Anda di halaman 1dari 12

Kajian Standar Cemaran Mikroba Dalam Pangan di Indonesia

(Pratiwi Yuniarti Martoyo, Ratih Dewanti Hariyadi dan Winiati P. Rahayu)

KAJIAN STANDAR CEMARAN MIKROBA DALAM PANGAN DI INDONESIA


Review on Food Microbiological Standard in Indonesia

1)2), 1) 1)
Pratiwi Yuniarti Martoyo Ratih Dewanti Hariyadi dan Winiati P. Rahayu

1)
Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, PO Box 220, Bogor 16002, Jawa Barat, Indonesia.
2)
Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jl. Percetakan Negara NO. 23, Jakarta 10560, Indonesia
e-mail: pratiwiyuniarti@gmail.com

Diterima: 14 Agustus 2013, Direvisi: 18 Februari 2014, Disetujui: 17 Maret 2014

Abstrak

Standar cemaran mikroba pada pangan olahan di Indonesia termuat dalam Peraturan Kepala Badan POM tahun
2009 No. HK.00.06.1.52.4011 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia Dalam
Makanan dan Standar Nasional Indonesia (SNI) komoditas pangan. Dalam implementasinya, terdapat beberapa
permasalahan dan kriteria yang tidak dapat dipenuhi karena terlalu ketat dan metode analisis yang tidak tersedia.
Kajian ini bertujuan untuk membandingkan pemenuhan standar cemaran mikroba dalam pangan di Indonesia dan
beberapa negara lain di dunia terhadap kaidah kriteria mikrobiologi pangan yang dikembangkan Codex serta
mengkaji kriteria cemaran mikroba pada pangan prioritas dan memberikan rekomendasi kriteria cemaran
mikroba. Pengkajian dilakukan dengan membandingkan dan menganalisis kriteria mikrobiologi Indonesia dengan
10 standar negara lain yaitu Australia dan Selandia Baru, Eropa, Filipina, Malaysia, Canada, Hong Kong, India,
Jepang, Singapura dan Afrika Selatan berdasarkan Codex Principles for The Establishment and Application of
Microbiological Criteria for Foods (CAC/GL 21-1997) yang sedang dalam proses revisi pada step 5/8. Studi kasus
dilakukan pada beberapa jenis pangan prioritas berdasarkan permasalahan dan kriteria. Hasil kajian
menunjukkan bahwa Australia dan Selandia Baru, Eropa, Canada dan Filipina telah mengikuti kriteria Codex,
sementara Indonesia, Malaysia, Hong Kong, Jepang, Singapura dan Afrika Selatan tidak. Hasil kajian juga
menunjukkan bahwa standar mikrobiologi air minum dalam kemasan, kopi instan dan pangan steril komersial
perlu revisi. Untuk tujuan verifikasi proses produksi dan penerimaan lot, direkomendasikan untuk menetapkan
satu batas maksimum ALT. Penetapan kriteria mikrobiologi kopi instan tidak relevan, kecuali OTA. Persyaratan
bagi pangan proses steril komersial dapat dilakukan dengan pemenuhan kecukupan proses sterilisasi komersial
atau uji inkubasi untuk menetapkan mikroba pembusuk.
Kata kunci: codex, kriteria mikrobiologi, standar.

Abstract

Microbiological standard for processed food in Indonesia is regulated by the Head of NADFC in Decree No. POM.
HK.00.06.1.52.4011 2009 pertaining Microbial and Chemical Contamination Limit in Food and by the Indonesian
National Standard (SNI) of food commodities. In the implementation, there were several obstacles and some
criteria could not be met because they were too stringent or the testing methods were not available. The purpose
of this study was to compare the fulfillment of microbiological standards of Indonesia and some other countries in
the world against the rules of Codex microbiology criteria, to review microbiological criteria of priority foods and to
provide recommendations for their microbiological criteria. The study was conducted by comparing and analyzing
the microbiological criteria from Indonesia and 10 other countries, namely Australia and New Zealand, Europe,
Philippines, Malaysia, Canada, Hong Kong, India, Japan, Singapore and South Africa and recommendation by
Codex Principles for The Establishment and Application of Microbiological Criteria for Foods (CAC/GL 21-1997).
As the case studies, several foods were selected based on several obstacles occurred and their criteria and
studied as above. The results showed that Europe, Australia and New Zealand, Canada and the Philippines
comply with the Codex Principles, while Indonesia, Malaysia, Hong Kong, Japan, Singapore and South Africa do
not comply. The study also showed that Indonesia’s standard for bottled/packaged drinking water, instant coffee
and canned food need revision. For the purpose of verification of the production process and lot acceptance, it is
recommended to set one maximum limit of TPC for bottled/packaged drinking water. Determination of
microbiological criteria in instant coffee is irrelevant, except for the OTA. Requirements for canned food should be
done with a fulfillment for adequate heat treatment and incubation test to anticipate microbial spoilage.
Keywords: codex, Microbiological Criteria, Standard.

113
Jurnal Standardisasi Volume 16 Nomor 2, Juli 2014: Hal 113 - 124

1. PENDAHULUAN kriteria diaplikasikan; mikroba dan alasan


penetapannya; batas maksimum mikroba (m dan
Undang-Undang Pangan No. 18 tahun 2012 M) atau batas maksimum lainnya (batas risiko);
menyatakan bahwa setiap orang yang terlibat rencana sampling yang menjelaskan jumlah
dalam rantai pangan wajib mengendalikan risiko sampel yang akan diambil (n), ukuran unit
bahaya pada pangan, baik yang berasal dari sampel analisis atau yang diperlukan dan jumlah
bahan, peralatan, sarana produksi, maupun dari keberterimaan (c); tindakan yang harus diambil
perseorangan agar terjamin keamanan pangan. jika tidak memenuhi kriteria; serta metode
Peyelenggaraan kegiatan atau proses produksi, analisis. Pada draft revisi, Codex menambahkan
penyimpanan, pengangkutan, dan/atau komponen tujuan dan indikator kinerja statistik.
peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan Format standar mikrobiologi sesuai Codex yang
sanitasi dan menjamin keamanan pangan menetapkan rencana sampling menjadi layak
dan/atau keselamatan manusia. Menurut diikuti.
Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2004 Standar cemaran mikroba pada pangan
tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, olahan di Indonesia termuat dalam Peraturan
pemenuhan persyaratan sanitasi di seluruh Kepala Badan POM No. HK.00.06.1.52.4011
kegiatan rantai pangan dilakukan dengan cara tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran
menerapkan pedoman cara budidaya yang baik, Mikroba dan Kimia Dalam Makanan dan Standar
cara produksi pangan segar yang baik, cara Nasional Indonesia (SNI) komoditas pangan.
produksi pangan olahan yang baik, cara Peraturan dan SNI tersebut belum sepenuhnya
distribusi pangan yang baik, cara ritel pangan mengikuti kaidah kriteria mikrobiologi Codex.
yang baik, dan cara produksi pangan siap saji Selama kurun waktu 4 tahun pelaksanaan
yang baik. Pangan yang beredar tidak boleh Peraturan Kepala Badan POM No.
mengandung atau melebihi batas maksimum HK.00.06.1.52.4011 tentang Penetapan Batas
cemaran mikroba yang ditetapkan dalam Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia Dalam
standar. Makanan, beberapa kendala dihadapi dalam
Standar dan pengujian merupakan bagian implementasinya. Kendala tersebut diantaranya
dari sistem manajemen mutu dan keamanan adanya kriteria yang tidak dapat diaplikasikan
pangan yang dapat mencakup standar untuk karena terlalu ketat, ketidaktersediaan metode uji
parameter mutu dan keamanan. Standar disusun dan adanya ketidakharmonisan antara kriteria
berdasarkan konsensus semua pihak yang mikrobiologi dengan SNI. Adanya berbagai
terkait dengan memperhatikan syarat-syarat kendala di atas mengindikasikan perlunya
diantaranya perkembangan ilmu dan teknologi penelaahan terhadap peraturan dan standar
serta pengalaman dan produsen diharapkan cemaran mikroba pada pangan yang diharapkan
menghasilkan produk dengan standar tertentu. dapat menghasilkan rekomendasi bagi
Standar mikrobiologi misalnya, merupakan pemerintah dalam proses perumusan atau revisi
kriteria keamanan mikrobiologi pangan. agar menghasilkan standar cemaran mikroba
Meskipun pengujian pangan tidak dapat yang lebih baik dan dapat diaplikasikan oleh
menjamin mutu dan kemanan pangan, pengujian semua pihak berdasarkan prinsip-prinsip
dapat meningkatkan keyakinan akan keamanan, penetapan kriteria mikrobiologi pangan dan
pangan terutama apabila GMP dan HACCP telah analisis ilmiah khususnya lingkup aspek patogen
diaplikasi. Akan tetapi, mikroba umumnya tidak emergensi yang relevan, perkembangan
terdistribusi secara homogen dalam pangan, teknologi dan ilmu pengetahuan baru.
sehingga pengambilan sampel yang tidak acak Tujuan pengkajian ini adalah
atau terlalu kecil dapat mengakibatkan membandingkan pemenuhan kriteria
kesalahan positif maupun negatif. Berdasarkan mikrobiologi standar cemaran mikroba dalam
hal tersebut, diperlukan rencana sampling dan pangan di Indonesia dan beberapa negara lain di
prosedur analisis yang tepat untuk memperoleh dunia terhadap kaidah kriteria mikrobiologi
kinerja yang baik. Pada tahun 1997 Codex pangan yang dikembangkan Codex, mengkaji
menerbitkan Principles for The Establishment kriteria mikrobiologi pada pangan prioritas dan
and Application of Microbiological Criteria for memberikan rekomendasi kriteria mikrobiologi.
Foods (CAC/GL 21-1997) yang sedang direvisi
dan pada tahun 2012 pada step 5/8. Pedoman
2. TINJAUAN PUSTAKA
tersebut menyatakan bahwa kriteria mikrobiologi
harus memenuhi kaidah yang mencakup jenis
pangan, proses atau sistem pengawasan 2.1 Standar dan Peraturan Cemaran Mikroba
keamanan pangan dimana kriteria mikrobiologi Pangan di Indonesia.
ditetapkan; titik dalam rantai pangan tempat
114
Kajian Standar Cemaran Mikroba Dalam Pangan di Indonesia
(Pratiwi Yuniarti Martoyo, Ratih Dewanti Hariyadi dan Winiati P. Rahayu)

Berdasarkan PP No. 102/2000 tentang pengambilan contoh/sampling dan pengujian/


Standardisasi Nasional, standardisasi testing mikroba, toksin/metabolitnya atau
didefinisikan sebagai proses merumuskan, penanda yang berhubungan dengan
menetapkan, menerapkan dan merevisi standar, kepatogenan atau sifat lainnya, pada titik tertentu
bekerjasama dengan semua pihak. Standar dalam suatu rantai pangan (Codex, 2012).
adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang Umumnya, kriteria mikrobiologi
dibakukan termasuk tata cara dan metode yang diaplikasikan untuk penerimaan atau penolakan
disusun berdasarkan konsensus semua pihak bahan baku, bahan tambahan, produk dan lot
yang terkait dengan memperhatikan syarat- oleh pemerintah atau industri. Kriteria
syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, mikrobiologi dapat digunakan pula untuk
lingkungan hidup, perkembangan ilmu menentukan proses produksi telah sesuai
pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, dengan prinsip umum higyene pangan
perkembangan masa kini dan masa yang akan (CAC/RCP 1-1960). Bagi pemerintah, kriteria
datang untuk memperoleh manfaat yang mikrobiologi diberlakukan wajib dalam bentuk
sebesar-besarnya. peraturan dan digunakan untuk menetapkan
Standar yang ditetapkan oleh BSN disebut atau memeriksa kesesuaian dengan persyaratan
Standar Nasional Indonesia (SNI) yang bersifat mikrobiologi. Sedangkan bagi industri, selain
sukarela. Berdasarkan PP 28/2004 pasal 30, untuk memeriksa kesesuaian dengan peraturan,
dengan mempertimbangkan aspek keamanan, juga digunakan untuk memformulasi persyaratan
SNI dapat diberlakukan wajib oleh Menteri atau desain dan menguji produk akhir sebagai bagian
Kepala Badan POM sesuai tugas dan dari verifikasi dan validasi pelaksanaan HACCP.
kewenangan masing-masing. Kriteria mikrobiologi dapat berupa standar,
Persyaratan cemaran mikroba umumnya pedoman dan spesifikasi (ICMSF, 2011).
tercantum dalam unsur persyaratan SNI (BSN, Standar mikroba bersifat mandatori dalam
2007). Metode uji cemaran mikroba yang bentuk undang-undang atau peraturan. Kriteria
dipersyaratkan dalam unsur persyaratan mikrobiologi dalam bentuk pedoman digunakan
tercantum dalam unsur metode uji. Metode uji untuk menunjukkan praktek (penanganan
mikroba dapat mengacu pada SNI metode uji pangan) yang benar. Sedangkan dalam
mikroba jika telah tersedia atau dengan spesifikasi mikrobiologi, kriteria mikrobiologi
memaparkan ketentuan umum metode uji, digunakan sebagai persyaratan yang diminta
pereaksi, peralatan, metode uji alternatif, oleh pembeli terhadap vendor atas bahan baku
pemilihan metode uji berdasarkan ketelitian, dan pangan yang dipesannya.
pencegahan duplikasi dan deviasi yang tidak
perlu. 2.2.1 Komponen Kriteria Mikrobiologi.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Komponen dalam suatu standar cemaran
peraturan didefinisikan sebagai tataan (petunjuk, mikroba dalam pangan menurut Principles for
kaidah, ketentuan) (Kemendiknas, 2013). Badan The Establishment and Application of
POM menetapkan persyaratan cemaran mikroba Microbiological Criteria for Foods (CAC/GL 21-
dalam pangan olahan. Peraturan tersebut adalah 1997) adalah: (1) pangan; (2) titik dalam rantai
Peraturan Kepala Badan POM No. pangan tempat kriteria diaplikasikan; (3)
HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 tentang mikroba; (4) batas maksimum mikroba (m dan
Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba M); (5) rencana sampling yang menjelaskan
Dan Kimia dalam Makanan. Peraturan meliputi jumlah sampel yang akan diambil (n); ukuran unit
bab ketentuan umum, bab tentang jenis dan sampel analisis atau yang diperlukan dan jumlah
batas maksimum, bab pengawasan, bab sanksi, keberterimaan (c); (7) tindakan yang harus
bab ketentuan peralihan, bab ketentuan penutup diambil jika tidak memenuhi kriteria; serta (8)
serta lampiran yang memuat jenis pangan, jenis metode analisis (Codex, 2012). Pada tahun
cemaran dan batas maksimumnya yang 2012, Codex melakukan revisi terhadap
disajikan per jenis cemaran (cemaran mikroba, pedoman tersebut dan menerbitkan draft
logam berat, mikotoksin dan kimia lainnya). Principles for The Establishment and Application
of Microbiological Criteria for Foods (CAC/GL 21-
2.2 Kriteria Mikrobiologi. 1997) step 5/8 (Codex, 2013). Pedoman revisi
Kriteria mikrobiologi pada pangan adalah suatu tersebut menyempurnakan komponen kriteria
metrik manajemen risiko yang menunjukkan mikrobiologi yang harus dipenuhi. Komponen
keterimaan suatu pangan atau kinerja suatu baru yang perlu ada adalah tujuan penetapan
pengendalian proses atau sistem keamanan kriteria mikrobiologi dan indikasi kinerja statistik
pangan yang merupakan hasil dari suatu rencana pengambilan sampel. JEMRA (2013)
menyatakan bahwa komponen kriteria meliputi
115
Jurnal Standardisasi Volume 16 Nomor 2, Juli 2014: Hal 113 - 124

batas maksimum yang dapat diimplementasikan, Ada dua jenis rencana sampling yang
metode uji yang digunakan, rencana sampling sering direkomendasikan untuk digunakan yaitu
(ukuran dan jumlah contoh yang akan diperiksa), Two-class plan atau rencana sampling 2 kelas
dan tindakan yang harus dilakukan pada saat dan Three-class plan atau rencana sampling 3
batas maksimum mikroba terlampaui. kelas. Two-class plan atau rencana sampling 2
kelas membedakan produk ke dalam 2 kelompok
(baik atau cacat) sedangkan Three-class plan
2.2.2 Rencana Sampling dan Batas Maksimum
atau rencana sampling 3 kelas membagi produk
Dalam Kriteria Mikrobiologi. ke dalam tiga kelompok yaitu baik, marjinal dan
Jumlah atau kualitas mikroba dalam suatu batch cacat. Gambaran rencana sampling 2 kelas dan
atau lot pangan, ditentukan melalui pengujian 3 kelas dapat dilihat pada Gambar 1.
terhadap sebagian kecil pangan yang diambil Batas maksimum mikroba memisahkan
dari dari total pangan. Sebagian kecil pangan unit analisis yang sesuai dari yang tidak sesuai
yang diuji disebut sampel. Sampel harus (conforming from non conforming). Terdapat dua
mewakili seluruh bagian pangan. Oleh jenis batas maksimum yaitu m dan M. Batas
karenanya sangat penting untuk antara produk baik dan produk buruk dalam
mengembangkan dan mengimplementasikan rencana sampling 2 kelas atau antara produk
suatu rencana sampling yang efektif. Jika tidak, baik dan marjinal dalam rencana sampling 3
pengujian yang paling sensitif pun tidak akan kelas adalah m. Sementara itu, M adalah batas
memberikan informasi terhadap kualitas mikroba antara produk marjinal dan produk buruk dalam
suatu pangan. rencana sampling 3 kelas.

Gambar 1 Sampling 2 kelas dan 3 kelas.


(Hubungan antara (a) konsentrasi log baik dan
cacat untuk rencana sampling 2 kelas (m=3 log
CFU/g), (b) konsentrasi baik, marjinal dan cacat
untuk rencana sampling 3 kelas (m=3 log CFU/g,
M=4 log CFU/g, ICMSF, 2011).

2.2.3 Tujuan penetapan kriteria mikrobiologi. keamanan pangan atau unsur-unsurnya di


Komponen tujuan tidak ditetapkan dalam sepanjang rantai makanan, misalnya pada
pedoman CAC/GL 21-1997 tetapi tercantum program prasyarat (prerequisite programs)
dalam draft pedoman CAC/GL 21-1997 step 5/8 dan/atau sistem HACCP; (3) memverifikasi
tahun 2012 (Codex, 2013). Tujuan merupakan status mikroba dari pangan dalam kaitannya
salah satu komponen yang penting karena dengan kriteria penerimaan yang ditetapkan
merupakan komponen pertama yang harus antara industri pangan; (4) memverifikasi bahwa
ditetapkan dalam menyusun kriteria mikrobiologi tindakan pengendalian yang dipilih sesuai
pangan. Codex menetapkan tujuan penetapan dengan PO (Performance Objectives) dan / atau
kriteria mikrobiologi pangan diantaranya adalah FSO (Food Safety Objectives atau sasaran
(1) mengevaluasi lot pangan tertentu untuk keamanan pangan); atau (5) memberikan
menentukan penerimaan atau penolakannya, informasi kepada industri pangan, tingkat
terutama jika sejarah lot tidak diketahui; (2) mikroba yang harus dicapai ketika praktik yang
memverifikasi kinerja pengawasan sistem baik diterapkan(Codex, 2013).

116
Kajian Standar Cemaran Mikroba Dalam Pangan di Indonesia
(Pratiwi Yuniarti Martoyo, Ratih Dewanti Hariyadi dan Winiati P. Rahayu)

3. METODE PENELITIAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Standar Cemaran Mikroba di Indonesia


Penelitian ini dilakukan melalui 3 tahap yaitu (1)
dan Negara-Negara Lain.
membandingkan pemenuhan komponen kriteria
mikrobiologi (Codex, 1997 dan 2012) pada Kaidah kriteria cemaran mikroba tidak selalu
peraturan cemaran mikroba di Indonesia dan 10 diikuti oleh negara-negara dalam menyusun
negara di dunia yaitu Australia dan Selandia standarnya. Indonesia bersama Malaysia, Hong
Baru, Eropa, Filipina, Malaysia, Canada, Kong, Jepang, Singapura dan Afrika Selatan
Hongkong, India, Jepang, Singapura dan Afrika termasuk negara yang tidak mengikuti kaidah.
Selatan, (2) mengkaji kriteria cemaran mikroba Indonesia, Malaysia, Hong Kong, Jepang, India
pada pangan prioritas yang dipilih berdasarkan dan Singapura menerbitkan atau
kriteria mikrobiologi yang dianggap terlalu ketat mengamandemen standar atau peraturan
atau terlalu longgar atau penetapan metode cemaran mikroba setelah tahun 1997 dimana
analisis yang tidak sesuai dengan unit analisis Codex menerbitkan Principles for The
yang diperysaratkan dan (3) memberikan Establishment and Application of Microbiological
rekomendasi kriteria cemaran mikroba yang Criteria for Foods (CAC/GL 21-1997).
memenuhi prinsip-prinsip perumusan dan kaidah Berdasarkan sandingan komponen kriteria
kriteria mikrobiologi pangan. Tahapan penelitian mikrobiologi (Tabel 1), Australia dan Selandia
dapat dilihat pada Gambar 2 berikut. Baru, Eropa, Canada dan Filipina memenuhi
hampir semua komponen kaidah kriteria
Pengumpulan standar cemaran mikroba di mikrobiologi. Negara-negara terebut menetapkan
Indonesia dan negara lain
tujuan, jenis pangan, jenis mikroba, batas
maksimum (M dan atau m), rencana sampling
Penyandingan komponen kriteria mikrobiologi yang meliputi jumlah contoh (n), jumlah contoh
sesuai Codex CAC/GL 21-1997 yang diterima (c) dan ukuran analisis, dan
metode analisis. Eropa melengkapi standarnya
dengan titik tertentu dalam rantai pangan dimana
Analisis kesenjangan
kriteria diaplikasikan.

Pemilihan pangan prioritas

Penyandingan kriteria mikrobiologi pada


pangan prioritas

Analisis

Penyusunan rekomendasi untuk perbaikan


standar cemaran mikroba dalam pangan di
Indonesia

Gambar 2 Tahapan penelitian.

Tabel 1 Sandingan komponen kriteria mikrobiologi di beberapa negara di dunia.


Kaidah Kriteria Cemaran Mikrobiologi
No INA FSANZ EU PHI MAL CAN HK IND JPG SIN AFSEL
Codex 1997***
1. Tujuan x √ √ √ X √ √ x X X X
2. Jenis pangan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3. Titik khusus dalam rantai pangan X X √ X X X X X X X X

4.
Mikroorganisme √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5. Batas maksimum (M/m) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
6. Rencana sampling: jumlah contoh (n), X √ √ √ X √ X √** X X X
ukuran analisis dan jumlah contoh yang
diterima (c)
7. Tindakan yang diambil jika tidak X X √ X X X X X X X X
memenuhi kriteria
8. Metode analisis √* √ √ √ X √ √ √ X X X
INA: Indonesia, FSANZ: Australia dan Selandia Baru, EU: Eropa, Phi: Filipina, Mal: Malaysia, Can: Canada, HK: Hongkong, IND: India, JPG:
Jepang, SIN: Singapura, AFSEL: Afrika Selatan.
√ : Mempunyai, X : Tidak mempunyai, *: hanya pada SNI komoditas, **:hanya kriteria tertentu, ***: Principles for The Establishment and
Application of Microbiological Criteria for Foods (CAC/GL 21-1997).
117
Jurnal Standardisasi Volume 16 Nomor 2, Juli 2014: Hal 113 - 124

Indonesia tidak menetapkan tujuan peraturan sedangkan Filipina mencantumkan beberapa


cemaran mikroba dalam pangan secara khusus. metode analisis yang dapat diacu diantaranya
Peraturan cemaran ditetapkan sebagai FDA, AOAC dan ICMSF.
persyaratan keamanan pangan yang harus Codex Alimentarius Commission (CAC),
dipenuhi bagi pangan yang diproduksi, diimpor biasanya cukup disebut Codex, merupakan
dan diedarkan di wilayah Indonesia serta alat badan antar pemerintah yang bertugas
bagi pemerintah dalam melakukan pengawasan melaksanakan Joint FAO/WHO Food Standards
pre dan post market (BPOM 2009). Pada Programme (program standar pangan
umumnya negara-negara menetapkan tujuan FAO/WHO). Negara-negara Codex termasuk
standar mikroba pangan sebagai alat bagi Indonesia seharusnya dapat mengikuti standar
pemerintah dalam memverifikasi kinerja yang disusun Codex agar dapat melindungi
pengawasan sistem keamanan pangan dan alat kesehatan konsumen dan menjamin praktek
bagi industri dalam mengevaluasi lot pangan yang jujur (fair) dalam perdagangan pangan
dalam penerimaan atau penolakan suatu lot internasional. Pemahaman terhadap kaidah
pangan. kriteria mikrobiologi pangan nampaknya menjadi
Peraturan tidak menetapkan titik tertentu alasan mengapa beberapa negara tidak/belum
dalam rantai pangan yang menunjukkan tempat mengikuti prinsip-prinsip Codex ini. Alasan
atau proses dimana kriteria diaplikasikan. Eropa lainnya adalah kesiapan pemerintah dalam
menetapkan titik tertentu di pasar selama umur implementasi yaitu menyediakan infrasktruktur
simpan masih terpenuhi untuk kriteria keamanan dan biaya serta kesiapan industri pangan dalam
pangan dan pada saat proses tertentu atau pada mengaplikasikannya. Penyusunan rencana
akhir proses produksi untuk kriteria higyene sampling yang menetapkan jumlah sampel lebih
proses. Australia dan Selandia Baru menetapkan dari satu mengimplikasikan peningkatan biaya
contoh dapat diambil dari tempat penjualan atau sampling dan pengujian. Indonesia perlu
tempat dimana terjadi dugaan keracunan atau mengikuti standar Codex untuk meningkatkan
komplain konsumen. kualitas standar cemaran mikroba.
Indonesia menetapkan satu batas
maksimum dengan unit analisis dan tidak 4.2. Penelahaan Kriteria Cemaran Mikroba
menetapkan rencana sampling. Eropa, FSANZ pada Pangan Prioritas.
dan Filipina mengatur dua batas maksimum m
dan M dan menetapkan lebih lanjut n, c dan 4.2.1. Air Minum Dalam Kemasan.
ukuran unit analisis. Negara-negara tersebut Kriteria cemaran mikroba air minum dalam
mengaplikasikan rencana sampling 2 kelas dan kemasan (AMDK) diatur dalam peraturan
3 kelas. Pemilihan rencana sampling dapat cemaran dan SNI 3553-2006 tentang AMDK
dilakukan dengan mempertimbangkan kasus yang diberlakukan wajib oleh Kementerian
berdasarkan keketatan rencana sampling Perindustrian. AMDK dipilih sebagai pangan
(ICMSF, 2011). Semakin tinggi keyakinan yang prioritas pengkajian karena adanya perbedaan
diinginkan dan patogen yang ditetapkan semakin komponen kriteria antara peraturan dan SNI dan
berbahaya, maka semakin banyak jumlah n dan pengaturan dua batas maksimum ALT. Selain itu
unit analisis tetapi nilai c semakin kecil. terdapat ketidaksesuaian metode uji yang diacu
Kelompok mikroba utility dikelompokkan dalam dalam SNI dengan persyaratan. Baik peraturan
kasus 1-3, mikroba indikator dikelompokkan maupun SNI tidak merekomendasikan metode
dalam kasus 4-6, mikroba kategori bahaya uji AMDK lain yang tervalidasi. Peraturan
sedang dikelompokkan dalam kasus 7-9, menetapkan jenis mikroba dan batas maksimum
mikroba kategori bahaya serius dikelompokkan sedangkan SNI selain menetapkan mikroba dan
dalam kasus 10-12, dan mikroba kategori batas maksimum juga menetapkan metode
bahaya parah dikelompokkan dalam kasus 13- analisis dan titik tertentu bagi pengujian ALT.
15.
Peraturan dan SNI mengatur dua jenis
Standar cemaran mikroba Indonesia tidak batas maksimum Angka Lempeng Total (ALT)
menetapkan metode analisis. Namun, pada SNI yaitu untuk awal dan akhir. Peraturan tidak
produk pangan, metode analisis menjadi suatu menjelaskan keterangan awal dan akhir,
ketentuan yang wajib dicantumkan. Tidak ada sedangkan SNI menjelaskan bahwa ALT awal
ketentuan yang menyatakan dapat mengacu diuji di pabrik dan ALT akhir diuji di pasar. Batas
pada metode analisis lain yang telah tervalidasi. maksimum ALT awal 1x10
2
koloni/mL
Eropa mengacu pada International Organization 5
sedangkan ALT akhir 1x10 koloni/mL. Untuk
for Standardization (ISO), Australia dan Selandia tujuan pemenuhan kriteria mikrobiologi produk
Baru mengacu pada metode analisis yang akhir dari suatu lot/batch, umumnya hanya
ditetapkan oleh Australia dan Selandia Baru, ditetapkan satu kriteria untuk ALT.
118
Kajian Standar Cemaran Mikroba Dalam Pangan di Indonesia
(Pratiwi Yuniarti Martoyo, Ratih Dewanti Hariyadi dan Winiati P. Rahayu)

Angka lempeng total disebut juga angka kemasan yang telah diproses. Codex
lempeng heterotropik (heterotropic plate menyatakan bahwa kriteria mikrobiologi bagi
count/HPC) merupakan indikator keberadaan AMDK yang telah diproses mengacu pada
mikroba heterotropik termasuk bakteri dan prinsip-prinsip higiene pangan dalam CAC/RCP
kapang yang sensitif tehadap proses desinfektan 1-1969, Rev.3-1997 tentang International
seperti bakteri coliform, mikroba resisten Recommended Code of Practice-General
desinfektan seperti pembentuk spora dan Principles of Food Hygiene, prinsip-prinsip
mikroba yang dapat berkembang cepat pada air penetapan dan aplikasi kriteria mikrobiologi
olahan tanpa residu desinfektan (WHO, 2011). pangan dalam CAC/GL-1997 tentang the
Meski telah mengalami proses desinfeksi yang Principle for the Establishment and Application of
berbeda, umum bagi mikroba tumbuh selama Microbiological Criteria for Foods dan pedoman
perlakuan (treatment) dan distribusi dengan kualitas air minum yang ditetapkan WHO
4 5
konsentrasi berkisar 10 – 10 sel/ml (Hammes (Codex, 2001).
et al., 2007). Nilai ALT bervariasi tergantung Prinsip pengujian ALT menurut SNI 01-
berbagai faktor diantaranya kualitas sumber air, 3554-2006 adalah pertumbuhan bakteri mesofil
jenis perlakuan, konsentrasi residu desinfektan, aerob setelah contoh diinkubasikan dalam media
lokasi sampling, suhu air mentah dan AMDK pertumbuhan mikroba yang sesuai selama 24-48
akhir, waktu pengujian, metode uji meliputi suhu o
jam pada suhu 35+1 C. Prinsip tersebut tidak
dan waktu inkubasi (Allen et al., 2004). sama dengan persyaratan yang ditetapkan
Penelitian terhadap kualitas AMDK dari dalam peraturan cemaran, dimana inkubasi ALT
perusahaan yang telah menerapkan HACCP o
dilakukan pada suhu 30 C selama 72 jam.
yang disampling di pasar di Inggris selama tahun Menurut WHO (2011) banyak dikembangkan
1995-2000 menunjukkan 88,2% contoh metode uji ALT. Pengujian bervariasi pada suhu
2
mengandung HPC kurang dari 10 cfu/mL, 3,5% 20-37 °C dengan waktu inkubasi dari beberapa
2 3 3
antara 10 -10 cfu/mL, 9,8% lebih dari 10 jam sampai lebih dari 7 hari. Berbagai metode
o
cfu/mL yang diuji pada suhu inkubasi 37 C dan yang digunakan untuk menghitung bakteri HPC
2
84,2% contoh mengandung HPC kurang dari 10 memberikan hasil yang berbeda secara
2 3
cfu/mL, 3,8% antara 10 -10 cfu/mL, 6,8% lebih signifikan dalam jumlah dan genus yang
3
dari 10 cfu/mL jika diuji pada suhu inkubasi terdeteksi, data HPC dari metode yang berbeda
o
22 C (Vantarakis et al., 2013). Data pengujian tidak bisa dibandingkan (Allen et al (2004),
ALT pada AMDK yang beredar di Indonesia Falcone-Dias et al. (2013)). Inkubasi suhu tinggi
pada bulan Juni 2012 menunjukkan bahwa ALT o
(35-37 C) dan waktu inkubasi pendek (34-48
terendah adalah 5 koloni/mL sedangkan tertinggi jam) mendukung pertumbuhan bakteri asal
4
4.6 x 10 koloni/mL. hewan dan manusia, sedangkan inkubasi suhu
o
Dengan kondisi tersebut, keketatan rendah (20-28 C) dan waktu inkubasi panjang
rencana sampling bagi ALT dapat (5-7 hari) mendukung pertumbuhan bakteri
dikelompokkan dalam kasus 2 yang menetapkan berbasis air (Allen et al, 2004). Populasi
4
rencana sampling 3 kelas dengan jumlah contoh ALT/HPC tumbuh dari 2 sampai 3.0 x 10 cfu/mL
3
n=5 dan c=2. Jika batas maksimum yang (25 °C) dan dari 0 sampai 9.85 x 10 cfu/mL (37
2 5,
ditetapkan adalah m=10 dan M=10 maka °C) dalam satu minggu, dengan nilai tertinggi
6 5
kriteria tersebut menyatakan bahwa batas pada 1.4 x 10 cfu/mL (25 °C) dan 8.95 x 10
2
maksimum ALT adalah 10 , dengan jumlah cfu/mL (37 °C) (WHO, 2011). Metode analisis
sampel pengujian (n) sebanyak 5 sampel. ALT/HPC berdasarkan International Standards
Maksimal 2 dari 5 sampel yang diambil boleh Organization (ISO) menggunakan suhu 22 dan
2 o
mengandung ALT lebih dari 10 , tetapi tidak 37 C (ISO 6222:1999, 1999).
5
lebih dari 10 . Sampling dilakukan terhadap Metode uji ALT yang tercantum pada SNI
produk pada tahap akhir di sarana produksi. 01-3554-2006 menggunakan metode
Indikator kinerja statistik terhadap rencana penyaringan membran dengan unit analisis 100
sampling menunjukkan bahwa akan menolak lot mL contoh, sedangkan dalam syarat mutu SNI
produk pangan (rejection) yang mengandung 01-3553-2006 dan Peraturan cemaran, kriteria
konsentrasi rata-rata geometris ALT 1.7 x uji ALT dinyatakan dalam unit analisis 1 mL
2
10 /mL (asumsi simpangan baku 0.25 atau contoh dan pengujian ALT dilakukan dengan
3
sebarannya pendek) atau 7.9 x 10 /mL (asumsi metode penyaringan membran. Metode analisis
simpangan baku 1.2 atau sebarannya lebar) yang ditetapkan Codex mengacu pada ISO atau
dengan kemungkinan deteksi 95% (ICMSF, metode lain tervalidasi yang setara
2011). sensitivitasnya, reproduktifitas dan
Saat ini tidak ada rekomendasi Codex kehandalannya berdasarkan ISO/TR/13843
terhadap kriteria mikrobiologi air minum dalam tentang Water quality- Guidance on validation of
119
Jurnal Standardisasi Volume 16 Nomor 2, Juli 2014: Hal 113 - 124

microbiological methods. Metode analisis ISO terkait kopi adalah mikotoksin Okratoksin A
juga diacu oleh beberapa regulasi negara- (OTA) (Codex, 2009). Indonesia telah
negara contoh Eropa dan Filipina. Berdasarkan menetapkan batas maksimum OTA pada kopi
hal ini, perlu dilakukan penyesuaian suhu dan instan dengan batas maksimum 10 ppb.
waktu inkubasi pengujian antara peraturan dan Okratoksin ditemukan dalam kopi instan di
SNI. Pencantuman metode analisis lain berbagai negara dengan konsentrasi yang
tervalidasi dalam peraturan dan SNI juga perlu berbeda mulai dari 1,98 ppb sampai 10,18 ppb
dilakukan agar pengguna dapat memilih metode (Vanesa, 2013). OTA diproduksi selama rantai
analisis sesuai dengan kemampuannya. proses pengolahan kopi (Masoud et al., 2006).
Menurut Vanos et al. (1985), mikroba dominan
4.2.2. Kopi Instan. yang ditemukan dalam kopi instan adalah
Kopi instan dipilih sebagai pangan prioritas kelompok bakteri asam laktat dengan
karena standar yang ada mensyaratkan jumlah L.plantarum sebagai spesies dominan.
mikroorganisme yang ketat yaitu angka lempeng Kriteria mikrobiologi pada kopi instan
2 1
total (ALT) < 3 x 10 koloni/g dan kapang 5 x 10 dapat ditetapkan untuk mengantisipasi
koloni/g. Mengingat karakteristik produk kopi rendahnya kondisi sanitasi dan higiene proses
instan yang bersifat kering dan tidak mendukung pengolahan kopi instan di Indonesia, terutama
pertumbuhan mikroba maka persyaratan tahap setelah spraying. Jenis mikroba yang
tersebut bisa saja dicapai. Meskipun demikian, dapat ditetapkan adalah ALT dan kapang.
pada kenyataannya kopi adalah produk yang Keketatan kriteria mikrobiologi ALT dan kapang
tidak melalui proses sterilisasi. Proses pada kopi instan dapat digolongkan kedalam
pengolahan kopi yang melibatkan kasus 2 ICMSF. Data pengujian kopi instan yang
pemanggangan kopi mentah pada suhu 180-250 dilakukan oleh GAEKI menunjukkan ALT dan
ºC selama 5-15 menit untuk menghasilkan rasa, kapang melebihi batas maksimum dalam
3
warna dan karakteristik sensori yang diinginkan peraturan tetapi kurang dari 3 x 10 koloni/g
2
pada produk akhir dapat mematikan sebagian untuk ALT dan 1 x 10 koloni/g untuk kapang.
besar mikroorganisme, tetapi perlakuan Rencana sampling dan batas maksimum ALT
setelahnya seringkali tidak terkendali. Kopi pada kopi instan yang dapat digunakan adalah
instan adalah ekstrak kopi yang diperoleh dari rencana sampling 3 kelas dengan n=5, c=2,
3 5
dehidrasi atau pengeringan kopi yang dapat m=10 koloni/g dan M=10 koloni/g. Indikator
dilakukan dengan teknik penguapan dengan kinerja statistik terhadap rencana sampling
menyuntikkan udara panas atau menggunakan menunjukkan bahwa akan menolak lot produk
teknik menempatkan kopi panggang stainless pangan (rejection) yang mengandung
3
steel besar tertutup hermetis rapat untuk konsentrasi rata-rata geometris ALT 1.7 x 10 /g
mempertahankan aroma dan rasa, menyaring (asumsi simpangan baku 0,25 atau sebarannya
3
dan menghilangkan air dengan menyuntikkan pendek) atau 7,9 x 10 /g (asumsi simpangan
udara panas (Vanesa, 2013). Berdasarkan baku 1,2 atau sebarannya lebar) dengan
penelitian terhadap kopi luwak panggang dari kemungkinan deteksi 95% (ICMSF, 2011).
Indonesia, ditemukan bahwa nilai ALT adalah Demikian pula dengan kriteria kapang, rencana
2
5,5 x 10 koloni/g dan tidak terdeteksi adanya sampling dan batas maksimum kapang yang
kapang (Marcone, 2004). Menurut Silva (2008) dapat digunakan rencana sampling 3 kelas
2 3
buah kopi yang telah melalui proses fermentasi dengan n=5, c=2, m=10 koloni/g dan M=10
selama 22 hari dan pengeringan, mengandung koloni/g. Indikator kinerja statistik terhadap
4
beberapa jenis bakteri dan kapang lebih dari 10 rencana sampling menunjukkan bahwa akan
koloni/g. menolak lot produk pangan (rejection) yang
Berdasarkan karakteristik, proses mengandung konsentrasi rata-rata geometris
pengolahan dan penyiapan kopi instan sebelum ALT 170/g (asumsi simpangan baku 0,25 atau
2
dikonsumsi, penetapan kriteria mikrobiologi tidak sebarannya pendek) atau 3,9 x 10 /g (asumsi
relevan diaplikasikan pada kopi instan. Tidak ada simpangan baku 1,2 atau sebarannya lebar)
isu kejadian substansial terkait bakteri patogen dengan kemungkinan deteksi 95% (ICMSF,
pada produk kopi. Kopi instan tidak mengandung 2011). Sampling dilakukan terhadap produk
bahan baku kritis dan dapat digolongkan pada tahap akhir di sarana produksi. Metode
kedalam jenis produk pangan kering (dried food) analisa dapat mengacu pada SNI, ISO atau
dengan aw 0,2 menurut Vesterlund (2012). metode lain yang telah tervalidasi.
Proses pengolahan dan penyiapan kopi instan
tidak mendukung pertumbuhan mikroba. Kopi 4.2.3. Pangan Steril Komersial.
instan biasanya dikemas baik yang menghambat Standar mikroba pangan steril komersial diatur
penyerapan air dari lingkungan. Bahaya terbesar dalam peraturan cemaran Indonesia dengan
120
Kajian Standar Cemaran Mikroba Dalam Pangan di Indonesia
(Pratiwi Yuniarti Martoyo, Ratih Dewanti Hariyadi dan Winiati P. Rahayu)

kriteria yang berbeda diantaranya pada produk 1 per 590 g (asumsi simpangan baku 0,25 atau
susu, buah, corned, ikan, minuman cair ibu sebarannya pendek) atau 1 per 7400 g (asumsi
hamil, dan ketentuan umum untuk makanan dan simpangan baku 1,2 atau sebarannya lebar)
minuman sterilisasi yang dikemas hermetis, dengan kemungkinan deteksi 95% (ICMSF,
selain yang telah disebutkan dalam peraturan. 2011). Kriteria tersebut kurang sensitif
Mikroba yang dipersyaratkan pada setiap produk dibandingkan jumlah spora yang ada dalam
tidak sama, meliputi ALT, koliform, S. aureus, C. produk setelah proses sterilisasi komersial.
perfringens, dan Clostridium sp. Berdasarkan penelitian Andre (2013), 3 genus
Batas maksimum ALT semua produk pada mikroba pembentuk spora termofilik yang
30 °C selama 72 jam yang berbeda. Pengujian bertanggung jawab dalam ketidakstabilan
ALT pada suhu tersebut hanya dapat menguji pangan kaleng pada beberapa jenis produk
bakteri mesofilik, tetapi tidak mikroba pembusuk pangan berasam rendah yang diinkubasi pada
o
termofilik dan mesofilik dari pangan berasam suhu 55 C selama 7 hari adalah Moorella (36%)
rendah atau asam/diasamkan. Batas maksimum dan Geobacillus (35%), dan
terketat dipersyaratkan pada minuman cair untuk Thermoanaerobacterium (10%). Genus bakteri
ibu hamil yaitu 0 koloni/mL. Pada susu, lain yang paling sering diidentifikasi adalah
pengujian dilakukan setelah inkubasi 15 hari Bacillus, Thermoanaerobacter, Caldanaerobius,
dengan batas maksimum < 10 koloni/0.1 mL. Anoxybacillus, Paenibacillus dan Clostridium.
Selain itu, unit analisis yang terlalu kecil (0.1 mL) Frekuensi spesies tergantung pada kelompok
tidak lazim untuk diterapkan. Selain produk steril bahan makanan, contohnya sayuran, pangan
komersial yang disebutkan jenis pangannya, siap santap mengandung daging dan seafood.
peraturan juga mempersyaratkan kriteria bagi Eropa, Australia dan Selandia Baru tidak
makanan dan minuman sterilisasi dalam mengatur kriteria mikrobiologi pangan steril
kemasan secara aseptis yaitu ALT dengan batas komersial. Selain mewajibkan GMP serta
maksimum <10 koloni/ 0,1 mL atau <10 koloni/ merekomendasikan HACCP (Hazard Analytical
0,1 g. Mengingat beberapa produk pangan steril Critical Control Point) dalam proses pengolahan
komersial telah ditetapkan kriteria pangan, Filipina telah mengaplikasikan prinsip
mikrobiologinya, ketentuan ini dapat sterilisasi komersial dan mengacu pada Codex.
menyebabkan duplikasi dengan produk pangan Codex menyatakan bahwa kriteria mikrobiologi
steril komersial yang telah disebutkan dalam tidak direkomendasikan diaplikasikan pada
peraturan. pangan kaleng karena tidak memberikan
Batas maksimum yang ditetapkan dalam manfaat dalam memberikan pangan yang aman
peraturan sangat longgar bagi pangan dengan dan layak untuk dikonsumsi bagi konsumen
proses steril komersial yang dapat berimplikasi (Codex, 1993). Penjaminan keamanan produk
terhadap tidak tercapainya kecukupan panas steril komersial ada pada kontrol proses berbasis
atau jumlah mikroba awal yang tinggi. Kondisi HACCP (Hazard Analytical Critical Control
steril komersial umumnya dicapai melalui proses Point). Risiko patogen terkait ketahanan spora
sterilisasi dengan menerapkan konsep 12D (Esty bakteri mesofilik dapat dikelola dengan praktek
dan Meyer, 1922). Konsep 12D merupakan GMP (Codex, 1979).
konsep umum yang digunakan dalam sterilisasi Menurut Codex (1969) salah satu
komersial untuk menginaktifkan spora mikroba spesifikasi produk akhir bagi pangan berasam
yang berbahaya, yaitu C. botulinum. Konsep 12D rendah atau pH diatas 4.5 adalah harus
menunjukkan bahwa proses termal yang mendapat perlakuan panas proses yang cukup.
dilakukan dapat mengurangi jumlah spora C. Untuk menunjukkan kecukupan panas proses,
botulinum sebesar 12 siklus logaritma atau FDA (2013) menetapkan persyaratan yang harus
F=12D, yaitu mengurangi jumlah spora dilengkapi pada saat pendaftaran pangan kaleng
-9
C.botulinum menjadi 10 atau satu spora yaitu dengan menetapkan perencanaan proses
9
mikroba dalam 10 kaleng dengan asumsi meliputi suhu awal minimum (minimum initial
jumlah awal spora dalam satu kaleng sebesar temperature), waktu proses minimum (process
3
10 Pengujian jumlah spora yang sangat kecil ini time), suhu proses (processing temperature),
sulit untuk dilakukan. Penetapan kriteria nilai sterilitas (F0) paling kecil dan flow correction
mikrobiologi bagi pangan steril komersial value. Suhu awal minimum merupakan suhu
menjadi tidak relevan. Rencana sampling paling terdingin dari produk pada saat sterilisasi dimulai
ketat adalah kasus 15 yang menetapkan n=60, dan merupakan faktor kritis bagi produk yang
m=0/25 g dan c=0. Berdasarkan indikasi kinerja dipanaskan dengan injeksi dan infusi uap. Selain
statistik, kriteria tersebut menunjukkan akan F0, Nilai sterilitas dapat pula dinyatakan dengan
menolak lot produk pangan (rejection) yang tingkat kematian (z) dan suhu referensi (T) atau
mengandung rata-rata geometris jumlah mikroba jika tersedia dapat menggunakan metode
121
Jurnal Standardisasi Volume 16 Nomor 2, Juli 2014: Hal 113 - 124

kecukupan panas lain yang setara contohnya dengan rencana sampling 3 kelas dengan n=5
2
Integrated Sterilizing Value (IS). FDA (2001) dan c=2 dan batas maksimum m=10 koloni/g
5
menetapkan metode pemeriksaan pangan dan M=10 koloni/g. Penetapan metode analisis
kaleng yang memuat serangkaian pengujian perlu memperhatikan persyaratan/kriteria yang
terhadap kaleng dan isinya meliputi pemeriksaan ditetapkan termasuk unit analisis. Metode
fisik dan pemeriksaan kultur (culture) untuk analisis yang dapat diacu adalah ISO atau
mendeteksi mikroba penyebab kebusukan. metode lain yang telah tervalidasi yang setara
Menurut ICMSF (2011), pengujian potensial sensitivitasnya, reproduktifitas dan
dapat mencakup beberapa hal berikut yaitu kehandalannya berdasarkan ISO/TR/13843
investigasi insiden kebusukan, verifikasi proses tentang Water quality- Guidance on validation of
sterilisasi dan pengujian histamin untuk ikan microbiological methods. 1.
scromboid. Verifikasi proses panas pada pangan Penetapan kriteria mikrobiologi pada kopi
yang dikemas hermetis dapat dilakukan dengan instan tidak relevan, kecuali untuk OTA. Dalam
uji inkubasi yaitu pada suhu 30-37 °C selama 10- hal mengantisipasi praktek sanitasi dan higiene
14 hari untuk mendeteksi mikroba pembusuk yang kurang, penetapan batas maksimum dan
mesofilik, 50-55 °C selama 5-7 hari untuk rencana sampling harus memperhatikan kasus
menguji mikroba pembusuk termofilik bagi berdasarkan data ALT dan kapang pada kopi
produk yang terpapar suhu tinggi jangka panjang instan. Rencana sampling dan batas maksimum
dan 25-30 °C selama 10-14 hari untuk mikroba ALT pada kopi instan yang dapat digunakan
pembusuk mesofilik (produk asam atau adalah rencana sampling 3 kelas dengan n=5,
diasamkan). Selain itu perlu dilakukan 3
c=2, m=10 koloni/g dan M=10 koloni/g.
5

pemantauan pengendalian kontaminasi dari Sedangkan rencana sampling bagi kapang


kemasan yang baik, air pendingin yang dalam kopi instan adalah rencana sampling 3
memenuhi syarat, dan penerapan sanitasi dan kelas dengan n=5, c=2 dan batas maksimum
higiene selama dan setelah proses pendinginan. 2
m=10 dan M=10 .
3

Penetapan jenis mikroba dan batas


4.3. Rekomendasi Standar Cemaran Mikroba
maksimum pada pangan apapun dengan proses
di Indonesia.
steril komersial seharusnya tidak berbeda.
Berdasarkan pemenuhan kaidah kriteria Disarankan untuk menetapkan perencanaan
mikrobiologi dalam pangan dan perbandingan proses yang menunjukkan pemenuhan
dengan negara lain serta pengkajian kriteria kecukupan proses sterilisasi komersial meliputi
mikrobiologi pada pangan prioritas maka disusun suhu awal minimum, waktu proses minimum,
beberapa rekomendasi perbaikan bagi standar suhu proses, nilai sterilisasi (F0) paling kecil dan
cemaran mikroba di Indonesia baik peraturan flow correction value pada pendaftaran produk
cemaran yang disusun oleh Badan POM atau dengan uji inkubasi untuk mendeteksi
maupun SNI. Rekomendasi terbagi menjadi dua mikroba pembusuk.
yaitu rekomendasi umum dan rekomendasi
khusus. Rekomendasi umum terhadap 5. KESIMPULAN
penetapan peraturan dan standar cemaran
mikroba di Indonesia adalah (1) menetapkan Kaidah kriteria cemaran mikroba berdasarkan
tujuan standar cemaran mikrobiologi, (2) Codex Principles for The Establishment and
mengelompokkan pangan dengan kriteria yang Application of Microbiological Criteria for Foods
jelas, misalnya berdasarkan proses dan atau (CAC/GL 21-1997) belum diikuti oleh semua
bahan baku dan tidak menetapkan kriteria negara. Indonesia bersama Malaysia, Hong
mikrobiologi yang sama pada kelompok ―pangan Kong, Jepang, Singapura dan Afrika Selatan
olahan lainnya‖ seperti terdapat pada standar termasuk negara yang tidak mengikuti kaidah.
cemaran yang ada saat ini, (3) menetapkan
Pangan prioritas yang dipilih dalam
rencana sampling dengan mempertimbangkan
pengkajian kriteria mikrobiologi AMDK, kopi
kasus (ICMSF, 2011)yang sesuai dengan data
instan dan pangan steril komersial. Karena
cemaran mikroba di Indonesia, (4) menetapkan
bahan baku dan proses pengolahannya,
titik tertentu dalam pangan tempat dimana
penetapan kriteria mikrobiologi pada kopi instan
kriteria diaplikasikan, (5) menetapkan metode
tidak relevan. Persyaratan yang tepat pada kopi
analisis dan (6) menetapkan tindakan yang
instan adalah mikotoksin OTA yang telah diatur
harus dilakukan sesuai tujuan penetapan
dalam peraturan cemaran mikotoksin. Untuk
standar.
tujuan verifikasi proses produksi suatu lot
Rekomendasi khusus bagi kriteria pangan, kriteria ALT harus ditetapkan dengan
mikrobiologi pada AMDK adalah menyarankan satu batas maksimum. Metode analisis AMDK
untuk menetapkan satu batas maksimum ALT mengacu pada SNI cara uji AMDK (2006) dan
122
Kajian Standar Cemaran Mikroba Dalam Pangan di Indonesia
(Pratiwi Yuniarti Martoyo, Ratih Dewanti Hariyadi dan Winiati P. Rahayu)

terdapat ketidaksesuaian cara uji dengan Badan Standardisasi Nasional RI. (2006b). SNI
persyaratannya, perlu ditetapkan cara uji yang 01-3554-2006 tentang Cara Uji Air Minum
telah divalidasi selain cara uji SNI sebagai dalam Kemasan. Jakarta: BSN RI.
acuan. Codex Alimentarius Commission. (1969).
Indonesia mengatur kriteria mikrobiologi Recommended International Code of
yang berbeda pada beberapa jenis pangan yang Practice-General Principles of Food
diolah dengan proses steril komersial. Kriteria Hygiene, CAC/RCP 1-1969. Rome: CAC.
mikrobiologi tidak direkomendasikan Codex Alimentarius Commission. (1993). Code
diaplikasikan pada pangan steril komersial of Hygienic Practice for Low And Acidified
karena tidak memberikan manfaat dalam Low Acid Canned Foods, CAC/RCP 23-
memberikan pangan yang aman dan layak untuk 1979. Rome: CAC.
dikonsumsi bagi konsumen. Persyaratan bagi
Code of Hygienic Practice for Bottled/Packaged
pangan proses steril komersial dapat dilakukan
Drinking Waters (Other than Natural
dengan pemenuhan kecukupan proses sterilisasi
Mineral Waters).CAC/RCP 48-2001.
komersial atau uji inkubasi untuk menetapkan
Rome: CAC.
mikroba pembusuk.
Codex Alimentarius Commission. (2009). Code
Prinsip-prinsip penetapan kriteria
of Practice for the Prevention and
mikrobiologi dalam pangan dalam perumusan
Reduction of Ochratoxin A Contamination
dan pengembangan standar cemaran mikroba
in Coffee, CAC/RCP 69-2009. Rome:
perlu diterapkan lebih efektif. Diperlukan data
CAC.
cemaran mikroba yang valid sehingga
diharapkan standar dan peraturan memiliki Codex Alimentarius Commission. (2012).
keberterimaan yang tinggi dan dapat Principles for The Establishment and
meningkatkan jaminan keamanan pangan. Application of Microbiological Criteria for
Foods, CAC/GL 21-1997. Rome: CAC.
Cho KH, Han D, Park Y, Lee SW, Cha SM, Kang
DAFTAR PUSTAKA
JH, Kim JH. (2010). Evaluation of The
Relationship Between Two Different
Allen MJ, Edberg SC, Reasoner DJ. (2004). Methods for Enumeration Fecal Indicator
Heterotrophic Plate Count Bacteria—What Bacteria: Colony-Forming Unit And Most
is Their Significance in Drinking Water? J Probable. J Environ Sci. 22(6): 846-850.
Food Microbiol. 92(3): 265-274. doi:10.1016/S1001-0742(09)60187-X.
doi:10.1016/j.ijfoodmicro.2003.08.010. Clifford, MN. (1985). Chemical and Physical
Andre S, Zuber F, Remize F. (2013). Aspects of Green Coffee and Coffee
Thermophilic Spore-Forming Bacteria Products. di dalam. Coffee: Botany,
Isolated from Spoiled Canned Food and Biochemistry, and Production of Beans
Their Heat Resistance. Results of a and Beverage. Ed. MN Clifford dan KC
French Ten-year Survey. Int J Food Willson. Croom Helm Ltd. London. 013.
Microbiol. 165(2):134–143. Esty JR, Meyer KF. The Heat Resistance of the
doi:10.1016/j.ijfoodmicro.2013.04.019. Spores of B. botulinus and Allied
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2009). Anaerobes. J Infect Dis. 31(6 ) 650-664.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Oxford University Press.
dan Makanan Republik Indonesia Nomor http://www.jstor.org/stable/30082503. 18
HK.00.06.1.52.4011 tentang Penetapan Juli 2013.
Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Falcone-Dias, Filho AF. (2013). Quantitative
Kimia Dalam Makanan. Jakarta: Badan Variations in Heterotrophic Plate Count
POM RI. and in The Presence of Indicator
Badan Standardisasi Nasional RI. (1998). SNI Microorganisms in Bottled Mineral Water.
19-0428-1998 tentang Petunjuk J Food Cont. 31(1): 90-96.
Pengambilan Contoh Padatan. Jakarta: doi:10.1016/j.foodcont.2012.09.038.
BSN RI. Hammes F, Meylan S, Salhi E, Köster O, Egli T,
Badan Standardisasi Nasional RI. (2000). SNI Gunten UV. (2007). Formation of
01-6242-2000 tentang Air Mineral Alami. Assimilable Organic Carbon (AOC) and
Jakarta: BSN RI. Specific Natural Organic Matter (NOM)
Badan Standardisasi Nasional RI. (2006a). SNI Fractions during Ozonation of
01-3553-2006 tentang Air Minum dalam Phytoplankton. J Water Res, 41(7): 1447-
Kemasan. Jakarta: BSN RI. 1454. doi:10.1016/j.watres.2007.01.001.
123
Jurnal Standardisasi Volume 16 Nomor 2, Juli 2014: Hal 113 - 124

International Commission on Microbiological Vanos V, Bindshedler O. (1985). The


Specification. (2011). Micro-organisms In Microbiology of Instant Coffee. Food
Foods 8. Use of Data for Assessing Microbiol. 2(3):187-197.doi:10.1016/0740-
Process Control and Product Acceptance. 0020(85)90034-6.
London. Springer. Vantarakis M. Smaili I, Detorakis G,
International Standard Organization. Papapetropoulou. (2013). Diachronic
ISO/TR/13843 tentang Water quality- Long-Term Surveillance Of Bacteriological
Guidance on Validation of Microbiological. Quality Of Bottled Water in Greece (1995–
International Standards Organization. 6222:1999 2010). J Food Cont. 33(1):63-67.
(1999). Water Quality – Enumeration of doi:10.1016/j.foodcont.2013.01.034.
Culturable Microorganisms – Colony Vecchio A, Min eo V, Planeta D. (2012).
Count by Inoculation in a Nutrient Agar Ochratoxin A in Instan Coffee in Italy. J
Culture Medium. Geneva. Food Cont. 28(2): 220-223.
Jeena MI, Deepa P, Rahiman KMP, Shanthi RT, doi:10.1016/j.foodcont.2012.04.029.
Hatha AAM. 2006. Risk Assessment of Vesterlund S, Salminen K, Salminen S. (2012).
Heterotrophic Bacteria from Bottled Water Activity in Dry Foods Containing
Drinking Water Sold in Indian Markets. Int Live Probiotic Bacteria Should be Carefully
J Hyg Environ Health. 209(2): 191-196. Considered: A Case Study with
Doi:10.1016/j.ijheh.2005.11.003. Lactobacillus rhamnosus GG in Flaxseed.
Joint FAO/WHO Export Meetings on Int. J Food Microbiol. 157(2):319-321.
Microbiological Risk Assesment. (2013). doi:10.1016/j.ijfoodmicro.2012.05.016.
Microbiological Sampling Analysis Tool. Wang D, Wanda F. Evaluation of Media
www.fstool.org/sampling/ Simultaneous Enumeration of Total
Marcone MF. 2004. Composition and Properties Coliform and Escherichia coli in Dringking
of Indonesian Palm Civet Coffee (Kopi Water Supplies by Membrane Filtratrion
Luwak) and Ethiopian Civet Coffee. Food Techniques. (2008). J Environ Sci.
Res Int. 37(9):901-912. 20(3):273-277.doi: 10.1016/S1001-
doi:10.1016/j.foodres.2004.10.001. 0742(08)60043-1.
Masoud W, Jespersen L. (2006). Pectin [WHO] World Health Organization. (2003).
Degrading Enzymes in Yeasts Involved in Heterotropic Plate Counts and drinking-
Fermentation of Coffea arabica in East Water Safety. J. Bartram, J.Cotruvo,
Africa. Int J Food Microbiol. 110(3): 291- M.Exner, C.Fricker, A. Glasmacher, editor.
296. Iwa publishing, London.
doi:10.1016/j.ijfoodmicro.2006.04.030. [WHO] World Health Organization. (2011).
Reasoner DJ. (2004). Heterotrophic Plate Count Guidelines Drinking-water Quality, fourth
Methodology In The United States. Int J edition. Switzerland.
Food Microbiol. 92(3): 307–315. http://www.who.int/water_sanitation_health
doi:10.1016/j.ijfoodmicro.2003.08.008. /publications/2011/dwq_guidelines/en/inde
x.html. 18 Juli 2013.
Sekretaris Negara RI. (2012). Undang-Undang
Nomor 18 tentang Pangan. Jakarta:
Sekneg.
Silva CF, Batista LR, Abreu LM, Dias ES. (2008).
Succession of Bacterial and Fungal
Communities during Natural Coffee
(Coffea arabica) Fermentation. J Food
Microbiol. 25 (8):951-957.
doi:10.1016/j.fm.2008.07.003.
Vanesa D, Ana P. (2013). Occurence of
Ochratoxin A in Coffee Beans, Ground
Roasted Coffee and Soluble Coffee and
Method Validation. J Food Cont. 30 (2):
675 -678.
doi:10.1016/j.foodcont.2012.09.004.

124

Anda mungkin juga menyukai