Anda di halaman 1dari 18

PERLUASAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM

CRIMINAL JUSTICE SYSTEM

TRI AGUS GUNAWAN, SH., MH.


PROGRAM STUDI HUKUM
UNIVERSITAS TIDAR
PEMBUKTIAN
Menurut Subekti:
Pembuktian adalah upaya meyakinkan Hakim akan
hubungan hukum yang sebenarnya antara para pihak
dalam perkara, dalam hal ini antara bukti-bukti dengan
tindak pidana yang didakwakan.

Subekti, Hukum Pembuktian, hlm 7


PEMBUKTIAN
Menurut M. Yahya Harahap:
Pembuktian merupakan masalah yang memegang
peranan dalam proses pemeriksaan sidang pengadilan
guna menetukan nasib terdakwa. Apabila hasil
pembuktian “tidak cukup” membuktikan kesalahan
terdakwa, maka terdakwa “dibebaskan” dari hukuman.
Sebaliknya apabila kesalahan terdakwa dapat
“dibuktikan”, maka terdakwa dinyatakan “bersalah”

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, hlm 252


ALAT BUKTI
Kasus Konvensional Kasus Baru

Pasal 184 KUHAP Alat Bukti Elektronik berupa


1. Saksi Data Elektronik.
2. Ahli Pertama  (Pasal 26A UU
20 Tahun 2001)
3. Surat
4. Petunjuk
Kedua  (Pasal 5 UU 11
5. Keterangan Tahun 2008)
Terdakwa
ALAT BUKTI DALAM CYBER CRIME
PASAL 5 UU ITE
1) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya
merupakan alat bukti hukum yang sah.
2) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti yang
sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.
3) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dinyatakan sah apabila
menggunakan Sistem Elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-undang ini.
4) Ketentuan mengenai Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk:
a. surat yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk tertulis; dan
b. surat beserta dokumennya yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam
bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta.
ALAT BUKTI DALAM CYBER CRIME
PASAL 44 UU ITE
Alat bukti penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang
pengadilan menurut ketentuan Undang-Undang ini adalah sebagai
berikut:
a. alat bukti sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Perundang-
undangan; dan
b. alat bukti lain berupa Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 dan
angka 4 serta Pasal 5 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3).
MEKANISME PEMBUKTIAN
ALAT BUKTI BARANG BUKTI
Merujuk pada Merujuk pada pasal 39 ayat (1) KUHAP
pasal 184 ayat
(1) KUHAP Pada dasarnya barang bukti adalah
benda yang digunakan untuk melakukan
Jenis bukti yang suatu tindak pidana atau benda yang
dapat bernilai di diperoleh dari suatu tindak pidana atau
hadapan hakim. benda yang menunjukkan telah terjadinya
suatu tindak pidana.
Menjadi penunjang dalam memberikan
nilai terhadap alat bukti
Barang bukti baru bisa bernilai apabila
dijadikan alat bukti
ALAT BUKTI DALAM CYBER CRIME

Berdasarkam pasal 5 dan pasal 44 UU ITE dikenal alat bukti


elektronik.
Alat bukti Elektronik:
1. Informasi Elektronik, dan atau
2. Dokumen Elektronik, dan atau
3. Hasil Cetakannya,
Yang dihasilkan dari sistem elektronik.
ALAT BUKTI DALAM CYBER CRIME
Sistem Elektronik  Pasal 1 angka 5
Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan
prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan,
mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan,
menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau
menyebarkan Informasi Elektronik.
ALAT BUKTI DALAM CYBER CRIME
Informasi Elektronik  Pasal 1 angka 1
Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data
elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan,
suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data
interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail),
telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda,
angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah
diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang
yang mampu memahaminya.
ALAT BUKTI DALAM CYBER CRIME
Informasi Elektronik  Pasal 1 angka 4
Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik
yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau
disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik,
optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan,
dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem
Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan,
suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya,
huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi
yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh
orang yang mampu memahaminya.
Data
Elektronik
Informasi
Elektronik
Dokumen
Elektronik
ALAT BUKTI DALAM CYBER CRIME

PERTANYAAN:
1. Apakah yang dimaksud perluasan sebagaimana
tercantum dalam pasal 5 ayat (2) UU ITE??
2. Alat bukti elektronik kekuatan pembuktiannya
apakah berdiri sendiri atau memerlukan
dukungan dari alat bukti yang lain dalam
KUHAP??
PENTING UNTUK DIPERHATIKAN
Pasca Putusan MK Nomor 20/PUU-XIV/2016
Menyatakan:
1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian;
1.1 Frasa “Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik” dalam Pasal 5 ayat
(1) dan ayat (2) serta Pasal 44 huruf b Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4843) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang tidak dimaknai khususnya
frasa “Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik” sebagai alat bukti
dilakukan dalam rangka penegakan hukum atas permintaan kepolisian,
kejaksaan, dan/atau institusi penegak hukum lainnya yang ditetapkan
berdasarkan undang-undang sebagaimana ditentukan dalam Pasal 31 ayat
(3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
PENTING UNTUK DIPERHATIKAN
PASAL 5 UU ITE
1) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya
merupakan alat bukti hukum yang sah.
2) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti yang
sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.
PENTING UNTUK DIPERHATIKAN
PASAL 5 UU ITE
1) Khususnya Informasi Elektronik dan/atau dokumen elektronik sebagai alat
bukti dilakukan dalam rangka penegakan hukum atas permintaan kepolisian,
kejaksaan, dan/atau institusi penegak hukum lainnya yang ditetapkan
berdasarkan undang-undang sebagaimana ditentukan dalam Pasal 31 ayat
(3) UU No 11 Tahun 2008 tentang informasi dan Transaksi
Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah
2) Khususnya Informasi Elektronik dan/atau dokumen elektronik sebagai alat
bukti dilakukan dalam rangka penegakan hukum atas permintaan kepolisian,
kejaksaan, dan/atau institusi penegak hukum lainnya yang ditetapkan
berdasarkan undang-undang sebagaimana ditentukan dalam Pasal 31 ayat
(3) UU No 11 Tahun 2008 tentang informasi dan Transaksi
Elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang
berlaku di Indonesia
PENTING UNTUK DIPERHATIKAN
Putusan MK Nomor 20/PUU-XIV/2016
1. Yang perlu mendapatkan ijin aparat penegak hukum dalam
proses pembuatannya atau dalam menjadikan Informasi
elektonik atau dokumen elektronik tersebut sebagai alat
bukti??
2. Apakah rekaman tindak pidana, misalnya pembunuhan,
perkosaan, pencurian dengan pemberatan yang diambil
oleh pribadi (bukan aparat penegak hukum) yang ada
dalam sebuah tempat yang privat/bukan publik tidak dapat
menjadi bukti??
TUGAS
Dikerjakan secara kelompok dengan anggota maksimal 5 orang.
Materi Tugas:
Analisis Putusan MK Nomor 20/PUU-XIV/2016 dan jawab pertanyaan
dibawah ini:
1. Apakah sebenarnya yang dimaksud perluasan sebagaimana tercantum
dalam pasal 5 ayat (2) UU ITE?
2. Alat bukti elektronik kekuatan pembuktiannya apakah berdiri sendiri atau
memerlukan dukungan dari alat bukti yang lain dalam KUHAP?
3. Yang perlu mendapatkan ijin aparat penegak hukum dalam proses
pembuatannya atau dalam menjadikan Informasi elektonik atau dokumen
elektronik tersebut sebagai alat bukti?

Anda mungkin juga menyukai