Anda di halaman 1dari 30

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

POLITEKNIK NEGERI MALANG


PSDKU POLITEKNIK NEGERI MALANG DI KOTA KEDIRI
PROGRAM STUDI D-III TEKNIK MESIN
Kampus 1: Jl. Mayor Bismo No. 27 Kota Kediri
Kampus 2: Jl. LingkarMaskumambang Kota
Kediri Telp. (0354) 683128 – Fax. (0354) 683128

LEMBAR ISIAN USULAN JUDUL & PEMBIMBING

Nama Mahasiswa : Sevio Yuwono Mahanani Kelas: No Telp/HP :


NIM : 1931243107 TM-3E 081357707307
Judul Laporan Akhir Rancang Bangun Sistem Transmisi Mesin Pengolah Tanaman Jamu dan Herbal
“JH1901” Semi Otomatis Kapasitas 10Kg/Jam Pada Yayasan Wahyu Alam
Kategori Laporan 1. Perencanaan tata letak pabrik 4. Perencanaan perawatan, rekondisi, atau
Akhir(lingkaripilihan) pengujian mesin-mesin konversi energi
2. Perencanaan perawatan, rekondisi, 5. Disain dan pembuatan alat bantu uji
atau pengujian mesin-mesin performasi mesin atau desain danp
perkakas embuatan alat simulasi proses/sistem
3. Perencanaan perawatan, rekondisi, 6. Pembuatan perencanaan pembukaan
atau pengujian mesin-mesin usaha bisnis bidang jasa perawatan
industri
Tempat Pembuatan 1. Di Bengkel 2. Di luar Bengkel Mesin 3. Lain - lain
Laporan Akhir Teknik Mesin

Ringkasan Uraian Laporan Akhir (berisi latar belakang masalah, kenapa judul dipilih, apakah desain, pembuatan produk
baru atau pengembangan alat/produk yang sudah ada, jelaskan potensi ekonomisnya)
1. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia memiliki metode pengobatan secara tradisional yang melibatkan beragam penggunaan
tumbuhan, produk hewani, dan mineral. Pada pratiknya, sebagian besar pengobatan tradisional didasarkan pada
penggunaan tanaman dibandingkan dengan penggunaan produk hewani dan mineral. Lebih dari 2500 spesies tanaman
di Indonesia dikenali sebagai tanaman obat (Elfahmi et al., 2014) melalui studi etnobotani yang ekstensif (de Padua et
al., 1999; Grosvenor et al., 1995). Tanaman obat telah dimanfaatkan dan diramu secara baik oleh berbagai kelompok
etnis masyarakat Indonesia sebagai jamu (Silalahi et al., 2015; Zumsteg dan Weckerle, 2007). Dalam meramun jamu,
masyarakat Indonesia secara terampil mampu memanfaatkan dan mengolah satu jenis tumbuhan atau beragam jenis
tumbuhan,yang mana berasal dari tanaman obat dan rempah-rempah.. Penggunaan jamu di Indonesia sebagai obat
tradisional semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut survei nasional pada tahun 2018, 44,2%
masyarakat Indonesia memanfaatkan pengobatan secara tradisional, yang mana meningkat dari 30,1% pada tahun 2013
(Kemenkes RI, 2018). Prevalensi tertinggi penggunaan jamu saat ini adalah untuk pengobatan kanker atau tumor ganas
(14,4%), diikuti oleh radang sendi / rematik (11,3%), kolesterol tinggi (11,3%), stroke (10,2%), diabetes (9,9%) dan
penyakit ginjal (9,7%) (Pengpid dan Peltzer, 2018). Karena pentingnya penggunaan tumbuhan obat dalam kebutuhan
kesehatan primer di Indonesia, berbagai instansi pemerintah Indonesia, termasuk Kementerian Kesehatan, Kementerian
Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Pertanian, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Kontrol (NADFC atau BPOM) terlibat dalam penelitian yang
diarahkan pada pengembangan tanaman obat sebagai jamu. Proses produksi jamu dari tanaman obat telah memiliki
pedoman pengembangan , yang mana telah dirumuskan dalam Kebijakan Nasional Obat Tradisional (KONTRANAS)
(Siahaan dan Aryastami, 2018).
Untuk meningkatkan imunitas masyarakat Indonesia selama kondisi pandemi COVID-19, pemanfaatan
tanaman obat dan rempah-rempah sebagai jamu juga dikaji oleh para pakar dan praktisi kesehatan. Karena kondisi
imunitas masyarakat memainkan peran penting dalam infeksi COVID-19, jamu memiliki efek untuk menjaga imunitas.
Sehingga, mengkonsumsi jamu berpotensi sebagai tindakan pencegahan infeksi dan bahkan agen terapeutik untuk
FRM.LA-PL 01
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI MALANG
PSDKU POLITEKNIK NEGERI MALANG DI KOTA KEDIRI
PROGRAM STUDI D-III TEKNIK MESIN
Kampus 1: Jl. Mayor Bismo No. 27 Kota Kediri
Kampus 2: Jl. LingkarMaskumambang Kota
Kediri Telp. (0354) 683128 – Fax. (0354) 683128

masyarakat yang telah terinfeksi COVID-19 (L. Zang and Y. Liu,2020) (M. Sharma, S. A. Anderson, R. Schoop and J.
B. Hudson, 2009). Jamu mengandung senyawa aktif tertentu, seperti antimikroba atau antivirus, anti-inflamasi, dan
aktivitas imunostimulan, yang mana terdapat pada tanaman obat atau rempah-rempah seperti kunyit, jahe, secang, dan
rosella. Senyawa tersebut diasumsikan memiliki kapasitas untuk memodulasi respon imun , sehingga diyakini memiliki
efek menguntungkan untuk mencegah atau mengobati COVID-19 (M. Sharma, S. A. Anderson, R. Schoop and J. B.
Hudson, 2009) (B. Kocaadam and N. Sanlier, 2017).
Pengolahan tanaman jamu dan herbal menjadi bahan jamu diproduksi secara home industry oleh Yayasan
Wahyu Alam di Kelurahan Banaran Kota Kediri yang berdiri pada tahun 2000. Tahap produksi olahan jamu dari bahan
rempah-rempah yaitu pencucian, pemotongan, pengeringan penggilingan (atau penghalusan) hingga menjadi serbuk,
dan tahap akhir adalah pengemasan dalam bentuk wadah plastik ataupun dalam kemasan kapsul sesuai permintaan
pembeli. Pada proses penggilingan bahan, Yayasan Wahyu Alam menggunakan mesin blender untuk menghaluskan
material rempah-rempah atau tanaman obat. Proses ini menghasilkan produk berupa serbuk yang kurang halus atau
ukuran yang tidak homogen, serta durasi waktu proses produksi yang lama.
Berdasarkan uraian di atas, pengolahan tanaman obat dan rempah-rempah menjadi produk jamu kemasan perlu
dilakukan dengan menggunakan mesin pengolah tanaman jamu dan herbal teknologi tepat guna di Yayasan Wahyu
Alam milik Bapak Wahyu. Mesin pengolah tanaman jamu dan herbal digunakan untuk mempermudah dan
mempercepat proses produksi, serta meningkatkan kapasitas produk. Team melakukan observasi lapangan dan studi
kasus untuk mengembangkan mesin pengolah tanaman jamu di Yayasan Wahyu Alam milik Bapak Wahyu. Sehingga,
mesin pengolah tanaman jamu dan herbal perlu dikembangkan berupa perencanaan desain dan pembuatan mesin yang
efektif dan efisien, yang mana mempertimbangkan durasi waktu proses dan kapasitas produk. Dengan demikian, Team
melakukan “Rancang Bangun Mesin Pengolah Tanaman Jamu dan Herbal “JH1901” Semi Otomatis Kapasitas
10Kg/Jam”, dengan perancanaan desain, perawatan, perhitungan dan analisa fisis, serta pertimbangan biaya.
Mesin Pengolah Tanaman Jamu dan Herbal “JH1901” memiliki beberapa bagian mesin mulai dari sistem
penggiling, sistem pencacah, dan sistem transmisi. Dalam Laporan Akhir ini penulis akan membahas sistem transmisi.
Secara umum, sistem transmisi berfungsi sebagai penyalur dan pengubah daya. Pada mesin pengolah tanaman jamu dan
herbal ini menggunakan sistem transmisi jenis puli dan sabuk v yang mana transmisi ini digunakan untuk meneruskan
daya dari motor ke bagian sistem yang memerlukan daya yaitu pencacah dan penggiling. Dengan prinsip kerja yang
mengubah energi listrik menjadi energi gerak untuk dapat menggerakkan sistem transmisi mesin pengolah tanaman
jamu dan herbal “JH1901” semi otomatis kapasitas 10kg/jam ini.

2. Alasan Pemilihan Judul

Alasan pemilihan judul “Perencanaan Sistem Transmisi Mesin Pengolah Tanaman Jamu Dan Herbal
“JH1901” Semi Otomatis Kapasitas 10Kg/Jam Pada Yayasan Wahyu Alam” karena mesin ini merupakan mesin
multifungsi memiliki dua output yang berbeda, dengan menggunakan system transmisi v-belt dibantu oleh satu
penggerak dynamo listrik dan penggunaan tuas kopling sebagai sisi ergonomis supaya pemindahan penggerak poros
dapat sesuai dengan kebutuhan ouput.

FRM.LA-PL 01
3. Konsep Produk dan Potensi Ekonomis
Mesin pengolah tanaman jamu dan herbal “JH1901” merupakan mesin multifungsi yang mampu digunakan pada home
industry dengan output pencacah dan penggiling. Konsep mesin pengolah tanaman jamu dan herbal ini seperti pencacah dan
penggiling pada umumnya, namun pada mesin ini dalam satu rangka sudah menggunakan dua output pencacah dan penggiling
dengan penggerak dynamo listrik guna menghasilkan prodak yang lebih halus dan ukuran yang homogen. Dengan adanya
mesin pengolah tanaman jamu dan herbal yang menggunakan pencacah dan penggiling ini mampu memotong biaya jasa dan
meringankan karyawan guna mempercepat proses produksi.
Jika pembuatan alat 1. Taksiran biaya (Rp) Rp. 3.500.000 – Rp. 4.000.000
2. Taksiran berat (kg) 50Kg - 70Kg
3. TaksiranUkuran (mm) 800 x 600 x 1000 mm (P x L x T)
Nama Pembimbing yang 1. Riswan Eko Wahyu S, S.Pd., M.T.
diusulkan 2. Moch Wisnu Arif Sektiono, S.Si., M.Si.

Tanggal &Tanda Tangan Kesediaan Tanggal: 26 Januari 202


Pembimbing yang diusulkan
Tanda Tangan:

Riswan Eko Wahyu S, S.Pd., M.T.

Telah Disetujui
```````````````````````
Moch Wisnu Arif Sektiono, S.Si., M.Si.

URAIAN LATAR BELAKANG MASALAH (diketik time news roman 10)


Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia memiliki metode pengobatan secara tradisional yang melibatkan beragam penggunaan
tumbuhan, produk hewani, dan mineral. Pada pratiknya, sebagian besar pengobatan tradisional didasarkan pada
penggunaan tanaman dibandingkan dengan penggunaan produk hewani dan mineral. Lebih dari 2500 spesies tanaman
di Indonesia dikenali sebagai tanaman obat (Elfahmi et al., 2014) melalui studi etnobotani yang ekstensif (de Padua et
al., 1999; Grosvenor et al., 1995). Tanaman obat telah dimanfaatkan dan diramu secara baik oleh berbagai kelompok
etnis masyarakat Indonesia sebagai jamu (Silalahi et al., 2015; Zumsteg dan Weckerle, 2007). Dalam meramun jamu,
masyarakat Indonesia secara terampil mampu memanfaatkan dan mengolah satu jenis tumbuhan atau beragam jenis
tumbuhan,yang mana berasal dari tanaman obat dan rempah-rempah.. Penggunaan jamu di Indonesia sebagai obat
tradisional semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut survei nasional pada tahun 2018, 44,2%
masyarakat Indonesia memanfaatkan pengobatan secara tradisional, yang mana meningkat dari 30,1% pada tahun 2013
(Kemenkes RI, 2018). Prevalensi tertinggi penggunaan jamu saat ini adalah untuk pengobatan kanker atau tumor ganas
(14,4%), diikuti oleh radang sendi / rematik (11,3%), kolesterol tinggi (11,3%), stroke (10,2%), diabetes (9,9%) dan
penyakit ginjal (9,7%) (Pengpid dan Peltzer, 2018). Karena pentingnya penggunaan tumbuhan obat dalam kebutuhan
kesehatan primer di Indonesia, berbagai instansi pemerintah Indonesia, termasuk Kementerian Kesehatan, Kementerian
Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Pertanian, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Kontrol (NADFC atau BPOM) terlibat dalam penelitian yang
diarahkan pada pengembangan tanaman obat sebagai jamu. Proses produksi jamu dari tanaman obat telah memiliki
pedoman pengembangan , yang mana telah dirumuskan dalam Kebijakan Nasional Obat Tradisional (KONTRANAS)
(Siahaan dan Aryastami, 2018).
Untuk meningkatkan imunitas masyarakat Indonesia selama kondisi pandemi COVID-19, pemanfaatan
tanaman obat dan rempah-rempah sebagai jamu juga dikaji oleh para pakar dan praktisi kesehatan. Karena kondisi
imunitas masyarakat memainkan peran penting dalam infeksi COVID-19, jamu memiliki efek untuk menjaga imunitas.
Sehingga, mengkonsumsi jamu berpotensi sebagai tindakan pencegahan infeksi dan bahkan agen terapeutik untuk
masyarakat yang telah terinfeksi COVID-19 (L. Zang and Y. Liu,2020) (M. Sharma, S. A. Anderson, R. Schoop and J.
B. Hudson, 2009). Jamu mengandung senyawa aktif tertentu, seperti antimikroba atau antivirus, anti-inflamasi, dan
aktivitas imunostimulan, yang mana terdapat pada tanaman obat atau rempah-rempah seperti kunyit, jahe, secang, dan
rosella. Senyawa tersebut diasumsikan memiliki kapasitas untuk memodulasi respon imun , sehingga diyakini memiliki
efek menguntungkan untuk mencegah atau mengobati COVID-19 (M. Sharma, S. A. Anderson, R. Schoop and J. B.
Hudson, 2009) (B. Kocaadam and N. Sanlier, 2017).
Pengolahan tanaman jamu dan herbal menjadi bahan jamu diproduksi secara home industry oleh Yayasan
Wahyu Alam di Kelurahan Banaran Kota Kediri yang berdiri pada tahun 2000. Tahap produksi olahan jamu dari bahan
rempah-rempah yaitu pencucian, pemotongan, pengeringan penggilingan (atau penghalusan) hingga menjadi serbuk,
dan tahap akhir adalah pengemasan dalam bentuk wadah plastik ataupun dalam kemasan kapsul sesuai permintaan
pembeli. Pada proses penggilingan bahan, Yayasan Wahyu Alam menggunakan mesin blender untuk menghaluskan
material rempah-rempah atau tanaman obat. Proses ini menghasilkan produk berupa serbuk yang kurang halus atau
ukuran yang tidak homogen, serta durasi waktu proses produksi yang lama.
Berdasarkan uraian di atas, pengolahan tanaman obat dan rempah-rempah menjadi produk jamu kemasan perlu
dilakukan dengan menggunakan mesin pengolah tanaman jamu dan herbal teknologi tepat guna di Yayasan Wahyu
Alam milik Bapak Wahyu. Mesin pengolah tanaman jamu dan herbal digunakan untuk mempermudah dan
mempercepat proses produksi, serta meningkatkan kapasitas produk. Team melakukan observasi lapangan dan studi
kasus untuk mengembangkan mesin pengolah tanaman jamu di Yayasan Wahyu Alam milik Bapak Wahyu. Sehingga,
mesin pengolah tanaman jamu dan herbal perlu dikembangkan berupa perencanaan desain dan pembuatan mesin yang
efektif dan efisien, yang mana mempertimbangkan durasi waktu proses dan kapasitas produk. Dengan demikian, Team
melakukan “Rancang Bangun Mesin Pengolah Tanaman Jamu dan Herbal “JH1901” Semi Otomatis Kapasitas
10Kg/Jam”, dengan perancanaan desain, perawatan, perhitungan dan analisa fisis, serta pertimbangan biaya.
Mesin Pengolah Tanaman Jamu dan Herbal “JH1901” memiliki beberapa bagian mesin mulai dari sistem
penggiling, sistem pencacah, dan sistem transmisi. Dalam Laporan Akhir ini penulis akan membahas sistem transmisi.
Secara umum, sistem transmisi berfungsi sebagai penyalur dan pengubah daya. Pada mesin pengolah tanaman jamu dan
herbal ini menggunakan sistem transmisi jenis puli dan sabuk v yang mana transmisi ini digunakan untuk meneruskan
daya dari motor ke bagian sistem yang memerlukan daya yaitu pencacah dan penggiling. Dengan prinsip kerja yang
mengubah energi listrik menjadi energi gerak untuk dapat menggerakkan sistem transmisi mesin pengolah tanaman
jamu dan herbal “JH1901” semi otomatis kapasitas 10kg/jam ini.
RUMUSAN MASALAH (diketik time news roman 10)
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka penulis menentukan rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimana rancang
bangun sistem transmisi pada Mesin Pengolah Tanaman JH1901 ?”

BATASAN MASALAH (diketik time news roman 10)


1. Hanya membahas sistem transmisi dan perhitungan transmisi pada Mesin Pengolah Tanaman JH1901.
2. Tidak membahas rangka dan sambungan-sambungan.
3. Tidak membahas perencanaan perawatan.

DESAIN PRODUK (Gambar dengan format JPEG)


LEMBAR ISIAN USULAN JUDUL & PEMBIMBING

Nama Mahasiswa : Eka Yuniatin Kelas: No Telp/HP :


NIM : 1931243046 TM-3A 08563437342
Judul Laporan Akhir Perencanaan dan Penjadwalan Perawatan Mesin Pengolah Tanaman Jamu
dan Herbal “JH1901” Semi Otomatis Kapasitas 10Kg/Jam Dengan Metode
Preventive Maintanance Pada Yayasan Wahyu Alam
Kategori Laporan 1. Perencanaan tata letak pabrik 4. Perencanaan perawatan, rekondisi, atau
Akhir(lingkaripilihan) pengujian mesin-mesin konversi energi
2. Perencanaan perawatan, 5. Disain dan pembuatan alat bantu uji
rekondisi, atau pengujian mesin- performasi mesin atau desain danp
mesin perkakas embuatan alat simulasi proses/sistem
3. Perencanaan perawatan, 6. Pembuatan perencanaan pembukaan
rekondisi, atau pengujian mesin- usaha bisnis bidang jasa perawatan
mesin industri
Tempat Pembuatan 1. Di Bengkel 2. Di luar Bengkel Mesin 3. Lain - lain
Laporan Akhir Teknik Mesin

Ringkasan Uraian Laporan Akhir (berisi latar belakang masalah, kenapa judul dipilih, apakah desain, pembuatan produk
baru atau pengembangan alat/produk yang sudah ada, jelaskan potensi ekonomisnya)
1. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia memiliki metode pengobatan secara tradisional yang melibatkan beragam penggunaan
tumbuhan, produk hewani, dan mineral. Pada pratiknya, sebagian besar pengobatan tradisional didasarkan pada
penggunaan tanaman dibandingkan dengan penggunaan produk hewani dan mineral. Lebih dari 2500 spesies tanaman
di Indonesia dikenali sebagai tanaman obat (Elfahmi et al., 2014) melalui studi etnobotani yang ekstensif (de Padua et
al., 1999; Grosvenor et al., 1995). Tanaman obat telah dimanfaatkan dan diramu secara baik oleh berbagai kelompok
etnis masyarakat Indonesia sebagai jamu (Silalahi et al., 2015; Zumsteg dan Weckerle, 2007). Dalam meramun jamu,
masyarakat Indonesia secara terampil mampu memanfaatkan dan mengolah satu jenis tumbuhan atau beragam jenis
tumbuhan,yang mana berasal dari tanaman obat dan rempah-rempah.. Penggunaan jamu di Indonesia sebagai obat
tradisional semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut survei nasional pada tahun 2018, 44,2%
masyarakat Indonesia memanfaatkan pengobatan secara tradisional, yang mana meningkat dari 30,1% pada tahun 2013
(Kemenkes RI, 2018). Prevalensi tertinggi penggunaan jamu saat ini adalah untuk pengobatan kanker atau tumor ganas
(14,4%), diikuti oleh radang sendi / rematik (11,3%), kolesterol tinggi (11,3%), stroke (10,2%), diabetes (9,9%) dan
penyakit ginjal (9,7%) (Pengpid dan Peltzer, 2018). Karena pentingnya penggunaan tumbuhan obat dalam kebutuhan
kesehatan primer di Indonesia, berbagai instansi pemerintah Indonesia, termasuk Kementerian Kesehatan, Kementerian
Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Pertanian, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Kontrol (NADFC atau BPOM) terlibat dalam penelitian yang
diarahkan pada pengembangan tanaman obat sebagai jamu. Proses produksi jamu dari tanaman obat telah memiliki
pedoman pengembangan , yang mana telah dirumuskan dalam Kebijakan Nasional Obat Tradisional (KONTRANAS)
(Siahaan dan Aryastami, 2018).
Untuk meningkatkan imunitas masyarakat Indonesia selama kondisi pandemi COVID-19, pemanfaatan
tanaman obat dan rempah-rempah sebagai jamu juga dikaji oleh para pakar dan praktisi kesehatan. Karena kondisi
imunitas masyarakat memainkan peran penting dalam infeksi COVID-19, jamu memiliki efek untuk menjaga imunitas.
Sehingga, mengkonsumsi jamu berpotensi sebagai tindakan pencegahan infeksi dan bahkan agen terapeutik untuk
masyarakat yang telah terinfeksi COVID-19 (L. Zang and Y. Liu,2020) (M. Sharma, S. A. Anderson, R. Schoop and J.
B. Hudson, 2009). Jamu mengandung senyawa aktif tertentu, seperti antimikroba atau antivirus, anti-inflamasi, dan
aktivitas imunostimulan, yang mana terdapat pada tanaman obat atau rempah-rempah seperti kunyit, jahe, secang, dan
rosella. Senyawa tersebut diasumsikan memiliki kapasitas untuk memodulasi respon imun , sehingga diyakini memiliki
efek menguntungkan untuk mencegah atau mengobati COVID-19 (M. Sharma, S. A. Anderson, R. Schoop and J. B.
Hudson, 2009) (B. Kocaadam and N. Sanlier, 2017).
Pengolahan tanaman jamu dan herbal menjadi bahan jamu diproduksi secara home industry oleh Yayasan
Wahyu Alam di Kelurahan Banaran Kota Kediri yang berdiri pada tahun 2000. Tahap produksi olahan jamu dari bahan
rempah-rempah yaitu pencucian, pemotongan, pengeringan penggilingan (atau penghalusan) hingga menjadi serbuk,
dan tahap akhir adalah pengemasan dalam bentuk wadah plastik ataupun dalam kemasan kapsul sesuai permintaan
pembeli. Pada proses penggilingan bahan, Yayasan Wahyu Alam menggunakan mesin blender untuk menghaluskan
material rempah-rempah atau tanaman obat. Proses ini menghasilkan produk berupa serbuk yang kurang halus atau
ukuran yang tidak homogen, serta durasi waktu proses produksi yang lama.
Berdasarkan uraian di atas, pengolahan tanaman obat dan rempah-rempah menjadi produk jamu kemasan perlu
dilakukan dengan menggunakan mesin pengolah tanaman jamu dan herbal teknologi tepat guna di Yayasan Wahyu
Alam milik Bapak Wahyu. Mesin pengolah tanaman jamu dan herbal digunakan untuk mempermudah dan
mempercepat proses produksi, serta meningkatkan kapasitas produk. Team melakukan observasi lapangan dan studi
kasus untuk mengembangkan mesin pengolah tanaman jamu di Yayasan Wahyu Alam milik Bapak Wahyu. Sehingga,
mesin pengolah tanaman jamu dan herbal perlu dikembangkan berupa perencanaan desain dan pembuatan mesin yang
efektif dan efisien, yang mana mempertimbangkan durasi waktu proses dan kapasitas produk. Dengan demikian, Team
melakukan “Rancang Bangun Mesin Pengolah Tanaman Jamu dan Herbal “JH1901” Semi Otomatis Kapasitas
10Kg/Jam”, dengan perancanaan desain, perawatan, perhitungan dan analisa fisis, serta pertimbangan biaya.
Kegiatan preventive maintenance mesin pengolah tanaman jamu dan herbal ini bertujuan untuk menentukan
metode perawatan yang tepat guna menjaga dan mempertahanka kinerja mesin selama proses produksi. Menurut
Ebeling (1997), preventive maintanance merupakan perawatan yang dilakukan secara terjadwal umunya secara
periodik. (Assauri, 2008) preventive maintanance bertujuan untuk mencegah kerusakan mesin yang sifatnya mendadak,
meningkatkan reliability, dan dan dapat mengurangi downtime. Perencanaan preventive maintenance mesin pengolah
tanaman obat dan jamu herbal dilakukan dengan menyusun SOP, penjadwalan dan perencanaan biaya perawatan.
Dengan metode preventive maintenance diharapkan dapat membantu cara perawatan pada komponen komponen mesin
dengan tingkat resiko kerusakan yang ada pada komponen mesin pengolah JH1901 semi otomatis.

2. Alasan Pemilihan Judul


Alasan pemilihan judul “Perencanaan dan Penjadwalan Mesin Pengolah Jamu dan Herbal “JH1901” Semi
Otomatis Kapasitas 10Kg/Jam Dengan Metode Preventive Maintanance Pada Yayasan Wahyu Alam” karena pada
dasarnya perawatan sangat diperlukan dalam berbagai macam jenis mesin, khususnya untuk mesin pengolah jamu
dan herbal ini supaya kinerja mesin tetap berjalan dengan baik dan efisien. Pada kelas UMKM maupun Kelompok
Masyarakat perlu adanya pembelajaran perawatan secara mandiri untuk meminimalisir biaya perawatan dan menjaga
kinerja mesin. Pemilihan metode preventive maintenance ini digunakan supaya perawatan bisa dilakukan dengan
SOP, penjadwalan, dan perhitungan biaya perawatan terinci dengan baik.

3. Konsep Produk dan Potensi Ekonomis


Mesin pengolah tanaman jamu dan herbal “JH1901” merupakan mesin multifungsi yang mampu digunakan pada
home industry dengan output pencacah dan penggiling. Konsep mesin pengolah tanaman jamu dan herbal ini seperti
pencacah dan penggiling pada umumnya, namun pada mesin ini dalam satu rangka sudah menggunakan dua output
pencacah dan penggiling dengan penggerak dynamo listrik guna menghasilkan prodak yang lebih halus dan ukuran
yang homogen. Dengan adanya mesin pengolah tanaman jamu dan herbal yang menggunakan pencacah dan
penggiling ini mampu memotong biaya jasa dan meringankan karyawan guna mempercepat proses produksi.
Jika pembuatan alat 1. Taksiran biaya (Rp) Rp. 3.500.000 – Rp. 4.000.000
2. Taksiran berat (kg) 50Kg – 70Kg
3. TaksiranUkuran (mm) 800 x 600 x 1000 mm (P x L x T)
Nama Pembimbing yang 1. Riswan Eko Wahyu S, S.Pd., M.T.
diusulkan 2. Moch Wisnu Arif Sektiono, S.Si., M.Si.
…………………………………………………………
Tanggal &Tanda Tangan Kesediaan Tanggal: 26 Januari 2021
Pembimbing yang diusulkan

Tanda Tangan:

``````````````````````
Riswan Eko Wahyu S, S.Pd., M.T.

Telah Disetujui
```````````````````````
Moch Wisnu Arif Sektiono, S.Si., M.Si.

URAIAN LATAR BELAKANG MASALAH (diketik time news roman 10)


Masyarakat Indonesia memiliki metode pengobatan secara tradisional yang melibatkan beragam penggunaan
tumbuhan, produk hewani, dan mineral. Pada pratiknya, sebagian besar pengobatan tradisional didasarkan pada
penggunaan tanaman dibandingkan dengan penggunaan produk hewani dan mineral. Lebih dari 2500 spesies tanaman
di Indonesia dikenali sebagai tanaman obat (Elfahmi et al., 2014) melalui studi etnobotani yang ekstensif (de Padua et
al., 1999; Grosvenor et al., 1995). Tanaman obat telah dimanfaatkan dan diramu secara baik oleh berbagai kelompok
etnis masyarakat Indonesia sebagai jamu (Silalahi et al., 2015; Zumsteg dan Weckerle, 2007). Dalam meramun jamu,
masyarakat Indonesia secara terampil mampu memanfaatkan dan mengolah satu jenis tumbuhan atau beragam jenis
tumbuhan,yang mana berasal dari tanaman obat dan rempah-rempah.. Penggunaan jamu di Indonesia sebagai obat
tradisional semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut survei nasional pada tahun 2018, 44,2%
masyarakat Indonesia memanfaatkan pengobatan secara tradisional, yang mana meningkat dari 30,1% pada tahun 2013
(Kemenkes RI, 2018). Prevalensi tertinggi penggunaan jamu saat ini adalah untuk pengobatan kanker atau tumor ganas
(14,4%), diikuti oleh radang sendi / rematik (11,3%), kolesterol tinggi (11,3%), stroke (10,2%), diabetes (9,9%) dan
penyakit ginjal (9,7%) (Pengpid dan Peltzer, 2018). Karena pentingnya penggunaan tumbuhan obat dalam kebutuhan
kesehatan primer di Indonesia, berbagai instansi pemerintah Indonesia, termasuk Kementerian Kesehatan, Kementerian
Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Pertanian, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Kontrol (NADFC atau BPOM) terlibat dalam penelitian yang
diarahkan pada pengembangan tanaman obat sebagai jamu. Proses produksi jamu dari tanaman obat telah memiliki
pedoman pengembangan , yang mana telah dirumuskan dalam Kebijakan Nasional Obat Tradisional (KONTRANAS)
(Siahaan dan Aryastami, 2018).
Untuk meningkatkan imunitas masyarakat Indonesia selama kondisi pandemi COVID-19, pemanfaatan
tanaman obat dan rempah-rempah sebagai jamu juga dikaji oleh para pakar dan praktisi kesehatan. Karena kondisi
imunitas masyarakat memainkan peran penting dalam infeksi COVID-19, jamu memiliki efek untuk menjaga imunitas.
Sehingga, mengkonsumsi jamu berpotensi sebagai tindakan pencegahan infeksi dan bahkan agen terapeutik untuk
masyarakat yang telah terinfeksi COVID-19 (L. Zang and Y. Liu,2020) (M. Sharma, S. A. Anderson, R. Schoop and J.
B. Hudson, 2009). Jamu mengandung senyawa aktif tertentu, seperti antimikroba atau antivirus, anti-inflamasi, dan
aktivitas imunostimulan, yang mana terdapat pada tanaman obat atau rempah-rempah seperti kunyit, jahe, secang, dan
rosella. Senyawa tersebut diasumsikan memiliki kapasitas untuk memodulasi respon imun , sehingga diyakini memiliki
efek menguntungkan untuk mencegah atau mengobati COVID-19 (M. Sharma, S. A. Anderson, R. Schoop and J. B.
Hudson, 2009) (B. Kocaadam and N. Sanlier, 2017).
Pengolahan tanaman jamu dan herbal menjadi bahan jamu diproduksi secara home industry oleh Yayasan
Wahyu Alam di Kelurahan Banaran Kota Kediri yang berdiri pada tahun 2000. Tahap produksi olahan jamu dari bahan
rempah-rempah yaitu pencucian, pemotongan, pengeringan penggilingan (atau penghalusan) hingga menjadi serbuk,
dan tahap akhir adalah pengemasan dalam bentuk wadah plastik ataupun dalam kemasan kapsul sesuai permintaan
pembeli. Pada proses penggilingan bahan, Yayasan Wahyu Alam menggunakan mesin blender untuk menghaluskan
material rempah-rempah atau tanaman obat. Proses ini menghasilkan produk berupa serbuk yang kurang halus atau
ukuran yang tidak homogen, serta durasi waktu proses produksi yang lama.
Berdasarkan uraian di atas, pengolahan tanaman obat dan rempah-rempah menjadi produk jamu kemasan perlu
dilakukan dengan menggunakan mesin pengolah tanaman jamu dan herbal teknologi tepat guna di Yayasan Wahyu
Alam milik Bapak Wahyu. Mesin pengolah tanaman jamu dan herbal digunakan untuk mempermudah dan
mempercepat proses produksi, serta meningkatkan kapasitas produk. Team melakukan observasi lapangan dan studi
kasus untuk mengembangkan mesin pengolah tanaman jamu di Yayasan Wahyu Alam milik Bapak Wahyu. Sehingga,
mesin pengolah tanaman jamu dan herbal perlu dikembangkan berupa perencanaan desain dan pembuatan mesin yang
efektif dan efisien, yang mana mempertimbangkan durasi waktu proses dan kapasitas produk. Dengan demikian, Team
melakukan “Rancang Bangun Mesin Pengolah Tanaman Jamu dan Herbal “JH1901” Semi Otomatis Kapasitas
10Kg/Jam”, dengan perancanaan desain, perawatan, perhitungan dan analisa fisis, serta pertimbangan biaya.
Kegiatan preventive maintenance mesin pengolah tanaman jamu dan herbal ini bertujuan untuk menentukan
metode perawatan yang tepat guna menjaga dan mempertahanka kinerja mesin selama proses produksi. Menurut
Ebeling (1997), preventive maintanance merupakan perawatan yang dilakukan secara terjadwal umunya secara
periodik. (Assauri, 2008) preventive maintanance bertujuan untuk mencegah kerusakan mesin yang sifatnya mendadak,
meningkatkan reliability, dan dan dapat mengurangi downtime. Perencanaan preventive maintenance mesin pengolah
tanaman obat dan jamu herbal dilakukan dengan menyusun SOP, penjadwalan dan perencanaan biaya perawatan.
Dengan metode preventive maintenance diharapkan dapat membantu cara perawatan pada komponen komponen mesin
dengan tingkat resiko kerusakan yang ada pada komponen mesin pengolah JH1901 semi otomatis.
RUMUSAN MASALAH (diketik time news roman 10)
1. Bagaimana perencanaan SOP perawatan pada Mesin Pengolah Tanaman JH1901 ?
2. Bagaimana perencanaan penjadwalan perawatan pada Mesin Pengolah JH1901 periode 2021-2025 ?
3. Bagaimana perencanaan biaya perawatan pada Mesin Pengolah JH1901 periode 2021-2025 ?

BATASAN MASALAH (diketik time news roman 10)


1. Hanya membahas perencanaan SOP, perencanaan perawatan, dan perencanaan biaya perawatan.
2. Tidak membahas human error.
3. Tidak membahas keterampilan dari operator.
4. Tidak membahas latar belakang pendidikan dari para karyawan.
DESAIN PRODUK (Gambar dengan format JPEG)
LEMBAR ISIAN USULAN JUDUL & PEMBIMBING

Nama Mahasiswa : Wahyu Deka Pratama Kelas: No Telp/HP :


NIM : 1931243135 TM-3E 082244006235
Judul Laporan Akhir Rancang Bangun Sistem Pencacah Pada Mesin Pengolah Tanaman Jamu dan Herbal
“JH1901” Semi Otomatis Kapasitas 10Kg/Jam Pada Yayasan Wahyu
Alam
Kategori Laporan 1. Perencanaan tata letak pabrik 1. Perencanaan perawatan, rekondisi, atau
Akhir(lingkaripilihan) pengujian mesin-mesin konversi energi
2. Perencanaan perawatan, 2. Disain dan pembuatan alat bantu uji
rekondisi, atau pengujian mesin- performasi mesin atau desain danp
mesin perkakas embuatan alat simulasi proses/sistem
3. Perencanaan perawatan, 3. Pembuatan perencanaan pembukaan
rekondisi, atau pengujian mesin- usaha bisnis bidang jasa perawatan
mesin industri
Tempat Pembuatan 1. Di Bengkel 2. Di luar Bengkel Mesin 3. Lain - lain
Laporan Akhir Teknik Mesin

Ringkasan Uraian Laporan Akhir (berisi latar belakang masalah, kenapa judul dipilih, apakah desain, pembuatan produk
baru atau pengembangan alat/produk yang sudah ada, jelaskan potensi ekonomisnya)
1. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia memiliki metode pengobatan secara tradisional yang melibatkan beragam penggunaan
tumbuhan, produk hewani, dan mineral. Pada pratiknya, sebagian besar pengobatan tradisional didasarkan pada
penggunaan tanaman dibandingkan dengan penggunaan produk hewani dan mineral. Lebih dari 2500 spesies tanaman
di Indonesia dikenali sebagai tanaman obat (Elfahmi et al., 2014) melalui studi etnobotani yang ekstensif (de Padua et
al., 1999; Grosvenor et al., 1995). Tanaman obat telah dimanfaatkan dan diramu secara baik oleh berbagai kelompok
etnis masyarakat Indonesia sebagai jamu (Silalahi et al., 2015; Zumsteg dan Weckerle, 2007). Dalam meramun jamu,
masyarakat Indonesia secara terampil mampu memanfaatkan dan mengolah satu jenis tumbuhan atau beragam jenis
tumbuhan,yang mana berasal dari tanaman obat dan rempah-rempah.. Penggunaan jamu di Indonesia sebagai obat
tradisional semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut survei nasional pada tahun 2018, 44,2%
masyarakat Indonesia memanfaatkan pengobatan secara tradisional, yang mana meningkat dari 30,1% pada tahun 2013
(Kemenkes RI, 2018). Prevalensi tertinggi penggunaan jamu saat ini adalah untuk pengobatan kanker atau tumor ganas
(14,4%), diikuti oleh radang sendi / rematik (11,3%), kolesterol tinggi (11,3%), stroke (10,2%), diabetes (9,9%) dan
penyakit ginjal (9,7%) (Pengpid dan Peltzer, 2018). Karena pentingnya penggunaan tumbuhan obat dalam kebutuhan
kesehatan primer di Indonesia, berbagai instansi pemerintah Indonesia, termasuk Kementerian Kesehatan, Kementerian
Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Pertanian, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Kontrol (NADFC atau BPOM) terlibat dalam penelitian yang
diarahkan pada pengembangan tanaman obat sebagai jamu. Proses produksi jamu dari tanaman obat telah memiliki
pedoman pengembangan , yang mana telah dirumuskan dalam Kebijakan Nasional Obat Tradisional (KONTRANAS)
(Siahaan dan Aryastami, 2018).
Untuk meningkatkan imunitas masyarakat Indonesia selama kondisi pandemi COVID-19, pemanfaatan
tanaman obat dan rempah-rempah sebagai jamu juga dikaji oleh para pakar dan praktisi kesehatan. Karena kondisi
imunitas masyarakat memainkan peran penting dalam infeksi COVID-19, jamu memiliki efek untuk menjaga imunitas.
Sehingga, mengkonsumsi jamu berpotensi sebagai tindakan pencegahan infeksi dan bahkan agen terapeutik untuk
masyarakat yang telah terinfeksi COVID-19 (L. Zang and Y. Liu,2020) (M. Sharma, S. A. Anderson, R. Schoop and J.
B. Hudson, 2009). Jamu mengandung senyawa aktif tertentu, seperti antimikroba atau antivirus, anti-inflamasi, dan
aktivitas imunostimulan, yang mana terdapat pada tanaman obat atau rempah-rempah seperti kunyit, jahe, secang, dan
rosella. Senyawa tersebut diasumsikan memiliki kapasitas untuk memodulasi respon imun , sehingga diyakini memiliki
efek menguntungkan untuk mencegah atau mengobati COVID-19 (M. Sharma, S. A. Anderson, R. Schoop and J. B.
Hudson, 2009) (B. Kocaadam and N. Sanlier, 2017).
Pengolahan tanaman jamu dan herbal menjadi bahan jamu diproduksi secara home industry oleh Yayasan
Wahyu Alam di Kelurahan Banaran Kota Kediri. Tahap produksi olahan jamu dari bahan rempah-rempah yaitu
pencucian, pemotongan, pengeringan penggilingan (atau penghalusan) hingga menjadi serbuk, dan tahap akhir adalah
pengemasan dalam bentuk wadah plastik ataupun dalam kemasan kapsul sesuai permintaan pembeli. Pada proses
penggilingan bahan, Yayasan Wahyu Alam menggunakan mesin blender untuk menghaluskan material rempah-rempah
atau tanaman obat. Proses ini menghasilkan produk berupa serbuk yang kurang halus atau ukuran yang tidak homogen,
serta durasi waktu proses produksi yang lama.
Berdasarkan uraian di atas, pengolahan tanaman obat dan rempah-rempah menjadi produk jamu kemasan perlu
dilakukan dengan menggunakan mesin pengolah tanaman jamu dan herbal teknologi tepat guna di Yayasan Wahyu
Alam milik Bapak Wahyu. Mesin pengolah tanaman jamu dan herbal digunakan untuk mempermudah dan
mempercepat proses produksi, serta meningkatkan kapasitas produk. Team melakukan observasi lapangan dan studi
kasus untuk mengembangkan mesin pengolah tanaman jamu di Yayasan Wahyu Alam milik Bapak Wahyu. Sehingga,
mesin pengolah tanaman jamu dan herbal perlu dikembangkan berupa perencanaan desain dan pembuatan mesin yang
efektif dan efisien, yang mana mempertimbangkan durasi waktu proses dan kapasitas produk. Dengan demikian, Team
melakukan “Rancang Bangun Mesin Pengolah Tanaman Jamu dan Herbal “JH1901” Semi Otomatis Kapasitas
10Kg/Jam”, dengan perancanaan desain, perawatan, perhitungan dan analisa fisis, serta pertimbangan biaya.
Untuk mendapatkan potongan yang berukuran kecil bahan jamu yang berupa rempah-rempah tersebut, belum
menggunakan alat mekanis atau mesin yang efisien pada proses pembuatannya. Kegiatan pencacahan ini masih
menggunakan tenaga manusia dengan alat potong seperti pisau, sehingga kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan
tidak bisa maksimal. Kekurangan dengan metode manual seperti menggunakan pisau yaitu waktu produksinya lebih
lama, maka pada saat proses pencacahan yang banyak akan cepat lelah.
Dari masalah yang dihadapi oleh Bapak Wahyu selaku pemilik Yayasan Wahyu Alam tersebut penulis akan
menganalisis tentang sistem pencacah pada mesin pengolah tanaman jamu dan herbal “JH1901” semi otomatis
kapasitas 10kg/jam ysng kelak diharapkan dapat mempermudah produksi bagi Yayasan Wahyu Alam. Kelebihan dari
mesin ini yaitu menggunakan 1 (satu) motor penggerak tetapi bisa menghasilkan 2 (dua) output yang berbeda,
menjadikannya terlihat beda dengan yang ada dipasaran saat ini, lebih aman karena komponen yang bergerak tertutup
oleh housing pada bagian pencacah, produksinya lebih cepat untuk skala industri rumah tangga. Dari analisis yang
dilakukan tersebut maka sistem pencacah pada mesin pengolah tanaman jamu dan herbal “JH1901” semi otomatis
kapasitas 10Kg/Jam sangat diperlukan oleh pemilik Yayasan Wahyu Alam yang berlokasi di Kelurahan Banaran Kota
Kediri, karena produksi bahan jamu yang berupa rempah-rempah membutuhkan potongan yang berukuran kecil dan
prosesnya masih manual menggunakan tenaga manusia dan alat pisau dapur, dengan dibuatnya mesin ini diharapkan
pemilik Yayasan Wahyu Alam akan lebih mudah dalam pengoperasiannya, sehingga para pekerja yang bekerja di
Yayasan Wahyu Alam akan lebih mudah dan tidak memakan waktu untuk bagian pencacahnya. Selain itu mesin ini
dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas dari hasil cacahan bahan jamu yang berupa rempah-rempah.

2. Alasan Pemilihan Judul


Alasan pemilihan judul “Rancang Bangun Sistem Pencacah Pada Mesin Pengolah Jamu dan Herbal
“JH1901” Semi Otomatis Kapasitas 10Kg/Jam Pada Yayasan Wahyu Alam” karena pada dasarnya kegiatan
mencacah bahan olahan seperti rempah - rempah sangat diperlukan dalam pembuatan produk olahan jamu,
khususnya untuk mesin pengolah jamu dan herbal ini supaya bisa meningkatkan produksi jamu dengan baik dan
efisien. Pada kelas UMKM maupun Kelompok Masyarakat perlu adanya inovasi tentang TTG (teknologi tepat guna)
untuk membantu para pelaku home industry tidak menggunakan sistem pencacah manual yang menggunakan alat
pisau dapur dan tenaga manusia.

3. Konsep Produk dan Potensi Ekonomis


Mesin pengolah tanaman jamu dan herbal “JH1901” merupakan mesin multifungsi yang mampu digunakan pada
home industry dengan output pencacah dan penggiling. Konsep mesin pengolah tanaman jamu dan herbal ini seperti
pencacah dan penggiling pada umumnya, namun pada mesin ini dalam satu rangka sudah menggunakan dua output
pencacah dan penggiling dengan penggerak dynamo listrik guna menghasilkan prodak yang lebih halus dan ukuran
yang homogen. Dengan adanya mesin pengolah tanaman jamu dan herbal yang menggu nakan pencacah dan
penggiling ini mampu memotong biaya jasa dan meringankan karyawan guna mempercepat proses produksi.
Jika pembuatan alat 1. Taksiran biaya (Rp) Rp. 3.500.000 – Rp. 4.000.000
2. Taksiran berat (kg) 50Kg – 70Kg
3. TaksiranUkuran (mm) 800 x 600 x 1000 mm (P x L x T)
Nama Pembimbing yang 2. Riswan Eko Wahyu S, S.Pd., M.T.
diusulkan 3. Moch Wisnu Arif Sektiono, S.Si., M.Si.
…………………………………………………………
Tanggal &Tanda Tangan Kesediaan Tanggal: 26 Januari 2021
Pembimbing yang diusulkan

TandaTangan :

``````````````````````
Riswan Eko Wahyu S, S.Pd., M.T.

Telah Disetujui
```````````````````````
Moch Wisnu Arif Sektiono, S.Si., M.Si.

URAIAN LATAR BELAKANG MASALAH (diketik time news roman 10)


Masyarakat Indonesia memiliki metode pengobatan secara tradisional yang melibatkan beragam penggunaan
tumbuhan, produk hewani, dan mineral. Pada pratiknya, sebagian besar pengobatan tradisional didasarkan pada
penggunaan tanaman dibandingkan dengan penggunaan produk hewani dan mineral. Lebih dari 2500 spesies tanaman
di Indonesia dikenali sebagai tanaman obat (Elfahmi et al., 2014) melalui studi etnobotani yang ekstensif (de Padua et
al., 1999; Grosvenor et al., 1995). Tanaman obat telah dimanfaatkan dan diramu secara baik oleh berbagai kelompok
etnis masyarakat Indonesia sebagai jamu (Silalahi et al., 2015; Zumsteg dan Weckerle, 2007). Dalam meramun jamu,
masyarakat Indonesia secara terampil mampu memanfaatkan dan mengolah satu jenis tumbuhan atau beragam jenis
tumbuhan,yang mana berasal dari tanaman obat dan rempah-rempah.. Penggunaan jamu di Indonesia sebagai obat
tradisional semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut survei nasional pada tahun 2018, 44,2%
masyarakat Indonesia memanfaatkan pengobatan secara tradisional, yang mana meningkat dari 30,1% pada tahun 2013
(Kemenkes RI, 2018). Prevalensi tertinggi penggunaan jamu saat ini adalah untuk pengobatan kanker atau tumor ganas
(14,4%), diikuti oleh radang sendi / rematik (11,3%), kolesterol tinggi (11,3%), stroke (10,2%), diabetes (9,9%) dan
penyakit ginjal (9,7%) (Pengpid dan Peltzer, 2018). Karena pentingnya penggunaan tumbuhan obat dalam kebutuhan
kesehatan primer di Indonesia, berbagai instansi pemerintah Indonesia, termasuk Kementerian Kesehatan, Kementerian
Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Pertanian, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Kontrol (NADFC atau BPOM) terlibat dalam penelitian yang
diarahkan pada pengembangan tanaman obat sebagai jamu. Proses produksi jamu dari tanaman obat telah memiliki
pedoman pengembangan , yang mana telah dirumuskan dalam Kebijakan Nasional Obat Tradisional (KONTRANAS)
(Siahaan dan Aryastami, 2018).
Untuk meningkatkan imunitas masyarakat Indonesia selama kondisi pandemi COVID-19, pemanfaatan
tanaman obat dan rempah-rempah sebagai jamu juga dikaji oleh para pakar dan praktisi kesehatan. Karena kondisi
imunitas masyarakat memainkan peran penting dalam infeksi COVID-19, jamu memiliki efek untuk menjaga imunitas.
Sehingga, mengkonsumsi jamu berpotensi sebagai tindakan pencegahan infeksi dan bahkan agen terapeutik untuk
masyarakat yang telah terinfeksi COVID-19 (L. Zang and Y. Liu,2020) (M. Sharma, S. A. Anderson, R. Schoop and J.
B. Hudson, 2009). Jamu mengandung senyawa aktif tertentu, seperti antimikroba atau antivirus, anti-inflamasi, dan
aktivitas imunostimulan, yang mana terdapat pada tanaman obat atau rempah-rempah seperti kunyit, jahe, secang, dan
rosella. Senyawa tersebut diasumsikan memiliki kapasitas untuk memodulasi respon imun , sehingga diyakini memiliki
efek menguntungkan untuk mencegah atau mengobati COVID-19 (M. Sharma, S. A. Anderson, R. Schoop and J. B.
Hudson, 2009) (B. Kocaadam and N. Sanlier, 2017).
Pengolahan tanaman jamu dan herbal menjadi bahan jamu diproduksi secara home industry oleh Yayasan
Wahyu Alam di Kelurahan Banaran Kota Kediri. Tahap produksi olahan jamu dari bahan rempah-rempah yaitu
pencucian, pemotongan, pengeringan penggilingan (atau penghalusan) hingga menjadi serbuk, dan tahap akhir adalah
pengemasan dalam bentuk wadah plastik ataupun dalam kemasan kapsul sesuai permintaan pembeli. Pada proses
penggilingan bahan, Yayasan Wahyu Alam menggunakan mesin blender untuk menghaluskan material rempah-rempah
atau tanaman obat. Proses ini menghasilkan produk berupa serbuk yang kurang halus atau ukuran yang tidak homogen,
serta durasi waktu proses produksi yang lama.
Berdasarkan uraian di atas, pengolahan tanaman obat dan rempah-rempah menjadi produk jamu kemasan perlu
dilakukan dengan menggunakan mesin pengolah tanaman jamu dan herbal teknologi tepat guna di Yayasan Wahyu
Alam milik Bapak Wahyu. Mesin pengolah tanaman jamu dan herbal digunakan untuk mempermudah dan
mempercepat proses produksi, serta meningkatkan kapasitas produk. Team melakukan observasi lapangan dan studi
kasus untuk mengembangkan mesin pengolah tanaman jamu di Yayasan Wahyu Alam milik Bapak Wahyu. Sehingga,
mesin pengolah tanaman jamu dan herbal perlu dikembangkan berupa perencanaan desain dan pembuatan mesin yang
efektif dan efisien, yang mana mempertimbangkan durasi waktu proses dan kapasitas produk. Dengan demikian, Team
melakukan “Rancang Bangun Mesin Pengolah Tanaman Jamu dan Herbal “JH1901” Semi Otomatis Kapasitas
10Kg/Jam”, dengan perancanaan desain, perawatan, perhitungan dan analisa fisis, serta pertimbangan biaya.
Untuk mendapatkan potongan yang berukuran kecil bahan jamu yang berupa rempah-rempah tersebut, belum
menggunakan alat mekanis atau mesin yang efisien pada proses pembuatannya. Kegiatan pencacahan ini masih
menggunakan tenaga manusia dengan alat potong seperti pisau, sehingga kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan
tidak bisa maksimal. Kekurangan dengan metode manual seperti menggunakan pisau yaitu waktu produksinya lebih
lama, maka pada saat proses pencacahan yang banyak akan cepat lelah.
Dari masalah yang dihadapi oleh Bapak Wahyu selaku pemilik Yayasan Wahyu Alam tersebut penulis akan
menganalisis tentang sistem pencacah pada mesin pengolah tanaman jamu dan herbal “JH1901” semi otomatis
kapasitas 10kg/jam ysng kelak diharapkan dapat mempermudah produksi bagi Yayasan Wahyu Alam. Kelebihan dari
mesin ini yaitu menggunakan 1 (satu) motor penggerak tetapi bisa menghasilkan 2 (dua) output yang berbeda,
menjadikannya terlihat beda dengan yang ada dipasaran saat ini, lebih aman karena komponen yang bergerak tertutup
oleh housing pada bagian pencacah, produksinya lebih cepat untuk skala industri rumah tangga. Dari analisis yang
dilakukan tersebut maka sistem pencacah pada mesin pengolah tanaman jamu dan herbal “JH1901” semi otomatis
kapasitas 10Kg/Jam sangat diperlukan oleh pemilik Yayasan Wahyu Alam yang berlokasi di Kelurahan Banaran
Kota Kediri, karena produksi bahan jamu yang berupa rempah-rempah membutuhkan potongan yang berukuran kecil
dan prosesnya masih manual menggunakan tenaga manusia dan alat pisau dapur, dengan dibuatnya mesin ini
diharapkan pemilik Yayasan Wahyu Alam akan lebih mudah dalam pengoperasiannya, sehingga para pekerja yang
bekerja di Yayasan Wahyu Alam akan lebih mudah dan tidak memakan waktu untuk bagian pencacahnya. Selain itu
mesin ini dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas dari hasil cacahan bahan jamu yang berupa rempah-rempah.
RUMUSAN MASALAH (diketik time news roman 10)
1. Bagaimana perencanaan pembuatan piringan dan mata pisau pencacah tipe vertikal pada Mesin Pengolah Tanaman
JH1901
?

BATASAN MASALAH (diketik time news roman 10)


1. Hanya membahas sistem pencacah pada Mesin Pengolah Tanaman JH1901
2. Tidak membahas perawatan pada Mesin Pengolah Tanaman JH1901
3. Tidak membahas perencanaan sistem penggiling.
4. Tidak membahas rangka dan sambungan-sambungan.
DESAIN PRODUK (Gambar dengan format JPEG)
LEMBAR ISIAN USULAN JUDUL & PEMBIMBING

Nama Mahasiswa : Febri Wahyu Saputro Kelas: TM-3A No Telp/HP : 085646632979


NIM : 1931243049
Judul Laporan Akhir
PERANCANGAN SISTEM PENGGILING MESIN PENGOLAH TANAMAN
JAMU DAN HERBAL “JH1901” SEMI OTOMATIS KAPASITAS 10 Kg/Jam
PADA YAYASAN WAHYU ALAM

Kategori Laporan 1. Perencanaan tata letak pabrik 4. Perencanaan perawatan, rekondisi, atau
Akhir(lingkaripilihan) pengujian mesin-mesin konversi energi
2. Perencanaan perawatan, 5. Disain dan pembuatan alat bantu uji
rekondisi, atau pengujian mesin- performasi mesin atau desain danp
mesin perkakas embuatan alat simulasi proses/sistem
3. Perencanaan 6. Pembuatan perencanaan pembukaan
usaha bisnis bidang jasa perawatan
perawatan, rekondisi, atau
pengujian mesin-
mesin industri
Tempat Pembuatan 1. Di Bengkel 2. Di luar Bengkel Mesin 3. Lain - lain
Laporan Akhir Teknik Mesin

Ringkasan Uraian Laporan Akhir (berisi latar belakang masalah, kenapa judul dipilih, apakah desain, pembuatan produk
baru atau pengembangan alat/produk yang sudah ada, jelaskan potensi ekonomisnya)

7. Latar Belakang Masalah


Untuk meningkatkan imunitas masyarakat Indonesia selama kondisi pandemi Covid-19, pemanfaatan tanaman obat
dan rempah-rempah sebagai jamu juga dikaji oleh para pakar dan praktisi kesehatan. Karena kondisi imunitas
masyarakat memainkan peran penting dalam infeksi Covid-19, jamu memiliki efek untuk menjaga imunitas. Sehingga,
mengkonsumsi jamu berpotensi sebagai tindakan pencegahan infeksi dan bahkan agen terapeutik untuk masyarakat
yang terinfeksi Covid-19 (L. Zang and Y. Liu, 2020).
Pengolahan tanaman jamu dan herbal menjadi bahan jamu diproduksi secara home industry oleh Yayasan
Wahyu Alam di Kelurahan Banaran Kota Kediri. Tahap produksi olahan jamu dari bahan rempah-rempah yaitu
pencucian, pemotongan, pengeringan penggilingan (atau penghalusan) hingga menjadi serbuk, dan tahap akhir adalah
pengemasan dalam bentuk wadah plastik ataupun dalam kemasan kapsul sesuai permintaan pembeli. Pada proses
penggilingan bahan, Yayasan Wahyu Alam menggunakan mesin blender untuk menghaluskan material rempah-rempah
atau tanaman obat dan pengirisan rempah-rempah secara manual menggunakan tenaga manusia dengan alat bantu pisau.
Proses ini menghasilkan produk berupa serbuk yang kurang halus atau ukuran yang tidak homogen, serta durasi waktu
proses produksi yang lama.
Ketersediaan beragam rempah jamu di lingkungan sekitar seperti: kencur, kunyit, temulawak, sambiloto,
mahkota dewa dan sebagainya, serta didukung oleh kreativitas dan keahlian meracik bahan jamu, dapat dibuat bahan
obat tradisional bernilai ekonomi yang tinggi. Yayasan Wahyu Alam ini memproduksi rata rata ?? jamu herbal perhari
dan memiliki 2 orang karyawan yang bertugas membantu mengurus tanaman hingga proses produksi yang dilakukan
secara tradisional seperti proses pencacahan bahan rempah-rempah yang masih dilakukan secara manual dengan
mencacah rempah-rempah menggunakan pisau dan pengeringan dengan terik matahari, proses pengeringan ini
membutuhakan waktu sekitar 3-4 hari untuk cuaca yang terik sehingga kondisi cuaca sangat berpengaruh pada proses
produksinya,rempah-rempah yang sudah kering dihaluskan dengan blender ataupun dengan jasa penggilingan pada
proses produksi yang lebih besar.
Berkaitan dengan kualitas bahan jamu, cara pengolahan dan penyajian jamu, cara penyimpanan bahan baku
dan peralatan pengolahan jamu. Yayasan wahyu alam memiliki area kebun tanaman toga dan empon empon sehingga
kualitas bahan bisa dikatakan sangat baik karena proses produksi menggunakan bahan baku yang masih segar, untuk
penyajian jamu umkm ini menyediakan 2 macam pilihan yaitu bentuk kapsul dan bubuk yang bisa bertahan hingga ??
karena sudah melewati proses kristalisasi, Dan dalam proses produksinya masih menggunakan peralatan manual
sehingga proses produksi dikatakan masih belum optimal.

Berdasarkan uraian di atas, pengolahan tanaman jamu dan herbal menjadi produk jamu kemasan perlu
dilakukan dengan menggunakan mesin pencacah-penggiling tanaman jamu dan herbal teknologi tepat guna di Yayasan
Wahyu Alam milik Bapak Wahyu. Mesin pencacah-penggiling tanaman jamu dan herbal digunakan untuk
mempermudah dan mempercepat proses produksi, serta meningkatkan kapasitas produk. Team melakukan observasi
lapangan dan studi kasus untuk mengembangkan mesin pencacah-penggiling tanaman jamu dan herbal di Yayasan
Wahyu Alam milik Bapak Wahyu. Sehingga, mesin pencacah-penggiling tanaman jamu dan herbal perlu dikembangkan
berupa perencanaan desain dan pembuatan mesin yang efektif dan efisien, yang mana mempertimbangkan durasi waktu
proses dan kapasitas produk. Dengan demikian, Team melakukan “Rancang Bangun Mesin Pengolah Tanaman Jamu
dan Herbal “JH1901”, dengan perancanaan desain, perawatan, perhitungan dan analisa fisis, serta pertimbangan biaya.

8. Alasan Pemilihan Judul


Alasan pemilihan judul “PERANCANGAN SISTEM PENGGILING MESIN PENGOLAH TANAMAN JAMU DAN
HERBAL “JH1901” SEMI OTOMATIS KAPASITAS 10 Kg/Jam PADA YAYASAN WAHYU ALAM
” karena Perancangan alat penggiling rempah ini membutuhkan kontruksi penggiling pada mesin, penggiling ini berfungsi untuk
menggiling bahan yang sudah di cacah atau bahan kering. Mesin penggiling ini dibuat agar mempermudah proses penggilingan
yang biasanya dilakukan dengan blender dan tentunya akan membutuhkan waktu yang lama.
9. Konsep Produk dan Potensi Ekonomis
Mesin pengolah tanaman jamu dan herbal “JH1901” merupakan mesin multifungsi yang mampu digunakan pada
home industry dengan output pencacah dan penggiling. Konsep mesin pengolah tanaman jamu dan herbal ini seperti
pencacah dan penggiling pada umumnya, namun pada mesin ini dalam satu rangka sudah menggunakan dua output
pencacah dan penggiling dengan penggerak dynamo listrik guna menghasilkan prodak yang lebih halus dan ukuran
yang homogen. Dengan adanya mesin pengolah tanaman jamu dan herbal yang menggunakan pencacah dan
penggiling ini mampu memotong biaya jasa dan meringankan karyawan guna mempercepat proses produksi.

Jika pembuatan alat 1. Taksiran biaya (Rp) Rp. 3.500.00 – Rp. 4.000.000
2. Taksiran berat (kg) 50Kg – 70Kg
3. TaksiranUkuran (mm) 800 x 600 x 1000 mm (P x L x T)
Nama Pembimbing yang RISWAN EKO WAHYU S, S.pd, M.T
diusulkan MOCH WISNU ARIF SEKTIONO, M.Si

Tanggal &Tanda Tangan Kesediaan Tanggal: 26 Januari 2021


Pembimbing yang diusulkan

Tanda Tangan:

``````````````````````
Riswan Eko Wahyu S, S.Pd., M.T.

Telah Disetujui
```````````````````````
Moch Wisnu Arif Sektiono, S.Si., M.Si.

URAIAN LATAR BELAKANG MASALAH (diketik time news roman 10)


Untuk meningkatkan imunitas masyarakat Indonesia selama kondisi pandemi Covid-19, pemanfaatan tanaman obat dan rempah-
rempah sebagai jamu juga dikaji oleh para pakar dan praktisi kesehatan. Karena kondisi imunitas masyarakat memainkan peran
penting dalam infeksi Covid-19, jamu memiliki efek untuk menjaga imunitas. Sehingga, mengkonsumsi jamu berpotensi sebagai
tindakan pencegahan infeksi dan bahkan agen terapeutik untuk masyarakat yang terinfeksi Covid-19 (L. Zang and Y. Liu, 2020).
Pengolahan tanaman jamu dan herbal menjadi bahan jamu diproduksi secara home industry oleh Yayasan
Wahyu Alam di Kelurahan Banaran Kota Kediri. Tahap produksi olahan jamu dari bahan rempah-rempah yaitu
pencucian, pemotongan, pengeringan penggilingan (atau penghalusan) hingga menjadi serbuk, dan tahap akhir adalah
pengemasan dalam bentuk wadah plastik ataupun dalam kemasan kapsul sesuai permintaan pembeli. Pada proses
penggilingan bahan, Yayasan Wahyu Alam menggunakan mesin blender untuk menghaluskan material rempah-rempah
atau tanaman obat dan pengirisan rempah-rempah secara manual menggunakan tenaga manusia dengan alat bantu pisau.
Proses ini menghasilkan produk berupa serbuk yang kurang halus atau ukuran yang tidak homogen, serta durasi waktu
proses produksi yang lama.
Ketersediaan beragam rempah jamu di lingkungan sekitar seperti: kencur, kunyit, temulawak, sambiloto,
mahkota dewa dan sebagainya, serta didukung oleh kreativitas dan keahlian meracik bahan jamu, dapat dibuat bahan
obat tradisional bernilai ekonomi yang tinggi. Yayasan Wahyu Alam ini memproduksi rata rata ?? jamu herbal perhari
dan memiliki 2 orang karyawan yang bertugas membantu mengurus tanaman hingga proses produksi yang dilakukan
secara tradisional seperti proses pencacahan bahan rempah-rempah yang masih dilakukan secara manual dengan
mencacah rempah-rempah menggunakan pisau dan pengeringan dengan terik matahari, proses pengeringan ini
membutuhakan waktu sekitar 3-4 hari untuk cuaca yang terik sehingga kondisi cuaca sangat berpengaruh pada proses
produksinya,rempah-rempah yang sudah kering dihaluskan dengan blender ataupun dengan jasa penggilingan pada
proses produksi yang lebih besar.
Berkaitan dengan kualitas bahan jamu, cara pengolahan dan penyajian jamu, cara penyimpanan bahan baku
dan peralatan pengolahan jamu. Yayasan wahyu alam memiliki area kebun tanaman toga dan empon empon sehingga
kualitas bahan bisa dikatakan sangat baik karena proses produksi menggunakan bahan baku yang masih segar, untuk
penyajian jamu umkm ini menyediakan 2 macam pilihan yaitu bentuk kapsul dan bubuk yang bisa bertahan hingga ??
karena sudah melewati proses kristalisasi, Dan dalam proses produksinya masih menggunakan peralatan manual
sehingga proses produksi dikatakan masih belum optimal.

Berdasarkan uraian di atas, pengolahan tanaman jamu dan herbal menjadi produk jamu kemasan perlu
dilakukan dengan menggunakan mesin pencacah-penggiling tanaman jamu dan herbal teknologi tepat guna di Yayasan
Wahyu Alam milik Bapak Wahyu. Mesin pencacah-penggiling tanaman jamu dan herbal digunakan untuk
mempermudah dan mempercepat proses produksi, serta meningkatkan kapasitas produk. Team melakukan observasi
lapangan dan studi kasus untuk mengembangkan mesin pencacah-penggiling tanaman jamu dan herbal di Yayasan
Wahyu Alam milik Bapak Wahyu. Sehingga, mesin pencacah-penggiling tanaman jamu dan herbal perlu dikembangkan
berupa perencanaan desain dan pembuatan mesin yang efektif dan efisien, yang mana mempertimbangkan durasi waktu
proses dan kapasitas produk. Dengan demikian, Team melakukan “Rancang Bangun Mesin Pengolah Tanaman Jamu
dan Herbal “JH1901”, dengan perancanaan desain, perawatan, perhitungan dan analisa fisis, serta pertimbangan biaya.
RUMUSAN MASALAH (diketik time news roman 10)
1. Perancangan sistem penggiling pada mesin pengolah tanaman jamu dan herbal “jh1901” semi otomatis kapasitas
10 kg/jam pada yayasan wahyu alam.

BATASAN MASALAH (diketik time news roman 10)


1. Hanya membahas perancangan mesin penggiling pengolah tanaman jamu dan herbal “jh1901” semi otomatis
kapasitas 10 kg/jam pada yayasan wahyu alam.
2. Tidak membahas perencangan transmisi.
3. Tidak membahas rangka dan sambungan-sambungan.

DESAIN PRODUK (Gambar dengan format JPEG)

Gambar cover penggiling pada mesin pengolah tanaman jamu dan herbal “jh1901” semi otomatis kapasitas 10
kg/jam pada yayasan wahyu alam.
gambar pisau penggiling yang nempel di cover pada mesin pengolah tanaman jamu dan herbal “jh1901” semi
otomatis kapasitas 10 kg/jam pada yayasan wahyu alam.
LEMBAR ISIAN USULAN JUDUL & PEMBIMBING

Nama Mahasiswa : M Reza Izulhaq Kelas: TM 3A No Telp/HP :


NIM : 1931243050 085335561930
Judul Laporan Akhir
RANCANG BANGUN DAN ANALISIS KEKUATAN PADA RANGKA MESIN
PENGOLAH TANAMAN JAMU DAN HERBAL “JH1901” SEMI OTOMATIS

Kategori Laporan 4. Perencanaan tata letak pabrik 7. Perencanaan perawatan, rekondisi, atau
Akhir(lingkaripilihan) pengujian mesin-mesin konversi energi
5. Perencanaan 8. Disain dan pembuatan alat bantu uji
performasi mesin atau desain danp
perawatan, rekondisi, atau embuatan alat simulasi proses/sistem
pengujian mesin-
mesin perkakas
6. Perencanaan 9. Pembuatan perencanaan pembukaan
usaha bisnis bidang jasa perawatan
perawatan, rekondisi, atau
pengujian mesin- mesin industri
Tempat Pembuatan 1. Di Bengkel 2. Di luar Bengkel Mesin 3. Lain - lain
Laporan Akhir Teknik Mesin

Ringkasan Uraian Laporan Akhir (berisi latar belakang masalah, kenapa judul dipilih, apakah desain, pembuatan produk
baru atau pengembangan alat/produk yang sudah ada, jelaskan potensi ekonomisnya)

Latar Belakang Masalah


Masyarakat Indonesia memiliki metode pengobatan secara tradisional yang melibatkan beragam penggunaan tumbuhan,
produk hewani, dan mineral. Pada pratiknya, sebagian besar pengobatan tradisional didasarkan pada penggunaan tanaman
dibandingkan dengan penggunaan produk hewani dan mineral. Lebih dari 2500 spesies tanaman di Indonesia dikenali sebagai
tanaman obat (Elfahmi et al., 2014) melalui studi etnobotani yang ekstensif (de Padua et al., 1999; Grosvenor et al., 1995) .
Tanaman obat telah dimanfaatkan dan diramu secara baik oleh berbagai kelompok etnis masyarakat Indonesia sebagai jamu
(Silalahi et al., 2015; Zumsteg dan Weckerle, 2007). Dalam meramun jamu, masyarakat Indonesia secara terampil mampu
memanfaatkan dan mengolah satu jenis tumbuhan atau beragam jenis tumbuhan,yang mana berasal dari tanaman obat dan
rempah-rempah.. Penggunaan jamu di Indonesia sebagai obat tradisional semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut survei nasional pada tahun 2018, 44,2% masyarakat Indonesia memanfaatkan pengobatan secara tradisional, yang mana
meningkat dari 30,1% pada tahun 2013 (Kemenkes RI, 2018). Prevalensi tertinggi penggunaan jamu saat ini adalah untuk
pengobatan kanker atau tumor ganas (14,4%), diikuti oleh radang sendi / rematik (11,3%), kolesterol tinggi (11,3%), stroke
(10,2%), diabetes (9,9%) dan penyakit ginjal (9,7%) (Pengpid dan Peltzer, 2018). Mengakui Karena pentingnya penggunaan
tumbuhan obat dalam pelayanan kebutuhan kesehatan primer di Indonesia, berbagai instansi pemerintah Indonesia, termasuk
Kementerian Kesehatan, Kementerian Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Pertanian, Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Kontrol (NADFC atau BPOM) terlibat dalam
penelitian yang diarahkan pada pengembangan tanaman obat sebagai jamu. Proses produksi jamu dari tanaman obat telah
memiliki pedoman pengembangan , yang mana telah dirumuskan dalam Kebijakan Nasional Obat Tradisional (KONTRANAS)
(Siahaan dan Aryastami, 2018).
Untuk meningkatkan imunitas masyarakat Indonesia selama kondisi pandemi COVID-19, pemanfaatan tanaman obat dan
rempah-rempah sebagai jamu juga dikaji oleh para pakar dan praktisi kesehatan. Karena kondisi imunitas masyarakat
memainkan peran penting dalam infeksi COVID-19, jamu memiliki efek untuk menjaga imunitas. bisa Sehingga, mengkonsumsi
jamu berpotensi sebagai tindakan pencegahan infeksi dan bahkan agen terapeutik untuk masyarakat yang telah terinfeksi
COVID-19 (L. Zang and Y. Liu,2020) (M. Sharma, S. A. Anderson, R. Schoop and J. B. Hudson, 2009). Jamu mengandung
senyawa aktif tertentu, seperti antimikroba atau antivirus, anti-inflamasi, dan aktivitas imunostimulan, yang mana terdapat pada
tanaman obat atau rempah-rempah seperti kunyit, jahe, secang, dan rosella. Senyawa tersebut diasumsikan memiliki kapasitas
untuk memodulasi respon imun , sehingga diyakini memiliki efek menguntungkan untuk mencegah atau mengobati COVID-19
(M. Sharma, S. A. Anderson, R. Schoop and J. B. Hudson, 2009) (B. Kocaadam and N. Sanlier, 2017).
Pengolahan tanaman obat dan rempah-rempah menjadi bahan jamu diproduksi secara home industty oleh Yayasan Wahyu Alam
di Kelurahan Banaran Kota Kediri. Tahap produksi olahan jamu dari bahan remapah-rempah yaitu pencucian, pemotongan,
pengeringan penggilingan (atau penghalusan) hingga menjadi serbuk, dan tahap akhir adalah pengemasan dalam bentuk wadah
plastik ataupun dalam kemasan kapsul sesuai permintaan pembeli. Pada proses penggilingan bahan, Yayasan Wahyu Alam
menggunakan mesin blender untuk menghaluskan material rempah-rempah atau tanaman obat. Proses ini menghasilkan produk
berupa serbuk yang kurang halus atau ukuran yang tidak homogen, serta durasi waktu proses produksi yang lama.
Berdasarkan uraian di atas, pengolahan tanaman obat dan rempah-rempah menjadi produk jamu kemasan perlu dilakukan dengan
menggunakan mesin pencacah-penggiling tanaman obat dan rempah-rempah teknologi tepat guna di Yayasan Wahyu Alam
milik Bapak Wahyu. Mesin pencacah-penggiling tanaman obat dan rempah-rempah digunakan untuk mempermudah dan
mempercepat proses produksi, serta meningkatkan kapasitas produk. Team melakukan observasi lapangan dan studi kasus untuk
mengembangkan mesin pencacah-penggiling tanaman obat dan rempah-rempah di Yayasan Wahyu Alam milik Bapak Wahyu.
Sehingga, mesin pencacah-penggiling tanaman obat dan rempah-rempah perlu dikembangkan berupa perencanaan desain dan
pembuatan mesin yang efektif dan efisien, yang mana mempertimbangkan durasi waktu proses dan kapasitas produk. Dengan
demikian, Team melakukan “Rancang Bangun Mesin Pencacah dan Penggiling Tanaman Obat dan Rempah-Rempah, dengan
perancanaan desain, perhitungan dan analisa fisis, serta pertimbangan biaya.
Perancangan alat pencacah dan penggiling rempah ini membutuhkan kontruksi rangka pada mesin, rangka ini berfungsi sebagai
dudukan pisau cover pencacah dan penggiling. supaya rangka aman dan sesuai beban untuk digunakan harus dilakukan
perhitungan terhadap beban yang akan di terima rangka. pemilihan material rangka sangat mempengaruhi kekuatan rangka
tersebut. perhitungan dan pemilihan material yang salah akan berakibat pada rangka tidak mampu menahan beban yang di tumpu
rangka.
Mesin pencacah dan penggiling rempah juga memerlukan rangka yang kuat tetapi tetap mudah untuk dipindahkan sehingga perlu
melakukan perancangan desain rangka yang bisa mempermudah penataan letak mesin pada tempat usaha tanpa mengabaikan
kekuatan kotruksi rangka mengingat tempat produksi milik bapak wahyu belum mempunyai tempat khusus mesin
penggilingnya.

2. Alasan Pemilihan Judul


Alasan pemilihan judul RANCANG BANGUN DAN ANALISIS KEKUATAN PADA RANGKA MESIN PENGOLAH
TANAMAN JAMU DAN HERBAL “JH1901” SEMI OTOMATIS karena mesin tersebut memerlukan perancangan rangka
pada mesin, rangka ini berfungsi sebagai dudukan pisau cover pencacah dan penggiling. supaya rangka aman dan sesuai beban
untuk digunakan harus dilakukan perhitungan terhadap beban yang akan di terima rangka. pemilihan material rangka sangat
mempengaruhi kekuatan rangka tersebut. perhitungan dan pemilihan material yang salah akan berakibat pada rangka tidak
mampu menahan beban yang di tumpu rangka.
3. Konsep Produk dan Potensi Ekonomis
Mesin pengolah tanaman jamu dan herbal “JH1901” merupakan mesin multifungsi yang mampu menghasilkan output pencacah
dan penggiling. Konsep mesin pengolah tanaman jamu dan herbal ini seperti pencacah dan penggiling pada umumnya, namun
kontruksi mesin ini mempunyai dua output pencacah dan penggiling dalam satu mesin dengan 1 penggerak dynamo listrik yang
bisa digunakan oleh 2 model pengolah secara bergantian sehingga bisa memangkas biaya produksi mesin dengan 2 output.
System pemindah tenaga pada mesin ini sangat mudah digunakan tanpa harus memindah sabuk V, Dengan adanya mesin
pengolah tanaman jamu dan herbal yang menggunakan pencacah dan penggiling ini mampu memotong biaya jasa dan
meringankan karyawan guna mempercepat proses produksi.

Jika pembuatan alat 1. Taksiran biaya (Rp) Rp.5.000.000


2. Taksiran berat (kg) 60 Kg
3. TaksiranUkuran (mm) 1000x800x600 (mm)
Nama Pembimbing yang RISWAN EKO WAHYU S, S.pd, M.T
diusulkan MOCH WISNU ARIF SEKTIONO, M.Si
…………………………………………………………
Tanggal &Tanda Tangan Kesediaan Tanggal: 26 Januari 2021
Pembimbing yang diusulkan

Tanda Tangan

``````````````````````
Riswan Eko Wahyu S, S.Pd., M.T.

Telah Disetujui
```````````````````````
Moch Wisnu Arif Sektiono, S.Si., M.Si.

URAIAN LATAR BELAKANG MASALAH (diketik time news roman 10)

1.1 Latar Belakang


Masyarakat Indonesia memiliki metode pengobatan secara tradisional yang melibatkan beragam penggunaan tumbuhan, produk
hewani, dan mineral. Pada pratiknya, sebagian besar pengobatan tradisional didasarkan pada penggunaan tanaman dibandingkan
dengan penggunaan produk hewani dan mineral. Lebih dari 2500 spesies tanaman di Indonesia dikenali sebagai tanaman obat
(Elfahmi et al., 2014) melalui studi etnobotani yang ekstensif (de Padua et al., 1999; Grosvenor et al., 1995). Tanaman obat telah
dimanfaatkan dan diramu secara baik oleh berbagai kelompok etnis masyarakat Indonesia sebagai jamu (Silalahi et al., 2015;
Zumsteg dan Weckerle, 2007). Dalam meramun jamu, masyarakat Indonesia secara terampil mampu memanfaatkan dan
mengolah satu jenis tumbuhan atau beragam jenis tumbuhan,yang mana berasal dari tanaman obat dan rempah-rempah..
Penggunaan jamu di Indonesia sebagai obat tradisional semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut survei
nasional pada tahun 2018, 44,2% masyarakat Indonesia memanfaatkan pengobatan secara tradisional, yang mana meningkat dari
30,1% pada tahun 2013 (Kemenkes RI, 2018). Prevalensi tertinggi penggunaan jamu saat ini adalah untuk pengobatan kanker
atau tumor ganas (14,4%), diikuti oleh radang sendi / rematik (11,3%), kolesterol tinggi (11,3%), stroke (10,2%), diabetes
(9,9%) dan penyakit ginjal (9,7%) (Pengpid dan Peltzer, 2018). Mengakui Karena pentingnya penggunaan tumbuhan obat dalam
pelayanan kebutuhan kesehatan primer di Indonesia, berbagai instansi pemerintah Indonesia, termasuk Kementerian Kesehatan,
Kementerian Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Pertanian, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Kontrol (NADFC atau BPOM) terlibat dalam penelitian yang diarahkan
pada pengembangan tanaman obat sebagai jamu. Proses produksi jamu dari tanaman obat telah memiliki pedoman
pengembangan , yang mana telah dirumuskan dalam Kebijakan Nasional Obat Tradisional (KONTRANAS) (Siahaan dan
Aryastami, 2018).
Untuk meningkatkan imunitas masyarakat Indonesia selama kondisi pandemi COVID-19, pemanfaatan tanaman obat dan
rempah-rempah sebagai jamu juga dikaji oleh para pakar dan praktisi kesehatan. Karena kondisi imunitas masyarakat
memainkan peran penting dalam infeksi COVID-19, jamu memiliki efek untuk menjaga imunitas. bisa Sehingga, mengkonsumsi
jamu berpotensi sebagai tindakan pencegahan infeksi dan bahkan agen terapeutik untuk masyarakat yang telah terinfeksi
COVID-19 (L. Zang and Y. Liu,2020) (M. Sharma, S. A. Anderson, R. Schoop and J. B. Hudson, 2009). Jamu mengandung
senyawa aktif tertentu, seperti antimikroba atau antivirus, anti-inflamasi, dan aktivitas imunostimulan, yang mana terdapat pada
tanaman obat atau rempah-rempah seperti kunyit, jahe, secang, dan rosella. Senyawa tersebut diasumsikan memiliki kapasitas
untuk memodulasi respon imun , sehingga diyakini memiliki efek menguntungkan untuk mencegah atau mengobati COVID-19
(M. Sharma, S. A. Anderson, R. Schoop and J. B. Hudson, 2009) (B. Kocaadam and N. Sanlier, 2017).
Pengolahan tanaman obat dan rempah-rempah menjadi bahan jamu diproduksi secara home industty oleh Yayasan Wahyu Alam
di Kelurahan Banaran Kota Kediri. Tahap produksi olahan jamu dari bahan remapah-rempah yaitu pencucian, pemotongan,
pengeringan penggilingan (atau penghalusan) hingga menjadi serbuk, dan tahap akhir adalah pengemasan dalam bentuk wadah
plastik ataupun dalam kemasan kapsul sesuai permintaan pembeli. Pada proses penggilingan bahan, Yayasan Wahyu Alam
menggunakan mesin blender untuk menghaluskan material rempah-rempah atau tanaman obat. Proses ini menghasilkan produk
berupa serbuk yang kurang halus atau ukuran yang tidak homogen, serta durasi waktu proses produksi yang lama.
Berdasarkan uraian di atas, pengolahan tanaman obat dan rempah-rempah menjadi produk jamu kemasan perlu dilakukan dengan
menggunakan mesin pencacah-penggiling tanaman obat dan rempah-rempah teknologi tepat guna di Yayasan Wahyu Alam
milik Bapak Wahyu. Mesin pencacah-penggiling tanaman obat dan rempah-rempah digunakan untuk mempermudah dan
mempercepat proses produksi, serta meningkatkan kapasitas produk. Team melakukan observasi lapangan dan studi kasus untuk
mengembangkan mesin pencacah-penggiling tanaman obat dan rempah-rempah di Yayasan Wahyu Alam milik Bapak Wahyu.
Sehingga, mesin pencacah-penggiling tanaman obat dan rempah-rempah perlu dikembangkan berupa perencanaan desain dan
pembuatan mesin yang efektif dan efisien, yang mana mempertimbangkan durasi waktu proses dan kapasitas produk. Dengan
demikian, Team melakukan “Rancang Bangun Mesin Pencacah dan Penggiling Tanaman Obat dan Rempah-Rempah, dengan
perancanaan desain, perhitungan dan analisa fisis, serta pertimbangan biaya.
Perancangan alat pencacah dan penggiling rempah ini membutuhkan kontruksi rangka pada mesin, rangka ini berfungsi sebagai
dudukan pisau cover pencacah dan penggiling. supaya rangka aman dan sesuai beban untuk digunakan harus dilakukan
perhitungan terhadap beban yang akan di terima rangka. pemilihan material rangka sangat mempengaruhi kekuatan rangka
tersebut. perhitungan dan pemilihan material yang salah akan berakibat pada rangka tidak mampu menahan beban yang di tumpu
rangka.
Mesin pencacah dan penggiling rempah juga memerlukan rangka yang kuat tetapi tetap mudah untuk dipindahkan sehingga perlu
melakukan perancangan desain rangka yang bisa mempermudah penataan letak mesin pada tempat usaha tanpa mengabaikan
kekuatan kotruksi rangka mengingat tempat produksi milik bapak wahyu belum mempunyai tempat khusus mesin
penggilingnya.
.
RUMUSAN MASALAH (diketik time news roman 10)

1.2 Rumusan Masalah


Oleh sebab itu, maka dibutuhkan suatu perancangan
1. Bagaimana kontruksi dan dimensi rangka yang sesuai pada mesin pengolah tanaman jamu dan herbal?
2. Jenis bahan apakah yang digunakan dalam pembuatan rangka pada mesin pengolah tanaman jamu dan herbal?
3. Bagaimana perencanaan perhitungan beban dan analisa kekuatan dari kontruksi mesin pengolah tanaman jamu dan
herbal ?
4. Bagaimana menentukan sambungan yang sesuai dengan kontruksi dan beban dari mesin jh 1901

BATASAN MASALAH (diketik time news roman 10)

1.1 Batasan Masalah


1.Analisa kekuatan kontruksi rangka dilakukan dengan perhitungan dan bahasan yang sudah ada tanpa melakukan
pengujian secara detail tentang kekuatan material dan rangka pada mesin pengolah jamu jh1901

2.Tidak membahas tentang perancangan kontruksi dan analisa kekuatan pada masing masing komponen dan hanya
berfokus pada perancangan kontruksi dan rangka mesin
DESAIN PRODUK (Gambar dengan format JPEG)

Anda mungkin juga menyukai