Anda di halaman 1dari 15

M Zaky Mudzakir

240210170049

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


Indonesia merupakan negara yang kaya akan keberagaman akan hasil
hortikultura, terutama keberagaman akan hasil bumi yang berupa serealia dan
kacang-kacangan. Umumnya kedua hasil bumi tersebut sering dijumpai oleh
masyarakat Indonesia, misalnya saja pada serealia yakni beras. Tak hanya serealia
saja, kacang-kacangan pun juga serupa, misalnya kacang hijau untuk jenis
kacang-kacangan. Kandungan nutrisi dari setiap jenis dari serealia dan kacang-
kacangan pun berbeda satu sama lain. Serealia umumnya mengandung
karbohidrat yang tinggi, sementara kacang-kacangan mengandung protein yang
tinggi.
Pascapanen merupakan salah satu proses penting dalam bidang pertanian
yang bertujuan agar hasil tanaman yang dipanen dalam kondisi baik untuk
dikonsumsi langsung maupun sebagai bahan baku pengolahan. Penanganan
pascapanen juga sering disebut sebagai pengolahan primer yang merupakan istilah
untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi
segar atau untuk persiapan pengolahan berikutnya. Oleh karena itu, diperlukan
penanganan pascapanen yang optimal. Penanganan pascapanen secara umum
meliputi grading (pengkelasan) dan standarisasi, pengemasan dan pelabelan,
penyimpanan, serta pengangkutan. Perlakuan tambahan pada beberapa komoditas
lain yaitu pemberian bahan kimia, pelilinan, pemeraman (Mutiarawati, 2007).
Penanganan pascapanen kacang-kacangan dan serealia sangatlah penting,
salahsatu faktor yang harus diperhatikan adalah jenis kemasan yang dipilih.
Pengemasan merupakan suatu proses pembungkusan dengan bahan pengemas
yang sesuai untuk mempertahankan dan melindungi makanan hingga ke tangan
konsumen, sehingga kualitas dan keamanannya dapat dipertahankan. (Hui, 2006).
Serealia yaitu biji-bijan dari famili rumput-rumputan (gramine) yang banyak
mengandung karbohidrat sehingga menjadi makanan pokok manusia, campuran
makanan ternak, dan bahan baku industri yang menggunakan sumber karbohidrat.
Jenis biji-bijian yang mengandung lemak relatif tinggi seperti jagung merupakan
bahan baku industri minyak nabati[ CITATION Dan92 \l 1033 ]
Penanganan pascapanen serealia umumnya meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu
penentuan saat panen, pemanenan, penumpukan sementara di lahan sawah,
M Zaky Mudzakir
240210170049

pengumpulan padi di tempat perontokan, penundaan, perontokan, perontokan,


pengangkutan gabah ke rumah petani, pengeringan gabah, pengemasan dan
penyimpanan gabah, penggilingan, pengemasan dan penyimpanan beras
(Prasetyo, 2003).
Kacang-kacangan adalah bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi
kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan kerja, pengantian jaringan dan
mengatur proses-proses di dalam tubuh, untuk menghasilkan sebagian besar
sumber energi [ CITATION Dan921 \l 1033 ].
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui kadar air pada serealia dan
kacang-kacangan, mengetahui karakter fisik dari serealia dan kacang-kacangan,
mengetahui cara menangani penyimpanan yang baik dan benar dari serealia dan
kacang-kacangan, serta mengetahui cara memperpanjang umur penyimpanan dari
serealia dan kacang-kacangan.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan data sebagai
berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pascapanen Serealia dan Kacang-kacangan
Kadar
Kel/ Perlaku Air
Hari Warna Bentuk Bau Tekstur Berat Aw
sampel an rata-
rata
bulat
kuning pipih khas
0 keras 200,3073 - 0,641
orange ujung jagung
Plastik runcing
Nilon kuning bulat khas
(Vakum) 7 keras 199,6044 -
orange lonjong jagung
kuning bulat khas
14 keras 200,4451 9,2
orange lonjong jagung
bulat
1/ kuning pipih khas
Jagung 0 keras 200,1648 - 0,641
orange ujung jagung
runcing
kuning
Plastik
orange bulat khas
PE 7 keras 201,0589 -
lebih lonjong jagung
(Vakum)
pudar
kuning
orange bulat khas
14 keras 200,2496 8,8
lebih lonjong jagung
pudar
M Zaky Mudzakir
240210170049

Kadar
Kel/ Perlaku Air
Hari Warna Bentuk Bau Tekstur Berat Aw
sampel an rata-
rata
kuning khas
0 lonjong keras 200,1367 - 0,641
orange jagung
kuning khas
Standing 7 lonjong keras 205,8942 -
pudar jagung
pouch
kuning
pudar khas
14 lonjong keras 205.7446 9,0333
lebih jagung
2/ kering
Jagung
kuning khas
0 lonjong keras 200,0959 - 0,641
orange jagung

Kertas kuning khas


7 lonjong keras 209,7923 -
Sak pudar jagung
khas
kuning
14 lonjong jagung+ keras 208,5122 11,1333
terang
+
dominan khas
0 Putih keras 200,0626 10,57 0,667
lonjong beras
Plastik
putih dominan khas
PE 7 keras 199,9899
pudar lonjong beras
(Vakum)
putih dominan khas
14 keras 198,7515 12,27 0,701
pudar lonjong beras
3/ Beras dominan khas
0 Putih keras 200,1977 10,83 0,667
lonjong beras
putih dominan khas
Plastik 7 keras 198,7492
pudar lonjong beras
Nilon
khas
(Vakum)
putih dominan beras
14 keras 199,8888 9,07 0,69
pudar lonjong berkura
ng
khas
0 Putih lonjong keras 200,021 0,667
beras
Standing khas
7 Putih lonjong keras 205,5755
pouch beras
khas
14 Putih lonjong keras 205,6879 9,83 0,698
4/ Beras beras++
khas
0 Putih lonjong keras 200,5235 0,667
beras
Paper khas
7 Putih lonjong keras 211,1531
sak beras
khas
14 Putih lonjong keras 209,5142 11,067 0,61
beras
M Zaky Mudzakir
240210170049

Kadar
Kel/ Perlaku Air
Hari Warna Bentuk Bau Tekstur Berat Aw
sampel an rata-
rata
khas
0 hijau tua oval kacang keras 200,0397 0,667
hijau

khas
Vakum 7 hijau tua oval kacang keras 200,1297
nilon hijau
khas
hijau tua kacang
14 oval keras 200,1968 9,53 0,546
5/ pudar hijau++
Kacang +
Hijau khas
0 hijau tua oval kacang keras 200,0384 0,667
hijau

khas
Vakum hijau tua
7 oval kacang keras 200,3563
PE pudar
hijau
khas
hijau tua
14 oval kacang keras 200,4382 9,6 0,567
pudar +++
hijau+

khas
0 hijau tua bulat kacang keras 200,2679 0,621
hijau
khas
Standing
7 Hijau bulat kacang keras 206,447
pouch
hijau

khas
14 Hijau bulat kacang keras 206,911 9,55
hijau
6/
Kacang khas
Hijau 0 hijau tua bulat kacang keras 200,2457 0,621
hijau

khas
Kertas kacang
7 Hijau bulat keras 209,6789
Sak hijau+
kertas
aroma
hijau plastik
14 bulat keras 207,753 9,6
pudar menyen
gat
M Zaky Mudzakir
240210170049

Kadar
Kel/ Perlaku Air
Hari Warna Bentuk Bau Tekstur Berat Aw
sampel an rata-
rata
bulat khas
kuning
0 agak kacang keras 200,093 0,654
muda
lonjong kedelai

bulat khas
Nilon kuning
7 agak kacang keras 202,8205
(Vakum) lebih gelap
lonjong kedelai
bulat khas
kuning
14 agak kacang keras 202,7935 9,967 0,662
7/ pudar
lonjong kedelai
Kacang
kedelai bulat khas
kuning
0 agak kacang keras 200,0434 0,654
muda
lonjong kedelai
bulat khas
PE kuning
7 agak kacang keras 201,8968
(Vakum) lebih gelap
lonjong kedelai

bulat khas
kuning
14 agak kacang keras 201,8585 10 0,651
pudar
lonjong kedelai
khas
coklat bulat
0 kacang keras 200,046 0,654
pucat oval
kedelai

khas
Standing coklat bulat
7 kacang keras 205,7547
pouch pucat oval
kedelai
khas
coklat bulat
14 kacang keras 205,7725 9,56 0,671
8/ pucat oval
kedelai
Kacang
Kedelai khas
coklat bulat
0 kacang keras 200,297 0,654
pucat oval
kedelai
khas
Kertas coklat bulat
7 kacang keras 208,457
sak pucat oval
kedelai

khas
coklat bulat
14 kacang keras 206,0036 9,56 0,621
pucat oval
kedelai
9/ khas
Vakum coklat bulat
Kacang 0 kacang keras 200,3221 0,655
nilon kemerahan lonjong
Tanah tanah
M Zaky Mudzakir
240210170049

Kadar
Kel/ Perlaku Air
Hari Warna Bentuk Bau Tekstur Berat Aw
sampel an rata-
rata
khas
coklat bulat
7 kacang keras 203,0657
kemerahan lonjong
tanah

khas
coklat bulat
14 kacang keras 203,0821 10,8
kemerahan lonjong
tanah
khas
bulat
0 Coklat kacang keras 200,069 0,655
lonjong
tanah

khas
bulat
7 Coklat kacang keras 199,196
Vakum lonjong
tanah
PE
khas
bulat
14 Coklat kacang keras 199,2116 10,7
lonjong
tanah

0 Coklat lonjong keras


kacang
Kertas 7 Coklat lonjong keras 210,6731
tanah++
Sak
kacang
14 Coklat lonjong keras 206,4398 10,7 0,637
tanah +
10/ 0 lonjong keras
Kacang
Tanah khas
7 Coklat lonjong kacang keras 206,4067
Standing tanah
pouch
coklat khas
14 sedikit lonjong kacang keras 209,3041 10,3 0,608
memudar tanah
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018)

4.1 Jagung
Berdasarkan tabel 1 didapat bahwa warna jagung yang diamati semuanya
berwarna orange kekuningan. Hal ini sesuai dengan literatur dimana jagung
merupakan tanaman serealia yang mengandung antosianin, sehingga
menghasilkan pigmen warna kuning pada jagung (Winarno, 1991).
M Zaky Mudzakir
240210170049

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa bobot jagung yang dikemas dengan


menggunakan kertas sak mengalami kenaikan pada hari ke-7 dan kembali turun
pada pengamatan hari ke 14. Kenaikan bobot jagung pada pengamatan hari ke-7
bisa disebabkan karena pada saat penimbangan sampel dilakukan ketika sampel
terbungkus oleh kertas sak. Sehingga bobot yang muncul pada penimbangan hari
ke-7 bukan murni bobot jagung melainkan bobot jagung dan kertas sak.
Sedangkan penuruna bobot pada pengamatan hari ke-14 bisa disebabkan oleh
penurunan kadar air pada jagung. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Muchtadi
(1992) bahwa kehilangan air selama penyimpanan tidak hanya menurunkan susut
bobot tetapi juga menurunkan mutu dan menimbulkan kerusakan. Kehilangan air
yang banyak akan menyebabkan pelayuan dan pengkeriputan.
Berdasarkan tabel 1 dan 2 juga diketahui bahwa pada sampel yang
dibungkus oleh standing pouch tidak mengalami susut bobot. Oleh karena itu bisa
dikatakan bahwa standing pouch lebih efektif dibandingkan kemasan lain untuk
mencegah susut bobot pada sampel jagung.
Berdasarkan hasil pengamatan, kemasan terbaik untuk menjaga
karakteristik jagung selama penyimpanan 14 hari yaitu menggunakan plastik PE
dan plastik nilon yang di vakum. Hal ini dibuktikan dengan sedikitnya perubahan
yang terjadi pada warna dan nilai aw biji jagung.
Biji jagung memiliki bentuk tipis dan bulat melebar yang merupakan hasil
pembentukan dari pertumbuhan biji jagung. Biji jagung diklasifikasikan sebagai
kariopsis. Hal ini disebabkan biji jagung memiliki struktur embrio yang sempurna.
Serta nutrisi yang dibutuhkan oleh calon individu baru untuk pertumbuhan dan
perkembangan menjadi tanaman jagung [ CITATION Joh91 \l 1033 ]. Warna jagung
kuning karena adanya pigmen karoten. Warna ini menunjukkan jagung sudah
layak untuk diolah ataupun dikonsumsi. Tekstur jagung memang tidak terlalu
keras ketika siap untuk dikonsumsi. Kadar air maksimum dari jagung menurut
SNI adalah 14%. Hal itu berarti jagung yang digunakan sebagai sampel layak
untuk dikonsumsi.
4.2 Beras
M Zaky Mudzakir
240210170049

Beras adalah biji gabah yang bagian kulitnya sudah dipisahkan dengan
cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling serta alat
penyosoh [ CITATION Ast04 \l 1033 ].
Komponen terbesar dari beras adalah pati yaitu sekitar 80-85%. Beras juga
mengandung protein, vitamin (terutama pada bagian aleuron), mineral, dan air.
Pati beras tersusun dari dua polimer karbohidrat yaitu, amilosa (pati dengan
struktur tidak bercabang) dan amilopektin (pati dengan struktur bercabang dan
cenderung bersifat lengket). Perbandingan kedua golongan pati ini menentukan
warna (transparan atau tidak) dan tekstur nasi (lengket, lunak, keras, atau pera).
Berdasarkan kandungan amilosanya, beras dibedakan menjadi beras ketan
(kadar amilosa < 10%), beras beramilosa rendah (kadar amilosa 10-20%), beras
beramilosa sedang (kadar amilosa 20-25%), dan beras beramilosa tinggi
(kadar amilosa > 25%) (Juliano, 1993).
Beras dengan kadar amilosa rendah setelah dimasak akan menghasilkan
nasi yang lengket, mengkilap, tidak mengembang, dan tetap menggumpal setelah
dingin. Beras dengan kadar amilosa tinggi setelah dimasak akan menghasilkan
nasi yang tidak lengket, dapat mengembang, dan menjadi keras setelah dingin,
sedangkan beras beramilosa sedang umumnya mempunyai tekstur nasi pulen
(Damardjati, 1995).
Berdasarkan hasil pengamatan, penyimpanan vakum dan non vakum beras
dengan kertas sak, plastik PE, plastik nilon dan standing pouch tidak menunjukan
adanya perubahan aroma bentuk, serta tekstur. Semua sampel beras dari awal
hingga akhir pengamatan mempunyai terkstur keras, permukaan yang halus, dan
berbau khas beras. Selain itu, penyimpanan beras secara vakum dan non vakum
dengan kemasan kertas sak, plastik PE, plastik nilon dan standing pouch berhasil
melindungi beras dari adanya aktivitas serangga atau hewan pengerat.
Perubahan warna terjadi pada beras dengan disimpan pada plastik PE dan
plastik nilon, dengna warna pada hari 0 adalah putih, tetapi pada akhir
pengamatan warnanya berubah menjadi warna putih pudar. Untuk bau terjadi
perubahan pada perlakuan plastik nilon dan standing pouch. Pada plastik nilon
bau khas berasnya berkurang pada akhir pengamtan, sedangkan pada standing
pouch bau khas berasnya semakin meningkat.
M Zaky Mudzakir
240210170049

Pada praktikum ini diamati pula perubahan berat dan aw beras. Secara
umum semua sampel beras tidak mengalami perubahan berat yang signifikan. Aw
(Activity Water) merupakan jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhannya. (Winarno, 1992). Berdasarkan hasil
pengamatan kadar aw pada sampel beras, semua sampel mengalami kenaikan a w,
tetapi pada sampel dengan perlakuan paper sak mengalami penurunan, pada hari
ke-0 aw nya sebesar 0,667 dan menurun pada akhir pengamtan menjadi 0,61.

4.3 Kacang Hijau


Kacang hijau (Vigna radiata L.) berbentuk polong dengan panjang antara
6 cm – 15 cm. Tiap polong berisi 6 -16 butir biji. Biji kacang hijau berbentuk
bulat kecil dengan bobot (berat) tiap butir 0,5 mg – 0,8 mg atau berat per 1000
butir antara 36 g – 78 g [ CITATION Ruk94 \l 1033 ]. Biji umumnya berwarna hijau
kusam atau hijau mengkilap, namun adapula yang berwarna kuning dan coklat
[ CITATION Fac00 \l 1033 ] . Kacang hijau merupakan sumber protein nabati, vitamin
(A,B1, C, dan E), serta beberapa zat lain yang sangat bermanfaat bagi tubuh
manusia, seperti amilum, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan,
magnesium dan niasin [ CITATION Pur05 \l 1033 ].
Berdasarkan SNI 01-3923-1995 syarat mutu dari kacang hijau adalah
bebas hama penyakit; bebas bau busuk, asam, apek dan bau-bau asing lainnya;
bebas dari bahan kimia seperti insektisida dan fungisida; dan memiliki suhu
normal. Kadar air kacang hijau maksimal sebesar 13% termasuk kedalam kacang
hijau dengan mutu I, dan kadar air maksimal sebesar 14% termasuk ke dalam
mutu II & III.
Berdasarkan hasil pengamatan, tidak terjadi perubahan bentuk pada
seluruh sampel kacang hijau dengan berbagai perlakuan, tetapi terjadi perubahan
warna dan perubahan bau pada beberapa perlakuan, perubahan warna dan bau nya
tidak terlalu signifikan. Perubahan bau yang paling signifikan terjadi pada sampel
dengan perlakuan kertas sak, baunya berubah pada akhir pengamatan menjadi bau
plastik yang sangat menyengat. Berat sampel untuk tiap perlakuan menunjukan
adanya fluktuasi berat, dimana rata-rata berat teus meningkat dari hari 0 hingga
M Zaky Mudzakir
240210170049

hari ke-14 kecuali pada perlakuan kertas sak dimana berat mengalami peningkatan
dari hari 0 hingga hari ke-7 namun kembali turun pada hari ke-14.

4.4 Kacang Kedelai


Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu
tanaman
palawija yang digolongkan ke dalam famili Leguminoceae, sub famili
Papilionoideae (Soeprapto, 1992). Tanaman kedelai berbentuk semak pendek
setinggi 30-100 cm, kedelai yang telah dibudidayakan tersebut merupakan
tanaman liar yang tumbuh merambat yang buahnya berbentuk polong dan bijinya
bulat lonjong. Tanaman kedelai ini dibudidayakan di lahan sawah maupun lahan
kering (ladang) (Suprapti, 2003). Kedelai merupakan salah-satu jenis kacang-
kacangan yang dapat digunakan sebagai sumber protein, lemak, vitamin, mineral
dan serat. Kacang kedelai mengandung sumber protein nabati yang kadar
proteinnya tinggi yaitu sebesar 35% bahkan pada varietas unggul dapat mencapai
40-44%. Selain itu juga mengandung asam lemak essensial, vitamin dan mineral
yang cukup. Di samping protein, kacang kedelai mempunyai nilai hayati yang
tinggi setelah diolah, karena kandungan susunan asam aminonya mendekati
susunan asam amino pada protein hewani (Koswara, 1992). Kedelai dapat
diandalkan untuk mengatasi kekurangan protein dalam menu makanan rakyat
Indonesia. Kedelai diproses menjadi bahan makanan yang dapat dilakukan dengan
berbagai cara, diantaranya dengan penghancuran, perebusan, peragian, fermentasi
dan pengasaman, sehingga menghasilkan produk tahu, kembang tahu, susu, kecap
dan produk lainnya (Nugroho, 2007). Kedelai mendapat perhatian besar di seluruh
dunia karena berbagai keunggulan lain yang dimilikinya diantaranya memilki
adaptibilitas agronomis yang tinggi, dapat hidup di daerah tropis dan subtropis,
juga di daerah dengan tanah dan iklim yang memungkinkan tanaman pangan
lainnya untuk tumbuhnya, serta memiliki kandungan gizi yang relatif tinggi dan
lengkap sebagaimana terangkum dalam (Suprapti, 2003).
Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa semua perlakuan
menunjukan adanya kenaikan berat dari hari 0 hingga hari ke-7, contohnya pada
plastik nilon berat awal menunjukan 200,093 dan pada hari ke-7 menunjukan
M Zaky Mudzakir
240210170049

202,8205. Namun pada hari ke-14 terlihat juga bahwa semua sampel mengalami
penurunan berat kecuali pada perlakuan standing pouch yang menunjukan adanya
kenaikan berat kembali. Turunnya berat pada pengamatan hari ke-14 bisa
disebabkan karena menurunnya kadar air dalam sampel, yang secara langsung
mempengaruhi berat sampel. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Muchtadi
(1992) bahwa kehilangan air selama penyimpanan tidak hanya menurunkan susut
bobot tetapi juga menurunkan mutu dan menimbulkan kerusakan.
Berdasarkan SNI 01-3922-1995 syarat mutu dari kacang kedelai adalah
bebas hama penyakit; bebas bau busuk, asam, apek dan bau-bau asing lainnya;
bebas dari bahan kimia seperti insektisida dan fungisida; dan memiliki suhu
normal. Kadar air kacang kedelai maksimal sebesar 13% termasuk kedalam
kacang kedelai dengan mutu I, kadar air maksimal sebesar 14% termasuk ke
dalam mutu II & III, dan kadar air maksimal 16% termasuk ke dalam mutu IV.
Berdasarkan karakteristik, sampel kacang kedelai yang digunakan untuk
pengamatan memenuhi syarat mutu kacang kedelai. Sehingga kacang kedelai
yang digunakan dalam praktikum memenuhi syarat mutu SNI.
Pengamatan pada warna kacang kedelai menghasilkan warna awal kuning
muda untuk perlakuan vakum dan coklat pucat untuk sampel tidak vakum, dimana
pada sampel yang diberikan perlakuan vakum (plastik nilon dan PE) terdapat
perubahan warna yang menunjukan kepudaran dari warna awal di hari 0. Pada
hari ke-14 terlihat bahwa sampel menunjukan warna kuning pudar. Sedangkan
untuk perlakuan tidak vakum (kertas sak dan standing pouch) tidak menunjukan
adanya perubahan warna sejak hari 0 hingga hari terakhir pengamatan.

4.5 Kacang Tanah


Kacang tanah merupakan tanaman polong-polongan dari family fabiodeae
yang juga merupakan tanaman penting dari keluarga polong-polongan kedua
setelah tanaman kedelai. Kacang tanah merupakan salah satu tanaman tropik yang
tumbuh secara perdu yang memiliki tinggi 30-50 cm dan tanaman yang
mengeluarkan daun yang kecil. (Batavia Reloed, 2012). Kacang tanah memiliki
Buah polong berbentuk silinder, berisi 1-6 biji. Setiap biji diliputi oleh selaput biji
tipis berwarna antara putih, merah, merah muda, ungu, hingga coklat kemerahan.
M Zaky Mudzakir
240210170049

Setiap biji memiliki dua keping biji yang lebar, epokotil dengan daun dan tunas
primordial, hipokotil, serta akar primer. Kacang tanah dapat dimanfaatkan sebagai
makanan cemilan.
Peningkatan produksi kacang tanah dilakukan dengan berbagai cara seperti
perluasan penanaman kacang tanah sehingga memiliki produksi yang baik dan
lain-lain tetapi kendala dalam budidaya kacang tanah begitu banyak seperti
kendala lahan yang banyak digunakan sebagai perumahan, kendala dari hama dan
penyakit tanaman. Sebenarnya tanaman kacang tanah memiliki sifat yang tidak
rentang serangan karat daun jika digunakan dari varietas yang tahan terhadap
karat daun (Hidayat, dkk, 2006).
Menurut SNI 01-3921-1995 syarat umum mutu dari kacang tanah adalah
bebas hama penyakit; bebas bau busuk, asam, dan bau asing lainnya; bebas dari
bahan kimia seperti : insektisida dan fungisida; dan memiliki suhu normal.
Sehingga kacang tanah yang digunakan memenuhi syarat mutu dari SNI.
Berdasarkan hasil pengamatan berat sampel pada tiap perlakuan
menandakan adanya fluktuasi. Peningkatan bobot ini bisa jadi diakibatkan karena
adanya akumulasi CO2 hasil dari respirasi, kelembaban meningkat (basah). Hal
ini diduga berdampak terhadap peningkatan bobot. Tekstur, aroma dan bentuk
sampel mulai dari kondisi awal hingga hari terakhir tidak menunjukan adanya
perubahan-perubahan yang signifikan. Warna sampel pun menunjukan tidak
adanya perubahan yang signifikan hanya saja pada perlakuan standing pouch
warna sampel pada hari ke-14 menunjukan adanya perubahan menjadi memudar.
M Zaky Mudzakir
240210170049

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan
sebegai berikut
 Untuk serealia rata-rata tidak mengalami perubahan yang signifikan untuk
bentuk, warna, aroma dan tekstur
 Perubahan yang terjadi terdapat pada berat dari hari 0 hingga hari ke-14
pada masing-masing perlakuan menunjukan adanya fluktuasi
 Untuk kacang-kacangan rata-rata tidak mengalami perubahan yang
signifikan untuk bentuk, warna, aroma dan tekstur
 Ada beberapa perlakuan yang menandakan perubahan signifikan pada hari
ke-14 pengamatan
 Perubahan yang terlihat jelas terdapat pada berat sampel dari hari 0 hingga
hari ke-14 pada masing-masing perlakuan yang menunjukan adanya
fluktuasi
 Fluktuasi berat dapat disebabkan oleh adanya perubahan aw juga akumulasi
CO2 dari hasil respirasi

5.2 Saran
Saran yang bisa diambil dari praktikum yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut
 Praktikan harus lebih teliti dan disiplin dalam menjalankan praktikum agar
meminimalisir terjadinya kontaminasi silang yang berakibat pada
ketidakakuratan data
M Zaky Mudzakir
240210170049

DAFTAR PUSTAKA

Astawan, M. d. 2004. Diet Sehat dengan Makanan Berserat. Tiga Serangkai


Pustaka Mandiri, Solo.

Badan Standardisasi Nasional. 1995. SNI 01 - 3921 - 1995 Tentang Kacang Tanah
Standar Mutu. Jakarta: BSN.

Badan Standardisasi Nasional. 1995. SNI 01-3923-1995 Tentang Kacang Hijau.


Jakarta: BSN.

Badan Standardisasi Nasional. 1995. 01-3922-1995. Tentang Kacang Kedelai.


Jakarta: BSN.

Batavia reload. 2012. http://bataviareload.w ordpress.com/daftar/pertanian/cara-


budidaya-kacang-tanah-yang-baik-dan-benar/. Diakses pada 3 Desember
2018

Danarti, S. N. 1992. Palawija, Budidaya dan Analisa Usaha Tani. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Damardjati, D.S. dan Endang Y.P. (1991), “Mutu Beras”, dalam Padi: Buku 3,
Eds: Soenarjo dkk, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Fachruddin, L. 2000. Budidaya Kacang Kacangan. Kanisius, Yogyakarta.

Hartono, P. d. 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya, Jakarta.

Hidayat, dkk. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta. C.V Andi Offset

Hui, Y. H. 2006. Handbook Of Food Science, Technology, And, Engineering


Volume I. Crc Press. USA Buckle, K.A. dkk. 2009. Ilmu Pangan. UI
Press. Jakarta.

Johnson, E. d. 1991. Dasar Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. ITB, Bandung.

Koswara, 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadi Makanan Bermutu.


Pustaka Sinar Harapan. Jakarta
M Zaky Mudzakir
240210170049

Muchtadi, T. R. (1992). Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Institut Pertanian


Bogor, Bogor.

Mutiarawati, 2007. Makanan Fungsional, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Nugroho, AI. 2007. Penentuan proporsi inokulum tempe tip hasil perbaikan pada
proses pembuatan tempe di UKM tempe Sanan kota Malang (skripsi).
Malang: Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya.

Prasetyo, 2003.Petunjuk Pasca Panen Serealia. Gramedia. Jakarta

Soeprapto, H.S., 1992. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta

Suprapti, L. 2003. Pembuatan Tempe. Kanisius. Yogyakarta.

Winarno, F. G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta.

Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi: Edisi Terbaru. Jakarta. Gramedia
Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai