Anda di halaman 1dari 14

Fisafat Positivisme A.

Comte
Salma Khoirunnisa (1206000153)
Shofia Dinillah (1206000163)
Table of Contents

Hukum 3 Tahap A.
01. Pengertian Filsafat
Positivisme
03. Comte

02. Ciri-ciri Filsafat


Positivisme
04. Kelebihan dan
Kekurangan
Positivisme
01
Pengertian Filsafat
Positivisme
Positivisme

Istilah positivisme pertama kali digunakan oleh


Saint Simon (sekitar tahun 1825 M), positivisme
merupakan kelanjutan dari empirisme. Prinsip
filosofik tentang positivisme pertama kali
dikembangkan oleh seorang empiris Inggris yang
bernama Francis Bacon (sekitar tahun 1600 M.).
Pada abad ke-19 timbullah filsafat yang disebut
Positivisme, yang diturunkan dari kata ―positif.
Filsafat ini berpangkal dari apa yang telah
diketahui yang faktual, yang positif. Istilah
“Positif” tidak bermakna normative,namun
deskriptif , yaitu “yang factual”.
Positivisme
Pada awal abad ke-19, August Comte (1798-1857) menyampaikan pemikirannya yang
kemudian dinamai dengan positivism. Positivisme Comte sebenaranya lebih merepresentasikan
pemikiran empirisme yang lebih menekankan pada pengalaman indrawi sebagai sumber
pengetahuan. Malon (2009) menyebutkan bahwa positivisme adalah "pandangan bahwa
gambaran dan penjelasan kita terhadap fenomena harusnya didasarkan pada pengalaman
indrawi“. Positivisme fokus pada fakta-fakta yang bisa diamati secara objektif, dan menghindari
keyakinan, common sense, dan penjelasan metafisik lainnya. Bagi Comte (Hergenhahn, 2009),
pengetahuan yang didapat melalui pengalaman indrawi bisa diverifikasi oleh orang lain
sehingga bisa lebih dipercaya dan pasti. Positivisme menganggap bahwa pengetahuan puncak
itu adalah knowledge of the correlation of observables . Dalam perkembangannya, Positivism
Comte kemudian berkembang menjadi Logical Positivism atau Logical Empiricism.
Auguste Comte (1798-1857)
Auguste Comte memiliki nama panjang Isidore Auguste
Marie Francois Xavier Comte. Ia lahir di Montpellier
Prancis pada tanggal 17 Januari 1798 dari keluarga
bangsawan katolik, dan meninggal di kota Paris pada
tanggal 5 September 1857. Ia terkenal sebagai pendiri ilmu
sosiologi dan penggagas positivism. Hergenhahn (2009)
menjelaskan bahwa sejak kecil Comte termasuk anak yang
cerdas, namun suka bikin onar. Dalam fase kehidupannya,
ia pernah mengalami depresi berat dan melakukan
percobaan bunuh diri. Karyanya yang terkenal adalah The
Course of Positive Psychology yang ditulis antara tahun
1830-1842 dan System of Positive Politics antara tahun
1851-1854.
02
Ciri-ciri Filsafat
Positivisme
Ciri-ciri Positivisme

Objektif Nominalisme Naturalisme

Fenomenalisme Reduksionisme Mekanisme


03
Hukum 3 Tahap
A. Comte
Hukum 3 Tahap A. Comte
Tahap Teologi Tahap Metafisik Tahap Positif

Tahap ini, segala hal Tahap ini, segala sesuatu Yaitu tahap ketika pemikiran
dijelaskan menggunakan dijelaskan dengan manusia sudah dewasa. Pada
penjelasan supernatural. menggunakan prinsip, tahapan ini, segala sesuatu
Manusia percaya bahwa hukum-hukum, ataupun dijelaskan dengan
dibelakang gejala alam konsep hipotetis yang menggunakan penjelasan
terdapat kuasa-kuasa kodratik diderivikasikan melalui ilmiah. Ini merupakan tahap
yang mengatur fungsi dan spekulasi. Yang kodratik tertinggi dari manusia. Tidak
gerak gejala tersebut. Pada diganti dengan metafisik. ada usaha mencari penyebab
taraf pemikiran in, ada 3 Menurut Auguste Comte dibelakang fakta. Manusia
tahap yaitu animisme, tahap metafisik adalah membatasi diri pada fakta-
polytheisme, dan modifikasi saja dari tahap fakta yg disajikan kepadanya.
monotheisme teologi.
04
Kelebihan dan
Kekurangan
Positivisme
Kelebihan Positivisme

• Positivisme lahir dari faham empirisme dan rasional


• Hasil dari rangkaian tahapan yang ada didalamnya, dan
menghasilkan suatu pengetahuan
• Dengan kemajuan dan dengan semangat optimisme,
orang akan didorong untuk bertindak aktif dan kreatif
• Positivisme mampu mendorong lajunya kemajuan
disektor fisik dan teknologi.
• Positivisme sangat menekankan aspek rasionali-ilmiah
Kekurangan Positivisme
• Analisis biologik yang ditransformasikan ke dalam analisis
sosial dinilai sebagai akar terpuruknya nilai-nilai spiritual dan
bahkan nilai-nilai kemanusiaan.
• Akibat dari ketidak percayaannya terhadap sesuatu yang tidak
dapat diuji kebenarannya, maka faham ini akan mengakibatkan
banyaknya manusia yang nantinya tidak percaya kepada Tuhan
dan sebagainya.
• Manusia akan kehilangan makna, seni atau keindahan,
sehingga manusia tidak dapat merasa bahagia dan kesenangan
itu tidak ada.
• Hanya berhenti pada sesuatu yang nampak dan empiris.
Terima Kasih

Any question?

Anda mungkin juga menyukai