum dan terdakwa dengan pengacaranya mempunyai hak
yang sama. Untuk mengajukan pertimbangan, dalil-dalil, fakta-fakta, saksi, alat pembuktian
dan petitumnya.

 Demokrasi dengan otonomi daerah

Demokrasi dengan otonomi daerah, Artinya otonomi daerah merupakan pembatasan terhadap
kekuasaan negara, khususnya kekuasaan legislatif dan eksekutif di tingkat pusat dan lebih
khusus lagi pembatasan atas kekuasaan Presiden.

UUD 1945 secara jelas memerintahkan pembentukan daerah-daerah otonom pada provinsi
dan kabupaten atau kota. Urusan pemerintahan diserahkan Pemerintah Pusat ke Pemerintah
Daerah. Dengan Peraturan Pemerintah, daerah-daerah otonom dibangun dan disiapkan untuk
mampu mengatur dan menyelenggarakan urusan-urusan pemerintahan sebagai urusan rumah
tangganya sendiri.

 Demokrasi dengan kemakmuran

Demokrasi dengan kemakmuran, Artinya demokrasi bukan hanya soal kebebasan dan hak,
kewajiban dan tanggung jawab, asal mengorganisir kedaulatan rakyat atau pembagian
kekuasaan kenegaraan. Demokrasi bukan hanya soal otonomi daerah dan keadilan hukum.
Bersamaan dengan itu semua, demokrasi menurut UUD 1945 ditujukan untuk membangun
negara kemakmuran (welfare state) oleh dan untuk sebesar-besarnya rakyat Indonesia.

 Demokrasi yang berkeadilan sosial

Demokrasi yang berkeadilan sosial, Artinya demokrasi menurut UUD 1945 menggariskan
keadilan sosial di antara berbagai kelompok, golongan dan lapisan masyarakat. Tidak ada
golongan, lapisan, kelompok, satuan atau organisasi yang jadi anak emas yang diberi
berbagai keistimewaan atau hak-hak khusus.

2.3 Peran Civil Society dalam Demokratisasi

Konsep civil society memiliki pengertian yang beragam sesuai dengan sudut pandang
masing-masing tokoh yang memberikan penekanan berbeda satu sama lain. Menurut
Kuntowijoyo, bahwa civil society berwatak dinamis dan kenyataan riil dalam sejarah, bukan
masyarakat yang utopis. Ditambahkannya wacana tentang civil society bisa dilihat dari

10
berbagai sudut pandang dan isme; baik itu dari kacamata agama, aliran pemikiran, mazhab
filsafat ataupun praktek dan pengalaman berdemokrasi di kawasan tertentu di belahan dunia
ini. Yang perlu digaris bawahi adalah bahwa semua unsur itu diharapkan dapat memberi
kontribusi positif bagi pengembangan gagasan-gagasan dasar civil society. Sedangkan
menurut CIVICUS, yaitu sebagai arena di luar keluarga, negara, dan pasar, yang diciptakan
oleh tindakan individu dan kolektif, organisasi, dan lembaga untuk memajukan kepentingan
bersama.

Civil society lebih dari sekedar gerakan pro demokrasi. Civil societymengacu kepada
kehidupan masyarakat yang berkualitas dan bertamadun (civility). Oleh karena itu, Civil
society dapat memberikan sumbangan bagi konsolidasi demokrasi, karena dapat
menjembatani antara pemerintah dan masyarakat. Civil society dapat menstabilkan harapan,
mempermudah komunikasi antara masyarakat dan pemerintah. Hal ini akan membuat
masyarakat tidak terasingkan dengan sistem pemerintah yang ada, dan berfungsi sebagai
wahana untuk melawan pemerintahan yang tirani. Kemudian, memperkuat norma-norma sipil
bagi prilaku warga, yakni menekankan pentingnya toleransi, kebersamaan, dan keikutsertaan
dalam menghadapi persoalan bangsa.

Menurut para pakar sosial politik modern, civil society bertujuan untuk menolak
kesewenangan kekuasaan elite yang mendominasi kekuasaan negara. Hal ini merupakan
manifestasi dari penanaman demokrasi. Adapun pandangan Ernest Gellner, civil society
merupakan masyarakat yang terdiri atas berbagai institusi non-pemerintahan yang cukup kuat
untuk mengimbangi negara. Sedangkan menurut kelompok devlopmentalis dan Neo-
Tocquevelian seperti Putnam,civil society adalah asosiasi perantara. Civil society adalah
wilayah antara negara dan struktur keluarga yang dihuni oleh organisasi, menikmati posisi
otonom berhadapan dengan negara, dan memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan
publik. Hal ini tergambar dalam teori sistem David Easton, civil society merupakan salah satu
penekan kebijakan dan sebagai kontrol terhadap pemerintah yang meyimpang, sehingga
output yang dihasilkan lebih baik. Tapi, civil society juga bisa bekerjasama dengan negara,
tidak mesti bermusuhan. Ini telah terbukti antara lain di bidang pendidikan, kesehatan dan
lain sebagainnya yang ternyata antara civil society dapat bekerjasama.

Konsep civil society meneguhkan gerakan sosio-kultural. Dalam paham civil society, rakyat
bukan subordinat negara, melainkan partner yang setara. Civil society sebagai ujung tombak
penegakan demokrasi di Indonesia. Maka, dengan adanya civil society memungkinkan

11
tumbuhnya diskusi dan kerja sama memupuk kepercayaan terhadap orang lain, menjalin
persaudaraan, dan kerja sama dengan umat lain adalah modal sosial untuk meretas
kecurigaan, melampaui rasa toleran, dan permusuhan.

Mengenai fungsi dan peran civil society pun cukup beragam, yang pada intinya ,memperkuat
posisi masyarakat bila berhadapan dengan kepentingan negara, lebih tepatnya, kepentingan
penguasa. Menurut Larry Diamond (1994) peran civil society dalam proses demokratisasi
adalah :
1. Civil society menyediakan wahana sumber daya politik, ekonomi, kebudayaan dan
moral untuk menjaga dan mengawasi keseimbangan negara. Asosiasi independen dan
media yang bebas memberikan dasar bagi pembatasan kekuasaan negara melalui
kontrol publik
2. Beragam dan pluralnya dalam masyarakat sipil dengan berbagai kepentingannya, bila
diorganisasi dan dikelola dengan baik, maka hal ini dapat menjadi dasar yang penting
bagi persaingan yang demokratis.
3. Akan memperkaya peranan partai-partai politik dalam hal partisipasi politik,
meningkatkan efektivitas politik dan meningkatkan kesadaran kewarganegaraan
(citizenship).
4. Ikut menjaga stabilitas negara. Dalam arti bahwa civil society, karena kemandiriannya
terhadap negara, mampu menjaga independensinya yang berarti secara diam-diam
mengurangi peran negara.
5. Sebagai wadah bagi seleksi dan lahirnya para pemimpin politik yang baru.
6. Menghalangi dominasi rezim otoriter.

2.4 Menuju Masyarakat Madani

Untuk dapat berjalannya demokrasi, tidak sekedar ada lembaga demokrasi tetapi terutama
didasarkan pada kesadaran masyarakat yang melaksanakan dan menghidupi prinsip dan
budaya demokrasi dalam hidupnya. Masyarakat ini disebut madaniah, civilized, civil society
(masyarakat sipil, masyarakat warga, masyarakat beradab atau berbudaya).

Istilah masyarakat madani sering diartikan sebagai terjemahan dari civil society, tetapi jika
dilacak secara empirik istilah civil society adalah terjemahan dari istilah latin, civilis societas,
yang mula-mula dipakai oleh Cicero (seorang orator dan pujangga dari Roma), pengertiannya
mengacu kepada gejala budaya perorangan dan masyarakat. Masyarakat sipil disebutnya

12
sebagai sebuah masyarakat politik (Political Society) yang memiliki kode hukum sebagai
dasar hidup.

Substansi dari masyarakat Madani, ditandai oleh kesadaran diri (self consciousness),
keterikatan pada norma dan hukum, kesukarelaan (voluntary), keswasembadaan (self
generating), keswadayaan (self supporting).

Masyarakat madani tidak muncul dengan sendirinya. Ia harus dibentuk dan didukung oleh
unsur penting yang ada di dalamnya:

1. Adanya Wilayah Publik yang Luas


Free Public Sphere adalah ruang publik yang bebas sebagai sarana untuk mengemukakan
pendapat warga masyarakat. Di wilayah ruang publik ini semua warga Negara memiliki
posisi dan hak yang sama untuk melakukan transaksi sosial dan politik tanpa rasa takut
dan terancam oleh kekuatan – kekuatan di luar civil society.
2. Demokrasi
Demokrasi adalah prasayarat mutlak lainnya bagi keberadaan civil society yang murni.
Secara umum demokrasi adalah suatu tatanan sosial politik yang bersumber dan
dilakukan oleh, dari, dan untuk warga Negara.
3. Toleransi
Toleransi adalah sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan pendapat.
4. Pluralisme
Kemajemukan atau pluralisme merupakan prasayarat lain bagi civil society. Menghargai
dan menerima perbedaan.
5. Keadilan sosial
Keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan pembagian yang proporsional atas hak
dan kewajiban setiap warga Negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan: ekonomi,
politik, pengetahuan dan kesempatan.

Pilar Penegak Masyarakat Madani

Pilar penegak masyarakat madani adalah institusi-institusi yang menjadi bagian dari sosial
kontrol yang berfungsi mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif serta
mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas.

1. Lembaga Swadaya Masyarakat

13
Lembaga Swadaya Masyarakat adalah institusi sosial yang dibentuk oleh swadaya
masyarakat yang tugas utamanya adalah membantu dan memperjuangkan aspirasi dan
kepentingan masyarakat yang tertindas.

2. Pers
Pers adalah institusi yang berfungsi untuk mengkritisi dan menjadi bagian dari sosial
kontrol yang dapat menganalisa serta mempublikasikan berbagai kebijakan pemerintah
yang berhubungan dengan warga negaranya.
3. Supremasi Hukum
Setiap warga negara , baik yang duduk dipemerintahan atau sebagai rakyat harus tunduk
kepada aturan atau hukum. Sehingga dapat mewujudkan hak dan kebebasan antar warga
negara dan antar warga negara dengan pemerintah melalui cara damai dan sesuai dengan
hukum yang berlaku.
4. Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi merupakan tempat para aktivis kampus (dosen dan mahasiswa) yang
menjadi bagian kekuatan sosial dan masyarakat madani yang bergerak melalui jalur moral
force untuk menyalurkan aspirasi masyarakat dan mengkritisi berbagai kebijakan-
kebijakan pemerintah.
5. Partai Politik
Partai Politik merupakan wahana bagi warga negara untuk dapat menyalurkan aspirasi
politiknya. Partai politik menjadi sebuah tempat ekspresi politik warga negara sehingga
partai politik menjadi prasyarat bagi tegaknya masyarakat madani.

2.5 Studi Kasus

Masyarakat Madani dalam Kasus Ilegal Logging

Salah satu contoh kasus yang terjadi kini adalah mengenai illegal logging di Indonesia yang
semakin marak di eksploitasi oleh berbagai kalangan baik dari dalam maupun dari luar
negeri. Sebenarnya kasus illegal logging ini bukanlah hal yang baru, karena pada zaman
penjajahan kolonial terdahulu, dimana kayu dijadikan komoditas penting dalam mencukupi
segala kebutuhan bagi pihak – pihak tertentu yang terkait pada masa itu tentunya, yang
menjadikan kayu sebagai salah satu produk pemenuhan kebutuhan hidup yang sangat
berharga.

14
Dari sejak itulah kebiasaan illegal logging ini kemudian di adopsi atau dimanfaatkan oleh
pihak – pihak tertentu yang memang tidak memiliki kesadaran akan bahaya lingkungan
apabila melakukan aksi illegal loggingnya tersebut secara terus menerus.

Melihat hal seperti ini, membuat para ahli dan pejabat negara untuk pada masa itu untuk
menetapkan regulasi regulasi yang mengatur pemanfaatan , pengelolaan, pendistribusian dan
pemanfaatan sumber daya alam hutan, khususnya kayu di Indonesia, demi menjaga tetap
terkontrolnya pasokan dan dapat memnuhi kebutuhan mereka akan sumber daya hutan
tersebut. Mulai dari situlah sistem illegal logging sedikit demi sedikit berkurang meskipun
tidak menutup kemungkinan masih adanya penebangan liar.

Adapun solusi untuk mengatasi masayarakat yang madani ini adalah dengan cara
mengadakan atau melakukan demokratsasi pendidikan. Masyarakat madani dalam kehidupan
nyata ini memang perlu untuk segera diwujudkan karena nantinya akan membawa manfaat
untuk menanggulangi berbagai tuntutan reformasi baik yang ada di dalam negeri atau pun
yang ada dari luar negeri. Disamping itu, dengan adanya masyarakat yang madani ini
diharapkan akan muncul inovasi – inovasi pendidikan dan menghindari terjadinya
disentegrasi bangsa.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Demokrasi mengalami perkembangan dari masa ke masa. Diawali di masa Yunani Kuno
pada tahun 508-507 SM yang mengartikan demokrasi sebagai kekuasaan rakyat yang pada
akhirnya menyebar ke belahan dunia. Di Indonesia sendiri, demokrasi mulai dikenal pada
masa revolusi pada tahun 1945 yang mengalami perubahan dan perkembangan dimasa orde
lama yang terbagi lagi menjadi 2 masa yaitu masa demokrasi liberal dan demokrasi
terpimpin. Kemudian pada masa orde baru mengalami perubahan lagi hingga pada masa
reformasi saat ini.

Dalam membangun demokrasi di Indonesia terdapat 10 pilar sebagai dasar pelaksanaanya.


Sepuluh pilar tersebut terdiri dari atas demokrasi yang berketuhanan Yang Maha Esa,
demokrasi dengan kecerdasan, demokrasi yang berkedaulatan rakyat, demokrasi dengan rule
of law, demokrasi dengan pemisahan kekuasaan negara, demokrasi dengan hak asasi
manusia, demokrasi dengan pengadilan yang merdeka, demokrasi dengan otonomi daerah,
demokrasi dengan kemakmuran, dan demokrasi yang berkeadilan sosial.

Perubahan tersebut tentunya tidak lepas dari peran civil society. Peran dari civil society
sendiri diantaranya menyediakan wahana sumber daya politik, ekonomi, kebudayaan dan
moral untuk menjaga dan mengawasi keseimbangan negara, memperkaya peranan partai-
partai politik, meningkatkan efektivitas politik dan meningkatkan kesadaran
kewarganegaraan (citizenship), ikut menjaga stabilitas negara, sebagai wadah bagi seleksi
dan lahirnya para pemimpin politik yang baru, serta menghalangi dominasi rezim otoriter.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa demokrasi di Indonesia terus berkembang sesuai
perubahan zaman, menyesuaikan kebutuhan tatanan negara dan bangsa Indonesia. Perubahan
tersebut pasti juga dipengaruhi oleh masyarakat atau civil societynya yang terus berkembang

16
dengan cara masyarakatnya ikut aktif berkontribusi sehingga tatanan negara Indonesia juga
semakin baik serta semakin maju.

3.2 Rekomendasi
Terkait dengan hal tersebut, kami menyarankan beberapa hal untuk diperhatikan dalam
pembangunan demokrasi di Indonesia seperti berikut :
1. Pemerintah seharusnya lebih terbuka dengan rakyat mengenai kebijakan-kebijakan
yang berlaku di Indonesia sehingga menumbuhkan kepercayaan rakyat.
2. Pemerintah seharusnya lebih mengedepankan kesejahteraan dan kemakamuran
rakyat melalui demokrasi.
3. Pemerintah harus menyamaratakan semua rakyatnya dalam berbagai bidang tanpa
memandang jabatan dan harta yang dimilikinya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arby, Suharyanto. (2018, Januari). Contoh Kasus Mayarakat Madano yang Ada di Indonesia.
(online) (Contoh Kasus Masyarakat Madani yang Ada di Indonesia (guruppkn.com))

Chabm, Nur. (2020, 12 April). Bagaimana Pengertian dan Karakteristik Masyarakat


Madani. (online)
(https://www.kompasiana.com/nurchabm4648/5e933de1d541df071248b992/bagaima
na-pengertian-dan-karakteristik-masyarakat-madani-civil-society)

Hapsari, Irma. (2016). 10 Pilar Demokrasi Indonesia Berdasarkan Pancasila


dan UUD 1945. (online) (https://www.astalog.com/9342/10-pilar-demokrasi-
indonesia-berdasarkan-pancasila-dan-uud-1945.htm)

Maharani, Rizki. (2019, Oktober). Civil Sosiety dan Asal Usul Perkembangannya. (online)
(https://www.researchgate.net/publication/336666817_Civil_Society_dan_Asal-
usul_Perkembangannya)

Supardan, D. (2015). Sejarah dan Prospek Demokrasi. (online)


(https://core.ac.uk/download/pdf/291608575.pdf)

Syaefullah. (2014, 1 Januari). Civil Society dan Kebebasan Beragama diIndonesia : Studi
Kasus The Wahidinstitute. (online)
(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24250/1/skripsi
%20Syaefullah.pdf)

Unknown. (2020, 2 Oktober). Prinsip-Prinsip Masyarakat Madani Beserta Pengertian dan


Ciri-Cirinya. (online) (https://kumparan.com/berita-hari-ini/prinsip-prinsip-
masyarakat-madani-beserta-pengertian-dan-ciri-cirinya-1uRHRfyjROe/full)

Unknown. (2020, 18 November). Masyarakat Madani. (online)

18
(https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat_madani#:~:text=Masyarakat%20Madani
%20(dalam%20bahasa%20Inggris,civil%20atau%20civilized%20(beradab))

19

Anda mungkin juga menyukai