Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP RECOVERY DAN SUPPORTIVE ENVIRONMENT


DALAM PERAWATAN KLIEN GANGGUAN JIWA
Disusun untuk memenuhi

Mata Kuliah : Keperawatan Keluarga

Pengampu : Rully Andika, MAN

Disusun oleh :

Riki Andri Maftukhin (108118046)

Adi Nugraha Vanda Damara (108118048)

Via Wahyuningtyas (108118049)

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta
petunjuk-Nya sehingga tersusunlah makalah ini dalam mata pelajaran
Keperawatan Jiwa . Dengan segala kerendahan hati kami menyadari dan
mengakui, bahwa isi dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
masih dalam proses pembelajaran. Tidaklah akan terwujud dalam penyusunan
makalah ini tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang membantu
kami. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada : Rully Andika, MAN selaku pengajar mata kuliah Keperawatan keluaraga
atas bimbingan yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Akhirnya, harapan kami semoga Allah SWT.
membalas kebaikan-kebaikan semua pihak yang telah memberikan bimbingan
serta bantuan dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi rekan-rekan kami khususnya mahasiswa Program Studi Keperawatan.

Cilacap, 18 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................3

PENDAHULUAN...................................................................................................3

A. Latar Belakang..................................................................................................3

B. Rumusan Masalah.............................................................................................4

C. Tujuan Penulisan..............................................................................................4

A. Konsep Recovery..............................................................................................6

B. Supportive Therapy (Wermon, Rockland).......................................................7

BAB III..................................................................................................................15

PENUTUP..............................................................................................................15

A. Kesimpulan.................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan


sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan
keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat
diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan
menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan
keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien.
Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung,
luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien
berubah.
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik
dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam
keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan
interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan
interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk
perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih
akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang
sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif
sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan
modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Konsep Recovery ?
b. Bagaimana Supportive Therapy itu ?
c. Bagaimana Manfaat dan Peran Perawat pada Pemberian Terapi pada
proses Penyembuhan ?
d. Apa saja terapi generalis itu ?
e. Apa saja terapi spesialis itu ?
C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui Konsep Recovery
b. Mengetahui Supportive Therapy
c. Mengetahui Manfaat dan Peran Perawat pada Pemberian Terapi pada
proses Penyembuhan
d. Mengetahui terapi generalis
e. Mengetahui terapi spesialis
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Recovery
Orang dengan gangguan jiwa berat yang mendapatkan dukungan
tepat dan secara individual, dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki
kehidupan yang memuaskan serta produktif. Recovery merupakan suatu proses
perjalanan mencapai kesembuhan dan transformasi yang memampukan
seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup bermakna di komunitas yang
dipilihnya untuk mencapai potensi yang dimilikinya (USDHHS, 2006 dalam
Stuart, 2013). Recovery merupakan proses dimana seseorang mampu untuk
hidup, bekerja, belajar dan berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya.
Recovery berimplikasi terhadap penurunan atau pengurangan gejala secara
keseluruhan (Ware et al, 2008 dalam Stuart 2013).

Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem recovery


yang berpusat pada diri sendiri dan motivasi diri. Aspek terpenting dari
recovery didefinisikan oleh setiap individu dengan pertolongan dari pemberi
layanan kesehatan jiwa dan orang-orang yang sangat penting dalam
kehidupannya (Stuart, 2010). Individu menerima dukungan pemulihan melalui
aktivitas yang didefinisikan sebagai rehabilitasi, yang merupakan proses
menolong seseorang kembali kepada level fungsi tertinggi yang dapat dicapai.
Recovery gangguan jiwa merupakan gabungan pelayanan sosial, edukasi,
okupasi, perilaku dan kognitif yang bertujuan pada pemulihan jangka panjang
dan memaksimalkan kecukupan diri (Stuart, 2013)

Sejumlah praktik berbasis bukti mendukung dan meningkatkan


pemulihan meliputi : tritmen asertif komunitas komunitas, dukungan bekerja,
manajemen dan pemulihan penyakit, tritmen terintegrasi untuk mendampingi
kejadian berulang gangguan jiwa dan penyalahgunaan zat, psikoedukasi
keluarga, manajemen pengobatan. Dukungan pemulihan dalam asuhan
keperawatan jiwa meliputi bekerja dengan tim tritmen multidisiplin yang
meliputi psikiater, psikolog, pekerja sosial, konselor, terapis okupasi, pakar
konsumen dan teman sejawat,manajer kasus, pengacara keluarga, pakar
pengambil kebijakan. Dukungan ini juga membutuhkan perawat untuk
berfokus pda tiga elemen yaitu : individu, keluarga dan komunitas (Stuart,
2013)

B. Supportive Therapy (Wermon, Rockland)


Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor biopsikososial
dan respo maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti:
sering sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami
banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah,
ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti : susah bergaul,
menarik diri,tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan,
dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan
jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi
pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan
masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon copinh adaptif,
individu diupayakan mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada
pada dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai alternative pemecahan
masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping
yang dimiliki dan yang biasa digunakan klien. Terapist berupaya menjalin
hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan coping
klien yang adaptif.

a. Manfaat dan Peran Perawat pada Pemberian Terapi pada Proses


Penyembuhan
Pemberian terapi adalah berbagai pendekatan penenganan klien
gangguan jiwa yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien
dengan gangguan jiwa dengan perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku yang
adaptif. Perawat sebagai terapis mendasarkan potensi yang dimiliki pasien
sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan dengan memberikan berbagai
macam terapi Generalis maupun Spesialis. Dalam pemberian terapi perawat
seabagai terapis senantiasa berdasarkan pada kompetensi yang dia miliki dan
kondisi pasien yang menjadi titik tolak terapi atau penyembuhan.

Efektivitas terapi komplementer dan alternatif (CAM) telah banyak


dibuktikan oleh klinisi yang merujuk klien ke praktisi CAM baik sebagai terapi
tunggal ataupu terapi tambahan dalam terapi konvensional. Terapi CAM dapat
memberi dampak penting dalam praktik keperawatan kesehatan jiwa. Terapi
alternatif telah banyak dirasakan bermanfaat, aman, hemat biaya, dan mudah
dilaksanakan di tatanan kesehtan jiwa. Terapi alternatif komplementer (CAM)
dapat dilakukan oleh perawat (Stuart, 2013).

Keperawatan termasuk dalam posisi yang ideal dalam memberikan


perawatan dengan menggabungkan banyak terapi CAM untuk mengatasi gejala
yang dialami oleh klien dengan gangguan jiwa. Disamping itu terapi CAM
yang memberdayakan klien dapat memperkuat hubungan antar perawat dan
klien dalam meningkatkan proses pemulihan (Stuart, 2013).

b. Terapi Generalis
1. Terapi Psikofarmakologi
Psikofarmakologi merupakan sebuah standar yang telah ditetapkan
dalam menangani penyakik-penyakit neurobiologis. Namun, obat tidak dpat
berjalan sendiri dalam menangani masalah personal, social atau komponen
lingkungan klien atau respon terhadap penyakit. Kondisi-kondisi tersebut
membutuhkan pendekatan yang terintegrasi dan komperensif dalam merawat
individudan gangguan jiwa.
 Peran perawat dalam psikofarmakologi
a. Pengkajian Klien
Pada proses kolaborasi pemberian obat sangat penting melakukan
pengkajian dasar klien termvsuk riwayat, kondisi fisik dan asil
laboratorium , evaluasi kesehatan jiwa, pengkajian social budaya dan
yang paling utama adalah riwayat pengobatan untuk dilengkapi pada
setiap klien sebelum diberikan pengobatan.
b. Kordinasi Tritmen Modalitas
Perawat memiliki peran penting dalam merancang program tritmen
yang komprehensif. Pilihan tritmen yang paling tepat pada setiap
klien bersifat individu dan merupakan gambaran dari rencana tritmen.
Kordinasi dalam melakukan perawatan merupakan tanggung jawab
utama perawat yang bersama-sama dengan klien dalam membina
hubungan terapiutik sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan.
c. Pemberian Obat
Perawat memiliki peran penting terhadap pengealaman klien dalam
mendapatkan pengobatan psikofarmakologi. Pada beberapa pelayanan
perawat bertugas menentukan jadwal dosis berdasarkan dosis
kebutuhan obat seta kebutuhan klien, mengatur pemberian obat dan
selalu waspada terhadap efek serta penanganan efek obat.
d. Monitor Efek Obat
Perawat berperan penting dalam memantau efek obat psikofarmaka.
Peran dalam memantau efek obat seperti membuat standarisasi
pengukuran efek obat terhadap target gejala, mengevaluasi dan
meminimalisasi efek samping, mengatasi reaksi berlawanan dan
mencatat efek obat terhadap konsep diri klien, kepercayaan serta
keyakinannya terhadap perawatan. Obat harus diberikan sesuai
dengan dosis yang direnkomendasikan dan dalam jumlah yang tepat
sebelum menentukan apakah memiliki dampak terapiutik yang
adekuat pada klien.
e. Edukasi Pengobatan
Perawat merupakan pemegan posisi utama dalam memberikan
edukasi pada klien dan keluarga tentang pengobatan. Edukasi meliputi
pemberian informasi lengkap kepada klien dan keluarga sehingga
mereka dapat memahami, mendiskusikan dan menerimanya. Edukasi
tentang obat merupakan kunci penting agar efektif dan aman dalam
mengonsumsi obat-obat psikotropika, kolaborasi klien dalam
merencanakan tritmen dan kepatuhan klien terhadap regimen terapi
obat.
2. Terapi Kejang Listrik (Elektroconvulsive Therapis)
Terapi kejang listrik (elektroconvulsive therapis / ECT) pertama
kali dilakukan pada tahun 1938 sbagai tritmen untuk klien skizofrenia,
ketika diyakini bahwa klien epilepsy jarang mengalami skizofrenia, dan
dianggap bahwa pemberian kejang biasa menyembuhkan skizofrenia.
Terapi Kejang listrik adalah pengobatan dengan pemberian kejang
yang cukup berat melalui alat yang diindukdi pada klien yang yang dibius
dengan memeberikan arus listrik melalui elektroda yang dipasang pada
klien (Manked et al,2010).
ECT merupakan tritmen gangguan jiwa yang efektif dan
umumnya dapat ditoleransi dengan baik oleh klien. Dalam beberapa
kasus, stelah program awal tritmen sukses, pemiliharaan ECT ditambah
dengan pemberian obat antridepresan: untuk bulan pertama setelah remisi
program remisi trigmen dilakukan seminggu sekali, kemudian berkurang
secara bertahap menjadi sebulan sekali (perbulan) (APA, 2001).
Indikasi utama ECT adalah depresi berat (Weiner dan
Falcone,2011). Beberapa ahli menganggap terapi ini digunakan sebagai
standar emas untuk mengatasi kodisi depresi yang bertahan (Nahas dan
Anderson,2011). Tingkat respon terhadap ECT 80% atau lebih untuk
sebagian besar klien lebih baik daripada tingkat respon terhadap obat
antidepresan, sehingga terapi dianggap sebai antidepresan yang paling
efektif (Keltner dan Boschini,2009).
 Peran perawat
Perawat kesehatan jiwa memiliki peran penting dalam melakukan
ECT. Peran ini meliputi tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi.
Dukungan Emosi dan Pendidikan. Asuhan keperawatan diberikan kepada
klien dan keluarga setelah dijelaskan bahwa ECT merupakan pilihan
program tritmen. Peran paling penting perawat adalah memberikan
kesempatan bagi klien untuk untuk mengespresikan perasaan, termasuk
masalah yang terkait dengan mitos atau yang berkaitan dengan ECT.
Perawat dapat mengajarkan klien dan keluarga, mempertimbangkan
ansietas, kesiapan untuk belajar, dan kemampuan untuk memahami
penjelasan yang diberikan.
Asuhan Keperawatan Sebelum Prosedur Tritmen, pemberian
asuhan keperawatan ini meliputi peninjauan kembali proses konsultasi,
memastikan bahwa setiap kelainan hasil tes laboratorium telah ditangani,
dan memeriksa bahwa peralatan dan perlengkapan yang diperlukan telah
memadai dan berfungsi.
Asuhan keperawatan selama prosedur, klien harus dibawah ke
ruan tritmen, baik dengan berjalan kaki atau dibawah dengan
menggunakan kursi roda, didampingi seorang perwat dan dengan
siapapun klien merasa nyaman. Perawat harus tetap mendapingi klien
selama pelaksanaan terapi untuk memberikan dukungan pada klien.
Asuhan keperawatan setelah prosedur, ruang pemulihan harus
berdekatan dengan dengan ruang tritmen untuk memudahkan akses staf
anastesi keluar masuk dalam keadaan darurat. Setelah klien berada diruan
pemulihan perawat harus harus mengokservasi klien sampai benar-benar
pulih. Perawat harus meyakinkan kodisi klien dan secara periodic
mengorentasikan klien. Pemberian penjelasan yang singkat, sangat
membantu klien dalam proses pemulihan. Perawat harus menjelaskan
bahwa sebagian besar masalah memori akan hilang dalam beberapa
minggu.

3. Terapi Tindakan Pada Keluarga


Tindakan pada keluarga merupakan terapi yang ditujukan untuk
melibatkan keluarga dan mendorong mereka untuk menjadi peserta aktif
dalam ritmen dan pemulihan, sehingga meningkatkan keterampilan
koping pada klien dan keluarga mereka.
Peran Perawat dalam terapi keluarga yaitu untuk mendorong
hubungan keluarga yang sehat melalui psikoedukasi, penguatan
kekuatan, konseling sportif, dan rujukan untuk terapi dan dukungan.
Perawat sudah dipersiapkan dengan baik untuk meningkatkan fungsi
keluarga dalam pengaturan klinis tradisional dan nontradisional.
Perawat harus mengintegrasikan teori berbasis keluarga dengan
ilmu tindakan pada keluarga dalam program klinis, memberikan dan
mempromosikan tindakan pada keluarga berbasis-bukti, dan advokasi
untuk keluarga dan penggantian pihak ketiga untuk tindakan pada
keluarga.
 Advokasi Keluarga merupakan model bekerja dengan orang tua dan
anggota keluarga untuk membantu mereka bertindak sebagai advokat
dengan dan atas nama anggotakeluarga yang memiliki
ketidakmampuan
 Praktik yang berorientasi pada keluarga mengacu pada tindakan
tertentu pada keluarga dan kerangka konseptual yang lebih luas
untuk tindakan yang mencakup asuhan keperawatan yang berpusat
pada keluarga.
 Ilmu tindaka keluarga merupakan area keilmuan yang
didefinisikan dengan penelitian dalam mengubah perilaku keluarga.
4. Iktisas Terapi Kelompok

Kelompok menawarkan berbagai hubungan antara anggota karena


setiap anggota kelompok akan berinteraksi satu sama lain dengan
pemimpin kelompok. Anggota kelompok berasal dari berbagai latar
belakang dan masing-masing memiliki kesempatan untuk belajar dari
orang lain diluar lingkaran sosialnya.mereka dihadapkan dengan rasa iri
hati, daya tarik, daya saing, dan banyak emosi lainnya dan perasaan yang
diungkapkan oleh orang lain (Yalom,2005).

Kelompok terapiutik memiliki tujuan bersama yaitu kelompok


memiliki tujuan kelompok untuk membantu anggota yang secara konsisten
terlibat dalam engidentifikasi hubungan destruktif dan mengubah perilaku
maladaptive mereka.

 Peran Perawat

Perawat sebagai pemimpin kelompok harus dapat mengkordinir


dan mempelajari kelompok dan berpartisipasi di dalamnya pada waktu
bersamaan. Pemimpin harus selalu memantau kelompok dan bila
diperlukan, membantu kelompok mencapai tujuannya.

Kualitas pemimpin perawat yang efektif merupakan kualitas yang


sama pentingnya dalam hubungan terapiutik, secara khusus kemampuan
perawat meliputi sikap responsive dan aktif berimpati, ketulusan, dan
kemampuan konfrontasi.

c. Terapi Spesialis
a. Guided Imagery
Guided Imagery merupakan program yang mengarahkan pikiran
dengan memandu imajinasi seseorang terhadap situasi santai, fokus pada
kondisi untuk mengurangi stres dan meningkatkan kenyaman serta
suasana hati (Stuart, 2013). Klien yang menerima GI memiliki tingkat
kenyamanan yang lebih tinggi dan tingkat depresi, ansietas dan stres
yang lebih rendah dibandingkan dengan klien yang tidak menerima GI
(Apostolo dan Kolcaba, 2009). Selain itu teknik imagery telah digunakan
dalam berbagai kondisi dan populasi. Nyeri dan kanker adalah dua
kondisi di mana teknik imagery telah membantu baik pada orang dewasa
ataupun anak-anak (Lindquist, 2014).
b. Music Intervention
Terapi musik digunakan dengan menerapkan unsur-unsur
penyembuhan untuk memenuhi kebutuhan spesifik pada individu. Di
Amerika Serikat dan di seluruh dunia, terapis musik bekerja di berbagai
fasilitas dan perawatan kesehatan. Meskipun terapis musik secara khusus
dilatih untuk menggunakan musik dalam berbagai cara terapi, ada banyak
situasi di mana perawat dapat menerapkan intervensi musik ke dalam
rencana perawatan pasien (Lindquist, 2014).
Musik dan proses fisiologis (detak jantung, tekanan darah,
gelombang otak, suhu tubuh, pencernaan, dan hormon adrenal)
melibatkan irama dan getaran yang terjadi secara rutin, berkala dan
terdiri dari osilasi (Crowe, 2004 dalam Lindquist, 2014). Intervensi
musik memberikan pasien / klien stimulus menghibur yang dapat
membangkitkan sensasi menyenangkan sambil memfokuskan perhatian
individu ke musik bukan pada pikiran stres, nyeri, ketidaknyamanan, atau
rangsangan lingkungan lainnya (Lindquist, 2014).
c. Humor
Psikoterapis Steven Sultanoff menjelaskan bahwa perbedaan utama
antara komedi-klub humor dan humor terapi. Tujuan dari menggunakan
humor terapi sebagai terapi komplementer harus jelas untuk kepentingan
klien atau pasien, bukan untuk terapis/perawat sebagai kepuasan pribadi
atau hanya untuk kesenangan "(Steven Sultanoff, 2012 dalam Lindquist,
2014). Humor terapi telah didefinisikan sebagai setiap intervensi yang
mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan dengan merangsang
ekspresi. Intervensi ini dapat meningkatkan kesehatan, sebagai terapi
komplementer, memfasilitasi penyembuhan atau mengatasi baik fisik,
emosi, kognitif, sosial, dan spiritual "(AATH, 2000 dalam Lindquist,
2014).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu
mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya
serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Secara umum diketahui bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh
adanya gangguan pada otak tapi tidak diketahui secara pasti apa yang
mencetuskannya. Stress diduga sebagai pencetus dari gangguan jiwa tapi
stress dapat juga merupakan hasil dari berkembangnya mental illness pd diri
seseorang. Prinsip Keperawatan Jiwa, antara lain:
a. Manusia
b. Lingkungan
c. Kesehatan
d. Keperawatan
Kesehatan jiwa meliputi :
a. Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri
b. Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain
c. Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari -
hari.
Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah memberikan asuhan
keperawatan secara langsung dan asuhan keperawatan secara tiak langsung.
Fungsi ini dapat icapai dengan aktifitas perawat kesehatan jiwa yang
membantu upaya penanggulangan maslah kesehatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Caldwell, Barbara A,PhD., A.P.N.-B.C., Sclafani, Michael, MS,M.Ed,


R.N., Swarbrick, Margaret, PhD,O.T.R., C.P.R.P., & Piren, Karen, MSN,R.N.,
A.P.N. (2010). Psychiatric nursing practice & the recovery model of care.
Davidson, L., O'Connell, M., Tondora, J., Styron, T., & Kangas, K.
(2006). The top ten concerns about recovery encountered in mental health system
transformation. Psychiatric Services, 57(5), 640-5.
Drake, R. E., Goldman, H. H., Leff, H. S., Lehman, A. F., Dixon, L.,
Mueser, K. T., & Torrey, W. C. (2001). Implementing evidence-based practices in
routine mental health service settings. Psychiatric Services, 52, 179-182.
Linquist, R.,Snyder, M.,Tracy, F. Mary. (2014). Complementary &
Alternative Therapies in Nursing. Springer Publishing Company
O'Connell, M., Tondora, J., Croog, G., Evans, A., & Davidson, L. (2005).
from rhetoric to routine: assessing perceptions of recovery-oriented practices in a
state mental health and addiction system. Psychiatric Rehabilitation Journal,
28(4), 378-86.
Stuart, W. Gail. (2013). Principles of Psychiatric Nursing, 10 Edition.
ELSEVIER
Varcarolis, M. Elizabeth. (2013). Essentials of Psychiatric Mental
Health Nursing; A Communication Approach to Evidence-Based Care Second
Edition. ELSEVIER

Anda mungkin juga menyukai