Anda di halaman 1dari 20

Moralitas dan Etika Bisnis

Mustopa Marli Ramli Batubara


Moralalitas dianggap sebagai salah satu alasan
mendasar dan mendorong seseorang bertindak
secara beretika.

Moral bagian dari jiwa manusia yg tumbuh dan


berdiam diri secara kuat dan setiap orang pasti
memiliki moral.

Moral membuat orang bisa mengerti akan


makna kehidupan, serta bagaimana
memperlakukan hidup secara bermakna.
Definisi Moralitas
Moralitas adalah istilah yang dipakai untuk ,
mencakup praktik dan kegiatan yang
membedakan apa yang baik dan apa yang
buruk, aturan-aturan yang mengendalikan
kegiatan itu dan nilai-nilai yang bersimbol di
dalamnya yang dipelihara atau dijadikan
sasaran oleh kegiatan dan praktik tersebut.
Istilah moral dari kata latin MOS (Moris) yg
berarti adat istiadat, kebiasaan, tata cara
kehidupan seseorang yang bermoral tercermin
dari perbuatan yang dilakukan. Karena
perbuatan adalah bahagian dari tindakan
moralitas sesorang.

jadi, tingkah laku manusia dikatakan bermoral


apabila tingkah laku itu sesuai dengan nilai-
nilai moral yang berlaku dalam kelompok
sosial di mana manusia itu hidup.
Situasi dan kondisi bisnis saat ini memiliki tingkat
kompleksitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan di masa
lalu.

Sering pekerjaan yang ditekuni memiliki peluang untuk


melakukan kejahatan, dan kejahatan tersebut peluang
untuk sulit diketahui orang.
Saat ini sarana teknologi sbg perangkat pendukung
mempercepat berbagai urusan bisnis yaitu mempercepat
berbagai urusan serta mempersingkat penggunaan waktu
(efek positif). Efek negatif yg ditimbulkan sering men
dorong seseorang untuk melakukan kejahatan; contoh
Cyber crime adalah salah satu kejahatan dg memanfaatkan
dunia maya sbg tempat untuk mengambil keuntungan, yang
dilakukan oleh apa yang dikenal sebagai Hacker yg
dilakukan secara ilegal
Kejahatan sebagi pelanggaran etika sering
terjadi di saat moral tidak lagi berfungsi secara
utuh. Merosotnya moral terjadi di saat
kebanggaan pada prinsip-prinsip moralitas
terabaikan dan diabaikan oleh yang
berangkutan.

Namun moral bisa bertindak sebagai


pengontrol atau lebih jauh tameng yang
membuat sesorang berfikir dua kali atau lebih
untuk melakukan kejahatan.
“Pembentukan peraturan dengan
mengedepankan prinsip
moralitas memiliki maksud
tersendiri yaitu ingin pihak-pihak
yang memakai aturan tersebut
tetap memeprtahanakan
moralitas yang mereka miliki”
Pergesaran Moaralitas di Masyarakat
Penyebabnya antara lain:
 Kondisi masyarakat yang heterogen
menyebabkan pandangan dan pemikiran terjadi dalam
berbagai segi, pandangan Pro dan Kontra diangggap hal
biasa di alam demokrasi. Sesuatu yang tabu untuk
diucapkan merupakan hal yang biasa dan menimbulkan
sifat Pro – Kontra dimasyarakat.

 Kehidupan yang dinamis pada saat ini tidak terlepas


dari peran masuknya berbagai informasi dari luar.
Sehingga perlu penyaringan (di filter) terhadap
informasi yang masuk.
Dalam konteks moral dan etika, sebuah bisnis
yang baik adalah yang mengedepankan etika dan
menjunjung nilai-nilai moral.

Jika moral dan etika telah bergeser dari


koridornya maka kondisi dan struktur masyarakat
juga akan kehilangan arah, mengambang
baigaikan pohon yang telah tercabut dari
akarnya. Suatu masyarakat yang bermoralitas dan
beretika tinggi akan mendukung pembentukan
national building yang diharapkan
Bisnis dan moralitas pada prinsipnya mempunyai
hubungan yang kuat. Membangun bisnis tidak semata
untuk mendapatkan materialistis semata, atau
mengejar kekayaan saja. Namun, membangun bisnis
harus menempatkan perasaan moral untuk
bertanggungjawab terhadap sesama manusia.

Keputusan membangun bisnis didasarkan pada rasa


moralitas ingin memiliki hidup yang lebih layak, serta
mampu memperkerjakan orang lain dan memberi gaji
yang layak. Secara lebih jauh perusahaan dituntut
untuk ikut serta menuntaskan kemiskinan.
“Perkembangan masyarakat, akan memaksa dunia
bisnis beradaptasi dan mengubah perspektif bisnisnya,
tidak hanya fokus menciptakan profit semata
melainkan secara sosial turut bertanggungjawab atas
fakta sosial adanya kemiskinan, keterbelakangan dan
ketimpangan di sekitar mereka” (DODY PRAYOGA).

Untuk ini sebuah perusahaan harus bertanggungjawab


pada lingkungan sekitar. Dalam hal ini untuk ikut
memperlihatkan sisi moralitas perusahaan terhadap
masyarakat sekeliling. Dalam ilmu manajemen konteks
ini sering disebut bagian sikap CSR (corporate social
responsibility) atau tanggungjawab sosial perusahaan.
Realita dalam Bisnis
 Dalam bisnis dikenal dengan namanya untung dan rugi.
Setiap keputusan bisnis ditekankan sekali pada
perolehan keuntungan yang maskimal, termasuk
memberikan kepuasan kepada para pemegang saham.
Seringkali jika moralitas diabaikan perusahaan akan
meraih keuntungan namun dampak kerusakan
lingkungan akan semakin terasa.
Contoh: Perusahaan tekstil yang mengabaikan
membuang limbah ke sungai, danau dan laut tanpa
melalukan pengolahan limbah. Apa dampak yang
ditimbulkan bagi lingkungan ?
 Bisnis memiliki ikatan yang sangat kuat
dengan financial, karena memang tujuan
bisnis paling utama untuk memperoleh
keuntungan dalam bentuk financial.

Sehingga sering aktivitas bisnis menimbulkan


dampak pelanggaran dalam nilai moralitas.
Pelanggaran dalam nilai-nilai moralitas terjadi
karena keinginan untuk meraih keuntungan
yang lebih tinggi atau secara tidak wajar dan
dalam waktu yang cepat.
Untuk membuat moralitas tetap hidup dalam dunia
bisnis, maka disahkannya beberapa aturan yang
membahas tentang etika bisnis. Etika bisnis berisi
pandangan-pandangan yang dalam nafasnya
mengandung muatan moralitas. Pelanggaran dari
peraturan nantinya mendapat sangsi dan salah satu
tujuan sangsi ingin agar para pebisnis menghargai
posisi pekerjaannya sebagai sebuah profesi yang harus
ditekuni dengan profesional dan mulia.

Moral berkaitan dengan agama karena penjelasan


setiap sisi moral tidak terlepas referensi dari agama
yang dimilki. Untuk sebagai orang yang memeluk suatu
agama harus mengamalkan agama tersbt secara utuh
ke dalam sendi-sendi kehidupannya.
A. Sonny Keraf, mengatakan bahwa “suatu
pekerjaan hanya bisa dianggap sebagai
sebuah profesi dalam pengertian sebenarnya
kalau pekerjaan itu melibatkan komitmen
moral yang tinggi dari pelakunya. Karena itu,
pekerjaan yang bertentangan dengan
moralitas dan yang melibatkan praktik-praktik
yang curang tidak bisa dianggap sebagai
sebuah profesi dalam pengertian yang
sebanarnya”
Etika dan Karakter
Karakter dari para pebisnis memiliki peran tinggi dalam
mendorong tinggi dan rendahnya moralitas seseorang.

Mereka yang memiliki karakteristik menghargai proses


dan sabar dalam menjalani kehidupan dianggap
sebagai salah satu tanda mereka yang memiliki
karakteristik menempatkan nilai-nilai moral dalam
dirinya yang kuat. Mereka mensyukuri rezeki yang
diperoleh selama ini sebagai pemberian dari Yang
Maha Kuasa (Allah swt). dengan menempatkan Allah
swt dalam dirinya berarti maka prinsip-prinsip
moralitas menjadi sesuatu yang dihargai dengan tinggi.
Pengertian dari karakter adalah sesuatu yang
tumbuh sejalan dengan waktu dan telah
menempa serta membentuk sikap seseorang
yang selanjutnya memberi pengaruh pada setiap
keputusan yang dibuat oleh orang tersebut.

 Karakter negatif, terjadi bila tindakan melakukan


bisnis yang curang dilakukan terus menerus.

 Karakter positif, mereka yang selalu menghindari


berbuat curang dan mengedepankan nilai-nilai
moral yang tinggi dalam berbisnis.
9 jalan untuk cerdas emosi dan cerdas
spritual (Wahyuni Nafis)
3 Golongan Etika Karakter Utama
1. Teo Etika 9. Takwa (pasrah diri)
Saling ketergantungan 8. Ikhlas (tulus)
Masalah aku dengan Tuhan 7. Tawakal (tahan diri)

2. Sosio Etika 6. Silaturahmi (tali kasih)


Ketergantungan 5. Amanah (integritas)
Masalah aku dengan orang lain 4. Husnuzan (baik sangka)

3. Psiko Etika 3. Tawazuk (berilmu)


Kemandirian 2. Syukur
Masalah aku dengan aku 1. Sabar
Membangun manusia berkarakter
Covey, membangun manusia berkarakter
diperlukan pengembangan kompentensi secara
utuh dan seimbang terhadap empat kemampuan
manusia yaitu:

 Tubuh (PQ)
 Intelektual (IQ)
 Hati (EQ)
 Jiwa / roh (SQ)
Pemimpin bisnis memiliki kedekatan kuat
dengan keputusan dan keputusan bisnis
yang baik adalah keputusan yang dibuat
oleh pemimpin bisnis yang memiliki
keseimbangan ke empat kompetensi (PQ,
IQ, EQ dan SQ) yang dibangun secara
seimbang dan secara utuh.

Anda mungkin juga menyukai