Anda di halaman 1dari 16

HELENISME DAN

ABAD
PERTENGAHAN
Muhammad Rais Muslim (1206000101)
Nabila (1206000104)
Pembahasan
1. Sejarah perkembangan helenisme

2. Ciri-ciri helenisme

3. Sejarah perkembangan abad pertengahan

4. Ciri-ciri abad pertengahan


Sejarah helenisme
Helenisme diambil dari bahasa Yunani Kuno Hellenizein yang berarti berbicara
atau berkelakuan seperti orang Yunani. Helenisme secara umum, istilah yang
menunjukkan kebudayaan yang merupakan gabungan antara budaya Yunani dan
budaya Asia Kecil, Syiria, Mesopotamia, dan Mesir yang lebih tua. Gabungan ini
terjadi selama tiga abad setelah meninggalnya Alexander yang Agung pada tahun
323 SM. Lama periode ini kurang lebih 300 tahun, yaitu mulai 323 SM (masa
Alexander Agung atau meninggalnya Aristoteles) hingga 20 SM. Helenisme di
tandai dengan fakta bahwa perbatasan antara berbagai negara dan kebudayaan
menjadi hilang. Perbedaan kebudayaan yang ada di zaman ini melebur menjadi
satu saling menumpang gagasan-gagasan agama, politik dan ilmu pengetahuan.
Masa Hellenistik Yunani

Masa Hellenistik Yunani dalam garis besarnya dapat di bagi menjadi


dua yaitu periode etik dan periode agamis.

1. Periode etik

Periode ini terdiri dari tiga sekolah filsafat, yaitu Epicuros, Stoa dan
Skeptis. Nama sekolah yang pertama di ambil dari kata
pembangunan sekolah itu sendiri, yaitu epicuros. Adapun nama
sekolah yang ke dua diambil dari kata “stoa” yang berarti ruang.
Sedangkan nama skeptis diberikan karena mereka kritis terhadap
para filosof klasik sebelumnya. Ajarannya di bangun dari berbagai
ajaran lama, kemudian dipilah dan disatukan.
Periode etik
02. 03.
01. Stoa (340 SM) Aliran skeptis
Epicuros (341 SM) Pendirinya adalah Zeno dari Kation. Awalnya ia
Skeptis adalah keragu-raguan. Aliran ini
berpendapat bahwa dibidang teoritis,
hanyalah seorang saudagar yang suka berlayar.
seorang filosof yang menginginkan arah manusia tidak akan sanggup mencapai
Suatu ketika kapalnya pecah ditengah laut. Dirinya
filsafatnya untuk mencapai kesenangan kebenaran. Pengetahuan kita tidak
selamat, tetapi hartanya habis tenggelam. Karena
hidup. Oleh karena itu tidak heran jika boleh dipercaya. Agar berbahagia,
itu entah mengapa ia berhenti berniaga dan tiba-tiba
filosof yang satu ini menganut paham manusia tidak harus mengambil
belajar filsafat. Ia belajar kepada Kynia dan
atheis. Hal ini semata-mata ia lakukan keputusan yang pasti, tetapi selalu
Megaria dan akhirnya belajar pada academia di
untuk mencapai kebahagiaan yang ragu-ragu. Mereka tidak mau terus
bawah pimpinan Xenokrates, murid Plato yang
sempurna. Tanpa ada yang membatasi. atau langsung menerima ajaran-ajaran
terkenal.
Menurutnya filsafat dibagi menjadi tiga yang datang dari ahli-ahli filosof masa
Setelah keluar ia mendirikan sekolah sendiri yang
bagian, yaitu logika, fisika, dan etik. yang lampau. Kaum skeptis adalah
di sebut Stoa. Nama itu di ambil dari ruangan
para filosof yang meyakini bahwa
sekolahnya yang penuh ukiran. Tujuan utama dari
keragu-raguan terhadap segala sesuatu
ajaran Stoa adalah menyempurnakan moral
merupakan fondasi keyakinan.
manusia.
Periode agamis
Pada masa etik, agama itu dianggap sebagai sesuatu belenggu yang menanam rasa takut
dalam hati manusia. Karena itu agama dipandang sebagai suatu penghalang untuk
memperoleh kesenangan hidup. Dan tujuan filsafat menurut Epikuros dan Stoa harus merintis
jalan ke arah mencapai kesenangan hidup. Didorong oleh perasaan dan keadaan bangsa
Yunani dan bangsa lainnya yang senantiasa merasa tertekan di bawah kekuasaan kerajaan
Roma, maka ajaran Etik tidak dapat memberikan jalan keluar. Kemudian perasaan agamalah
yang akhirnya muncul sesudah beberapa abad terpendam dapat mengobati jiwa yang terluka.

Aliran pada periode ini ialah neoplatonisme. Tokohnya adalah plotinus dan ammonius
saccas. Neoplatonisme merupakan perpaduan antara filsafat plato dengan diberi
penekanan kepada upaya pencarian pengalaman batiniah untuk menuju ke kesatuan
dengan Tuhan (Yang Esa).
Ciri-ciri helenisme
• Pemisahan antara filsafat dan sains terjadi pada
zaman ini, belajar seperti pada abad ke 20 ini menjadi
lebih terspesialisasi.
• Sifat spekulasi mulai dijauhi, perhatian lebih
terkonsentrasi pada aplikasi.
• Jiwa filsafat hellenisme ialah aklektik, usaha-usaha
diarahkan untuk mengharmoniskan pendapat yang
berlawanan.
• Etika dijadikan perhatian yang dominan.
• Pada zaman ini filsafat lebih dekat dengan agama.
Abad pertengahan
Sejarah filsafat Abad Pertengahan dimulai kira-kira pada abad ke-5 sampai awal
abad ke-17. Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya
dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka filsafat atau
pemikiran pada Abad Pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen.
Artinya, pemikiran filsafat Abad Pertengahan didominasi oleh agama.
Pemecahan semua persoalan selalu didasarkan atas dogma agama, sehingga
corak pemikiran kefilsafatannya bersifat teosentris.
Sejarah filsafat
periode patristik
abad pertengahan (100-700 M)

dibagi menjadi
dua zaman atau
periode skolastik
periode: (8-1500 M)
patristik
Zaman Patristik ini mengalami dua
Patristik berasal dari kata latin partes yang berarti Bapa-Bapa tahap:
Gereja, ialah ahli agama Kristen pada abad permulaan agama (1)Permulaan agama Kristen. Setelah
Kristen. Zaman ini muncul pada abad ke-2 sampai abad ke-7, mengalami berbagai kesukaran
terutama mengenai filsafat Yunani maka
dicirikan dengan usaha keras para Bapa Gereja untuk agama Kristen memantapkan diri.
mengartikulasikan, menata, dan memperkuat isi ajaran Keluar memperkuat gereja dan ke
Kristen serta membelanya dari serangan kaum kafir dan dalam menetapkan dogma-dogma.
bid’ah kaum Gnosis. Bagi para Bapa Gereja, ajaran Kristen (2)Filsafat Augustinus yang merupakan
adalah filsafat yang sejati dan sekaligus wahyu. seorang ahli filsafat yang terkenal pada
masa patristik. Augustinus melihat
dogma-dogma sebagai suatu
keseluruhan.
skolastik

Para tokoh zaman Skolastik adalah para pelajar dari


lingkungan sekolah-kerajaan dan sekolah-katedral yang Periode skolastik awal
didirikan oleh Raja Karel Agung (742-814) dan kelak 800-1200
juga dari lingkungan universitas dan ordo-ordo
biarawan. 
Dengan demikian, kata “skolastik” menunjuk kepada
suatu periode di Abad Pertengahan ketika banyak Periode puncak
sekolah didirikan dan banyak pengajar ulung perkembangan skolastik
bermunculan. Namun, dalam arti yang lebih khusus, Abad ke-13
kata “skolastik” menunjuk kepada suatu metode
tertentu, yakni “metode skolastik”. Dengan metode ini,
berbagai masalah dan pertanyaan diuji secara tajam dan Periode skolastik lanjut
rasional, ditentukan pro kontranya untuk kemudian
ditemukan pemecahannya
atau akhir
Abad 14-15
Periode skolastik awal
Ditandai oleh pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan
filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah persoalan tentang universalia. Ajaran Agustinus
dan neo-Platonisme mempunyai pengaruh yang luas dan kuat dalam berbagai aliran
pemikiran.

Pada periode ini, diupayakan misalnya, pembuktian adanya Tuhan berdasarkan rasio murni, jadi
tanpa berdasarkan Kitab Suci (Anselmus dan Canterbury). Selanjutnya, logika Aristoteles
diterapkan pada semua bidang pengkajian ilmu pengetahuan dan “metode skolastik”
dengan pro-contra mulai berkembang (Petrus Abaelardus pada abad ke-11 atau ke-12).
Permasalahan yang hangat didiskusikan pada masa ini adalah masalah universalia dengan
konfrontasi antara “Realisme” dan “Nominalisme” sebagai latar belakang problematisnya.
Selain itu, dalam abad ke-12, ada pemikiran teoretis mengenai filsafat alam, sejarah dan
bahasa, serta pengalaman mistik atas kebenaran religious pun mendapat tempat.
Periode puncak perkembangan skolastik

dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan yahudi. Filsafat
Aristoteles memberikan warna dominan pada alam pemikiran Abad Pertengahan.
Aristoteles diakui sebagai Sang Filsuf, gaya pemikiran Yunani semakin diterima,
keluasan cakrawala berpikir semakin ditantang lewat perselisihan dengan filsafat Arab
dan Yahudi. Universitas-universitas pertama didirikan di Bologna (1158), Paris (1170),
Oxford (1200), dan masih banyak lagi universitas yang mengikutinya. Pada abad ke-
13, dihasilkan suatu sintesis besar dari khazanah pemikiran kristiani dan filsafat
Yunani. Tokoh-tokohnya adalah Yohanes Fidanza (1221-1257), Albertus Magnus
(1206-1280), dan Thomas Aquinas (1225-1274). Hasil sintesis besar ini
dinamakan summa (keseluruhan).
Periode skolastik lanjut atau akhir
Periode skolastik Akhir abad ke 14-15 ditandai dengan pemikiran islam yang berkembang kearah
nominalisme ialah aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjuk
tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya suatu hal. Kepercayaan orang
pada kemampuan rasio memberi jawaban atas masalah-masalah iman mulai berkurang. Ada
semacam keyakinan bahwa iman dan pengetahuan tidak dapat disatukan. Rasio tidak dapat
mempertanggungjawabkan ajaran Gereja, hanya iman yang dapat menerimanya.
Salah seorang yang berfikir kritis pada periode ini adalah Wiliam dari Ockham (1285-1349).
Selanjutnya, pada akhir periode ini, muncul seorang pemikir dari daerah yang sekarang masuk
wilayah Jerman, Nicolaus Cusanus (1401-1464).
Ciri-ciri abad pertengahan

1 Adanya hubungan 3 Minat dan perhatian


5 Dapat dikatakan
erat antara agama mereka tercurah pada
bahwa filsafat abad
Kristen dan filsafat. ajaran agama kristiani
pertengahan adalah
suatu filsafat agama
dengan agama
kristiani sebagai
2 Para pemikir zaman ini 4 Tema yang selalu muncul
basisnya
hampir semuanya dalam sejarah filsafat Abad
klerus, yakni golongan Pertengahan adalah
rohaniwan atau hubungan antara iman yang
biarawan dalam Gereja berdasarkan wahyu Allah
Katolik (misalnya sebagaimana termaktub 6 Memiliki perbedaan
uskup, imam, pimpinan dalam kitab suci dan mencolok dengan
biara, rahib), pengetahuan yang abad sebelumnya
berdasarkan kemampuan pada dominasi agama
rasio manusia.
Does anyone have any questions?

addyouremail@freepik.com
+91 620 421 838

THANKS! yourcompany.com

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics
& images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai