Buku Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Jujun S
Buku Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Jujun S
SURIASUMANTRI
BAB I
KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT
Filsafat:Peneratas Pengetahuan
Filsafat adalah mariner yang merupakan pionir dari ilmu,baik ilmu-ilmu alam maupun
social.Dalam tahap peralihan bidang penjelajahan filsafat menjadi lebih sempit,tidak lagi
menyeluruh melainkan sektoral.Walaupun demikian dalam taraf ini secara konseptual ilmu
masih mendasarkan kepada norma-norma filsafat.Dalam tahap selanjutnya ilmu menyatakan
menyatakan dirinya otonom dari konsep-konsep filsafat dan mendasarkan sepenuhnya pada
hakikat alam sebagaimana adanya.
Auguste Comte membagi tiga tingkat perkembangan pengetahuan tersebut diatas kedalam tahap
religius,metafisik dan postulat.Dalam tahap pertama maka asas religilah yang dijadikan postulat
ilmiah sehinga ilmu merupakan dduktif atau penjabatan dari ajaran religi.tahap kedua orang
mulai berspekulatif tenteng metafisika(keberadaan) ujud yang menjadi objek penelaahan yang
terbebas dari dogma religi dan mengembangkan system pengetahuan di atas dasar postulat
metafisika tersebut.sedangkan tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah,(ilmu) dimana asas-
asa yang digunakan di uji secara positif dalam proses verifikasi yang obyektif.
Tahap mula,filsafat mempersoalkan siapakah manusia itu.Tahap yang kedua adalah pertanyaan
yang berkisar tentang ada:tentang hidup dan eksistensi manusia.Tahap yang ketiga adalah
kejelesan yang dapat ditangkap oleh pendengar tentang apa yang sedang di utarakan.
Filsafat ilmu
Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat penetahuan yang dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu
alam dan social.
Filsafat ilmu merupakan telaah yang ingan menjawab pertanyaan-pertanyaan:
Objek apa yang ditelaah ilmu?bagaiman wujud dari objek mtersebut?dll..(landasan ontologo)
Bagaiman proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?bagaimana
prosedurnya?dll..(landasan epistimologi)
Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan?bagaimana kaitanyan dengan kaidah-
kaidah moral?dll..(landasan aksiologi)
BAB II
DASAR-DASAR PENGETAHUAN
2.Penalaran
Kemampuan menalar manusia membuatnya mampu mengembangkan pengetahuan yang
merupakan kekuasaan-kekuasaanya.Pengatahuan ini mampu dikembangkan manusai karena dau
hal utama yakni ,pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan
informasi dan jalan pikiran yang melatarbelekangi informasi tersebut.Kedua, kemampuan
berfikir menurut suatu alur kerangka berfikir tertentu(penalaran)
Hakikat penelaran
Penalaran merupakn suatu proses berfikir dalam menarik semua kesimpulan berupa
pengetahuan.Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berfikir dan
bukan dengan perasaan.jadi,penalaran merupakan kegaatan berfikir yang mempunyai
karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
Ciri-ciri penalaran:
1. Adanya suatu pola berfikir yang secara luas dapat disebut logika /proses berfikir logis
2. Sifat analitik dari proses berfikirnya
Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada
rasio(rasionalisme) dan fakta (empirisme).
Kegiatan berfikir juga ada yang tidak berdasarkan penalaran yaitu intuisi dan wahyu.Intuisi
merupakan suatu kegiatan berfikir nonanalitikyang tidak mendasarkan diri kepada suatu pola
berfikir tertentu.
3.Logika
Logika secara luas dapat didefinisikan sebagai “Pengkajianuntuk berfikir secara sahih”.Ada dua
jenis cara penarikan kesimpulan,yaitu logika induktif dan logika deduktif.Logika induktif erat
hubungan nya dengan penariakn kesimpulan dari kasus-kasus individual nyat menjadi
kesimpulan yang bersifat umum.Sebaliknya ,logika dedukif yang membantu kita dalam menarik
kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual
(khusus).Penariak kesimpulan secara deduktif biasanya mengaunakan pola berfikir yang
dinamakn silogisme.Silogisme disusun dari dua buah pernyataan (premis mayor dan premis
minor) dan sebuah kesimpulan.
4.Sumber Pengetahuan
Pada dasarnya terdapat dua cara pokok untuk mendaop pengetahuan yang benar.
Pertama,mendasarkan diri kepada rasio.Kedua, mendasarkan pada pengalaman.
Sebaliknya,kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapatkan lewat
penalaran rasional yang abstak namun lewat pengalaman yang kongkret.Metode yang digunakan
adalah metode induktif.
Selain rasionalisme dan empirisme kita juga mengenel intuisi dan wahyu sebagai sumber
pengetahuan.
5.Kriteria kebenaran
Ketiga pernyataan ini benar karena bab pernyataan dan kesimpulan yang ditarik adalah konsisten
dengan penyataan dan kesimulan terdahulu yang telah dianggap benar.Teori yang didasaerkan
dalam pertanyaan ini disebut teori koherensi.
Paham yang lain adalah kebeneren yangberdasarkan kepada teori korespondensi dimana suatu
pernyataan itu danggap benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu
berkorespondensi(berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.Teori
pragmatic dimina kebenaran diukur dengan criteria apakah pernyataan tersebut bersifat
fungsional dalam kehidupan praktis.Artinya. suatu pernyataan itu benar, jika pernyataan itu atau
konsekwensi dari pwrnyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
BAB III
ONTOLOGI:HAKIKAT APA YANG DIKAJI
6.Metafisika
Metafisika merupakan tempat berpijak bagi setiap pemikiran filsafat termasuk pemikiran ilmiah.
Beberapa tafsiran Metafisika
Tafsiran paling utama manusia terhadap alamini adalah adanya wujud-wujud yang bwrsifat
gaib.animisme adalah kepercayaan yang berdasarkan pemikiran supernaturalisme,dimana
manusai percaya akan adanya makhluk-makhluk gaib dibenda-benda seperti batu,pohon,dan air
terjun.
Sebaliknya,paham naturalisme berpendapat bahwa gejala-gejala alam yang terjadi tidak
disebabkan oleh makhluk-makhluk geab melainkan oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu
sendiri,yang dapat kita pelajari dan kita ketahui.
Disini kaum mekanistik ditentang oleh keum vitalistik.Kaum metanistik melihat gejala alam
(termasuk makhluk hidup) heya merupakan gejala meta –fisika semata. Sedangkan bagi kaum
vitalistik hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substansi dengan proses tertentu.
7.Asumsi
Merupakan suatu pendapat atau perkiraan yang dikeluarkan seseorang saat melihat sauatu
kejadian
8.Peluang
Adalah suatu kemungkinan yang pastinya dapat terjadi dalam suatu kejadian.Misalnya adanya
peluang bola itu akan masuk kegawang atau tidak saat ditendang.
BAB IV
EPISTIMOLOGI:CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR
12.Pengetahuan
Pengetahuan pada hakikatnya adalah segenap apa yang kita ketahui tenteng suatu obyek
tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu,jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang
diketahui manusia disamping berbagai pengetahuan yang lain seperti seni dan agama.
Secara ontologi ilmu membahas diri pada pengkajian obyek yang berada pada lingkup
pengalaman manusai sedangkan agama memasuki daerah penjelajahan yang bersifat
transendental yang berada diluar pangalaman kita.
Kalau ilmu mencoba mengembangkan model yang sederhana mengenai dunia empiris dengan
mengabstraksikan realitas menjadi beberapa variabel yang terikat dalam sebuah hubungan yang
bersifat rasional,maka seni mencoba mengungkapkan obyek penelaahan itu sehingga menjadi
bermakna bagi pencipta dan mereka yang meresapi lewat berbagai kemempuan manusia untuk
mengakap seperti pikiran,emosi dan panca indra.
Perkembangan yang berasal dari mitos disebut “seni terapan” yang mempunyai kegunaan
langsung dalam kehidupan sehari-haridi samping “seni lhalus”yang bertujuan untuk memperkaya
spiritual.Seni terapan ini pada hakikatnya mempunyai dua ciri pertama,bersifat deskriptif dan
fenomenologi dan kedua,ruang lingkup terbatas .Sifat deskriptif ini mencerminkan proses
pengkajian yang menitik beratkan kepada penyelidikan gejala-gejala yang bersifat empiris tanpa
kecenderungan untuk pengembangan postulan yang bersifat teoritis –atomistis Jadi dalam seni
terapan kita tidak mengenal konsep seperti grafitasi atau kemagnetan yang bersifat teoritis.Pada
peradapan tertentu seni terapan ini bersifat kuantitatif artinya perkembang ditandai dengan lebih
banyaknya pengetehuen-pengetehuan yang sejenis.sedangkan pada peradapan lain
perkembangan bersifat kualitatif artinya dikembangkan konsep-konsep baru yang bersifat teotitis
dan mendasar.
Perkembangan selanjutnya adalah tumbuhnya rasionalisme yang secara kritis
mempermasalahkan dasar-dasar pikiran yang bersifat mitos.Namun dalam perkembangan
rasionalisme memiliki banyaknya kelemahan seperti seperti banyaknya kesimpulan yang tidak
sesuai kenyataan.Kelemahan inilah yang menimbulkan berkembangyan empirisme yang
menyatakan bahwa penetahua yang benar itu didapat dalam kenyataan pengalaman.
13.Metode ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapat pengetahian yang berupa ilmu.Metode
menurut Senn,merupakan suatu proses atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-
langkah yang sistimatis.Metodologi merupakan suatu pengkajian dari peraturan-peraturan dalam
metode ilmiah.Metode limiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran.dengan metode
ini diharapkan mempunyai karaktaristik-karaktaristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan
ilmiah. Dalam hal ini maka metode ilmiah menggabungkan cara berfikir deduktif dan induktif.
.
Dilihat dari perkembangan kebudayaan manusia dalam menghadapi masalah dapat dibedakan
dalam ciri-ciri tertentu maka Van Peursen membaginya menjadi tahap mitis,tahap ontologi dan
tahap fungsional.Yang dimaksud taha mitis adalah sikap manusia yang merasakan dirinya
terkepung kekuatan-kekuatan gaib di sekitarnya. Yang dimaksud tahap ontologi adalah sikap
manusia yang tidak lagi merasa dirinya terkepung dari kekuetan-kekuatan geib dan mengmbil
jarak dari obyek disekitarny dan mulai melakikan penelaahan-penelaahan terhadap bbyek
tersebut.Sedabgkan tahap fungsional tidak hanya merasa telah bebas dari kekuatan-kekuatan gaib
dan mampunyai pengetahuan berdasarkan penelaahan obyek diekitar kehidupan.namun mampu
memfungsikannya pada kepentingan dirinya.
BAB V
SARANA BERVIKIR ILMIAH
16.Bahasa
Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak di mana obyek-obyek yang faktual
ditransformasikan menjadi simbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak.
Kedua aspek bahasa ini yakni aspek informatika dan emotif keduanya tercermin dalam bahasa
yang kita pergunakan. Bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran, perasaan, dan
sikap. Atau seperti dinyatakan oleh Kneller bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai fungsi
simbolik. Emotif, dan afektif. Dalam komunikasi ilmiah sebenarnya proses komunikasi itu harus
terbebas dari unsur emotif ini, agar pesan yang disampaikan bisa diterima secara reproduktif,
artinya identik dengan pesan yang dikirimkan.
Perbendaharaan kata-kata, perbendaharaan ini pada hakikatnya merupakan akumulatif
pengalaman dan pemikiran mereka. Artinya dengan perbendaharaan kata-kata mereka punyai
maka manusia dapat mengkomunikasikan segenap pengalaman dan pemikiran mereka.
Dengan adanya bahasa maka manusia hidup dalam dunia yakni dunia pengalaman yang nyata
dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa.
Kebudayaan mempunyai landasan-landasan etika yang menyatakan mana tindakan yang baik
mana yang tidak.
Lewat bahasa manusia menyusun sendi-sendi yang membuka rahasia alam dalam berbagai teori
seperti elektonik, termodinamik, relativitas, dan quantum.
Proses komunikasi ilmiah harus bersifat jelas dan objektif yakni terbebas dari unsur- unsur
emotif.
Berbahasa dengan jelas artinya :
1. Bahwa maka yang terkandung dalam kata- kata yang di gunakan di ungkapkan secara
tersurat ( eksplisit ) untuk mencegah pemberian makna yang lain.
2. Mengemukakan pendapat atau jalan pemikiran secara jelas. Kalau kita teliti lebih lanjut
maka kalimat-kalimat dalam sebuah karya ilmiah pada dasarnya merupakan suatu pernyataan.
Beberapa Kekurangan Bahasa
1. Bahasa itu sendiri yang bersifat multifungsi yakni sebagai sarana komunikasi emotif, afektif,
dan simbolik.
2. Sifat majemuk (pluralistik) dari bahasa.
3. Bahasa sering bersifat berputar-putar (sirkular) dalam mempergunakan kata-kata terutama
dalam memberikan definisi.
4. Konotasi yang bersifat emosional
17.Matemetika
“Matematika memang bahasa yang eksak, cermat dan terbebas dari emosi.
Perkembangan Matematika
Ditinjau dari perkembangannya maka ilmu dapat dibagi dalam tiga tahap yakni tahap
sistematika, komparatif, dan kuantitatif.
Disamping sebagai bahasa maka matematika juga berfungsi sebagai alat berfikir. Matematika,
menurut Wittgenstein, tak lain adalah metode berfikir logis. Berdasarkan perkembangannya
maka masalah yang dihadapi logika makin lama makin rumit dan membuthkan struktur analisis
yang lebih sempurna.
Griffits dab Howson (1974) membagi sejarah perkembangan matematika menjadi empat tahap.
Tahap yang pertama dimulai dengan matematika yang berkembang pada peradaban mesir kuno
dan daerah sekitarnya seperti Babylonia dan Mesopotamia.
Peradaban Yunani inilah yang meletakkan dasar matematika sebagai cara berpikir rasional
dengan menetapkan berbagai langkah dan definisi tertentu.
Bagi dunia keilmuan matematika berperan sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan
terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat.
Kriteria kebenaran dari matematika adalah konsistensi dari berbagai postulat, definisi dan
berbagai aturn permainan lainnya. Untuk itu maka matematika sendiri tidak bersifat
tunggal,seperti juga logika, melakukan bersifat jamak. Perubahan salah satu postulat Euclid
tersebut yang semula berbunyi dari satu titik di luar sebuah garis hanya dapat ditarik satu garis
sejajar dengan garis tersebut menjadi dari satu titik di luar sebuah garis dapat ditarik garis-garis
sejajar dengan garis tersebut yang jumlahnya tak terhingga.
Matematika bukanlah merupakan pengetahuan mengenai objek tertentu melainkan cara berfikir
untuk mendapatkan pengetahuan tersebut.
Tesis utama kaum logistik adalah bahwa matematika murni merupakan cabang ari logika.
Kaum formalis menekankan kepada aspek formal dari matematika sebagai bahasa perlambang
(sign-language) dan mengusahakan konsistensi dalam penggunaan matematika sebagai bahasa
lambang. Usaha kaum formalis ini belum banyak membawa hasil.
BAB VI
AKSIOLOGI:NILAI KEGUNAAN ILMU
22.Revolusi Genetika
Kimia merupakan kegemilangan ilmu yang pertama dimulaia sebagai kegiatan pseudo ilmiah
yang bertujuan mencari obat mujarab untuk hidup abadi dan rumus campuran kimia untuk
mendapatkan emas.
Revolusi genetika merupakan babakan baru dalam sejarah keilmuwan manusia sebab sebelum ini
ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai obyek penelaahan itu sendiri.
Ilmu berfungsi sebagai pengetahuan yang membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
Tujuan hidup ini, yang berkaitan erat dengan hakikat kemanusiaan itu sendiri, bersifat otonom
dan terlepas dari kajian dan pengaruh ilmiah.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari seluruh pembahasan kita tersebut di atas menyatakan sikap
yang menolak terhadap dijadikannya manusia sebagai obyek penelitian genetika. Secara moral
kita lakukan evaluasi etis terhadap suatu obyek formal (ontologis) ilmu. Menghadapi nuklir yang
sudah merupakan kenyataan maka moral hanya mampu memberikan penilaian yang bersifat
aksiologis, bagaimana sebaiknya kita mempergunakan tenaga nuklir untuk keluhuran martabat
manusia.
BAB VII
ILMU DAN KEBUDAYAAN
23.Manusia dn Kebudayaan
Kebudayaan didefinisikan untuk pertama kali oleh E. B. Taylor kebudayaan diartikan sebagai
keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta
kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Kuntjaraningrat (1974) secara lebih terperinci membagi kebudayaan menjadi unsur-unsur yang
terdiri dari sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem
pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian serta sistem teknologi dan peralatan.
Maslow mengidentifikasikan lima kelompok kebutuahan manusia yakni kebutuhan fisiologi, rasa
aman, afiliasi, harga diri dan pengembangan potensi.
Nilai-nilai budaya ini adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar dari segenap wujud
kebudayaan. Disamping nilai-nilai budaya ini kebudayaan diwujudkan dalam bentuk tata hidup
yang merupakan kegiatan manusia yang mencerminkan nilai budaya yang dikandungnya. Pada
dasarnya tata hidup merupakan pencerminan yang kongret dari nilai budaya yang bersifat
abstrak; kegiatan manusia dapat ditangkap oleh budi manusia.
Menurut Alfred Korzybski, kebudayaan mempunyai kemampuan mengikat waktu.
Masalah ini akan didekati dari segi nilai-nilai budaya sebab objek inilah yang merupakan dasar
ideal bagi terwujudnya kebudayaan lainnya.
27.Qou Vadis?
Dalam Konferensi Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS) III LIPI yang berlangsung di Jakarta
pada tanggal 15-19 September 1981 saya menyarankan agar dipergunakan terminologi ilmu
untuk scince dan pengetahuan untuk knowledge (ilmu dalam perspektif moral, sosial dan politik,
makalah intil dalam komisi politik yang disampaikan pada tanggal 16 September 1981). Adapun
alasan untuk perubahan tersebut adalah (1) Ilmu (species) adalah sebagian dari pengetahuan
(genus); (2) dengan demikain maka ilmu adalah pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu
yakni ciri-ciri ilmiah, atau dengan perkataan lain, ilmu adalah sinonim dengan pengetahuan
ilmiah (scientific knowledge); (3) Menurut tata bahasa Indonesia berdasarkan hukum
D(iterangkan)/ M(enerangkan) maka ilmu pengetahuan adalah ilmu (D) yang bersifat
pengetahuan (M) dan pernyataan ini pada hakikatnya adalah salah satu sebab ilmu pengetahuan
adalah pengetahuan yang bersifat ilmiah: (4) Kata ganda dari dua kata benda yang termasuk
kategori yang sama biasanya menunjukkan dua objek yang berbeda seperti laki bini (laki dan
bini) dan emas perak (emas dan perak), dengan penafsiran yang sama, maka ilmu pengetahuan
dapat diartikan sebagai ilmu dan pengetahuan.
Dengan mengambil ilmu pengetahuan untuk scientific knowledge, ilmu untuk knowledge, dan
pengetahuan untuk secince, maka harus diadakan beberapa perubahan antara lain (1) Metode
ilmiah harus diganti dengan metode pengetahuan; (2) Ilmu-ilmu sosial (the social sciences) harus
diganti dengan pengetahuan-pengetahuan sosial atau ilmu-ilmu pengetahuan sosial; dan (3)
ilmuwan harus diganti dengan ahli pengetahuan.
BAB IX
PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH
Pengajuan Masalah
Langkah pertama dalam suatu penelitian ilmiah adalah mengajukan masalah. Selalu terdapat
konstelasi yang merupakan latar belakang dari suatu masalah tertentu: apakah itu latar belakang,
ekonomis, sosial, politis, kebudayaan atau faktor-faktor lainnya.
Identifikasi masalah merupakan suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah dimana suatu
objek dalam suatu jalinan tertentu dapat kita kenali sebagai suatu masalah.
Untuk itu maka permasalahan harus dibatasi ruang lingkupnya. Pembatasan masalah merupakan
upaya untuk menetapkan batas-batas permaslahan dengan jelas, yang memnugkinkan kita untuk
mengidentifikasikan faktor mana saja yang termasuk ke dalam lingkup permaslahan dan faktor
mana yang tidak.
Perumusan masalah merupkaan upaya untuk menyatakan secara tersurta pertanyaan-pertanyaan
apa saja yang ingin kita carikan jawabannya. Peruusan masalah merupkaan peryataan yang
lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti berdasarkan
identifikasi dan pembatasan masalah.
Suatu masalah yang sudah dapat diidentifikasikan dan dibatasi yang tercermin dalam pernyataan
yang bersifat jelas dan spesifik, di mana untuk menemukan jawabannya kita dapat
mengembangkan kerangka pemikiran yang berupa kajian teoritis berdasarkan pengetahuan
ilmiah yang relevan, serta memnungkinkan kita untuk melakukan pengujian secara empiris
terhadap kesimpulan analisis teoritis, maka secara konseptual masalah tersebut sudah berhasil
dirumuskan.
Setelah masalah dirumusakan dengan baik maka seorang peneliti menyatakan tujuan
penelitiannya. Tujuan penelitian ini adalah pernyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan
yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.
Dengan demikian maka secara kronologis dapat kita simpulkan enam kegiatan dalam langkah
pengajuan masalah sebagai mana tampak di bawah ini:
METODOLOGI PENELITIAN
1. Tujuan penelitian secara lengkap dan operasional dalam bentuk pernyataan yang
mengidentifikasikan variabel-variabel dan karakteristik hubungan yang akan diteliti.
2. Tempat dan waktu penelitian dimana akan dilakukan genaralisasi mengenai variabel-
variabel yang diteliti.
3. Metode penelitian yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian dan tingkat generalisasi
yang diharapkan.
4. Teknik pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan penelitian, tingkat keumuman dan
metode penelitian.
5. Teknik pengupulan data yang mencakup identifikasi variabel yang akan dikumpulkan,
sumber data, teknik pengukuran, instrumen dan teknik mendapatkan data.
6. Teknik analisis data yang mencakup langkah-langkah dan teknik analisis yang dipergunakan
yang ditetapkan berdarkan pengajuan hipotesis (sekiranya mempergunakan statistika maka
tulisan hipotesis nol dan hipotesis tandingan: Ho/ H1).
Dalam membahas hasil penelitian maka harus selalu diingat bahwa tujuan kita adalah
membandingkan kesimpulan yang ditarik dari data yang telah dikumpulkan dengan hipotesis
yang diajukan. Pada hakikatnya sebuah hasil hipotesis diterima atau ditolak melainkan
diperlengkapi dengan evaluasi mengenai kesimpulan tersebut.
Langkah berikutnya adalah memberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data.
Secara singkat maka hasil penelitian dapat dilaporkan dalam kegiatan sebagai berikut:
HASIL PENELITIAN
1. Menyatakan variabel-variabel yang diteliti.
2. Menyatakan teknik analisis data.
3. Mendeskripsikan hasil analisis data.
4. Memberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data.
5. Menyimpulkan pengujian hipotesis apakah ditolak atau diterima.
Ringkasan dan Kesimpulan
Kesimpulan penelitian merupakan sintesis dari keseluruhan aspek penelitian yang terdiri dari
masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi penelitian dan penemuan penelitian. Sintesis ini
membuahkan kesimpulan yang ditopang oleh suatu kejadian yang bersifat terpadu dengan
meletakkan berbagai aspek penelitian dalam perspektif yang menyeluruh. Untuk itu maka
diuraikabn kembali secara ringkas pernyataan-pernyataan pokok dari aspek-aspek tersebut diatas
dengan meletakkannya dalam kerangka yang mengarah pada kesimpulan. Itulah sebabnya maka
bab ini disebut sebagai ringkasan dan kesimpulan yang pada dasarnya mencerminkan hakikat
yang disingkapkan oleh penelitian.
Dengan demikian maka bab mengenai ringkasan dan kesimpulan dapat diperinci ke dalam
langkah-langkah sebagai berikut:
RINGKASAN DAN KESIMPULAN
1. Deskrispsi singkat mengenai masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi penelitian dan
penemuan penelitian.
2. Kesimpulan penelitian yang merupakan sintesis berdasarkan keseluruhan aspek tersebut
diatas.
3. Pembahasanm kesimpulan penelitian dengan melakukan perbandingan terhadap penelitian
lain dan pengetahuan ilmiah yang relevan.
4. Mengkaji implikasi penelitian.
5. Mengajukan saran.
Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan seluruh kegiatan penelitian yang paling banyak terdiri dari tiga
halaman.
Daftar Pustaka
Pada hakikatnya daftar pustaka merupakan inventaris dari seluruh publikasi ilmiah maupun
nonilmiah yang dipergunakan sebagai dasar bagi pengkajian yang dilakukan.
Riwayat Hidup
Riwayat hidup ini biasanya merupakan deskripsi dari latar belakang pendidikan dan pekerjaan
yang mempunyai hubungan dengan penulisan ilmiah yang disampaikan. Riwayat hidup
dicantumkan pada halaman terakhir sebuah laporan tanpa diberi nomor halaman.
Usulan Penelitian
Sebuah usulan penelitian mengandung seluruh langkah-langkah penelitian tersebut di atas tanpa
hasil penelitian, sebab hal ini baru akan dilakukan. Dengan demikian maka usulan penelitian
hanya mencakup langkah pengajuan masalah, penyusunan kerangka teoritis dan pengajuan
hipotesis serta metodologi penelitian. Usulan penelitian serta aspek-aspek lainnya yang
berhubungan dengan penelitian umpamanya pembiayaan.
Lain-lain
Sebelum memasuki tubuh utama laporan sebuah tulisan ilmiah biasanya didahului oleh beberapa
informasi yang bersifat pengantar. Pertama-tama tentu saja adalah halaman judul dari laporan
ilmiah tersebut. Setelah itu dikemukakakn secara umum lingkup laporan yang akan disampaikan
beserta penghargaan terhadap berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian karya ilmiah
tersebut. Kemudian menyusul daftar isis yang dilengkapi dengan daftar tabel dan daftar gambar
yang disusun secara tersendiri. Untuk karya ilmiah yang berupa tesis atau disertasi setelah
halaman judul biasanya disisipkan lembar persetujuan para pembimbing atau promotor serta
pihak-pihak lainnya. Di halaman terdepan mendahului halaman judul ditempatkan abstrak.
Penutup
Seperti juga yang berlaku dalam kehidupan ini, yang penting adalah bukan saja apanya
melainkan juga bagaimananya.
BAB X
PENUTUP