Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH MATERNITAS

“ASKEP PASCA PARTUM KOMPLIKASI EPISIOTOMI”

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Kheli Fitria Annuril, S.Kep

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 13

1. ASEP ARIO (P05120219053)


2. RESVI ZULPIAH (P05120219077)
3. SHEILA OCTA BOUTIVAR (P05120219081)
4. SILPI YULIA NENGSI (P05120219032032)
5. WULAN ANGGRAENY (P051202190)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

DIPLOMA III KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021

vii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................

Daftar Isi .........................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .........................................................................................

B. Tujuan Penulisan ......................................................................................

C. Pengumpulan Data ....................................................................................

D. Sistematika Penulisan ...............................................................................

BAB II ISI

A. Pengertian Episiotomi Dan ASKEP Episiotomi........................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................

B Saran ..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian maternal untuk Indonesia diperhitungkan 6-8 per 1000 kelahiran,
angka ini sangat tinggi apabila dibandingkan angka- angka di negara maju.Perkembangan ini
terlihat pada semua Negara-negara maju; umumnya angka kematian maternal kini di negara-
negara maju berkisar antara 1,5 dan 3,0 per 10.000 kelahiran hidup (Wiknjosastro, 2002).
Episiotomi dikembangkan di Inggris pada tahun 1970 dan awal tahun 1980-an, dimana saat
itu tindakan episiotomi dipakai sekitar 50%. Tindakan episiotomy umumnya dilakukan pada
wanita yang baru pertama melahirkan. Namun kadang-kadang episiotomy dilakukan juga
pada persalinan berikutnya,tergantung situasinya.Bila akan terjadi robekan maka dilakukan
episiotomy (Ayahbunda- online_com.htm.dr. lastiko Bramantyo Sp.OG. 2006).

The American College Of Obstetricians and Gynecologists (ACOG)


merekomendasikan bahwa episiotomy rutin tidak perlu dilakukan karena dapat meningkatkan
resiko komplikasi tertentu.Hal ini bukan berarti episiotomy tidak boleh dilakukan hanya saja
tidak perlu secara rutin pada setiap wanita yang menjalani persalinan per vaginam
(Kalbe.co.id. 2005).

Prinsip tindakan episiotomi adalah pencegahan kerusakan yang lebih hebat pada
jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas adaptasi atau elatisitas jaringan.
Oleh karena itu, pertimbangan untuk melakukan episiotomi harus mengacu pada

pertimbangan klinik yang tepat dan teknik yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi
tersebut.Sehingga sebagai perawat harus ikut berperan serta dalam upaya perawatan
episiotomi dengan mengikutsertakan keluarga dan pasien dalam penyuluhan pentingnya
perawatan episiotomi sehingga mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan dan
perbaikan jaringan
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengetahui pentingnya perawatan secara nyata tentang asuhan Keperawatan pasien post
partum dengan episiotomi

2. Tujuan Khusus
3
a. Mendeskripsikan pengkajian pada pasien post partum dengan episiotomi

b. Mendeskripsikan permasalahan (diagnosa keparawatan) pada pasien post partum dengan


episiotomi

D. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas penulis akan menguraikan secara singkat dalam
bentuk bab dan sub bab penulisan karya tulis.

4
BAB II

ISI

A. Askep Teoritis

A. Pengkajian

Fokus pengkajian diambil dari Doengoes 2001.

1. Tekanan darah Tekanan darah sedikit meningkat karena upaya persalinan dan keletihan,
keadaan ini akan normal kembali dalam waktu 1 jam.

2. Nadi Nadi kembali ke frekuensi normal dalam waktu 1 jam dan mungkin terjadi sedikit
bradikardi (50 sampai 70 kali permenit).

3. Suhu tubuh Suhu tubuh mungkin meningkat bila terjadi dehidrasi.

4. Payudara Produksi kolostrom 48 jam pertama, berlanjut pada susu matur biasanya pada
hari ke-3, mungkin lebih dini tergantung kapan menyusui dimulai.

5. Fundus uteri Fundus harus berada dalam midline, keras dan 2 cm dibawah umbilicus. Bila
uterus lembek , lakukan masase sampai keras. Bila fundus bergeser kearah kanan midline ,
periksa adanya distensi kandung kemih.

6. Kandung kemih Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5, kandung kemih ibu cepat terisi
karena diuresis post partum dan cairan intra vena.

7. Lochea Lochea rubra berlanjut sampai hari ke-23, menjadi lochea serosa dengan aliran
sedang. Bila darah mengalir dengan cepat, dicurigai terjadinya robekan servik.

8. Perineum Episiotomi dan perineum harus bersih, tidak berwarna, dan tidak edema dan
jahitan harus utuh.

9. Nyeri/ Ketidaknyamanan Nyeri tekan payudara/ pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-
3 dampai ke-5 post partum. Periksa adanya nyeri yang berlebihan pada perineum dan adanya
kematian dibawah episiotomi.

10. Makanan / Cairan Kehilangan nafsu makan dikeluhkan kira-kira hari ke-3.
5
11. Interaksi anak-orang tua Perlu diperhatikan ekspresi wajah orang tua ketika melihat pada
bayinya, apa yang mereka dan apa yang mereka lakukan. Responrespon negatif yang terlihat
jelas menandakan adanya masalah.

12. Integritas ego Peka rangsang, takut / menangis (”post partum Blues”) sering terlihat kira-
kira 3 hari setelah melahirkan.

B. Diagnosa

C. intervensi

D. implementasi

E. evaluasi

Analisa Data

No Data Problem Etiologi

S : klien tampak klien mengatakan nyeri


1. pada perineum akibat episiotomi Gangguan Terputusnya
skala 8, ketika bergerak nyerinya rasa nyeri jaringan
seperti cekit-cekit dan perih. sekunder
O : klien tampak meringis kesakitan terhadap luka
episiotomi

6
2. S : klien mengatakan masih keluar darah Trauma
dari jalan lahir seperti menstruasi jaringan /
O : • adanya kemerahan dan nyeri tekan Resiko kerusakan
pada perineum infeksi fisik
• terdapat luka episiotomi, keadaan
vulva kotor, keluar lochea rubra ± 40
cc,cairan berwarna merah, Hb:11,80 gr
%, suhu: 36,5ºC.
Kurangnya Minimnya
3.
S : klien mengatakan tidak tahu pengetahuan informasi
bagaimana melakukan perawatan tentang tentang
payudara “Breast perawatan
O : Klien sering bertanya bagaimana Care”. payudara
melakukan perawatan payudara.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya

jaringan sekunder terhadap luka episiotomi ditandai dengan klien

mengatakan nyeri pada perineum akibat episiotomi, skala 8 ketika

bergerak nyerinya cekit- cekit dan perih, klien tampak meringis

kesakitan.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/kerusakan

kulit ditandai dengan klien mengatakan masih keluar darah dan

jalan seperti menstruasi, adanya kemerahan dan nyeri tekan pada

perineum, terdapat luka episiotomi, keadaan vulva kotor, keluar

lochea rubra ± 40 cc.

3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi

tentang Breast care ditandai dengan klien mengatakan tidak tahu


bagaimana cara melakukan perawatan payudara, klien sering

bertanya-tanya bagaimana cara melakukan perawatan payudara.


C. Nursing Care Plan, Implementasi dan
Evaluasi

Dx. 1 →Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan

terputusnya jaringan sekunder terhadap luka episiotomi ditandai

dengan klien mengatakan nyeri pada perineum akibat episiotomi, skala

8 ketika bergerak nyerinya cekit-cekit dan perih, klien tampak meringis

kesakitan.

1. Tujuan
:

Mencegah atau meminimalkan rasa nyeri.

2.
Kriteria

a) Nyeri berkurang atau

hilang. b) Ekspresi wajah

rileks.

c) Pasien mampu melakukan tindakan dan mengungkapkan

intervensi untuk mengatasi nyeri dengan cepat.

d) Tanda-tanda vital normal (tekanan darah 120/ 80 mm Hg. Nadi


80-

88 x/
menit)

3.
Intervensi

a) Tentukan lokasi dan sifat nyeri.

Rasional : mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan

khusus dan intervensi yang tepat


b) Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi

Rasional : dapat menunjukkan trauma berlebihan pada

jaringan perineal dan atau terjadinya komplikasi yang

memerlukan evaluasi atau intervensi lebih lanjut.

c) Ajarkan klien untuk duduk dengan mengkonstraksikan otot


gluteal.
Rasional : penggunaan pengencangan gluteal saat

duduk menurunkan strees dan tekanan langsung pada

perineum.

d) Berikan informasi tentang berbagai startegi untuk

menurunkan nyeri, misalnya teknik relaksasi dan distraksi.

Rasional : membantu memberikan rasa nyaman.

e) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian


analgetik

Rasional : memberikan kenyamanan sehingga klien

dapat memfokuskan pada perawatan sendiri dan bayinya.

Dx. 2 → Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/kerusakan

kulit ditandai dengan klien mengatakan masih keluar darah dan jalan

seperti menstruasi, adanya kemerahan dan nyeri tekan pada perineum,

terdapat luka episiotomi, keadaan vulva kotor, keluar lochea rubra ± 40

cc.

1. Tujuan
:

Infeksi tidak terjadi.

2. Kriteria
:

a) Luka episiotomi sembuh dengan sempurna dan tidak ada tanda-

tanda infeksi (color, tumor, dolor, dan fungsio laesa)

b) Pasien mampu mendemontrasikan teknik-teknik untuk

meningkatkan penyembuhan.
c) Tanda-tanda vital dalam batas normal, terutama suhu (36-37º C)

d) Nutrisi terpenuhi (adekuat)

3. Intervensi
:

a) Kaji adanya perubahan suhu.


Rasional : Peningkatan suhu sampai 38,3º C pada 2-10 hari

setelah melahirkan sangat menandakan infeksi.

b) Observasi kondisi episiotomi seperti adanya kemerahan, nyeri

tekan yang berlebihan dan eksudat yang berlebihan.

Rasional : Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada

jaringan parenial dan atau terjadinya komplikasi yang memerlukan

evaluasi intervensi lebih lanjut.

c) Anjurkan pada pasien untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah

menyentuh genital.

Rasional : membantu mencegah/ menghalangi penyebaran

infeksi. d) Catat jumlah dan bau lochea atau perubahan yang

abnormal.

Rasional : Lochea normal mempunyai bau amis, lochea yang

purulen dan bau busuk menunjukkan adanya infeksi.

e) Anjurkan pada pasien untuk mencuci perineum dengan

menggunakan sabun dari depan kebelakang dan untuk

mengganti pembalut sedikitnya setiap 4 jam atau jika pembalut

basah.

Rasional : Membantu mencegah kontaminasi rektal memasuki

vagina atau uretra

f) Ajarkan pada klien tentang cara perawatan luka perineum.

Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien tentang perawatan

vulva. g) Kolaborasi untuk pemberian anti biotik


Rasional : Mencegah infeksi dan penyebaran kejaringan
sekitar.
Dx. 3 → Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya

informasi tentang perawatan payudara ditandai dengan klien mengatakan

tidak tahu bagaimana cara melakukan perawatan payudara, klien sering

bertanya-tanya bagaimana cara melakukan perawatan payudara.

1. Tujuan
:

Agar ASI lancar, sekitar areola dan puting tidak kotor, payudara

tidak bengkak

2. Kriteria
:

a) klien dapat mengerti tentang cara perawatan

payudara. b) Klien mampu melakukan cara perawatan

payudara.

3. Intervensi
:

a) Lakukan Breast care pada klien

Rasional : menggali seberapa banyak pengetahuan dan

pemahaman yang diterima pasien

b) Ajarkan breast care pada Ibu

Rasional : agar payudara tidak bengkak dan ASI

lancar c) Kaji pengetahuan klien tentang perawatan

payudara

Rasional : Menggali seberapa banyak pengetahuan yang diterima

klien d) Kaji produksi ASI pada klien


Rasional : Untuk mengetahui seberapa banyak produksi ASI

e) Anjurkan pada Ibu untuk melakukan perawatan payudara tiap pagi


hari

Rasional : Agar ASI keluar dengan lancar


E. Implementasi

No. Waktu IMPLEMENTASI RESPON KLIEN Paraf


Dx
I Rabu, 9 1. Mengkaji S : Pasien mengatakan
Mei keluhan pasien nyeri pada daerah luka
2007 jahitan terutama saat
Jam bergerak, skala nyeri 8
14.30 O : Pasien tampak
meringis
menahan nyeri
saat klien
menggeserkan
tubuhnya untuk duduk,
I 14.40 2. Memberikan S:−
penjelasan kepada klien O : Klien lebih tenang
bahwa rasa nyeri hal dan cemas berkurang
S : Klien menyatakan
II 14.50 3. Melakukan vulva lebih nyaman setelah
hygiene dan dibersihkan daerah
mengobservasi luka vulvanya.
episiotomi dengan O :Pasien tampak bersih,
REEDA lochea rubra ± 40
cc, tak ada
oedem, ada
kemerahan,ada bintik-
bintik kebiruan pada
perineum,ada nyeri
I 15.20 4. Menganjurkan pasien tekan pada perineum.
S : Pasien mengatakan
untuk relaksasi tarik nyeri berkurang dan
nafas panjang dalam merasa nyaman. Skala
nyeri 4-5 setelah
melakukan nafas
panjang dalam.
O : Pasien tampak
rileks dan tenang,
I, 15.30 5. Mengukur tanda- S : −ekspresi wajah tidak
II tanda vital O : TD : 120/80 mmHg,
N : 80 x/menit, S :
36°C RR : 24 x/
I 15.45 6. Menganjurkan pasien S : Klien mengatakan
untuk duduk dengan dapat mengontrol
mengontraksikan otot nyerinya secara
gluteal minimal.
O : Klien tampak rileks
dan menjawab akan
mengkontraksikan otot
gluteal saat buang air
besar.
II 17.00 9. Memberikan obat S : −
peroral 1 tablet O : Obat diminum pasien
amoxicillin dan 1 tablet melalui oral, tidak ada
vitamin BC mual muntah
I 21.00 11.Menciptakan S:−
lingkungan yang O: Suasana ruangan
tenang dan nyaman tampak terang, pasien
tampak rileks dan
tiduran diatas tempat
Kamis,
10 Mei
2007,
I jam 1. Mengkaji S : klien mengatakan
08.00 keluhan pasien dapat mengontrol
nyerinya .
O : Pasien tampak tenang,
rileks, ekspresi wajah
S:−
II 08.15 2. Melakukan vulva O : Vulva sudah
Hygiene dan bersih, tidak ada
mengobservasi oedem pada perineum,
luka episiotomi tidak ada kemerahan,
tidak ada bintik
kebiruan pada
perineum, nyeri tekan
perineum masih,
II 08.30 3. menganjurkan pasien S :lochea rubra ± 30 cc.
Pasien
untuk mencuci mengatakan
tangan sebelum dan memegang genital jika
sesudah memegang mau BAK saja
genital O : Pasien menjawab
akan selalu mencuci
tangan baik sebelum/
III 08.45 4. Mengkaji S : Klien
pengetahuan klien mengatakan paham
tentang perawatan tentang perawatan
payudara payudara
III 09.00 5. Melakukan Breast S : Klien mengatakan
care pada klien lebih nyaman, enak
setelah dilakukan

O : Pasien tampak
senang, payudara tidak
I, 11.30 6. Mengukur TTV S:−
II O : TD : 120/80
mmHg, N : 80 x/
menit,
I, 12.30 7. Memberikan obat S:−
II peroral 1 tablet O : Obat diminum
amoxicylin dan 1 melalui oral, tidak ada
tablet vitamin BC mual muntah
Jumat,
11 Mei
2007
I 07.30 1.mengkaji keluhan S : klien mengatakan
pasien nyeri berkurang,dapat
berjalan kekamar
mandi O : pasien tampak
rileks dan tenang, terlihat
sedang duduk, ekspresi
wajah tidak
III 08.00 2.Mengajarkan S menahan : nyeri,tampak
Klien
perawatan payudara mendemontrasikan
pada pasien. cara

III 08.30 3. Mengkaji S : Klien


pengetahuan klien mengatakan paham
tentang perawatan dan mengerti tentang
payudara perawatan payudara
O : Klien tampak gembira
II 09.00 4. Mengajarkan pada S : Klien mengatakan
klien tentang cara- sudah mengetahui cara
cara perawatan perawatan perineum
perineum O : Klien
mampu
menyebukan ulang
cara- cara perawatan
II 09.30 5. Mengobservasi S:-
luka episiotomi O : lochea rubra ± 20 cc,
tidak ada oedem, tidak
ada kemerahan, jahitan
tidak tampak,
perineum kembali
seperti biasa, nyeri
tekan masih.
II 10.30 6. Menganjurkan
pasien untuk S : klien menyatakan
mencuci perineum lebih nyaman dan
dengan sabun dari lebih keset
depan ke belakang O : Pasien menjawab
dan untuk akan
mengganti melakukannya secara
pembalutproduksi
jika sudah rutin untuk menjaga
III 11.00 7. Mengkaji ASI S:-
pada klien O : setelah dilakukan
breast care, ASI keluar
lancar, payudara tidak
bengkak.
III 11.15 8. menganjurkan ibu S : Klien mengatakan
untuk melakukan akan melakukan
perawatan payudara perawatan payudara
tiap pagi hari. tiap pagi hari
I, 11.30 9. Mengukur TTV S :-
II O : TD : 120/80 mmHg,
N: 84 x/menit,
Suhu

F. Evaluasi

No. Waktu EVALUAS Paraf


Dx I
Jumat,
I. 11 S : Klien mengatakan skala nyeri berkurang
Mei yaitu 2. O : Klien terlihat rileks dan tidak lemas
2007 TD : 120/80 mmHg, S : 36,5 ° C, N : 84 x/
!2.30 menit, RR : 22x/ menit
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
9 kaji karakteristik / skala nyeri
9 Anjurkan pasien untuk mobilitas dini /
II. 12.45 S : – teknik relaksasi.
O :● Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka
jahitan pada perineum
● TD : 120/80 mmHg, N : 84x/menit, S :
36,5° C RR : 22 x/ menit
● Tidak ada kemerahan, tidak ada oedem,
tidak ada perdarahan/ nanah pada luka
jahitan
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
9 Lakukan perawatan vulva hygiene
S : Klien mengatakan sudah paham bagaimana
cara melakukan perawatan payudara
III 13.15 O :Klien belajar mendemontrasikan
perawatan
payudara.
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
9 Anjurkan klien melakukan breast care
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kasus post partum episiotomi pada klien adalah tipe lateralis atas indikasi perineum yang
kaku, efek samping dari tindakan insisi ini adalah penyembuhan luka yang lama.Jika tidak
mendapat perawatan yang optimal dapat menimbulkan komplikasi , yaitu terjadinya infeksi
pada luka episiotomi.

2. Asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien mulai dari pengkajian masalah
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Pada kasus Ny. T muncul masalah
keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri, resiko terjadinya infeksi, dan kurang pengetahuan
klien tentang perawatan payudara. Setelah dilakukan tindakan keperawatan sesuai intervensi
yang ada didapatkan hasil evaluasi masalah dapat teratasi sesuai dengan kriteria hasil.
Namun ada masalah resiko terjadinya infeksi hanya teratasi sebagian karena masalah ini
masih perlu tindakan lebih lanjut hingga luka episiotomi sembuh.

B. Saran

1. Perawat hendaknya melakukan pengkajian post partum episiotomi secara tepat agar tidak
muncul komplikasi yang lebih berat sesuai dengan tahap-tahap asuhan keperawatan, karena
pada dasarnya post episiotomi bisa sembuh secara cepat bila dilakukan penanganan secara
dini dan akurat.

2. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan diperlukan kerjasama dengan tim kesehatan


yang lain, serta keluarga sehingga dapat dilakukan penentuan tindakan yang tepat.

3. Untuk pendokumentasian hendaknya dilengkapi mulai dari pengkajian sampai evaluasi


agar pelaksanaan asuhan keperawatan lebih terfokus sehingga intervensi dapat dilakukan
dan informasi yang diberikan harus lebih jelas agar dalam pelaksanaannya tidak terjadi salah
paham antar anggota perawat.

4. Hendaknya Rumah Sakit memberikan informasi-informasi tentang kesehatan pada pasien


dengan menggunakan leafleat agar dapat diinformasikan pada orang lain, sehingga
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan meningkat yang bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, M. Irene .2004. Maternity and Gynekologic Care, Mosby Company, USA.

Bramantyo,Lastiko.2006.Info Ayahbunda,Retrieved June 11,2007,from


http://www.ayahbunda-online_com.htm

Carpenito, L. J. 1998. Hand Book of Nursing Diagnosis : Diagnosa Keperawatan,


Edisi 6, Alih Bahasa Monica Ester, SKp, dkk, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

Doengoes, M. E .2001. Rencana Keperawatan Maternal atau Bayi : Pedoman


Untuk Perencanaan dan Dokumentasi Keperawatan Klien, Edisi 2, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

INS.2005.Episiotomi Rutin Tidak Perlu Dilakukan, Retrieved May 6,2007,from


http://Kalbe.co.id

Mansjoer, Arif .1999. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, FKUI, Jakarta.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi,


Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Novitasari.2006.Masa Setelah Melahirkan Dilema Nifas Dan Kenyerian Hubungan


Seks ,Retrieved May 15, 2007,from http://www.bali-travelnews.com

Prawirohardjo, Sarwono .2002. Ilmu Kebidanan, Edisi 3,Cetakan 6, Penerbit


Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

Rusda, M. 2004. Anastesi Infiltrasi Pada Episiotomi. Universitas Sumatra Utara,


Retrieved May 4, 2007, from http://library.usu.ac.id/modules.php.html#1

Tucker, Susan M. 2001.Standart Perawatan Pasien: Proses Keperawatan ,Diagnosa


,dan Evaluasi, Vol.4,Alih Bahasa: Yasmin Asih, EGC,Jakarta

Wiknjosastro, Hanifa .2002. Ilmu Kebidanan, Edisi 3, Cetakan 6, Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai