LAPORAN AKHIR
PRKYS-50
Email : ismariny@yahoo.fr
25 Juni 2010
Nama koordinator
Nama lembaga
Unit organisasi
Alamat
Tel~fax/email
Nama koordinator
Nama lembaga
Unit organisasi
Alamat
Telp/fax/email
Ora. Guntarti
Balai Besar Kimia dan Kemasan
Sarana Riset Kemasan
JI. Balai Kimia no .1, Pekayon Pasar Rebo, Jakarta 13069
021-8717438 1021-8716928 I
'i
..."
.......
~..
'"
9!ar~,n .
Nq. ,
1.
2.
3.
Perjalanan dinas
4.
Lain-lain
;;<
_ ... n ~""
, .. .....
,,~
;.'
62.925.000
109.895.000
24.880.000
27.300000
Jumlah biaya
---
225.000.000
Setuju diusulkan
Koordinator
Kegiatan
tN4_
"
.j"
RINGKASAN
Pengemas aktif didefinisikan sebagai satu sistem yang secara aktif dapat merubah
kondisi makanan yang dikemas untuk memperpanjang umur simpan atau untuk meningkatkan
keamanan pangan atau mempertahankan rasa untuk menjaga kualitas makanan . Sistem ini dapat
menyerap atau melepaskan senyawa-senyawa yang ada di sekitar, maupun senyawa yang
dicampur dalam bahan pengemas. Jadi pengemas ini dapat berinteraksi dengan isi yang
dikemas (dalam hal ini makanan) dan menjaga kondisi isi yang dikemas . Dengan kata lain
pengemas aktif menjaga kualitas nutris i dan keamanan secara mikrobiologi pada makanan yang
dikemasnya. Pengembangan pengemas aktif akan sangat menguntungkan pengusaha dan
konsumen . Produk akan tahan lebih lama dan tetap terlindungi.
Pengemas aktif memiliki banyak varian tergantung dari isi yang dikemasnya, akan tetapi
teknologi manufaktur dan formulasinya tetap berbasis material polimer . Varian pengemas aktif
dibedakan menurut bahan additivenya . Pengembangan pengemas aktif sangat diminati oleh
industri pengemas lokal namun masih terbentur dengan biaya teknologi yang harus dibayarkan
untuk menghadirkan pengemas aktif di Indonesia.
Pada tahun pertama kegiatan ini, akan dikembangkan pengemas aktif dengan
menggunakan material polimer polypropylene atau polyethylene yang dicampur dengan bahan
aditif yang berfungsi sebagai oxygen gas scavenger, ethylene gas scavenger dan antimicrobial
agent. Semua jenis aditif ini harus memenuhi standar keamanan pangan internasional. Kegiatan
ini diawali dengan inventarisasi
ekonominya. Selanjutnya dilakukan kajian tentang karakteristik proses pematangan dari produk
sayur atau buah berpotensi ekonomi tinggi untuk kemudian dilakukan desain material yang
sesuai. Material polimer dan aditif yang diperlukan diblending dan dibuat thin film. Target
kegiatan di tahun pertama ini adalah formulasi dan prototipe pengemas aktif untuk produk
sayur atau buah, di sam ping kajian teknologi pengemas aktif.
' , :;
PRAKATA
Dokumen ini disusun dan disampai ka n sebagai laporan kepada Kantor Kementerian
Riset dan Teknologi (KNRT) berkaitan den gan kegiatan Riset Insentif yang diberi judul :
Produksi Pengemas Aktif untuk Produk Panga n Segar Tahan lam a, yang sepenuhnya mendapat
pembiayaan dari KNRT Tahun Anggaran 2010. Kegiatan ini merupakan program satu tahun
(10 bulan), sehingga dokumen pelaporan ini merupakan dokumen laporan akhir yang memuat
hasil kegiatan mulai dari kajian, pemilihan material dan teknologi serta desain hingga
pem buatan pengemas akti f untuk produk pangan segar.
Pekerjaan ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa dukungan dari berbagai
pihak, baik dukungan dalam bentuk moril maupun materil. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Kantor Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT) atas dukungan dana untuk
Kami sadar bahwa hasil kegiatan dan laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
kami membuka diri terhadap kritik dan masukan yang membangun agar hasil dari kegiatan ini
dapat berguna. Akhirnya kami berharap laporan ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi
tim kerja kegiatan ini dan bagi pembaca pada umumnya.
~H8F5'7Jair591
DAFTAR lSI
Hal
2
4
RINGKASAN
PRAKATA
DAFTAR lSI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
8
9
BABI
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
37
BAB IV
METODOLOGI
38
BAB V
39
5. I.
39
5.2.
41
5.3.
44
BAB VI
51
6.1.
KESIMPULAN
51
6.2.
SARAN
51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
11
52
53
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel I.
Kelas respirasi dari beberapa produk pertanian pascapanen pada suhu SoC
12
Tabel2.
13
Tabel3.
16
Tabel4.
47
Tabel5.
49
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar I.
38
Gambar 2.
44
Gambar 3.
45
Gambar 4.
45
Gambar 5.
46
Gambar 6.
46
Gambar 7.
Desain Kemasan
48
Gambar 8.
49
Ii
7"
I ' i -~
BABI
PENDAHULUAN
Produksi pangan dalam negri yang melimpah, terutama pangan segar seperti sayur dan
buah-buahan, tidak dapat bersaing dengan produk impor dikarenakan salah satunya oleh sistem
distribusi pangan yang masih berantakan. Hal ini menyebabkan distribusi produk tidak dalam
kondisi optimum dan terjadi pembusukan produk. Padahal dengan semakin tingginya kesadaran
masyarakat akan kesehatan, sayur dan buah-buahan makin diminati dan dituntut kesegarannya
saat sampai ke konsumen. Untuk menjaga agar sayur dan buah dalam kondisi segar dan matang
dalam waktu lebih lama, maka perlu satu penanganan dari produk hortikultura ini. Dengan
pengemas yang baik maka masa segarnya (fresh-life) dapat diperpanjang, sekaligus juga dapat
memberikan tampilan yang menarik untuk pemasarannya.
Kondisi segar dan matang merupakan suatu tahapan perkembangan sebelum mencapai
tahap kelayuan (senesensi). Sayur dan buah yang memiliki laju respirasi yang cepat pada
umumnya akan lebih mudah rusak sehingga umur simpannya singkat. Sebaliknya sayur dan
buah yang memiliki laju respirasi rendah bisa mempunyai umur simpan yang lebih lama.
Penghambatan respirasi dapat dilakukan jika faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
proses tersebut diketahui, yang terdiri dari faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal ya ng
berpengaruh terhadap respirasi adalah
Suhu
ketersediaan oksigen
karbon dioksida
uap air
kandungan air,
fenol
etilen
merubah kondisi makanan yang dikemas untuk memperpanjang umur simpan atau untuk
meningkatkan keamanan pangan atau mempel1ahankan rasa untuk menjaga kualitas makanan.
Jenis pengemas ini dikenal dengan nama per.gemas aktif. Plastik yang akan jadi bahan baku
_:3ma adalah polietilena dan polipropilena tergantung dari kebutuhan karakteristik pengemas
:ang diperlukan. Sebelum dibuat lembaran plas tik film , polimer ini dicampur dengan additive,
:- ang teJah memenuhi standar keamanan pangan internasional, sehingga dapat dibuat
::-engemasan dengan:
oxyge n gas scavenger
antimicrobial agent
biodegradable agent
Kegiatan ini akan diawali dengan inventarisasi produksi sayur dan buah-buahan
nasional disertai potensi ekonominya dan kajian perkembangan teknologi pengemas aktif.
Selanjutnya dilakukan kajian tentang karakteristik proses pematangan dari produk sayur
atau buah berpotensi ekonomi tinggi untuk kemudian dilakukan desain material yang
sesuai. Material polimer dan aditifyang diperlukan diblending dan dibuat thinfilm. Target
kegiatan di tahun pertama ini adalah formulasi dan prototipe pengemas aktif untuk produk
sayur atau buah, di samping kaj ian teknologi pengemas aktif.
JlI
~, I
,.,.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Setelah dipanen, sayur dan buah-buahan terus hidup dan melakukan proses respirasi.
:':'ondisi segar dan matang merupakan suatu tahapan perkembangan sebelum mencapai tahap
,.;elayuan (senesensi). Sayur dan buah yang memiliki laju respirasi yang cepat pada umumnya
:;:"an lebih mudah rusak sehingga umur simpannya singkat. Sebaliknya sayur dan buah yang
:nemiliki laju respirasi rendah bisa mempunyai umur simpan yang lebih lama.
Selain respirasi, faktor yang mempengaruhi masa simpan adalah fotosintesa, transpirasi
dan pelayuan. Pad a proses fortosintesa terjadi proses kimia antara karbondioksida dan air
membentuk karbohidrat, oksigen dan air. Setelah panen, biasanya sinar yang diperlukan untuk
proses fotosintesa ini sering ditiadakan atau tidak mencukupi, sehingga produksi karbohidrat
berhenti pasca panen. Karenanya untuk menjaga kesegaran lebih lama, konsumsi karbohidrat
cadangan harus diminmalkan karena cadangannya terbatas. Dari proses transpirasi terjadi
pelepasan uap air dari jaringan tanaman ke lingkungan untuk mengatur suhu tetap normal
melalui proses pendinginan evaporative.
Jadi untuk mengembangkan pengemas yang dapat memperpanjang masa simpan (bco :
masa segar) sayur dan buah-buahan terlebih dahuJu harus mengetahui segala hal
~ a .. =
berhubungan dengan bagaimana periJaku buah tanaman setelah dipanen dan segal a ha l
mengenai penanganan pasca panen juga faktor-faktor yang mempengaruhi laj u re sp ir2si
sayuran dan buah. Dari data yang didapat kemudian dirancang karakteristik kemasan untu "
menjaga kesegaran produk disesuaikan dengan material dan teknologi yang ada.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam penanganan pasca panen buah dan sayuran
antara lain adalah:
1. Pertimbangan fisiologi
2. Pertimbangan fisik
3. Pertimbangan patologis
4. Pertimbangan lingkungan
5. Pertimbanganekonomi
6. Pertimbangan waktu
Ep."mt_mt~1ij
I.I.
Pertimbangan Fisiologi
1.1.a.
Laju Respirasi
Secara fisiologis bagian tanaman yang dipanen dan dimanfaatkan untuk konsumsi segar
adalah masih hidup, dicirikan dengan adanya aktivitas metabolisme yang dinamakan respirasi .
Respirasi berlangsung untuk memperoleh energi untuk aktivitas hidupnya. Dalam proses
respirasi ini, bahan tanaman terutama kompleks karbohidrat dirombak menjadi bentuk
karbohidrat yang paling sederhana (gula) selanjutnya dioksidasi untuk menghasilkan energi.
Hasil sampingan dari respirasi ini adalah C02, uap air dan panas (Salunkhe dan Desai, 1984).
Semakin tinggi laju respirasi maka semakin cepat pula perombakan-perombakan tersebut yang
mengarah pada kemunduran dari produk terse but. Air yang dihasilkan ditranspirasikan dan jika
tidak dikendalikan produk akan cepat menjadi layu. Sehingga laju respirasi sering digunakan
sebagai index yang baik untuk menentukan masa simpan pascapanen produk segar (Ryal dan
Lipton, 1972). Berbagai produk mempunyai laju respirasi berbeda, umumnya tergantung pada
struktur morfologi dan tingkat perkembangan jaringan bagian tanaman tersebut (Kays, 1991).
Secara urn urn, sel-sel muda yang tumbuh aktif cenderung mempunyai laju respirasi lebih tinggi
dibandingkan dengan yang lebih tua atau sel-sel yang lebih dewasa.
Laju respirasi menentukan potensi pasar dan masa simpan yang berkaitan erat dengan ;
kehilangan air, kehilangan kenampakan yang baik, kehilangan nilai nutrisi dan berkurangnya
nilai eita rasa. Masa simpan produk segar dapat diperpanjang dengan menempatkannya da lam
lingkunngan yang dapat memeperlambat laju respirasi dan transpirasi melalui penurunan suhu
produk, mengurangi ketersediaan 02 atau meningkatkan konsentrasi CO 2
dan menjaga
Tabel I. Kelas respirasi dari beberapa produk pertanian pascapanen pada suhu 5C.
Kelas respirasi
Sangat rendah
Rendah
Moderat
Tinggi
Sangat tinggi
Terlalu tinggi
Komoditi
Biji-bijian, kurma, buah kering dan beberapa sayuran
Apel, jeruk, anggur, kiwi, bawang putih dan merah, kentang yang
telah matang dan ketela ram bat.
Aprikot, pisang, cherry, peach, nectarine, kol, wortel , selada, tomat.
kentang.
Strawberry, bunga ko , lima bean, apokat.
Artichoke, snap bean , green onion, brussel sprout, cut flower.
Asparagus, brokoli , jamur pangan, pea, spinach, jagung manis .
OI . !J'
Ll .b.
~~ p
I ~:,'
Produksi Etilena
Etilena adalah senyawa organic hidrokarbon paling sederhana (C 21-14) berupa gas
berpengaruh terhadap proses fisiologis tanaman . Etilena dikategorikan sebagai hormon alami
untuk penuaan dan pemasakan dan secara fis iologis sangat aktif dalam konsentarsi sangat
rendah 0.005 uLlL) (Wills et al. , 1988). Klasifikasi komoditi hortikultura berdasarkan laju
respirasin ya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi komoditi hortiku ltura berdasarkan laju produksi eti lena
Klass laju produksi etilena
Sangat rendah
Rendah
Moderat
Tinggi
Sangat tinggi
Jeni s komoditi
Artichoke, asparagus, bunga kol , cherry, jeruk, delima,
strawberry, sayuran daun, sayuran umbi , kentang,
kebanyakan bunga potong .
Blueberry, cranberry, mentimun, terung, okra, olive,
kesemek, nenas, pumpkin, raspberry, semangka.
Pisang, jambu biji, melon, mangga, tomat.
Apel, apricot, alpukat, buah kiwi , nectarine, pepaya,
peach, plum.
Markisa, sapote, cherimoya, beberapa jenis ape!.
Sering selama pemasaran, beberapa jenis komoditi disimpan bersama, dan pada kondisi
Inl
etilena yang dilepaskan oleh satu komoditi dapat merusak komoditi lainnya. Gas hasil
bakaran minyak kendaraan bermotor mengandung etilena dan kontaminasi terhadap produk
yang disimpan dapat menginisiasi pemasakan dalam buah dan memacu kemunduran pada
produk non-klimakterik dan bunga-bungaan atau bahan tanaman hias. Kebanyakan bunga
potong sensitive terhadap etilena.
I.2.
Pertimbangan Fisik
Buah dan sayuran mengandung air sangat banyak antara 80-95% sehingga sangat lah
mudah mengalami kerusakan karena benturan-benturan fisiko Kerusakan fi sik dapat terjadi pada
seluruh tahapan dari kegiatan sebelum panen, selanjutnya pemanenan, penanganan, grading,
pengemasan, transportasi, penyimpanan, dan akhirnya sampai ke tangan konsumen. Kerusakan
yang umum terjadi adalah memar, terpotong, adanya tusukan-tu sukan , bagian yang pecah, lecet
dan abrasi . Kerusakan dapat pula ditunju kkan oleh dihasilkannya stress metabolat (seperti
getah), terjadin ya perubahan warn a coklat dari j ari ngan rusak, men gindu ksi produksi gas etilena
yang memacu proses kemunduran produ k. Kerusakan fisik juga memacu kerusakan baik
fisiologis maupun patologis (serangan mikroorgani sme pembusuk).
Secara morfologis pada jaringa n !uar permukaan produk segar dapat mengandung
bukaan-bukaan (Iubang) alami yan g di nam al-:an stomata dan lentisel. Stomata adalah bukaan
.11:
I' \'.
alami khusus yang memberikan jalan adanya pertukaraan uap air, C02 dan 02 dengan udara
sekitar produk. Tidak seperti stomata yang dapat membuka dan menutup, lenticel tidak dapat
menutup. Melalui lentisel ini pula terjadi pertukaran gas dan uap air. Kehilangan air dari produk
secara potensial terjadi melalui bukaan-bukaan alami ini. Laju transpirasi atau kehilangan air
dipengaruhi oJeh factor-faktor internal (karakteristik morfologi dan anatomi, nisbah luas
permukaan dan volume, pelukaan pada permukaan dan stadia kematangan) , dan factor eksternal
atau factor-faktor lingkungan (suhu, kelembaban , aliran udara dan tekanan atmosfer).
Pada permukaan produk terdapat jaringan yang mengandung lilin yang dinamakan
cuticle yang dapat berperan sebagai barier penguapan air berlebihan, serangan atau infeksi
1.3.
Pertimbangan Patologis
Buah dan sayuran mengandung air dalam jumlah yang banyak dan juga nutrisi yang
mana sangat baik bagi pertumbuhan mikroorganisme . Buah yang baru dipanen sebenarnya telah
dilabuhi oleh berbagai macam mikroorganisme (mikroflora) dari yang tidak menyebabkan
pembusukan sampai yang menyebabkan pembusukan. Mikroorganisme pembusuk dapa!
tumbuh bila kondisinya memungkinkan seperti adanya pelukaan-pelukaan, kondisi suhu dan
kelembaban yang sesuai dan sebagainya. Adanya mikroorganisme pembusuk pada buah dan
sayuran adalah merupakan factor pembatas utama di dalam memperpanjang masa simpan buah
dan sayuran.
Mikroorganisme pembusuk yang menyebabkan susut pascapanen buah dan sayuran
secara umum disebabkan oleh jamur dan bakteri. Infeksi awal dapat terjadi selama
pertumbuhan dan perkembangan produk terse but masih dilapangan akibat adanya kerusakan
mekanis selama operasi pemanenan, atau melalui kerusakan fisiologis aki bat dari kondisi
penyimpanan yang tidak baik. Pembusukan pada buah-buahan umumnya sebagai akibat infeksi
jamur sedangkan pada sayur-sayuran le bih banyak diakibatkan oleh bakteri. Hal ini
diperkirakan disebabkan oleh pH yang rendah (kurang dari 4.5) atau keasamannya yang tinggi
dibandingkan dengan sayuran yang pH nya rata-rata lebih besar dari 5.
Infeksi mikroorganisme terhadap produk dapat terjadi semasih buah-dan sayuran
terse but tumbuh dilapangan, namun mikroorganisme tersebut tidak tumbuh dan berkembang,
hanya berada di dalam jaringan. BiJa kondi sinya memungkinkan terutama setelah produk
tersebut dipanen dan mengalami
penanganan dan
penyimpanan lebih
lanjut,
maka
mikroorganisme tersebut segera dapat tumbuh dan berkembang dan menyebabkan pembusukan
yang serius. Infeksi mikroorganisme di atas di namakan infeksi laten. Contoh mikroorganisme
yang melakukan infeksi laten adalah Colletotrichul1I !'pp yang menyebabkan pembusukan pada
buah mangga, pepaya dan pisang. Ada pula mikroorganisme yang hanya berlabuh pada bagian
permukaan produk namun belum mampu menginfeksi. Infeksi baru dilakukan bila ada
pelukaan-pelukaan akibat operasi pemanenan, pasca panen dan pendistribusiannya.
Ada pula mikroorganisme seperti bakteri pembusuk, sepel1i Erwinia carolovora dan
Pseudomonas marginalis (penyebab penyakit bllsuk lunak) pada sayuran mampu menghasilkan
enzim yang mampu melunakkan jaringan dan setelah jaringan tersebut lunak baru infeksi
dilakukannya. Jadi jenis mikroorganisme ini tidak perlu menginfeksi lewat pelllkaan, namun
infeksi akan sangatjauh lebih memudahkan bila ada pelukaan-pelukaan
104.
Pertimbangan Lingkungan
Suhu adalah factor sangat penting yang paling berpengaruh terhadap laju kemunduran
dari komoditi pascapanen. Setiap peningkatan lOoC laju kemunduran meningkat dua sampai
tiga kali . Komoditi yang dihadapkan pada suhu yang tidak sesuai dengan suhu penyim panan
optimal, menyebabkan terjadinya berbagai kerusakan fisiologis. Suhu juga berpenga ruh
terhadap peningkatan produksi etilena, penurunan O2 dan peningkatan CO 2 yang bera kiba t tidak
baik terhadap komoditi. Perkecambahan spora dan laju pertumbuhan mikroorganisme
la i nn ~
I.5.
Pertimbangan Ekonomi
Kondisi ekonomis dan standard kehidupan konsumen adalah merupakan factor penting
..
~-~.::.
rendah dapat menjaga mutu buah lebih lama dengan kondisi lebih baik. Diperkirakan
-: ~ 0gj ini akan diadopsi secepatnya oleh petani di AS untuk meningkatkan mutu apel yang
- . ! dian dapat dijual pada saat tidak musimnya. Tetapi dalam realitanya, petani sangat ragu
~--:...i,
melakukan investasi untuk mengadopsi metode baru tersebut karena pasar belum siap
-7:-:l bayar lebih untuk mutu apel yang tinggi (Liu, 1988). Hal ini menunjukkan bahwa
: -. ::~a pan
metode penanganan sangat ditentukan oleh sejauh mana konsumen mau membayar
Tabel 3. Komponen mutu hasi l persepsi kelompok berbeda dalam sistem hortikultura
Petani
Warna
Ukuran
Bentuk
Hasil tinggi
Tahan penyakit
Mudah dipanen
Respon
terhadap
pemasakan terkendali
Dapat ditransportasi
d~ngan mudah
1.6.
Pedagang besar
(Wholesaler)
Warna
Ukuran
Bentuk
Kekerasan
Masa simpan
Keamanan
Ada-tidaknya cacat
Konsumen
Pengecer
Warna
Ukuran
Bentuk
Kekerasan
Masa simpan
Keamanan
Ada-tidaknya cacat
Warna
Ukuran
Bentuk
Kelembutan tekstur
Nilai nutrisi
Keamanan
eita rasa
Pertimbangan Waktu
Setelah produk dipanen, dia harus melalui satu seri proses sampai siap dipasarkan .
Jumlah dan jenis proses untuk produk secara individu ada lah beragam sesuai dengan kelompok
dari produk terse but. Pada dasarn ya, produk harus dievaluasi mutunya, diperlakukan bila
diperiukan, kemudian dikemas untuk pendisrr ibusiannya. Berbagai ragam proses selanjutnya
il'.I;-,111
-. II I ! ,JI~ ~'f
diberikan seperti pendinginan sebelum didi stribus ikan. Teknik pascapanen khusus terkadang
digunakan tergantung pada bagaimana produk le rsebut dipersiapkan untuk pasar.
Faktor yang sebenarnya sangat penting berpengaruh terhadap mutu keseluruhan produk
hortikultura adalah waktu. Karena mutu produk adalah puncaknya pada saat panen, semakin
lama periode antara panen dan konsumsi , maka semakin besar susut mutunya. Dengan
demikian dalam pendistribusiannya harus dilakukan dengan baik karena kerusakan mutu
berlangsung cepat.
Kematangan suatu produk akan menentukan :
Mutu
Masa simpan dan masa pasar
Cara yang sesuai untuk penanganan, transportasi dan pemasaran prod uk.
Kematangan hortikultura adalah berdasarkan pada mana produk telah mencapai stadia
perkembangan tertentu yang dapat memuaskan konsumen dalam penggunaannya. Perlu adanya
pembedaan yang jelas antara kematangan fisiologis dan kematangan hortikultura.
Untuk lebih jelasnya maka berikut ini adalah definisi dari beberapa terminasi yang
sering digunakan para ahli dibidang pascapanen hortikultura.
Perkembangan (development): seri dari proses muJai dari awaJnya pertumbuhan atau inisiasi
pertumbuhan sampai pada kematian tanaman atau bagian tanaman.
Pertumbuhan (growth): Peningkatan atribut-alribul (karakterislik) fisik dari lanaman alau bagian tanaman ya ng
berkembang.
Kematangan
(maturation):
Stadia
perkembangan
yang
menuju
pada
tercapainya
mengalami
kematangan
pad a pertengahan
stadia
I.
Pemasakan (ripening): Proses yang terjadi da ri stad ia akhir pertumbuhan dan perkembangan
sampai pada awal stadia pelayuan yang mengakibatkan timbulnya karakteristik mutu .
sensoris lainnya.
Pelayuan (senescence): Proses yang mengi kuti kematangan fisiologis atau kematangan
Prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam penanganan pasca panen agar kesegaran
sayuran dan buah berlangsung lebih lama adalah:
Kerusakan Fisik - Fisiologis : perubahan yang terjadi pada fisik tanaman karena proses
fisiologi (hidup) seperti perubahan warna, bentuk, ukuran, lunak, keras, alot, keriput, dll.
Juga bisa terjadi timbul aroma, perubahan rasa, peningkatan zat-zat tertentu dalam hasil
tanaman tersebut.
Kerusakan Mekanis: kerusakan karena benturan, gesekan, tekanan, tusukan, baik antar hasil
tanaman tersebut atau dengan bend a lain . Kerusakan ini umumnya disebabkan tindakan
manusia atau karena kondisi hasil tanaman tersebut (permukaan tidak halus atau merata,
berduri, bersisik, bentuk tidak beraturan, bobol ri nggi, kulit tipis, dl!.). Kerusakan mekanis
(primer) sering diikuti dengan kerusakan bi o!ogis (sekunder)
Kerusakan Biologis: kerusakan yang dise babkan dari dalam tanaman, seperti pengaruh
etilena. Kerusakan biologis juga bisa dari luar seperti hama dan penyakit
II.3.
Penanganan pasca panen harus dilakukan dengan hati-hati dan mengikuti kaidah-kaidah
yang ditentukan untuk menghindari kerusakan apapun penyebabnya dalam penanganan pasca
panen dengan menggunakan teknologi yang sesuai dengan tujuan penanganan. Di samping itu
harus juga mempertimbangkan hubungan biaya dan pemanfaatan.
Dalam penanganan pasca panen harus diperhatika faktor biologis dan faktor lingkungan
yang berpengaruh pada kerusakan hasil tanaman. Factor biologis diantaranya repirasi,
transpirasi, pertumbuhan lanjut, produksi etilena, ham a penyakit. Sedangkan faktor lingkungan
an tara lain temperatur, kelembaban, komposisi udara, cahaya, an gin, tanah/media.
Penanganan pasca panen yang baik akan menekan kehilangan, baik dalam kualitas
maupun kuantitas, mulai dari penurunan kualitas sampai komoditas tersebut tidak layak pasar
atau tidak layak dikonsumsi. Untuk menekan kehilangan tersebut perlu diketahui sifat biologi
hasil tanaman yang ditangani (struktur dan komposisi hasil tanaman), dasar-dasar fisiologi
pasca panen (respirasi, transpirasi, produksi etilena), dan teknologi penangan pasca panen yang
sesual.
Dibanding dengan melakukan usaha peningkatan produksi, melakukan penanganan
pasca panen yang baik mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
-
Lebih murah melakukan penanganan pasca panen (misalnya dengan penangan yang hati
hati, pengemasan) dibanding peningkatan produksi yang membutuhkan input tambahan
(seperti pestisida, pupuk, dll) .
Risiko kegagalan lebih kecil. Input yang diberikan pada peningkatan produksi bila gagal
bisa berarti gagal panen. Pada penanganan pasca panell, bila gagal umumnya tidak
menambah "kehilangan".
- Menghemat energi karen a energi yang digunakan untuk memproduksi hasil yang kemudian
"hi lang" dapat dihemat.
Waktu yang diperlukan lebih singkat : pengaruh perlakuan untuk peningkatan produksi baru
terlihat dalam 1 - 3 bulan, yaitu saat panen; sedangkan pengaruh penanganan pasca panen
dapat terlihat 1 - 7 hari setelah perlakuan )
Melakukan penanganan pasea panen yang bai \. ; dapat meneegah kehilangan nutrisi, berarti
perbaikan nutrisi bagi masyarakat.
Mengurangi sampah, terutama di kota- kola dan ikut mengatasi masalah peneemaran
lingkungan.
Proses metabolik yang terpenting sesudah panen adalah respirasi yang meliputi
perombakan substrat yang lebih besar. Namun demikian, tidak selalu aktivitas metabolik ini
bersifat katabolik yang merugikan, melainkan bisa menguntungkan seperti sintesa pigmen,
enzim dan senyawa lain khususnya perubahan-perubahan yang terjadi selama pemasakan
(Winarno, 1993).
Respirasi merupakan pemeeahan bahan-bahan kompleks dalam sel, seperti gula dan
asam-asam organik menjadi molekul sederhana seperti karbondioksida dan air, bersamaan
dengan terbentuknya energi dan molekul lain yang dapat digunakan sel untuk reaksi sintesa
(Wills et al., 1981). Reaksinya bisa dituliskan sebagai berikut:
C6 H I2 06 + 02
--.~ C02
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh ketesediaan substrat. Tersedianya substrat pada
tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan
kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula.
Demikian sebaliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan
meningkat (Pradana, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi terbagi dua, yaitu ;
1. Faktor internal
Semakin tinggi tingkat perkembangan organ, semakin banyak jumlah CO 2 yang dihasilkan.
Susunan kimiawi jaringan mempengaruhi laju respirasi, pada buah-buahan yang banyak
mengandung karbohidrat, maka laju respirasi akan semakin eepat. Produk yang lebih keei I
ukurannya mengalami laju respirasi lebih cepat daripada buah yang besar, karena
mempunyai permukaan yang lebib luas yang bersentuhan dengan udara sehingga lebih
banyak 02 berdifusi ke dalam jaringan. Pada produk-produk yang memiliki lapisan kulit
yang tebal, laju respirasinya rendah, dan pada jaringan muda proses metabolisme akan lebih
aktifdari padajaringan lebih tua (Pantastic o, 1993).
';
Faktor eksternal
Umumnya laju respirasi meningkat 2-2,5 kali tiap kenaikan lOC. Pemberian etilena pada
tingkat pra-klimaterik, akan meningkatkan respirasi buah klil1laterik. Kandungan oksigen pada
ruang penyimpanan perlu diperhatikan karena sel1lakin tinggi kadar oksigen, maka laju respirasi
sel1lakin cepat. Konsentrasi C02 yang sesuai dapat l1lemperpanjang Ul1lur sil1lpan buah-buahan
dan sayuran karena terjadi gangguan pada respirasinya. Kerusakan atau luka pada produk
sebaiknya dihindari, karena dapat l1lemacu terjadinya respirasi, sehingga ul1lur simpan prod uk
semakin pendek (Pantastico, \993).
C2~
rendah
f.
,.
pengemasan
atmosfir
termodifikasi
(Modified
Atmosfer
Packaging/MAP),
pengemasan aktif (Active Packaging) dan Smart Packaging, bertujuan untuk semaksimal
mungkin meningkatkan keamanan dan mutu bahan sebagaimana bahan alaminya (Julianti dan
Nurminah, 2006).
adalah
pengemasan
prod uk
dengan
menggunakan bahan kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas sehingga konsentrasi
gas didalam kemasan berubah dan in i menye babkan laju respirasi menurun, mengurangi
pertumbuhan mikroba, mengurangi
kerusa ~a n
:h lam teknologi MAP jenis kemasan yang digunakan sangat menentukan keberhasilannya
_l tuk dapat memperpanjang masa simpan produ k honikultura (Kader dan Watkins, 2000).
Udara termodifikasi (UT) sering digunakan bergantian dengan udara terkendali. Yang
jimaksud dengan cara penyimpanan dalam OT adalah penambahan C02, penurunan 02, dan
.;andungan N2 tinggi dibandingkan dengan udara biasa. Cara ini tidak hanya mengurangi
"~o nsentrasi
02 tetapi juga mempercepat difusi etilena keluar dari jaringan buah, dan dengan
02 lebih rendah dan konsentrasi C02 lebih tinggi dibanding normal yang dicapai melalui
kemasan. Ada dua tipe MAP yaitu :
a. MA aktif yaitu penyimpanan dengan modifikasi atmosfir dimana udara di dalam kemasan
awalnya dikontrol dengan menarik semua udara dalam kemasan kemudian diisi kembali
dengan udara dan konsentrasinya diatur sehingga keseimbangan langsung dicapai
b. MA pasifyaitu keseimbangan antara 02 dan C02 diperoleh melalui pertukaran udara dalam
kemasan (mengandalkan permeabi litas kemasan) (Zagory dan Kader, 1988).
~tffMW
LOll
pada tekanan tinggi, mudah di kel im dan harganya murah. Plastik ini mempunyai
.ekuatan terhadap kerusakan dan ketahanan unru k putus yang tinggi. Polietilena merupakan
:l lm yang lunak, transparan dan fleksibel, mempun yai kekuatan benturan dan kekuatan sobek
:. ang baik. Sifat-sifat plastik polietilena adalah :
- Tembus pandang (transparan), bersih danjernih
- Tahan terhadap suhu tinggi (300 C)
- Permeabilitasnya terhadap uap air dan gas rendah
- Tahan terhadap pelarut organik seperti asam-asam organik dari buah-buahan, sehingga dapat
digunakan untuk mengemas minuman sari buah (Julianti dan Nurminah, 2006).
Permeabilitas film akan meningkat dengan meningkatnya suhu, dan hal ini perlu
diperhitungkan dengan teliti sebelum memilih jenis film kemasan yang akan digunakan. Dalam
beberapa hal peningkatan permeabilitas ini diinginkan, misalnya pada produk-produk yang
berespirasi, yaitu untuk mencegah terjadinya respirasi anaerob (Julianti dan Nurminah, 2006).
IV.2.
Penjerap oksigen (oxygen scavenger) digunakan untuk menjerap oksigen yang terJibat
langsung daJam respirasi. Penurunan konsentrasi 0 2 (atau sebaliknya, peningkatan konsentrasi
CO 2) hingga konsentrasi yang belum memicu terjadinya fermentasi menjadi salah satu
parameter utama teknologi pengemasan buah. Pada umumnya, penurunan O2 akan menuru nkan
laju respirasi , yang selanjutnya akan menghambat pemasakan buah, sehingga mampu
memperpanjang masa simpannya. Walaupun bahan pangan dapat dikemas dengan teknologi
MAP atau bahkan dalam kemasan vakum, cara-cara tersebut tidak menjamin dapat
menghilangkan O2 secara sempurna. Selain itu, O2 yang mampu menembus plastik kemasan
tidak mampu dihilangkan dengan teknologi kemasan tersebut. Untuk itu diperlukan penjerap
oksigen yang mampu menyerap O2 pascakemas didalam kemasan (Food tech 06, 2008).
IV.3.
Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk kehidupan
serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk
utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan antioksidan karena sangat mudah
teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam . oleh karena itu penggunaaan vitamin C sebagai
antioksidan semakin sering dijumpai (\\ ikiped ia . 2009).
' j'-1i';U l
- 'q l~
Pada umumnya teknologi penjerapan oksigen menggunakan satu atau lebih konsep
berikut ini: oksidasi asam askorbat, oksidasi serbuk Fe , oksidasi pewarna peka-cahaya, oksidasi
enzimatik (misalnya enzim glukosaoksidase dan alkoholoksidase), asam lemak tak jenuh
(misalnya asam oleat atau linolenat, dan ragi (veost) , Oiantara bahan tambahan tersebut, asam
askorbat (vitamin C) di anggap yang paling luas penerimaannya oleh konsumen , Adapun reaksi
yang terjadi dengan asam L-askorbat adalah :
Asam L-askorbat + O2
---.~
dengan bantuan enzim (oksidasi atau peroksidase). Artinya, keberadaan asam L-askorbat aktif,
O2 di dalam akan menurun karena digunakan untuk mengoksidasi asam L-askorbat. Akibatnya
respirasi buah menurun, dan masa simpan dapat diperpanjang (Muchtadi, 2008).
Oi dalam perkembangan penelitian pada buah duku, bahan aditif asam L-askorbat
ternyata terbukti lebih efektif dibandingkan KMn04. Hal ini didasarkan pada pertimbangan
bahwa baik bahan aditif asam L-askorbat maupun KMn04 sarna efektifnya dalam
memperpanjang masa simpan duku dan mempertahankan kandungan asam L-askorbat dalam
buah_ Namun tingkat kemanisan buah duku dengan bahan aditif asam L-askorbat terbukti lebih
tinggi daripada yang berbahan aditif KMn04. Selain itu, dibandingkan dengan KMn04, bahan
aditif asam L-askorbat tampaknya lebih aman, baik dari segi kesehatan maupun lingkungan
(Food tech 06, 2008) .
IVA.
Serbuk besi
Adsorben oksigen dipasarkan pertama sekali di Jepang tahun 1977 yaitu berupa besi
yang dimasukkan ke dalam kantung (sachet). Sejak itu desain dan aplikasi dari ad sorber
oksigen terus berkembang dan Jepang merupakan negara prodllsen terbesar di dunia. Adsorber
oksigen yang tersedia saat ini pada umllmnya berupa bubuk besi (iron powder), di mana 1 gram
besi akan bereaksi dengan 300 ml 02. Kelemahan dari bes i sebagai adsorber oksigen adalah
tidakdapat melalui detektor logam yang biasanya dipasang pada jalur pengemasan (Julianti dan
Nurminah , 2006).
IV.S.
Ba(OHh
Barium tidak pernah ditemukan di alam dalam bentuk murni karena sifatnya yang
reaktif dengan udara. Oapat men ye rap air dan karbondioksida dengan efektif dan tidak
ditemukan sebagai mineral. Pada dosis rendah , barium bertindak sebagai stimulan otot,
sedangkan dosis yang lebih tinggi mempengaruhi sistem syaraf, menyebabkan penyimpangan
jantung, tremor, kelemahan, kegelisahan, dyspnea (Wikipedia, 2006).
,'f,~.
11='.i.
IV.6.
.1 .
...
:'1' \
Ca(OHh
Untuk mempertahankan mutu tomat dalam jangka waktu yang relatif lama, cara paling
lludah, murah dan aman bagi tomat-tomat da lam negeri ada lah menyimpannya dalam kotak
:';'ayu. Kotak tersebut higroskopis sehingga dapat menyerap H20 dan di bagian bawahnya d iberi
;":apur tohor atau Ca(OH)2 untuk mengikat CO2 . Kemasan ini harus di simpan di tempat yang
;";' ering dan teduh sehingga penimbunan etilena dapat ditekan . Bila buah tomat yang disimpan
masih berwarna kehijau-hijauan, penyimpanan dengan cara ini dapat menahan kesegaran buah
lOmat sampai seminggu (Kanara, 2009).
v.
yang ramah lingkungan, produk yang lebih alami dan tanpa menggunakan bahan pengawet.
Industri-industri pengolahan pangan juga berusaha untuk meningkatkan masa simpan dan
keamanan dari prod uk. Teknologi pengemasan bahan pangan yang modem mencakup
pengemasan atmosfir termodifikasi (Modified Atmosfer Packaging/MAP), pengemasan aktif
(Active Packaging) dan Smart Packaging, bertujuan untuk semaksimal mungkin meningkatkan
I~
: -
roll
:-lahal (relatif terhadap harga produk yang dikemas), ramah lingkungan, mempunyai nilai
: stetika yang dapat diterima dan sesuai untuk sistem distribusi.
V.I.
PENGERTIAN
Istilah lain dari kemasan aktif (active packaging) adalah smart, interactive, clever atau
:illelligentpackaging. Defenisi dari kemasan aktif adalah teknik kemasan yang mempunyai
sebuah indicator eksternal atau internal untuk menunjukkan secara aktif perubahan prod uk serta
menentukan mutunya. Kemasan akif disebut sebagai kemasan interaktif karena adanya interaksi
aktif dari bahan kemasan dengan bahan pangan yang dikemas. Tujuan dari kemasan aktif atau
~ nteraktif adalah
- penyerap etilena
- penyerap air
- bahan antimikroba
- heating/cooling
- bahan penyerap (absorber) dan yang dapat mengeluarkan aromalflavor
- pelindung cahaya (photochromic)
Kemasan akti f juga dilengkapi dengan indikator- indikator yaitu :
- time-temperature indicator yang dipasang di permukaan kemasan
- indikator 02
- indikator C02
- indikator physical shock (kejutan fisik)
- indikator kerusakan atau mutu, yang bereaksi dengan bahan-bahan volatil yang dihasilkan
dari reaksi-reaksi kimia, enzimatis danJatau kerusakan mikroba pada bahan pangan.
Jenis-jenis indikator ini disebut indikator ineraktif atau smart indicator karena dapat
berinteraksi secara aktif dengan komponen-komponen bahan pangan. Alat pemanas pada
microwave seperti susceptors dan metode pengaturan suhu lainnya juga dapat digunakan dalam
Ii ~
. -, ;
Meningkatkan atribut produk (misalnya penampilan, rasa, f1avor, aroma dan lain-lain)
Memberikan respon secara aktif terhadap perubahan prod uk atau lingkungan kemasan
Mengkomunikasikan informasi prod uk, riwayat produk (product history) atau kondisi
untuk penggunanya.
V.2.
ABSORBER OKSIGEN
Absorben oksigen secara dipasarkan pertama sekali di Jepang tahun 1977 yaitu berupa
absorber berupa besi yang dimasukkan ke dalam kantung (sachet). Sejak itu disain dan aplikasi
.jari aborber oksigen terus berkembang dan Jepang merupakan negara produsen terbesar di
dunia dengan produksi 7 biliyun sachet pertahun, sedangkan USA menmproduksi beberapa
ratus juta sachet pertahun dan beberapa puluh juta di Eropa.
Absorber oksigen umumnya digunakan untuk menyerap oksigen pada bahan-bahan
pangan seperti hamburger, pasta segar, mie, kentang goreng, daging asap (sliced ham dan
sosis), cakes dan roti dengan umur simpan panjang, produk-produk konfeksionari, kacang
kacangan, kopi, herba dan rempah-rempah. Penggunaan kantung absorber 02 memberikan
keuntungan khususnya untuk produk-produk yang sensitif terhadap oksigen dan cahaya seperti
produk bakery dan pizza, daging ham yang dimasak dimana pertumbuhan jamur dan perubahan
\Varna merupakan masalah utamanya.
Keuntungan penggunaan absorber oksigen sarna dengan keuntungan dari iv1AP ; airu
dapat mengurangi konsentrasi oksigen pada level yang sangat rendah (ultra-low leve!) , suatu
hal yang tidak mungkin diperoleh pada kemasan gas komersial. Konsentrasi oksigen yang
tinggi di dalam kemasan dapat meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme, menurunkan nilai
gizi bahan pangan, menurunkan nilai sensori (flavor dan warna) serta mempercepat reaksi
oksidasi lemak yang menyebabkan ketengikan pada bahan pangan berlemak.
Bahan penyerap oksigen secara aktif akan menurunkan konsentrasi oksigen di dalam
headspace kemasan hingga 0.01 %, mencegah terjadinya proses oksidasi, perubahan warn a dan
pertumbuhan mikrooorganisme. Jika kapasitas absorber mencukupi, maka absorber juga dapat
menyerap oksigen yang masuk ke daJam head-space kemasan melalui lubang-Jubang dan
memperpanjang umur simpan bahan yang dikemas.
Keuntungan lain dari penggunaan absorber oksigen adalah biaya investasinya lebih
murah dibandingkan biaya pengemasan dengan gas. Pada dasarnya untuk pengemasan aktif
hanya dibutuhkan sistem sealing. Keuntungan ini menjadi lebih nyata apabila diterapkan untuk
kemasan bahan pangan berukuran kecil hingga medium, yang biasanya memerlukan investasi
.i l :" P"I.
";1 : .
~cralatan
yang besar. Sebaliknya, kelemahan dad kemasan aktif adalah kemasan ini visible
-::chet atau labelnya terlihat jelas) sedangkan pada kemasan gas , maka gasnya tidak terlihat
-.bsorber oksigen yang tersedia saat ini pada umumnya berupa bubuk besi (iron powder) ,
: ~m ana
1 gram besi akan bereaksi dengan 300 ml 02 . Kelemahan dari besi sebagai absorber
:. ~ sigen
adalah tidak dapat melalui detektor logam yang biasanya dipasang pada jalur
;: engemasan. Masalah ini dapat dipecahkan dengan menggunakan absorber oksigen berupa
~ am
askorbat atau enzim. Ukuran penyerap oksigen yang digunakan tergantung pada jumlah
':!": sigen pada head-space, oksigen yang terperangkap di dalam bahan pangan (kadar oksigen
3\\'al) dan jumlah oksigen yang akan masuk dari udara di sekitar kemasan selama penyimpanan
!aju transmisi oksigen ke dalamkemasan), suhu penyimpanan, aktivitas air, masa simpan yang
': iharapkan dari bahan pangan tersebut. Absorber oksigen lebih efektif jika digunakan pada
.;cmasan yang bersifat sebagai barrier bagi oksigen, karena j ika tidak maka absorber ini akan
:epat menjadi jenuh dan kehilangan kemampuannya untuk menyerap oksigen.
Ukuran absorber oksigen yang ada di pasar bervariasi dengan kemampuan penyerapan
:mtara 20-2,000 ml 02, dan digunakan pada suhu ruang, tetapi beberapa jenis lainnya dapat
bereaksi pada suhu dingin bahkan suhu beku. Absorber oksigen juga dapat digunakan pada
Jerbagai type bahan pangan dari yang kadar airnya rendah, intermediet sampai tinggi selta pada
~ aban-bahan
Di Amerika Serikat absorber 02 juga digunakan pada kemasan botol bertutup, sepeni
bir yang sangat sensitif terbadap 02. Teknologi moderen memungkinkan pengisian dan
penutupan tutup botol dengan menyi sakan oksigen < 500 ppb di dalam botol. Tetapi 02 masih
dapat berpenetrasi ke dalam botol melalui tutup botol, meskipun tekanan di daJam botol
mencapai 3 atm. Permeasi ini difasilitasi oleb tekanan parsial 02 di dalam kemasan yang
rendab. Proses oksidasi flavor bir ini dapat dicegab
dengan penambaban antioksidan seperti S02 dan asam askorbat, tetapi saat
1111
penggunaan
-....=. ! ini diperlukan untuk mencegah pecahnya kemasan, terutama pada produk-produk yang
r::sitive terhadap adanya perubahan konsentrasi C02 yang mendadak seperti keripik kentang.
C') 2 yang dihasilkan dapat larut di daJam fase cair atau fase lemak dari produk, dan ini akan
'- .:,ngakibatkan terjadinya perubahan flavor. Penggunaan lain dari adsorber dan generator C02
- i adalah pad a kopi bubuk. Kopi yang di sangrai (roasted) dapat mengeluarkan sejumlah C02,
':"~ :1
=.asanya digunakan untuk menyerap C02 adalah kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dengan
::":~t ivitas
VA.
air yang cukup, yang dapat bereaksi dengan C02 membentuk kalsium karbonat.
ABSORBER ETILENA
Etilena adalah hom1on tanaman yang dihasilkan selama pematangan buah dan sayuran.
Etilena dapat memberikan pengaruh yang negatif terhadap prod uk segar, karena etilena akan
T:lempercepat proses pematangan pada produk seperti pisang dan tomat, sehingga produk
::1 enjadi cepat busuk, tetapi jika digunakan pada produk seperti jeruk, maka dapat
",enghilangkan warna hijau (degreening) sehingga dihasilkan jeruk dengan wama kuning yang
merata, dan penampilannya lebih baik. Secaraumum, etilena merupakan bahan yang tidak
diinginkan untuk penyimpanan produk segar, sehingga etilena harus disingkirkan dari
iingkungan penyimpanan, hal ini disebabkan karena :
dalam jumlah sedikit sudah dapat menurunkan mutu dan masa simpan produk
dapat meningkatkan laju respirasi sehingga akan mempercepat pelunakan Jarmgan dan
kebusukan buah.
Mempercepat degradasi klorofil yang kemudian akan menyebabkan kerusakan-kerusakan
pasca panen lainnya.
Penyerap etilena yang dapat digunakan adalah potasium pennanganat (Kmn04), karbon
aktif dan mineral-mineral lain, yang dimasukkan ke dalam sachet. Bahan yang paling banyak
digunakan adalah kalium permanganat tang diserapkan pada silika gel. Permanganat akan
mengoksidasi etilena membentuk etanol dan asetat. Bahan penyerap etilena ini mengandung 5%
Kmn04 dan dimasukkan ke daJam sachet untuk mencegah keluarnya Kmn04 karena Kmn04
bersifat racun. Jenis penyerap etilena Jainnya adalah :
penyerap berbentuk katalis logam seperti pallaidum yang dijerapkan pada karbon aktif.
Etilena diserap dan kemudian diuraikan dengan menggunakan katalis
karbon aktif yang mengandung bromin, tetapi penggunaannya harus hati-hati karena dapat
membentuk gas bromin j ika sachet tersentuh dengan air.
mineral-mineral yang mempunyai kemampuan menyerap etilena seperti zeolit, tanah liat
dan batu Oya dari Jepang, dilaporkan telah digunakan sejak ribuan tahun lalu untuk
penyimpanan produk segar. Dari hasil penelitian diketahui bahwa produk yang di kemas
dalam kemasan PE yang di dalamnya terdapat beberapa jenis mineral mempunyai masa
simpan yang lebih panjang dibanding yang dikemas tanpa mineral. Hal ini mungkin
disebabkan oleh terbukanya pori-pori dari bahan polimer oleh mineral yang terdispersi,
sehingga trejadi pertukaran gas di dalamnya.
Kombinasi diena dan triena yang defisien elektron pada bahan kemasan. Hasil penelitian
menunjukkan kombinasi tetrazine yang bersifat hidrofilik dengan polimer PE yang bersifat
hidrofobik dapat menurunkan konsnetrasi etilena selama 48 jam. Tetrazine akan berubah
warnanya jika sudah jenuh dengan etilena, sehingga dapat digunakan sebagai indikator.
V.S.
Akumulasi air pada kemasan dapat disebabkan oleh transpirasi produk hortikultura,
.'eluarnya air dari jaringan pada daging atau f1uktuasi suhu pda kemasan yang kadar airnya
:inggi. Adanya air pada kemasan dapat memacu pertumbuhan mikrobia serta terbentuknya
:';'abut pada permukaan film kemasan, sehingga air dan uap air yang ada pada kemasan harus
:, e luarkan.
Lapisan absorber untuk uap air (Drip-absorber pad) biasanya digunaka n umu'
pengemasandaging dan ayam, terdiri dari granula-granula polimer superabsorbent di antara dua
lapisan polimer mikroporous atau non-woven yang bagian pinggirnya dikelim. Absorber ini
akan menyerap air serta mencegah perubahan warna dari produk dan kemasan. Polimer yang
sering digunakan untuk menyerap air adalah garam poliakrilat dan kopolimer dari patio Polimer
5uperabsorben ini dapat menyerap 100-500 kali dari beratnya sendiri . Alat yang sama dengan
skala yang lebih besar digunakan untuk menyerap lelehan es pada transportasi ikan segar dan
hasillaut lain melalui udara .
Penurunan kelembaban relatif di sekitar kemasan akan menurunkan aktivitas air di
permukaan bahan pangan, sehingga dapat memperpanjang umur simpannya. Kondisi ini dapat
diperoleh dengan cara menyerap air dalam bentuk fase uapnya sehingga penggunaan humektan
lebih efektif daripada polimer superabsorbing. Perusahaan Showa Denko Co., di Jepang telah
mengembangkan film (Pichit) yang dapat menyerap uap air dan digunakan untuk rumah tangga.
Film ini dilaminasi dengan propilen glikol dan polivinil alkohol (PVA). Film PYA akan
menahan glikol tapi permeabilitasnya terhadap air sangat tinggi. Bahan pangan dibungkus di
dalam selofan kemudian dimasukkan ke dalam kantung Pichit dan disimpan dalam refrigerator.
Perbedaan aktivitas air antara bahan pangan dan glikol berarti bahwa air ditarik dari permukaan
bahan pangan dan diabsorbsi oleh film. Pengaruh yang diinginkan, misalnya mengeringnya
permukaan biasanya akan terjadi dalam waktu 4-6 jam. Masa simpan ikan yang disimpan
dikemas dengan bahan penyerap air ini 3-4 hari lebih panjang dari pada ikan yang dikemas
tanpa penyerap air. Kantung Pichit dapat digunakan kembali yaitu untuk 10 kali penggunaan
setelah bahan yang dikemas dikeluarkan dengan cara mencuci kantung di dalam air dan
dikeringkan.
Penambahan bahan anti kabut (anti fog) yang dicampur dengan resin polimer sebelum
proses ekstrusi dapat mencegah timbulnya kabut dan embun di permukaan kemasan. Bahan
amfifilik akan menurunkan tegangan permukaan di antara polimer dan konsendasi air,
akibatnya tetesan air akan menyebar sebagai lapisan tipis yang transparan di permukaan film
polimer. Konsumen akan dapat melihat dengan jelas produk yang ada di dalamnya, tetapi air
masih tetap ada dan berpotensi untuk menyebabkan kebusukan. Oleh karena itu, perlakuan ini
hanya digunakan untuk memperindah bentuk kemasan aktif tapi tidak untuk memperpanjang
masa simpannya.
V.6.
ETHANOL EMITTERS
.1
",an kondisi yang steril. Kelemahan dari penggunaan uap etanol untuk tujuan pengawetan
- -Iah : pembentukan aroma yang tidak diinginkan pada bahan pangan, absorpsi dari head
..:ce oleh bahan pangan, pada beberapa kasus konsentrasinya pada produk meningkat 2 kali
- '-~ :i
konsentrasi awal sehingga menimbulkan masalah dalam standard mutu. Jika sebelum
w onsumsi produk dipanaskan terlebih dahulu dengan oven , maka etanol yang terakumulasi
: =:lagian besar akan diuapkan . Oleh karena itu produk yang mengandung ethanol emillers
.=ndaknya dipanaskan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
V.7.
dengan tekanan uap yang tinggi pada suhu penyimpanan. Teknologi ini hendaknya
tidak digunakan untuk menutupi kerusakan produk dari konsumen, misalnya untuk menutupi
adanya perubahan bau oleh mikrobia. Sebaliknya kemasan harus dapat mempertahankan
Komponenkomponen produk pangan yang diinginkan, misalnya zat gizi.
Kelemahan ini dapat diatasi dengan membuat absorber oksigen sebagai bag ian dari
kemasan, dengan cara mengintegrasikan absorber oksigen dengan film polimer, adhesif, tinta
atau bahan pelapis (coating). Substrat yang mengkonsumsi oksigen dapat berupa polimer itu
sendiri atau komponenkomponen lain pada kemasan yang mudah teroksidasi. Absorber oksigen
yang dapat dicampur dengan film polimer adalah sui pit logam, asam asakorbat dan besi.
Penggunaan ad sorber oksigen yang dicampur dengan bahan kemasan menimbulkan
masalah, yaitu film kemasan tersebut harus stabil pada kondisi udara biasa sebelum digunakan
sebagai bahan kemasan, atau film kemasan tersebut tidak boleh menyerap oksigen sebelum
bahan pangan dikemas
mekanisme aktivasi yang memicu kemampuan film untuk menyerap oksigen, pada sistem
5~;~ aatt3tdai1;s.91
:-;:;n asan. Misalnya dengan menambahkan katalis pad a saat pengisian produk atau memaparkan
. aya pada kemasan sehingga reaksi penyerapan oksigen dapat terjadi.
Hasil penelitian di Australia menunjukkan bahvva reaksi penyerapan oksigen oleh besi
":-Tiangsung sangat lambat. Oleh karena itu para peneliti kemudian mengembangkan zat warna
::ng sensitif terhadap cahaya yang dicampur dengan film polimer, ketika film diiradiasi dengan
--li ar ultra violet, zat pewarna akan mengaktivasi 02 ke bentuk singletnya sehigga reaksi
: =ngeluaran oksigen menjadi lebih cepat. Metode lain adalah meningkatkan kadar air untuk
- ::micu reaksi penyerapan oksigen. Penggunaan sebuah permukaan reaktor enzim yang terdiri
..:ari campuran enzim enzim glukosa oksidase dan katalase juga merupakan cara lain untuk
-.1~ngatur
~,)I iolefin
seperti PE dan PP karena kedua kemasan ini merupakan substrat yang baik untuk
oksigen lebih kecil daripada absorb en oksigen yang dimasukkan ke dalam sachet.
Oleh karena itu aplikasinya sebelum dipasarkan masih harus mempertimbangkan segi-segi
~ k onomisnya.
I':_!
..
I~
rT :.1
dengan cara mencampurnya ke dalam bahan kemasan yang kemudian dalam jumlah
:ecil akan bermigrasi ke dalam bahan pangan . Cara ini efektif diberikan pada kemasan vakum
"arena bahan kemasan dapat bersentuhan langsung dengan permukaan panan. Bahan yang
~ empunyai
"sam
organik,
ester dan
sorbat,
serta
bahan
kitosan,
Peptida yang terikat secara kovalen dengan resin tidak larut air dan mempunyai aktivitas
Antimikroba
Polimer yang permukaanya disinari dengan sinar laser merupakan cara yang efektif untuk
memperbaiki sifat-sifat adhesi dari polimer , memodifikasi sifat penghambatan (barrier)
dan memberikan aktivitas antimikroba pada polimer. Penggunaan iradias; UV pada panjang
~~m\l~35 'dari\i9
. !.
l~
.;! . II
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan dari kegiatan ini adalah:
I. Mengembangkan teknologi material polimer pengemas aktif
2. Memberikan nilai tam bah pada pangan yang dikemas dan menekan susut pangan
3. Meluaskanjangkauan distribusi pangan yang dikemas
4. Menaikkan kapasitas produk polimer polipropilena dan polietilena
5. Meningkatkan kapasitas produksi industri pengemas
Sedangkan sasaran tahun ini adalah:
I. Diperolehnya kajian teknologi proses pembuatan pengemas aktif
2. Diperolehnya data produk sayur/buah nasional dan karakterisasinya
3. Diperoleh formulasi material polimer untuk pengemas aktif
4. Diperoleh prototipe pengemas aktif
5. DiperoJeh data uji pengemas aktif
BAB IV
METODOLOGI
-~
.----- ---- --
---- ---
Proses blending
j
Proses blown film
...........
- ...
---...... .....
Bahan pengemasan produk
Untuk memperpanjang masa simpan produk dapat digunakan pengemas aktif yang dapat
berfungsi mengatur kondisi atmosfir di dalam kemasan. Untuk itu perlu diketahui bagaim2.:13
proses pematangan produk segar, gas apa saja yang perlu dan tidak diperlukan. Kegiatan
diawali dengan melakukan kaj ian produk segar dan karakteristiknya serta kaj ian teknologi dan
material kemasan aktif.
Metodologi yang digunakan untuk mengembangkan kemasan aktif ini adalah
1. Desain material pengemas sesuai dengan karakteristik produk yang akan dikemas.
2. Formulasi resin polimer dan aditif
3. Proses blending material dan pembuatan lembaran plastik melalui proses blown-film.
4. Karakterisasi film pengemas, meliputi : tensile strength dan elongation, permeabilitas film
terhadap senyawa yang mempengaruhi proses pematangan.
5. Uji panel kemasan terhadap produk yang akan dikemas
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kajian awal tentang produk pangan segar yang akan dikemas melalui inventarisasi data
- :ier tentang ekspor impor produk pangan dan sampel produk pangan unggulan daerah
ni ukkan besarnya potensi pangan segar lokal. Dari banyaknya ragam komoditas prod uk
'emudian dikaji perilaku umum dari prod uk segar yang berupa sayur dan buah.
Untuk menjaga kesegaran produk maka yang harus diperhatikan adalah proses
2:angan dan respirasi dari produk. Produk segar setelah dipanen masih hidup dan
"':.!>::." ukan respirasi. Kegiatan ini menghasilkan gas yaitu oksigen, etlilena dan air. Oksigen
- - mempercepat proses pembusukan, menghilangkan f1avor, perubahan warna, hilangnya
-- - si dan serangan mikroba. Uap air akan dapat mempercepat pertumbuhan mikroorganisme
.-.:.:.. menyebabkan pengembunan. Sedangkan etilena mempercepat proses pematangan dan
~lii b usukan.
Produk ' segar setelah dipanen masih hidup dan melakukan respirasi. Respirasi
merupakan proses metabolik yang terpenting sesudah pan en, di mana terjadi pemecahan bahan
bahan kompleks dalam sel, seperti gula dan asam-asam organik menjadi molekul sederhana
seperti karbondioksida dan air, bersamaan dengan terbentuknya energi dan molekul lain yang
dapat digunakan sel untuk reaksi sintesa, Dalam melakukan respirasi tersedianya substrat pada
tanaman merupakan hal yang penting, Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan
melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Buah-buahan yang banyak mengandung
karbohidrat, laju respirasinya akan semakin cepa!. Produk yang lebih kecil ukurannya
mengalami laju respirasi lebih cepat daripada buah yang besar, karena mempunyai permukaan
yang lebih luas yang bersentuhan dengan udara sehingga lebih banyak O2 berdifusi ke dalam
'j
.:.1;
d I
- -ingan. Pada produk-produk yang memiliki lapisan kulit yang tebal, laju respirasinya rendah,
pada jaringan muda proses metabolisme akan lebih aktif dari pad a jaringan lebih tua.
Umumnya laju respirasi meningkat 2-2,5 kali tiap kenaikan 10 c e. Pemberian etilen pada
- - gkat pra-klimaterik, akan meningkatkan respirasi buah klimaterik. Kandungan oksigen pada
_..log penyimpanan perlu diperhatikan karena semakin tinggi kadar oksigen, maka laju respirasi
:-:nakin cepat. Konsentrasi C02 yang sesuai dapat memperpanjang umur simpan buah-buahan
:':'11
sayuran karena terjadi gangguan pada respirasinya . Kerusakan atau 11Ika pad a prodllk
_-:-baiknya dihindari, karena dapat memacu terjadinya respirasi, sehingga umur simpan prodllk
~ emakin
pendek.
Kerusakan akan terjadi pad a hasil pertanian selama penyimpanan apabiJa terdapat
: ~ igen,
terutama apabila proses anaerobik masih berjalan . Pada umumnya kerusakan tersebut
__ ,erupakan perubahan bau dan rasa. Tiap-tiap hasil pertanian mempunyai ketahanan sendiri
5endiri terhadap oksigen. Kebanyakan buah-buahan akan rusak apabila oksigen dalam udara
.~b ih
dari 5%, sedangkan buah jeruk sudah rusak pada kadar oksigen 3% dan apel rusak pada
Packaging
(MAP)
adalah
pengemasan
produk
dengan
:nenggunakan bahan kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas sehtngga konsentrasi
gas didalam kemasan berubah dan tni menyebabkan laju respirast menurun, mengurangi
::ertumbuhan mikroba, mengurangi kerusakan oleh enzim serta memperpanjang masa simpan.
Dalam teknologi MAP jenis kemasan yang digunakan sangat menentukan keberhasilannya
untuk dapat memperpanjang masa simpan produk hortikultura.
Udara termodifikasi (UT) sering digunakan berg antian dengan udara terkendali. Yang
di maksud dengan cara penyimpanan dalam UT adalah penambahan C02, penurunan 02, dan
kandungan N2 tinggi dibandingkan dengan udara biasa. Cara ini tidak han ya mengurangi
" onsentrasi 02 tetapi juga mempercepat difusi etilen keluar dari jaringan buah, dan dengan
'emikian memperpanjang umur simpannya. Prinsip pengawetan dengan cara penyim pa na
::tmosfir terkendali adalah pengaturan jumlah gas oksigen dan gas karbondioKs ida di d3L..
~u ang.
mlah gas oksigen dan gas karbondioksida di dalam ruangkema san kemud ian di:51 K:: m::3.!i
dengan udara dan konsentrasinya diatur sehingga keseimbangan langsung dicapai. \1--". po. si f
~aitu
j '
Permeabilitas film plastik akan meningkat dengan meningkatnya suhu, dan hal ini perlu
- ~h itungkan
. :~rapa
dengan teliti sebelum memilih jenis film kemasan yang akan digunakan. Dalam
ketebalan sarna akan membutuhkan jumlah additif lebih banyak dari LLDPE. Karena
efisiensi antiforg tergantung pada kecepatan migrasi, maka makin tebal film membutuhkan
lebih banyak anti fog. Makin kecil ukuran moJekul additif, makin cepat migrasinya.
pa ngan aKa
m~.liig '
,,
jllmlah kecil akan bermigrasi ke dalam bahan pangan. Cara ini efekti f diberikan
~3J2:
kemasan vakum karena bahan kemasan dapat bersentllhan langsllng dengan permu kaan
pangan.
Ethylene Scavenger
Etilen adalah hormon tanaman yang dihasilkan selama pematangan buah dan sayuran. Etilen
dapat memberikan pengaruh yang negatif terhadap produk segar, karena etiJen akan
mempercepat proses pematangan pada prod uk seperti pisang dan tomat, sehingga produk
menjadi cepat busuk, tetapi jika digunakan pada produk seperti jeruk, maka dapat
menghilangkan warna hijau (degreening) sehingga dihasilkan jeruk dengan warna kuning
yang merata, dan penampilannya lebih baik. Secara umum, etilen merupakan bahan yang
tidak diinginkan untuk penyimpanan produk segar, sehingga etilen harus disingkirkan dari
lingkungan penyimpanan.
,I .
~.3.
Untuk mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan produk pangan segar,
dibuat pengemas aktif dengan karakteristik:
Dapat menghilangkan embun yang biasa terjadi
.Dapat memperpanjang masa simpan, dalam lemari pendingin maupun di ruangan
dengan mengatur gas yang ada dalam kemasan.
Gas yang diproduksi pangan segar akan terakumulasi, dan ada yang perlu untuk
dihilangkan. Untuk itu perlu bahan dengan low gas barrier, yaitu material dengan MVTR
(Moisture Vapor Transmition Rate) dan GTR (Gas Transmition Rate) yang tinggi. Material
plastik yang bisa digunakan antara lain adalah OPP (Oriented PolyPropylene) dan PE
J olyEthylene). OPP merupakan material plastik dengan low gas barrier, murah dan mudah
~
cetak. Sedangkan PE dengan ditambah anti fogging dapat mengurangi embun dalam kemasan.
Bahan plastik yang digunakan utnuk penelitian ini adalah jenis poliolefin, yaitu
__ Iietilena dan polipropilena. Aditif yang ditambahkan antifoging, antimikroba, dan gas
J:a venger (oksigen dan etilena). Aditif dicampur dengan resin plastik polietilena (yang dipakai
.:Jalah jenis LDPE dan LLDPE) atau plastik polipropilena, untuk dijadikan masterbatch. Resin
- .asterbatch diekstrusi dengan ditambahkan biji plastik sejenis untuk kemudian dilakukan
:~0ses
,~+~,~:~";~:"
;:;
, n;" ,
\\111
~~ ~.l'o
,I!,.
, h\u. W,...
. n
,t ... , . . . ......
'"'
.....
\'111"0 1.
hi
_~
.J4I\III"O"", '
It.
,'"f,(,.';
. ...
...
:"
Fonnulasi material dibuat bervariasi berdasarkan kandungan aditif dan campuran plastik.
Untuk menambah karakteristik fisik juga dibuat sampeJ dengan variasi ketebalan antara 40 dan
70 mikron. Beberapa contoh film yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 3.
"
"~
, ~~,
. ,o.
.'
.. N'~
I \
"'- "
"-"::
.. . . .
I'
?engemas, yang berbentuk film, kemudian diuji fisiknya yaitu uji tarik dan elongasi (hasil
:': :'Jat dilihat padal tabel 4). Dilakukan juga uji transmisi gas, yaitu oksigen dan uap air.
~2 a
kendala teknis peralatan, uji transmisi gas (oksigen dan uap air) belum dapat dilakukan.
_ dasarnya uji fisik berupa uji kuat tarik dan elongasi tidak berpengaruh pada kualitas
_; 3ran produk tetapi berpengaruh pada kekuatan bahan kemasan.
Uj i transmisi uap air (WVTR water vapor transmission rate) adalah pengukuran lewatn ya
_.;? air melalui satu substrat. Untuk pengemas pangan segar kontrol uap air amat penting karena
_3J
:~:1gan
WVTR terkontrol diperlukan untuk menjaga kualitas, keamanan dan masa segar
=~ .)duk.
Sedangkan uji transmisi oksigen (OTR oksigen transmission rate) adalah pengukuran
_ .. lah gas oksigen yang bisa melewati satu bahan dalam jangka waktu tertentu. Kebanyakan
-.!Uk mengukur material tidak berporos di mana transportasi material terjadi melalui proses
.:, j 'usi. Dalam kemasan produk segar kandungan oksigen dibatasi untuk memperlambat proses
-~:i-p irasi.
Plastik I
Plastik II
Plastik III
Plastik IV
Plastik V
Plastik VI
Plastik VII
Plastik VIII
WVTR
02TR
PARAMETER UJI
Kuat Tarik (kgf/cm L )
265
275
279
283
346
325
337
341
Elongasi %
685
518
676
541
594
767
740
659
"--;::~:;;:;;=.~J,---_-...-J
I
I~u. """~ .....,""
DI
~.
ID
cl
--:::
"""",,,....,.,-ON:)
>".....':m..;
~~::=-l~~=~~
k 11'- --f'--~- (/ ,.
' _,
~_
................"--
..
> -
t..
S"
, _____
'" '< i
"'
\ i
"\..~~
...c
.
~~
:.
f'i, r: . . .
.:_~_
"' ...
~.
Ie
-------------f
~#0A,
,0
_ _
'.
I'. ,.:' .
eft
'~ ...
O~
ACTIVE PACKAGING
' ~"'Jl.II(lSloIUJ""l.lTO
Produk segar dengan kelembaban tinggi (sampai dengan 80% air) sering menyebabkan
"fogging" atau kondensasi yang tidak diinginkan di dalam bagian kemasan ketika disimpan
pada temperatur rendah. Film plastik seperti LDPE dan LLDPE menjadi berawan (cloudy)
sehingga isi dari pengemas seperti buah, sayuran dan bunga tidak dapat dilihat melalui lapisan
pengemasnya. Daya tarik visual , kualitas pengamatan aktual dan pelabelan akan terkena
dampaknya. Penyimpanan barang yang akan dikemas dalam layar lemari dingin (cold display
cabinets), segera setelah wrapping, dapat meningkatkan masalah yang berkaitan dengan
__ ~ rmukaan plastik. Air justru membentuk lapisan film merata dipermukaan plastik. Seakan
- '11embasahi permukaan plastik.
Untuk mengurangi air dalam kemasan, perlu dibuat desain kemasan dengan hole
lubang) di bagian sisi agar air dapat keluar. Lubang pada kemasan berukuran kecil
microhole), bisa juga dibuat untuk mengeluarkan kandungan gas dalam kemasan. Desain
:,emasan dengan microhole dapat dapat menggantikan fungsi aditif seperti gas scavenger untuk
:nengeluarkan gas dari dalam kemasan secara fisiko
\1angga
Manggis
8elimbing
Sawo
---
Tanpa kemasan
Chari)
3-5
6
3-5
------
3-4
20
10
15
7
7
10
15
31
15
14
Dari beberapa aplikasi yang pernah dilakukan untuk mengemas buah, kemasan ini dapat
?erpanjang umur masa segar. Suhu penyimpanan juga berpengaruh untuk memperpanjang
o
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Modified
Atmosphere
Packaging
(MAP)
adalah
pengemasan
produk
dengan
_ .::gunakan bahan kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas sehingga konsentrasi
.-!
didalam kemasan berubah dan ini menyebabkan laju respirasi menurun, mengurangi
'~-:-'J m buhan
_.::. .:m teknologi MAP jenis kemasan yang digunakan sangat menentukan keberhasilannya
2...}.:
Saran
Pada penelitian ini dibuat pengemas aktif berdasarkan sifat umum dari produk segar, di
- :ma yang menjadi fokus perhatian adalah proses respirasi tanaman. Pada dasarnya tiap buah
:2fl
sayuran mempunyai perilaku yang unik pada proses pematangan, bahkan produk yang
52.ma dari daerah yang berbeda bisa berbeda karakteristiknya . Karena itulah pengemas aktif
:;!ng efektif untuk tiap jenis buah dan sayuran bersifat unik. Agar pembuatan pengemas aktif
-:;rganya bisa bersaing secara ekonomi , harus dikaj i mendalam komoditas pangan segar yang
lenjadi unggulan daerah termasuk nilai ekonominya.
DAFTAR PUSTAKA
arown , G .E. 1989. Host defence at the wound site of harvested crops . Phytopath .
79 (12) :1381-1384.
Postharvest Biology and Biotechnology. Hultin, H.O. and Miller, N (eds) . Food and
LAMPIRAN
1.
')
3.
~.
.;
_Hal;~" dati.591
LAMPIRAN 1
KAJIAN
Email : ismariny@yahoo.fr
2010
KAJIAN
PRKYS-50
Email: ismariny@yahoo.fr
2010
DAFTAR 151
Hal
~l)AHULUAN
::SIMPULAN
11
~ TAR
12
PUSTAKA
PENDAHULUAN
Kegiatan kajian produk bertujuan untuk menganalisa produk unggulan dari daerah
penghasil sayur dan buah di Indonesia. Untuk itu dilakukan studi bibliografi dengan
zanalisa data dari website pertanian dan laporan-laporan kegiatan yang berhubungan
;2n produk pertanian.
Nilai ekspor dan impor komoditas sayuran dan buah Indonesia juga bisa dijadikan salah
_ acuan untuk menentukan produk yang akan dijadikan objek kegiatan ini. Selain
_ :::: sarkan nilai ekonomi, dilakukan juga kaj ian proses pasca panen.
~ .
Dari data tentang volume dan nilai ekspor impor komoditas tanaman pangan dapat
~: h at
volume ekspor yang terus turun sejak tahun 2004, meskipun nilainya naik di tahun 2008,
ini diperkikrakan karena harga komoditas yang naik. Volume ekspor sendiri cenderung
- _:";tuatif tetapi dengan nilai yang cenderung naik.
~~
P''\.U~''11
000 t."SS)
~o.
Tib.1:l
KnI.-c.diul
!O\<l
'I :la-.m~ II
!W;
2nO'6
1(11)5
!OO,~
r.J.:o~.UI
:t.bpbr
.ImJX'f
2 7.t-J.$l7
no,u
1~. tl~5
~&9"'J ~
HUH
LA!J.~18
!.llUJS
!HS_HJ
2.jZ9.14"?
J .;:16. ~l
1-+51
HHS
~.C<S.S
~:6
~J
~ } .n!
lJ.l.f>O'
<;6'1,;,,;,)
9Jl
3::j. n.J
(63 .4SS)
(44 t:6!)
(<;6)S~)
o~ s n.:
lJ. ;4~
u.s;>;
1.U.IH
..,,6H
il)l~ ~
.r}:~ .
7+:1}
(133
~$~)
tSj4
lst~
:9.3 :;
~'9. 11~
'17i~~
Dj..s.~O
(:~... 4~o'
n~:: . :~~)
t:):6JJ ; :1
~. 7r)J
USl
~"'O6
5.613
9'6 :.9'$7
SOL;;';>
S"?OJ~
~~C ~S :'s
(';'~j:~H)
(~OC. $~jC }
( ~~ ~ ~ .$;':
mu~'
! . ~'
":::
4IM.T=::
a,
H~6
~OJ9.1
1(t'M3
~9,.$ ::7
.O,)
r",,~t.
~FI,)S
s.!:.""'
O)~~9 ))
(4S. '4:.).
n;61
~~ ~;~
' )~')lJ
I"r~
: C' : . :j ~
~ tS .1,!~ :
tiJt~1l
ll,~
51,H:S
~l mi
i,S.I5S";
i-4 i C-$
1:..::oCt
IHH
24.6l?
~,)
-'i~
j7 . ~~S
$.C~
6K~
16.H;
:D.60U
(-6151::-,
r::;; .C- 77 -
5,.:tJ~
4.B::
05 ."<:;1:>
' . ~6
~
,H
~ . :97
16
~:3
';, ~63
6.Ht
I ');
!,J.S"71
~ . ;9-"
~, js. -
1-W=.4uu:
n,
167
~~~
~71.S.9~'
lSi . ~Ot
l=rc,::
99-0 ';19
I9HU
' . 3~UU
5..l.!:...U:..
( ~36 H'1
(S16'9:)
(S!! .1$"';
~DH)7
I +'4
7S~
n :4t .S17)
~)1.$ ':~
JF l ! '?$
(~ _ ~; 9 .n ;:f1
II
1-:-A.;'i:llu:ru,i'llrlt;,~.L.Il"m" .l
a'f""
cp
I : . ;~ 6
:~SV)
.H96!
:34479
~!--~.:~l
1~ J ~: 4
03S . ~.:3 )
.:. : ~) . S~n
(1.1 '~ . 1 :~ }
~!";" )l
1.-S1-.;
i v;1
::"'! j ~
~, ~~
0: 9:
".
Untuk komoditas beras, jagung, kedelai, kacang tanah dan gandum selalu defisit di
- - -. 3.
impor labih besar dibanding ekspor. Bahkan untuk ubi kayu mulai tahun 2006 terjadi
_~s i t.
Sedangkan untuk tanaman pangan lain mulai surplus sejak tahun 2007.
Tabel ekspor buah menunjukkan potensi kenaikan meskipun terjadi penurunan pad a
- ":1
2007, tetapi langsung melonjak pada tahun 2008. Hamper semua komoditas buah
galami kenaikankecuali pisang dan papaya. Kenaikan signifikan pada tahun 2008 terjadi
. 1:
KO~10DITAS
2.44.651
i4 S.0:S .' . 1-Z"
16S: .Q..I.9
76 ... 83
:SS'; . .sc)
9.30Lj 11
lAt'3.?.!!
lSJ .972
1. 1~?A9~
3.640;':027
4.44~.1SS
2..378.460
9~3 . 912
198.6"15 :964
110.'112.;119
269.6..2 .S1Z
42.1-40
11fUt6
37.306
1.lSl.S~1
1.19-8_213
9.093.245
1, 100.958
36.934
e.4.43.4
UM6,0{)1
9 .465.U5
1 ......3.210
13<
~"'16
~l2.1
10-6'.274
1.379.664
3.045.)79
2 .0.:6.2':1
l~.2n
964294
S.472.770
1.2<>8.559
!I,24.63-!'
bOAS'
603 . 61~
134.7'2
11.0-'..4
13. :07
1.64:3
1.91)
u;"o.>"
~l,.,w...
=6).S3~
27.9J'1 . lSl5
n.
398..0t'3
1 2'. 7OS
4.01..5<85
32.615
2.6.3!
2 .161
4 ,'392
3a3 . 8S~
,:,'121 . ~
UO.9jJ
~.939..el?
~ . 3{;9."34~
f,1 e21
"32.-601.7S2
351."" 33
)7 .;79106
16.679
18.311..+34
5 ,697.319
1. 1':,O.:!37
140.083
.'i/:
513.99(1
nS. 506
1 .2S5.97.3
! .to:; .5.:!.2
37.:2S~.5i{)
74,.;59.004
10-l _ ~7.1.36
!:4.973.944
.5:.3.S91
6.2.561
.4aC .3.40
785
lC:: .O?-l
6.644
~.t6 ..l
20..330
9 7. 9~>
2 :C13.59{)
9999S"l
S.306 N:
U)6 .i.Cr5~
'3 29 \.85"5
6 .3S6.091
942 .S;-O
1.16C.642
3 .151199:5
232.3:50
1.301 :371
! 17.3J6
L643
958.:;"3'::;
1': . 66~
I
I
L7:4.9H
D.193
7. SSS
181.170
.51.l.l 6.19~
16.4:?: .6Q"9
1.31.284..927
lO~.l(j..J.5-t..t
112."9 7
so n:s
1$..2 .914
6.56. 127
71.0.27.610
104.25-6
5-1.773
1.00. l eo
4.9S1 . u2
1.065.160
15.3-CS
9-f.e.:91.t.
204 . ~S2.168
14~ . n1
123,190
1 84S9'::8
5- S32 S3 ~
1.610 .6 \4
S67
2'93.75-6
421 .034
B. 4.s.S.
232. t60
SO .:\81
6'.13(';
.:117 '1.082
10292
i L557
).g~.2
W9 .7i5
4..06
~ 3.)8
'~ . 1$6.3~J
150 .0-62.55'7
1 3 , 3"93 , S~1
93.6.52.526
5::'822
18.919.427
2.3...&.B67.-I.-'-I
Meskipun nilai ekspor sayuran naik tetapi volume ekspornya fluktuatif, bahkan terjadi
:enurunan yang cukup signifikan sejak tahun 2007 sekitar 10 persen setiap tahun. Kenaikan
~. ~Ia i
ekspor kemungkinan besar karena harga sayuran yang naik. Tetapi juga perl u dicatat
kenaikan nilai ekspor sayuran ini be rkorelasi dengan naiknya volume dari jenis sayuran
19.012.111
673.436
5.714 .169
1.00 ~..S93
40.S 12 . 2.~9
1.'04,849
.\6.1 J3 .:?OJ
633~34$
1.7}9A94
660.933
~(}OS'
16.1 90 .767
3.594 .4S6
4.637.;'t-l
25.693192
2.061 ., 0 5
91.657 771
'3,&72.252
6.584.6131
1,01.4 .76'
2 .(\71.867
2.078.757
U~9.34-<
j5 . 700.66~
~ . 3S6.977
12 .313.&;0
);.~;c
lS.04.5
17.070
32.9&3.;;)
1.340,608
3.333.'23
609.365
1.0)2,651
) 13.3 36
35.912.020
3:.665A30
1.696.436
18.351.033
J.l61.S83
135.753
<5.322.79-6
38 . 118. ~.2
: 16. 580
164 ,977
46,000
S IS,343
21.10'7
3.1 36.126
22 . 55S.9~ -;
9;16.164
1.121 .315
114.833
.:1;'5,479
12 . 0~6
Total S.yu..."
S!.o,t~ :. ~t1~J
ll1Q .553
U.696.014
l.g79 . 37~
~ . 617.739
40A99A,66
~O.43:1..59;:)
12()'sOQ,259
107..,t93,047 152,t;,,(!,158
1.60>6.531
786.6&8
20.S71AO.
19.4S2..~21
1.492,?,40
579.486
362.1 ~5
43 9.505
4.427.772
274 ,363
9.267
3.22
'::.;.j
12..22.~
113.847
30 . 93~
6.428
4.05.9
U;7.~07
3Z9 . ~44
348.807
489.406
3.004.4S\l
57 . ~37.56C
73,4 03252
72.000
1,183.SD
35.2.9'17
6402.692
84 .457 .727
236.225.397
2()9,31,87S
175.927~334
2.892.197
6.S14 .U6
NlLAl fl<Sl'OR
KO~'S:ODITAS
SAYl.JRAN OrDJDO>JESIA
4 ..391.346
~89 . -' 72
2.'74' .06J
3 .739.4'3
1~ .547.4 44
<4.920.910
1.~99.7C2
"j9: .S.1.9
6365.994
11.18:1
1.420.4-51
1.631.705
3 . 491 .809
Z60.405
10 .101 .391
4.533 a37
20... .-427
] . SSS . 9~9
376.634
~3 , 166
10.3]9 . 133
450 ,-'-53
7542 ..o SS
475 .75$
437 .736
2SS,S!::I2
179.6 46
19_'lOl.:3~
"2 .~ 93..243
:::2 .1:9.170
602. SS3
1.650.331
1is.776
339AS4
1.323.4":"",
SS 7. S...l7
:!,'S8 .903
2:9.900.0Q9
926.811
1oe.59?
1%.:139
145. 775
3.20~
39...413
10.774
3,!:-37
1.533
41.760
59. "(S-J
360
3 31 .911
69.565
4.82..09:",
11.390
515 . .21.':-4
S.~99.1
;s
7.9
360:n
3 .156.934
l6'.2S2
.53905:3
7i
9 .~9 S.1
Total S.ayu......n
~m...t.."r;-
1.58 U lS
3 7. 93 2 ,780
~O~.611
7.':05485
10.2.31 .992
1.378. 19..
167. 0BS
) ]. 9 .", 16
53,29S,~
Selain data nasional, sebenarnya data bisa juga didapat dari tiap daerah sehingga dapat
;:i ketahui komoditas unggulan daerah tersebut. Salah satu contoh hasil identitikasi produk segar
: ari satu daerah adalah Jawa Barat. Beberapa kabupaten di provinsi ini mempunyai produk
nggulan sebagai berikut:
1. Brokoli di Lembang - Bandung
I'
mtflbmftt\:~
~\
Periode pascapanen adalah mulai dari produk terse but dipanen sampai produk tersebut
'onsumsi atau di proses lebih lanjut. Cara penanganan dan perlakuan pascapanen sangat
- ~nentukan
mutu yang diterima konsumen dan juga masa simpan atau masa pasar. Namun
: ::;n ikian, peri ode pascapanen tidak bisa terlepas dari mutu panen (kenampakan, tekstur, cita
~a,
nilai nutrisi dan keamanannya) yang sangat tergantung dari sistem produksi dari produk
:, ~sebut.
Jadi teknologi pascapanen amat berperan juga untuk mengurangi susut sebanyak
- 'ogkin selama peri ode antara panen dan konsumsi. Untuk itu dibutuhkan pemahaman
ktur, komposisi, biokimia dan fisiologi dari produk hortikultura sehingga teknologi
::zs.:apanen dapat bekerja menurunkan laju metabolisme namun tidak menimbulkan kerusakan
.:::.]a produk. Walaupun terdapat struktur dan metabolisme umum, nal11un jenis produk yang
~ ::,rb eda
bias memberi respon yang berbeda terhadap kondisi pascapanen tertentu. Karena itulah
:~:) gembangan
Respon yang beragam dari produk dapat pula terjadi karena perbedaan cara panen,
-gkat kematangan, daerah pertul11buhan dan musim. Produk yang diperlakukan dengan baik
.: :m dalam kondisi yang baik dapat relatif bertahan dari stress waktu, suhu, penanganan,
:..-ansportasi dan mikroorganisme pembusuk seJama proses pendistribusiannya. Karenanya fase
:35capanen sangat penting bagi petani, pedagang besar, pengecer dan konsumen.
Prinsip dasar dari penanganan pasca panen yang baik:
Mengenali sifat biologis hasil tanaman yang akan ditangani
- Hasil pertanian yang telah dipanen masih hidup, masih melakukan respirasi, dan
transpirasi, sehingga penanganan pasca panen yang dilakllkan harus selalu l11emperhatikan
hal ini.
- Sifat biologi setiap hasil pertanian berbeda, perlakuan pasca panen yang tepat untuk tiap
komoditas akan berbeda.
- Bagian tanaman yang dimanfaatkan juga berbeda-beda sifatnya (dalln, batang, bllnga,
buah, akar).
- Struktur dan komposisi hasil tanaman dari tiap bagian tanaman berbeda.
Daun - menguning
Bunga -Iayu
'1<1
Perubahan komposisi :
protein - terurai
. II
\. ' ~
pasar (not marketable) atau tidak layak dikonsumsi. Untuk menekan kehilangan tersebut
:-erlu diketahui :
Sifat biologi hasil tanaman yang ditangani : struktur dan komposisi hasi I tanaman
Dasar-dasar fisiologi pasca panen : respirasi, transpirasi, produksi etilen
Teknologi penangan pasca panen yang sesuai
.' Dibanding dengan melakukan usaha peningkatan produksi, melakukan penanganan pasca
panen yang baik mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
- Jumlah pangan yang dapat dikonsumsi lebih banyak
- Lebih murah melakukan penanganan pasca panen (misal dengan penangan yang har i-hati.
pengemasan) dibanding peningkatan produksi yang membutuhkan input tambahan I IT i:;a 1
pestis ida, pupuk, dll).
- Risiko kegagalan lebih keci!. Input yang diberikan pad a peningkatan produksi biJa gagal
bisa berarti gaga! panen. Pada penanganan pasca panen, bi!a gaga! umumnya tidak
menam bah "kehiJangan".
- Menghemat energi. Energi yang digunakan untuk memproduksi hasil yang kemudian
"hi lang" dapat dihemat.
- Waktu yang diperlukan lebih singkat (pengaruh perlakuan untuk peningkatan
- produksi baru terlihat 1 - 3 bulan kemudian, yaitu saat panen; pengaruh penanganan pasca
panen dapat terlihat I - 7 hari setelah perlakuan)
..,
Meningkatkan nutrisi
Melakukan penanganan pasca panen yang baik dapat mencegah kehilangan nutrisi, berarti
perbaikan nutrisi bagi masyarakat.
Mengurangi sampah, terutama di kota-kota dan ikut mengatasi masalah pencemaran
lingkungan.
Ii "
KESIMPULAN
Mulai dari produk dipanen sam pai dikonsumsi atau di proses lebih lanjut disebut
'-7riode pascapanen. Cara penanganan dan per lakuan pascapanen sangat menentukan mutu yang
:~ t erima
konsumen dan juga masa simpan atau masa pasar. Namun demikian, peri ode
: ::scapanen tidak bisa terlepas dari mutu panen (kenampakan, tekstur, cita rasa, nilai nutrisi dan
...eamanannya) yang sangat tergantung dari sistem produksi dari produk tersebut. Jadi teknologi
: sscapanen amat berperan juga untuk mengurangi susut sebanyak mungkin selama peri ode
: .tara panen dan konsumsi. Untuk itu dibutuhkan pemahaman struktur, komposisi, biokimia
~3.n
fisiologi dari produk hortikultura sehingga teknologi pascapanen dapat bekerja menurunkan
.?ju metabolisme namun tidak menimbulkan kerusakan pada produk. Walaupun terdapat
:: :ruktur dan metabolisme umum, namun jenis produk yang berbeda, ataupun produk yang sarna
: -:: ng ditanam di daerah yang berbeda bisa memberi respon yang berbeda terhadap kondisi
::a.scapanen tertentu. Karena itulah pengembangan teknologi pascapanen harus disesuaikan
._lI tuk mengatasi perbedaan tersebut. Selain memperhatikan perbedaan yang telah disebutkan,
jalam pengembangan material untuk pengemas harus memperhatikan produk ungguJan daerah
'::an nilai ekonominya karena penambahan kemasan menambah biaya produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, G. E. 1989. Host defence at the wound site of harvested crops . Phytopath.
79 (12):1381-1384.
- Eckert, J.W. 1978. Pathological disease of fresh fruit and vegetables. In
Postharvest Biology and Biotechnology. Hultin , H.O. and Miller, N (eds). Food and
Nutrition Press, Westport, Connecticut: 161-209.
_ Kays, S.J. 1991. Postharvest Physiology of Perishable Plant Products .
.:. Van Nostrand Reinhold , NY. Liu , 1998. Developing practical methods and facilities
for handling fruits in order to maintain quality and reduce losses. In Postharvest
Handling of Tropical and Sub-tropical Fruit Crops .
. ., Wills, R.B.H., McGlasson, B. , Graham , D., and Joice, D. 1998. Postharvest, An
Introduction to the Physiology and Handling of Fruit, Vegetables and Ornamentals.
4th Ed . The Univ. of New South Wales, Sydney. 22pp.
LAMPIRAN 2
KAJIAN
2010
KAJIAN
PRKYS-50
Email : ismariny@yahoo.fr
2010
\ 1/.\ '\
DAFTAR lSI
Hal
: :CNDAHULUAN
12
~ SIMPULAN
17
.J .-\FTAR PUSTAKA
18
1\"\
PENDAHULUAN
Buah dan sayuran masih hidup setelah panen, jadi masih melakukan proses
etabolisme.
Kegiatan
metabolism
ini
ditandai dengan
proses
respirasi
yang
pelayuan , dan
Jertumbuhan mikroorganisme.
Stress yang dialami produk seteiah panen:
hilangnya suplai nutrisi,
pelukaan karena proses panen,
pengemasan
transportasi
" '\ 11
na mu
dihindari
adanya
kerusakan
karena
fibrasi
dan
sebagainya,
Untuk itu diperlukan pemahaman tentang sifat alami produk panen dan
pengaruh praktik-praktik penanganannya untuk menjaga kondisi optimum dari produk ,
Beberapa pertimbangan penting harus diperhatikan, yaitu
fisiologis
fisik
patologis
ekonomis.
a. Laju Respirasi
Secara fisiologis bagian tanaman yang dipanen dan dimanfaatkan untuk
'.onsumsi segar masih hid up , ini dapat dilihat dengan adanya aktivitas metabolisme
ang dinamakan respirasi. Respirasi berlangsung untuk memperoleh energi untuk
aktivitas hidupnya. Dalam proses respirasi ini, karbohidrat kompleks dirombak menjadi
:>entuk karbohidrat paling sederhana (gula) selanjutnya dioksidasi untuk menghasilkan
energi. Hasil sampingan dari respirasi ini adalah C02, uap air dan panas (Salunkhe
dan Desai, 1984). Semakin tinggi laju respirasi maka semakin cepat pula perombakan
oerombakan tersebut yang mengarah pada kemunduran dari produk tersebut. Air yang
dihasilkan ditranspirasikan dan jika tidak dikendalikan prod uk akan cepat menjadi layu.
Sehingga laju respirasi sering digunakan sebagai index yang baik untuk menentukan
masa simpan pascapanen produk segar (Ryal dan Lipton, 1972). Berbagai produk
mempunyai laju respirasi berbeda, umumnya tergantung pada struktur morfologi dan
'ingkat perkembangan jaringan bag ian tanaman tersebut (Kays, 1991). Secara umum,
sel-sel muda yang tumbuh aktif cenderung mempunyai laju respirasi lebih tinggi
dibandingkan dengan yang lebih tua atau sel-sel yang lebih dewasa.
Laju respirasi menentukan potensi pasar dan masa simpan yang berkaitan erat
dengan; kehilangan air, kehilangan kenampakan yang baik, kehilangan nilai nutrisi dan
berkurangnya nilai cita rasa. Masa simpan produk segar dapat diperpanjang dengan
menempatkannya dalam lingkungan yang dapat memperlambat laju respirasi dan
transpirasi melalui
meningkatkan konsentrasi C02 , dan menjaga kelembaban nisbi yang mencukupi dari
udara sekitar produk tersebut.
..i r \"
Tabel 1. Kelas respirasi dari beberapa produk pertanian pascapanen pada suhu 5C.
Kelas respirasi
Sangat rendah
Rendah
Komoditi
Biji-bijian, kurma, buah kering dan beberapa sayuran
Apel, jeruk, anggur, kiwi , bawang putih dan merah, kentang
yang telah matang dan ketela ram bat.
Aprikot, pisang, cherry, peach , nectarine, kol, wortel, selada,
tomat. kentang.
Strawberry, bunga ko, lima bean, apokat.
Artichoke, snap bean, green onion, brussel sprout, cut flower.
Asparagus, brokoli, jamur pang an, pea, spinach, jagung
manis .
Moderat
Tinggi
Sangat tinggi
Terlalu tinggi
--
----
--
- - - -
b. Produksi etilena
Rendah
Moderat
Tinggi
Sangat tinggi
Jenis komoditi
Etilena dalam ruang penyimpanan dapat berasal dari produk atau sumber
lainnya. Sering selama pemasaran, beberapa jenis komoditi disimpan bersama, dan
pada kondisi ini etilena yang dilepaskan oleh satu komoditi dapat merusak komoditi
lainnya. Gas hasil bakaran minyak kendaraan bermotor mengandung etilena dan
kontaminasi terhadap produk yang disirnpan dapat menginisiasi pemasakan dalam
Tabel 3. Matriks klasifikasi kOIllOd i{i ho n ikuJ rura berdasarkan Jaju produksi etilen dan
~;j s itivita s nya
-i tivita s
etilcn
Tidak Ada
Korelasi
Chinese
artichoke, pa k
choi
Rend a b
Tillggi
Sedang
I ubi kayu
jeruk-jerukan, da un
bawang, ken tang,
bawang bombay,
asparag us, se ledr i,
nangka, lychee
2. Pertimbangan Fisik
Buah dan sayuran mengandung air sang at banyak antara 80-95% sehingga
sangatlah mudah mengalami kerusakan karena benturan-benturan fisik o Kerusakan
fi sik dapat terjadi pada seluruh tahapan dari kegiatan sebelum panen , selanjutnya
pemanenan, penanganan, grading , pengemasan, transportasi , penyimpanan , dan
akhirnya sampai ke tangan konsumen. Kerusakan yang umum terjadi adalah memar,
terpotong , adanya tusukan-tusukan , bagian yang peeah , leeet dan abrasi. Kerusakan
dapat pula ditunjukka n ole h dih as ilkannya stress metabolat (seperti getah) , terjadinya
perubahan warna eoklat dari jaringan rusak , menginduksi produksi gas eti lena yang
memacu proses kemundu ran produ k. Kerusa kan fisik juga memacu kerusakan bai k
fisiologis maupun patolog is (Se rang an mlkroorgan isme pembusuk) .
Seeara
morfologis
luar pe rmukaan
produk
segar
dapat
.,
.....
IL : ;
Stomata adalah bukaan alami khusus yang memberikan jalan adanya pertukaraan uap
air, CO 2 dan O 2 dengan udara se kitar prod uk. Tidak seperti stomata yang dapat
llembuka dan menutup, lentiSe l tidak dapat menutup. Melalui lentisel ini pula terjadi
Jertukaran gas dan uap air. Kehilanga n air dari produk secara potensial terjadi melalui
Jukaan-bukaan alami ini. Laju transpirasi atau kehilangan air dipengaruhi oleh factor
:aktor internal (karakteristik morfolog i dan anatomi, nisbah luas permukaan dan
olume, pelukaan pada permukaan dan stadia kematangan) , dan factor eksternal atau
'actor-faktor lingkungan (suhu, kelembaban, aliran udara dan tekanan atmosfer) .
Pada permukaan produk terdapat jaringan yang mengandung lilin yang
dinamakan cuticle yang dapat berperan sebagai barier penguapan air berlebihan ,
serangan atau infeksi mikroorganisme pembusuk. Sehingga secara umum infeksi
mikroorganisme pembusuk terjadi melalui bagian-bagian yang luka dari jaringan
tersebut. Jaringan tanaman dapat menghasilkan bahan pelindung sebagai respon dari
adanya pelukaan. Bahan seperti lignin dan suberin, yang di akumulasikan dan
diendapkan
mengelilingi
bagian
luka,
dapat sebagai
pelindung
dari serangan
3. Pertimbangan Patologis
Buah dan sayuran mengandung air dalam jumlah yang banyak dan juga nutrisi
yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Pada buah yang baru dipanen
ada berbagai macam mikroorganisme (mikroflora) dari yang tidak menyebabkan
pembusukan sampai yang menyebabkan pembusukan . Mikroorganisme pembusuk
dapat tumbuh bila kondisinya memungkinkan seperti adanya pelukaan-pelukaan,
kondisi suhu dan kelembaban yang sesuai dan sebagainya. Adanya mikroorganisme
pembusuk pada buah dan sayuran adalah merupakan factor pembatas utama di
dalam memperpanjang masa simpan buah dan sayuran.
Mikroorganisme pembusuk yang menyebabkan susut pascapanen buah dan
sayuran secara umum disebabkan oleh jamur dan bakteri. Infeksi awal dapat terjadi
selama pertumbuhan dan perkembangan produk tersebut masih dilapangan akibat
adanya kerusakan mekanis selama operasi pemanenan , atau melalui kerusakan
fisiologis akibat dari kondisi pe nyimpanan yang tidak baik. Pembusukan pada buah
buahan umumnya sebagai akibat infeksi jamur sedangkan pada sayur-sayuran lebih
banyak diakibatkan oleh bakt2fl. Hal mi diperkirakan disebabkan oleh pH yang rendah
' .
kurang dari 4.5) atau keasa manly a yang tinggi dibandingkan dengan sayuran yang
pH nya rata-rata lebih besar dari 5.
Infeksi mikroorganisme terhadap prod uk dapat terjadi semasih buah-dan
sayuran tersebut tumbuh dilapangan, namun mikroorganisrne tersebut tidak turnbuh
jan berkembang, hanya berada di dalam jaringan. Bila kondisinya rnernungkinkan
!erutarna
setelah
prod uk
tersebut
dipanen
dan
mengalarni
penanganan
dan
penyirnpanan lebih lanjut, maka mi kroorganisme tersebut segera dapat tumbuh dan
berkembang dan menyebabkan pembusukan yang serius . Infeksi mikroorganisme di
atas di namakan infeksi laten. Contoh mikroorganisme yang melakukan infeksi laten
adalah Colletotrichum spp yang menyebabkan pembusukan pada buah mangga,
8epaya dan pisang . Ada pula mikroorganisme yang hanya berlabuh pad a bag ian
8ermukaan produk namun belum mampu menginfeksi. Infeksi baru dilakukan bila ada
pelukaan-pelukaan akibat operasi pemanenan, pasca panen dan pendistribusiannya .
Ada pula mikroorganisme seperti bakteri pembusuk, seperti EflNinia carotovora
dan Pseudomonas marginalis (penyebab penyakit busuk lunak) pada sayuran mampu
menghasilkan enzim yang rnampu melunakkan jaringan dan setelah jaringan tersebut
lunak baru infeksi dilakukannya . Jadi jenis mikroorganisme ini tidak perlu menginfeksi
lewat pelukaan, namun infeksi akan sangat jauh lebih memudahkan bila ada pelukaan
pelukaan
Suhu adalah faktor sangat penting yang paling berpengaruh terhadap laju
kemunduran dari komoditi pascapanen. Setiap peningkatan 10C laju kemunduran
meningkat dua sampai tiga kall . Komoditi yang dihadapkan pada suhu yang tidak
sesuai
dengan
suhu
penyimpanan
optimal,
menyebabkan
terjadinya
berbagai
spora
dan
laju
pertumbuhan
mikroorganisme
lainnya
sangat
kerusakan
baru
II \:..;
1'1)' .
~ l ,jlangan air berbeda-beda pula Ur l'J 'nnya tanda-tanda kerusakan jelas terlihat bila
Pertimbangan Ekonomi
Tabel 3. Komponen mutu hasil persepsi kelompok berbeda dalam sistem hortikultura
Petani
Warna
Ukuran
Seniuk
Hasil tinggi
Pedagang besar
(Wholesaler)
Warna
Ukuran
Sentuk
Keke rasan
Pengecer
Warna
Ukuran
Sentuk
Keke rasan
---
Konsumen
Warna
Ukuran
Sentuk
Kelembutan
tekstur
I..---..
."
.:
~Hal , J.I ;daj'j,18"a
-ahan penyakit
~lJ udah dipanen
~espon
terhadap
Jemasakan terkendali
Japat
ditransportasi
Jenaan mudah
Masa si
Keaman a
Ada-ti da
\~ 3 s a
c:
a ,:.c :s :
di:r3f.s: : -:a si
uoa h
simpan
eamanan
.:"da-tidaknya cacat
apat
ditransportasi
denqan mudah
Nilai nutrisi
Keamanan
Cita rasa
I Ada-tidaknya cacat
\ J; \
~Hal~li2,Zdai'nfg~~
, '10( I
PERLAKUAN PASCAPANEN
memberikan penampilan yang baik dan
Perlakuan pascapanen
-<emudahan-kemudahan untuk
~ erusakan
T1emerlukan koordinasi dan integrasi yang hati-hati dari seluruh tahapan dari operasi
~emanenan
1. Pre-sorting
menghemat
tenaga
karena
produk-produk
cacat
tidak
ikut
tertangani.
2. Pencucian/pembersihan
Kebanyakan
buah
dan
sayuran
membutuhkan
pembersihan
untuk
penyemprotan yang
dilakukan sebelum panen. Pembersihan dapat dilakukan dengan sikat atau melalukan
Dada semprotan udara. Namun lebih umum digunakan dengan penyemprotan air atau
mencelupkan
ke
dalam
ditambahkan
deterjen.
air.
Bila
Sementara
kotoran
pencucian
dilakukan
sudah
maka dapat
dengan
efektif
3. Pelilinan
Pelilinan sayuran dalam bentuk buah seperti mentimun , terung , tom at dan
buah-buahan seperti apel dan peaches adalah umum dilakukan . Lilin alami yang
banyak digunakan adalah shellac da n carnauba atau beeswax (lilin lebah) yang
semuanya digolongkan sebaga j foo:: grade . Pelapisan lilin dilakukan adalah untuk
td
engganti lilin alami buah yang n 0 .... ; , ai ena operasi pencucian dan pembersihan,
:an dapat membantu mengurangi ker.., ang an air selama penanganan dan pemasaran
3erta membantu memberikan proteKst dari serangan mikroorganisme pembusuk. Sila
:roduk dililin, maka pelapisan haru s dibiark an kering sebelum penanganan berikutnya.
Pengendalian Penyakit
dan
bakteri
penyebab
penyakit.
Pengendalian
penyakit
yang
baik
embutuhkan:
Indentifikasi yang benar terhadap mikroorganisme penyebab penyakit.
Pemilihan cara pengendalian yang tepat yang sangat dipengaruhi oleh apakah
penyebab penyakit tersebut melakukan infeksi sebelum atau sesudah panen.
Praktik penanganan yang baik untuk meminimumkan pelukaan atau kerusakan
lainnya dan menjaga lingkungan untuk tidak memacu perkembangan penyakit
terse but.
Memanen produk pada stadium kematangan yang tepat.
Fungisida adalah alat yang penting untuk pengendalian penyakit pascapanen,
namun bukan hanya pendekatan cara ini yang tersedia. Manajemen suhu adalah cara
sangat penting untuk mengendalikan penyakit. Adalah kenyataan bahwa seluruh
teknik
pengendalian
lainnya
dapat digambarkan
sebagai
suplemen
dari
cara
pengelolaan suhu tersebut. Penghilangan panas lapang secara cepat dan menjaganya
tetap
pada
suhu
rendah,
menghambat
perkembangan
kebanyakan
penyakit
pascapanen.
5. Pengendalian Insekta
Perlakuan pengendalian insekta yang tidak merusak produk, tidak berbahaya
bagi operator dan kunsumen adalah perlu sehingga tidak terjadi restriksi perpindahan
dari produk ke pasar terutama pasar internasional. Cara pengendalian insekta dapat
dilakukan dengan pendinginan atau pemanasan . Penyimpanan pada suhu O.SC atau
dibawahnya selama 14 hari adalah memenuhi persyaratan karantina pasar dunia
untuk pengendalian lalat buah "Queensland ". Produk yang dapat diperlakukan dengan
cara ini adalah apel , apricot, buah kiwi, nectarine, peaches, pears, plum , delima dsb.
Produk yang sensitive terhadap kerusakan dingin tidak dapat diperlakukan dengan
cara ini .
...
"fnif.l4~ci5a~f8_
Perlakuan panas sudah lama dil akukan namun pendekatan ini jarang dilakukan
_ntuk
pengendalian
Ka rena
insekta.
waktu
expose
yang
lama,
pentingnya
J.
Grading
dalam
total
volume
produk,
ukuran
individu
produk,
kondisi
produk
kematangan dan tingkat kerusakan mekanis) dan keringkihan dari produk. Beberapa
:aktor lainnya juga berpengaruh terhadap mutu sebelum produk degrading, meliputi:
Stadium kematangan saat pemanenan
Metode untuk mentransfer produk dari lapangan ke tempat grading
Metode panen dan
Waktu yang dibutuhkan antara panen dan grading .
Grading memberikan manfaat untuk keseluruhan industri , dari petani, pedagang
Jesar dan pengecer karena
ukurannya seragam untuk dijual
Kematangan seragam
Didapatkan buah yang tidak lecet atau tidak rusak
Tercapai keuntungan lebih baik karena keseragaman produk, dan
Menghemat biaya dalam transport dan pemasarannya karena bahan-bahan
rusak di sisihkan.
Perlu dicatat bahwa grading membutuhkan biaya untuk alat yang canggih dan
mahal. Tetapi sistem grading sederhana dapat membantu memanfaatkan tenaga kerja
manual. Beberapa parameter dapat digunakan sebagai basis grading:
'lHal~1 5 drufi.]'8\~
tidak diinginkan.
Ini sering
dibutuhkan untuk
- Pemasakan Terkendali
Gas etilena digunakan untuk mengendalikan pemasakan beberapa jenis buah .
ieknik ini cukup cepat dan memberikan pemasakan yang seragam sebelum
j ipasarkan. Buah yang umum dikendalikan pemasakannya dengan etilena adalah
Disang, tomat, pear, dan pepaya. Buah non-klimakterik seperti anggur, jeruk, nenas,
dan strawberry tidak dapat dimasakan dengan cara ini. Juga buah muda tidak dapat
jimasakan dengan baik dengan cara ini. Tidak ada cara untuk memasakan buah
muda sampai menjadi produk yang dapat diterima ..
8. Degreening
Degreening sering dilakukan untuk memperbaiki nila pasar dari produk. Seperti
pad a buah jeruk Navel atau Valencia. Pada proses degreening buah diekspose pada
etilena
konsentrasi
rendah
pada
suhu
dan
kelembaban
terkendali.
Etilena
9. Curing
Proses
kehilangan air, perkembangan penyakit pada beberapa sayuran umbi. Beberapa jenis
komoditi di curing setelah panen sebelum penyimpanan dan pemasaran adalah
bawang putih, ketela ram bat, bawang merah dan sayuran umbi tropis lainnya seperti
Yam dan Casava Ada dua jenis curing . Pad a kentang dan ketela pohon, curing
memberikan kemampuan permukaan yang terpotong, pecah atau memar saat panen ,
untuk melakukan penyembuhan melalui perkembangan jaringan periderm pada bagian
!.\ .
1<
3ng luka. Pada bawang merah dan j:L:ih. curing adalah berupa pengeringan pada
:3gian kulit luar untuk membentuk ba1l2r pelindung terhadap kehilangan air dan
-:eksi.
KESIMPULAN
stress hilangnya suplai nutrisi dan min eral dari kondisi pertumbuhan alaminya,
:: :-ess
karena
berbagai
:~ndistribusiannya,
: ~ngan
penanganan
pascapanen
dan
::: ess tersebut mengakibatkan kemunduran dari bagian tanarnan yang dipanen dan
~~cepatnya
ang
mengharuskan
bagian
tanaman
tersebut
dipanen
dan
keinginan
untuk
empertahankan bagian tanaman tersebut setelah panen untuk hidup segar dalam
_3ngka waktu yang lama . Sehingga terjadi konflik antara kebutuhan manusia dengan
Jerlakuan yang rnenyakitkan bagi bagian tanaman tersebut. Untuk menjaga produk
:ersebut tidak segera mengalami kematian maka dilakukanlah kompromi-kompromi
elalui metode-metode penanganan pascapanen tertentu. Untuk mendapatkan bentuk
'<ompromi yang optimal rnaka beberapa pertimbangan penting harus diperhatikan,
I'aitu pertimbangan fisiologis, fisik , patologis dan ekonomis. Bentuk-bentuk kompromi
iwujudkan
berupa
oencucianipembersihan,
perlakuan-perlakuan
pelilinan,
pascapanen
pengendalian
seperti
penyakit dan
pre-sorting,
insekta,
grading ,
I; , . .\
~Halff'8' Oifrijl'g_
DAFTAR PUSTAKA
Brown, G.E. 1989. Host defence at the wound site of harvested crops . Phytopath.
79 (12):1381-1384.
- Eckert, J.W. 1978. Pathological disease of fresh fruit and vegetables. In
Postharvest Biology and Biotechnology. Hultin, H.O . and Miller, N (eds) . Food and
Nutrition Press, Westport, Connecticut: 161-209.
~ Kays, S.J. 1991 . Postharvest Physiology of Perishable Plant Products. Van
Nostrand Reinhold, NY.
, Liu, 1998. Developing practical methods and facilities for handling fruits in order to
maintain quality and reduce losses. In Postharvest Handling of Tropical and Sub
tropical Fruit Crops .
J . Reid, M. S. 2002 . Maturation and Maturity Indices . In Postharvest Technology of
Horticultural Crops. Kader, A. A. Edt. Univ. of California, Agric. And Natural
Resources, PUb. No. 3311.
',). Wills, R.B.H ., McGlasson, B., Graham, D., and Joice, D. 1998. Postharvest, An
Introduction to the Physiology and Handling of Fruit, Vegetables and Ornamentals.
4th Ed . The Univ. of New South Wales, Sydney. 22pp.
LAMPIRAN 3
KAJIAN
Email: ismariny@yahoo.fr
2010
KAJIAN
PRKYS-50
Email : ismariny@yahoo.fr
2010
I ",
DAFTAR lSI
Hal
?ENDAHULUAN
BAHAN FILM
BAHAN ADITIF
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
13
.\ ' \ .
t< l
PENDAHULUAN
Komponen-komponen pangar.
y2 ii g
:emasan yang didisain khusus, sehingga {erjad i interaksi selektif antara kemasan dengan ballan
:~o duk.
Eliminasi komponen pangan le bi h dimu ngkinkan untuk diaplikasikan pada produk cair,
: imana molekul-molekulnya be bas bergerak, dan proses pemisahannya tidak dibatasi oleh
.:omponen dengan tekanan uap yang tinggi pada suhu penyimpanan. Kemasan yang dibuat
:.endaknya tidak digunakan untuk menutupi kerusakan produk dari konsumen, misalnya untuk
.enutupi
adanya
perubahan
bau
oJeh
mikrobia.
Sebaliknya
kemasan
harus
dapat
Proses metabolik yang terpenting sesudah panen adalah respirasi yang meliputi perombakan
substrat yang lebih besar. Namun demikian, tidak selalu aktivitas metabolik ini bersifat
katabolik yang merugikan, melainkan bisa menguntungkan seperti sintesa pigmen, enzim dan
senyawa lain khususnya perubahan-perubahan yang terjadi selama pemasakan (Winarno, 1993).
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh ketesediaan substrat. Tersedianya substrat pada tanaman
merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat
yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya bila
substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat (Pradana, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi terbagi dua, yaitu ;
1. Faktor internal
Semakin tinggi tingkat perkembangan organ, semakin banyak jumlah C02 yang dihasilkan.
Susunan kimiawi jaringan mempengaruhi laju respirasi, pada buah-buahan yang banyak
mengandung karbohidrat, maka laju respirasi akan semakin cepat. Produk yang lebih kecil
ukurannya mengalami laju respirasi lebih cepat daripada buah yang besar, karena mempunyai
permukaan yang lebih luas yang bersentuhan dengan udara sehingga lebih banyak 02 berdifusi
ke dalam jaringan. Pada produk-produk yang memiliki lapisan kulit yang tebal, laju
respirasinya rendah, dan pada jaringan muda proses metabolisme akan lebih aktif dari pada
jaringan lebih tua (Pantastico. 1993).
2. Faktor eksternal
~a l i
: ;a-klimaterik, akan meningkatkan resp ir::..s i bua h klimaterik. Kandungan oksigen pada ruang
::-enyimpanan perlu diperhatikan karen1 sem ak in tinggi kadar oksigen, maka laju respirasi
, emakin cepat. Konsentrasi C02 ya ng sesuai dapat memperpanjang umur simpan buah-buahan
~an
sayuran karena terjadi ganggua n pada respirasinya. Kerusakan atau luka padaproduk
3.ebaiknya dihindari, karena dapat memacu terjadinya respirasi, sehingga umur simpan produk
:emakin pendek (Pantastico, 1993).
pe;-~7'l; .i :1
~ :o.S :;i
-::l erupakan perubahan bau dan rasa _ T i &~Hi 3p hasil pertanian mempunyai ketahanan sendiri
,endiri terhadap oksigen, Keban ya ka n :,uah-buahan akan rusak apabila oksigen dalam ud ara
.ebih dari 5%, sedangkan buah jeruk 5uda h rusak pada kadar oksigen 3% dan apel rusak pada
-adar oksigen dibawah 1% (Had iwi) u tO dan Soehardi, t 981).
-~- ntuk
mendukung agar respirasi berl angsung waj ar selama proses senescence diperlukan suatu
:n inimal (dalam batas tertentu) pemusata n oksigen, di bawah batas minimal akan terjadi
~espirasi
anaerob dan dihasilkan alkoho l, sehingga dapat menyebabkan hilangnya aroma dan
:erjadinya kerusakan jika peristiwa berlangsung lama serta alkohol yang dihasilkan itu
;n encapai 100 mg, Proses aerasi menyebabkan sejumlah kecil alkohol tadi akan hilang dan
dengan demikian pergantian/perubahan-perubahan zat-zat akan berlangsllng kembali secara
waj ar (Kartasapoetra, 1994).
Y1enurut Pantastico (1993), konsentrasi 02 yang rendah dapat mempunyai pengaruh :
a, Laju respirasi dan oksidasi substrat menurun
b, Pematangan tertunda dan sebagai akibatnya umur komoditi menjadi lebih panjang
c, Perombakan klorofil tertunda
d. Prodllksi C2H4 rendah
.If
BAHAN FILM
~. _'7leris3 sl
me mpun~ oi
?O~!ol cfin
pr odu~
segar:
II \ .
~~
~al:i7~ari~12 .~
BAHAN ADITIF
Bahan Penyerap Oksigen da
.~5
Penjerap oksigen (oxygen sC(J>:enger l di gunakan untuk menjerap oksigen yang terlibat
.angsung dalam respirasi. Penuru nan kon sentrasi 02 (atau sebaliknya, peningkatan konsentrasi
C02) hingga konsentrasi yang be !u m memicu terjadinya fermentasi menjadi salah saW
parameter utama teknologi pengem asa n buah. Pada umumnya, penurunan 02 akan menurunkan
laju respirasi, yang selanjutnya akan menghambat pemasakan buah, sehingga mampu
memperpanjang masa simpannya. Walaupun bahan pangan dapat dikemas dengan teknologi
YiAP atau bahkan dalam kemasan vakum, cara-cara tersebut tidak menjamin dapat
menghilangkan 02 secara sempurna. Selain itu, 02 yang mampu menembus plastik kemasan
tidak mampu dihilangkan dengan teknologi kemasan tersebut. Untuk itu diperlukan penjerap
oksigen yang mampu menyerap 02 pascakemas didalam kemasan (Food tech 06, 2008).
Penggunaan bahan penyerap oksigen yang dimasukkan ke dalam sachet dan
ditempatkan di dalam kemasan produk pangan , mempunyai beberapa kelemahan, yaitu:
konsumen harus hati-hati, agar sachet tersebut tidak sampai dimakan, dan inimengharuskan
pihak produsen untuk membuat label "Jangan Dimakan" pada sachet absorber.
sachet harus dibuat dari bahan yang tidak mudah sobek.
Kelemahan ini dapat diatasi dengan membuat absorber oksigen sebagai bagian dari
kemasan, dengan cara mengintegrasikan absorber oksigen dengan film polimer, adhesif, tinta
atau bahan pelapis (coating). Substrat yang mengkonsumsi oksigen dapat berupa polimer itu
sendiri atau komponenkomponen lain pad a kemasan yang mudah teroksidasi . Absorber oksigen
yang dapat dicampur dengan film polimer adalah sulpit logam , asam asakorbat dan besi.
Penggunaan adsorber oksigen yang dicampur dengan bahan kemasan menimbulkan
masalah, yaitu film kemasan tersebut harus stabil pad a kondisi udara biasa sebelum digunakan
sebagai bahan kemasan, atau film kemasan terse but tidak boleh menyerap oksigen sebelum
bahan pangan dikemas
mekanisme aktivasi yang memicu kemampuan film untuk menyerap oksigen, pada sistem
kemasan. Misalnya dengan menambahkan katalis pada saat pengisian produk atau memaparkan
cahaya pada kemasan sehingga reaksi penyerapan oksigen dapat terjadi.
Hasil penelitian di Australia menunjukkan bahwa reaksi penyerapan oksigen oleh besi
berlangsung sangat lambat. Oleh karena itu para peneliti mengembangkan zat warna yang
sensitif terhadap cahaya yang dicampur dengan film polimer, ketika film diirad iasi dengan sinar
.J ~ .\,
l'l~ I, .~ "
.:-
ultra violet, zat pewarna aka n rr. e:-. g:=_;:-: j\' ~i 0 2 f.:e bentuk singletnya sehigga reaksi pengeluaran
oksigen menjadi lebih cepat. \-ic:o.:e
. il:'
~: .::hh
penyerapan oksigen. Penggu naan 5e:>:.....::..n ~-ermu kaan reaktor enzim yang terdiri dari campuran
enzim enzim glukosa oksi dasc
e2.1;
iJ31 : ar. .
....:a'3 Iase
seperti PE dan PP karena kedua kemasan ini merupakan substrat yang baik untuk imobilisasi
enzlm.
Kemampuan film kemasan yar;g dicampur dengan bahan penyerap oksigen untuk
meyerap oksigen lebih kecil daripada absorben oksigen yang dimasukkan ke dalam sachet.
Oleh karena itu aplikasinya sebeJum dipasarkan masih harus mempertimbangkan segi-segi
ekonomisnya.
+ H20 dengan bantuan enzim (oksidasi atau peroksidase). Artinya, keberadaan asam L
askorbat aktif, 02 di daiam akan menurun karena digunakan untuk mengoksidasi asam L
askorbat. Akibatnya respirasi buah menurun, dan masa simpan dapat diperpanjang (Muchtadi,
2008).
Di dalam perkembangan penelitian pada buah duku, bahan aditi f asam L-askorbat
ternyata terbukti lebih efektif dibandingkan KMn04. Hal ini didasarkan pada pertimbangan
bahwa baik bahan aditif asam L-askorbat maupun KMn04 sama efektifnya dalam
memperpanjang masa simpan duku dan mempertahankan kandungan asam L-askorbat dalam
buah. Namun tingkat kemanisan buah duku dengan bahan aditif asam L-askorbat terbukti lebih
tinggi daripada yang berbahan aditif KMn04. Selain itu, dibandingkan dengan KMn04, bahan
II ...
t amp2~;' tl !~ :,ih
3. Serbuk besi
Adsorben oksigen dipasarkan pertama sekali di Jepang tahun 1977 yaitu berupa besi
yang dimasukkan ke dalam ka ntu ng (sachet). Sejak itu desain dan aplikasi dari adsorber
oksigen terus berkembang dan Jepang merupakan negara produsen terbesar di dunia . Adsorber
oksigen yang tersedia saat ini pada umumnya berupa bubuk besi (iron powder), di mana I gram
besi akan bereaksi dengan 300 ml 02. Kelemahan dari besi sebagai adsorber oksigen adalah
tidakdapat melalui detektor logam yang biasanya dipasang pada ja!ur pengemasan (Julianti dan
Nurminah , 2006).
4. Ba(OH)2
Barium tidak pernah ditemukan di alam daJam bentuk murni karena sifatnya yang
reaktif dengan udara. Dapat menyerap air dan karbondioksida dengan efektif dan tidak
ditemukan sebagai mineral. Pad a dosis rendah, barium bertindak sebagai stimulan otot,
sedangkan dosis yang lebih tinggi mempengaruhi sistem syaraf, menyebabkan penyimpangan
jantung, tremor, kelemahan, kegelisahan, dyspnea (Wikipedia, 2006).
5. Ca(OH)2
Untuk mempertahankan mutu tomat dalam jangka waktu yang relatif lama, cara paling
mudah, murah dan aman bagi tomat-tomat dalam negeri adalah menyimpannya dalam kotak
kayu. Kotak terse but higroskopis sehingga dapat menyerap H20 dan di bagian bawahnya diberi
kapur tohor atau Ca(OH)2 untuk mengikat C02. Kemasan ini harus disimpan di tempat yang
kering dan teduh sehingga penimbunan etilen dapat ditekan . Bila buah tom at yang disimpan
masih berwarna kehijau-hijauan, penyimpanan dengan cara ini dapat menahan kesegaran buah
tomat sampai seminggu (Kanara, 2009).
6. Antimikroba
Antimikroba yang dicampur atau diberikan pada permukaan bahan pangan akan
memperpanjang umur simpan bahan pangan tersebut. Penambahan antimikroba mungkin juga
dilakukan dengan cara mencampurnya ke dalam bahan kemasan yang kemudian dalam jumlah
kecil akan bermigrasi ke dalam bahan pangan. Cara ini efektif diberikan pada kemasan vakum
karena bahan kemasan dapat bersentuhan langsung dengan permukaan panan. Bahan yang
I: .\ ''\
mempunyai pengaruh ant imikroba. misalnya nisin yang diproduksi oleh Lactococcus lac tis,
asam
sorbat
serta
bahan
,J l
I'i: '
KESIMPULAN
Tujuan penyimpanan
meningkat. Penyimpanan dapal. cibagi menj adi dua bagian, yaitu penyimpanan buah secara
alami dan penyimpanan yang menggunakan sarana-sarana tertentu. Penyimpanan secara alami
dilakukan apa adanya tanpa mensgunakan sarana-sarana atau perlakuan tertentu. Jenis
penyimpanan menggunakan sarana-sarana tertentu di bagi menjadi 5 macam yaitu penyimpanan
pada suhu rendah, pelapisan lili n, KMn04 , CaCI2 dan penyimpanan pada plastik beliekanan
rendah (Suyanti dan Supriyadi, 2008).
Saat ini permintaan konsumen akan kemasan bahan pangan adalah kemasan yang ramah
lingkungan, dan alami. Industri-industri pengolahan pangan juga berusaha untuk meningkatkan
masa simpan dan keamanan dari produk. Teknologi pengemasan bahan pangan yang modern
mencakup
pengemasan
atmosfir
tennodifikasi
(Modified
Atmosfer
Packaging/MAP),
pengemasan aktif (Active Packaging) dan Smart Packaging, bertujuan untuk semaksimal
mungkin meningkatkan keamanan dan mutu bahan sebagaimana bahan alaminya (Julianti dan
Nurminah,2006).
Modified Atmosphere
Packaging
(MAP)
adalah
pengemasan
produk
dengan
menggunakan bahan kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas sehingga konsentrasi
gas didalam kemasan berubah dan ini menyebabkan laju respirasi menurun, mengurangi
pertumbuhan mikroba, mengurangi kerusakan oleh enzim serta memperpanjang masa simpan.
Dalam teknologi MAP jenis kemasan yang digunakan sangat menentukan keberhasilannya
untuk dapat memperpanjang masa simpan produk hortikultura (Kader dan Watkins, 2000).
Udara termodifikasi (UT) sering digunakan bergantian dengan udara terkendali. Yang
dimaksud dengan cara penyimpanan dalam UT adalah penambahan C02, penurunan 02, dan
kandungan N2 tinggi dibandingkan dengan udara biasa. Cara ini tidak hanya mengurangl
konsentrasi 02 tetapi juga mempercepat difusi etilen keluar dari jaringan buah, dan dengan
demikian memperpanjang umur simpannya (Pantastico, 1993).
Prinsip pengawetan dengan cara penyimpanan atmosfir terkendali adalah pengaturan
jumlah gas oksigen dan gas karbondioksida di daJam ruang kemasan kemudian diisi kembali
dengan udara dan konsentrasinya diatur sehingga keseimbangan langsung dicapai . MA pasif
yaitu keseimbangan an tara 02 dan C02 diperoleh melalui pertukaran udara dalam kemasan
(mengandalkan permeabil itas kemasan) (Zagory dan Kader, 1988).
~ ~ t '\
1< I
~Ha1Tl\(irufl~_
DAFTAR PUSTAKA
1. Brown , G.E. 1989. Host d e f~-:e at the wound site of harvested crops. Phytopath.
79 (12) :1381-1384.
2. Eckert, J.W . 1978. Pathological disease of fresh fruit and vegetables. In
Postharvest Biology and Biotechnology. Hultin, H.O. and Miller, N (eds). Food and
Nutrition Press, Westport Conn ect icut: 161-209.
3. Kays, S.J. 1991 . Postharvest Physiology of Perishable Plant Products.
4. Van Nostrand Reinhold , NY. Liu, 1998. Developing practical methods and facilities
for handling fruits in order to maintain quality and reduce losses . In Postharvest
Handling of Tropical and Sub-tropical Fruit Crops.
5. Wills, RB .H., McGlasson , B., Graham , D., and Joice, D. 1998. Postharvest, An
Introduction to the Physiology and Handling of Fruit, Vegetables and Ornamentals .
4th Ed. The Univ. of New South Wales, Sydney. 22pp.
LAMPIRAN 4
KAJIAN
Email: ismariny@yahoo.fr
2010
! 'I)
KAJIAN
PRKYS-50
Email: ismariny@yahoo.fr
2010
"
NHht2 darif16_
DAFTAR lSI
Hal
PENDAHULUAN
PENGEMAS AKTIF
12
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
16
~HallS id3ri :J 6~
PENDAHULUAN
Pengemasan merupaka n sc ~ .::J-.
besar dalam menjaga mutu
pr0d ~ :":
peny impanan/pengangkm3!1.
Pada beberapa negara ada
pe~::.!,~ 'j-"":-:'lS
juga dalam hubungannya de;;g:::-, :.c:-.; pr.aan bahan kimia setelah panen.
-an adalah untuk memperpanjang masa simpan,
untuk itulah penting untu k me ngc:':::-Iui fah.l or yang mempengaruhi. Perlu dicatat juga bahwa
produk segar tetap ' hidup' se!e la:) dipanen sehingga harus diperhatikan yang terjadi dari proses
metabolism yang dapat mempe ngaiUhi kondisi produk. Faktor yang berpengaruh terhadap masa
simpan:
1. Fotosintesi s, dimana terj adi proses antara CO 2 dan H20 dan menghasilkan karbohidrat, O2
dan H20. setelah panen, sinar sering ditiadakan atau tidak mencukupi, sehingga produksi
karbohidrat berhenti saat pemanenan, dan untuk proses hidup harus menggunakan
karbohidrat cadangan. Jadi yang harus diperhatikan adalah minimalisasi pengurangan
karbohidrat.
2. Respirasi, dimana terjadi proses an tara C6HI206 dan 0 2 dan menghasilkan CO 2, H20 dan
energil panas.
3. Transpirasi, di mana terjadi pelepasan uap air dari jaringan tanaman menuju ke lingkungan
sekitar. Proses ini bertujuan mengatur suhu bahan tetap normal melalui proses pendinginan
evaporatif. Penguapan air dilakukan dari enerji yang dihasilkan respirasi. Pada daun,
transpirasi dilakukan melalui stomata.
4. Pelayuan, yang merupakan bagian dari tiga stadium proses fisiologis, yaitu pertumbuhan,
pendewasaan dan pelayuan. Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran dan bahan kering.
Pendewasaan adalah tumpang tindih dengan pertumbuhan yang melibatkan berbagai
aktifitas. Sedang pelayuan adalah pemecahan bahan kering atau degradasi molekul komplek
dengan tanda-tanda pemecahan klorofil dan absisi daun.
".
..1
i ;" \ "'"
PENGEMAS AKTIF
Kemasan aktif (acfi 1;e P:JC::':;? ii'g. slJ'.-m . interactive, clever atau inlelligenlpackaging)
adalah teknik kemasan yang
menunjukkan secara aktif peru
sebagai kemasan interaktif karena adan;a interaksi aktif dari bahan kemasan dengan bahan
pangan yang dikemas. Tujuan dar i kemasan aktif atau interaktif adalah untuk mempertahankan
mutu produk dan memperpanjang masa simpannya.
Pengemasan aktif merupakan kemasan yang mempunyai :
bahan penyerap 02 (oxygen scavangers)
bahan penyerap atau penambah (generator) C02
ethanol emitters
penyerap etilen
penyerap air
bahan antimikroba
heating/cooling
bahan penyerap (absorber) dan yang dapat mengeluarkan aromalflavor
pelindung cahaya (Ph%chromic)
Kemasan aktif juga dilengkapi dengan indikator- indikator yaitu :
time-temperature indicator yang dipasang di permukaan kemasan
indikator 02
indikator C02
indikator physical shock (kejutan fisik)
indikator kerusakan atau mutu, yang bereaksi dengan bahan-bahan volatil yang dihasilkan
dari reaksi-reaksi kimia, enzimatis danlatau kerusakan mikroba pada bahan pangan.
lenis-jenis indikator ini disebut indikator ineraktif atau smart indicator karena dapat
berinteraksi secara aktif dengan komponen-komponen bahan pangan. Alat pemanas pada
microwave seperti susceptors dan metode pengaturan suhu lainnya juga dapat digunakan dalam
Fungsi cerdik (smartness) yang diharapkan dari kemasan aktif saat ini adalah:
Mempertahankan integritas dan mencegah secara aktif kerusakan produk (memperpanjang
umur simpan)
'i:'" "
Meningkatkan atribu{
p n:):j .! ,,:
..0;
Memberikan respon
Mengkomunikasikan
untuk penggunanya,
Memudahkan dalam membUka
Absorben oksigen secara dipasarkan pertama sekali di Jepang tahun 1977 yaitu berupa
absorber berupa besi yang dimasukkan ke dalam kantung (sachet). Sejak itu disain dan aplikasi
dari aborber oksigen terus berkembang dan Jepang merupakan negara produsen terbesar di
dunia dengan produksi 7 biliyun sachet pertahun, sedangkan USA menmproduksi beberapa
ratus juta sachet pertahun dan beberapa puluh juta di Eropa.
Absorber oksigen umumnya digunakan untuk menyerap oksigen pada bahan-bahan
pangan seperti hamburger, pasta segar, mie, kentang goreng, daging asap (sliced ham dan
sosis), cakes dan roti dengan umur simpan panjang, produk-produk konfeksionari, kacang
kacangan, kopi, herba dan rempah-rempah . Penggunaan kantung absorber 02 memberikan
keuntungan khususnya untuk produk-produk yang sensitif terhadap oksigen dan cahaya seperti
produk bakery dan pizza, daging ham yang dimasak dimana pertumbuhan jamur dan perubahan
warna merupakan masalah utamanya.
Keuntungan penggunaan absorber oksigen sama dengan keuntungan dari MAP yaitu
dapat mengurangi konsentrasi oksigen pada level yang sangat rendah (ultra-low level), suatu
hal yang tidak mungkin diperoleh pada kemasan gas komersial. Konsentrasi oksigen yang
tinggi di dalam kemasan dapat meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme, menurunkan nilai
gizi bah an pangan, menurunkan nilai sensori (flavor dan warna) serta mempercepat reaksi
oksidasi lemak yang menyebabkan ketengikan pada bahan pangan berlemak.
Bahan penyerap oksigen secara aktif akan menurunkan konsentrasi oksigen di dalam
headspace kemasan hingga 0.0 I %, mencegah terjadinya proses oksidasi, perubahan warna dan
pertumbuhan mikrooorganisme. Jika kapasitas absorber mencukupi , maka absorber juga dapat
menyerap oksigen yang masuk ke dalam head-space kemasan melalui lubang-Iubang dan
memperpanjang umur simpan bahan yang dikemas.
Keuntungan lain dari penggunaan absorber oksigen adalah biaya investasinya lebih
murah dibandingkan biaya pengemasan dengan gas. Pada dasarnya untuk pengemasan aktif
hanya dibutuhkan sistem sealing. Keuntungan ini menjadi lebih nyata apabila diterapkan untuk
1':< I, \
~ Hahi7,:diirivf6_
kemasan bahan pangan berukuran kecil hingga medium, yang biasanya memerlukan investasi
peralatan yang besar. SebaJiknya, kelemahan dari kemasan aktif adalah kemasan ini visible
(sachet atau labe lnya terlihat jelas) sedangkan pada kemasan gas, maka gasnya tidak terlihat
Absorber oksigen yang tersedia saat ini pada umumnya berupa bubuk besi (iron powder),
dimana 1 gram besi akan bereaksi dengan 300 ml 02. Kelemahan dari besi sebagai absorber
oksigen adalah tidak dapat melalui detektor logam yang biasanya dipasang pada jalur
pengemasan. Masalah ini dapat dipecahkan dengan menggunakan absorber oksigen berupa
asam askorbat atau enzim. Ukuran penyerap oksigen yang digunakan tergantung pada jumlah
oksigen pada head-space, oksigen yang terperangkap di dalam bahan pangan (kadar oksigen
awal) dan jumlah oksigen yang akan masuk dari udara di sekitar kemasan selama penyimpanan
(laju transmisi oksigen ke dalamkemasan), suhu penyimpanan, aktivitas air, masa simpan yang
diharapkan dari bahan pangan tersebut. Absorber oksigen lebih efektif jika digunakan pada
kemasan yang bersifat sebagai barrier bagi oksigen, karena jika tidak maka absorber ini akan
cepat menjadi jenuh dan kehilangan kemampuannya untuk menyerap oksigen.
Ukuran absorber oksigen yang ada di pasar bervariasi dengan kemampuan penyerapan
antara 20-2,000 ml 02, dan digunakan pada suhu ruang, tetapi beberapa jenis lainnya dapat
bereaksi pada suhu dingin bahkan suhu beku. Absorber oksigen juga dapat digunakan pada
berbagai type bahan pangan dari yang kadar airnya rendah, intermediet sampai tinggi serta pada
bahan-bahan pangan yang berminyak.
Di Amerika Serikat absorber 02 juga digunakan pada kemasan botol bertutup, seperti
bir yang sangat sensitif terhadap 02. Teknologi moderen memungkinkan pengisian dan
penutupan tutup botol dengan menyisakan oksigen < 500 ppb di dalam botol. Tetapi 02 masih
dapat berpenetrasi ke dalam botol melalui tutup botol, meskipun tekanan di dalam botol
mencapai 3 atm. Permeasi ini difasilitasi oleh tekanan parsial 02 di dalam kemasan yang
rendah. Proses oksidasi flavor bir ini dapat dicegah dengan penambahan antioksidan seperti
502 dan asam askorbat, tetapi saat ini penggunaan absorber oksigen juga telah berhasil
mengatasi hal ini.
Bahan penyerap 02 seperti asam askorbat, sulfit dan besi dimasukkan ke dalam polimer
dengan permeabilitas yang sesuai untuk air dan oksigen seperti polivinil klorida (PVC),
sedangkan polietilen dan polipropilen mempunyai permeabilitas yang sangat rendah terhadap
air.
2. ABSORBER
D .-\~
E\ llITERS C02
l '
..
' \
!)
~ ,
Absorber C02 terdiri dari asam askorbat dan besi karbonat sehingga mempunyai fungsi
ganda dapat memproduksi C02 dengan volume yang sarna dengan volume 02 yang diserap.
Hal ini diperlukan untuk mencegah pecahnya kemasan, terutama pada prod uk-prod uk yang
sensitive terhadap adanya perubahan konsentrasi C02 yang mend adak seperti keripik kentang.
C02 yang dihasilkan dapat larut di dalam fase eair atau fase lemak dari produk, dan ini akan
mengakibatkan terjadinya perubahan flavor. Penggunaan lain dari ad sorber dan generator C02
ini adalah pada kopi bubuk. Kopi yang di sangrai (roasted) dapat mengeluarkan sejumlah C02,
dan mengakibatkan peeahnya kemasan karena peningkatan tekanan internal. Reaktan yang
biasanya digunakan untuk menyerap C02 adalah kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dengan
aktivitas air yang cukup, yang dapat bereaksi dengan C02 membentuk kalsium karbon at.
3. ABSORBER ETILEN
Etilen adalah hormon tanaman yang dihasilkan selama pematangan buah dan sayuran.
Etilen dapat memberikan pengaruh yang negatif terhadap prod uk segar, karena etilen akan
mempercepat proses pematangan pada produk seperti pisang dan tom at, sehingga produk
menjadi cepat busuk, tetapi jika digunakan pada produk seperti jeruk, maka dapat
menghilangkan warna hijau (degreening) sehingga dihasilkan jeruk dengan warna kuning yang
merata, dan penampilannya lebih baik . Seearaumum, etilen merupakan bahan yang tidak
diinginkan untuk penyimpanan produk segar, sehingga etilen harus disingkirkan dari
lingkungan penyimpanan, hal ini disebabkan karena ;
dalam jumlah sedikit sudah dapat menurunkan mutu dan masa simpan produk
dapat meningkatkan laju respirasi sehingga akan mempercepat pelunakan jaringan dan
kebusukan buah.
Mempercepat degradasi klorofil yang kemudian akan menyebabkan kerusakan-kerusakan
pasca panen lainnya,
Penyerap etilen yang dapat digunakan adalah potasium permanganat (Kmn04), karbon
aktif dan mineral-mineral lain, yang dimasukkan ke dalam sachet. Bahan yang paling banyak
digunakan adalah kalium permanganat tang diserapkan pada silika gel. Permanganat akan
mengoksidasi etilen membentuk etanol dan asetat. Bahan penyerap etilen ini mengandung 5%
Kmn04 dan dimasukka n ke da\am sachet untuk meneegah keluarnya Kmn04 karena Kmn04
bersifat raeun. Jenis penyerap etilen lainnya adalah ;
penyerap berbe ntuk kat.ali s logam seperti pallaidum yang dijerapkan pada karbon aktif.
Etilen diserap dan ke mu dian diuraikan dengan menggunakan katalis
J~ Haf9'"<iliti '16""
karbon aktif yang mengandung bromin, tetapi penggunaannya harus hati-hati karena dapat
membentuk gas bromin jika sachet tersentuh dengan air.
mineral-mineral yang mempunyai kemampuan menyerap etiJen seperti zeolit, tanah liat dan
batu Oya dari Jepang, dilaporkan telah digunakan sejak ribuan tahun lalu untuk
penyimpanan produk segar. Dari hasil penelitian diketahui bahwa produk yang di kemas
dalam kemasan PE yang di dalamnya terdapat beberapa jenis mineral mempunyai masa
simpan yang lebih panjang dibanding yang dikemas tanpa mineraL Hal ini mungkin
disebabkan oleh terbukanya pori-pori dari bahan polimer oleh mineral yang terdispersi ,
sehingga trejadi pertukaran gas di dalamnya.
Kombinasi diena dan triena yang defisien elektron pada bahan kemasan. Hasil penelitian
menunjukkan kombinasi tetrazine yang bersifat hidrofilik dengan polimer PE yang bersifat
hidrofobik dapat menurunkan kansnetrasi etilen selama 48 jam. Tetrazine akan berubah
warnanya jika sudah jenuh dengan etilen, sehingga dapat digunakan sebagai indikatar.
Akumulasi air pada kemasan dapat disebabkan aleh transpirasi produk hartikultura,
keluarnya air dari jaringan pada daging atau fluktuasi suhu pda kemasan yang kadar airnya
tinggi. Adanya air pada kemasan dapat memacu pertumbuhan mikrobia serta terbentuknya
kabut pada permukaan film kemasan, sehingga air dan uap air yang ada pada kemasan harus
keluarkan.
Lapisan absorber untuk uap air (Drip-absorber pad) biasanya digunakan lIntuk
pengemasandaging dan ayam, terdiri dari granula-granula palimer sllperabsarbent di an tara dua
lapisan palimer mikraparous atau non-woven yang bagian pinggirnya dikelim . Absarber ini
akan menyerap air serta mencegah perubahan warna dari praduk dan kemasan. Palimer yang
sering digunakan untu k menyerap air adalah garam paliakrilat dan kapalimer dari pati. Palimer
superabsarben ini dapat me nyerap 100-500 kali dari beratnya sendiri. Alat yang sama dengan
skala yang lebih besar diguna kan untuk menyerap lelehan es pada transpartasi ikan segar dan
hasillaut lain mela Jui udara.
Penurunan kelemb3ban relatif di sekitar kemasan akan menurunkan aktivitas air di
permukaan bahan
pa ":~ c :-..
~ e :-I :
lebih efektif dariC:!:2 ;:;.)E::-..;: r 5uperabsarbing. Perusahaan Shawa Denka Ca., di Jepang telah
mengembang kar. L! :::-l (?ic';;i.- : an g dapat menyerap uap air dan digunakan untuk rumah tangga.
"-<I~) ~,.:.I
Film ini dilaminasi dengan propilen glikol dan polivinil alkohol (PVA). Film PVA akan
menahan glikol tap i permeabilitasnya terhadap air sangat tinggi. Bahan pangan dibungkus di
dalam selofan kemudian dimasukkan ke dalam kantung Pichit dan disimpan dalam refrigerator.
Perbedaan aktivitas air an tara bahan pangan dan glikol berarti bahwa air ditarik dari permukaan
bahan pangan dan diabsorbsi oleh film. Pengaruh yang diinginkan, misalnya mengeringnya
permukaan biasanya akan terjadi dalam waktu 4-6 jam. Masa simpan ikan yang disimpan
dikemas dengan bahan penyerap air ini 3-4 hari lebih panjang dari pada ikan yang dikemas
tanpa penyerap air. Kantung Pichit dapat digunakan kembali yaitu untuk 10 kali penggunaan
setelah bahan yang dikemas dikeluarkan dengan cara mencuci kantung di dalam air dan
dikeringkan.
Penambahan bahan anti kabut (anti fog) yang dicampur dengan resin polimer sebellim
proses ekstrusi dapat mencegah timbulnya kabut dan embun di permukaan kemasan. Bahan
amfifilik akan menurunkan tegangan permukaan di antara polimer dan konsendasi air,
akibatnya tetesan air akan menyebar sebagai lapisan tipis yang transparan di permukaan film
polimer. Konsumen akan dapat melihat dengan jelas produk yang ada di dalamnya, tetapi air
masih tetap ada dan berpotensi untuk menyebabkan kebusukan. Oleh karena itu, perlakuan ini
hanya digunakan untuk memperindah bentuk kemasan aktif tapi tidak untuk memperpanjang
masa simpannya.
5. ETHANOL EMITTERS
Ij
ifHal 'H~illif}16"
masa simpannya 20 kali lebih panjang jika pada kemasannya dimasukkan sachet yang dapat
mengeluarkan uap etanol.
Keuntungan generator uap etanol adalah memperpanjang umur simpan, menghambat
proses staling pada produk bakery, dan mencegah tumbuhnya mikrobia. Ethanol emitters
dimasukkan ke dalam kemasan segera setelah proses pembakaran (baking) dan pendinginan
dengan kondisi yang steriJ. Kelemahan dari penggunaan uap etanol untuk tujuan pengawetan
adalah : pembentukan aroma yang tidak diinginkan pada bahan pangan, absorpsi dari head
space oleh bahan pangan, pada beberapa kasus konsentrasinya pada produk meningkat 2 kali
dari konsentrasi awal sehingga menimbulkan masalah dalam standard mutu. Jika sebelum
dikonsumsi produk dipanaskan terlebih dahulu dengan oven, maka etanol yang terakumulasi
sebagian besar akan diuapkan. Oleh karena itu produk yang mengandung ethanol emitters
hendaknya dipanaskan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
6. SENSOR SUHU
Permeabilitas film akan meningkat dengan meningkatnya suhu, dan hal ini perlu
diperhitungkan dengan teliti sebelum memilih jenis film kemasan yang akan digunakan. Dalam
beberapa hal peningkatan permeabilitas ini diinginkan, misalnya pada produk-produk yang
berespirasi, yaitu untuk mencegah terjadinya respirasi anaerob. Manipulasi film kemasan dapat
dilakukan dengan meningkatkan permeabilitasnya dan/atau merubah permeabilitas terhadap 02
dan C02 melalui perilaku respirasi produk.
Pembuatan lubang perforasi dengan ukuran beberapa mikron akan memberikan kondisi
yang diinginkan pada beberapa produk segar, atau dengan membuat film dari dua lapisan film
yang sarna, atau dari dua lapisan film dengan ketebalan yang berbeda tapi bahannya sarna. Jika
suhu meningkat atau turun, lapisan-Iapisan akan berekspansi pada laju yang berbeda.
Cara lain yang dapat dilakukan untuk produk-produk dengan laju respirasi tinggi, adalah
menambahkan bahan pengisi tertentu pada resin polimer, sehingga film akan berisi
mikroporous yang memfasilitasi keluar masuknya gas dari kemasan. Permeabilitas kemasan
terhadap gas dipengaruhi oleh ukuran paltikel dan jumlah bahan pengisi serta daya tarik film.
Bahan-bahan pengisi ini dapat berupa CaC03 dan Si02 .
[", ,\J i.
;. i",
~Hhl~j'27dMr'i 6:
1. Time-Temperature Indicators
Alat ini menunjukkan jika terjadi kesalaham dalam suhu penyimpanan, dan juga
menduga sisa umur dari produk pangan. Ada dua type time-temperature indicator yaitu :
- yang memberikan perubahan suhu yang masuk untuk menunjukkan kumulatif dari
perubahan suhu di atas suhu kritis dan lamanya perubahan suhu itu terjadi (Time-temperatur
indicators -TTl)
- yang memberikan informasi apakah suhu berada di atas atau di bawah suhu kritis
(Temperature indicators - Tl)
Label TI yang diletakkan pada kemasan pangan, akan memberikan informasi mengenai panas
yang masuk ke dalam kemasan selama distribusinya, biasanya ditunjukkan dengan respons
yang dapat dilihat dalam bentuk deformasi mekanis, perubahan warna atau pergerakan warna.
Ratusan paten telah dikeluarkan untuk penemuan-penemuan mengani Tl dan TTl, tapi hanya
sedikit yang digunakan secara komersial.
Syarat-syarat TTl untuk dapat digunakan secara komersial dalam kemasan pangan adalah :
- mudah untuk digunakan dan diaktivasi- tidak merusak kemasan
- harus diaplikasikan dan diaktivasi pada saat pengemasan (bukan sebelum pengemasan).
TTl yang ada saat ini biasanya sudah aktif sebelum digunakan untuk kemasan, sehingga harus
disimpan pada suhu di bawah titik kritisnya atau harus diaktivasi secara fisik sebelum
digunakan.
- harus memberikan respon yang akurat mengenai perubahan suhu penyimpanan dan
fluktuasi suhu yang cepat. Respon ini harus tidak dapat balik (irreversible) dan berkorelasi
dengan kerusakan aktual pada bahan pangan.
- Mempunyai kemampuan untuk mengakumulasi pengaruh suhu dan waktu selama periode
penyimpanan.
- mudah dibaca dan je las sehingga tidak terjadi kesalahpahaman oleh konsumen.
Prinsip penggunaan ala! TTl terdiri dari reaksi enzim, polimerisasi, korosi , suhu titik leleh dan
kristal cair. Pada umum nya , output dari alat ini adalah berupa perubahan atau pergerakan
\ Jl -\\...
l.{!~
;l
warna, atau kombinasi keduanya. Tiap-tiap prod uk pangan memberikan reaksi yang berbeda
terhadap kondisi penyimpanan,
Ole:~
Permeabilitas kemasan terhadap gas merupakan sifat penting dalam pemilihan jenis
kemasan. Jika terjadi kebocoran pada kemasan, maka modifikasi atmosfir di sekitar kemasan
yang sudah dibuat optimal sesuai dengan kebutuhan prod uk, akan rusak, karena gas akan masuk
ke dalam kemasan, dan mutu produk pangan menjadi menurun . Oleh karena itu terjadinya
kebocoran pada kemasan harus dapat dideteksi untuk menghindari terjadinya kerusakan produk.
Pada kemasan dengan konsentrasi C02 yang tinggi, kebocoran berarti terjadinya
peningkatan konsentrasi 02 dan penurunan konsentrasi C02 di dalam kemasan, dan ini dapat
mengakibatkan pertumbuhan mikroba perusak. Untuk dapat meningkatkan mutu dan keamanan
pangan, maka perlu dilakukan pengendalian kerusakan melalui deteksi kebocoran pada
kemasan.
Indikator 02 yang tersedia secara komersial umumnya berbentuk label warn a yang di
lamiansikan pada film polimer atau tablet. Indikator ini akan bereaksi dengan 02 yang masuk
ke dalam kemasan melalui lubang kemasan yang bocor, atau digunakan sebaagi absorber 02
sehingga semua 02 yang masuk ke dalam kemasan akan diserap. Indikator 02 yang paling
banyak digunakan adalah AgeJess-Eye (diproduksi oleh Mitsubishi Gas Chemical Co., Jepang),
yang berupa 02 scavenger, dan akan berwarna pink j ika tidak ada oksigen di lingkungan
tersbeut 0.1 %) dan berwarna biru jika 02 lebihd ari O.5%.Indikator 02 dapat digunakan
untuk memastikan bahwa produk sudah dikemas secara benar. Tetapi, alat ini mempunyai
kekurangan di dalam distribusi, karena kebanyakan indikator 02 sangat sensitif terhadap 02
dari kemasan gas dan perubahan warnanya bersifat dapat balik (reversible). Indikator ini dapat
bereaksi dengan sisa 02 yang ada di dalam kemasan, atau alat ini menunjukkan tidak ada 02,
karen a oksigen yang ada telah digunakan oleh mikroba perusak untuk pertumbuhannya. Oleh
karena itu perubahan \Varna dari indikator harus tidak dapat balik (irreversible).
Tipe vi sual dar i indikator oksigen terdiri dari : perubahan warna redoks, serta komponen
reduksi dan kom pon en alkali. Komponen-komponen tersebut misalnya pelarut (air dan/atau
alkohol) dan bulking age nt (misalnya zeolit, gel silika, bahan selulosa, polimer).
Indikator C02 diper lukan pada kemasan dengan konsentrasi C02 yang ditentukan (bisa untuk
menunjukkan \. .: ol1 semras i C02 yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Contohnya, indikator
'~""
1,
"\
~Ha
t']".u'dllri '1 ~
C02 yang terdiri dari 5 slrips indikator. Strips ini terdiri dari bahan yang sensitif terhadap C02,
seperti indikator anion dan kation liofolik organik. Konsnetrasi C02 ditunjukkan oleh
perubahan warna dari satu atau lebih strips.
Label indikator dari COX Recorders (USA) dengan nama dagang Fresh Taga digunakan
untuk menunjukkan kesegaran dari ikan. Indikator ini bereaksi dengan perubahan warna yang
terjadi dari pembentukan am in volatil selama penyimpanan ikan. Penggunaan warna pH dengan
indikator bromothymol blue dapat menunjukkan terjadinya peningkatan konsentrasi C02
karena periumbuhan mikroba, yang sekaligus menunjukkan sudah adanya kerusakan bahan
pangan oleh mikrobia. Penggunaan enzim oksidase laktase sebagai bahan yang sensitif terhadap
oksigen juga sudah diteliti, api belum digunakan secara komersial.
Indikator kematangan merupakan variasi lain dari kemasan yang mengendalikan suhu,
dan dapat mendeteksi serta menunjukkan keadaan bahan yang dipanaskan apakh sudah masak
atau belum. Type indikator kematangan (doneness indicator) yang umum digunakan adalah
indicator berupa tombol untuk kematangan produk ternak. Jika suhu tertentu sudah dicapai ,
maka tombol indikator akan muncul keluar menginformasikan kepada konsumen bahwa daging
sudah masaj. Bentuk lainnya adalah perubahan warna jika suhu yang diinginkan sudah tercapai,
Keterbatasan dari indikator kematangan adalah sulitnya untuk mengamati perubahan \\a rn
tanpa membuka oven. Alternatif lain untuk mengatasi ini adalah dengan menggunakan ta nda
berupa suara.
KESIMPULAN
Produk segar tetap 'hidup' setelah dipanen sehingga harus diperhatikan yang terjadi dari
proses metabolism yang dapat mempengaruhi kondisi produk. Kemasan aktif dapat
memperpanjang masa simpan, dengan mengontrol faktor yang mempengaruhi proses
metabolism tersebut seperti gas oksigen , karbondioksida, etilena dan uap air. Bahkan dengan
pengemas pintar dapat dideteksi kondisi kesegaran produk.
~'HaI16'$&u'jtf6m
DAFTAR PUSTAKA
1, Brown , G.E. 1989. Host defence at the wound site of harvested crops . Phytopath .
79 (12) :1381-1384.
2. Eckert, J.W . 1978. Pathological disease of fresh fruit and vegetables . In
Postharvest Biology and Biotechnology. Hultin , H.O. and Miller, N (eds) . Food and
Nutrition Press , Westport, Connecticut: 161-209.
3. Kays , S.J . 1991 . Postharvest Physiology of Perishable Plant Products .
4. Van Nostrand Reinhold, NY. Liu , 1998. Develop ing practical methods and facilities
for handling fruits in order to maintain quality and reduce losses. In Postharvest
Handling of Tropical and Sub-tropical Fruit Crops .
5. Wills , R.B.H., McGlasson, B., Graham, D., and Joice , D. 1998. Postharvest, An
Introduction to the Physiology and Handling of Fruit, Vegetables and Ornamentals .
4th Ed. The Univ. of New South Wales , Sydney. 22pp .
~!PIV sewa6uad
NIVS30
S N\f~ldll\l\fl
.
'. .
. '
".
-'
L -__________________
!'"'~
~~,~--------------------~
KANTONG ptASTlX
j
D
I
i
i
--------T--
'/---fUPATAN )
WUNG
KANTO~ ~
?lASTlK
'-----.....
"
I>
CI
/1
I
i
i
iI
i
i
,<:>
~~
\ .:.. .
:'
~'
e
g
cfo
c c
A=
"1:"
6 ~
&
f----------lI
a~
ACTIVE PACKAGING
CfU~Mi
an
6,,,
c-.v.:'-4"~
.-:.
TJVTJUJ< tSM\.IJANiO
!CIL.t
~ !H.1
'Cf 1
..