Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Anestesi Perioperatif

[JAP. 2015;3(3):146–54]
 ARTIKEL PENELITIAN

Perbandingan Pemberian Deksametason 10 mg dengan 15 mg Intravena


sebagai Adjuvan Analgetik terhadap Skala Nyeri Pascabedah pada Pasien
yang Dilakukan Radikal Mastektomi Termodifikasi
Muchammad Erias Erlangga, Ruli Herman Sitanggang, Tatang Bisri
Departemen Anestesiologi dan Terapi intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung

Abstrak
Deksametason merupakan kortikosteroid yang memiliki efek anti-inflamasi paling kuat. Penelitian ini
bertujuan membandingkan deksametason 10 mg dengan deksametason 15 mg intravena prabedah terhadap
nyeri pascabedah dan kebutuhan analgetik opioid. Penelitian ini merupakan uji acak terkontrol buta ganda
pada 60 wanita dengan status fisik American Society of Anesthesiologist (ASA) I–II yang menjalani pembedahan
radikal mastektomi termodifikasi dalam anestesi umum di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung periode
Desember 2013–April 2014. Pasien dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 30 orang menerima deksametason
10 mg dan 30 orang menerima deksametason 15 mg yang diberikan 30 menit prabedah. Penilaian skala
nyeri menggunakan nilai numeric rating scale (NRS) pada saat istirahat dan mobilisasi, pada jam ke-1, 2, 4,
12, dan 24 pascabedah. Pemberian analgetik tambahan opioid dilakukan bila nilai NRS>3. Analisis statistika
data hasil penelitian menggunakan uji-t, chi-kuadrat, dan Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukan
nilai NRS saat istirahat pada kelompok deksametason 10 mg dengan deksametason 15 mg tidak berbeda
bermakna (p>0,05), sementara nilai NRS saat mobilisasi pada kelompok deksametason 10 mg lebih tinggi
dibanding dengan kelompok deksametason 15 mg (p<0,05). Pemberian analgetik tambahan pascabedah
tidak terdapat perbedaan secara bermakna antara kedua kelompok (p>0,05). Simpulan penelitian ini adalah
pemberian deksametason 15 mg dapat diberikan karena mempunyai efek analgesia yang lebih baik.

Kata kunci: Deksametason, numeric rating scale, nyeri pascabedah

Comparison between 10 mg and 15 mg of Intravenous Dexamethasone as


Analgesia Adjunct on Post Operative Pain in Patients Undergo Modified
Radical Mastectomy
Abstract
Dexamethasone is a glucocorticoid with the strongest anti-inflammatory property. The aim of this study
was to compare the effect of 10 mg and 15 mg of intravenous dexamethasone on post operative pain and
opioid analgetic need. This was a randomized double-blind study involving 60 females with physical status
ASA I–II whom underwent modified radical mastectomy under general anesthesia at Dr. Hasan Sadikin
General Hospital during December 2013–April 2014. Patients were divided into 2 groups where 30 patients
received 10 mg dexamethasone and 30 patients received 15 mg dexamethasone 30 minutes prior to surgery.
Pain assessment was performed using numeric rating scare (NRS) at rest and during activity, documented
on the 1st, 2nd, 4th, 12th and 24th hour post operative. Additional analgesia was given if NRS >3. Data were
analyzed statistically using Student’s t test, chi-square and Mann Whitney U test. Result showed that the
difference between NRS at rest for 10 mg and 15 mg dexamethasone (p>0.05) was not significant, while the
difference in NRS during activity at all time measurements were statistically significant (p<0.05). There was
no statistical significant difference in additional opioid administered between the two groups (p>0.05). This
study concludes that 15 mg dexamethasone has a better analgesia effect to reduce analgesic dose.

Key words: Dexamethasone, numeric rating scale, post operative pain

Korespondensi: Muchammad Erias Erlangga, dr., SpAn, Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung, Jl. Pasteur No. 38 Bandung 40161, Tlp
022-2038285, Faks 022-2038306, Mobile 0818202974, Email erias157@gmail.com

146
Perbandingan Pemberian Deksametason 10 mg dengan 15 mg Intravena sebagai Adjuvan Analgetik terhadap 147
Skala Nyeri Pascabedah pada Pasien yang Dilakukan Radikal Mastektomi Termodifikasi

Pendahuluan substansi dari proses inflamasi menghasilkan


strategi untuk memberikan analgesia yang
Nyeri adalah reaksi fisiologis terhadap cedera adekuat. Hal ini berdasar pada bagaimana cara
jaringan, distensi viseral, atau sebagai respons mengurangi, menghambat, dan juga menekan
terhadap penyakit yang bersifat subjektif, dan proses inflamasi.2
dirasakan pasien sebagai pengalaman sensoris Kortikostreoid merupakan anti-inflamasi
serta emosional yang tidak menyenangkan. yang bekerja dengan mekanisme menghambat
Nyeri yang dirasakan oleh pasien merupakan enzim fosfolipase A2 sehingga akan mencegah
hasil akhir mekanisme interaksi yang sangat pelepasan asam arakidonat yang memproduksi
kompleks pada sistem saraf.1−3 enzim cyclooxygenase (COX). Enzim COX inilah
Penatalaksanaan nyeri pascabedah yang yang bertanggung jawab atas pembentukan
tidak adekuat dapat memperlambat proses prostaglandin yang merupakan mediator
pemulihan, memperpanjang masa perawatan, inflamasi dan nyeri.2
meningkatkan biaya, dan menurunkan tingkat Deksametason merupakan kortikosteroid
kepuasaan pasien atas tindakan pembedahan.4 dari golongan glukokortikoid yang mempunyai
Tujuan dari penanganan nyeri pascabedah efek anti-inflamasi yang adekuat. Pemberian
ialah pemulihan fungsi organ secara cepat dan deksametason akan menekan pembentukan
juga menghindari komplikasinya. Penanganan bradikinin dan juga pelepasan neuropeptida
nyeri yang baik akan mengurangi morbiditas dari ujung-ujung saraf, hal tersebut dapat
dan komplikasi pascabedah, meningkatkan menimbulkan rangsangan nyeri pada jaringan
kenyamanan dan kepuasan pasien, mobilisasi yang mengalami proses inflamasi. Penekanan
lebih dini, mempercepat penyembuhan pasien, produksi prostaglandin oleh deksametason
serta mengurangi biaya perawatan di rumah akan menghasilkan efek analgesia melalui
sakit.5 penghambatan sintesis enzim cyclooksigenase
Tumor ganas payudara merupakan jenis di jaringan perifer tubuh. Deksametason juga
tumor yang paling sering menyerang wanita menekan mediator inflamasi seperti tumor
dengan persentase (%) tingkat kelangsungan necrosis factor-α (TNF-α), interleukin 1-β (IL-1
hidup selama lima tahun di atas 80%. Radikal β), dan interleukin-6 (IL-6).8
mastektomi termodifikasi merupakan jenis Pada satu dekade terakhir efek analgesik
pembedahan dengan skala nyeri pascabedah dari betametason, deksametason, dan juga
yang cukup tinggi, yaitu 4–8 dari skala nyeri metilprednisolon banyak diteliti pada berbagai
maksimal 10 sehingga jenis pembedahan ini macam jenis pembedahan.8−11
membutuhkan penanganan nyeri pascabedah Dosis deksametason untuk pencegahan
yang baik.6 mual dan muntah pascabedah telah ditetapkan,
Tingginya tingkat nyeri yang timbul pada akan tetapi dosis optimal sebagai adjuvan
saat periode pascabedah dapat menyebabkan dari deksametason belum dapat ditentukan.9
nyeri yang kronik (chronic post surgical pain). Dosis deksametason yang dipergunakan untuk
Gejala nyeri yang menetap setelah dilakukan penelitian berkisar 5–40 mg.12,13
tindakan pembedahan akan berdampak buruk Penelitian deksametason 10 mg intravena
terhadap kualitas hidup seseorang. Nyeri dibanding dengan plasebo pada pembedahan
yang terjadi akibat pembedahan tumor ganas tonsilektomi menghasilkan penurunan nyeri
payudara merupakan nyeri inflamasi, hal ini yang bermakna.14 Pemberian deksametason
disebabkan oleh insisi dan kerusakan jaringan 15 mg intravena pada penelitian lain dapat
yang dapat menimbulkan proses inflamasi menurunkan skala nyeri bila dibanding dengan
sehingga terjadi pelepasan mediator-mediator deksametason 8 mg pada pembedahan kepala
inflamasi. Mediator-mediator ini mengaktifasi dan leher.15
nosiseptor untuk terjadinya sensitisasi perifer. Pada penelitian ini akan diungkapkan dosis
2,6,7
optimal adjuvan deksametason dengan cara
Pengetahuan mengenai mekanisme serta membandingkan pemberian deksametason

JAP, Volume 3 Nomor 3, Desember 2015


148 Jurnal Anestesi Perioperatif

10 mg dengan 15 mg intravena saat prabedah Tiga puluh menit sebelum masuk ruang
terhadap skala nyeri pascabedah dan juga operasi, saat di ruang persiapan pasien diukur
kebutuhan analgetik opioid pada pembedahan tingkat kecemasan memakai skala Hamilton,
radikal mastektomi termodifikasi. kemudian pasien kelompok D10 diberikan
deksametason 10 mg intravena dan kelompok
Subjek dan Metode D15 diberikan deksametason 15 mg intravena.
Di dalam ruang operasi pasien dibaringkan
Metode penelitian yang dipergunakan bersifat terlentang, dilakukan pemasangan alat pantau,
eksperimental. Penelitian dilakukan dengan serta dicatat pula data mengenai kesadaran,
melakukan uji acak terkontrol buta ganda tekanan darah, laju nadi, laju napas, dan juga
(double blind randomized controlled trial). saturasi oksigen. Selanjutnya, dipasang kateter
Sebanyak 60 pasien yang dirawat di Rumah intravena dengan jarum 18G dan diberikan
Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung yang cairan infus Ringer laktat 10 mL/kgBB.
menjalani pembedahan radikal mastektomi Proses induksi anestesi dilakukan dengan
termodifikasi elektif dengan status fisik memberikan fentanil 1 mcg/kgBB, propofol 2
menurut American Society of Anesthesiologist mg/kgBB, atrakurium 0,5 mg/kgBB, setelah 3
(ASA) kelas I–II pada periode Desember 2013– menit kemudian dilakukan laringoskopi serta
April 2014 dimasukkan sebagai kriteria inklusi. intubasi. Pemeliharaan kedalaman anestesi
Riwayat alergi terhadap obat golongan opioid, dilakukan memakai isofluran dan N2O:O2 50%.
ketorolak, mempunyai riwayat penyakit ulkus Sebelum dilakukan sayatan diberikan kembali
peptikum, gangguan hati dan ginjal, diabetes fentanil sebanyak 1 mcg/kgBB. Saat tiga puluh
melitus, sedang mendapatkan terapi analgetik menit menjelang akhir operasi diberikan bolus
(opioid, tramadol, parasetamol, obat anti- analgetik ketorolak 0,5 mg/kgBB. Pada akhir
inflamasi nonsteroid), dan juga skala hamilton operasi diberikan antagonis pelumpuh otot
anxiety rating scale >25 (kecemasan berat) memakai neostigmin 0,04 mg/kgBB dan sulfas
merupakan kriteria eksklusi pada penelitian atropin 0,06 mg/kgBB. Pencegahan terhadap
ini. Penarikan sampel dilakukan secara random mual dan muntah diberikan ondansetron 4 mg
sampling, yaitu berdasarkan tabel bilangan intravena, selanjutnya analgetik pascabedah
acak yang terlebih dahulu telah dibuat. menggunakan ketorolak 3x30 mg selama tiga
Setelah mendapatkan persetujuan Komite hari.
Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Pasien diekstubasi kemudian dipindahkan
Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. ke ruang pemulihan serta dilakukan observasi
Hasan Sadikin Bandung, dilakukan kunjungan selama 24 jam. Penilaian nyeri pascabedah
prabedah 1 (satu) hari sebelum operasi dan dilakukan dengan memakai numeric rating
juga dilakukan penandatanganan formulir scale (NRS) pada jam ke-1, 2, 4, 12, dan 24
persetujuan (informed consent) kepada pasien pascabedah. Pencatatan skor nyeri, laju nadi,
mengenai operasi dan penelitian yang akan tekanan darah, saturasi perifer O2, laju napas,
dilaksanakan, dan dijelaskan tentang tata cara efek samping, penggunaan petidin tambahan,
penilaian numeric rating scale (NRS). dan juga penggunaan total petidin dilakukan
Semua subjek dipuasakan selama enam selama 24 jam. Bila nilai NRS lebih dari 3
jam sebelum operasi dari makanan padat diberikan analgetik penyelamatan memakai
dan dua jam sebelum operasi dari air bening. petidin 25 mg. Bila nilai NRS masih lebih dari
Randomisasi sampel dilakukan menggunakan 3, maka 15 menit kemudian dapat diberikan
tabel bilangan random, kemudian sampel analgetik pertolongan ulangan. Apabila pasien
tersebut dibagi menjadi 2, yaitu kelompok D10 merasakan kesakitan di luar jam observasi
(deksametason 10 mg, n=30) dan kelompok penelitian ini maka dilakukan penilaian skor
D15 (deksametason 15 mg, n=30). Semua nyeri dengan NRS oleh residen jaga anestesi
kelompok mendapatkan premedikasi dengan yang bertugas di ruang resusitasi. Pemberian
lorazepam (ativan) 0,5 mg pada malam hari. petidin dihentikan apabila laju napas <12x/

JAP, Volume 3 Nomor 3, Desember 2015


Perbandingan Pemberian Deksametason 10 mg dengan 15 mg Intravena sebagai Adjuvan Analgetik terhadap 149
Skala Nyeri Pascabedah pada Pasien yang Dilakukan Radikal Mastektomi Termodifikasi

Tabel 1 Karakteristik Umum Subjek Penelitian Kedua Kelompok Perlakuan


Kelompok
Karakteristik Umum Nilai p
D10 mg (n=30) D15 mg (n=30)
Usia (tahun)
Rata-rata (SD) 49,5 (9,4) 48,8 (8,3) 0,761*
Rentang 31–65 34–65
Pendidikan
SD 7 8
SMP 10 6 0,720**
SMA 7 9
Perguruan tinggi 6 7
Berat badan (kg)
Rata-rata (SD) 50,7 (2,5) 51,5 (4,1) 0,460**
Rentang 45–55 45–60
Body mass index (kg/m2)
Rata-rata (SD) 20,5 (1,2) 21 (1,5) 0,185*
Rentang 18,7–24 18,7–24,9
Lama operasi (menit)
Rata-rata (SD) 181,5 (22,4) 180 (17,2) 0,944**
Rentang 150–265 150–210
Tinggi badan (cm)
Rata-rata (SD) 1,6 (0,03) 1,6 (0,03) 0,163**
Rentang 1,5–1,63 1,5–1,63
Keterangan: *) uji-t **) Uji Mann-Whitney

menit, saturasi oksigen <95%, dan atau timbul menggunakan program statistical product and
efek samping yang serius akibat pemakaian service solution (SPSS) 20 for windows.
petidin.
Analisis statistik terhadap hasil penelitian Hasil
mempergunakan uji-t, chi-kuadrat, dan Mann-
Whitney dengan tingkat kepercayaan 95% dan Karakterisitik umum subjek penelitian kedua
dianggap bermakna bila p<0,05. Data disajikan kelompok berdasarkan usia, pendidikan, berat
dalam rata-rata (mean) dan dianalisis dengan badan, body mass index (BMI), lama operasi,

Tabel 2 Perbandingan Tingkat Ansietas antara Kedua Kelompok Perlakuan


Kelompok
Tingkat Ansietas Nilai p
D10 mg (n=30) D15 mg (n=30)
Ringan (skala HARS 7–14) 21 21
1,000
Sedang (skala HARS 15–27) 9 9
Keterangan: *nilai p dihitung dengan uji chi-square continue correction

JAP, Volume 3 Nomor 3, Desember 2015


150 Jurnal Anestesi Perioperatif

Tabel 3 Perbandingan Nilai NRS Saat Istirahat antara Kedua Kelompok


Kelompok
Waktu Pengukuran D10 mg (n=30) D15 mg (n=30) Nilai p
Median Rentang Median Rentang
T1 2 1–2 2 1–2 0,409
T2 2 1–3 2 1–2 0,977
T4 2 1–4 2 1–3 0,748
T12 2 1–3 2 1–3 0,113
T24 2 1–2 2 1–3 0,260
Keterangan: T1=jam ke-1, T2=jam ke-2, dan seterusnya. Nilai p dihitung berdasarkan Uji Mann-Whitney. Nilai p
bermakna jika p<0,05

dan juga tinggi badan tidak berbeda bermakna Rentang nilai NRS pada saat mobilisasi secara
secara statistika (p>0,05; Tabel 1). keseluruhan didapatkan 1–5 pada kelompok
Hasil pengukuran dari tingkat ansietas atau deksametason 10 mg dan rentang 1–5 pada
kecemasan terhadap kelompok deksametason kelompok deksametason 15 mg. Berdasarkan
10 mg dan juga deksametason 15 mg secara hasil uji statistika, diketahui bahwa nilai NRS
statistika tidak menunjukkan perbedaan yang kedua kelompok pada waktu T1, T2, T4, T12,
bermakna (p=1,000; Tabel 2). serta T24 memperlihatkan perbedaan yang
Rentang nilai NRS pada saat istirahat secara bermakna (p<0,05; Tabel 4).
keseluruhan didapatkan 1–4 pada kelompok Pada kelompok deksametason 10 mg
deksametason 10 mg dan rentang 1−3 pada hanya terdapat 6 dari 30 subjek yang diberikan
kelompok deksametason 15 mg. Berdasarkan tambahan analgetik, sedangkan kelompok
hasil uji statistika, diketahui bahwa nilai NRS deksametason 15 mg terdapat empat dari 30
kedua kelompok pada waktu T1, T2, T4, T12, subjek yang mendapatkan tambahan analgetik
dan T24 tidak berbeda bermakna (p<0,05; dengan perbedaan tidak bermakna (p>0,05;
Tabel 3). Tabel 5).
Penilaian NRS saat mobilisasi dilakukan Pada kelompok deksametason 10 mg
dengan menggerakkan lengan bagian atas pada tidak terdapat subjek yang mengalami efek
sisi yang dilakukan tindakan pembedahan. samping gangguan penyembuhan luka, namun

Tabel 4 Perbandingan Nilai NRS Saat Mobilisasi antara Kedua Kelompok


Kelompok
Waktu D10 (n=30) D15 (n=30) Nilai p
Pengukuran
Median Rentang Median Rentang
T1 2 1–3 1,5 1–2 0,000*
T2 2 1–4 2 1–2 0,000*
T4 3 1–5 2 1–4 0,000*
T12 3 1–5 2 1–5 0,006*
T24 2,5 1–3 2 1–3 0,005*
Keterangan: T1=1 jam, T2=2 jam, dan seterusnya. Nilai p dihitung berdasarkan Uji Mann-Whitney. Nilai p bermakna jika
(p<0,05)

JAP, Volume 3 Nomor 3, Desember 2015


Perbandingan Pemberian Deksametason 10 mg dengan 15 mg Intravena sebagai Adjuvan Analgetik terhadap 151
Skala Nyeri Pascabedah pada Pasien yang Dilakukan Radikal Mastektomi Termodifikasi

Tabel 5 Perbandingan Pemakaian Analgetik Tambahan antara Kedua Kelompok


Kelompok
Variabel Nilai p
D 10 mg (n=30) D 15 mg (n=30)
Tanpa tambahan analgetik 24 26
0,492
Dengan tambahan analgetik 6 4
Keterangan: nilai p dihitung berdasarkan Uji Mann-Whitney. Nilai p bermakna jika (p<0,05)

terjadi peningkatan kadar gula darah pada Efek deksametason tersebut dapat digunakan
satu orang dan juga gastritis pada dua orang, sebagai obat tambahan analgetik pascabedah.
sedangkan pada kelompok deksametason 15 Pada data karakteristik umum (Tabel 1)
mg tidak didapatkan efek samping gangguan ternyata tidak menunjukkan perbedaan yang
penyembuhan luka, terjadi peningkatan kadar bermakna dalam hal usia, pendidikan, berat
gula darah pada 2 orang, dan gastritis pada 3 badan, BMI, lama operasi, dan tinggi badan. Hal
orang. ini menunjukkan bahwa sampel yang diambil
untuk penelitian ini relatif homogen secara
Pembahasan statistika (p>0,05) sehingga kedua kelompok
penelitian ini layak untuk diperbandingkan.
Tujuan utama penanganan nyeri pascabedah Salah satu faktor yang dapat menyebabkan
adalah pemulihan fungsi organ secara cepat tingkat keparahan pada nyeri akut pascabedah
serta menghindari komplikasinya. Penanganan adalah tekanan terhadap emosi seseorang,
nyeri yang baik akan mengurangi morbiditas kecemasan, serta depresi. Seseorang dengan
dan komplikasi pascabedah, meningkatkan tingkat kecemasan yang tinggi diperkirakan
kenyamanan dan kepuasan pasien, mobilisasi lebih reaktif secara psikologi dan juga sangat
lebih dini, mempercepat penyembuhan, serta hipersensitif terhadap pemberian rangsangan
mengurangi biaya perawatan rumah sakit.5 atau stimuli.6,7 Pada penelitian ini persepsi
Nyeri yang terjadi pascabedah merupakan subjek terhadap nyeri harus homogen agar
nyeri nosiseptif yang terjadi sebagai akibat kedua kelompok ini dapat diperbandingkan,
proses inflamasi.4,16 Deksametason merupakan oleh sebab itu dilakukanlah penilaian tingkat
kortikosteroid dari golongan glukokortikoid kecemasan mempergunakan Hamilton anxiety
yang mempunyai efek anti-inflamasi yang rating scale (HARS), dan didapatkan bahwa
paling kuat. Peranan deksametason di dalam tingkat kecemasan prabedah antara kedua
menghambat sintesis enzim siklooksigenasi 1 kelompok ini secara statistika tidak berbeda
dan 2 akan menekan produksi prostaglandin bermakna (p>0,05).
yang berfungsi sebagai mediator inflamasi dan Pengukuran derajat nyeri mempergunakan
nyeri sehingga terbentuklah efek analgesia.8,17 numeric rating scale (NRS) dilakukan pada

Tabel 6 Perbandingan Efek Samping pada Kedua Kelompok Perlakuan


Kelompok
Efek samping
D10 mg (n=30) D15 mg (n=30)
Gangguan penyembuhan luka 0 0 
Peningkatan gula darah 1 2
Gastritis 2 3
Keterangan: nilai p dihitung berdasarkan uji chi-kuadrat. Nilai p bermakna jika (p<0,05). Tanda *menunjukkan tidak
bermakna atau tidak signifikan. Nilai persentase merupakan pembagian terhadap 30 subjek

JAP, Volume 3 Nomor 3, Desember 2015


152 Jurnal Anestesi Perioperatif

saat pasien beristirahat atau tidak bergerak mobilisasi pada kelompok deksametason 10 mg
maupun pada saat melakukan aktivitas seperti lebih tinggi dibanding dengan nilai NRS pada
menggerakkan lengan bagian atas. Hasil dari kelompok deksametason 15 mg, perbedaan
penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok pada nilai NRS tersebut berhubungan dengan
deksametason 10 mg mempunyai rentang nilai dosis obat yang diberikan. Pada penelitian
NRS 1–4 dan kelompok deksametason 15 mg sebelumnya dinyatakan juga bahwa pemberian
mempunyai rentang nilai NRS 1−3 pada saat deksametason dengan konsentrasi yang tinggi
istirahat, sementara pada saat beraktivitas akan memberikan efek yang maksimal.18 Hasil
kedua kelompok perlakuan memiliki rentang penelitian ini memang membuktikan bahwa
nilai NRS yang sama yaitu 1–5. Hasil uji dosis yang lebih besar dapat menurunkan nilai
statistika mempergunakan Uji Mann-Whitney NRS dengan perbedaan yang bermakna secara
didapatkan perbedaan yang bermakna pada statistika.
pengukuran NRS pada saat beraktivitas antara Hasil lain penelitian ini adalah efek samping
kedua kelompok perlakuan. yang dapat ditimbulkan oleh deksametason
Penilaian skala nyeri dengan menggunakan seperti peningkatan risiko infeksi yang dapat
numeric rating scale (NRS) yang juga diikuti mengganggu penyembuhan luka, peningkatan
dengan penilaian jumlah kebutuhan analgetik kadar gula darah, dan gastritis yang ditemukan
pertolongan yang dilakukan untuk mengetahui hanya pada beberapa subjek kedua kelompok
kemampuan analgesia yang adekuat selama perlakuan. Pemberian deksametason dengan
waktu tertentu. Pemberian adjuvan analgetik dosis tunggal tidak akan menyebabkan terjadi
dapat menurunkan 20–50% kebutuhan opioid efek samping.19 Gejala seperti peningkatan
(opioid sparring effect) pada saat pascabedah. risiko infeksi, peningkatan kadar gula darah,
Hasil penelitian ini memberikan gambaran penyembuhan luka yang terlambat, gastritis,
bahwa pada kelompok deksametason 10 mg, dan juga supresi adrenal akan timbul pada
analgetik petidin tambahan diberikan pada pemberian deksametason dosis ganda yang
6 dari 30 pasien, sedangkan pada kelompok kronis.19,20 Pada penelitian terdahulu, Bisgaard
deksametason 15 mg diberikan pada 4 dari dkk.9 memberikan deksametason 8 mg dosis
30 pasien yang secara statistika perbedaan ini tunggal pada pembedahanan kolesistektomi
tidaklah bermakna (p>0,05). per laparaskopi, hasil observasi dalam 30 hari
Hasil tersebut tidak sejalan dengan hasil pada penelitian tersebut tidak memperlihatkan
penelitian sebelumnya yang membandingkan efek samping.9
deksametason 15 mg dengan plasebo yang Penelitian yang memberikan dosis tunggal
ternyata dapat menurunkan jumlah kebutuhan deksametason 20 mg terhadap pembedahan
opioid pascabedah laparaskopi histerektomi. tonsilektomi pada dewasa tidak menunjukkan
Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa efek samping, bahkan mereka menyatakan
penurunan kebutuhan opioid saat 2 (dua) jam bahwa kortikosteroid dosis tunggal meskipun
pascabedah terhadap pasien yang diberikan dalam dosis besar tidak terlihat efek yang
deksametason 10 mg sama efektifnya dengan membahayakan.18
yang diberikan deksametason 15 mg.12 Penulis
berpendapat tingkat nyeri pada pasien yang Simpulan
telah dilakukan tindakan radikal mastektomi
termodifikasi lebih tinggi dibanding dengan Simpulan penelitian ini adalah pemberian
laparaskopi histerektomi sehingga kebutuhan deksametason 15 mg intravena lebih baik
analgetik petidin automatis akan bertambah dibanding dengan deksametason 10 mg sebagai
dan penurunan kebutuhannya tidak terlihat adjuvan analgetik dalam mengurangi nilai NRS
bermakna. Pada penelitian ini tidak dilakukan pascabedah saat mobilisasi pada pembedahan
kesetaraan antara deksametason dan obat radikal mastektomi termodifikasi. Namun,
lain. tidak lebih baik dalam mengurangi kebutuhan
Berdasarkan hasil statistika, nilai NRS saat analgetik opioid pascabedah.

JAP, Volume 3 Nomor 3, Desember 2015


Perbandingan Pemberian Deksametason 10 mg dengan 15 mg Intravena sebagai Adjuvan Analgetik terhadap 153
Skala Nyeri Pascabedah pada Pasien yang Dilakukan Radikal Mastektomi Termodifikasi

Berdasarkan atas hasil penelitian ini dapat 2003;238:651–60.


direkomendasikan pemberian deksametason 10. Kjetil H, Sem TK, Ellen S, Johan R. The
15 mg intravena prabedah sebagai adjuvan prolonged postoperative analgesic
effect when dexamethasone is added to
analgetik dalam mengurangi NRS pascabedah a nonsteroidal antiinflammatory drug
radikal mastektomi termodifikasi. Pemberian (rofecoxib) before breast surgery. Anesth
dosis tunggal tersebut tidak akan menimbulkan Analg. 2007;105:481–6.
efek samping yang berarti sehingga disarankan 11. Kardash KJ, Sarrazin F, Tessler MJ, Velly
memberikan dosis tunggal deksametason 15 AM. Single-dose dexamethasone reduces
dynamic pain after total hip arthroplasty.
mg prabedah yang dapat menurunkan nilai Anesth Analg. 2008;106:1253–7.
NRS tanpa efek samping yang merugikan. 12. Jokela RM, Ahonen JV, Tallgren MK,
Marjakangas PC, Korttila KT. The effective
Daftar Pustaka analgesic dose of dexamethasone after
laparoscopic hysterectomy. Anesth Analg.
1. Lubenow TR, Ivankovich AD, Barkin RL. 2009;109:607–15.
Management of acute post operative pain. 13. Bergeron SG, Kardash KJ. Perioperative
Dalam: Barash PG, Cullen BF, Stoelting dexamethasone does not affect functional
RK, penyunting. Clinical anesthesia. Edisi outcome in total hip arthroplasty. Clin
ke-5. Philadelphia: Lippincott William & Orthop Relat Res. 2009;467:1463–7.
Wilkins; 2006. hlm. 1405–6. 14. McKean S, Kochilas X, Kelleher R,
2. Kirwan T. Post-operative pain. Dalam: Dockery M. Use of intravenous steroids
Holdcroft A, Jaggar S, penyunting. Core at inductionof anesthesia for adult
topics in pain. New York: Cambridge tonsillectomy to reduce post-operative
University Press; 2005. hlm. 161–70. nausea and vomiting and pain. Clin
3. Habib AS, Gan TJ. Role of analgesic adjuncts Otolaryngol. 2006;31:36–40.
in post-operative pain management. 15. Nugroho YA. Perbandingan efek adjuvant
Anesthesiol Clin N Am. 2005;23:85−107. analgesi dexamethasone 15 mg dengan
4. Salerno A. Efficacy and safety of steroid dexamethasone 8 mg intravena pada
use for postoperative pain relief. Update pasca pembedahan kepala leher [Tesis].
and review of the medical literature. J Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada;
Bone Joint Surg Am. 2006;88(6):1361–72. 2010.
5. Sarantopoulus C. A practical approach to 16. Rao M. Acute postoperative pain. Indian J
postoperative pain management. Dalam: Anaesth. 2006;50(5):340–4.
Abram S, penyunting. Pain medicine: the 17. Allen K. Dexamethasone: an all purpose
requisites in anesthesiology. Edisi ke-1. agent?. Australian Anesthesia (Online
Philadelphia: Mosby Elsevier’s; 2006. hlm. Journal) 2007 (diunduh 21 Mei 2007).
98−113. Tersedia dari: http://www.anzca.edu.au/
6. Bruce J, Thornton AJ, Scott NW. Chronic resources/college-publications/pdfs/
preoperative pain psychological books-and-publications/Australasian%20
robustness predict acute post operative Anaesthesia/australasian-anaesthesia-
pain outcomes after surgery for breast 2007/Allen.pdf.
cancer. Br J Cancer. 2012;107:937–46. 18. Rujirojindakul P, Atchariyasathian
7. Bruce J, Quinlan J. Chronic surgical pain. Br V, Uakritdathikran T. Effect of
J Pain. 2011;5(3):23–7. dexamethasone on postoperative pain
8. Romundstad L, Breivik H, Roald H, after adult tonsilectomy. Thai J Anesthesiol.
Skolleborg K, Haugen T, Narum J, dkk. 2008;34:1–8.
Methylprednisolone reduces pain, emesis, 19. Djalali A. Is there a role for IV dexamethasone
and fatigue after breast augmentation in perioperative pain management?. J Pain
surgery: a single dose, randomized parallel Relief. 2012;1(5):1−2.
group study with methylprednisolone 125 20. Shahraki A, Feizi A, Jabalameli M. The
mg, parecoxib 40 mg, and placebo. Anesth effect of intravenous dexamethasone on
Analg. 2006;102:418−25. post-cesarean section pain and vital signs:
9. Bisgaard T, Klarskov B, Kehlet H, Rosenborg a double-blind randomized clinical trial. J
J. Preoperative dexamethasone improves Res Pharm Pract. 2013;2:99−104.
surgical outcome after laparascopic
cholecystectomy. A randomized double-
blind placebo-controlled trial. Ann Surg.

JAP, Volume 3 Nomor 3, Desember 2015


154 Jurnal Anestesi Perioperatif

JAP, Volume 3 Nomor 3, Desember 2015

Anda mungkin juga menyukai