PERTANYAAN:
1. Apakah yang dimaksud perluasan sebagaimana
tercantum dalam pasal 5 ayat (2) UU ITE??
2. Alat bukti elektronik kekuatan pembuktiannya
apakah berdiri sendiri atau memerlukan
dukungan dari alat bukti yang lain dalam
KUHAP??
PENTING UNTUK DIPERHATIKAN
Pasca Putusan MK Nomor 20/PUU-XIV/2016
Menyatakan:
1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian;
1.1 Frasa “Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik” dalam Pasal 5 ayat
(1) dan ayat (2) serta Pasal 44 huruf b Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4843) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang tidak dimaknai khususnya
frasa “Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik” sebagai alat bukti
dilakukan dalam rangka penegakan hukum atas permintaan kepolisian,
kejaksaan, dan/atau institusi penegak hukum lainnya yang ditetapkan
berdasarkan undang-undang sebagaimana ditentukan dalam Pasal 31 ayat
(3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
PENTING UNTUK DIPERHATIKAN
PASAL 5 UU ITE
1) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya
merupakan alat bukti hukum yang sah.
2) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti yang
sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.
PENTING UNTUK DIPERHATIKAN
PASAL 5 UU ITE
1) Khususnya Informasi Elektronik dan/atau dokumen elektronik sebagai alat
bukti dilakukan dalam rangka penegakan hukum atas permintaan kepolisian,
kejaksaan, dan/atau institusi penegak hukum lainnya yang ditetapkan
berdasarkan undang-undang sebagaimana ditentukan dalam Pasal 31 ayat
(3) UU No 11 Tahun 2008 tentang informasi dan Transaksi
Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah
2) Khususnya Informasi Elektronik dan/atau dokumen elektronik sebagai alat
bukti dilakukan dalam rangka penegakan hukum atas permintaan kepolisian,
kejaksaan, dan/atau institusi penegak hukum lainnya yang ditetapkan
berdasarkan undang-undang sebagaimana ditentukan dalam Pasal 31 ayat
(3) UU No 11 Tahun 2008 tentang informasi dan Transaksi
Elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang
berlaku di Indonesia
PENTING UNTUK DIPERHATIKAN
Putusan MK Nomor 20/PUU-XIV/2016
1. Yang perlu mendapatkan ijin aparat penegak hukum dalam
proses pembuatannya atau dalam menjadikan Informasi
elektonik atau dokumen elektronik tersebut sebagai alat
bukti??
2. Apakah rekaman tindak pidana, misalnya pembunuhan,
perkosaan, pencurian dengan pemberatan yang diambil
oleh pribadi (bukan aparat penegak hukum) yang ada
dalam sebuah tempat yang privat/bukan publik tidak dapat
menjadi bukti??
TUGAS
Dikerjakan secara kelompok dengan anggota maksimal 5 orang.
Materi Tugas:
Analisis Putusan MK Nomor 20/PUU-XIV/2016 dan jawab pertanyaan
dibawah ini:
1. Apakah sebenarnya yang dimaksud perluasan sebagaimana tercantum
dalam pasal 5 ayat (2) UU ITE?
2. Alat bukti elektronik kekuatan pembuktiannya apakah berdiri sendiri atau
memerlukan dukungan dari alat bukti yang lain dalam KUHAP?
3. Yang perlu mendapatkan ijin aparat penegak hukum dalam proses
pembuatannya atau dalam menjadikan Informasi elektonik atau dokumen
elektronik tersebut sebagai alat bukti?