ABSTRAK
Objektif
Desain Penelitian
Tempat Penelitian
Lima puluh lima subjek dengan dan tanpa gejala mengarah ke disfungsi tuba eustasia
melengkapi kuisioner ETDQ-7 dan memiliki evaluasi fungsi tuba eustasia dengan persentase dari
menyeimbangkan tekanan teliga tengah setelah 5 kali menelan (PEq 5) baik saat uji tekanan
chamber (membrane timpani intak) atau dengan uji inflasi-deflasi (membrane timpani tidak
intak). Nilai ETDQ-7 ≥ 14.5 dan PEq5 <60% digunakan untuk menentukan disfungsi tuba
eustasia dan sensitivitas, spesifisitas dan kurva Receiver Operating Characteristic digunakan
untuk menilai tingkatan hubungan antara nilai ETDQ-7 dan PEq5.
Hasil
Dua puluh lima asimptomatik (kelompok 1 = 15 wanita, 15 kulit putih, umur rata-rata 32
± 12.8 tahun) dan 30 subjek dengan gejala disfungsi tuba eustasia (kelompok 2 = 17 wanita, 25
berkulit putih, umur rata-rata 27 ± 16.3 tahun) dimasukan dalam analisis sensitivitas dan
spesifisitas ETDQ-7 sehubungan dengan tugas kelompok yang benar 70% dan 100% dan dengan
mematuhi untuk memprediksi PEq5 <60%, 54%, dan 78% secara respektif. Sebuah area di bawah
kurva (AUC) dari 0.68 (95% CI 0.53 – 0.83) pada tingkat partisipan dan 0.64 (95% CI 0.50 –
0.77) pada tingkat pendengaran mengindikasikan tingkat moderat dari hubungan yang lebih
rendah, meskipun tidak signifikan secara statistic, untuk membrane timpani yang tidak intak
(AUC = 0.63 pada partisipan dan AUC = 0.49 pada level pendengaran).
Kesimpulan
Nilai ETDQ-7 memiliki hubungan yang lebih tinggi dengan gejala disfungsi tuba eustasia
dibandingkan dengan pengukuran objektif fungsi tuba eustasia.
PENDAHULUAN
ETDQ-7 telah diterjemahkan ke dalam bahasa jerman dan belanda, digunakan untuk
evaluasi klinis dari Disfungsi tuba eustasius dan sebagai pengukuran objektif hasil prosedur
pembedahan seperti dilatasi balon tuba eustasius. Berdasarkan ada peningkatan minat pada
sistem penilaian yang dapat diandalkan yang dapat membantu mengidentifikasi orang dengan
disfungsi tuba eustasius, kami mendesain sebuah penelitian untuk mengevaluasi akurasi ETDQ-7
untuk mengategorikan orang dengan dan tanpa disfungsi tuba eustasius berdasarkan pada gejala
dan berdasarkan pada pengukuran objektif fungsi tuba eustasius, PEq.
METODE
Penelitian potong lintang ini disetujui oleh Institutional Review Board di University of
Pittsburgh dan informed consent tertulis diperoleh dari semua partisipan.
Populasi penelitian
Tujuh puluh enam subjek yang sehat secara umum berpartisipasi pada penelitian di
Middle Ear Physiology Laboratory da pasien dievaluasi di klinik disfungsi tuba eustasius
memiliki riwayat kesehatan, telinga, hidung, dan tenggorokan mendetail diikuti oleh
pemeriksaan otolaringologi, otoskopi pneumatic dan pengukuran timpanometri (Titan,
Interacoustic USA, Eden Prairie, MN, USA; sound frequency 226 Hz).
Subjek diklasifikasikan sebagai kontrol (kelompok 1) jika mereka tidak memiliki riwayat
penyakit telinga atau gejala yang berhubungan disfungsi tuba eustasius, otoskopi dan otoskopi
pneumatic normal dan timpanogram tipe A. kontrol dapat memiliki tuba timpanostomi unilateral
yang dimasukan oleh kami jika mereka berpartisipasi dalam penelitian di Middle Ear Physiology
Laboratory yang memerlukan membrane timpani tidak intak untuk melakukan uji fungsi tuba
eustasius. Kelompok dengan gejala (kelompok 2) berisikan orang-orang (1) dengan riwayat otitis
media kronis atau berulang atau efusi telinga tengah, dengan atau tanpa perlu tuba timpanostomi
dan dengan atau tanpa residu perforasi membrane timpani; atau (2) dengan gejala yang mengarah
ke disfungsi tuba eustasius seperti tekanan telinga persisten, suara ledakan atau retakan, atau
terasa penuh / otalgia berdasarkan perubahan barometric cepat yang tidak diringankan dengan
menelan, menguap atau maneuver Valsava. Setiap kelompok distratifikasi lebih jauh pada sub
kelompok A, jika membrane timpani tidak intak baik karena adanya tuba timpanostomi atau
perforasi dan sub kelompok B, jika membrane timpani intak.
Jika tanda infeksi akut saluran pernafasan atas atau alergi nasal, otitis media akut, cairan
telinga tengah, otore, timpanogram tipe B muncul pada hari uji, pasien akan dipulangkan dan
sesi uji akan diundur hingga setelah masalah yang akut terselesaikan. Subjek dieksklusi jika
memiliki riwayat bibir sumbing, curiga sumbing submukosa, malformasi cranio facial, riwayat
rekonstruksi rantai osikular atau tidak mampu melakukan tes.
Kuisioner ETDQ-7
Uji yang dipilih untuk mengatur tekanan atas dan bawah telinga tengah relative untuk
menyeimbangkan dan mengevaluasi fungsi tuba eustasius tergantung pada status membran
timpani: sebuah pressure chamber digunakan untuk membrane timpani yang intak dan uji inflasi
deflasi untuk membrane timpani dengan perforasi atau tuba timpanostomi.
1. Uji pressure chamber
Pressure chamber yang digunakan adalah HyperTec hyperbaric chamber
(HyperTec 5100; Olney, TX, USA) yang dimodifikasi selama konstruksi untuk aplikasi
hipo/hiperbarik. Subjek masuk ke pressure chamber dengan teknisi, yang melakukan
pengukuran timpanometri pada titik waktu spesifik. Staff lainnya berada di luar
mengontrol tekanan chamber dan merekam bacaan timpanometri. Selama tes, subjek
melakukan komando menelan dengan 1 ml aliquot air dari spuit 5 ml. protocol untuk
semua percobaan berisikan: (1) dasar timpanometri pada tekanan seimbang dan
pengulangan timpanometri setelah 1 dan 5 kali menelan; (2) kemudian tekanan chamber
ditingkatkan pada agka mendekati 10 daPa/s untuk mencapai target tekanan telinga
tengah antara -90 hingga -250 daPa (pressure chamber sekitar +250 daPa dan disesuaikan
jika diperlukan); (3) timpanometri sebelum dan sesudah 1 dan 5 kali menelan – akhir dari
tes.
2. Uji inflasi deflasi
Instrument uji inflasi deflasi kami kembangkan dan berisi probe saluran telinga
yang digabungkan secara serial melalui tubing ke transduser tekanan berbeda SDX01D4
(Honeywell), melalui katup 3 jalur ke spuit. Signal transduser dialihkan melalui sistem
akuisisi data PowerLab 4/35 (PL3504) ke komputer personal yang menjalankan software
LabChart, versi 7.3.6 (instrument AD), untuk tampilan waktu sebenarnya dari tekanan
telinga dan penyimpanan data. Pemeriksaan telinga disegel ke uji telinga dan tekanan
telinga tengah yang di nol kan ke seimbang. Tekanan telinga tengah kemudian
ditingkatkan hingga 150 daPa diatas seimbang dan katup ditutup untuk mengurangi
volume sistem. Subjek diminta untuk menelan 4 kali dan interval sekitar 4 detik hingga
nilai residu tekanan telinga tengah tercatat. Kemudian, tekanan telinga tengah menjadi
nol hingga seimbang dan prosedur tersebut diulang pada tekanan telinga tengah -150
daPa. Setelah 5 kali menelan, tekanan telinga tengah dinolkan dan pemeriksa telinga
dilepaskan.
Untuk penelitian ini, hanya kemampuan subjek untuk menyamakan tekanan negative
telinga tengah relative yang digunakan dalam analisis karena menyerupai pathofisiologi normal
disfungsi tuba eustasius dan penyakit telinga tengah. Kondisi responden ke bagian deflasi dari uji
inflasi deflasi dan segmen +250 daPa pada uji pressure chamber. Hanya uji yang kedua tekanan
telinga tengah kanan dan kiri yang mencapai minimum -90 daPa yang dipertimbangkan bernilai
dan masuk ke dalam analisis. Parameter untuk analisis adalah persentase dari penyeimbangan
tekanan bawah telinga tengah setelah 5 kali menelan (PEq5) contohnya, setelah 5 percobaan
untuk membuka tuba eustasia. PEq5 dihitung sebagai perbedaan tekanan telinga tengah pre dan
post 5 kali menelan dibagi oleh tekanan telinga tengah sebelum menelan dikali 100. PEq 5 tidak
dapat dihitung dan uji dieksklusi dari analisis jika pasangan timpanogram untuk urutan uji
memiliki pelacakan datar (tipe B) atau puncak kepatuhan tidak terukur. Pada rerata, persentase
tekanan negatif telinga tengah-nasofaring yang diseimbangkan setelah 5 kali menelan pada
populasi kontrol adalah 75%. Untuk menjadi lebih konservatif, pada analisis ini kami memilih
kurang dari 60% sebagai nilai titik potong untuk mengklasifikasikan telinga yang memiliki
penurunan fungsi tuba eustasius.
Selama kedua protocol uji, masukan dari permkaan electrode submental (Noraxon Dual
Eletrodes, Noraxon USA Inc) ditempatkan di perut anterior otot digastrik dimonitor berlanjut
untuk konfirmasi dan waktu dari suruhan menelan.
Data Analisis
Tugas sensitivitas dan spesifisitas untuk kelompok 1 dan 2 dimasukan menggunakan nilai
ETDQ-7 ≥ 14.5 dan PEq5 <60% sebagai indikasi disfungsi tuba eustasius. ETDQ-7 tidak
mendiskriminasi jika gejala datang dari kiri, kanan, atau kedua kalinya, sehingga untuk
menghindari asumsi yang dapat membuat seleksi bias, analisis statistikal PEq 5 primer dilakukan
pada tingkat partisipan menggunakan PEq5 terendah untuk kedua telinga, dan pada level telinga
menggunakan ETDQ-7 yang sama untuk kedua telinga.
Untuk analisis tingkat partisipan, nilai ETDQ-7 dan PEq 5 dibandingkan antara kelompok
simptomatik dan kontrol menggunakan 2 sampel uji Wilcoxont (proc npar1way, SASv.9.4, Cary,
NC). Tepat 95% interval kepercayaan Clopper-Pearson didapatkan untuk sensitivitas dan
spesifisitas (proc freq, SAS, v.9.4) dan uji Fisher digunakan untuk membandingkan sensitivitas
dan spesifisitas antara subgroup pasien berbeda.
Koefisien korelasi Kendall’s digunakan untuk uji hubungan antara nilai PEq 5 dan ETDQ-
7 (proc corr, SAS, v.9.4). hubungan nilai ETDQ-7 dengan PEq 5 inadekuat <60% sama dengan
tugas kelompok dinilai menggunkan empirical area dibawah kurva ROC (AUC).
Data tingkat telinga, analisis statistic (termasuk evaluasi koefisien Kendall’s dan AUC)
dilakukan menggunakan bootstrap CI non parametric untuk data clustered dengan partisipan
sebagai unit sampel ulang, berdasarkan 10.000 sampel bootstrap.
HASIL
Dari 76 subjek awal yang dievaluai, 17 dieksklusi karena hanya data dari 1 telinga yang
didapatkan dan 4 dieksklusi karena gradient tekanan telinga tengah tidak mencapai minimum -90
daPa untuk kalkulasi PEq5.
Tabel 2 menunjukan distribusi nilai ETDQ-7 untuk pertanyaan setiap individu dan nilai
total dan rerata dan Standard Error (StdErr) untuk ETDQ-7 dan PEq 5 pada setiap 4 kelompok.
Kontrol memiliki rentang nilai total ETDQ-7 dari 7 hingga maksimal 12, sementara itu
kelompok simptomatik nilainya mulai dari 7 hingga 41. Menariknya, 9 subjek simptomatik
memiliki nilai <14.5 (5 memiliki tuba timpanostomi jangka panjang bilateral, 1 memiliki
perforasi unilateral dan 3 memiliki membrane timpani intak bilateral) dan 24 telinga memiliki
PEq5 ≥60% (8 non intak dan 16 membran timpani intak). Di antara kontrol, ada 9 telinga dengan
PEq5 <60%, 3 dengan tuba timpanostomi dan 6 dengan membrane timpani intak.
Nilai total ETDQ-7 secara signifikan lebih tinggi pada yang simptomatik dibandingkan
dengan kelompok kontrol (21.6 vs 8.1, p <0.0001). Perbedaan secara primer berasal dari
partisipan dengan membrane intak (26.1 vs 7.7, p <0.0001), dimna partisipan dengan membrane
non intak memiliki perbedaan relative kecil (18.1 vs 9.2, p + 0.95). Sensitivitas dan spesifisitas
ETDQ-7 dengan mengingat klasifikasi kelompok 1 dan 2 secara koresponden 70% (95% CI 0.51
– 0.85) dan 100% (95% CI 0.86 – 1.00) dengan AUC = 0.89 (95% Ci 0.80 -0.98),
mengindikasikan korelasi yang tinggi dengan tugas kelompok. Level sensitivitas muncul menjadi
lebih tinggi, walaupun tidak signifikan secara statistic, untuk partisipan dengan intak dan
membrane non intak (77% vs 65% secara respektif, p=0.6908).
Nilai PEq5 lebih rendah secara signifikan pada simptomatik dibandingkan dengan
kelompok kontrol (0.39 vs 0.69, p= 0.0027). perbedaan berasal dari kedua partisipan dengan
intak (0.51 vs 0.74, p<0.1715) dan membrane timpani non intak (0,29 vs 0.53, p= 0.1201).
sensitivitas dan spesifisitas PEq5 dengan mengingat klasifikasi kelompok 1 dan 2 sejalan dengan
itu 73% (95% CI 0.54 – 0.88) dan 76% (95% CI 0.55 – 0.91).
Dengan mengingat untuk memprediksi PEq5 < 60%, ETDQ-7 memiliki sensitivitas dan
spesifisitas 54% dan 78% secara respektif pada tingkat partisipan. Pada tingkat partisipan,
ETDQ-7 dan nilai PEq5 tidak berhubungan secara signifikan (korelasi Kendall’s -0.18, p =
0.0689). Dengan mengingat untuk memprediksi PEq5 <60%, ETDQ-7 memiliki AUC 0.68 (95%
CI 0.53 – 0.83) mengindikasikan tingkat modera dari hubungan (Gambar 1A). tingkat hubungan
muncul lebih rendah, walaupun tidak signifikan secara statistic untuk partisipan dengan
membrane timpani non intak (AUC = 0.63, 95% CI 0.40 – 0.87) (Gambar 1B) dibndingkan
untuk partisipan dengan membrane intak (AUC = 0.72, 95% CI 0.54 – 0.91) (Gambar 1C).
Pada tingkat telinga, nilai ETDQ-7 dan PEq5 telinga spesifik tetap pada perkiraan tingkat
sama rendah, dan tidak signifikan secara statistik, (koefisien Kendall’s -0.13, 95% CI -0.31
-0.05). dengan mengingat prediksi PEq5<60%, ETDQ-7 memiliki AUC 0.64 (95% CI 0.50 –
0.77) mengindikasikan tingkat moderat dari hubungan (Gambar 2A). hubungan muncul menjadi
lebih lemah, walaupun tidak signifikan secara statistic, untuk telinga dengan membrane timpani
non intak (AUC = 0.49, 95% CI 0.29 – 0.71) (Gambar 2B) dibandingkan untuk telinga dengan
membrane intak (AUC = 0.72, 95% CI 0.53 – 0.87) (GAmbar 2C).
DISKUSI
Pada bagian pertama dari analisis kami juga menggunakan persepsi partisipan dan
melaporkan gejala mereka untuk memasukan mereka ke kelompok 1 atau 2. Seperti yang
diperkirakan, ETDQ-7 menunjukan spesifisitas 100% untuk tugas kelompok ini dimana tidak ada
dari 25 kontrol melaporkan keluhan yang berhubungan dengan disfungsi tuba eustasius atau
memiliki nilai di atas 12. Sensitivitas yang lebih rendah ditemukan di penelitian kami (70%)
berasal dari 9 orang di kelompok 2 yang melaporkan nilai < 14.5: 5 memiliki tuba timpanostomi
bilateral (nilai 7,7,7,8, dan 9), 1 memiliki perforasi unilateral (nilai 9) dan 3 memiliki membrane
timpani intak bilateral (nilai 9,13, dan 13). Kami percaya bahwa nilai yang lebih rendah ini
karena perforasi teporer tuba dan membrane timpani bypass masalah tuba eustasius atau akibat
natural intermiten dari gejala yang gagal diketahui dala 1 bulan waktu diliputi oleh kuisioner.
Pada bagian kedua analisis, daripada gejala, kami mengevaluasi akurasi ETDQ-7 untuk
kategori disfungsi tuba eustasius berdasarkan pada pengukuran objektif fungsi tuba eustasius.
Dengan mengingat prediksi PEq5 <60%, ETDQ-7 memiliki sensitivitas dan spesifisitas 54% dan
78% secara respektif dan AUC 0.68 (95% CI 0.53 – 0.83) pada tingkat partisipan (Gambar 1A)
dan 0.64 (95% CI 0.50 – 0.77) pada tingkat telinga (Gamar 2A), mengindikasikan hanya tingkat
moderat hubungan. Seperti yang tampak pada gambar 1B dan 2B, hubungan melemah, meskipun
tidak signifikan secara statistic, pada telingan dengan membrane timpani tidak intak AUC = 0.63
dan 0.49 pada tingkat partisipan dan telinga secara respektif. Sembilan telinga pada kelompok
kontrol tanpa riwayat yang dilaporkan tentang penyakit telinga tengah dan disfungsi tuba
eustasius memiliki PEq5 <60% dan 24 telinga pada kelompok simptomatik memiliki PEq5 ≥
60%, menunjukan bahwa gejala sendiri tidak sufisien untuk menilai tingkat fungsi tuba eustasius.
Subjek dengan tabung eustasius yang tidak terlihat diuji tetapi tidak menemukan kriteria inklusi
penelitian karena mereka tidak mampu menahan perubahan pada tekanan telinga tengah selama
uji PC atau uji inflasi deflasi. Meski begitu, pada penelitian yang dikonduksi oleh Van Roeyen
dkk, ETDQ-7 gagal membedakan antara tipe disfungsi tuba eustasius obstruktif atau tidak
terlihat. Bersama-sama, semua faktor ini memiliki implikasi yang penting jika ETDQ-7
digunakan sebagai satu-satunya metode untuk menilai disfungsi tuba eustasius untuk indikasi
prosedur pembedahan. Contohnya, pasien dengan gejala namun fungsi tuba eustasius normal
tidak akan mendapat keuntungan atau bisa menjadi tidak tampak jika disubjekan pada dilatasi
balon tuba eustasius, sedangkan pasien yang sudah dengan tuba eustasius yang tidak tampak
memiliki resiko perburukan masalah.
Berdasarkan pada pertanyaan ETDQ-7, gejala seperti nyeri telinga, tinnitus dan
pendengaran teredam juga dapat muncul pada patologi seri saraf trigeminal dan telinga dalam,
sehingga pertanyaan ini tidak membantu membedakan kasus yang tidak berhubungan dengan
disfungsi tuba eustasius. Pendengaran teredam dan telinga tersumbat adalah gejala yang sangat
mirip, yang memperkenalkan redudansi ke kuisioner dan sistem nilai. Pada penelitian ini, 6 anak
antara 6 dan 11 tahun dan, meskipun pendamping membantu menjelaskan kuisioner dan sistem
nilai, kami menemukan ini sulit untuk anak-anak di bawah 12 tahun untuk secara konsisten
menilai gejala mereka, yang membatasi penggunaan ETDQ-7 pada kelompok usia ini.
Tingkat empiris partisipan kurva ROC untuk ETDQ-7 dengan PEq5 sebagai referensi.
A. Semua partisipan
B. Partisipan dengan membrane timpani tidak intak (uji inflasi deflasi)
C. Partisipan dengan membrane timpani intak (uji PC)
Gambar 2.
Tingkat empiris telinga kurva ROC untuk ETDQ-7 dengan PEq5 sebagai referensi.
A. Semua partisipan
B. Partisipan dengan membrane timpani tidak intak (uji inflasi deflasi)
C. Partisipan dengan membrane timpani intak (uji PC).
Tabel 1
Pertanyaan ETDQ-7 berhubungan dengan gejala disfungsi tuba eustasius muncul pada
sebulan terakhir dan sistem penilaian dari 1 hingga 7. Nilai minimal = 7. Nilai maksimal =
49.
Rangkuman nilai untuk ETDQ-7 dan PEq5 untuk partisipan pada kelompok kontrol dan
simptomatik (Kelompok 1-2A: membrane timpani tidak intak dan Kelompok 1-2B:
membrane timpani intak).
kontrol Simptomatik
Kelompo Kelompok Semua Kelompo Kelompok Semua
k 1A 1B k 2A 2B
Jumlah partisipan 6 19 25 17 13 30
Pertanyaan Rata- 1.50 1.11 1.20 2.59 3.92 3.17
1 rata
StdErr 0.22 0.07 0.08 0.43 0.57 0.36
Pertanyaan Rata- 1.00 1.00 1.00 2.47 2.69 2.57
2 rata
StdErr 0.00 0.00 0.00 0.44 0.49 0.32
Pertanyaan Rata- 1.33 1.05 1.12 2.47 4.00 3.13
3 rata
StdErr 0.21 0.05 0.07 0.47 0.65 0.41
Pertanyaan Rata- 1.83 1.37 1.48 2.35 4.46 3.27
4 rata
StdErr 0.40 0.11 0.13 0.41 0.61 0.40
Pertanyaan Rata- 1.00 1.11 1.08 3.00 4.00 3.43
5 rata
StdErr 0.00 0.07 0.06 0.43 0.67 0.38
Pertanyaan Rata- 1.33 1.00 1.08 2.71 3.23 2.93
6 rata
StdErr 0.21 0.00 0.06 0.43 0.61 0.36
Pertanyaan Rata- 1.17 1.11 1.12 2.53 3.77 3.07
7 rata
StdErr 0.17 0.07 0.07 0.46 0.60 0.38
Total nilai Rata- 9.17 7.74 8.08 18.12 26.08 21.57
ETDQ-7 rata
StdErr 0.70 0.25 0.28 2.41 3.00 1.99
Nilai Nilai 0.00 0.00 0.00 0.65 0.77 0.70
ETDQ-7
≥14.5
PEq5 Rata- 53 74 69 29 51 39
(telinga rata
terburuk) (%)
StdErr 17 7 7 6 11 6
(%)
PEq5 Nilai 0.50 0.16 0.24 0.88 0.54 0.73
<60%