Seni Musik Tradisional adalah salah satu macam dari seni musik yang secara turun temurun dan melekat
sebagai sarana hiburan di kalangan masyarakat tertentu. Ketika berbicara tentang seni musik tradisional maka
kita tidak hanya berbicara tentang musik tradisional Indonesia, karena setiap daerah di suatu negara memiliki
ciri khas atau musik tradisional masing-masing yang berkembang karena pengaruh kehidupan di masa lalu atau
lain sebagainya.
Pada umumnya, seni musik tradisional disusun atau dibuat berdasarkan gaya, tradisi serta bahasa yang
sesuai dengan daerahnya. Untuk itu tidak sulit mengenali dari mana sebuah seni musik tradisional berasal.
Misalkan ketika kita mendengar lantunan musik ‘Bubuy Bulan’ maka secara naluriah kita bisa mengenali bahwa
musik tersebut berasal dari tanah sunda karena dilantukan dengan bahasa sunda, serta memiliki ciri khas sunda
yang sangat kental.
Dilansir dari Ensiklopdi Nasional Indonesia ( 1990 : 413 ) disebutkan bahwa kata musik berasal dari bahasa
Yunani mousike yang diambil dari nama dewa dari mitologi Yunani yaitu Mousa yakni yang memimpin seni
dan ilmu. Sedangkan Tradisional berasal dari bahasa latin yaitu Traditio yang artinya kebiasaan masyarakat
yang sifatnya turun temurun. Jadi dapat disimpulkan bahwa Seni Musik tradisional adalah sebuah seni musik
yang menggambarkan ciri khas dari kalangan masyarakat tertentu secara turun temurun.
Indonesia adalah negara yang terkenal akan keaneka ragaman budayanya, salah satunya adalah alat
musik tradisional. Alat musik tradisional di Indonesia memiliki nama dan kegunaan yang unik di masing-masing
daerah. Selain alat musik tradisional, Indonesia juga terkenal akan rumah adat dan tarian daerahnya. Dengan
kekayaan budaya yang kita miliki seharusnya kita mengetahui lebih dalam tentang budaya-budaya yang ada di
33 provinsi Indonesia.
1. Sarune Kale
➢ berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam yang mempunyai
jenis bunyi Aerofon, yaitu bunyi yang berasal dari
hembusan angin. Cara menggunakan serune kale adalah
dengan ditiup dan menggunakan jari untuk mengatur nada
yang ada di lubang serune kale
2. Aramba
➢ berasal dari Pulau Nias, Sumatera Utara yang mempunyai
jenis bunyi Ideofon, yaitu bunyi yang berasal dari bahan
dasarnya. Cara menggunakan Aramba adalah dengan
dipukul dengan menggunakan pemukul seperti stik
3. Saluang
➢ berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat yang
mempunyai jenis bunyi Aerofon, yaitu bunyi yang berasal
dari hembusan angin. Cara menggunakan saluang dengan
ditiup dan lubang yang ada di salung digunakan untuk
mengatur nada dan jari-jari tangan berfungsi untuk
menutup lubangnya
4. Gambus
➢ berasal dari Riau, yang membunyai jenis bunyi Kordofun,
yaitu bunyi yang berasal dari dawai atau senar. Gambus
mempunyai 3 senar – 12 senar. Gambus biasa dimainkan
sambil diiringi gendang.
5. Serangko
➢ berasal dari Jambi yang terbuat dari tanduk kerbau. Cara
menggunakan Serangko adalah dengan ditiup, serangko
biasa digunakan untuk pemberitahuan jika ada musibah di
masyarakat Jambi
7. Doll
➢ berasal dari Bengkulu yang mempunyai jenis bunyi
Membranofon, yaitu jenis bunyi yang asalnya dengan
memukul. Cara menggunakan doll yakni dengan dipukul
memakai alat pemukul
8. Bende
➢ berasal dari Lampung yang mempunyai jenis bunyi Ideofon,
yaitu jenis bunyi yang berasal dari bahan dasarnya. Cara
menggunakannya yaitu dipukul dengan alat pukul yang
khusus
9. Gendang melayu
➢ berasal dari Kepulauan bangka belitung yang mempunyai
jenis bunyi Membranofon, yaitu jenis bunyi yang asalnya
dengan memukul di sekitar area lunak dengan
menggunakan telapak tangan
11. Tehyan
➢ berasal dari Ibukota Jakarta yang mempunyai jenis suara
Kordofon yang digunakan dengan cara digesek di bagian
dawai atau senarnya, hampir sama dengan memainkan
biola
12. Angklung
➢ berasal dari Jawa barat yang mempunyai jenis bunyi
Ideofon. Cara memainkan angkul yaitu menggunakan
tangan kita
14. Gendang
➢ berasal dari Yogyakarta yang mempunyai jenis bunyi
Ideofon. Cara memainkannya dengan ditepuk di area lunak
menggunakan telapak tangan
15. Bonang
➢ berasal dari Jawa Timur yang mempunyai jenis bunyi
Ideofon. Cara memainkannya dengan dipukul
16. Gendang
➢ berasal dari Banten yang mempunyai jenis bunyi
Membranofon. Cara memainkannya dengan menepuk
memakai telapak tangan.
17. Cengceng
➢ berasal dari Bali yang mempunyai jenis bunyi Ideofon. Cara
memainkannya dengan diletakkan pada kedua telapak
tangan kemudian ditepuk
18. Serunai
➢ berasal dari Nusa Tenggara Barat yang mempunyai jenis
bunyi Aerofon. Cara memainkannya dengan ditiup lalu
nadanya diatur dengan jari tangan
19. Sasando
➢ berasal dari Nusa Tenggara Timur yang mempunyai jenis
bunyi Chordofon. Cara memainkannya dengan dipetik
21. Sampe
➢ berasal dari Kalimantan Timur yang mempunyai jenis bunyi
Kordofon. Cara memainkannya dengan dipetik dibagian
senarnya
22. Tuma
➢ berasal dari Kalimantan Barat yang mempunyai jenis bunyi
Membranofon. Cara memainkannya dengan ditepuk
menggunakan telapak tangan
23. Panting
➢ berasal dari Kalimantan Selatan yang mempunyai jenis
bunyi Kordofon. Cara memainkannya dengan dipetik
dibagian senarnya
24. Kolintang
➢ berasal dari Sulawesi Utara yang mempunyai jenis bunyi
Ideofon. Cara memainkannya dengan dipukul.
25. Ganda
➢ berasal dari Sulawesi Tengah yang mempunyai jenis bunyi
Membranofon. Cara memainkannya dengan menepuk
menggunakan telapak tangan
27. Ladolado
➢ berasal dari Sulawesi Tenggara yang mempunyai jenis bunyi
Ideopon. Cara memainkannya dengan dipukul
28. Ganda
➢ berasal dari Gorontalo yang mempunyai jenis bunyi
Membranofon. Cara memainkannya dengan ditepuk
memakai telapak tangan
29. Kecapi
➢ berasal dari Sulawesi Barat yang mempunyai jenis bunyi
Kordofon. Cara memainkannya dengan dipetik di bagian
senarnya
30. Nafiri
➢ berasal dari Maluku yang mempunyai jenis bunyi
Membranofon. Cara memainkannya dengan ditepuk
menggunakan telapak tangan
31. FU
➢ berasal dari Maluku Utara yang mempunyai jenis bunyi
Aerofon. Cara memainkannya dengan ditiup.
32. Kendang
➢ berasal dari Jawa Barat yang mempunyai jenis bunyi
Membranofon. Cara memainkannya dengan dipukul
dengan alat pemukul
34. Guoto
➢ berasal dari Papua Barat yang mempunyai jenis bunyi
Kordofon. Cara memainkannya dengan memetik senar
35. Kulanter
➢ berasal dari Jawa Barat yang mempunyai jenis bunyi
Membranofon. Cara memainkannya dengan dipukul,
kulanter biasanya dijadikan pengiring kendang
36. Gong
➢ berasal dari Jawa Barat yang jika dipukul akan
mengeluarkan jenis bunyi Membranofon. Gong biasanya di
ikat atau digantung pada kayu
37. Jengglong
➢ berasal dari Jawa Barat yang menyerupai gong kecil.
Jengglong biasanya dijadikan pengiring gong.
38. Rebab
➢ berasal dari Jawa Barat yang cara memainkannya seperti
biola yaitu di gesek. Bentuk rebab seperti busur panah
39. Talempong
➢ berasal dari Sumatera Barat yang cara memainkannya
dengan dipukul menggunakan kayu. Bentuk talempong
mirip dengan alat musik bonang dari Jawa Tengah.
41. Serunai
➢ berasal dari Sumatera Barat yang terbuat dari padi, kayu
dan bambu. Cara memainkannya yaitu dengan ditiup.
43. Burdah
➢ berasal dari Sumatera Selatan yang terbuat dari bahan kulit
binatang atau kayu. Burdah sejenis dengan rebana yang
cara memainkannya dengan dipukul
44. Tenun
➢ berasal dari Sumatera Selatan yang terbuat dari kayu yang
berbentunk segitiga. Dinamakan tenun karena sering
digunakan sebagai penghibur para pekerja yang sedang
menenun
46. Tebangan
➢ berasal dari Sumatera Selatan yang hampir mirip dengan
rebana. Cara memainkannya yaitu dengan dipukul
48. Caklemong
➢ berasal dari Bangka Belitung yang mempunyai bentuk
melengkung ke bawah. Cara memainkannya yaitu dengan
dipukul menggunakan pemukul
49. Gambangan
➢ berasal dari Bangka Belitung yang terdiri dari tujuh
potongan kayu. Cara memainkannya yaitu dengan dipukul
menggunakan kayu
50. Kompang
➢ berasal dari Lampung yang terbuat dari kulit kambing atau
kayu. Kompang hampir mirip dengan rebana, yang cara
memainkannya di pukul.*
https://ilmuseni.com/seni-pertunjukan/seni-musik/nama-alat-musik-tradisional
Setiap wilayah, mulai dari Sabang sampai Merauke pun memiliki lagu daerah tersendiri dengan ciri
khasnya masing masing. Belum lagi lirik lagunya yang bagus penuh dengan makna/pesan moral, rasa syukur,
perjuangan dan tradisi sehingga cocok didengar semua kalangan termasuk anak anak.
Di indonesia sendiri terdapat ratusan hingga ribuan lagu-lagu daerah, beberapa diantaranya cukup
populer karena sering dibawakan di berbagai kesempatan. Contoh lagu daerah nusantara yang dikenal
diantaranya ampar ampar pisang, yamko rambe yamko, poco poco, jali jali, lir ilir, rek ayo rek dan masih banyak
lagi.
Bermacam macam lagu daerah nusantara yang ada ini, merupakan sebuah kebanggan dan waraisan
budaya yang harus kita jaga dan lestarikan dengan baik agar tetap dapat diturunkan ke generasi berikutnya.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini kumpulan lagu daerah dan asalnya:
1. Aceh Bungong Jeumpa, Jambo – Jambo, Lembah Alas, Aceh Lon Sayang,
Tawar Sedenge, Aneuk Yatim
3. Bangka Belitung Nyok Miak, Alam Wisata Pulau Bangka, Men Sahang Lah Mirah, Nasib Si
Bujang Saro, Icak-Icak Dek Tau
5. Bengkulu Lalan Belek, Sungai Suci, Umang-umang, Pegi Berayak, Pantai Panjang, Ibo,
Taneak Tanai, Jibeak Weo, Pantai Malabero, Semulen Keme, Kota Cu’up,
Sungai Suci, Yo Botoi-botoi, Sekundang Setungguan, Ikan Pais
10. Jawa Barat Bajing Luncat, Bubuy Bulan, Cing Cangkeling, Es Lilin, Manuk Dadali, Neng
Geulis, Nenun, Panon Hideung, Pepepling, Peuyeum Bandung,
Pileuleuyan, Sapu Nyere Pegat Simpai, Tokecang, Warung Pojok,
Badminton, Cinta Nusa, Colenak, Lingkung Lembur, Raden Dewi Sartika,
Reumbeuy Bandung, Sabilulungan
11. Jawa Tengah Bapak Pucung, Cublak-cublak Suweng, Gek Kepriye, Gundhul Pacul, Lir-
Ilir, Jamuran, Jaranan, Padhang Wulan, Gambang Suling,Gek Kepriye,
Ande-ande Lumut, Dondong Apa Salak, Yen Ing Tawang Ono Lintang,
Stasiun Balapan
12. Madura Kembang Malathe, Keraban Sape, Tanduk Majeng, Dhe’ Nong Dhe’ Ne’
Nang, Din-Dindi’, Lar-Olar Kolarjang, Aeng Lema’, Ko’ Tongko’an Calelet,
Ke’ Rangke’ Kakonengan, Set-Seset Maloko’, Jan-Anjin, Gai Bintang, Po’-
Kopo’ Ame-Ame
13. Jawa Timur Rek Ayo Rek, Tanjung Perak, Lindri, Grimis-Grimis, Ker-Tanoker, Lir-
Saalir, Ko Soko Bibir, La Illa Haillallah
14. Kalimantan Barat Cik Cik Periuk, Aek Kapuas, Masjid Jami’, Alon-Alon, Kapal Belon, Antare
Kapuas – Landak, Alok Galing, Bantelan, Batu Balah, Bujang Nadi, Ca’
Uncang, Dare Sibarang, Darilah Saing, Dimane Kucare, Kaing Lunggi,
Passan Dolo’, Ruwai, Salah Pengambean, Salo’, Simbe Rapian, Simirante,
Sungai Sambas Kebanjiran, Tamasya ke Danau Sebedang, Tamlalai,
Tikanang Urang Tue, Ting Kedelai, Tandak Sambas
15. Kalimantan Selatan Ampar-Ampar Pisang, Paris Barantai, Saputangan Bapuncu Ampat, Anak
Pipit, Ayun Apan, Japin Rantauan, Musik Panting, Tirik Lalan, Halin,
Mandung – Mandung, Ta’ingat Kasih, Siti Zubaidah, Talanjur Batunangan,
16. Kalimantan Tengah Kalayar, Naluya, Palu Lempong Popi, Tumpi Wayu, Manasai, Oh Indang Oh
Apang, Bawi Kuwu
17. Kalimantan Timur Indung-Indung, Oh Adingkoh, Bulan Haji, Buah Bolok, Burung Enggang
Marista, Lamin Talungsur
19. Lampung Sang Bumi Ghuwai Jughai, Bumi Lampung, Sakai Sambayan, Seminung,
Muloh Tungga, Penyandangan, Anak Tupai, Adi-adi Laun Lambar, Cangget
Agung, Lipang Lipandang
21. Sulawesi Selatan Ambo Logo, Ammac Ciang, Anak Kukang, Batti’batti, Bulu Alau’na Tempe,
Ganrang Pakarena, Mappadendang, Ma Rencong, Sulawesi Pa’rasanganta
22. Maluku Ambon Manise, Ayo Mama, Buka Pintu, Burung Kakatua, Burung Tantina,
Goro-Goro Ne, Gunung Salahatu, Hela Rotan, Huhatee, Kole-Kole, Lembe-
lembe, Mande-mande, Naik-Naik Ke Puncak Gunung, Nona Manis Siapa
Yang Punya, O Ulate, Ole Sioh, Rasa Sayange, Sarinande, Saule, Sayang
Kene, Siwalima Arika, Sudah Berlayar, Tanase, Toki Tifa, Waktu Hujan Sore-
sore
23. Nusa Tenggara Barat Helele U Ala De Teang, Moree, Orlen-orlen, Pai Mura Rame, Tebe Onana
Nusa, Tutu Koda, Kadal Nongaq
24. Nusa Tenggara Timur Anak Kambing Saya, Bolelebo, Desaku, Lerang Wutun, O Nina Noi, Orere,
Potong Bebek Angsa, Manalolo Banda, Putar-Putar Kopi, Flobamora, Pai
Mura Rame, Lerang Wutun, Bolelebo, Haleleu Ala De Teang, Loro Loro
Malirin, Ele Moto, Bole Jaru, Ofa Langga, Ina Noi, Tanjung Kurung, Mai Fali,
Tebe O Nana, Mana Lolo Banda, Kebiyononda, Bale Nagi, Fali Nusa Lote,
Peki Lewo, Kalabahi, Sinji Tena, Giyayo, Singkorena, Sadiapede, Manu Rae
Lewo, Bengure Le Kaju, O Ine Mora Ate, Do Hawu, Gaila Ruma Radha
25. Riau Lancang Kuning, Ocu Maantau, Rang Talu, Soleram, Zapin Pantai Solop,
Agar Terbang Bawa Bersuluh, Anak Igat, Langgam Melayu, Kutang Barendo,
Pulau Bintan, Segantang Lada, Tambelan, Hang Tuah, Kampung Halaman,
Pak Ngah Balek, Kasih Dan Budi
28. Sulawesi Utara Esa Mokan, Gadis Taruna, O Ina Ni Keke, Si Patokaan, Tahanusangkara, Tan
Mahurang
29. Sumatera Barat Anak Daro, Ayam Den Lapeh, Badindin, Bareh Solok, Dayung Palinggam,
Gelang Sipaku Gelang, Ka Parak Tingga, Kambanglah Bungo, Kampuang Nan
30. Sumatera Selatan Cuk Mak Ilang, Dek Sangke, Kabile-Bile, Ya Saman
31. Sumatera Utara Butet, Cikala Le Pongpong, Dago Inang Sarge, Ketabo, Leleng Ma Hupaima,
Lisoi, Madekdek Magambiri, Mariam Tomong, Nasonang Dohita Nadua,
O’pio, Piso Surit, Rambadia, Say Selamat Masinegar, Sengko-sengko,
Sigulempong, Sik Sik Sibatumanikam, Sinanggar Tulo, Sing Sing So, Sitara
Tillo, Sory Ya Katulla, Tarutung Na Uli (Tapanuli Utara), Tano Niha Sumatra
Utara Nias
32. Yogyakarta Pitik Tukung, Sinom, Suwe Ora Jamu, Te Kate Dipanah, Kidang Talun,
Menthok- menthok, Kupu Kuwi, Caping Gunung, Walang Kekek, Gethuk
Demikianlah daftar lagu lagu daerah Indonesia dan asalnya lengkap 34 provinsi. List diatas hanya
sebagian saja dari sekian banyak lagu tradisional daerah yang ada di seluruh Indonesia. Sekian artikel kali ini,
semoga bermanfaat dan bisa menjadi referensi pengetahuan bagi kita semua.*
https://www.utakatikotak.com/kongkow/detail/14332/Daftar-Lagu-Lagu-Daerah-Indonesia-dan-Asalnya-Lengkap-34-Provinsi
Sampai saat ini, alat musik tradisional masih banyak digunakan oleh masyarakat tertentu. Sebagian
dari mereka malah menggabungkannya dengan alat musik modern yang terdiri dari: alat musik petik dan alat
musik ritmis serta alat musik tiup. Dengan begitu, kehadiran alat musik masa kini tidak menghilangkan alat
musik tempo dulu.
1. Musik Gambang Kromong - Betawi ➢ Jenis musik ini merupakan musik tradisi serapan
yang sudah beradaptasi dengan lingkungannya.
Berdasarkan informasi yang didapat, genre musik
ini cikal bakalnya berasal dari musik etnis Cina.
➢ Dan kini sebagian besar pelakunya adalah
seniman-seniman Betawi dari etnis non Cina
(pribumi).
➢ Penyanyi Benyamin S dan Ida Royani sempat
mempopulerkan jenis musik ini dalam bentuk
bentuk penyajian lagu humor gaya Betawi.
➢ Perlu diketahui, jenis musik Gambang Kromong ini
berfungsi sebagai lagu-lagu instrumentalia, musik
iringan tari (tari colek). Saat ini juga digunakan
sebagai musik iringan Lenong.
2. Musik Goong Renteng – Jawa Barat ➢ Jenis Musik Goong Renteng menjadi salah satu
jenis Gamelan khas masyarakat Sunda yang sudah
cukup memakan usia.
➢ Selain itu, seperangkat Gamelan Goong Renteng
dikenal juga kesenian Gamelan Mbah Bandong.
Kabarnya, genre musik tersebut berasal dari desa
lebakwangi Batukurut kecamatan Pameungpeuk,
Provinsi Jawa Barat.
➢ Berdasarkan fungsinya, kesenian ini digunakan
khusus untuk acara keagamaan muludan/maulud
Nabi.
➢ Ada banyak instrumen musik dalam Gamelan
Goong Renteng, yaitu:
o Bonang,
o Saron,
o Kecrek,
o Beri,
o Goong,
o dan Kendang.
➢ Adapun lagu yang biasa dibawakan adalah lagu
Seserengan, lagu Pucung lingkup, dan lagu
Pangkur.
5. Musik Gong Luang - Bali ➢ Genre musik lain yang biasanya terdapat dalam
Gong Luang adalah: Gangsa, Jublag, Jegog, Saron,
Trompong, Kendang, Suling, dan Riyong.
➢ Kesenian tradisional ini berasal dari daerah
provinsi Bali. Gong Luang sedniri terdiri dari dua
kata yaitu:
o Gong dan Luang.
➢ Adapun artinya mengacu pada nama itu sendiri
Gong. Sedang kata Luang berarti ruang atau Rong.
➢ Jika ada acara kematian di Bali, Gong Luang tak
lupa selalu mengiringinya.
8. Musik Senandung Jolo – Muara Sebak, Jambi ➢ Asal jenis musik tradisional ini adalah Provinsi
Jambi, di kecamatan Muara Sabak Kabupaten
Jambi Timur. Pementasan musik ini biasanya
diadakan pada saat orang turun ke sawah yang
sering disebut sebagai manunggal padi. Nah,
pada saat manunggal padi tersebut para
pemuda dan pemudi mengungkapkan isi hatinya
dengan mengucapkan pantun secara bergantian
yang diiringi dengan berbagai alat musik yang
terdiri dari:
o Kulintang Kayu,
o Biola,
o Gendang Satu,
o Gendang Dua,
o Serta Gong.
11. Musik Tabuh Salimpat - Lampung ➢ Jenis musik ini adalah musik tradisional daerah
yang berasal dari Lampung. Kabarnya, hingga
saat ini, jenis musik Tabuh Salimpat masih hidup
dan berkembang di daerah masyarakat
pendukungnya. Anda percaya? Jika tidak
percaya, mana tahu Anda sempat datang ke
Lampung untuk melihat tempat wisata, bisa
sekalian mampir untuk memverifikasi
kebenarannya.
➢ Tabuh salimpat terdiri dari alat musik tabuh dan
alat musik petik. Di dalam penampilan musik ini,
instrumen yang paling menonjol adalah
instrumen Kerenceng dan Gambus Lunik.
Sedangkan instrumen yang lain hanya sebagai
pelengkap saja. Fungsi musik ini digunakan
sebagai upacara adat, juga sebagai alat
berkomunikasi di antara kamu remaja dalam
bentuk lagu yang disebut Sesimbatan atau
pantun bersahutan, serta dapat juga menjadi
iringan gerakan tari.
12. Musik Syair Telimaa – ➢ Menurut sejarah jenis musik Syair Telimaa
Kapuas, Kalimantan Barat berasal dari daerah Tanah Mandalam, Bumi
Uncok Kapuas, Kalimantan Barat (Kalbar)
➢ Genre musik ini salah satu syair yang cukup
terkenal, di Samoing Syair Lawih dan syair
lainnya. Pada zaman dahulu syair ini dilantunkan
pada saat pesta resmi dan pertemuan
pertemuan kerabat sesepuh Tanah mandalam di
bumi Uncok Kapuas, Kalbar.
➢ Jika dilihat lebih dalam, Isi syair dari musik
tersebut adalah berupa pesan agar para generasi
muda mempertahankan dan melestarikan nilai
kejayaan budaya bangsa nenek moyang.
13. Musik Panting – Tapin, Kalimantan Selatan ➢ Genre musik Panting berasal dari daerah Tapin,
Kalimantan Selatan (Kalsel). Kabarnya,
masyarakat adat setempat sangat menggemaari
musik ini sehingga jadi kebanggaan daerahnya.
➢ Perlu diketahui, kata Panting berarti ‘petik’, yaitu
membunyikan senar dengan teknik sentilan.
Dalam penyajian, musik ini dahulunya banyak
dipentaskan pada malam hari, dan sekarang
sudah dipergunakan untuk menyambut tamu
kehormatan atau sebagai musik hiburan rakyat.
14. Musik Sasando Gong – ➢ Genre musik Sasando adalah alat musik khas
Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur pulau Rote,Nusa Tenggara Timur (NTT) dan
merupakan jenis alat musik petik yang terdiri dari
sebatang bambu sebagai tempat untuk
menyangkutkan kawat halus unutk di petik.
➢ Pengertian harfiah nama sasando menurut asal
katanya (dalam bahasa rote) sasando atau
sasandu artinya alat yang bergetar atau alat yang
berbunyi. Sedangkan secara harfiah nama
Sasando menurut asal katanya dalam bahasa
Rote, Sasandu, yang artinya alat yang bergetar
atau berbunyi. Suara sasando ada miripnya
dengan alat musik dawai lainnya seperti gitar,
biola, kecapi, dan harpa.
➢ Dilihat dari fungsinya, musik sasando gong
sebagai hiburan, pengiring tarian, dan sebagai
upacara adat setempat. Cara memainkanya
sangat beragam. Diantaranya adalah
menggunakan cara Teo Renda, Oda Langga, Feto
Bo, Batu Matia, Basili dan lain lain.
15. Musik Keroncong - Betawi ➢ Genre musik Keroncong adalah nama dari
instrumen musik sejenis ukulele. Sebagai jenis
musik khas Indonesia, keroncong dalam
penyajiannya menggunakan instrumen musik
keroncong, flute, dan seorang penyanyi wanita.
TEKNIK PERTUNJUKAN
1. Karya musik yang akan dimainkan
2. Penempatan pemain di atas panggung (blocking)
3. Aspek psikologis para pemain selama pertunjukan
4. Penguasaan permainan musik dan latihan
Pergelaran musik dapat disajikan dalam bentuk seperti paduan suara/koor, ansambel musik gitar,
ansambel musik tiup, ansambel musik perusi, atau organ tunggal. Agar suasana tidak monoton dan penonton
tidak merasa bosan, maka dapat ditampilkan berbagai lagu yang dibawakan secara berselang-seling.
Pelaksanaan pergelaran seni musik tingkat kelas dapat dibuka oleh wali kelas masing-masing. Namun,
sebelum acara dimulai terlebih dahulu harus dibuat rancangan susunan acara yang akan disuguhkan kepada
penonton. Hal-hal yang perlu dimasukkan dalam rancangan acara yaitu waktu/durasi/lamanya acara, pola
acara, variasi acara, dan puncak acara.
Setelah kegiatan pergelaran selesai dilaksanakan, biasanya diadakan evaluasi terhadap kegiatan
tersebut. Evaluasi dapat berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Pada evaluasi proses, guru kesenian
sebagai pembimbing memberikan catatan-catatan kecil yang ditujukan kepada setiap anggota panitia, yang
meliputi cara kerja panitia, kekompakan kerja panitia, kedisiplinan dan kerja sama masing-masing personel
panitia.
Adapun evaluasi hasil merupakan evaluasi erhadap hasil yang diperoleh secara keseluruhan dari
kegiatan pergelaran tersebut. Evaluasi dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui berbagai hambatan
yang dihadapi oleh setiap seksi, cara mengatasi persoalan-persoalan yang ada, serta mengetahui keadaan
keuangan pada kegiatan yang dilaksanakan. Hasil evaluasi tersebut dapat dipergunakan sebagai pedoman
untuk pelaksanaan kegiatan serupa pada masa yang akan datang. Selain memiliki tujuan tersebut, evaluasi juga
memiliki manfaat yaitu memberikan umpan balik bagi panitia maupun pihak lain dan sebagai tolok ukur atas
keberhasilan suatu kegiatan.*
http://yuliarahmawati10.blogspot.com/2018/12/pengertian-jenis-teknik-prosedur-dan-evaluasi-pertunjukan-musik-lengkap-kurtilas.html
Karya musik dapat kita dengarkan melalui pertunjukan langsung atau melalui hasil rekaman. Karya
tersebut oleh penyajinya, baik pemain musik maupun penyanyi selalu berusaha tampil sebaik-baiknya untuk
memenuhi harapan (keindahan) bagi pendengarnya. Bagi penyaji musik, komentar dari pendengar dapat
mendorong musisi untuk berkarya lebih baik. Rasa puas diri kadang dapat menurunkan upaya untuk
meningkatkan kemampuan diri. Melalui komentar yang dilontarkan, penonton atau pendengar menjadi paham
akan apa yang terbaik atau pun kekurangan seorang penyanyi.
Kritik musik bukan hanya komentar sesaat seusai pertunjukan tetapi suatu ulasan mendalam dan luas
guna memberi pemahaman atas karya. Kritik musik berusaha menghubungkan karya musik dan pelakunya
dengan masyarakat musik (pendengar) sehingga terbangun suatu pemahaman atas nilai-nilai keindahan. Karya
musik yang didengarkan tidak selalu dengan mudah dipahami, apalagi jika karya tersebut asing dan apresiator
kurang memiliki referensi atas karya tersebut. Dengan demikian, kritik musik diperlukan oleh seniman dan
pendengar musik.
• Kritik Jurnalistik. Kritik ini isinya mengandung aspek pemberitaan. Tujuannya memberikan informasi
tentang berbagai peristiwa musik, baik pertunjukan maupun rekaman. Biasanya ditulis dengan ringkas
karena untuk keperluan surat kabar atau majalah. Sem C. Bangun menyatakan, bahwa “kewajiban
seorang kirtikus jurnalistik adalah memuaskan rasa ingin tahu para pembaca yang beragam dan untuk
menyenangkan perasaan mereka (2011:8).
• Kritik Pedagogik. Kritik ini diterapkan oleh pengajar kesenian dalam lembaga pendidikan. Tujuan kritik
ini adalah untuk mengembangkan bakat dan dan potensi peserta didik. Ini dilakukan dalam proses
belajar mengajar dengan obyek kajian adalah karya peserta didiknya sendiri.
• Kritik Ilmiah. Kritik ini berkembang dikalangan akademisi dengan metodologi penelitian ilmiah,
dilakukan dengan pengkajian secara luas, mendalam dan sistematis, baik dalam menganalisis
maupunmembandingkan dapat dipertanggung-jawabkan secara akademis dan estetis. (Bangun, 2011:
11).
• Kritik Populer. Kritik yang dilakukan secara terus menerus secara langsung atau tidak langsung
dikerjakan oleh penulis yang tidak menuntut keahlian kritis (Bangun, 2011: 12). Ini berarti kritik yang
disampaikan bukan pada tepat tidaknya analisis dan evaluasi yang disajikan tetapipada kesetiaan atas
suatu gaya atau jenis musik yang mereka tekuni.
Pendekatan yang umum digunakan dalam kritik seni terdiri dari pendekatan formalistik, instrumentalistik, dan
ekspresivistik. Pendekatan dapat diartikan dasar pijakan kritikus dalam menyusun kerangka berpikirnya atau
caranya menyajikan kritik.
• Formalistik. Pendekatan kritik ini berasumsi bahwa kehidupan seni memiliki kehidupanya sendiri,
lepas dari kehidupan nyata sehari-hari. Kritik jenis ini cenderung menuntut kesempurnaan karya seni
yang dibahas. Kriteria yang digunakan adalah tatanan yang terpadu (integratif) antar unsur formal atau
unsur dasar pembangun karya seni (bunyi) dengan menghindari unsur estetis yang tidak relevan,
seperti deskripsi sosial, kesejarahan dan lain-lain. (Bangun, 2011: 56-57).
• Instrumentalistik. Pendekatan kritik yang menganggap seni sebagai sarana atau instrumen untuk
mengembangkan tujuan tertentu seperti moral, politik, atau psikologi. Pada pendekatan ini, karya seni
dianggap sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Karya seni bukan terletak pada bagaimana
penyajiannya tetapi apa dampak dari karya tersebut bagi kehidupan masyarakat. Di sini, nilai seni ini
terletak pada kegunaanya.
• Ekspresivistik. Pendekatan kritik ini menganggap karya seni sebagai rekaman perasaan yang
diekspresikan penggubahnya. Jadi, karya seni ditempatkan sebagai sarana komunikasi. Kritikus yang
menggunakan pendekatan ini melakukan aktivitas kritik berdasakan pengalaman pencipta suatu karya
seni dengan tetap memperhatikan aspek teknis dalam penyajian gagasan sebagai pendukung emosi
penciptanya.
o Pada bagian deskripsi, hal yang paling mendasar adalah penyajian fakta yang bersumber langsung
dari karya musik yang dianalisis. Penyajian fakta ini berupa pernyataan elemen dan warna bunyi yang
digunakan. Faktor-faktor pendukung penyajian juga termasuk bagian deskripsi. Pada tahap ini
dinyatakan secara lengkap bagaimana elemen atau unsur-unsur tersebut diperlakukan dalam
penyajian musik.
o Analisis adalah uraian berupa penjelasan hal-hal yang penting dari unsur nada, melodi, harmoni,
ritme, dan dinamika musik. Unsur-unsur tersebut dinyatakan pada bagian mana pentingnya dalam
mendukung penuangan atau penyajian gagasan. Inilah tahap menyatakan mutu suatu karya musik
Penyajian kritik musik dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Penyajian secara tulisan disusun
seperti urutan penyaian di atas. Pada awal tulisan perlu kiranya ditambahkan bagian pendahuluan. Dengan
demikian penyajian kritik dalam bentuk tulisan meliputi:
• Pendahuluan
• Deskripsi
• Analsis
• Interpretasi
• Evaluasi
Bagian pendahuluan berisi tentang identitas musik yang akan dikritisi, seperti nama penulis atau pencipta
musiknya, judul karya, nama penyajinya dan lain-lain yang dianggap perlu untuk diketahui oleh pembaca.
Dalam hal musik vokal, lirik lagu termasuk bagian yang tidak terpisahkan dalam analisis kritik musik. Lirik lagu
karena berbasis bahasa maka dapat dianalsisis makna yang terkandung di dalamnya. Makna lirik lagu
mencakup makna denotatif dan konotatif.*
https://www.mikirbae.com/2015/01/belajar-kritik-musik.html