Metafisika
A. Pengertian Metafisika
Metafisika merupakan bagian dari aspek ontologi dalam kajian filsafat. Konsepsi
metafisika berasal dari bahansa Inggris : metaphysics, Latin : metaphysica dari Yunani
metaphysica (sesudah fisika); dari kata meta (setelah, melebihi) dan physikos
(menyangkut alam) atau physis (alam). Metafisika berasal dari kata meta (di balik,
tersembunyi) dan fisika (dunia yang tampak). Metafisika adalah bagian dari filsafat ilmu
yang memperlajari di balik realitas. Salah satu buku filsafat menyebutkan bahwa
metafisika berarti “di balik yang ada”. Kedudukan metafisika dalam filsafat ilmu sangat
kuat. Metafisika sudah merupakan sebuah cabang ilmu tersendiri dalam pergulatan
filosofis. Setiap telaah filosofis terdapat unsur metafisik.
Metafisika merupakan bagian falsafah tentang hakikat yang ada di balik fisika
(yang nampak). Hakikat tersebut biasanya bersifat abstrak dan di luar jangkauan
pengalaman manusia biasa. Matafisika secara prinsip mengandung konsep kajian tentang
sesuatu yang bersifat rohani dan tidak dapat diterangkan dengan kaidah penjelasan yang
ditemukan dalam ilmu yang lain.
Metafisika merupakan cabang filsafat umum yang bertugas mencari jawaban
tentang yang “ada”, yaitu filsafat yang memburu hakikat sesuatu yang ada, atau
menyelidiki prinsip-prinsip utama. Yang dimaksud dengan “yang ada” atau “being” ialah
segala sesuatu yang ada dan mungkin ada. Adapun mengenai yang ada itu dibedakan
menjadi tiga macam :
Ada dalam objektif atau ada dalam kenyataan, artinya dapat diketahui dengan
panca indra manusia;
Ada dalam angan-angan atau ada dalam pikiran; dan
Ada dalam kemungkinan.
Metafisika secara tradisional didefinisikan sebagai pengetahuan tentang pengada
(being). Di sini metafisika merupakan upaya untuk menjawab problem tentang realitas
yang lebih umum, komprehensif, atau lebih fundamental daripada ilmu dengan cara
merumuskan fakta yang paling umum dan luas tentang dunia termasuk penyebutan
katagori yang paling dasar dan hubungan di antara kategori tersebut.
Metafisika sebagai ilmu mempunyai objeknya tersendiri. Hal ini yang
membedakannya dari pendekatan rasional yang lain. Objek telaahan metafisika berbeda
dari ilmu alam, matematika, atau ilmu kedokteran. Metafisika berbeda pula dari cabang
filsafat lain, seperti filsafat alam, epistemology, etika, dan filsafat ketuhanan.
Nama metafisika yang diberikan pada karya Aristoteles dapat dilihat dari
beberapa segi :
a. Metafisika sebagai etiket bibliografis atas karya Aristoteles,
b. Metafisika dari segi pedagonis, dalam tanggapan ini, metafisika adalah ilmu
yang sulit dan wajar diajarkan sesudah fisika (tentu saja fisika dalam arti yang
diberikan oleh Aristoteles)
c. Metafisika dalam arti filosofis. Pada abad pertengahan, istilah metafisika
mempunyai arti filosofis. Metafisika oleh para filsuf Skolastik diberi arti
filosofis dengan mengatakan bahwa metafisika ialah ilmu tentang yang ada,
karena mencul sesudah dan melebihi yang fisika (physicam et supra
physicam). Istilah sesudah yang dimaksudkan di sini ialah bahwa objek
metafisika sendiri berada pada abstraksi ketiga. Metafisika sebagai abstraksi
datang sesudah fisika dan matematika. Kata melebihi tidak menunjukkan unsur
special, ruang. Kata melebihi berarti metafisika melebihi abtraksi yang lain,
menempati posisi tertinggi dari semua kegiatan abstraksi, karena menempati
jenjang abstraksi paling akhir.
Metafisika berasal dari bahasa Yunani ta meta ta physica yang artinya “yang
datang setelah fisika”. Metafisika yang sering disebut sebagai disiplin filsafat terumit dan
memerlukan daya abstraksi sangat tinggi (ibarat seorang mahasiswa untuk
mempelajarinya menghabiskan beribu-ribu ton beras), bermetafisika membutuhkan
energi intelektual yang sangat besar sehingga membuat tidak semua orang berminat
menekuninya. Hubungannya dengan teori kemunikasi, metafisika berkaitan dengan hal-
hal sebagai berikut :
Sifat manusia dan hubungannya secara kontekstual dan individual dengan
realita dalam alam semesta;
Sifat dan fakta bagi tujuan, perilaku, penyebab dan aturan;
Problem pilihan, khususnya bebebasan versus determinase pada prilaku
manusia.
Metafisika adalah sebuah kekuatan yang terletak pada kekuatan mental, akal
pikiran, hati, jiwa serta semua fisik tubuh manusia, yang mana manusia bisa
membangkitkan kinerja semua unsur tubuh mereka, maka mereka memiliki kekuatan
yang sangat dahsyat.
B. Hubungan antara Filsafat Ilmu dan Metafisika
Metafisika adalah cabang tertua dari filsafat, umurnya sama tuanya dengan
filsafat itu sendiri. Kelahirannya diawali oleh suatu ketertarikan untuk mengungkap
misteri dibalik realitas ini,sama dengan maksud istilahnya yaitu :meta berarti dibalik,dan
fisika yang berarti alam fisik . Yang dalam bahasa arab dimengerti sebagai (apa yang ada
dibalik fisik). Maka metafisika adalah pengetahuan spekulatif filosofis tentang
realitas,dimana pengetahuan spekulatif filosofis itu dimaksudkan sebagai menjangkau
sesuatu dibalik yang fisik.
Persoalannya apakah pengetahuan spekulatif filosofis itu merupakan gambaran
yang benar dari sesuatu yang ada dibalik yang fisik?. Terhadap pertanyaan ini setidaknya
ditemukan 2 pandangan : Pandangan pertama melihat bahwa berbagai peristiwa yang
terjadi pada alam nyata ini adalah wujud belaka dari apa yang terjadi dialam yang lebih
hakiki yang tempatnya berada jauh disana. Dalam sejarah filsafat Plato disebut sebagai
filsuf pertama yang berpandangan demikian. Dalam skema pemikiran Plato ditemukan
bahwa ia membagi dunia menjadi 2 yaitu: Dunia intelegible sebagai dunia hakiki, dan
dunia sensible sebagai dunia yang nyata yang sifatnya sementara dan tidak hakiki.
Pandangan kedua menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sesuatu dibalik yang fisik
tidak lain merupakan alam pikiran manusia tentang suatu alam yang dianggapnya
sebagai alam lain itu. Alam pikiran yang demikian inilah yang disebut Metafisika. Kedua
pandangan diatas memang sulit didamaikan dan akan tetap bertahan pada pendiriannya
masing-masing. Hanya saja dalam kajian filsafat pandangan yang pertama biasa disebut
metafisika in the old fashion (metafisika klasik), sedangkan pandangan yang kedua
disebut metafisika in the new fashion yakni metafisika dalam maknanya yang baru (Edi
Subkhan, 2008).
Jadi, Metafisika umum membahas mengenai yang ada sebagai yang ada, artinya
prinsip-prinsip umum yang menata realitas. Sedangkan metafisika khusus membahas
penerapan prinsip-prinsip umum ke dalam bidang-bidang khusus : teologi, kosmologi
dan antropologi. Pemilahan tersebut didasarkan pada ada dapat tidaknya diserap melalui
perangkat indrawi suatu objek filsafat pertama. Metafisika umum mengkaji realitas
sejauh dapat diserap melalui indra sedang metafisika khusus (metafisika) mengkaji
realitas yang tidak dapat diserap indra, apakah itu realitas ketuhanan (teologi), semesta
sebagai keseluruhan (kosmologi) maupun hakekat manusia (antropologi).
D. Pengaruh Tentang Kajian Metafisika dalam kehidupan dan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan
(Rumusan masalah)
Delfgaauw,B, 1988. Ontologi dan Metafisika dalam Soejono Soemargono (Ed) Berpikir
Edi Subkhan. 2008. Metafisika dan Ilmu Pengetahuan. Universitas negeri Jakarta.