Ringkasan Uraian Laporan Akhir (berisi latar belakang masalah, kenapa judul dipilih, apakah desain, pembuatan produk
baru atau pengembangan alat/produk yang sudah ada, jelaskan potensi ekonomisnya)
1. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia memiliki metode pengobatan secara tradisional yang melibatkan beragam penggunaan
tumbuhan, produk hewani, dan mineral. Pada pratiknya, sebagian besar pengobatan tradisional didasarkan pada
penggunaan tanaman dibandingkan dengan penggunaan produk hewani dan mineral. Lebih dari 2500 spesies tanaman
di Indonesia dikenali sebagai tanaman obat (Elfahmi et al., 2014) melalui studi etnobotani yang ekstensif (de Padua et
al., 1999; Grosvenor et al., 1995). Tanaman obat telah dimanfaatkan dan diramu secara baik oleh berbagai kelompok
etnis masyarakat Indonesia sebagai jamu (Silalahi et al., 2015; Zumsteg dan Weckerle, 2007). Dalam meramun jamu,
masyarakat Indonesia secara terampil mampu memanfaatkan dan mengolah satu jenis tumbuhan atau beragam jenis
tumbuhan,yang mana berasal dari tanaman obat dan rempah-rempah.. Penggunaan jamu di Indonesia sebagai obat
tradisional semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut survei nasional pada tahun 2018, 44,2%
masyarakat Indonesia memanfaatkan pengobatan secara tradisional, yang mana meningkat dari 30,1% pada tahun 2013
(Kemenkes RI, 2018). Prevalensi tertinggi penggunaan jamu saat ini adalah untuk pengobatan kanker atau tumor ganas
(14,4%), diikuti oleh radang sendi / rematik (11,3%), kolesterol tinggi (11,3%), stroke (10,2%), diabetes (9,9%) dan
penyakit ginjal (9,7%) (Pengpid dan Peltzer, 2018). Karena pentingnya penggunaan tumbuhan obat dalam kebutuhan
kesehatan primer di Indonesia, berbagai instansi pemerintah Indonesia, termasuk Kementerian Kesehatan, Kementerian
Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Pertanian, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Kontrol (NADFC atau BPOM) terlibat dalam penelitian yang
diarahkan pada pengembangan tanaman obat sebagai jamu. Proses produksi jamu dari tanaman obat telah memiliki
pedoman pengembangan , yang mana telah dirumuskan dalam Kebijakan Nasional Obat Tradisional (KONTRANAS)
(Siahaan dan Aryastami, 2018).
Untuk meningkatkan imunitas masyarakat Indonesia selama kondisi pandemi COVID-19, pemanfaatan
tanaman obat dan rempah-rempah sebagai jamu juga dikaji oleh para pakar dan praktisi kesehatan. Karena kondisi
imunitas masyarakat memainkan peran penting dalam infeksi COVID-19, jamu memiliki efek untuk menjaga imunitas.
Sehingga, mengkonsumsi jamu berpotensi sebagai tindakan pencegahan infeksi dan bahkan agen terapeutik untuk
FRM.LA-PL 01
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI MALANG
PSDKU POLITEKNIK NEGERI MALANG DI KOTA KEDIRI
PROGRAM STUDI D-III TEKNIK MESIN
Kampus 1: Jl. Mayor Bismo No. 27 Kota Kediri
Kampus 2: Jl. LingkarMaskumambang Kota
Kediri Telp. (0354) 683128 – Fax. (0354) 683128
masyarakat yang telah terinfeksi COVID-19 (L. Zang and Y. Liu,2020) (M. Sharma, S. A. Anderson, R. Schoop and J.
B. Hudson, 2009). Jamu mengandung senyawa aktif tertentu, seperti antimikroba atau antivirus, anti-inflamasi, dan
aktivitas imunostimulan, yang mana terdapat pada tanaman obat atau rempah-rempah seperti kunyit, jahe, secang, dan
rosella. Senyawa tersebut diasumsikan memiliki kapasitas untuk memodulasi respon imun , sehingga diyakini memiliki
efek menguntungkan untuk mencegah atau mengobati COVID-19 (M. Sharma, S. A. Anderson, R. Schoop and J. B.
Hudson, 2009) (B. Kocaadam and N. Sanlier, 2017).
Pengolahan tanaman jamu dan herbal menjadi bahan jamu diproduksi secara home industry oleh Yayasan
Wahyu Alam di Kelurahan Banaran Kota Kediri yang berdiri pada tahun 2000. Tahap produksi olahan jamu dari bahan
rempah-rempah yaitu pencucian, pemotongan, pengeringan penggilingan (atau penghalusan) hingga menjadi serbuk,
dan tahap akhir adalah pengemasan dalam bentuk wadah plastik ataupun dalam kemasan kapsul sesuai permintaan
pembeli. Pada proses penggilingan bahan, Yayasan Wahyu Alam menggunakan mesin blender untuk menghaluskan
material rempah-rempah atau tanaman obat. Proses ini menghasilkan produk berupa serbuk yang kurang halus atau
ukuran yang tidak homogen, serta durasi waktu proses produksi yang lama.
Berdasarkan uraian di atas, pengolahan tanaman obat dan rempah-rempah menjadi produk jamu kemasan perlu
dilakukan dengan menggunakan mesin pengolah tanaman jamu dan herbal teknologi tepat guna di Yayasan Wahyu
Alam milik Bapak Wahyu. Mesin pengolah tanaman jamu dan herbal digunakan untuk mempermudah dan
mempercepat proses produksi, serta meningkatkan kapasitas produk. Team melakukan observasi lapangan dan studi
kasus untuk mengembangkan mesin pengolah tanaman jamu di Yayasan Wahyu Alam milik Bapak Wahyu. Sehingga,
mesin pengolah tanaman jamu dan herbal perlu dikembangkan berupa perencanaan desain dan pembuatan mesin yang
efektif dan efisien, yang mana mempertimbangkan durasi waktu proses dan kapasitas produk. Dengan demikian, Team
melakukan “Rancang Bangun Mesin Pengolah Tanaman Jamu dan Herbal “JH1901” Semi Otomatis Kapasitas
10Kg/Jam”, dengan perancanaan desain, perawatan, perhitungan dan analisa fisis, serta pertimbangan biaya.
Mesin Pengolah Tanaman Jamu dan Herbal “JH1901” memiliki beberapa bagian mesin mulai dari sistem
penggiling, sistem pencacah, dan sistem transmisi. Dalam Laporan Akhir ini penulis akan membahas sistem transmisi.
Secara umum, sistem transmisi berfungsi sebagai penyalur dan pengubah daya. Pada mesin pengolah tanaman jamu dan
herbal ini menggunakan sistem transmisi jenis puli dan sabuk v yang mana transmisi ini digunakan untuk meneruskan
daya dari motor ke bagian sistem yang memerlukan daya yaitu pencacah dan penggiling. Dengan prinsip kerja yang
mengubah energi listrik menjadi energi gerak untuk dapat menggerakkan sistem transmisi mesin pengolah tanaman
jamu dan herbal “JH1901” semi otomatis kapasitas 10kg/jam ini.
Alasan pemilihan judul “Perencanaan Sistem Transmisi Mesin Pengolah Tanaman Jamu Dan Herbal
“JH1901” Semi Otomatis Kapasitas 10Kg/Jam Pada Yayasan Wahyu Alam” karena mesin ini merupakan mesin
multifungsi memiliki dua output yang berbeda, dengan menggunakan system transmisi v-belt dibantu oleh satu
penggerak dynamo listrik dan penggunaan tuas kopling sebagai sisi ergonomis supaya pemindahan penggerak poros
dapat sesuai dengan kebutuhan ouput.
FRM.LA-PL 01
3. Konsep Produk dan Potensi Ekonomis
Mesin pengolah tanaman jamu dan herbal “JH1901” merupakan mesin multifungsi yang mampu digunakan pada home
industry dengan output pencacah dan penggiling. Konsep mesin pengolah tanaman jamu dan herbal ini seperti pencacah dan
penggiling pada umumnya, namun pada mesin ini dalam satu rangka sudah menggunakan dua output pencacah dan penggiling
dengan penggerak dynamo listrik guna menghasilkan prodak yang lebih halus dan ukuran yang homogen. Dengan adanya
mesin pengolah tanaman jamu dan herbal yang menggunakan pencacah dan penggiling ini mampu memotong biaya jasa dan
meringankan karyawan guna mempercepat proses produksi.
Jika pembuatan alat 1. Taksiran biaya (Rp) Rp. 3.500.000 – Rp. 4.000.000
2. Taksiran berat (kg) 50Kg - 70Kg
3. TaksiranUkuran (mm) 800 x 600 x 1000 mm (P x L x T)
Nama Pembimbing yang 1. Riswan Eko Wahyu S, S.Pd., M.T.
diusulkan 2. Moch Wisnu Arif Sektiono, S.Si., M.Si.
Telah Disetujui
```````````````````````
Moch Wisnu Arif Sektiono, S.Si., M.Si.
Ringkasan Uraian Laporan Akhir (berisi latar belakang masalah, kenapa judul dipilih, apakah desain, pembuatan produk
baru atau pengembangan alat/produk yang sudah ada, jelaskan potensi ekonomisnya)
1. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia memiliki metode pengobatan secara tradisional yang melibatkan beragam penggunaan
tumbuhan, produk hewani, dan mineral. Pada pratiknya, sebagian besar pengobatan tradisional didasarkan pada
penggunaan tanaman dibandingkan dengan penggunaan produk hewani dan mineral. Lebih dari 2500 spesies tanaman
di Indonesia dikenali sebagai tanaman obat (Elfahmi et al., 2014) melalui studi etnobotani yang ekstensif (de Padua et
al., 1999; Grosvenor et al., 1995). Tanaman obat telah dimanfaatkan dan diramu secara baik oleh berbagai kelompok
etnis masyarakat Indonesia sebagai jamu (Silalahi et al., 2015; Zumsteg dan Weckerle, 2007). Dalam meramun jamu,
masyarakat Indonesia secara terampil mampu memanfaatkan dan mengolah satu jenis tumbuhan atau beragam jenis
tumbuhan,yang mana berasal dari tanaman obat dan rempah-rempah.. Penggunaan jamu di Indonesia sebagai obat
tradisional semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut survei nasional pada tahun 2018, 44,2%
masyarakat Indonesia memanfaatkan pengobatan secara tradisional, yang mana meningkat dari 30,1% pada tahun 2013
(Kemenkes RI, 2018). Prevalensi tertinggi penggunaan jamu saat ini adalah untuk pengobatan kanker atau tumor ganas
(14,4%), diikuti oleh radang sendi / rematik (11,3%), kolesterol tinggi (11,3%), stroke (10,2%), diabetes (9,9%) dan
penyakit ginjal (9,7%) (Pengpid dan Peltzer, 2018). Karena pentingnya penggunaan tumbuhan obat dalam kebutuhan
kesehatan primer di Indonesia, berbagai instansi pemerintah Indonesia, termasuk Kementerian Kesehatan, Kementerian
Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Pertanian, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Kontrol (NADFC atau BPOM) terlibat dalam penelitian yang
diarahkan pada pengembangan tanaman obat sebagai jamu. Proses produksi jamu dari tanaman obat telah memiliki
pedoman pengembangan , yang mana telah dirumuskan dalam Kebijakan Nasional Obat Tradisional (KONTRANAS)
(Siahaan dan Aryastami, 2018).
Untuk meningkatkan imunitas masyarakat Indonesia selama kondisi pandemi COVID-19, pemanfaatan
tanaman obat dan rempah-rempah sebagai jamu juga dikaji oleh para pakar dan praktisi kesehatan. Karena kondisi
imunitas masyarakat memainkan peran penting dalam infeksi COVID-19, jamu memiliki efek untuk menjaga imunitas.
Sehingga, mengkonsumsi jamu berpotensi sebagai tindakan pencegahan infeksi dan bahkan agen terapeutik untuk
masyarakat yang telah terinfeksi COVID-19 (L. Zang and Y. Liu,2020) (M. Sharma, S. A. Anderson, R. Schoop and J.
B. Hudson, 2009). Jamu mengandung senyawa aktif tertentu, seperti antimikroba atau antivirus, anti-inflamasi, dan
aktivitas imunostimulan, yang mana terdapat pada tanaman obat atau rempah-rempah seperti kunyit, jahe, secang, dan
rosella. Senyawa tersebut diasumsikan memiliki kapasitas untuk memodulasi respon imun , sehingga diyakini memiliki
efek menguntungkan untuk mencegah atau mengobati COVID-19 (M. Sharma, S. A. Anderson, R. Schoop and J. B.
Hudson, 2009) (B. Kocaadam and N. Sanlier, 2017).
Pengolahan tanaman jamu dan herbal menjadi bahan jamu diproduksi secara home industry oleh Yayasan
Wahyu Alam di Kelurahan Banaran Kota Kediri yang berdiri pada tahun 2000. Tahap produksi olahan jamu dari bahan
rempah-rempah yaitu pencucian, pemotongan, pengeringan penggilingan (atau penghalusan) hingga menjadi serbuk,
dan tahap akhir adalah pengemasan dalam bentuk wadah plastik ataupun dalam kemasan kapsul sesuai permintaan
pembeli. Pada proses penggilingan bahan, Yayasan Wahyu Alam menggunakan mesin blender untuk menghaluskan
material rempah-rempah atau tanaman obat. Proses ini menghasilkan produk berupa serbuk yang kurang halus atau
ukuran yang tidak homogen, serta durasi waktu proses produksi yang lama.
Berdasarkan uraian di atas, pengolahan tanaman obat dan rempah-rempah menjadi produk jamu kemasan perlu
dilakukan dengan menggunakan mesin pengolah tanaman jamu dan herbal teknologi tepat guna di Yayasan Wahyu
Alam milik Bapak Wahyu. Mesin pengolah tanaman jamu dan herbal digunakan untuk mempermudah dan
mempercepat proses produksi, serta meningkatkan kapasitas produk. Team melakukan observasi lapangan dan studi
kasus untuk mengembangkan mesin pengolah tanaman jamu di Yayasan Wahyu Alam milik Bapak Wahyu. Sehingga,
mesin pengolah tanaman jamu dan herbal perlu dikembangkan berupa perencanaan desain dan pembuatan mesin yang
efektif dan efisien, yang mana mempertimbangkan durasi waktu proses dan kapasitas produk. Dengan demikian, Team
melakukan “Rancang Bangun Mesin Pengolah Tanaman Jamu dan Herbal “JH1901” Semi Otomatis Kapasitas
10Kg/Jam”, dengan perancanaan desain, perawatan, perhitungan dan analisa fisis, serta pertimbangan biaya.
Kegiatan preventive maintenance mesin pengolah tanaman jamu dan herbal ini bertujuan untuk menentukan
metode perawatan yang tepat guna menjaga dan mempertahanka kinerja mesin selama proses produksi. Menurut
Ebeling (1997), preventive maintanance merupakan perawatan yang dilakukan secara terjadwal umunya secara
periodik. (Assauri, 2008) preventive maintanance bertujuan untuk mencegah kerusakan mesin yang sifatnya mendadak,
meningkatkan reliability, dan dan dapat mengurangi downtime. Perencanaan preventive maintenance mesin pengolah
tanaman obat dan jamu herbal dilakukan dengan menyusun SOP, penjadwalan dan perencanaan biaya perawatan.
Dengan metode preventive maintenance diharapkan dapat membantu cara perawatan pada komponen komponen mesin
dengan tingkat resiko kerusakan yang ada pada komponen mesin pengolah JH1901 semi otomatis.
Tanda Tangan:
``````````````````````
Riswan Eko Wahyu S, S.Pd., M.T.
Telah Disetujui
```````````````````````
Moch Wisnu Arif Sektiono, S.Si., M.Si.
Ringkasan Uraian Laporan Akhir (berisi latar belakang masalah, kenapa judul dipilih, apakah desain, pembuatan produk
baru atau pengembangan alat/produk yang sudah ada, jelaskan potensi ekonomisnya)
1. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia memiliki metode pengobatan secara tradisional yang melibatkan beragam penggunaan
tumbuhan, produk hewani, dan mineral. Pada pratiknya, sebagian besar pengobatan tradisional didasarkan pada
penggunaan tanaman dibandingkan dengan penggunaan produk hewani dan mineral. Lebih dari 2500 spesies tanaman
di Indonesia dikenali sebagai tanaman obat (Elfahmi et al., 2014) melalui studi etnobotani yang ekstensif (de Padua et
al., 1999; Grosvenor et al., 1995). Tanaman obat telah dimanfaatkan dan diramu secara baik oleh berbagai kelompok
etnis masyarakat Indonesia sebagai jamu (Silalahi et al., 2015; Zumsteg dan Weckerle, 2007). Dalam meramun jamu,
masyarakat Indonesia secara terampil mampu memanfaatkan dan mengolah satu jenis tumbuhan atau beragam jenis
tumbuhan,yang mana berasal dari tanaman obat dan rempah-rempah.. Penggunaan jamu di Indonesia sebagai obat
tradisional semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut survei nasional pada tahun 2018, 44,2%
masyarakat Indonesia memanfaatkan pengobatan secara tradisional, yang mana meningkat dari 30,1% pada tahun 2013
(Kemenkes RI, 2018). Prevalensi tertinggi penggunaan jamu saat ini adalah untuk pengobatan kanker atau tumor ganas
(14,4%), diikuti oleh radang sendi / rematik (11,3%), kolesterol tinggi (11,3%), stroke (10,2%), diabetes (9,9%) dan
penyakit ginjal (9,7%) (Pengpid dan Peltzer, 2018). Karena pentingnya penggunaan tumbuhan obat dalam kebutuhan
kesehatan primer di Indonesia, berbagai instansi pemerintah Indonesia, termasuk Kementerian Kesehatan, Kementerian
Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Pertanian, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Kontrol (NADFC atau BPOM) terlibat dalam penelitian yang
diarahkan pada pengembangan tanaman obat sebagai jamu. Proses produksi jamu dari tanaman obat telah memiliki
pedoman pengembangan , yang mana telah dirumuskan dalam Kebijakan Nasional Obat Tradisional (KONTRANAS)
(Siahaan dan Aryastami, 2018).
Untuk meningkatkan imunitas masyarakat Indonesia selama kondisi pandemi COVID-19, pemanfaatan
tanaman obat dan rempah-rempah sebagai jamu juga dikaji oleh para pakar dan praktisi kesehatan. Karena kondisi
imunitas masyarakat memainkan peran penting dalam infeksi COVID-19, jamu memiliki efek untuk menjaga imunitas.
Sehingga, mengkonsumsi jamu berpotensi sebagai tindakan pencegahan infeksi dan bahkan agen terapeutik untuk
masyarakat yang telah terinfeksi COVID-19 (L. Zang and Y. Liu,2020) (M. Sharma, S. A. Anderson, R. Schoop and J.
B. Hudson, 2009). Jamu mengandung senyawa aktif tertentu, seperti antimikroba atau antivirus, anti-inflamasi, dan
aktivitas imunostimulan, yang mana terdapat pada tanaman obat atau rempah-rempah seperti kunyit, jahe, secang, dan
rosella. Senyawa tersebut diasumsikan memiliki kapasitas untuk memodulasi respon imun , sehingga diyakini memiliki
efek menguntungkan untuk mencegah atau mengobati COVID-19 (M. Sharma, S. A. Anderson, R. Schoop and J. B.
Hudson, 2009) (B. Kocaadam and N. Sanlier, 2017).
Pengolahan tanaman jamu dan herbal menjadi bahan jamu diproduksi secara home industry oleh Yayasan
Wahyu Alam di Kelurahan Banaran Kota Kediri. Tahap produksi olahan jamu dari bahan rempah-rempah yaitu
pencucian, pemotongan, pengeringan penggilingan (atau penghalusan) hingga menjadi serbuk, dan tahap akhir adalah
pengemasan dalam bentuk wadah plastik ataupun dalam kemasan kapsul sesuai permintaan pembeli. Pada proses
penggilingan bahan, Yayasan Wahyu Alam menggunakan mesin blender untuk menghaluskan material rempah-rempah
atau tanaman obat. Proses ini menghasilkan produk berupa serbuk yang kurang halus atau ukuran yang tidak homogen,
serta durasi waktu proses produksi yang lama.
Berdasarkan uraian di atas, pengolahan tanaman obat dan rempah-rempah menjadi produk jamu kemasan perlu
dilakukan dengan menggunakan mesin pengolah tanaman jamu dan herbal teknologi tepat guna di Yayasan Wahyu
Alam milik Bapak Wahyu. Mesin pengolah tanaman jamu dan herbal digunakan untuk mempermudah dan
mempercepat proses produksi, serta meningkatkan kapasitas produk. Team melakukan observasi lapangan dan studi
kasus untuk mengembangkan mesin pengolah tanaman jamu di Yayasan Wahyu Alam milik Bapak Wahyu. Sehingga,
mesin pengolah tanaman jamu dan herbal perlu dikembangkan berupa perencanaan desain dan pembuatan mesin yang
efektif dan efisien, yang mana mempertimbangkan durasi waktu proses dan kapasitas produk. Dengan demikian, Team
melakukan “Rancang Bangun Mesin Pengolah Tanaman Jamu dan Herbal “JH1901” Semi Otomatis Kapasitas
10Kg/Jam”, dengan perancanaan desain, perawatan, perhitungan dan analisa fisis, serta pertimbangan biaya.
Untuk mendapatkan potongan yang berukuran kecil bahan jamu yang berupa rempah-rempah tersebut, belum
menggunakan alat mekanis atau mesin yang efisien pada proses pembuatannya. Kegiatan pencacahan ini masih
menggunakan tenaga manusia dengan alat potong seperti pisau, sehingga kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan
tidak bisa maksimal. Kekurangan dengan metode manual seperti menggunakan pisau yaitu waktu produksinya lebih
lama, maka pada saat proses pencacahan yang banyak akan cepat lelah.
Dari masalah yang dihadapi oleh Bapak Wahyu selaku pemilik Yayasan Wahyu Alam tersebut penulis akan
menganalisis tentang sistem pencacah pada mesin pengolah tanaman jamu dan herbal “JH1901” semi otomatis
kapasitas 10kg/jam ysng kelak diharapkan dapat mempermudah produksi bagi Yayasan Wahyu Alam. Kelebihan dari
mesin ini yaitu menggunakan 1 (satu) motor penggerak tetapi bisa menghasilkan 2 (dua) output yang berbeda,
menjadikannya terlihat beda dengan yang ada dipasaran saat ini, lebih aman karena komponen yang bergerak tertutup
oleh housing pada bagian pencacah, produksinya lebih cepat untuk skala industri rumah tangga. Dari analisis yang
dilakukan tersebut maka sistem pencacah pada mesin pengolah tanaman jamu dan herbal “JH1901” semi otomatis
kapasitas 10Kg/Jam sangat diperlukan oleh pemilik Yayasan Wahyu Alam yang berlokasi di Kelurahan Banaran Kota
Kediri, karena produksi bahan jamu yang berupa rempah-rempah membutuhkan potongan yang berukuran kecil dan
prosesnya masih manual menggunakan tenaga manusia dan alat pisau dapur, dengan dibuatnya mesin ini diharapkan
pemilik Yayasan Wahyu Alam akan lebih mudah dalam pengoperasiannya, sehingga para pekerja yang bekerja di
Yayasan Wahyu Alam akan lebih mudah dan tidak memakan waktu untuk bagian pencacahnya. Selain itu mesin ini
dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas dari hasil cacahan bahan jamu yang berupa rempah-rempah.
TandaTangan :
``````````````````````
Riswan Eko Wahyu S, S.Pd., M.T.
Telah Disetujui
```````````````````````
Moch Wisnu Arif Sektiono, S.Si., M.Si.
Kategori Laporan 1. Perencanaan tata letak pabrik 4. Perencanaan perawatan, rekondisi, atau
Akhir(lingkaripilihan) pengujian mesin-mesin konversi energi
2. Perencanaan perawatan, 5. Disain dan pembuatan alat bantu uji
rekondisi, atau pengujian mesin- performasi mesin atau desain danp
mesin perkakas embuatan alat simulasi proses/sistem
3. Perencanaan 6. Pembuatan perencanaan pembukaan
usaha bisnis bidang jasa perawatan
perawatan, rekondisi, atau
pengujian mesin-
mesin industri
Tempat Pembuatan 1. Di Bengkel 2. Di luar Bengkel Mesin 3. Lain - lain
Laporan Akhir Teknik Mesin
Ringkasan Uraian Laporan Akhir (berisi latar belakang masalah, kenapa judul dipilih, apakah desain, pembuatan produk
baru atau pengembangan alat/produk yang sudah ada, jelaskan potensi ekonomisnya)
Berdasarkan uraian di atas, pengolahan tanaman jamu dan herbal menjadi produk jamu kemasan perlu
dilakukan dengan menggunakan mesin pencacah-penggiling tanaman jamu dan herbal teknologi tepat guna di Yayasan
Wahyu Alam milik Bapak Wahyu. Mesin pencacah-penggiling tanaman jamu dan herbal digunakan untuk
mempermudah dan mempercepat proses produksi, serta meningkatkan kapasitas produk. Team melakukan observasi
lapangan dan studi kasus untuk mengembangkan mesin pencacah-penggiling tanaman jamu dan herbal di Yayasan
Wahyu Alam milik Bapak Wahyu. Sehingga, mesin pencacah-penggiling tanaman jamu dan herbal perlu dikembangkan
berupa perencanaan desain dan pembuatan mesin yang efektif dan efisien, yang mana mempertimbangkan durasi waktu
proses dan kapasitas produk. Dengan demikian, Team melakukan “Rancang Bangun Mesin Pengolah Tanaman Jamu
dan Herbal “JH1901”, dengan perancanaan desain, perawatan, perhitungan dan analisa fisis, serta pertimbangan biaya.
Jika pembuatan alat 1. Taksiran biaya (Rp) Rp. 3.500.00 – Rp. 4.000.000
2. Taksiran berat (kg) 50Kg – 70Kg
3. TaksiranUkuran (mm) 800 x 600 x 1000 mm (P x L x T)
Nama Pembimbing yang RISWAN EKO WAHYU S, S.pd, M.T
diusulkan MOCH WISNU ARIF SEKTIONO, M.Si
Tanda Tangan:
``````````````````````
Riswan Eko Wahyu S, S.Pd., M.T.
Telah Disetujui
```````````````````````
Moch Wisnu Arif Sektiono, S.Si., M.Si.
Berdasarkan uraian di atas, pengolahan tanaman jamu dan herbal menjadi produk jamu kemasan perlu
dilakukan dengan menggunakan mesin pencacah-penggiling tanaman jamu dan herbal teknologi tepat guna di Yayasan
Wahyu Alam milik Bapak Wahyu. Mesin pencacah-penggiling tanaman jamu dan herbal digunakan untuk
mempermudah dan mempercepat proses produksi, serta meningkatkan kapasitas produk. Team melakukan observasi
lapangan dan studi kasus untuk mengembangkan mesin pencacah-penggiling tanaman jamu dan herbal di Yayasan
Wahyu Alam milik Bapak Wahyu. Sehingga, mesin pencacah-penggiling tanaman jamu dan herbal perlu dikembangkan
berupa perencanaan desain dan pembuatan mesin yang efektif dan efisien, yang mana mempertimbangkan durasi waktu
proses dan kapasitas produk. Dengan demikian, Team melakukan “Rancang Bangun Mesin Pengolah Tanaman Jamu
dan Herbal “JH1901”, dengan perancanaan desain, perawatan, perhitungan dan analisa fisis, serta pertimbangan biaya.
RUMUSAN MASALAH (diketik time news roman 10)
1. Perancangan sistem penggiling pada mesin pengolah tanaman jamu dan herbal “jh1901” semi otomatis kapasitas
10 kg/jam pada yayasan wahyu alam.
Gambar cover penggiling pada mesin pengolah tanaman jamu dan herbal “jh1901” semi otomatis kapasitas 10
kg/jam pada yayasan wahyu alam.
gambar pisau penggiling yang nempel di cover pada mesin pengolah tanaman jamu dan herbal “jh1901” semi
otomatis kapasitas 10 kg/jam pada yayasan wahyu alam.
LEMBAR ISIAN USULAN JUDUL & PEMBIMBING
Kategori Laporan 4. Perencanaan tata letak pabrik 7. Perencanaan perawatan, rekondisi, atau
Akhir(lingkaripilihan) pengujian mesin-mesin konversi energi
5. Perencanaan 8. Disain dan pembuatan alat bantu uji
performasi mesin atau desain danp
perawatan, rekondisi, atau embuatan alat simulasi proses/sistem
pengujian mesin-
mesin perkakas
6. Perencanaan 9. Pembuatan perencanaan pembukaan
usaha bisnis bidang jasa perawatan
perawatan, rekondisi, atau
pengujian mesin- mesin industri
Tempat Pembuatan 1. Di Bengkel 2. Di luar Bengkel Mesin 3. Lain - lain
Laporan Akhir Teknik Mesin
Ringkasan Uraian Laporan Akhir (berisi latar belakang masalah, kenapa judul dipilih, apakah desain, pembuatan produk
baru atau pengembangan alat/produk yang sudah ada, jelaskan potensi ekonomisnya)
Tanda Tangan
``````````````````````
Riswan Eko Wahyu S, S.Pd., M.T.
Telah Disetujui
```````````````````````
Moch Wisnu Arif Sektiono, S.Si., M.Si.
2.Tidak membahas tentang perancangan kontruksi dan analisa kekuatan pada masing masing komponen dan hanya
berfokus pada perancangan kontruksi dan rangka mesin
DESAIN PRODUK (Gambar dengan format JPEG)