Anda di halaman 1dari 39

m

PENGOBATAN KONVENSIONAL/MEDIS, THERAPY


KOMPLEMENTER DAN PENGOBATAN TRADISIONAL DALAM
BERBAGAI PENYAKIT
“DIABETES MELLITUS, KANKER SERVIKS, KANKER PAYUDARA,
KANKER COLON, LEUKEMIA, TUMOR OTAK, KANKER
NASOPHARING, KANKER ABDOMEN, PENYAKIT LUPUS DAN
PENYAKIT THALASEMIA”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK

1. RISMANTO BERUTU NIM. 1902025


2. ASMAUL HUSNA NIM. 1902067
3. FITRI APRILIDA BR SITEPU NIM. 1902066
4. ASMA RAMADHAN NIM. 1902068
5. ZINEUS TRISNO BOY ZEBUA NIM. 1902097
6. ADE NURUL JAYANTI NIM. 1902063
7. EVA NELFIDAR NIM.1902082
8. PUTRI RAHMALIA NIM.1902081
9. TIAR HARAPAN ZENDRATO NIM 1902015
10. TITIN NURI ELVIRA NIM.1902089
m

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah “Keperawatan Paliatif” dengan judul
PENGOBATAN PENYAKIT “DIABETES MELLITUS, KANKER SERVIKS,
KANKER PAYUDARA, KANKER COLON, LEUKEMIA, TUMOR OTAK, KANKER
NASOPHARING, KANKER ABDOMEN, PENYAKIT LUPUS DAN PENYAKIT
THALASEMIA” dalam bentuk makalah.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan paliatif. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Keperawatan Paliatif kepada para pembaca dan juga bagi penulis itu
sendiri.

Dalam penyusunan tugas makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan dan bimbingan Ibu Dosen Mata Kuliah, rekan-rekan saya
AJ19C, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Penulisan
makalah adalah merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah “Keperawatan Paliatif” di INKESUMUT Medan.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang


tak terhingga kepada Ibu Dosen Dewi Astuti, S.Kep, Ns. M.Kep selaku Dosen Mata
Kuliah Keperawatan Paliatif yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan saya mengenai PENGOBATAN PENYAKIT
“DIABETES MELLITUS, KANKER SERVIKS, KANKER PAYUDARA, KANKER
COLON, LEUKEMIA, TUMOR OTAK, KANKER NASOPHARING, KANKER
ABDOMEN, PENYAKIT LUPUS DAN PENYAKIT THALASEMIA”, juga kepada rekan-
rekan AJ19C serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Medan, Juli 2020

Penulis,
m

Kelompok

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................. 2
1.3 Manfaat Penulisan............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3
2.1 Pengobatan Konvensional...................................................................
2.1.1 Pengobatan Konvensional Diabetes Mellitus........................... 3
2.1.2 Pengobatan Konvensional Kanker Servix................................ 3
2.1.3 Pengobatan Konvensional Kanker Payudara............................ 3
2.1.4 Pengobatan Konvensional Kanker Colon................................. 3
2.1.5 Pengobatan Konvensional Leukemia....................................... 3
2.1.6 Pengobatan Konvensional Tumor Otak.................................................... 3
2.1.7 Pengobatan Konvensional Kanker Nasopharing...................... 3
2.1.8 Pengobatan Konvensional Kanker Abdomen........................... 3
2.1.9 Pengobatan Konvensional Penyakit Lupus.............................. 3
2.1.10 Pengobatan Konvensional Penyakit Thalasemia...................... 3
2.2 Terapi Komplementer..........................................................................
2.2.1 Terapi Komplementer Diabetes Mellitus................................. 3
2.2.2 Terapi Komplementer Kanker Servix...................................... 3
2.2.3 Terapi Komplementer Kanker Payudara.................................. 3
2.2.4 Terapi Komplementer Kanker Colon....................................... 3
2.2.5 Terapi Komplementer Leukemia.............................................. 3
2.2.6 Terapi Komplementer Tumor Otak.......................................... 3
2.2.7 Terapi Komplementer Kanker Nasopharing............................ 3
2.2.8 Terapi Komplementer Kanker Abdomen................................. 3
2.2.9 Terapi Komplementer Penyakit Lupus..................................... 3
2.2.10 Terapi Komplementer Penyakit Thalasemia............................ 3
2.3 Pengobatan Tradisional.......................................................................
2.3.1 Pengobatan Tradisional Diabetes Mellitus............................... 3
2.3.2 Pengobatan Tradisional Kanker Servix.................................... 3
2.3.3 Pengobatan Tradisional Kanker Payudara................................ 3
2.3.4 Pengobatan Tradisional Kanker Colon..................................... 3
2.3.5 Pengobatan Tradisional Leukemia........................................... 3
2.3.6 Pengobatan Tradisional Tumor Otak........................................ 3
2.3.7 Pengobatan Tradisional Kanker Nasopharing.......................... 3
2.3.8 Pengobatan Tradisional Kanker Abdomen............................... 3
2.3.9 Pengobatan Tradisional Penyakit Lupus.................................. 3
2.3.10 Pengobatan Tradisional Penyakit Thalasemia.......................... 3
m

BAB III PENUTUP............................................................................................. 14


A. Kesimpulan........................................................................................... 14
B. Saran..................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 22

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit secara umum menjadi kekhawatiran banyak orang. Suatu penyakit
dapat menjadi ancaman bagi si penderita. Menurut Webster’s New Collegiate
Dictionary (dalam Setiawati, 2013) sakit adalah suatu kondisi kesehatan tubuh
melemah, dan kondisi ini tidak menyenangkan bagi banyak orang. Apabila
seseorang mengalami gangguan akibat suatu penyakit, maka tubuh secara alamiah
melakukan respon pertahanan, salah satunya adalah respon reaksi infeksi atau
sering disebut dengan peradangan. Peradangan ini membuat kondisi seseorang
lemah dan sakit, oleh karena itu ketika seseorang mengalami keadaan ini, ia akan
berusaha untuk menyembuhkan penyakitnya untuk menuju keadaan sehat seperti
sedia kala, karena kondisi sehat adalah impian dari semua orang.
Kondisi terbebas dari penyakit atau dengan kata lain kondisi sehat juga
merupakan kondisi yang dibutuhkan untuk mencapai kualitas hidup yang baik.
Kesehatan merupakan kebutuhan defisien; artinya, kebutuhan ini baru terasa ketika
tidak ada. Menurut WHO (1947) (dalam Setiawati, 2013) sehat adalah suatu
keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental dan sosial bukan
semata-mata hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan melainkan juga
keseimbangan yang serasi dalam interaksi antar manusia, makhluk hidup lain dan
lingkungannya. Perilaku sehat dan gaya hidup seseorang juga dapat menjadi
prediksi kemungkinan seseorang dapat berumur panjang ataupun kemungkinan
seseorang dapat mengalami kematian dini. Gaya hidup yang tidak sehat contohnya
seperti merokok, meminum alkohol, makan makanan siap saji, makan makanan
yang mengandung kadar gula dan lemak yang tinggi, sehingga akibatnya
mengundang berbagai penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan.
Bila sudah jatuh sakit, orang akan mengupayakan dirinya agar tetap sehat
dengan mengubah perilakunya dan gaya hidupnya serta mengobati penyakitnya.
Setiap masyarakat memiliki cara-cara yang berbeda-beda untuk mengatasi
gangguan kesehatannya sesuai dengan keyakinan dan anggapan mereka terhadap
ringan atau beratnya penyakit. Cara pengobatan yang dilakukan pun juga berbeda-
beda. Ada tiga cara pengobatan yang dilakukan seseorang yang sakit, yakni
pengobatan secara medis (dengan pergi ke dokter atau tenaga kesehatan
profesional); pengobatan secara alternatif, yaitu pergi ketabib atau penghusada
(misalnya kyai atau pendoa, dukun dan sebagainya), dan ada pula pasien yang
menggabungkan kedua-duanya. Pilihan itu tergantung dari kepercayaan, budaya,
tingkat ekonomi dan persepsi seseorang terhadap sifat penyakit itu sendiri.
Di Indonesia ada juga pengobatan ethnomedicine, tetapi peneliti
menggunakan istilah “pengobatan alternatif” karena istilah ini lebih baku dan sering
m

digunakan dalam wilayah indonesia. Pengobatan medis atau disebut Biomedicine


adalah ilmu kesehatan peradaban Barat yang fokus utamanya pada biologi atau
penyakit yang berhubungan dengan fenomena organik (Clark & Marta,
1995).Pengobatan medis adalah suatu proses pengobatan guna untuk mencegah
penyakit, memperpanjang masa hidup, dan memelihara kesehatan pada pasien yang
dilakukan oleh ahli yang memiliki keterampilan dalam bidang kedokteran,
sedangkan definisi pengobatan alternatif atau yang biasa disebut sebagai
ethnomedicine dalam perspektif antropologi adalah pengobatan tradisional pada
suatu kelompok etnik yang secara khusus dipengaruhi oleh lokasi dimana mereka
tinggal (Northridge, Mack, 2002). Masyarakat pribumi biasanya memanfaatkan
tanaman yang ada di sekitar lingkungan mereka untuk mengobati penyakit dan
meningkatkan kesehatannya.
Pengobatan tradisional ini dilakukan oleh penghusada (penyembuh
tradisional), dan umumnya keterampilan tersebut diwariskan secara turun- temurun.
Tak hanya tumbuhan saja, tetapi hewan pun juga dapat dijadikan sebagai obat.
Kebudayaan juga memiliki kekuasaan yang lebih untuk mempengaruhi seseorang
percaya akan adanya pengobatan tradisional. Beberapa penduduk yang ada di
wilayah bagian timur Brazil seperti Maranha˜o dan Paraı´ba yang menggunakan
hewan dari beberapa spesies ular untuk pengobatan suatu penyakit. Spesies ular
yang digunakan diantaranya seperti Crotalus durissus (ular berbisa), bothrops
leucurus (seekor ular yang berbisa), dan lachesis muta (bushmaster) keluarga
crotalidae dan boa constrictor (ular sanca), epicratescenchria (salamanta), dan
eunectes murinus (anaconda) keluarga (boidae). Spesies ular ini digunakan untuk
mengobati 15 penyakit yang berbeda, contohnya penyakit asma yang disembuhkan
dengan ekor ular. Untuk membuat ramuan pada bagian yang keras pada ular seperti
ekor dari Crostalus Durissus ini biasanya ditumbuk, diparut dan diubah menjadi
bubuk yang digunakan untuk membuat teh. Pada umumnya juga digunakan sebagai
salep yang dioleskan pada luka karena tembakan atau luka lainnya, atau bisa juga
ditelan, semua itu tergantung pada keadaan sakitnya. Takaran dosis yang digunakan
akan tergantung pada usia. Untuk sengatan serangga, ramuan ini dimasukkan ke
dalam botol yang berisi alkohol kemudian cairannya dioleskan pada bagian yang
sakit. Ular ini juga sebagai obat analgesik untuk penyakit kanker (Alves, Filho,
Delima, 2006).
Terdapat contoh ethnomedicine yang lain, yang ada di daerah Godavari di
bagian timur India. Para warga di daerah tersebut memakai 44 jenis tumbuhan yang
meliputi 43 golongan dan 31 keluarga tumbuhan untuk mengobati penyakit artritis
rematik. Tanaman yang biasanya digunakan oleh masyarakat di sana yaitu tanaman
dari keluarga fabaceae, acanthaceae, euphorbiaceae, meliaceae, asteraceae,
asclepiadaceae, lamiaceae. Bagian yang digunakan biasanya seperti,daun, akar,
biji, kulit batang, buah dan rhizoma, seluruh bagian tanaman, batang akar, umbi,
getah, bunga dan umbi batang. Cara pengolahannya pun berbagai macam: ada yang
langsung ditempelkan pada luka, dibuat menjadi bubuk, diambil sarinya, direbus,
atau dibuat menjadi minyak dengan memberikan salah satu dari bahan-bahan
seperti susu sapi, sari lemon, tawas, madu, kapur barus, minyak mustard, minyak
daun jarak, minyak zaitun, atau minyak wijen (Suneetha & Seetharami, 2016).
Di Indonesia, beberapa contoh praktik etnomedicine pada umumnya dilakukan
m

dengan bantuan seseorang yang dianggap mempunyai kemampuan supranatural,


seperti seorang kyai bagi umat muslim dan pastor atau pendeta bagi umat kristiani.
Dalam mengobati pasien, para penghusada (penyembuh tradisional) biasanya
menggunakan kalimat-kalimat doa dan juga dengan pemberian air minum, telor dan
sebagainya, yang nantinya diberikan kepada pasien untuk diminum ataupun
disimpan.

Tabel 1.1. Presentase penduduk Indonesia yang menggunakan obat tradisional


dan dokter diperoleh dari Badan Pusat Statistik Indonesia

Tahun

Penggunaan 2010 2011 2012 2013 2014

Obat 27,58 23,89 24,42 21,59%


% % %
20,99%
Tradisio
nal
Dokter 30,97 29,57 28,84 27,94%
% % %
29,22%
(Badan Pusat Statistik Indonesia, 15 Maret 2016)

Tak sedikit orang yang pergi ke dokter sekaligus ke pengobatan alternatif


untuk menyembuhkan penyakitnya. Tidak jarang, seseorang yang percaya akan
pengobatan alternatif itu sudah pergi kedokter sebelumnya. Namun penyakitnya
tidak kunjung sembuh, dan oleh karena itu mereka memilih untuk pergi ke
pengobatan alternatif.
Beberapa kendala warga terkait dengan biomedicine ini adalah tidak hanya
keadaan sakit yang tidak kunjung sembuh, namun juga keterbatasan biaya untuk
berobat. Biaya pengobatan biomedicine dinilai jauh lebih mahal sehingga penderita
sakit lebih memilih menggunakan ethnomedicine. Kondisi semacam ini dilaporkan
Kolling, Winkley, Deden (2010) berdasarkan risetnya didaerah Tanzania Afrika.
Banyak orang yang ada di wilayah tersebut menderita penyakit diabetes melitus
tipe dua dengan status ekonomi yang rendah. Salah satu tantangan bagi mereka
ialah, ketika mereka harus melakukan beberapa treatment yang mengharuskan
untuk pergi ke dokter secara rutin, kondisi tersebut sangat memberatkan mereka
karena para penduduk miskin di Dar Es Salaam Tanzania memiliki keterbatasan
untuk mengakses perawatan kesehatan dan biaya. Contohnya, salah seorang
penderita yang berinisial He, yang tinggal di daerah pinggiran Dar Es Salaam, harus
pergi naik bus menempuh jalan-jalan kecil yang sesak, tidak rata, dan berlumpur
hingga ke pusat kota supaya bisa mendapatkan insulin di apotek dengan harga yang
terjangkau. Namun sayangnya ia gagal menemukan insulin dengan harga yang
terjangkau, dan kembali ke rumah dengan tangan kosong (Kolling dkk., 2010).
m

Oleh karena itu, ia memilih menggunakan pengobatan ethnomedicine untuk


perawatan diabetesnya.
Kondisi serupa juga dijumpai di Indonesia. Tidak jarang, warga memilih
ethnomedicine karena alasan keterbatasan biaya, meski pengobatan alternatif ini
sering dipersepsikan sebagai pengobatan yang tidak logis dan tidak ilmiah.
Dalam proses penyembuhan suatu penyakit biasanya para penyembuh
tradisional yang ada di Indonesia juga memanfaatkan hewan dan tumbuhan, seperti
contoh kasus pada penyembuh yang berasal dari suatu daerah di Kabupaten Tuban,
yang menggunakan terapi lintah. Para penyembuh percaya bahwa air liur yang
dihasilkan lintah dapat mengobati berbagai penyakit (Safitri, Luthviatin, Ririanty,
2016). Contoh kasus lain, pada penyembuh yang berasal dari Kepulauan Mentawai
Provinsi Sumatera Barat, yang menggunakan pelepah daun sagu tua dan jahe hutan
untuk mengobati gatal-gatal pada kulit. Dalam kebudayaan tersebut, penyembuh
biasanya membersihkan dan mengiris pelepah daun sagu tua dan jahe, yang
kemudian diparut dan dioleskan kebagian kulit yang gatal. Ciri khas dari
penyembuh tradisional di Indonesia adalah penggunaan doa-doa atau bacaan dari
Kitab Suci, dan melibatkan pemberian air putih yang diberi doa dan ramuan dari
tumbuh-tumbuhan ataupun menggunakan hewan.
Perolehan ilmu pengetahuan yang didapat oleh penyembuh tradisional di
Indonesia biasanya diperoleh secara turun-temurun.Perbedaan dengan penyembuh
di luar negeri adalah tingkat pendidikan para penyembuhnya. Para penyembuh di
luar negeri menggunakan buku untuk referensi pengobatannya, sedangkan para
penyembuh di Indonesia tidak menggunakan buku, bahkan ada yang tidak
bersekolah dan tidak bisa membaca dan menulis. Saat ini jumlah para penyembuh
tradisional di Indonesia mulai terkikis oleh perubahan zaman. Dalam kasus seorang
penyembuh yang berasal dari Mentawai Provinsi Sumatera Barat, ia kesulitan untuk
memperoleh tumbuhan obat di hutan, karena diakibatkan oleh perambahan
perkebunan sawit dan coklat. Selain itu, semakin sedikit generasi muda yang mau
diwarisi keahlian menghusada oleh para seniornya (Zamzami, 2013). Namun di
balik itu semua, pengobatan ethnomedicine juga mempunyai sisi positif, misalnya,
para penyembuh sangat menghargai masing-masing latar belakang kebudayaan para
pasiennya, dan mereka juga mendukung nilai kebudayaan tradisi para pasiennya
(Reiff dkk., 2003). Oleh karena itu pengobatan tradisional ini terkadang menjadi
pilihan bagi pasien dari budaya tertentu.
Pada dasarnya seseorang yang percaya dengan pengobatan tradisional karena
didukung oleh keluarga, tetangga, budaya dan faktor ekonomi, sehingga banyak
juga orang yang tidak percaya dengan pengobatan tradisional ini ataupun juga
sangat percaya dengan pengobatan tradisional. Oleh sebab itu, peneliti memilih
teori health belief model sebagai fokusnya. Menurut Rosenstock dkk., (dalam
Ogden, 2000) health Belief Model adalah model kognisi atau keyakinan akan
kesehatan yang ada didalam diri individu yang nantinya keyakinan kesehatan ini,
akan menunjukkan apakah individu melakukan atau tidak melakukan perilaku
sehat. Teori ini dipilih karena peneliti ingin melihat model kognisi atau keyakinan
kesehatan para pasien yang berobat ke pengobatan alternatif. Dengan menggunakan
enam aspek dari teori health belief model ini peneliti juga dapat mengetahui apa
alasan pasien memilih pengobatan tersebut dan melihat perilaku sehat yang telah
m

dilakukan oleh pasien. Dengan teori health belief model ini, peneliti juga dapat
mengetahui peta kognisi pasien yang berobat ke pengobatan alternatif. Selanjutnya,
peta kognisi ini akan membentuk perilaku yang nantinya perilaku tersebut dapat
mempengaruhi keseimbangan pada kesejahteraan pasien.
Alasan lainnya, yaitu health belief model ini adalah ranah ilmu dasar psikologi
klinis kesehatan yang banyak berkembang di budaya barat, sedangkan pengobatan
alternatif ethnomedicine banyak berkembang di Indonesia. Peneliti ingin meninjau
apakah teori ini dapat diterapkan di Indonesia yang jika dilihat kebudayaannya
berbeda dengan budaya yang ada di barat. Berbeda dengan penelitian-penelitian
terdahulu yang lebih banyak berfokus pada pengobatan biomedikal dan banyak juga
yang menggunakan teori health belief model dengan metode penelitian kuantitatif,
namun pada penelitian ini peneliti ingin melihat alasan para pasien pergi ke
pengobatan tradisional, karena jika dilihat di era modern ini peralatan medis
berkembang cukup pesat akan tetapi disisi lain masih ada yang memilih untuk
berobat ke pengobatan alternatif. Penelitian ini lebih berfokus pada bagaimana
health belief model yang ada didalam diri pasien yang pergi ke pengobatan
ethnomedicine. Penelitian ini juga relatif jarang dilakukan, sedangkan pengguna
pengobatan alternatif masih banyak, oleh karena itu penelitian ini bisa mengungkap
alasan seseorang pergi berobat ke pengobatan alternatif.

1.2. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah mengeksplorasi cara pengobatan
berbagai macam penyakit serta menambah pengetahuan dan wawasan kepada
pembaca dan penulis itu sendiri.

1.3. Manfaat Penulisan


1.3.1. Manfaat Teoritis
Penulisan makalah ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
bagi ilmu pengetahuan dan psikologi, khususnya dalam teori-teori
psikologi klinis dan di bidang ilmu kesehatan.
1.3.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Pembaca
Diharapkan penulisan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kepada pembaca tentang pengobatan berbagai macam penyakit.
2. Bagi Seluruh Pasien yang Mengalami Sakit
Diharapkan dari penulisan makalah ini, pasien yang mengalami sakit
dapat memiliki pandangan lebih kritis mengenai sisi plus-minus
pengobatan biomedis dan alternatif. Apabila memilih pendekatan
alternatif, diharapkan pasien mengetahui tujuan yang jelas dari pengobatan
tradisional tersebut dan apakah tujuan tersebut sejalan dengan pengobatan
medis atau malahan menghambat dan memunculkan masalah baru.
Penulisan makalah ini juga sebagai salah satu rujukan untuk mengarahkan
perilaku berobat yang tepat dan aman.
m

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengobatan Konvensional


Pengobatan konvensional adalah pengobatan yang dilakukan untuk
mengobati penyakit medis.Contoh pengobatan melalui medis: dilakukan oleh
dokter, melalui operasi untuk mengobati penyakit, dan menggunakan obat-obatan
untuk penyembuhannya.
Di dunia medis ada dokter sebagai orang yang ahli dalam pengobatan. Dokter
adalah orang yang memisahkan apa yang membahayakan manusia jika terkumpul,
mengumpulkan apa yang membahayakan manusia jika terpisah, mengurangi apa
yang membahayakan manusia jika berkurang.
Sehingga, hal ini mendatangkan kesehatan yang hilang serta menjaganya.
Umumnya dokter menggunakan obat-obatan yang telah dicampur dengan ramuan
untuk mengobati penyakit. Dokter juga menambahkan satu obat dengan obat yang
lain untuk membantu proses penyembuhannya.

2.1.1 Pengobatan Konvensional Diabetes Mellitus


Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menangani
diabetes tipe 2. Dokter akan menentukan metode yang tepat dan sesuai
dengan kondisi pasien.

Diet dan berolahraga


Metode ini perlu dilakukan untuk menangani diabetes, termasuk tipe 2.
Selain menurunkan kadar gula dalam darah, menerapkan pola hidup sehat
dengan rutin berolahraga dan mengonsumsi makanan bergizi seimbang juga
dapat mengurangi risiko terjadinya komplikasi penyakit.
Dokter akan menganjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan yang
kaya akan serat dan rendah lemak. Konsultasikan lebih lanjut dengan dokter
mengenai jenis makanan yang baik untuk dikonsumsi, dan tipe olahraga
beserta frekuensinya yang dianjurkan. Ketentuan pola makan dan olahraga
pada tiap orang dapat berbeda, sesuai kondisi tubuh.

Pemberian Obat
Dokter juga dapat meresepkan obat kepada pasien diabetes tipe 2 ketika
penanganan dengan menerapkan pola hidup sehat tidak cukup efektif.
Beberapa obat yang dapat digunakan untuk menangani diabetes tipe 2
meliputi:
 Metformin, untuk mengurangi produksi gula pada hati.
m

 Meglitinide dan sulfonylurea, untuk merangsang kerja pankreas agar


memproduksi insulin lebih banyak. Contoh obat meglitinide
adalah nateglinide, dan contoh obat sulfonylurea adalah glibenclamide.
 DPP-4, untuk meningkatkan produksi insulin dan mengurangi produksi
gula oleh hati. Contoh obat ini adalah sitagliptin.
 GLP-1 receptoragonist. Obat dapat memperlambat proses pencernaan
makanan, terutama yang mengandung gula, sekaligus menurunkan kadar
gula dalam darah. Contohnya exenatide.
 SGLT2 inhibitor. Obat ini bekerja dengan cara memengaruhi ginjal
membuang lebih banyak gula. Contohnya dapagliflozin.
Sebelum menggunakan obat, konsultasikan ke dokter terlebih dahulu,
agar dapat ditentukan jenis dan dosis obat yang sesuai. Jenis dan dosis yang
tidak sesuai berpotensi besar menimbulkan efek samping.
Selain obat-obatan, insulin tambahan dapat diberikan dokter dengan cara
disuntik. Terapi ini dapat digunakan ketika pengobatan lain tidak efektif.
Insulin tersedia dalam aneka jenis, dan masing-masingnya bekerja dengan
cara yang berbeda. Diskusikan dengan dokter mengenai jenis-jenis insulin
suntik.

Operasi Bariatrik
Berat badan berlebih menjadi salah satu faktor yang diduga
menyebabkan diabetes tipe 2. Operasi bariatrik berfungsi untuk menurunkan
berat badan dengan mengubah bentuk saluran pencernaan agar banyak
makanan yang dikonsumsi dapat dibatasi dan nutrisi yang terserap dapat
berkurang.

2.1.2 Pengobatan Konvensional Kanker Serviks


Pengobatan terhadap kanker serviks meliputi bedah, kemoterapi,
radioterapi, atau kombinasi ketiganya. Metode yang dipilih tergantung kepada
beberapa faktor, yaitu stadium kanker, jenis kanker, serta kondisi kesehatan
pasien. Sejumlah pengobatan yang dapat dilakukan pada kanker serviks
meliputi:

Bedah
Beberapa metode bedah dapat menangani kanker serviks, terutama pada
stadium awal. Di antaranya adalah:
1. Bedah laser. Bedah laser bertujuan menghancurkan sel kanker dengan
menembakkan sinar laser melalui vagina.
2. Cryosurgery. Cyrosurgery menggunakan nitrogen cair untuk membekukan
dan menghancurkan sel kanker.
3. Konisasi atau biopsi kerucut. Prosedur ini bertujuan mengangkat sel
kanker menggunakan pisau bedah, laser, atau kawat tipis yang dialiri
listrik (LEEP). Metode konisasi yang dipilih tergantung pada lokasi dan
jenis kanker.
4. Histerektomi. Histerektomi adalah bedah untuk mengangkat rahim
(uterus) dan leher rahim (serviks). Pengangkatan sel kanker dapat
m

dilakukan melalui sayatan di perut (abdominal hysterectomy), atau dengan


laparoskopi (laparoscopichysterectomy). Selain dua metode tersebut,
kanker juga bisa diangkat melalui vagina (vaginal hysterectomy). Pada
kanker yang sudah menyebar luas, dokter juga akan mengangkat area
vagina, serta ligamen dan jaringan di sekitarnya. Selain itu, ovarium
(indung telur), saluran indung telur, dan kelenjar getah bening di
sekitarnya juga akan diangkat. Prosedur ini disebut histerektomi radikal.
Perlu diketahui bahwa histerektomi akan membuat pasien tidak lagi bisa
memiliki anak, dan mengakibatkan menopause pada wanita yang
seharusnya belum mengalaminya. Selain itu, histerektomi juga dapat
menimbulkan komplikasi jangka pendek seperti infeksi, perdarahan,
terbentuknya gumpalan darah, dan cedera pada kandung kemih, ureter
(saluran urine dari ginjal ke kandung kemih), atau rektum. Sedangkan pada
kasus yang jarang, komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi
adalah limfedema (pembengkakan pada lengan dan tungkai akibat
penyumbatan saluran getah bening) dan inkontinensia urine (urine keluar
tidak terkontrol). Kemungkinan komplikasi lainnya dapat berupa
timbulnya sumbatan pada usus akibat terbentuknya jaringan parut, dan
nyeri saat berhubungan seks akibat vagina yang terlalu pendek dan kering.
5. Trakelektomi radikal. Bedah trakelektomi bertujuan mengangkat serviks,
vagina bagian atas, serta kelenjar getah bening di area pinggul, melalui
laparoskopi. Pada trakelektomi, rahim tidak ikut diangkat, dan
disambungkan ke bagian bawah vagina. Oleh karena itu, pasien masih
memungkinkan memiliki anak.
6. Bilateral salpingooophorectomy. Bedah ini digunakan untuk mengangkat
kedua ovarium dan tuba falopi.
7. Pelvicexenteration. Pelvicexenterationadalah operasi besar yang hanya
disarankan jika kanker serviks kambuh kembali setelah sempat sembuh.
Operasi ini dilakukan jika kanker kembali ke daerah panggul, tapi belum
menyebar ke wilayah lain. Ada dua tahapan  pelvicexenteration yang harus
dilewati. Di tahap pertama, kanker dan vagina akan diangkat. Kandung
kemih dan rektum juga mungkin ikut diangkat. Lalu pada tahap kedua, 1-2
lubang (stoma) akan dibuat di perut sebagai jalan untuk mengeluarkan
urine dan feses. Kotoran yang dibuang dimasukkan ke dalam kantung
penyimpanan yang disebut kantung kolostomi. Setelah prosedur bedah
selesai, dokter akan menggunakan kulit dan jaringan dari bagian tubuh lain
untuk membuat vagina baru.

Radioterapi
Radioterapi adalah metode pengobatan kanker yang menggunakan sinar
radiasi tinggi untuk membunuh sel kanker. Untuk kanker serviks stadium
awal, radioterapi bisa dijalankan sebagai pengobatan tunggal atau
dikombinasikan dengan bedah. Sedangkan pada kanker serviks stadium
lanjut, radioterapi dapat dikombinasikan bersama kemoterapi untuk
mengendalikan nyeri dan perdarahan.
Radioterapi bisa diberikan dengan dua cara, yaitu:
m

1. Radioterapi eksternal. Radioterapi eksternal atau disebut juga external


beam radiation therapy (EBRT), dilakukan dengan menggunakan mesin
radioterapi. Mesin ini akan menembakkan gelombang energi tinggi ke area
panggul pasien untuk menghancurkan sel kanker. Pada umumnya, pasien
menjalani EBRT 5 hari dalam seminggu, selama 6-7 pekan. EBRT akan
dikombinasikan dengan pemberian obat kemoterapi dalam dosis rendah,
seperti cisplatin. Walaupun demikian, EBRT juga dapat diberikan sebagai
pengobatan tunggal, terutama pada pasien yang tidak bisa menjalani
kemoterapi.
2. Radioterapi internal. Radioterapi internal atau brakiterapi dilakukan
dengan memasukkan implan radioaktif melalui vagina, dan ditempatkan
langsung di sel kanker atau di dekatnya. Brakiterapi sering dikombinasikan
dengan EBRT sebagai terapi utama kanker serviks. Brakiterapi dapat
diberikan dengan dosis rendah selama beberapa hari. Bisa juga diberikan
dalam dosis tinggi selama seminggu. Pada brakiterapi dosis tinggi, implan
radioaktif akan dimasukkan dan didiamkan selama beberapa menit, lalu
dikeluarkan.
Dalam jangka pendek, EBRT dapat menyebabkan efek samping seperti diare,
mual muntah, kram perut, tubuh lemas, iritasi kulit, perdarahan pada vagina
atau rektum, dan inkontinensia urine. Efek samping lainnya meliputi nyeri
pada vagina (terutama saat berkemih), perubahan siklus menstruasi,
menopause dini, cystitis, serta kekurangan sel darah seperti sel darah putih
(leukopenia). Sedangkan pada brakiterapi, efek samping jangka pendek yang
umumnya muncul adalah iritasi pada vagina.
Pada beberapa kasus, efek samping di atas dapat bersifat permanen. Tetapi,
kebanyakan efek samping akan hilang dalam 2 bulan setelah menyelesaikan
pengobatan.
Dalam jangka panjang, EBRT dan brakiterapi dalam menimbulkan efek
samping seperti vaginal stenosis(kondisi vagina menyempit atau memendek).
Kondisi ini akan menyebabkan nyeri pada vagina saat berhubungan seks.
Selain itu, terapi radiasi pada panggul dapat melemahkan tulang. Bahkan,
patah tulang panggul dapat terjadi 2-4 tahun setelah menjalani radioterapi.
Efek samping lainnya adalah limfedema atau pembengkakan pada kaki akibat
penyumbatan saluran getah bening.
Untuk mencegah efek samping seperti kemandulan, dokter akan menyarankan
pasien menjalani pengambilan sel telur, sehingga pasien dapat menjalani bayi
tabung di kemudian hari. Sedangkan untuk mencegah menopause dini,
ovarium bisa dipindahkan ke area panggul yang tidak terkena radiasi.
Prosedur ini dikenal dengan istilah ovariantransposition.

Kemoterapi
Kemoterapi adalah metode pengobatan dengan memberikan pasien obat
antikanker dalam bentuk obat minum atau suntik. Obat ini dapat memasuki
aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Oleh karena itu, kemoterapi
sangat berguna dalam membunuh sel kanker berbagai area tubuh.
m

Umumnya, kemoterapi dikombinasikan dengan radioterapi secara bersamaan


untuk meningkatkan efektivitas radioterapi. Metode ini disebut juga dengan
kemoradiasi. Contoh obat yang digunakan dalam kemoradiasi adalah cisplatin
(diberikan 4 jam sebelum pasien menjalani radioterapi) atau cisplatin dengan
5-fluorouracil (diberikan tiap 4 minggu selama pasien menjalani radioterapi).
Kemoterapi juga digunakan untuk menangani kanker yang telah menyebar ke
organ dan jaringan lain. Beberapa obat kemoterapi yang digunakan dalam
kondisi ini, antara lain adalah carboplatin, cisplatin, gemcitabine,
atau paclitaxel.
Selain dikombinasikan dengan radioterapi, kemoterapi juga dapat diberikan
sebagai pengobatan tunggal pada kanker serviks stadium lanjut. Tujuannya
adalah untuk memperlambat penyebaran sel kanker dan meredakan gejala
yang dialami. Metode ini disebut juga kemoterapi paliatif.
Meskipun ampuh dalam membunuh sel kanker, kemoterapi juga dapat
merusak sel tubuh yang sehat. Oleh karena itu, sejumlah efek samping
muncul akibat penggunaan obat kemoterapi. Efek samping yang muncul
tergantung kepada jenis dan dosis obat yang digunakan, serta lama
pengobatan yang dijalani. Efek samping yang paling sering timbul pada
pasien yang menjalani kemoterapi adalah rambut rontok. Walaupun
demikian, tidak semua obat kemoterapi menyebabkan kerontokan rambut,
contohnya cisplatin.
Obat kemoterapi dapat merusak sel penghasil darah di tulang sumsum.
Kondisi ini akan menyebabkan tubuh kekurangan sel darah, sehingga pasien
rentan mengalami infeksi, memar dan perdarahan, serta sesak napas.
Beberapa efek samping lain yang dapat muncul akibat kemoterapi adalah:
 Diare
 Kehilangan nafsu makan
 Mual muntah
 Sariawan
 Lemas
Perlu diketahui bahwa obat kemoterapi dapat merusak ginjal. Oleh karena itu,
penting bagi pasien yang menjalani kemoterapi untuk rutin melakukan tes
darah, agar kondisi ginjal selalu terpantau.

Terapi Target
Terapi target adalah pemberian obat yang menghambat pertumbuhan tumor.
Jenis obat yang digunakan dalam terapi target memiliki fungsi yang berbeda
dengan obat kemoterapi biasa. Salah satu golongan obat terapi target adalah
penghambat angiogenesis (misalnya, bevacizumab). Obat ini bekerja dengan
menghambat angiogenesis, yaitu proses di mana tumor membentuk pembuluh
darah baru, guna mendukung perkembangannya.
Efek samping yang mungkin muncul akibat terapi target dapat berupa tekanan
darah tinggi, lemas, dan kehilangan nafsu makan. Pada kasus yang jarang,
efek samping yang lebih serius meliputi perdarahan, terbentuknya gumpalan
darah, dan terbentuknya fistula (saluran abnormal antara vagina dan bagian
usus besar).
m

Setelah kanker berhasil diangkat, sangat penting bagi pasien untuk menjalani
pemeriksaan lanjutan, terutama pada vagina dan leher rahim (jika rahim
belum diangkat). Pemeriksaan bertujuan untuk melihat kemungkinan kanker
tumbuh kembali. Bila pemeriksaan menunjukkan hasil yang mencurigakan,
dokter dapat menjalankan biopsi.
Pasien disarankan menjalani pemeriksaan lanjutan tiap 3-6 bulan sekali,
selama 2 tahun pertama setelah pengobatan selesai. Lalu dilanjutkan tiap 6-12
bulan untuk 3 tahun berikutnya.
Bagi pasien yang sedang hamil, pengobatan kanker serviks tergantung
stadium dan umur kehamilan. Pada penderita kanker serviks stadium 1,
dokter bisa menjalankan konisasi atau trakelektomi radikal. Sedangkan pada
pasien kanker serviks stadium 2 sampai stadium 4, tidak dibolehkan
menjalani radioterapi atau bedah hingga pasien melahirkan. Sebagai gantinya,
dokter dapat memberikan kemoterapi pada trimester kedua atau ketiga
kehamilan.

2.1.3 Pengobatan Konvensional Kanker Payudara


Pengobatan kanker payudara bisa dengan prosedur bedah, kemoterapi,
radioterapi, atau terapi hormon. Pada sejumlah kasus, dua atau lebih prosedur
dikombinasikan untuk mengobati kanker payudara. Pengobatan yang dipilih
tergantung pada tipe, stadium, dan tingkat sel kanker.

Bedah Lumpektomi
Bedah lumpektomi dilakukan untuk mengangkat tumor yang tidak terlalu
besar beserta sebagian kecil jaringan sehat di sekitarnya. Prosedur ini
umumnya diikuti radioterapi untuk mematikan sel kanker yang mungkin
tertinggal di jaringan payudara. Pasien dengan tumor yang besar bisa
menjalani kemoterapi terlebih dahulu untuk menyusutkan ukuran tumor,
sehingga tumor bisa dihilangkan dengan lumpektomi.

Bedah Mastektomi
Pilihan prosedur bedah yang lain adalah mastektomi, yaitu bedah yang
dilakukan oleh dokter bedah onkologi untuk mengangkat seluruh jaringan di
payudara. Mastektomi dilakukan jika pasien tidak bisa ditangani dengan
lumpektomi. Ada beberapa tipe bedah mastektomi, yaitu:
 Simple/total mastectomy – Dokter mengangkat seluruh payudara,
termasuk putting, areola, dan kulit yang menutupi Pada beberapa kondisi,
beberapa kelenjar getah bening bisa ikut diangkat.
 Skin-sparing mastectomy – Dokter hanya mengangkat kelenjar payudara,
putting, dan areola. Jaringan dari bagian tubuh lain akan digunakan untuk
merekonstruksi ulang payudara.
 Nipple-sparing mastectomy – Jaringan payudara diangkat, tanpa
menyertakan kulit payudara dan puting. Namun jika ditemukan kanker
pada jaringan di bawah puting dan areola, maka puting payudara juga akan
diangkat.
m

 Modifiedradicalmastectomy – Prosedur ini mengombinasikan


simplemastectomy dan pengangkatan seluruh kelenjar getah bening di
ketiak.
 Radicalmastectomy – Dokter mengangkat seluruh payudara, kelenjar
getah bening di ketiak, dan otot dada (pectoral).
 Doublemastectomy – Prosedur ini dilakukan sebagai pencegahan pada
wanita yang berisiko tinggi terserang kanker payudara dengan mengangkat
kedua payudara.

Bedah Pengangkatan Kelenjar Getah Bening


Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah kanker sudah
tersebar ke kelenjar getah bening di ketiak. Pemeriksaan ini juga untuk
menentukan stadium kanker yang dialami pasien. Pengangkatan kelenjar
getah bening dapat dilakukan bersamaan dengan operasi pengangkatan tumor
di payudara, atau dilakukan secara terpisah. Dua jenis pembedahan untuk
mengangkat kelenjar getah bening adalah:
 Sentinel lymph node biopsy (SLNB). Dokter hanya mengangkat kelenjar
getah bening di ketiak yang kemungkinan akan terlebih dulu terkena
kanker.
 Axillary lymph node dissection (ALND). Dokter mengangkat lebih dari 20
kelenjar getah bening di ketiak.
Komplikasi yang timbul dari bedah untuk kanker payudara tergantung dari
prosedur yang dilakukan. Secara umum, prosedur bedah bisa menyebabkan
pendarahan, nyeri, dan pembengkakan lengan (limfedema).

Radioterapi
Pilihan pengobatan lain bagi pasien kanker payudara adalah radioterapi atau
terapi radiasi dengan menggunakan sinar berkekuatan tinggi, seperti sinar-X
dan proton. Radioterapi bisa dilakukan dengan menembakkan sinar ke tubuh
pasien menggunakan mesin (radioterapi eksternal), atau dengan
menempatkan material radioaktif ke dalam tubuh pasien (brachytherapy)
Radioterapi eksternal biasanya dijalankan setelah pasien selesai menjalani
lumpektomi, sedangkan brachytherapy dilakukan jika kecil risikonya untuk
muncul kanker payudara kembali. Dokter juga bisa menyarankan pasien
untuk menjalani radioterapi pada payudara setelah mastektomi, untuk kasus
kanker payudara yang lebih besar dan telah menyebar ke kelenjar getah
bening.
Radioterapi atau terapi radiasi pada kanker payudara dapat berlangsung
selama 3 hari hingga 6 minggu, tergantung dari jenis terapi yang dilakukan.
Radioterapi bisa menimbulkan komplikasi seperti kemerahan pada area yang
disinari, serta payudara juga mungkin dapat menjadi keras dan membengkak.

Terapi Hormon
Pada kasus kanker yang dipengaruhi hormon estrogen dan progesteron,
dokter bisa menyarankan pasien menggunakan penghambat estrogen,
m

seperti tamoxifen. Obat ini bisa diberikan pada pasien selama 5 tahun.


Sedangkan obat penghambat aromatase, seperti anastrozole, letrozole,
dan exemestane, diresepkan dokter untuk menghambat produksi hormon
estrogen pada wanita yang telah melewati masa menopause.
Pada wanita yang belum mencapai menopause, hormon pelepas
gonadotropin, seperti goserelin, bisa digunakan untuk mengurangi kadar
estrogen pada rahim. Pilihan lain adalah dengan mengangkat indung telur
atau menghancurkannya dengan radioterapi agar hormon tidak terbentuk.
Obat lain pada kanker ER positif atau PR positif adalah everolimus, yang
menghambat fungsi protein mTOR agar sel kanker tidak bertumbuh dan
membentuk pembuluh darah baru. Efek samping dari everolimus antara lain
adalah diare dan muntah, bahkan bisa meningkatkan kadar kolesterol,
trigliserida, dan gula dalam darah.

Kemoterapi
Kemoterapi yang dilakukan setelah bedah (adjuvant chemotherapy),
bertujuan untuk membunuh sel kanker yang mungkin tertinggal saat prosedur
bedah, atau sel kanker sudah menyebar namun tidak terlihat meski dengan tes
pemindaian. Sel kanker yang tertinggal tersebut bisa tumbuh dan membentuk
tumor baru di organ lain.
Sedangkan kemoterapi yang dilakukan sebelum bedah (neoadjuvant
chemotherapy) bertujuan untuk menyusutkan ukuran tumor agar bisa
diangkat dengan pembedahan. Kemoterapi jenis ini biasanya dilakukan untuk
menangani kanker yang ukurannya terlalu besar untuk dibuang melalui
operasi.
Jenis obat yang umum digunakan pada  adjuvant chemotherapy dan 
neoadjuvant chemotherapy adalah  anthracylines 
(doxorubicin dan epirubicin), taxanes (paclitaxel dan docetaxe), cyclophosph
amide, carboplatin, dan 5-fluorouracil. Umumnya dokter mengombinasikan
2 atau 3 obat di atas.
Kemoterapi juga bisa digunakan pada kanker stadium lanjut, terutama pada
wanita dengan kanker yang telah menyebar hingga ke area ketiak. Lama
terapi tergantung pada seberapa baik respon pasien. Jenis obat yang umumnya
digunakan adalah vinorelbine, capecitabine, dan gemcitabine. Untuk kanker
stadium lanjut, dokter bisa menggunakan satu obat, atau mengombinasikan
dua obat.
Obat kemoterapi umumnya diberikan secara intravena, bisa dengan suntikan
atau dengan infus. Pasien diberikan obat dalam siklus yang diikuti masa
istirahat untuk memulihkan diri dari efek yang ditimbulkan obat. Siklus ini
biasanya berlangsung dalam 2 hingga 3 minggu, dengan jadwal pemberian
tergantung pada jenis obatnya.
Efek samping yang timbul dari kemoterapi tergantung dari obat yang
digunakan, namun umumnya pasien mengalami kerontokan rambut, infeksi,
mual, dan muntah. Dalam beberapa kasus, kemoterapi bisa menyebabkan
menopause yang terlalu dini, kerusakan saraf, kemandulan, serta kerusakan
m

jantung dan hati. Meski sangat jarang terjadi, kemoterapi juga bisa
menyebabkan kanker darah.

Terapi Target
Terapi lain untuk pasien kanker payudara adalah terapi target. Terapi ini
menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker, tanpa merusak sel-sel
yang sehat. Terapi target umumnya diterapkan pada kanker HER2 positif.
Obat yang digunakan pada terapi target ditujukan untuk menghambat
perkembangan protein HER2, yang membantu sel kanker tumbuh lebih
agresif. Beberapa obat yang digunakan dalam terapi target
adalah trastuzumab, pertuzumab, dan lapatinib. Obat-obat tersebut ada yang
diberikan secara oral atau melalui suntikan, dan bisa digunakan untuk
mengobati kanker stadium awal maupun stadium lanjut.
Efek samping yang mungkin muncul dari terapi target pada kanker HER2
positif bisa ringan atau berat, di antaranya kerusakan jantung yang bisa
berkembang ke gagal jantung. Risiko gangguan jantung bisa meningkat jika
obat terapi target dikombinasikan dengan kemoterapi. Efek samping lain yang
mungkin timbul adalah pembengkakan pada tungkai, sesak napas, dan diare.
Penting untuk diingat, obat ini tidak disarankan untuk mengobati kanker
payudara pada wanita hamil, karena bisa menyebabkan keguguran.

2.1.4 Pengobatan Konvensional Kanker Colon


Semakin cepat kanker kolorektal terdeteksi dan diobati, semakin tinggi
harapan pengidap untuk disembuhkan. Namun bila kanker terlambat
terdeteksi dan sudah berkembang pada stadium lanjut, langkah pengobatan
akan dilakukan untuk mencegah penyebaran kanker sekaligus meredakan
gejala yang dialami oleh pengidap.
Sama seperti pengobatan kanker pada umumnya, pengobatan kanker
kolorektal juga meliputi operasi, kemoterapi, dan radioterapi. Namun,
kombinasi ketiga langkah pengobatan tersebut tergantung pada kondisi
kesehatan pengidap dan tingkat penyebaran kanker.

Operasi
Tindakan medis ini merupakan penanganan utama untuk kanker kolorektal.
Pertama-tama, dokter akan melakukan reseksi, yaitu memotong bagian kolon
atau rektum yang ditumbuhi kanker. Selain itu, jaringan dan kelenjar getah
bening di sekitar bagian usus yang terkena kanker juga akan diangkat.
Selanjutnya akan dilanjutkan dengan langkah anastomosis, yaitu
penyambungan masing-masing ujung saluran cerna yang dipotong dengan
cara dijahit.
Namun, pada kasus kanker di mana bagian yang sehat hanya tersisa sedikit,
anastomosis sulit dilakukan. Jadi, untuk mengatasi kondisi tersebut, biasanya
akan dilakukan kolostomi, yaitu pembuatan lubang (stoma) di dinding perut.
Stoma dibuat tersambung ke ujung usus yang sudah dipotong, tujuannya
m

untuk mengeluarkan feses melalui dinding perut. Feses yang keluar akan
ditampung dalam sebuah kantong yang ditempelkan pada bagian luar dinding
perut. 

Kemoterapi dan Radioterapi


Kedua terapi ini bertujuan untuk membunuh sel kanker dan menghentikan
perkembangbiakannya. Kemoterapibisa diberikan dalam bentuk obat tablet
(seperti capecitabine) atau suntikkan (5-fluorouracil, irinotecan, oxaliplatin).
Sedangkan radioterapi adalah terapi menggunakan sinar radiasi berkekuatan
tinggi yang bisa diberikan secara eksternal atau secara internal, yaitu dengan
memasukkan kateter atau kawat yang mengandung radiasi ke dalam area
tubuh yang terkena kanker.
Kemoterapi dan radioterapi juga biasanya dilakukan sebagai terapi sebelum
atau setelah operasi. Bila dilakukan sebelum operasi, tujuannya adalah untuk
mengecilkan tumor agar lebih mudah diangkat. Sedangkan kemoterapi dan
radioterapi yang dilakukan setelah operasi, bertujuan untuk membunuh sisa-
sisa sel kanker yang sudah menyebar ke area lain. 

2.1.5 Pengobatan Konvensional Leukemia


Perawatan untuk leukemia tergantung pada banyak faktor. Dokter
biasanya menentukan pilihan perawatan leukemia berdasarkan usia, kondisi
kesehatan pengidap secara keseluruhan, jenis leukemia yang dimiliki dan
apakah kanker telah menyebar ke bagian lain dari tubuh. Berikut jenis terapi
yang sering digunakan untuk menghapus sel-sel kanker :
1. Kemoterapi. Kemoterapi adalah pengobatan yang sering dipilih untuk
leukemia. Perawatan  ini menggunakan obat-obatan kimia untuk
membunuh sel-sel leukemia.
2. Terapi biologis. Terapi biologis bekerja dengan membantu sistem
kekebalan mengenali dan menyerang sel-sel leukemia.
3. Terapi yang ditargetkan. Terapi yang ditargetkan menggunakan obat-
obatan yang menyerang kerentanan spesifik dalam sel kanker.
4. Terapi radiasi. Terapi radiasi menggunakan sinar-X atau sinar berenergi
tinggi lainnya untuk merusak sel-sel leukemia dan menghentikan
pertumbuhannya. Selama terapi radiasi, pengidap diharuskan berbaring di
meja sementara sebuah mesin besar bergerak di sekitar dan mengarahkan
radiasi ke titik-titik yang tepat pada tubuh.
5. Transplantasi sel induk. Transplantasi sel induk adalah prosedur untuk
menggantikan sumsum tulang yang sakit dengan sumsum tulang yang
sehat. Sebelum transplantasi sel induk, pengidap perlu melakukan
kemoterapi dosis tinggi atau terapi radiasi untuk menghancurkan sumsum
tulang yang sakit. 

2.1.6 Pengobatan Konvensional Tumor Otak


Pengobatan tumor otak sangat tergantung pada jenis, ukuran, dan lokasi
tumor. Kondisi kesehatan penderita secara umum juga akan dipertimbangkan
m

dalam menentukan jenis pengobatan yang sesuai. Berikut adalah beberapa


jenis pengobatan pada kasus tumor otak:

Radioterapi 
Radioterapi bertujuan untuk menyusutkan ukuran tumor, dengan cara
membunuh sel-sel tumor menggunakan energi radiasi. Sinar radiasi dapat
dihasilkan oleh alat khusus di luar tubuh (radiasi eksternal) atau dipasang di
dekat lokasi tumor (brakiterapi). Terdapat juga teknik radioterapi yang
dinamakan radiosurgery (gamma knifesurgery), dengan energi yang lebih
besar tetapi lebih terarah.

Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan untuk membunuh sel-sel tumor menggunakan obat-
obatan yang dapat diberikan dalam bentuk tablet atau suntikan. Beberapa
contoh obat yang digunakan untuk kemoterapi
adalah temozolomide dan vincristine. Kemoterapi dapat dikombinasikan
dengan radioterapi agar sel-sel tumor dapat dibasmi secara maksimal.

Operasi pengangkatan tumor


Operasi bertujuan mengangkat jaringan tumor sebanyak mungkin tanpa
merusak jaringan sehat di sekitarnya. Tindakan ini memerlukan proses
pencukuran rambut sebelum melubangi bagian yang memiliki tumor.
Pembiusan akan dilakukan sebelum proses ini dilakukan.
Untuk membantu mengatasi gejala yang disebabkan oleh tumor, penderita
tumor otak akan diberikan obat-obatan sebelum dan sesudah menjalani
pengobatan tumor. Contoh obat yang diberikan adalah:
 Antikonvulsan untuk mengatasi
 Kortikosteroid untuk mengurangi pembengkakan otak.
 Pereda nyeri untuk mengatasi sakit kepala.
 Obat-obatan untuk mengurangi rasa mual dan muntah.

2.1.7 Pengobatan Konvensional Kanker Nasopharing


Pilihan penanganan kanker tergantung pada beberapa faktor, seperti jenis
kanker, stadiumnya, ukuran tumor, serta kondisi kesehatan Anda.
Berikut adalah tiga jenis pengobatan standar yang direkomendasikan:

Terapi radiasi
Terapi radiasi atau radioterapi menggunakan cahaya berkekuatan tinggi,
seperti X-ray atau proton, untuk membunuh sel kanker. Pada kanker jenis ini,
terapi radiasi biasanya dilakukan dengan prosedur radiasi eksternal. Dalam
beberapa kasus, terapi radiasi dapat dikombinasikan dengan kemoterapi. Efek
samping dari prosedur ini adalah kulit kemerahan, rambut rontok, dan mulut
kering.
m

Kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan yang dilakukan untuk membunuh sel-sel
kanker. Pengobatan dapat diberikan dengan cara diminum dalam bentuk pil,
disuntikkan ke pembuluh darah, atau kombinasi dari keduanya.
Kemoterapi untuk mengobati kanker jenis ini biasanya dilakukan dengan tiga
cara:
 Kemoterapi digabungkan dengan terapi radiasi
 Kemoterapi setelah terapi radiasi dilakukan
 Kemoterapi sebelum terapi radiasi dilakukan
Operasi
Prosedur bedah atau operasi merupakan alternatif yang jarang dipilih.
Biasanya, operasi dilakukan untuk mengangkat kelenjar getah bening di leher
yang telah terdampak sel-sel kanker. Namun, dalam beberapa kasus, prosedur
bedah dilakukan untuk mengangkat tumor di nasofaring.

2.1.8 Pengobatan Konvensional Kanker Abdomen


Metode pengobatan kanker lambung tergantung pada stadium kanker
serta kondisi kesehatan pasien secara umum. Sedangkan peluang untuk
sembuh dari kanker lambung, tergantung pada stadium kanker saat awal
terdiagnosa, serta kondisi kesehatan dan usia pasien.
Jenis pengobatan yang dapat dijalani antara lain operasi, kemoterapi,
radioterapi, dan terapi obat bertarget. Keempat jenis pengobatan tersebut
sering kali dikombinasikan, agar sel-sel kanker pada lambung dapat dibasmi
secara maksimal.

Operasi
Operasi lambung dilakukan untuk mengangkat jaringan kanker dari lambung.
Jenis operasi yang dilakukan tergantung pada stadium kanker pasien. Apabila
kanker masih stadium awal dan baru berkembang pada lapisan dalam
lambung, operasi dapat dilakukan dengan bantuan gastroskopi.
Metode operasi lain yang dapat dipilih dokter untuk mengatasi kanker
lambung adalah gastrektomi. Melalui prosedur ini, dokter akan mengangkat
sebagian atau seluruh bagian lambung yang terkena kanker.
Gastrektomi dilakukan jika jaringan kanker sudah menyebar ke bagian
lambung lainnya hingga ke jaringan sekitar lambung. Melalui gastrektomi,
sebagian jaringan di sekitar lambung beserta kelenjar getah bening dapat ikut
diangkat.
Tindakan operasi, khususnya gastrektomi, berisiko menimbulkan komplikasi
berupa perdarahan, infeksi, dan gangguan pencernaan.

Radioterapi
Radioterapi dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker menggunakan sinar
khusus. Sinar radiasi yang digunakan untuk membunuh sel-sel kanker dapat
berasal dari alat yang dipasang di kulit dekat lambung pasien (radiasi internal)
atau menggunakan alat khusus radiasi di rumah sakit (radiasi eksternal).
m

Radioterapi dapat dilakukan sebelum atau sesudah pengobatan kanker


lainnya. Radioterapi yang dilakukan sebelum pasien menjalani operasi
bertujuan untuk mengecilkan ukuran kanker. Sedangkan radioterapi setelah
operasi bertujuan untuk membasmi sel-sel kanker yang masih tersisa setelah
operasi.
Radioterapi harus dilakukan secara rutin dan jadwalnya akan diatur oleh
dokter. Meski tidak merasa sakit saat prosedur radioterapi dilakukan, pasien
dapat mengalami efek samping setelahnya, berupa diare, lelah, mual, muntah,
dan gangguan pencernaan.

Kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan untuk membunuh sel-sel kanker melalui
pemberian sejumlah obat. Obat-obatan kemoterapi dapat berbentuk tablet,
infus, atau kombinasi keduanya. Obat kemoterapi biasanya merupakan
kombinasi 2 atau 3 jenis obat berikut:
 Epirubicin
 Cisplatin
 Capecitabine
 Fluorouracil
 Oxaliplatin
 Irinotecan
Kemoterapi akan dikombinasikan dengan radioterapi atau operasi. Untuk
kanker lambung stadium lanjut yang tidak bisa dioperasi, kemoterapi dapat
membantu menghambat perkembangan kanker dan meredakan gejala yang
dirasakan. Kemoterapi dapat dilakukan selama beberapa minggu hingga
beberapa bulan. Prosedur ini akan menimbulkan beberapa efek samping,
seperti mual, muntah, diare, anemia, rambut rontok, dan penurunan berat
badan. Biasanya efek samping tersebut akan hilang setelah pengobatan
kemoterapi berakhir.

Terapi Obat Bertarget


Terapi obat bertarget memiliki dua fungsi, yaitu menyerang sel yang
mengalami mutasi genetik menjadi sel kanker, atau merangsang sistem
kekebalan tubuh untuk membasmi sel-sel tersebut. Terapi obat bertarget dapat
dikombinasikan dengan kemoterapi. Beberapa jenis obat yang digunakan
pada terapi obat bertarget adalah:
 Imatinib
 Regorafenib
 Sunitinib
 Trastuzumab
 Ramucirumab
Pada kanker lambung stadium akhir, pengobatan biasanya hanya difokuskan
untuk mengurangi gejala, agar pasien merasa lebih nyaman.

2.1.9 Pengobatan Konvensional Penyakit Lupus


m

Lupus tidak bisa disembuhkan. Pengobatan lupus lebih bertujuan untuk


meringankan gejala, membantu mencegah kekambuhan penyakit, dan
meminimalkan risiko kerusakan yang terjadi pada organ. Perkembangan
penyakit lupus bisa berubah-ubah, sehingga pilihan obat dan cara pengobatan
pada satu pasien yang sama pun dapat berganti seiring berjalannya waktu. Hal
ini akan disesuaikan dengan gejala dan tingkat keparahan penyakit. Meski
demikian, berikut adalah pilihan cara umum untuk menangani lupus:

Pemberian Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat diberikan pada penderita lupus adalah:
 Obat antiinflamasinonsteroid (OAINS), seperti naproxen dan ibuprofen,
untuk mengatasi nyeri dan demam.
 Obat antimalaria, seperti hydroxychloroquine, untuk membantu mencegah
kekambuhan serta meredakan gejala lupus.
 Kortikosteroid, seperti prednison, untuk mengatasi peradangan yang
terjadi pada lupus dengan mengontrol kerja sistem imun.
 Obat imunosupresan, seperti methotrexatedan azathioprine, untuk
menekan kerja sistem imun.
 Agen biologis, seperti belimumab dan rituximab, untuk mengurangi
jumlah protein tertentu yang memicu lupus.

Perubahan Gaya Hidup


Lupus merupakan penyakit jangka panjang dengan gejala yang dapat hilang
timbul. Oleh karena itu, selain menggunakan obat yang diresepkan dokter,
penderita lupus juga dianjurkan untuk menjalani gaya hidup sehat agar
pengobatannya efektif. Gaya hidup sehat yang dimaksud adalah:
 Melindungi kulit dari paparan sinar matahari secara langsung, misalnya
dengan menggunakan pakaian tertutup dan mengoleskan tabir surya
 Rajin berolahraga, untuk menjaga kekuatan otot, tulang, serta
memperbaiki suasana hati
 Beristirahat dan tidur dengan cukup
 Menerapkan pola makan sehat, seperti memperbanyak konsumsi buah,
sayur, dan biji-bijian utuh
 Mengonsumsi vitamin dan suplemen, seperti vitamin D atau suplemen
kalsium, jika disarankan dokter
 Menghindari konsumsi alkohol, karena alkohol bisa berinteraksi dengan
beberapa obat untuk lupus
 Berhenti merokok, karena kebiasaan ini berdampak buruk pada kesehatan
tubuh, termasuk kesehatan paru-paru dan jantung
 Melakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami penyakit infeksi
Penderita lupus juga disarankan untuk melakukan kontrol rutin sesuai jadwal
yang diberikan oleh dokter. Hal ini bertujuan agar kondisi dan kemajuan
pengobatan bisa terpantau. Dengan tekun menjalani pengobatan dan
menerapkan gaya hidup sehat, sekitar 80–90% penderita lupus dapat hidup
normal dengan angka harapan hidup yang tinggi.
m

2.1.10 Pengobatan Konvensional Penyakit Thalasemia


Pengobatan thalasemia ditentukan berdasarkan tipe dan tingkat
keparahanthalasemia. Penderita thalasemia minor biasanya tidak
membutuhkan penanganan khusus. Sedangkan penderita thalasemia mayor
membutuhkan penanganan berupa:

Transfusi Darah Berulang
Penderita thalasemia mayor perlu melakukan transfusi darah tiap beberapa
minggu. Sebelum transfusi darah dilakukan, darah penderita dan darah
donor akan dicocokkan untuk menghindari reaksi yang tidak diinginkan.
Meskipun diperlukan, transfusi darah yang dilakukan berulang kali dapat
menyebabkan penumpukan zat besi di dalam tubuh. Kondisi ini bisa
menimbulkan komplikasi berupa penyakit liveratau penyakit jantung.
Untuk mencegahnya, penderita perlu mendapatkan terapi kelasi. Obat yang
diberikan dalam terapi ini bisa dalam bentuk tablet maupun suntik, dan
berfungsi untuk menarik zat besi dari dalam tubuh. Contoh obatnya
adalah deferiprone, deferasirox, dan deferoxamine. Terapi kelasi akan
dimulai satu atau dua tahun setelah penderita menjalani transfusi darah
rutin.

Transplantasi Sumsum Tulang


Prosedur ini dilakukan untuk menggantikan sumsum tulang yang terkena
thalasemia. Sumsum tulang yang akan ditransplantasikan diambil dari
pendonor yang sehat dan cocok dengan penderita, agar sumsum tulang ini
dapat menghasilkan sel darah yang normal.
Sayangnya, risiko prosedur ini cukup serius, yaitu penolakan tubuh
penderita terhadap sumsum tulang donor. Itulah sebabnya manfaat dan
risiko pengobatan thalasemia dengan transplantasi sumsum tulang perlu
didiskusikan secara mendalam dengan dokter. Prosedur ini biasanya hanya
dianjurkan pada thalasemia yang sudah parah.

Operasi Pengangkatan Limpa


Prosedur operasi pengangkatan limpa (splenektomi) dilakukan jika organ
limpa sudah sangat membesar, karena pembesaran organ limpa
(splenomegali) akan memperparah anemia yang dialami penderita.
Namun sebelum operasi, penderita akan diminta untuk melakukan
vaksinasi, seperti vaksinasi untuk penyakit hepatitis B, pneumonia, dan
meningitis. Hal ini dilakukan karena penderita akan lebih berisiko untuk
mengalami infeksi setelah organ limpanya diangkat.

Menerapkan Pola Hidup Sehat


Penderita thalasemia perlu menjalani pola hidup sehat, dan dianjurkan untuk
mengonsumsi makanan rendah lemak, sayuran, dan buah-buahan. Penderita
sebaiknya membatasi makanan yang mengandung zat besi, seperti daging
sapi dan ati ayam. Olahraga secara rutin juga penting untuk dilakukan.
Namun, sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter mengenai jenis olahraga
m

yang aman serta intensitasnya. Untuk melindungi diri dari infeksi, penderita
dianjurkan untuk rajin mencuci tangan dan membatasi interaksi dengan
orang sakit. Perlindungan ini dibutuhkan terutama untuk penderita yang
sudah menjalani operasi pengangkatan limpa.

2.2 Terapi Komplementer


Terapi komplementer adalah terapi yang dilakukan untuk menangani penyakit
di luar tindakan konvensional dari dokter. Disebut sebagai terapi komplementer
karena beberapa terapi tersebut melengkapi penanganan medis dan rumah sakit.
Walau berpotensi untuk membantu penanganan konvensional dari dokter, penting
untuk diingat bahwa terapi komplementer tidak menggantikan pengobatan dokter.
Dengan demikian, Anda amat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter
sebelum menjalani terapi komplementer.

2.2.1 Pengobatan Komplementer Diabetes Mellitus


2.2.2 Pengobatan Komplementer Kanker Serviks
2.2.3 Pengobatan Komplementer Kanker Payudara
2.2.4 Pengobatan Komplementer Kanker Colon
2.2.5 Pengobatan Komplementer Leukemia
2.2.6 Pengobatan Komplementer Tumor Otak
2.2.7 Pengobatan Komplementer Kanker Nasopharing
2.2.8 Pengobatan Komplementer Kanker Abdomen
2.2.9 Pengobatan Komplementer Penyakit Lupus
2.2.10 Pengobatan Komplementer Penyakit Thalasemia

2.3 Pengobatan Tradisional


Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan
menggunakan obat/ramuan yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan
turun-temurun secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan ditetapkan
sesuai dengan normal yang berlaku di masyarakat.
2.3.1 Pengobatan Tradisional Diabetes Mellitus

1. DIABETES MELLITUS
a. Terapi medis penyakit diabetes Mellitus
- Metformin
- Terapi Insulin
- Tolbutomid, tolazamid, saetoheksimid, klorpropamid,
- Gliburid, glipizid,glikazid,glimepirid
b. Terapi komplementer penyakit diabetes Mellitus
- Terapi reiki
m

Reiki merupakan terapi komplementer untuk menurunkan kadar glukosa


darah
Senam aerobic
Untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh khususnya yang
meningkatkan efesiensi metabolisme tubuh
- Senam kaki diabetic
Kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes mellitus untuk
mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah
bagian kaki.
- Pisang
Pisang mengandung 23% kalium yang memelihara kesehatan otot. Menurut
American diabetes Asociation, meskipun pisang mengandung karbohidrat
pisang aman di konsumsi oleh penderita diabetes Mellitus
- Buah delima
Mengkonsumsi satu gelas jus delima selama3 bulan dapat menurunkan
resiko penyakit jantung akibat diabetes mellitus
- Anggur merah
Menurut journal of nutrition, anggur dan golongannya merupakanbuah
yang baik untuk diabetes.
c. Terapi Tradisional diabetes Mellitus
Penggolongan simplia Nabati
- Kulit (cortex)
Kulit bagian terluar dari tanamantingkat tinggi yang berkayu
- Kayu (lignum)
Bagian dari batang atau cabang
- Daun (folium)
- Herba
- Bunga (flos)
- Akar (radix)
- Umbi (bulbus)
- Rimpang (rhizoma)
- Buah (fructus)
- Kulit buah
- Kayu manis
- Lidah buaya
- Bawang putih
- Pare
- Ginseng
- Pepaya
- Okra
m

- Ketumbar
- Jamu

1. Sambiloto
Daun sambiloto mempunyai kandungan senyawa aktif yaitu flavanoid
yang mengandung antioksidan yang dapat mengikat radikal di dalam
tubuh. Selain itu, ditemukan pula kandungan andrografolid yang mampu
menurunkan kadar gula darah pada tikus dengan diabetes
melitus.Sebelumnya, juga pernah ada penelitian dari National Univerisity
of Singapore yang melaporkan bahwa ekstrak sambiloto dapat
menurunkan kadar glukosa darah pada tikus DM tipe 1 secara poten.
2. Pare
Besok-besok kalau makan siomay, jangan lupa minta pakai pare ya.
Momordica Charantia alias pare ternyata dapat digunakan sebagai
antidiabetes dan agen antihiperglikemik, kondisi di mana tubuh punya
terlalu banyak glukosa dalam darah. Mulai dari ekstrak daging buah, biji,
dapat bahkan daunnya terbukti memiliki efek hipoglikemik dalam
berbagai model hewan coba.
3. Lidah buaya
Lidah buaya sering disebut sebagai obat dari berbagai macam penyakit,
salah satunya untuk diabetes. Nah ternyata, dalam lidah buaya juga
ditemukan efek hipoglikemik pada tikus diabetes. Lidah buaya juga
diketahui memiliki antivitas antiinflamasi dan dapat meningkatkan
penyembuhan luka pada tikus diabetes, tergantung dosis.
4. Daun salam
Salam alias Eugenia polyatha Wight merupakan tumbuhan liar yang
tumbuh di hutan, pegunungan, bahkan di pekarangan rumah. Ada
beberapa kandungan salam seperti minyak atsiri yang mengandung sitral,
eugenol, tannin dan flavanoid.Pernah ada penelitian yang dilakukan pada
kelinci mengenai kandungan salam untuk menurunkan gula dalam darah.
Dilaporkan, infus daun salam 175 mg/kg berat badan kelinci dapat
menurunkan kadar glukosa darah kelinci.
5. Brotowali
Penelitian tentang digunakannya brotowali sebagai obat alternatif
diabetes melitus tipe 2 pernah dilakukan di Malaysia, oleh Noor et al.
Dilaporkan adanya efek hipoglikemik dari brotowali karena adanya
kenaikan kadar insulin akibat pemberian brotowali pada hewan
percobaan. 
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4593510/5-herbal-yang-baik-
untuk-terapi-diabetes-pare-salah-satunya

2.3.2 Pengobatan Tradisional Kanker Serviks

a. Terapi medis kanker serviks


m

- Bedah laser bertujua untuk menghancurkan sek kanker dengan


menebakkan sinar laser melalui vagina
- Cryosurgery
Menggunakan nitrogen cair untuk membekukan dan menghancurkan sel
kanker
- Histerektomy
Bedah mengangkat rahim
- Trakelektomi radikal
- Bilateral salpingo oophorectomy
- Pelvic exenteration
- Radiotrapi
- Kemotrapi
b. Terapi komplementer kanker serviks
- Vitamin
- Stimulant imun
- Asam lactat
- Refleksiologi
- Meditasi, relaksasi, hipnoterapi
- Penyembuhan spiritual
- Pengobatan metabolik
c. Terapi tradisional kanker serviks
- Sarang semut papua (Mymrmecodia)
- Rebusan kunyit putih
- Typhonium flagellirome
- Daun sirsak
- Daun belimbing
- Kulit manggis

1. Pertama adalah penggunaan tanaman sarang semut Papua : memiliki


nama lain Mymrmecodia pendans dan berasal asli dari tanah papua.
Mengandung bahan - bahan aktif untuk menghajar sel kanker, zat yang
terkandung didalamnya adalah Flavonoid, tookoferol, polifenol, anti
oksidan dan anti kanker. Kandungan flavonoid dalam sarang semut ini
mampu menghambat persebaran dari sel kanker serviks.
2. Kedua adalah menggunakan rebusan kunyit putih : Ingat ya kunyit putih
bukan kunyit kuning yang biasa kita gunakan, kunyit ini di Indonesia
memiliki nama lain temu rapet aatau temu puteri berbentuk bulat dan
berwarna putih, kandungan anti oksidan dan minyak atisiri sebagai zat
anti kanker membuat kunyit putih ini sangat ampuh sebagai pencegah
kanker serviks.
3. Ramuan Keladi tikus atau yang juga dikenal dengan Laoshu Yu, dengan
nama latin Typhonium flagelliforme, memiliki khasiat mematikan
m

perkembangan sel kanker dalam tubuh manusia. Zat penting yang


terkandung dalam Keladi tikus antara lain Ribosome Incating Protein, zat
anti oksidan dan zat antikurkumin . Kandungan hebat keladi tikus juga
sudah mendapatkan persetujuan dari badan dokter Malaysia dan dunia
sebagai ramuan penghalau kanker.
4. Daun Sirsak, buah yang cocok digunakan sebagai jus ataupun dimakan
secara langsung memiliki rasa asam manis ini ternyata juga memiliki zat
ajaib yang bisa membunuh sel kanker dalam tubuh. Selain buahnya daun
sirsak ternyata juga bisa kita gunakan sebagai obat kanker alami. 
5. Daun belimbing: Daun buah berbentuk bintang ini juga mampu kita
gunakan sebagai penghancur sel kanker. Untuk memperkuat ramuan ,
maka kita akan menggunakan daun lain sebagai resep tambahan antara
lain daun pepaya, daun cermai muda, daun bayam merah, wortel dan
madu (gunakan madu asli jangan madu hasil olahan). Campur dan
blender semua bahan diatas hingga lembut, lalu berikan air hangat dan
peras .. minum ramuan ini sehari sekali.
6. Kulit manggis: Yah seperti di iklan obat yang sering kita dengar dan lihat
di televisi khasiat baik buah dan kulit manggis memiliki kandungan
xanthone yang terbukti mampu melawan sel kanker dan memperbaiki sel
sel rusak pada tubuh.
https://www.tribunnews.com/tribunners/2016/09/06/6-tanaman-yang-
berkhasiat-sembuhkan-kanker-serviks

2.3.3 Pengobatan Tradisional Kanker Payudara

a. Terapi medis kanker payudara


- Bedah lumpektomi
- Bedah mastektomi
- Radiotrapi
- Terapi hormon,
- Kemotrapi
b. Terapi komplementer kanker payudara
- Akupuntur
- Suplemen hebrbal
- Yoga
- Aromaterapi
- Hipnosis
- Pijat
- Shiatsu
- Tai chi
- Reiki
- Meditasi
- Terapi musik
c. Terapi tradisional kanker payudara
- Echinacea
m

- Bawang putih
- Kunyit
- Karotenoid
- Teh hijau
- Ginseng
- Flax seed
- Daun belalai gajah
- Daun sirsak
- Daun keladi tikus
1. Bawang putih
Selain digunakan sebagai penyedap rasa, bawang putih juga dapat
berfungsi sebagai obat tradisional kanker payudara. Kandungan senyawa
ajoene di dalam bawang putih sanggup memperlambat produksi sel-sel
kanker. Selain itu, sifat antikanker bawang putih juga berasal dari kadar
sulfida organik dan polisufidanya yang tinggi. Ekstrak bawang putih juga
dapat mengeliminasi zat karsinogen penyebab kanker, meningkatkan
enzim detoksifikasi dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.
2. Kunyit
Obat tradisional kanker payudara selanjutnya yaitu kunyit. Kandungan
senyawa kurkumin yang begitu tinggi di dalam tanaman herbal ini
merupakan antioksidan yang diklaim efektif menghambat perkembangan
sel kanker di area paru, payudara, kulit dan lambung. Selain itu, sebuah
riset juga menyebutkan, senyawa kurkumin sanggup menghambat
pertumbuhan sel kanker di semua stadium. Tanaman yang kerap
dijadikan bahan minuman dan makanan ini juga dapat meningkatkan
kadar antioksidan alami dalam tubuh.
3. Teh hijau
Senyawa polifenol di dalam teh hijau juga berperan sebagai zat
antikanker. Sebuah riset menyebutkan tanaman ini efektif melawan
tumor dan mutasi genetik. Menurut sebuah penelitian, para 472 pasien
yang mengidap kanker payudara stadium I dan II yang mengonsumsi
lebih dari 5 cangkir teh hijau per hari (rata-rata 8 gelas) menunjukkan
tingkat kekambuhan kanker payudara yang lebih rendah sebesar 16,7%,
daripada mereka yang mengonsumsi kurang dari 4 cangkir per hari.
Namun pada pasien kanker payudara stadium III, teh hijau tidak
menunjukkan penurunan kekambuhan karena pada stadium ini sudah
banyak terjadi perubahan genetik dalam sel.
4. Daun belalai gajah
Daun belalai gajah mengandung senyawa antikanker alkaloid yang kerap
digunakan dalam kemoterapi modern. Kemampuan tanaman ini dalam
menangkal radikal bebas juga berasal dari kandungan berbagai
antioksidannya yang tinggi seperti terpenoid, flavonoid, steroid, saponin,
asam fenolik, dan tanin.
5. Bajakah
m

Sebuah riset dari laboratorium Universitas Lambung Mangkurat,


Banjarmasin, mengklaim tanaman Bajakah mengandung 40 macam
senyawa penyembuh kanker. Meski demikian, dibutuhkan riset lebih jauh
untuk membuktikan kebenaran ini. Sejak dahulu, tanaman ini memang
sudah digunakan masyarakat pedalaman Dayak untuk mengobati
berbagai penyakit. Bajakah mudah ditemukan di hutan pedalaman
Kalimantan.
6. Pare
Meski memiliki cita rasa yang pahit, pare menawarkan segudang khasiat
bagi kesehatan tubuh, termasuk mencegah kanker payudara. Kandungan
antioksidan seperti flenol dan flavonoid dalam tanaman ini berfungsi
melawan radikal bebas, yang dapat melemahkan fungsi ginjal serta
menimbulkan beberapa penyakit seperti diabetes dan kanker. Selain itu,
pare juga mengandung vitamin C yang berlimpah dan dapat
meningkatkan kekebalan tubuh. Kandungan antioksidan flavonoid seperti
α-karoten, β-karoten, lutein, dan zeaxanthin dalam pare juga dapat
meningkatkan kualitas penglihatan mata, terutama di malam hari.
Antioksidan ini juga berfungsi mengurangi efek penuaan.
7. Brotowali
Kandungan antioksidan melanoma dan flavonoid dalam daun brotowali
berfungsi melawan radikal bebas penyebab kanker payudara. Kandungan
ekstrak batang brotowali memiliki potensi terhadap anti kanker.
https://www.google.com/amp/s/www.sehatq.com/artikel/obat-tradisional-
kanker-payudara-sebagai-perawatan-pendamping/amp

2.3.4 Pengobatan Tradisional Kanker Colon

a. Terapi medis kanker colon


- Kolostomi
- Kemotrapi
- Radiotrapi
b. Terapi komplementer kanker colon
- Hipnosis
- Aroma terapi
- Meditasi
- Terapi musik
c. Terapi tradisional kanker colon
- Daun sirsak
- Ginseng
- Bawang putih
- Kunyit
- Minyak biji rami
- Ikan salmon
- Bluberi
m

- Bayam
1. Bawang Putih
Sebuah 2014 studi yang dimuat dalam Spandidos Publications
menemukan bahwa ekstrak bawang putih hitam tua dapat menghambat
pertumbuhan jalur perkembangan kanker usus besar. Hal ini
menunjukkan, bahwa ekstrak bawang hitam tua mungkin dapat
digunakan dalam pencegahan dan pengobatan kanker usus besar di masa
depan. Melansir dari onlymyhealth.com, bawang putih dapat
menghentikan pembentukan dan aktivitas zat penyebab kanker,
meningkatkan perbaikan, mengurangi proliferasi sel atau memicu
kematian sel.
2. Kunyit
Kunyit, bumbu dapur yang seringkali diolah menjadi jamu sekaligus
andalan kaum perempuan ketika datang bulan. Ternyata kunyit tidak
hanya memiliki khasiat untuk datang bulan, tetapi juga mencegah kanker
usus. Penelitian dalam studi klinis menunjukkan bahwa kurkumin dalam
akar kunyit memiliki kemampuan kuar mengobati gejala kanker.
Termasuk melawan peradangan yang sama seperti obat-obatan anti
inflamasi sintetis seperti Tylenol dan didukung oleh lebih dari 570
penelitian.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://bangka.tribunnews.com/amp/2019/
01/22/kunyit-dan-bawang-putih-obat-alami-kanker-usus-penyakit-yang-
7-tahun-diidap-istri-ustaz-
maulana&ved=2ahUKEwjrttaz5d3qAhUlguYKHf3rAsAQFjABegQIBR
AK&usg=AOvVaw3DRdmLsCAXsMPe1_XMLigR&ampcf=1

2.3.5 Pengobatan Tradisional Leukemia

a. Terapi medis Leukimia


- Kemotrapi
- Terapi biologis
- Radiasi
- Tranplantasi sel induk
b. Terapi komplementer leukimia
- Terapi akupresur
- Hipnoterpi
- Meditasi
- Aromaterapi
- Terapi musik
c. Terapi tradisional leukimia
- Ginseng merah korea
- Daun zaitun
- Tapak dara
m

- Kunyit

1. Silymarin (Milk thistle)


Silymarin atau Milk thistle adalah ramuan herbal yang berasal dari
wilayah Mediterania. Ramuan ini umumnya digunakan untuk mengobati
penyakit hati, dan juga dapat membantu mengurangi pertumbuhan jenis
kanker tertentu. Menurut Cancer Institute, ramuan ini juga sedang
dipelajari untuk manfaatnya pada pasien dengan leukemia dan kerusakan
kemoterapi-yang berkaitan dengan hati.
2. Ginseng Merah Korea
Ginseng Merah Korea adalah obat herbal yang mungkin bermanfaat
dalam mengobati leukemia. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal
of Ethnopharmacology 2008 meneliti bagaimana ramuan ini dapat
menghambat aktivitas telomerase dan menyebabkan apoptosis pada sel-
sel kanker darah, sehingga bisa menghambat perkembangan sel kanker
darah. Menurut temuan mereka, ramuan ini mungkin bermanfaat jika
Anda memiliki leukemia.
3. Kunyit
Gangguan mieloproliferatif adalah kelompok kondisi yang menyebabkan
sel-sel darah normal tumbuh di dalam pembuluh darah. Salah satu
kondisi ini adalah myelogenous leukemia kronis ( CML ), jenis leukemia
di mana sumsum tulang mensintesis sel darah putih abnormal dalam
sumsum tulang Anda. Beberapa tumbuhan dapat digunakan untuk
gangguan ini untuk membantu memperkuat sistem pertahanan tubuh
Anda. Salah satu obat herbal yang dapat digunakan adalah kunyit.
University of Maryland Medical Center menunjukkan bahwa dosis 300
mg, tiga kali / hari, dapat mengurangi rasa sakit dan peradangan yang
terkait dengan gejala leukemia.
4. Daun Zaitun
Obat Herbal Kanker Darah / Leukimia lain yang dapat digunakan dalam
pengobatan leukemia adalah daun zaitun, juga disebut Olea europaea.
The UMMC mengatakan bahwa ekstrak 250 sampai 500 mg daun zaitun,
selama satu sampai tiga kali sehari, dapat menawarkan efek anti-kanker
dan meningkatkan kekebalan tubuh pasien. Dengan meningkatkan
kekuatan kekebalan tubuh Anda, Anda mungkin akan lebih mampu
melawan infeksi dan penyakit atau gejala lain dari leukemia.
5. Tapak Dara
Tapak Dara (Catharanthus Roseus) sering kita jadikan sebagai tanaman
hias, Tapak Dara yang kita kenal memiliki dua jenis yaitu Tapak Dara
berwarna putih dan yang berwarna merah, sebenarnya tumbuhan ini
termasuk kedalam tanaman liar yang tumbuh di padang rumput atau di
pedesaan yang memiliki iklim tropis. Caranya Membuat Ramuan Herbal
Kanker Darah : Siapkan 20-25 gram daun Tapak Dara kering dan adas
pulawaras. Cara membuatnya direbus dengan 1 liter air lalu disaring.
Cara menggunakannya: diminum 2 kali sehari pagi dan sore. Selain
m

mengobati Leukemia , Tapak Dara juga dapat mengobati berbagai


penyakit seperti: Diabetes Melitus, Hipertensi (tekanan darah tinggi),
asma, bronkhitis, demam, radang perut, disentri, kurang darah, tangan
gemetar, gondong, bengkak, bisul dan borok, luka bakar, luka baru, dll.
6. Daun Sirsak
Daun sirsak saat ini sedang booming dan bisa menjadi salah satu
kebanggaan bangsa Indonesia. Para peneliti dari berbagai penjuru dunia
berhasil mengungkapkan bahwa di dalam daun sirsak terkandung suatu
senyawa yang bisa menumpas berbagai jenis kanker, termasuk kanker
darah. Rahasianya adalah senyawa acetogenins yang bisa memicu
apoptosis pada sel kanker darah. Yakni memicu sel kanker untuk bunuh
diri secara terprogram. Dengan banyak sel kanker yang mengalami
apoptosis, tentu bisa menghambat perkembangan sel kanker dan
menahan agar sel kanker tidak menyebar. Namun para ahli tidak
menyarankan menggunakan satu jenis obat herbal untuk menumpas sel
kanker, oleh karenanya daun sirsak bisa dikombinasikan dengan obat
herbal leukimia lainnya, untuk menambah kekuatan untuk menumpas sel
kanker.
https://www.kompasiana.com/grosiramazonplus/569a630ac923bd61142116
ca/ragam-jenis-obat-herbal-penyakit-kanker-darah-leukimia?page=all

2.3.6 Pengobatan Tradisional Tumor Otak

a. Terapi medis tumor otak


- Kraniatomi
- Kemotrapi
- Radiotrapi
b. Terapi komplemeter tumor otak
- Akupuntur
- Hipnosis
- Meditasi
c. Terapi tradisional tumor otak
- Ohio : obat herbal yang digunakan dalam pengobatan tradisional cina
Sarang Semut
Sarang semut ternyata bisa menggantikan suplemen untuk mendongkrak
stamina yang menurun karena kelelahan. Sarang semut rasanya seperti
jamur dan dikonsumsi seperti teh di pagi dan sore hari.
https://lampung.tribunnews.com/amp/2019/06/21/inilah-obat-alami-atau-
herbal-yang-bikin-epy-kusnandar-sembuh-dari-tumor-otak?page=4

2.3.7 Pengobatan Tradisional Kanker Nasopharing


a. Terapi Medis kanker nasoparing
- Operasi
- Kemotrapi
- Radiasi
m

b. Terapi komplementer kanker nasoparing


- Hipnoterapi
- Akupuntur
- Yoga
- Meditasi

c. Terapi tradisional kanker nasoparing


- Daun sirsak
- Kulit manggis
- Daun sirih merah
1. Keladi Tikus
Keladi tikus (Typhoniumflagelliforme) adalah tanaman yang memiliki
banyak manfaat dalam kesehatan seperti antikanker, anti-inflamasi,
analgesik dan antihepatotoksik. Senyawa RibozomeInactiviting Protein
(Rips) memiliki nutrisi anti oksidan dan nutrisi anti kurkumin, yang
berfungsi untuk melemahkan pertumbuhan sel kanker, mematikan sel
kanker tanpa mengganggu sistem sekitarnya dan menghambat
pertumbuhan sel kanker.
2. Acerola
Acerola mengandung beragam antioksidan, termasuk Karotenoid dan
Bioflavonoid, yang keduanya menetralkan efek radikal bebas dalam
tubuh. Radikal bebas adalah produk sampingan metabolisme sel yang
merusak yang menyebabkan sel-sel sehat bermutasi menjadi sel kanker,
yang juga dapat memperburuk penyakit kanker.

3. Acaiberry
Acaiberry mengandung Antosianin dan Flavonoid, keduanya merupakan
antioksidan kuat yang melindungi dan mengurangi efek radikal bebas
dari tubuh. Dengan mengurangi efek radikal bebas, antioksidan ini
mampu menurunkan risiko penyakit kanker, mengurangi peradangan dan
memperlambat penyebaran sel kanker.
4. Biji Anggur
Biji Anggur mengandung senyawa Resveratrol dalam jumlah tinggi, yang
membantu melindungi tubuh terhadap sel-sel kanker. Resveratrol telah
dipelajari dengan baik dalam hal pencegahan dan pengobatan kanker,
dengan mengurangi peradangan, bertindak sebagai antioksidan, serta
mencegah pertumbuhan dan penyebaran sel-sel kanker didalam tubuh.
5. Guarana
Serbuah riset epidemiologi terbaru telah mengungkapkan relasi antara
buah Guarana yang dapat mencegah terbentuknya penyakit kanker. Riset
yang dilakukan ini melihat reaksi dari senyawa Guaranine yang terdapat
pada Guarana. Senyawa ini adalah antioksidan super yang berfungsi
sebagai anti proliferasi atau dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
m

serta dapat meningkatkan proses apoptosis (kematian sel kanker secara


terprogram). 
6. Manggis
Manggis adalah tumbuhan asli Indonesia yang berasal dari pulau Jawa.
Buah ini disebut sebagai “Ratunya Buah” karena khasiat kesehatannya
yang mengagumkan. Manggis adalah sumber yang kaya antioksidan dan
vitamin. Manggis mengandung zat Polifenol yang disebut Xanthone.
Xanthone ini memiliki dua tipe; Alpha dan Gamma. Sebuah penelitian
telah membuktikan bahwa komponen-komponen ini dapat menghentikan
pertumbuhan tumor dan dapat melawan sel kanker.
https://www.joherbal.com/obat-herbal-kanker-nasofaring/?
gclid=Cj0KCQjwpNr4BRDYARIsAADIx9wRmemE8kqXsjmgC5KTqnlM
-tymM3-Zj4GCagdu9sHcw7DuDzgOGIMaArC9EALw_wcB

2.3.8 Pengobatan Tradisional Kanker Abdomen

a. Terapi medis kanker abdomen


- Gastrektomi
- Gastroenterstomi
- Radiotrapi
- Kemotrapi
b. Terapi komplementer kanker abdomen
- Terapi bekam
- Relaksasi
- Foot massage
- Terapi effleurage
- Terapi laksatif
c. Terapi tradisional kanker abdomen
- Curcuma longa L
- Annona muricata L
- Zinggiber officinale roscoe
- Areca catechu L
- Allium cepa L
- Allium sativum L

1. Buah Mengkudu
Menurut masyarakat, buah ini sering digunakan untuk mengobati
diabetes dan sudah terbukti manjur. Selain itu, buah mengkudu memiliki
kandungan dammacenthel yang mana kandungan tersebut mampu
membunuh sel kanker dan sekaligus menjaga tubuh dari jaringan yang
abnormal seperti sel-sel kanker. Maka dari itu buah mengkudu juga bisa
kamu gunakan untuk menyembuhkan miom sebelum terlambat.
m

Cara mengolahnya, siapkan 1 buah mengkudu yang telah dibersihkan,


kemudian kupas dan ambil dagingnya. Setelah itu blender daging
buahnya sampai halus, lalu saring dan minum air hasil saringannya.
2. Daun Dewa
Banyak sekali manfaat dari daun dewa ini yang mungkin jarang diketahui
oleh banyak orang. Di negara Cina, tanaman obat ini sudah sangat
terkenal oleh khasiatnya karena mampu menyembuhkan berbagai
penyakit seperti kutil, pendarahan, dan mempu menurunkan kolesterol.
Selain itu kandungan saponin yanag terkandung di dalamnya juga dapat
menghentikan pertumbuhan sel kanker. Jadi jika kamu sering
mengonsumsi daun dewa maka tumor yang kamu derita bisa hilang
dengan sendirinya.
Cara mengolahnya, siapkan beberapa lembar daun dewa atau sekitar 30
gram saja, lalu masukan ke dalam panci dan rebus denga 2 gelas air.
Sesudah air dalam panci berkurang setengahnya, barulah saring kedalam
gelas, dan obat untuk tumor siap bisa kamu minum.
3. Teh Daun Sirsak
Nah buah yang sastu ini pasti semua orang tahu, dengan rasa daging
buahnya yang khas tak heran jika sirsak menjadi buah favorit banyak
orang. Tapi terlepas dari itu, ternyata pada daunnya pun sangat berguna
loh bagi kesehatan, salah satunya untuk menyembuhkan tumor.
Khasiatnya sungguh terbukti, sebab bisa dilihat dari beberapa produk
obat herbal untuk tumor, kista dan kanker pada komposisinya terdapat
daun sirsak atau ada kandungan yang juga dimiliki oleh daun sirsak.
Cara mengolahnya, siapkan beberapa lembar daun sirsak, potong-potong
kecil, lalu keringkan. Setelah kering kamu bisa mengambil sekitar 1
sendok daun itu dan masukkan ke dalam segelas air hangat. Sebetulnya
pembuatannya sama saja seperti membuat teh pada umumnya.
https://www.brilio.net/creator/3-tanaman-yang-dapat-dijadikan-sebagai-obat-
tumor-a0e75b.html

2.3.9 Pengobatan Tradisional Penyakit Lupus


a. Terapi medis penyakit lupus
- Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) : ibuprofen, naproxen
- Obat anti malaria, seperti Hydroxchloroquine
- Kortikosteroid
- Obat imunosupresan seperti metrotexate dan azathioprine
b. Terapi komplementer penyakit lupus
- Meditasi
- Yoga
- Olahraga
c. Terapi tradisional penyakit lupus
- Kunyit
- Konsumsi makanan tinggi nutrisi
- Vitamin E
m

- Selenium
- Produk teh hijau
- Minyak ikan
- Vitamin D
Penyakit lupus tidak bisa disembuhkan secara total. Namun, kamu bisa
menangani penyakit lupus sesuai dengan gejala dan keluhan yang dialami.
Ada beberapa obat tradisional penyakit lupus yang bisa digunakan untuk
mengurangi gejalanya. Berikut ada lima obat tradisional penyakit lupus
yang telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber:
1. Kunyit
Kunyit bisa dijadikan sebagai obat tradisional penyakit lupus. Kunyit
dipercaya efektif menyembuhkan penyakit seperti batuk atau panas, dan
bermanfaat untuk penyakit lupus juga. Kunyit bisa bekerja untuk
meringankan penyakit lupus karena memiliki kandungan yang
mengandung anti-inflamatory yang dapat menyembuhkan ruam-ruam
pada kulit serta anti-kanker.
2. Produk Teh Hijau
Teh hijau mengandung polifenol yang mampu meringankan kondisi
penyakit lupus. Hal ini dikarenakan polifenol dapat memberikan efek
perlindungn terhadap reaksi autoimun pada kelenjar saliva dan kulit
dengan menekan autoantigen dan menurunkan regulasi sitokin inflamasi.
Namun, penelitian lebih lanjut terkait keefektifan produk teh hijau
mampu meringankan gejala penyakit lupus perlu dilakukan lagi.
Penderita penyakit lupus yang ingin menggunakan obat tradisional
penyakit lupus harus mengimbanginya dengan pengobatan medis agar
hasil maksimal. Tentunya tetap dengan dosis yang dianjurkan oleh para
ahli professional.
https://m.liputan6.com/hot/read/4111500/5-obat-tradisional-penyakit-lupus-
bantu-kurangi-gejalanya

2.3.10 Pengobatan Tradisional Penyakit Thalasemia


a. Terapi Medis thalasemia
- Tranfusi darah
- Terapi kelasi zat besi
- Suplemen asam folat
- Transplantasi sumsum tulang
b. Terapi komplementer thalasemia
- Terapi adjuvan
c. Terapi tradisional thalaemia
- Temulawak
- Mengkudu
- Daun singkong
1. Temulawak
m

Tanaman obat thalasemia yang pertama ada temulawak yang sudah


dikenal baik untuk kesehatan dan pengobatan, dalam tanaman satu ini
terdapat kandungan minyak atsiri yang berfungsi sebagai obat anti-
pembengkakan jaringan. 
2. Mengkudu
Berikutnya ada mengkudu yang sama seperti temulawak banyak
digunakan sebagai alternatif pengobatan berbagai penyakit dari yang
ringan hingga serius, termasuk membantu mengatasi thalasemia secara
alami. Dalam mengkudu ini terdapat banyak senyawa serta zat-zat alami
yang bermanfaat untuk kesehatan seperti protein, vitamin, mineral dan
banyak yang lainnya.
3. Daun Singkong
Tanaman obat thalasemia selanjutnya ialah daun singkong yang
mempunyai banyak manfaat untuk tubuh, salah satunya untuk membantu
mengatasi thalasemia secara alami. Manfaat daun singkong yang sangat
banyak ini tidak terlepas dari kandungannya itu sendiri yang banyak
seperti: serta, vitamin A, B1, Karbohidrat, asam amino essensial hingga
protein.
https://www.google.com/amp/s/m.tribunnews.com/amp/tribunners/2018/08/
10/3-tanaman-herbal-obat-thalasemia

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengobatan konvensional adalah pengobatan yang dilakukan untuk
mengobati penyakit medis.Contoh pengobatan melalui medis: dilakukan oleh
dokter, melalui operasi untuk mengobati penyakit, dan menggunakan obat-obatan
untuk penyembuhannya.
Terapi komplementer adalah terapi yang dilakukan untuk menangani penyakit
di luar tindakan konvensional dari dokter. Disebut sebagai terapi komplementer
karena beberapa terapi tersebut melengkapi penanganan medis dan rumah sakit.
Walau berpotensi untuk membantu penanganan konvensional dari dokter, penting
untuk diingat bahwa terapi komplementer tidak menggantikan pengobatan dokter.
m

Dengan demikian, Anda amat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter


sebelum menjalani terapi komplementer.
Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan
menggunakan obat/ramuan yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan
turun-temurun secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan ditetapkan
sesuai dengan normal yang berlaku di masyarakat.

B. Saran
 Masyarakat yang ingin hidup sehat serta terhindar dari berbagai penyakit maka
mulailah pola hidup sehat seperti: olah raga, perbanyak minum air putih, dan
banyak mengkonsumsi buah-buahan.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.wima.ac.id/12901/2/BAB%20I.pdf.
https://www.alodokter.com/diabetes-tipe-2/pengobatan
https://www.alodokter.com/kanker-serviks/pengobatan
https://www.alodokter.com/kanker-payudara/pengobatan
https://www.halodoc.com/artikel/langkah-langkah-pengobatan-kanker-kolorektal
https://www.halodoc.com/artikel/jenis-terapi-untuk-mengobati-kanker-darah
https://www.alodokter.com/tumor-otak/pengobatan
https://www.google.com/amp/s/hellosehat.com/kesehatan/penyakit/kanker-nasofaring/
%3famp
https://www.alodokter.com/kanker-lambung
https://www.alodokter.com/lupus/pengobatan
https://www.alodokter.com/thalassemia/perawatan

Anda mungkin juga menyukai