Oleh :
DIBIAYAI OLEH
2. Ketua Peneliti
a. Nama lengkap dan gelar : Erna Rachmawati, SP.,MSi
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Pangkat/Golongan/ NIP : Penata Tk I/IIIc/196910181998032 001
d. Jabatan Fungsional : Lektor
e.. Fakultas/Jurusan : Pertanian/Sosial Ekonomi
f. Pusat Penelitian : Universitas Padjadjaran
3. Jumlah Anggota Peneliti : 2 orang
a. Nama Anggota Peneliti I : Hj. Endah Djuwendah, SP.,MSi
b. Nama Anggota Peneliti II : M. Arief Budiman, SE.,ME
4. Lokasi Penelitian : Kota Bandung
5. Kerjasama dengan institusi Lain : -
a. Nama Institusi : -
b. Alamat :
6. Lama Penelitian : 8 bulan
7. Biaya yang Disetujui : Rp 6.850.000
Menyetujui :
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unpad
Tuntutan pola hidup sehat dan pengaruh global warning menyebabkan semakin
banyak konsumen menyadari akan pentingnya produk-produk berwawasan
lingkungan (green product). Salah satu produk yang termasuk dalam kategori
green product adalah sayuran organik. Permintaan sayuran organik yang semakin
tinggi menunjukkan semakin tinggi minat beli konsumen terhadap sayuran
organik. Namun banyak faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen
sehingga minat beli konsumen terhadap sayuran organik bisa tinggi atau rendah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi minat beli konsumen terhadap sayuran organik, (2)
mengidentifikasi perilaku pembelian konsumen terhadap sayuran organik
berdasarkan faktor demografi. Penelitian ini dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner kepada 100 orang konsumen. Penelitian ini menggunakan
metode survey.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat beli terhadap sayuran organik secara
keseluruhan dipengaruhi oleh faktor usia, pendidikan formal, pendapatan
keluarga, tampilan produk dan harga. Secara individu hanya faktor harga yang
berpengaruh secara signifikan. Berdasarkan faktor demografi mayoritas
konsumen berusia muda, berpendidikan tinggi dan berpendapatan menengah
mempunyai perilaku sering membeli, membeli dengan terencana dan loyal
terhadap sayuran organik. Mayoritas konsumen lainnya yang berusia muda,
berpendidikan menengah dan berpendapatan menengah berperilaku jarang
melakukan pembelian, pembeliaannya tidak terencana dan tidak loyal terhadap
sayuran organik.
i
BAB I. PENDAHULUAN
untuk memiliki gaya hidup sehat dan hemat. Fenomena tersebut menimbulkan
situasi yang sangat kondusif bagi terbentuknya kelompok konsumen corak baru
gerakan konsumen hijau ini bukan hanya dalam pola konsumsi sehari-hari dan
membangun masyarakat yang sehat semata, karena pendapat dan opini konsumen
hijau juga mempengaruhi keputusan akhir dari sosok produk manufaktur, perilaku
konsumen yang peduli lingkungan hidup. Dapat juga diartikan sebagai konsep
product) merupakan suatu produk yang dirancang dan diproses dengan suatu cara
1
untuk lingkungan) atau ‘friendly to our environment, no flourocarbons’ pada
produk obat pembasmi serangga, ‘peduli lingkungan, gunakan kembali gelas ini’
pada produk selai roti, ‘recycleable’ dengan simbolnya atau tutup minuman
kaleng yang aman dan tidak melukai manusia, ‘only one earth, ozon friendly, care
and share’ atau ‘ozon friendly, ozone surete" pada produk spray; ‘energy, EPA
penduduknya yang padat, yaitu sebesar 2.393.633 orang jiwa (BPS, 2010),
sangat penting pada jangka panjang, namun secara personal konsumen tetap
2
membeli barang-barang dengan kemasan anorganik karena kemudahan dan
studi McCarty dan Shrum, 1994 dalam Buddi Wibowo, 2002) menemukan bahwa
dengan perilaku daur ulang. Hal ini menjelaskan bahwa persepsi ketidakmudahan
yang dilakukan oleh Straughan dan Robert, 1999 dalam Buddi Wibowo, 2002)
lebih mahal.
Bandung yang saat ini sedang diminati konsumen adalah sayuran organik.
Sayuran organik diminati oleh masyarakat kota Bandung karena lebih sehat dan
memiliki kualitas serta rasa yang lebih enak dibandingkan sayuran non-organik.
Walaupun harga sayuran organik relatif lebih mahal dibandingkan dengan sayuran
non-organik hal ini tidak menjadi masalah bagi konsumen sayuran organik yang
3
pemahaman konsumen di kota Bandung juga berbeda terhadap sayuran organik.
Hal ini tentu dapat mempengaruhi perilaku dan minat beli konsumen di kota
Bandung terhadap sayuran organik. Dengan kondisi seperti ini, justru menjadi
menarik untuk mengkaji sayuran organik di kota Bandung ini terkait dengan
minat beli konsumen yang berbeda, sehingga timbul pertanyaan : siapa sajakah
konsumen yang berminat membeli produk sayuran organik di kota Bandung dan
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat beli konsumen terhadap sayutran
1.2. Permasalahan
sayuran organik.
1.3.1. Tujuan
4
1.3.2. Kegunaan
berikut:
5
Data
4. Analisis Data
5. Laporan dan
Penggandaan
1.5. Personalia
Ketua Peneliti
Anggota Peneliti
(NIP : 1970041719960102001)
d. Telpon/Faks/E-mail : 02276961735
6
a. Nama Anggota Peneliti 2 : M. Arief Budiman, SE.,ME
(NIP : 197806022008011007)
d. Telpon/Faks/E-mail : 081320999599
Perumahan Nuansa Mas Estate, Perumahan Metro Bandung, dan Perumahan Batu
masyarakat yang dimaksud adalah para ibu rumah tangga, baik yang berkarir
maupun tidak. Seperti diketahui para ibu rumah tangga merupakan pengambil
lingkungan (green product) dalam penelitian ini adalah pangan / sayuran organik.
7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESIS
Kota Bandung yang terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota
Propinsi Jawa Barat. Lokasi Kota Bandung cukup strategis, dilihat dari segi
2. Letak yang tidak terisolasi dan dengan komunikasi yang baik akan
6°55’ LS dengan luas wilayah 167,45 km2 dengan batas-batas sebagai berikut :
Secara topografi Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 meter di atas
permukaan laut (dpl), titik tertinggi di daerah Utara dengan ketinggian 1.050
meter dan terendah di sebelah Selatan 675 meter di atas permukaan laut. Di
8
wilayah Kota Bandung bagian selatan sampai lajur lintasan kereta api, permukaan
tanah relatif datar sedangkan di wilayah kota bagian Utara berbukit-bukit yang
Visi kota Bandung adalah terwujudnya kota Bandung sebagai kota jasa
keinginan, harapan, serta tujuan sebagaimana tertuang dalam visi yang telah
Pertama : Kota Bandung sebagai Kota Jasa harus bersih dari sampah, dan
bagi warganya;
Ketiga : Kota Bandung sebagai Kota Jasa harus memiliki warga yang taat
Keempat : Kota Bandung sebagai Kota Jasa harus memiliki warga yang
9
yang berkunjung serta menjadikan kota yang bersahabat dalam
Secara harfiah, bermartabat diartikan sebagai harkat atau harga diri, yang
yang bermartabat adalah kota yang menyediakan jasa pelayanan yang didukung
kedisiplinan masyarakatnya.
gender.
10
peningkatan kegiatan kota dengan tetap memperhatikan tata ruang kota
oleh perusahaan. Seperti yang diketahui, proses produksi (barang atau jasa) yang
kemudian dijual kepada konsumen mempunyai 3 tahap secara garis besar : input -
a. Green Consumer
(Smith, 1998). Dengan kata lain Green consumer merupakan konsumen yang
11
lingkungan hidup akan lebih menyukai pembelian minyak yang bebas dari
campuran timah.
yang nyata, 2) problem tersebut harus ditangani dengan serius dan disikapi dengan
cara yang aktif, 3) mereka merasa mendapatkan informasi yang cukup dalam
(Smith, 1998).
b. Green Product
dirancang dan diproses dengan suatu cara untuk mengurangi efek-efek yang dapat
pengkonsumsiannya. Hal ini dapat dikaitkan dengan pemakaian bahan baku yang
Sayuran Organik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua (1993) istilah sayur
atau bijian (kapri, buncis) yang dapat dimasak (seperti bayam, kubis) atau
masakan yang berkuah (seperti gulai, sop). Sayuran organik adalah sayuran yang
ditanam secara alami tidak mengandung sembarang pestisida kimia, bahan kimia,
12
Sayuran organik aman untuk dikonsumsi karena tidak mengandung residu
pestisida kimia. Selain itu sayuran organik mengandung zat anti oksidan 10%-50
vitamin C dan mineral pokok seperti kalium, fosfor, magnesium, zat besi dan
insektisida dan pestisida yang digunakan pada proses produksi atau penanaman.
Bukan hanya sayuran, tanah sebagai media tanam juga bisa cepat rusak karena
sayuran non-organik harus diberi pupuk kimia. Selain itu penggunaan insektisida
Sayuran organik berbeda dengan sayuran non organik, salah satunya dalam
keorganikan dari suatu usaha tani melalui mekanisme uji standar lapangan dan
laboratorium. Jika suatu usaha tani lolos uji tersebut maka dia boleh menggunakan
label organik pada kemasan produknya. Dalam hal ini lembaga sertifikasi menjadi
penjamin mutu produk. Sertifikasi pula yang menjadi salah satu faktor mengapa
13
prinsip ekologi), bisa lokal, nasional maupun internasional. Di tingkat lokal,
dibuat standar lokal yang sesuai dengan kondisi dan pengetahuan lokal. Di tingkat
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan
mengikuti tindakan ini. Dari kedua definisi yang telah disebutkan di atas dapat
proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli,
mengalokasikan sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha dan energi).
14
Secara sederhana, studi perilaku konsumen meliputi hal-hal sebagai berikut. Apa
oleh produsen dan pemasar, karena mereka harus menyesuaikan jumlah produksi
dengan lebih baik. Pemasar yang mengerti perilaku konsumen akan mampu
pemasaran yang sesuai. Para pemasar yang memahami perilaku konsumen juga
akan mampu mempengaruhi perilaku tersebut sehingga sesuai dengan apa yang
pilihan konsumen agar mereka mau memilih produk tertentu dan merek tertentu
15
Minat beli
mengkonsumsi. Menurut Kinnear dan Taylor (1995), minat beli adalah tahap
dan Grewal, 1991). Segala sesuatu menjadi sama, minat beli secara positif
(Della Bitta, Monroe dan McGinnis : 1981; Monroe dan Chapman: 1987; Urbany
dan Dickson: 1990; Zeithaml: 1988 dalam Grewal, Monroe dan Krishnan, 1998).
Suatu produk dikatakan telah dikonsumsi oleh konsumen apabila produk tersebut
dipengaruhi oleh nilai produk yang dievaluasi. Bila manfaat yang dirasakan lebih
konsumen untuk berpindah dari satu merek ke merek lainnya. Sedangkan Mittal
(1999) menemukan bahwa fungsi dari minat dari minat konsumen merupakan
fungsi dari mutu produk dan mutu layanan. Menurut Sridhar Samu (1999) dalam
Navarone Okki, 2003) salah satu indikator bahwa suatu produk sukses atau tidak
16
di pasar adalah seberapa jauh tumbuhnya minat beli konsumen terhadap produk
tersebut.
setiap hari atau setiap periode tanpa menyadari bahwa mereka telah mengambil
keputusan.
lebih pilihan alternatif (Schiffman dan Kanuk, 1994 dalam Sumarwan, 2004).
Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994), terdapat lima tahap proses
konsumen.
17
Pengenalan Pencarian Evaluasi
Pembelian Hasil
Kebutuhan Informasi Alternatif
keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk menggugah dan
lingkungan konsumen.
dan memilihnya sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Pada proses evaluasi
18
diperlukan, maka ia akan melakukan pembelian. Pembelian meliputi keputusan
konsumen mengenai apa yang dibeli, apakah membeli atau tidak, kapan membeli,
tidak akan berhenti hanya sampai konsumsi. Konsumen akan melakukan proses
evaluasi terhadap konsumsi yang telah dilakukannya. Inilah yang disebut sebagai
evaluasi alternatif pasca pembelian atau pasca konsumsi. Hasil dari proses ini
Hal ini disebabkan karena keputusan pembelian yang dilakukan dipengaruhi oleh
mungkin dipengaruhi oleh faktor budaya, keluarga, kelas sosial, gaya hidup, iklan,
19
dan masyarakat. Kelas sosial adalah bentuk lain dari pengelompokkan
sebuah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang terikat oleh
yang diterima oleh seorang konsumen dari pekerjaan yang dilakukannya untuk
berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait
dengan produk dan jasa tersebut dan informasi yang berhubungan dengan
20
Pengolahan informasi pada diri konsumen terjadi ketika salah satu
2.2.Kerangka Pemikiran
Salah satu jenis pangan organik adalah sayuran organik yang saat ini mulai
adanya kesadaran akan gaya hidup sehat dan isu tentang Global Warming.
sayuran organik. Sayuran organik yang ditanam secara alami, terbebas dari bahan
kimia baik itu pupuk maupun pestisida kimia. Hal tersebut menjadikan sayuran
Sayuran organik saat ini mulai banyak diminati oleh masyarakat kota
Bandung karena lebih sehat dan memiliki kualitas serta rasa yang lebih enak
mahal dibandingkan dengan sayuran non-organik hal ini tidak menjadi masalah
hidup sehat dibandingkan dengan berapa banyak uang yang harus mereka
keluarkan.
21
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi serta beragamnya
Hal ini tentu dapat mempengaruhi perilaku dan minat beli konsumen di kota
Bandung terhadap sayuran organik. Dengan kondisi seperti ini, justru menjadi
menarik untuk mengkaji sayuran organik di kota Bandung ini terkait dengan
produk hijau.
permintaan rumah tangga terhadap sayuran organik di Kota Bogor, dilakukan oleh
22
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan bayam organik secara signifikan
adalah pendapatan, usia, harga sayuran organik, dan gaya hidup konsumen.
signifikan adalah pendapatan, usia, lama pendidikan formal, dan gaya hidup
konsumen.
2.4. Hipotesis
23
BAB III. METODE PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan para ibu
rumah tangga, baik yang menjadi wanita karir atau tidak di lingkungan
induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang
pada usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara berfikir formal dan
argumentatif.
survei. Metode ini merupakan metode penelitian yang mengambil suatu sampel
dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data
24
3.2.Teknik Penentuan Responden
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga,
baik yang berkarir atau yang tidak. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan
orang responden. Wawancara dengan responden dilakukan pada hari Sabtu dan
Minggu dimulai pukul 10.00 sampai pukul 17.00 WIB. Tempat penelitian
a. Model logit
sayuran organik. Dalam hal ini, kedua golongan responden tersebut merupakan
kejadian biner (dummy variable) yang bernilai 1 dan 0, dimana nilai 1 untuk
responden yang melakukan pembelian dan nilai 0 untuk responden yang tidak
ini adalah sebagai berikut (Pindyck, R.S. and D.L. Rubinfeld, 1991) :
25
Log (P1/P2) 0 + Ui + Pendfi + Pendpti + Prdi + Hi +
Pri + ei
dimana :
Log P1/P2 = logaritma peluang P1 terhadap P2;
P1 = 1, responden melakukan pembelian,
P2 = 0, responden tidak melakukan pembelian.
U = Usia (1: tua, 0: muda)
Pendf = Pendidikan formal (1: tinggi, 0: menengah)
Pendpt = Pendapatan keluarga (1: tinggi, 0: menengah)
Prd = Tampilan produk (1: menarik, 0: kurang menarik)
H = Harga (1: mahal, 0: terjangkau)
0 = Intersep
e = Galat
1….. = Koefisien regresi
b. Deskriptif Kualitatif
responden. Persentase yang terbesar merupakan faktor yang dominan dari masing-
berikut:
26
3. Pendidikan formal, yaitu pendidikan terakhir yang telah selesai ditempuh
yang diterima dari suami pada ibu rumah tangga. Pendapatan keluarga
6. Harga, yaitu jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh konsumen untuk
terjangkau (0).
dikategorikan sering membeli (> 2 kali per bulan) dan jarang (< 2 kali per
bulan).
27
pembelian dilihat dari ketidaktersediaan produk dan kenaikan harga
produk.
Mahal
Harga
Terjangkau
Perencanaan Terencana
pembelian Tidak terencana
Tetap membeli sayuran
Perilaku Loyalitas organik jenis lain
pembelian berdasarkan
Kualitatif
ketersediaan
Membeli sayuran
produk
Loyalitas konvensional
pembelian
Tetap membeli sayuran
Loyalitas organik jenis lain
berdasarkan Kualitatif
kenaikan harga Membeli sayuran
konvensional
28
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
(minat beli tinggi) dan 70 orang responden yang tidak melakukan pembelian
sayuran organik (minat beli rendah). Hasil analisis model logit dari faktor-faktor
pada Tabel 2.
Tabel 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen terhadap Sayuran Organik
Koefisien Selang Kepercayaan 95%
Variabel Simpangan Baku z- Hitung Signifikan Odds Ratio
Estimasi Lower Upper
-0.256318 0.573500 -0.45 0.655
Konstanta
Keterangan :
a = nyata pada α = 0.05
29
beli produk secara keseluruhan dipengaruhi oleh variabel usia, pendidikan formal,
pendapatan keluarga, tampilan produk, dan harga produk. Namun secara sendiri-
sendiri dari ke-lima variabel tersebut hanya variabel harga yang berpengaruh
bahwa semakin tua usia responden maka minat beli terhadap sayuran
organik menjadi semakin tinggi. Sementara itu, nilai odds ratio variabel
usia sebesar 2.21 mengandung arti bahwa minat beli responden sebesar
2.21 kali lebih besar pada responden berusia tua (> 55 tahun) dibanding
Minat beli sayuran organik yang cenderung tinggi pada responden berusia
tinggi pendidikan formal maka minat beli pada sayuran organik menjadi
semakin besar. Kondisi ini didukung oleh nilai odds ratio variabel
pendidikan formal yang menunjukkan angka 1.58. Ini berarti minat beli
30
Besarnya minat beli responden yang berpendidikan relatif tinggi
kesehatan keluarga.
menunjukkan angka lebih kecil dari 1 (satu) yaitu 0.55 yang berarti minat
beli responden 0.55 kali lebih besar pada responden yang pendapatannya
yang lain. Kenyataan ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
1.00367, yang berarti bahwa semakin baik tampilan produk maka semakin
tinggi minat beli terhadap sayuran organik. Nilai odds ratio variabel
31
tampilan produk diketahui sebesar 2.73. Ini berarti bahwa tampilan produk
minat beli rendah. Tampilan produk ini berupa kesegaran produk, rasa, dan
kemasan.
bahwa semakin tinggi harga produk maka minat beli terhadap sayuran
organik menjadi rendah. Sementara itu, nilai odds ratio variabel harga
responden sebesar 0.21 kali lebih besar pada responden dengan minat beli
rendah dibanding dengan responden dengan minat beli tinggi. Dalam hal
ini, responden dengan minat beli rendah akan berpikir ulang untuk
32
Tabel 3. Perilaku Pembelian Responden Berdasarkan Frekuensi Pembelian Per Bulan
Sering (> 2 kali per
Jarang (< 2 kali per
bulan)
No Kategori Responden bulan)
Jumlah % Jumlah %
Berusia muda, berpendidikan
1. menengah, berpendapatan 4 13,3 4 13,3
menengah
Berusia muda, berpendidikan
2. 2 6,7 2 6,7
tinggi, berpendapatan tinggi
3. Berusia tua, berpendidikan 2 6,7 2 6,7
menengah, berpendapatan
menengah
4. Berusia tua, berpendidikan 1 3,3 - -
tinggi, berpendapatan tinggi
5. Berusia muda, berpendidikan - - - -
menengah, berpendapatan tinggi
6. Berusia muda, berpendidikan 7 23,3 3 10
tinggi, berpendapatan menengah
7. Berusia tua, berpendidikan - - 1 3,3
menengah, berpendapatan tinggi
8. Berusia tua, berpendidikan - - 2 6,7
tinggi, berpendapatan menengah
Total 16 53,3 14 46,7
mempunyai minat beli tinggi, terlihat 53,3 persen sering melakukan pembelian
pembelian rata–rata sebanyak 2 (dua) sampai 4 (empat) kali per bulan. Sementara
sekali.
33
4.2.2. Perilaku Pembelian Responden Berdasarkan Perencanaan Pembelian
responden yang mempunyai minat beli tinggi, terlihat 66,7 persen melakukan
34
sebagai bahan pangan yang menyehatkan sehingga merasa perlu untuk selalu
tersedia di rumah.
dari 30 responden yang mempunyai minat beli tinggi, sebanyak 66,7 persen loyal
dan 33,3 persen tidak loyal melakukan pembelian sayuran organik. Mayoritas
35
dan berpendapatan menengah (26,7 persen), sedangkan mayoritas responden yang
sayuran organik yang dibutuhkan atau membeli sayuran organik jenis lain di
tempat yang sama saat sayuran organik yang dibutuhkan tidak tersedia di
supermarket. Sementara pada responden yang tidak loyal, akan membeli sayuran
supermarket.
Jumlah % Jumlah %
1. Berusia muda, berpendidikan 5 16,7 3 10
menengah, berpendapatan
menengah
2. Berusia muda, berpendidikan 3 10 - -
tinggi, berpendapatan tinggi
3. Berusia tua, berpendidikan 2 6,7 2 6,7
menengah, berpendapatan
menengah
4. Berusia tua, berpendidikan 1 3,3 - -
tinggi, berpendapatan tinggi
5. Berusia muda, berpendidikan 2 6,7 - -
menengah, berpendapatan tinggi
6. Berusia muda, berpendidikan 9 30 2 6,7
tinggi, berpendapatan menengah
7. Berusia tua, berpendidikan - - - -
menengah, berpendapatan tinggi
8. Berusia tua, berpendidikan - - 1 3,3
tinggi, berpendapatan menengah
Total 22 73,3 8 26,7
36
Berdasarkan kenaikan harga, Tabel 6 memperlihatkan bahwa dari 30
responden yang mempunyai minat beli tinggi, 73,3 persen loyal dan 8 persen tidak
loyal pada sayuran organik (30 persen) mempunyai kategori berusia muda,
yang loyal terhadap sayuran organik tetap membeli sayuran organik tetapi jenis
lain yang harganya lebih murah dari sayuran organik sebelumnya yang
37
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1.Simpulan
sayuran organik.
5.2.Saran
konsumen.
38
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2010. Bandung dalam Angka 2010. Kerjasama Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota bandung dengan Badan Pusat
Statistik Kota Bandung. Bandung: Badan Pusat Statistik.
Elkington, John, et.al., 1991, The Green Business Guide : How to Take Up-and
Profit from-the Environmental Challenge, London, Victor Gollancz Ltd.
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta:
LP3ES.
Pindyck, R.S. and D.L. Rubinfeld. 1991. Econometric Models and Economic
Forecasts. Third Edition. McGraw-Hill, Inc, New York.
39
Smith, TM, The Myth of Green marketing: Tending Our Goals at the Edge of
Apocalypse, University of Toronto Press
40
LAMPIRAN
41
Lampiran 1. Foto Sayuran Organik
Bayam Kangkung
Caisin
42
43
Lampiran 2. Data Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Beli terhadap
Sayuran Organik
44
Lampiran 2. Data Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Beli terhadap
Sayuran Organik (lanjutan)
40. 0 0 1 0 0 0
41. 0 0 0 0 0 1
42. 0 0 1 0 0 0
43. 0 1 0 0 0 1
44. 0 0 0 0 0 0
45. 0 0 1 0 1 1
46. 0 0 1 0 1 1
47. 0 0 1 1 1 0
48. 0 0 1 0 0 0
49. 0 1 1 0 0 0
50. 0 0 1 1 1 0
51. 0 1 0 0 0 0
52. 0 1 1 0 0 1
53. 0 0 0 1 0 1
54. 0 0 1 0 0 1
55. 0 0 0 0 0 1
56. 0 0 1 0 0 1
57. 0 1 0 0 0 1
58. 0 0 0 0 0 1
59. 0 0 0 0 0 1
60. 0 0 0 0 0 1
61. 0 0 0 0 0 1
62. 0 0 0 1 1 1
63. 0 0 0 0 0 1
64. 0 0 0 0 0 1
65. 0 0 0 0 0 1
66. 0 0 0 0 0 1
67. 0 0 1 0 0 1
68. 0 0 1 0 0 1
69. 0 0 1 0 0 1
70. 0 0 0 0 0 1
71. 0 1 0 0 0 1
72. 0 0 0 0 0 1
73. 0 0 0 0 0 1
74. 0 0 0 0 0 1
75. 0 0 1 0 0 1
76. 0 0 1 0 0 1
77. 0 0 1 0 0 1
45
Lampiran 2. Data Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Beli terhadap
Sayuran Organik (lanjutan)
78. 0 0 1 0 0 1
79. 0 0 1 1 0 1
80. 0 0 0 1 0 0
81. 0 0 0 0 0 0
82. 0 0 0 0 0 1
83. 0 0 0 1 0 1
84. 0 0 0 0 0 1
85. 0 0 0 0 0 1
86. 0 0 0 0 0 1
87. 0 0 0 0 0 1
88. 0 0 1 0 0 1
89. 0 0 0 0 0 1
90. 0 0 0 0 0 1
91. 0 0 1 0 0 1
92. 0 0 0 0 0 1
93. 0 0 0 0 0 1
94. 0 0 1 0 0 1
95. 0 0 0 0 0 1
96. 0 0 0 0 0 1
97. 0 0 0 0 0 1
98. 0 0 0 0 0 1
99. 0 0 1 0 0 1
100. 0 0 0 0 0 1
Keterangan :
46
Binary Logistic Regression: Minat Beli versus Usia, Pendidikan,
Pendapatan, Tampilan Produk, Harga
Response Information
Odds 95% CI
Predictor Coef SE Coef Z P Ratio Lower Upper
Constant -0.256318 0.573500 -0.45 0.655
Usia 0.791271 0.714713 1.11 0.268 2.21 0.54 8.95
Pendidikan 0.456881 0.542797 0.84 0.400 1.58 0.54 4.58
Pendapatan -0.601882 0.821186 -0.73 0.464 0.55 0.11 2.74
Tampilan Produk 1.00367 0.771836 1.30 0.193 2.73 0.60 12.38
Harga -1.57828 0.538978 -2.93 0.003 0.21 0.07 0.59
Log-Likelihood = -52.364
Test that all slopes are zero: G = 17.445, DF = 5, P-Value = 0.004
Goodness-of-Fit Tests
Method Chi-Square DF P
Pearson 7.49428 10 0.678
Deviance 8.66776 10 0.564
Hosmer-Lemeshow 3.23708 4 0.519
Group
Value 1 2 3 4 5 6 Total
1
Obs 4 3 4 7 6 6 30
Exp 5.0 3.8 2.7 5.4 5.5 7.6
0
Obs 33 16 6 6 4 5 70
Exp 32.0 15.2 7.3 7.6 4.5 3.4
Total 37 19 10 13 10 11 100
Measures of Association:
(Between the Response Variable and Predicted Probabilities)
47
48