Puji syukur saya haturkan atas kehadirat Allah SWT berkat Rahmat dan
Karunia-Nya yang telah melimpahkan Taufiq, Hidayah, dan Inayah-Nya Sehingga
saya dapat menyelesaikan PROPOSAL ini dengan judul “Faktor Yang
Berhubungan (Pekerjaan Ibu, Jumlah Anggota Keluarga, Pendapatan Keluarga,
Pengatahuan Gizi Ibu ) Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Puskesmas
Pembantu Talang Kecamatan Saronggi”.
Penyusunan proposal ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan serta
dukungan yang telah diberikan dari berbagai pihak, untuk itu ijinkan peneliti
menyampaikan terimakasih kepada:
i
segenap pembaca. Akhir kata semoga proposal ini dapat memberikan tambahan
ilmu yang bermanfaat bagi pembaca.
ii
DAFTAR ISI
iii
2.2.10 Standar tinggi badan menurut umur..................................... 23
2.3 Stunting ........................................................................................... 27
2.3.1 Definisi stunting...................................................................... 27
2.3.2 Etiologi................................................................................... 28
2.3.3 Manifestasi klinis.................................................................... 29
2.3.4 Perilaku pencegahan stunting................................................. 30
2.3.5 Dampak stunting..................................................................... 31
2.3.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi unting............................. 34
iv
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB 1
PENDAHULAN
bagi kualitas sumber daya manusia (SDM) dan menduduki peringkat kelima dunia
balita dengan kondisi tinggi badan berada dibawah rata-rata (MCA Indonesia
Development Goals (MDGS) adalah setatus gizi balita. hal ini menunjukkan
bahwa anak memerlukan asupan gizi yang sangat banyak untuk pertumbuhan dan
mengalami kekurangan gizi salah satunya penyakit Stunting. (Farah okky aridiyah
dkk, 2015) Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat dari
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah
bayi lahir. kondisi ini baru terjadi setelah bayi berusia 2 tahun. (Picauly dkk,
2013)
1
2
masyarakat jika prevalensinya 20% atau >20%, menurut WHO Stunting pada
tahun 2017 (22,2%) atau sekitar 150,8 juta balita di dunia terkenan Stunting.
Sedangkan di asia tenggara mengalami Stunting dan terbanyak ialah Timur leste
sebanyak 50,2%, India 38,4%, Indonesia 36,4% dan Banglades 36,1%. Di daerah
jawa timur masuk pada urutan ke-tujuh dari 18 Provinsi dengan prevalensi
merupakan daerah yang menjadi salah satu fokus penanggulangan Stunting, kasus
Stunting pada tahun 2017 terdapat 8.799 anak dari 26.099 anak. Di Puskesmas
Pembantu Talang terdapat 133 balita pada tahun 2019, pada tahun 2018 terdapat
pengambilan data awal yang dilakukan pada tanggal 10 Desember 2019 dari 7
responden yang mumpunyai balita tinggi badan yang tidak sesuai dengan umur
kehidupan, faktor gizi pada ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan
Pada ibu hamil yang kurang gizi menyebabkan bayi kekurangan gizi ketika lahir,
kurang. (Ernawati dkk, 2013). Salah satu faktor psenyebab terjadinya Stunting
3
masyarakat, kondisi air, praktek pengasuhan yang kurang baik, masih terbatasnya
ekonomi keluarga dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu pekerjaan orang tua,
ekonomi yang rendah akan beresiko terjadinya Stunting karena pemenuhan gizi
yang rendah dan balita dengan keluarga yang mempunyai pengatahu gizi kurang
nasional, daerah dan masyarakat yang bertujuan untuk digunakan dan diarahkan
food security” bertujuan meningkatkan akses makanan yang bergizi agar dapat
memenuhi kebutuhan gizi sasaran keluarga yang kurang mampu dengan cara
Ditinjau dari uraian di atas, maka perlu untuk diteliti tentang “Faktor-
Stunting.
kejadian Stunting.
1.4.1 Teoritis
stunting.
2. Bagi Responden
3. Bagi Peniliti
pencegahan Stunting.
6
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
ukuran, besar, jumlah, atau tingkat sel dalam organ tubuh, pertumbuhan dapat
diukur secara kuantitati dengan ukuran (Gram, pound, kilogram), dan untuk
panjang (CM, Meter, Inch), maupun individu yang dapat diukur secara kuantitati
dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter, inch),
umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh)
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang sederhana menjadi lebih
kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Hal ini berkaitan dengan adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh, organ-organ, dan sitem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
kognitif, motorik, emosi, sosial dan bahasa sebagai hasil interaksi dengan
8
9
interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh. Proses tumbuh
serabut saraf.
perkembangan selanjutnya.
tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang balita tidak akan
bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait
dengan fungsi berdiri balita terhambat. Karena itu perkembangan awal ini
demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-
lain. balita sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya
tetap, yaitu:
2.2 Balita
Balita adalah anak yang berumur 1- <5 tahun sedangkan anak prasekolah
anak yang berumur 3-5 tahun. Saat usia balita, kegiatan anak masih bergantung
pada orang tua pada saat melakukan kegiatan sehari-hari seperti buang air kecil,
dan kemampuan berjalan bertamabah baik akan tetapi kemampuan lainya masi
Anak yang berumur kurang dari 5 tahun dan anak yang berumur 1 tahun
atau dibawah 5 tahun atau dengan hitungan bulan 12- 59 bulan sering di singkat
balita (Kemenkes, 2010). Pada masa Balita merupakan dimana anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sangan cepat (Kemenkes, 2013). Pada masa
ini balita mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat. Jenis-
Anak usia 1-3 tahun tidak bisa mengelolah makanan hanya bisa
pada masa balita akan mengalami pertumbuhan yang sangan cepat dari pada
jumlah makanan relatif besar. Anak yang mempunyai perut kecil sulit
anak yang usinya lebih menerima makanan dengan relatif besar oleh sebab
itu pola makan yang diberikan pada anak dengan porsi kecil dengan
frekuensi sering
Anak usia 3-5 tahun sudah bisa memilih makanan dan menolak
makanan yang di sediakan orang tunya, pada usia ini anak cenderung
berlebih.
1. Definisi gizi
gizi akan optimal jika mengandung zat gizi yang lengkap. Jumlah kebutuhan
zat gizi dan nutrisi anak dengan bayi sangat berbeda setiap umurnya
(Alimul, 2005). Jika nutrisi anak terpenuhi akan berdampak baik bagi
2. Jenis gizi
kelompok, karbohidrat, lemak, dan protein yang ada pada hewan atau sayur-
sayuran. Zat gizi termasuk memberikan gizi bagi Tubuh seperti air, vitamin,
a. Karbohidrat
pada beras, jagung, ubi, singkong dan kentang fungsi utama karbohidrat
b. Lemak
senyawa yang ada pada lemak seperti oksigen, karbon, hidrogen. Lemak
kalori.
c. Protein
dengan jumlah besar tubuh tidak bisa memproduksi air untuk memenuhi
organ. Cairan dalam tubuh sebagai media transportasi zat gizi, pelumas
2014)
d. Vitamin
e. Mineral
yodium, zat besi, selesium, zink, tembaga, koblot dan elemen lainnya
1. Umur
kebutuhan gizi untuk tiap kilogram berat badan seperti kebutuhan gizi
2. Jenis kelamin
kebutuhan gizi. Hal ini karena jaringan penyusun tubuh dan aktivitas yang
3. Aktivitas
itu perlu juga asupan makanan dan nutrisi juga semakin tinggi, oleh karena
4. Tempat tinggal
Oleh karena itu tempat tinggal dikota dengan yang tinggal di pengunungan
Pada ibu yang hamil memerlukan asupan gizi yang tinggi dan pada
16
ibu yang menyusui juga memerlukan asupan gizi yang tinggi, ibu yang
metabolisme dan untuk memproduksi ASI. Jika pemenuhan gizi baik maka
mempengaruhi tumbuh kembang janin. Jika kondisi sakit yang dialami akan
1. Faktor internal
yaitu :
a. Ras /etnik
yang tinggi atau besar akan tetapi anak yang dilahirkan dari keturunan
b. Keluarga
c. Umur
pertama keidupan, pada masa remaja dan pada masa dewasa mengalami
17
penurunan.
d. Jenis kelamin
e. Genetik
kerdil.
f. Kelainan kromosom
sindrom Down’s
2. Faktor eksternal
a. Faktor prenatal
1) Mekanis
2) Toksin/zat kimia
3) Endokrin
4) Radiasi
5) Infeksi
6) Kelainan imunologi
darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody terhadap
sel darah merah janin. Melalui plasenta masuk ke dalam darah janin
7) Anoksia embrio
19
8) Psikologi ibu
yang salah pada janin atau kekerasan mental pada ibu hamil
b. Faktor persalinan
1) Nutrisi
3) Psikologis
terpapar sinar radioaktif, kurang sinar matahari dan zat tertentu seperti
5) Sosioekonomi
6) Lingkungan pengasuhan
7) Budaya Lingkungan
bergizi, namun karena terdapat budaya setempat anak dengan umur >6
8) Stimulasi
9) Obat-obatan
21
2.2.6 Malnutrisi
Penilaian status gizi dibagi menjadi dua yaitu secara langsung dan secara
tidak langsung. (Dalgleish et al., 2007) Penilaian status gizi langsung dapat dibagi
1. Antropometri
berbagai tingkat gizi sampai ke umur. Pengukuran tubuh antara lain berat
a. Berat badan
(Supariasa, 2013)
c. Lingkar kepala
keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas
(LILA) untuk mengatahui tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang
2. Metode laboratorium
biokimia dan uji fungsi fisik. Uji biokimia untuk mengukur setatus gizi
3. Klinis
23
dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Asupan makan yang kurang akan
masyarakat.
b. Faktor ekologi
Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan
tinggi badan (TB). Berat badan anak balita ditimbang menggunakan timbangan
24
digital yang memiliki presisi 0,1 kg, panjang atau tinggi badan diukur
menggunakan alat ukur panjang/tinggi dengan presisi 0,1 cm. variabel BB dan
TB/PB anak balita disajikan dalam bentuk tiga indeks antropometri yaitu BB/U,
Menilai status gizi balita maka angka berat badan dan tinggi badan setiap
sebagai berikut :
perilaku hidup tidak sehat, dan asupan makanan kurang dalam waktu yang
berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan. Berat badan
menurut umur rendah dapat disebabkan karena pendek (masalah gizi kronis)
sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama
Standar panjang badan atau tinggi badan menurut umur (Kemenkes, 2010)
2.3 Stunting
29
diukur berdasarkan tinggi badan menurut umur. Batasan stunting yaitu tinggi
badan menurut umur berdasarkan Z-score sama dengan atau kurang dari -2 SD di
mempunyai tinggi badan lebih pendek dibandingkan dengan tinggi badan orang
Stunting adalah keadaan dimana asupan gizi yang kurang dalam waktu
yang cukup lama karena pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
dapat mengakibatkan kurang gizi kronis. Kondisi ini menyebabkan tinggi badan
anak cenderung lebih pendek dengan anak lain seusianya. Selain itu, dampak
misalnya diabetes mellitus, hipertensi, jantung koroner pada saat anak beranjak
dewasa. Stunting terjadi pada saat janin masih dalam kandungan namun dapat
terlihat saat anak sudah berusia 2 tahun (DINKES, 2015). Stunting terjadi mulai
dari masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia 2 tahun (MCA
Indonesia, 2013).
adalah suatu keadaan dimana asupan gizi anak tidak tercukupi dalam waktu yang
cukup lama yang dapat menyebabkan suatu kegagalan pertumbuhan fisik yaitu
tinggi badan anak lebih pendek dibandingkan dengan tinggi badan anak seumuran
pada umumnya.
30
2.3.2 Etiologi
1. Stunting familial
orang tua dan keluarga. Perawakan pendek yang disebabkan karena genetik
badan orang tua maupun pola pertumbuhan orang tua merupakan kunci
untuk mengetahui pola pertumbuhan anak. Faktor genetik tidak tampak saat
2. Kelainan patologis
Klinefelter.
3. Defisiensi hormon
lemak.
4. Kelainan kromosom
reproduksinya atau masa pubertas. Salah satu tanda pubertas pada remaja
dipengaruhi status gizi. Status tinggi badan yang pendek akan memengaruhi
hubungan antara status gizi pendek dengan tingkat pertumbuhan gigi dan
saliva sebagai buffer, pembersih, anti pelarut, dan antibakteri rongga mulut.
4. Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan
eye contact
5. Pertumbuhan melambat
makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam.
piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber
protein (baik protein nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak
daripada karboohidrat.
2. Pola asuh
yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan balita.
Dimulai dari edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja
sebagai cikal bakal keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya
memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin, serta
33
agar bayi mendapat kolostrum air susu ibu (ASI). Berikan hanya ASI saja
sampai bayi berusia 6 bulan. Selain itu, ASI boleh dilanjutkan sampai usia 2
tahun, namun berikan juga makanan pendamping ASI. Jangan lupa pantau
lain yang juga perlu diperhatikan adalah berikanlah hak anak mendapatkan
puskesmas.
dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih mendekatkan anak pada risiko
menggunakan sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar
sembarangan.
Menurut WHO (2014), dampak dari stunting terdiri dari dampak jangka
perkembangan bahasa.
Menurut (Bappenas R.I 2013) beberana faktor penyebab stunting ini dapat
disebabkan oleh faktor langsung maupun tidak langsung antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Faktor Langsung
asupan zat gizi yang lebih banyak dari kebutuhan seperti gizi lebih,
asupan zat gizi yang lebih sedikit dari kebutuhan seperti gizi kurang
35
dan buruk, pendek, kurus dan sangat kurus (Depkes R.I, 2009).
dan perkembangan tubuh balita. Masa kritis ini merupakan masa saat
balita akan mengalami tumbuh kembang dan tumbuh kejar. Balita yang
asupan yang baik sehingga dapat melakukan tumbuh kejar sesuai dengan
pendek, selain itu pada level rumah tangga konsumsi energi rumah
b. Umur
anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif dimana segala sesuatu
stunting dan severe stunting lebih tinggi pada anak usia 24-59 bulan,
yaitu sebesar 50% dan 24%, dibandingkan anak-anak berusia 0-23 bulan.
36
c. Jenis Kelamin
kelompok usia 12-24 bulan dan secara signifikan lebih tinggi anak laki-
makanan pada anak dimana dalam kondisi lingkungan dan gizi yang
d. Penyakit Infeksi
Infeksi saluran pernafasan Atas (ISPA), diare dan infeksi lainnya sangat
satu faktor risiko kejadian stunting pada anak usia dibawah 5 tahun
a. ASI Eksklusif
tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif adalah pemberian
Air Susu Ibu (ASI) tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan
makanan atau minuman lain yang diberikan kepada bayi sejak baru
pada usia ini, makanan selain ASI belum mampu dicerna oleh enzim-
enzim yang ada di dalam usus selain itu pengeluaran sisa pembakaran
Manfaat dari ASI Eksklusif ini sendiri sangat banyak mulai dari
bersih, higienis serta dapat meningkatkan jalinan atau ikatan batin antara
baru lahir dan bayi yang tidak menerima kolostrum mungkin memiliki
insiden, durasi dan keparahan penyakit yang lebih tinggi seperti diare
b. MP-ASI
c. Status Imunisasi
d. Pendidikan Ibu
salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi karena
e. Pekerjaan Ibu
utama masalah gizi pada anak, namun pekerjaan ini lebih disebut sebagai
keluarga sangat penting untuk mencapai gizi yang baik. Pangan harus
terjadinya Stunting
h. Pendapatan Keluarga
tetapi pengeluaran uang yang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin
untuk membeli pangan yang dengan kuntitas dan kualitas yang baik dan
42
FAKTOR Pekerjaan
LANGSUNG
FAKTOR
IbuJumlah
Pendek
TIDAK
AnggotaLANGSUNG
Keluarga
Asupan gizi yang balita
Asi -3SD Sampai -2SD
Umur Mp-Asi
Jenis Kelamin Setatus Imunisasi
Penyakit Infeksi Pendidikan Ibu
Stunting
Pendapatan Keluarga
Sangat Pendek
< -3SD
FAKTOR PENDUKUNG
Sosial
Ekonomi
Lingkungan
Pelayanan kesehatan
Keterangan :
: Diteliti : Diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Faktor Yang Berhubungan (Pekerjaan Ibu, Jumlah
Anggota Keluarga, Pendapatan Keluarga, Pengatahuan Gizi Ibu) Dengan Kejadian
Stunting Pada Balita Di Puskesmas Pembantu Talang Kecamatan Saronggi
44
45
Stunting pada balita di bepangaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor langsung meliputi
asupan gizi balita, umur, jenis kelamin, penyakit infeksi. Faktor tidak langsung
2013)
Stunting.
kejadian Stunting.
kejadian Stunting.
kejadian Stunting.
46
BAB 4
METODE PENELITIAN
peneitian yang digunakan yaitu Case Control, yaitu suatu rancangan penelitian
4.2
47
48
Variabel
Faktor-faktor yang mempengaruhi Stunting ( Pekerjaan Ibu, Jumlah Anggota Keluarga, Pendapatan Keluarg, Pengatahuan gi
Analisa Data
Hasil dan Pembahasan
Uji chi square dengan a < 0, 05
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Faktor Yang Berhubungan (Pekerjaan Ibu, Jumlah
Anggota Keluarga, Pendapatan Keluarga) Dengan Kejadian Stunting Pada
Anak 1-59 Bulan Di Puskesmas Pembantu Talang Kecamatan Saronggi
(Modifikasi Teori Orem) Dalam (Nursalam, 2017)
4.3 Populasi, Sampel, dan Sampling
49
4.3.1 Populasi
4.3.2 Sampel
populasi jika populasi cukup besar dan tidak memungkinkan peniliti untuk
meneliti semua populasi. Dalam penelitian ini sampel yang di ambil oleh peneliti
membuat 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan klompok kasus yang memenuhi
Dalam penelitain ini untuk memproleh informasi yang lebih akurat, maka
1. Karakteristik Inklusi
2. Karakteristik Eksklusi
Besar sampel murupakan sampel yang akan diambil dalam penelitian. (Ketut
Rumus
n1 =n2=¿ ¿
Keterangan:
n1 =Besar sampel kelompok 1 (kasus)
n2=Besar sampel kelompok 2 (kontrol)
Zα= Kesalahan tipe I (α), α = 5% (z-score = 1,96)
Zᵝ = Kesalahan tupe II (β), β = 10% (z-score = 1,28)
P= Proporsi, yaitu =(P, + P.)/2
Q= 1-P
P1= Proporsi stunting pada pajanan (+)
P2= Proporsi stunting pada pajanan (-)
Q1= 1-P1
Q2= 1-P2
¿¿¿
1.96+1.28 X 0.5433¿ 2
¿
0.4096
¿¿¿
¿¿¿
7.05
¿
0.4096
= 17 Orang
Jadi, jumlah sampel klompok kasus 17 Responden dan klompok kontrol
17 Responden
52
4.3.4 Sampling
penelitian (Nursalam, 2017). Dalam penelitian ini variabel yang digunakan yaitu
penelitian ini yang menjadi varibel dependen adalan kejadian Stunting pada balita.
53
pertanyaan
yang benar <
55%
4.6.2 Lokasi
1. Jenis data
ada dua pengumpulan data yang dibutuhkan oleh peneliti yaitu data primer
55
(Primer data sources) dan data sekunder (Secondary Data Sources) sebagai
berikut :
a. Data primer
serve dan observasi. Data primer didapatkan dari subyek peneliti melaui
b. Data sekunder
a. Tahap orientasi
sebagai berikut :
b. Tahap pelaksanaan
peneliti.
57
responden.
data dilakukan peneliti melakukan analisa data agar data tidak terjadi
a. Editing
b. Coding
58
c. Entry
d. Tabulasi
anggota keluarga.
Dalam penelitian ini, terdapat dua analisa yang dilakukan oleh peneliti,
1. Analisa Univariat
distribusi frekuensi.
59
2. Analisa Bivariat
peneliti adalah uji Chi Square dengan sempel bebas. Uji Chi Square
merupakan Salah satu jenis uji komperatif non parametris yang dilakukan
pada dua variabel, dimanan skala data kedua variabel adalah nominal.
1. Tidak ada Cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga Actual
2. Apabila bentuk tabel kontingensi 2X2 maka tidak boleh 1 cell saja yang
Kurang dari 5.
3. Apabila bentuk tabel lebih dari 2X3 maka jumlah cell dengan frekuensi
serta dampak yang dapat terjadi ketika penelitian berlangsung. Jika subjek
3. Kerahasiaan (confidentiality)
merahasiakan setiap hasil dari penelitian, kecuali data tertentu yang akan
dilaprkan pada hasil riset (Hidayat AA, 2007 dalam Hasanah, 2015).
62
DAFTAR PUSTAKA
Amaliah, N., K. Sari., dan B.Ch. Rosha. 2012. Status Tinggi Badan Pendek
Berisiko Terhadap Keterlambatan Usia Menarche pada Perempuan Remaja
Usia 10-15 Tahun. Panel Gizi Makan 2012, 35(2): 150-158.
Hidayat, A.A. 2007, Metode Penelitian Keperawatan dan teknik Analisa Data,.
Penerbit Salemba medika
63
Kusuma, Kukuh Eka, and Nuryanto. 2013. “Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada
Anak Usia 2-3 Tahun.” Journal of Nutrition College 2(4): 523–30.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Direktorat Bina Gizi
dan KIA. Jakarta.
Kyle, T. and Carman, S. (2014) Buku Ajar Keperawatan Pediatri. 2nd edn.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Lestari, Wanda, Sri Hartati Indah Rezeki, Dian Mayasari Siregar, and Saskiyanto
Manggabarani. 2018. “Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting
Pada Anak Sekolah Dasar Negeri 014610 Sei Renggas Kecamatan Kisaran
Barat Kabupaten Asahan.” Jurnal Dunia Gizi 1(1): 59.
Ngaisyah, Rr. Dewi. 2015. “Hubungan Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Stunting
Pada Balita Di Desa Kanigoro, Saptosari Gunung Kidul.” Jurnal Medika
Respati X: 65–70.
Picauly, Intje, and Sarci Magdalena Toy. 2013. “Analisis Determinan Dan
Pengaruh Stunting Terhadap Prestasi Belajar Anak Sekolah Di Kupang Dan
Sumba Timur, Ntt.” Jurnal Gizi dan Pangan 8(1): 55.
Rahman T., Adhani, R., & Triawanti. 2016. Laporan Penelitian Hubungan antara
Status Gizi Pendek (Stunting) dengan Tingkat Karies Gigi. Jurnal
Kedokteran Gigi, I(1), 88–93.
Soetjiningsih (1995. Tumbuh kembang anak. Edited by IG.N Gde Ranuh. Jakarta :
EGC.
Supariasa (2013) Penilaian Status Gizi (Edisi Revisi). Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Septiari, B. (2012) Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Supariasa (2013) Penilaian Status Gizi (Edisi Revisi). Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Sihadi, Djaiman SPH (2011). Faktor risiko untuk mencegah stunted berdasarkan
perubahan status panjang/tinggi badan anak usia 6-11 bulan ke usia 3-4
tahun. Buletin Penelitian Kesehatan.
Supranto, J. 2000. Statistik Teori dan Aplikasi. Edisi I. Jilid I. Jakarta: Erlangga
Whaley and Wong (2000) Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. 2nd edn. Jakarta:
EGC.
65