Anda di halaman 1dari 6

SIMULASI JEJARING JALAN KOTA PONTIANAK DENGAN

BETWEENESS CENTRALITY DAN DEGREE CENTRALITY


FAUSTINUS YUDHA PRATAMA
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura
yudhapratama15294@gmail.com

ABSTRAK Kemacetan Lalu Lintas adalah Permasalahan transportasi yang sering dihadapi hampir
situasi tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu sebagian kota besar di Indonesia adalah kemacetan lalu
lintas yang disebabkan banyaknya jumlah kendaraan lintas yang diakbitkan terjadinya kepadatan kendaraan
melebihi kapasitas jalan. Permasalahan ini merupakan pada setiap harinya. Permasalahan ini merupakan
masalah yang paling kritis dan utama di setiap kota masalah yang paling kritis dan utama di setiap kota
yang memiliki aktivitas tinggi termasuk di Kota yang memiliki aktivitas tinggi termasuk di Kota
Pontianak. Kondisi ini biasa terjadi pada beberapa Pontianak.
persimpangan yang ada di Kota Pontianak. Kota Pontianak merupakan Ibukota Provinsi
Solusi alternatif yang dapat dilakukan adalah Kalimantan Barat, dimana luas keseluruhan
dengan metode simulasi dengan membuat kondisi wilayahnya mencapai 107,82 Km2 dan jumlah
existing ke dalam bentuk model menggunakan aplikasi kepadatan 5.104 Jiwa/km2 (sumber : Badan Pusat
Gephi 0.9.2. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian Statistik Kota Pontianak). Semakin meningkatnya
ini adalah pembuatan model yang akan disimulasikan jumlah pertumbuhan penduduk di kota pontianak juga
berdasarkan kondisi existing, menganalisis model berpengaruh pada kepadatan kendaraan di tiap ruas
existing, membuat model skenario yang terdiri dari jalan kota pontianak, hal ini di sebabkan karena
empat skenario, dan tahapan terakhir yang dilakukan memang sebagian besar penduduk di kota pontianak
dalam penelitian ini akan menentukan model skenario menggunakan kendaraan milik pribadi.
terbaik sebagai solusi yang optimal. Adisasmita (2011) dalam bukunya yang berjudul
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada Jaringan Transportasi: Teori dan Analisis, Jumlah
model Jejaring Jalan Kota Pontianak, di dapatkan kendaraan bermotor yang bertambah terus-menerus
hasil persimpangan yang memiliki nilai sentralitas mengakibatkan terjadinya kemacetan lalu lintas
tertinggi adalah Persimpangan Garuda dengan nilai terutama pada jam-jam sibuk yaitu pada waktu
sentralitas 1154.69 dan nilai Average Path Length menjelang dimulainya dan setelah berakhirnya jam
6.91. Pada model skenario perbaikan solusi yang kantor. Kemacetan lalu lintas pada umumnya terdapat
paling optimal adalah skenario keempat, karena pada pada pusat kota yang keadaaan jalannya sempit dan di
model skenario keempat terjadi penurunan nilai persimpangan-persimpangan jalan. Hal ini terlihat pada
Average Path Length menjadi 6.21. beberapa persimpangan jalan di kota pontianak yang
terjadi kepadatan kendaraan. Kepadatan kendaraan ini
Kata Kunci : Kemacetan Lalu Lintas, Simulasi Jejaring biasanya terjadi pada waktu tertentu, yaitu pada pagi
Jalan, Gephi hari dan sore hari dimana pada waktu tersebut tingkat
aktivitas masyarakat sangat tinggi.
1. Pendahuluan Persimpangan dalam jejaring jalan merupakan
Transportasi merupakan suatu kegiatan simpul di mana dua atau lebih ruas jalan bertemu, pada
perpindahan dari titik awal menuju titik tujuan. persimpangan jalan arus lalu lintas mengalami konflik.
Transportasi mempunyai peranan penting dalam Untuk mengendalikan konflik ini ditetapkan aturan lalu
meningkatkan aksesibilitas atau hubungan suatu tempat lintas untuk menetapkan siapa yang mempunyai hak
dengan tempat lainnya, dengan kata lain transportasi terlebih dahulu untuk menggunakan pesimpangan
sangat penting bagi perkembangan berbagai aktivitas dengan penggunaan lampu lalu lintas (http://id.wiki
masyarakat. Semakin besar aktivitas tersebut, maka pedia.org/wiki/ persimpangan). Semakin tingginya
semakin besar pula dampak yang ditimbulkan dari angka kendaraan yang ada pada persimpangan karena
transportasi (Adisasmita, 2011). persimpangan tersebut dianggap sebagai rute yang
Tingginya urbanisasi secara tidak langsung dapat harus dilewati, sehingga dianggap kurang efektif dalam
dikatakan sebagai akibat dari tidak meratanya jalannya kegiatan transportasi dan jika sewaktu-waktu
pertumbuhan wilayah di Indonesia; antara daerah terjadi kelumpuhan pada persimpangan, tentu akan
pedalaman dengan daerah perkotaan. Semakin besar terjadi penumpukan kendaraan pada persimpangan.
perbedaan tingkat pertumbuhan wilayah tersebut, Berdasarkan uraian diatas, maka penulis
semakin tinggi pula tingkat urbanisasi sehingga melakukan penelitian dengan menganalisis jejaring
menimbulkan beberapa masalah perkotaan, khususnya jalan di kota pontianak dengan menggunakan
permasalahan transportasi (Tamin, 2000). Centrality Measurement. Centrality Measurement

1
merupakan suatu cara untuk menghitung nilai Menurut V Latora dan M Marchiori (2007) Degree
sentralitas pada Social Network Analysis. Dalam Centrality adalah salah satu cara untuk mengukur
penelitian ini penulis menggunakan metode sentralitas dalam suatu jaringan yang fokus terhadap
Betweeness Centrality dan Degree Centrality, dengan seberapa banyak suatu node berikatan (terhubung)
metode ini penulis dapat menentukan persimpangan dengan node lainnya. Sementara itu, Betweenness
yang paling sering terjadi kepadatan kendaraan dan Centrality didefinisikan sebagai salah satu cara untuk
membuat model skenario perbaikan yang diharapkan mengukur sentralitas dalam suatu jaringan yang fokus
dapat menjadi solusi untuk mengatasi kepadatan terhadap seberapa banyak suatu node menghubungkan
kendaraan dalam mengurai kemacetan di kota (menjembatani) antara node yang satu ke node lainnya.
pontianak. Kemudian, Closeness Centrality diartikan sebagai
salah satu cara untuk mengukur sentralitas dalam suatu
2. Teori Dasar jaringan yang fokus terhadap seberapa banyak suatu
Centrality Measurement node yang memiliki jarak minimum dengan node-node
Konsep sentralitas menangkap tentang menonjol lainnya. V Latora dan M Marchiori (2007) di dalam
atau tidaknya suatu node dalam jaringan. Sentralitas tulisannya juga mendefinisikan salah satu cara untuk
adalah ukuran dalam graf yang digunakan dalam mengukur sentralitas dalam suatu jaringan yang
analisis jaringan untuk menemukan struktur penting didasarkan terhadap kemampuan kelompok suatu node
dari node dan edge. Sentralitas umumnya menetapkan berhubungan dengan kelompok node lainnya.
pentingnya suatu node hanya berdasarkan struktur graf. Pada penelitian ini, analisis dilakukan melalui dua
Definisi yang paling sederhana dari sentralitas node jenis pengukuran, yaitu Degree Centrality dan
adalah bahwa node sentral haruslah node yang paling Betweenness Centrality. Rumus di bawah ini
aktif atau node yang memiliki ikatan paling banyak merupakan rumus untuk menghitung nilai Degree
dengan node lain dalam jaringan. Sentralitas adalah Centrality setiap node dalam jaringan (V Latora dan M
ukuran dalam level node sedangkan sentralisasi adalah Marchiori, 2007).
ukuran dalam level jaringan.
Menurut Tsvetova M dan Kouznetsov A dalam
bukunya yang berjudul Social Network Analysis for = =
Startup, ukuran dalam sentralitas yang digunakan Dimana :
secara luas dalam analisis jaringan yaitu: derajat
= bobot nilai degree centrality
sentralitas (degree centrality), keantaraan
ki = derajat simpul ke- i
(betweenness), kedekatan (closeness), dan eigenvector
N = Jumlah node dalam suatu jaringan
centrality.
Rumus di bawah ini merupakan rumus untuk
1. Degree Centrality
menghitung nilai betweenness centrality setiap node
Degree Centraity adalah jumlah koneksi yang
dalam jaringan (V Latora dan M Marchiori, 2007).
dimiliki sebuah node.
2. Closeness Centrality
Closeness Centrality adalah jarak rata-rata antara
Dimana :
node dengan semua node yang lain di jaringan.
= bobot nilai betweenness centrality
Ukuran ini menggambarkan kedekatan node ini
N = jumlah node dalam suatu jaringan
dengan node lain. Semakin dekat, semakin
njk = jumlah jalur terpendek dari node j ke k
terhubung orang tersebut dengan lainnya. Untuk
njk(i) = jumlah jalur terpendek dari node j ke k yang
mengukur jarak terpendek antar node dapat
melewati simpul i
digunakan algoritma Dijkstra.
3. Betweenness Centrality
Betweeness Centrality adalah ukuran yang Gephi Visualization
Menurut Devangana Khokhar (2015) dalam
memperlihatkan peran sebuah node menjadi
bukunya yang berjudul Gephi Cookbook menjelaskan
bottleneck. Node menjadi penting jika menjadi
Gephi adalah grafik interaktif dan analisis jaringan dan
communication bottleneck. Ukuran ini juga dapat
alat visualisasi yang memungkinkan penggunanya
digunakan untuk mengidentifikasi boundary
untuk mempelajari sifat-sifat grafik dan jaringan secara
spanners, yaitu orang atau node yang berperan
rinci, tanpa harus menulis kode apapun. Gephi
sebagai penghubung (jembatan) antara dua
mendukung hampir semua jenis jaringan grafis
komunitas. Betweenness Centrality sebuah node
termasuk jaringan yang kompleks, hierarkis jaringan,
dihitung dengan menjumlahkan semua Shortest
jaringan dinamis, dan jaringan temporal. Gephi
Path yang mengandung node tersebut.
memiliki banyak fitur siap pakai yang memungkinkan
4. Eigenvector Centrality
pengguna membuat visualisasi yang menakjubkan dan
Eigenvector Centrality adalah ukuran yang
informatif. Analisis grafik adalah salah satu Langkah
memberikan bobot yang lebih tinggi pada node
awal dalam proses mempelajari sistem grafis dan
yang terhubung dengan node yang juga memiliki
bantuan Gephi dalam proses itu dengan membebaskan
keterhubungan tinggi. Dapat dikatakan versi
pengguna dari membutuhkan pengetahuan
rekursif dari Degree Centrality.
pemrograman.

2
ini akan ditambahkan jalur pada model Existing
3. Hasil Eksperimen Adapun berikut beberapa pembuatan skenario yang
Analisis Hasil Model Existing akan dibuat pada model jejaring jalan kota pontianak :
Pada penelitian dibuat model berdasarkan kondisi Skenario 1 : Pada skenario 1 akan ditambahkan jalur
existing jejaring jalan Kota Pontianak dan dilakukan yang akan menghubungkan
analisis dengan menggunakan pengukuran Betweeness Persimpangan Garuda dengan
Centrality dan Degree Centrality bertujuan untuk Persimpangan Kraton. Pembuatan
menentukan persimpangan dengan nilai sentralitas skenario ini dibuat berdasarkan kebijakan
tertinggi, sehingga persimpangan tersebut dianggap pemerintah yang akan merencanakan
sebagai Shortest Path yang mana persimpangan pembangunan Jembatan Tol Kapuas baru
tersebut merupakan persimpangan yang paling sering yang akan dibangun berdampingan
dilalui kendaraaan sehingga sewaktu-waktu dapat disebelah Tol Kapuas I.
menimbulkan kepadatan kendaraan. Skenario 2 : Pada skenario 2 akan ditambahkan jalur
Dalam penelitian ini juga ditambahkan metode yang akan menghubungkan Desa
Eccentricity dengan output untuk mengetahui diameter Sungai Rengas dengan Desa Jungkat.
atau jarak lintasan suatu node menuju ke node Pembuatan skenario ini dibuat
terjauhnya. Penambahan metode ini bertujuan untuk berdasarkan kebijakan pemerintah yang
membandingkan setiap model yang telah dibuat, akan merencanakan pembangunan
sehingga dapat dipilih model yang paling optimal. Jembatan Tol Kapuas baru yang akan
Berikut merupakan visualisasi hasil analisis jejaring dibangun di Desa Sungai Rengas yang
jalan Kota Pontianak dapat dilihat pada Gambar 1 akan terhubung langsung dengan Desa
Visualisasi Hasil Pengukuran Nilai Betweenesss Jungkat.
Centrality untuk Model Existing. Skenario 3 : Pada skenario 3 akan ditambahkan jalur
paralel yang akan menghubungkan
Persimpangan Garuda dengan
Persimpangan Veteran. Skenario ini
dibuat berdasarkan gagasan dari seorang
dosen dan penulis.
Skenario 4 : Pada skenario 4 akan ditambahkan jalur
yang akan menghubungkan Bundaran
Adipura dengan Persimpangan Parwasal.
Skenario ini dibuat berdasarkan gagasan
dari seorang dosen dan penulis.
Model Skenario 1
Berikut merupakan visualisasi hasil analisis model
skenario 1 pada jejaring jalan Kota Pontianak dapat
Gambar 1 Visualisasi Hasil Pengukuran Nilai Betweenesss dilihat pada Gambar 2 Visualisasi Hasil Pengukuran
Centrality untuk Model Existing Nilai Betweenesss Centrality untuk Model Skenario 1.

Berdasarkan visualiasi jejaring jalan kota


Pontianak diatas dapat dilihat persimpangan yang
digambarkan dengan node berwarna merah merupakan
persimpangan yang memiliki nilai sentralitas tertinggi.
Berdasarkan pengukuran dengan Betweeness
Centrality, Persimpangan Garuda merupakan
persimpangan dengan nilai sentralitas tertinggi yaitu
dengan 1154.69, kemudian Persimpangan Kraton yaitu
1025.48 dan Persimpangan Tanjung Hulu yaitu 831.70
dengan nilai Average Path Length 6.91.
Pada pengukuran Degree Centrality digunakan
untuk menentukan seberapa banyak jalan yang
terhubung pada persimpangan tersebut. Berdasarkan Gambar 2 Visualisasi Hasil Pengukuran Nilai Betweenesss
hasil running dengan menggunakan aplikasi Gephi, Centrality untuk Model Skenario 1
persimpangan yang paling banyak terhubung dengan
jalan adalah Persimpangan Pattimura dengan jumlah Berdasarkan gambar visualisasi model
yaitu 5 degree. skenario 1. Pada hasil running nilai Average Path
Length yaitu 6.91 dan nilai sentralitas tertinggi masih
Analisis Hasil Model Skenario pada Persimpangan Garuda dengan nilai 1171.39.
Pembuatan skenario dilakukan untuk menentukan sehingga setelah dilakukan simulasi penambahan
solusi perbaikan, yang mana pada pembuatan skenario Jembatan Tol Kapuas baru pada jejaring jalan kota

3
Pontianak nilai Average Path Length dan nilai Berdasarkan gambar visualisasi skenario
sentralitas pada Persimpangan Garuda tidak terjadi penambahan jalur paralel diatas terjadi penurunan nilai
penurunan nilai. Average Path Length yaitu 6.51 dan nilai sentralitas
Model Skenario 2 tertinggi pada Persimpangan Kraton dengan nilai
Setelah skenario penambahan Jembatan tol baru sentralitas 1117.83 dan nilai sentralitas pada
disebelah Jembatan Tol Kapuas I, pada skenario 2 Persimpangan Garuda menurun cukup signifikan yaitu
penambahan jalur akan dibuat pada Desa Sungai 493.92.
Rengas yang akan terhubung dengan Desa Jungkat. Model Skenario 4
Untuk lebih jelasnya visualisasi model skenario 2 Pada skenario 4 akan dibuat skenario penambahan
dengan pengukuran Betweeness Centrality ini dapat Jembatan Tol Kapuas baru yang akan menghubungkan
dilihat pada Gambar 3 Visualisasi Hasil Pengukuran Bundaran Tugu Adipura dengan Persimpangan
Nilai Betweenesss Centrality untuk Model Skenario 2. Parwasal. Berikut merupakan visualisasi skenario
penambahan Jembatan Tol Baru yang akan
menghubungkan Bundaran Tugu Adipura dengan
persimpangan Parwasal menggunakan aplikasi Gephi
yang dapat dilihat pada Gambar 5 Visualisasi Hasil
Pengukuran Nilai Betweenesss Centrality untuk Model
Skenario 4.

Gambar 3 Visualisasi Hasil Pengukuran Nilai Betweenesss


Centrality untuk Model Skenario 2
Berdasarkan gambar visualisasi model skenario 2.
Pada hasil running nilai Average Path Length yaitu
6.40 dan nilai sentralitas tertinggi masih pada
Persimpangan Garuda dengan nilai 848.13, sehingga
setelah dilakukan simulasi penambahan jalur pada
skenario 2 pada jejaring jalan kota Pontianak nilai Gambar 5 Visualisasi Hasil Pengukuran Nilai Betweenesss
Average Path Length dan nilai sentralitas pada Centrality untuk Model Skenario 4
Persimpangan Garuda terjadi penurunan nilai.
Model Skenario 3 Berdasarkan gambar visualisasi model skenario 4
Setelah skenario penambahan Jembatan Tol, pada pada hasil running menunjukkan terjadi penurunan
pembuatan model skenario 3 akan dibuat penambahan nilai Average Path Length yang cukup signifikan yaitu
Jalur Paralel. Penambahan Jalur Paralel yang dibuat 6.21 dan nilai sentralitas tertinggi pada Bundaran Tugu
adalah jalur yang akan menghubungkan Simpang Adipura dengan nilai sentralitas 782.60 dan nilai
Empat Garuda dengan Simpang Tiga veteran. Berikut sentralitas pada Persimpangan Garuda yaitu 702.51.
merupakan visualisasi penambahan jalur paralel yang
menghubungkan Simpang Empat Garuda dengan Penentuan Model Skenario Terbaik
Simpang Tiga Veteran dengan menggunakan aplikasi Pada penentuan model skenario terbaik ini
Gephi yang dapat dilihat pada Gambar 4 Visualisasi bertujuan untuk menganalisis dan menentukan solusi
Hasil Pengukuran Nilai Betweenesss Centrality untuk terbaik dalam penyelesaian permasalahan kemacetan
Model Skenario 3. lalu lintas yang terjadi di Kota Pontianak. Adapun
kriteria yang dipilih dalam penentuan model skenario
terbaik yaitu berdasarkan model dengan nilai Average
Path Length menggunakan pengukuran Betweeness
Centrality dan nilai diameter lintasan menggunakan
pengukuran Eccentricity yang memiliki nilai terkecil.
Average Path Length adalah suatu pengukuran
untuk mengukur rata-rata jalur terpendek antara
masing-masing pasangan node panjang jalur rata-rata
didasarkan pada node sasaran yang dapat dicapai,
sehingga mengabaikan jalan panjang tak terbatas antara
node yang tidak terhubung.
Betweeness Cemtrality adalah suatu pengukuran
Gambar 4 Visualisasi Hasil Pengukuran Nilai Betweenesss
untuk mengukur nilai sentralitas dalam suatu jaringan
Centrality untuk Model Skenario 3 yang fokus terhadap seberapa banyak suatu node

4
menghubungkan (menjembatani) antara node yang satu pengukuran sentralitas, maka dapat di tarik kesimpulan
dengan node yang lain. sebagai berikut.
Eccentricity adalah pengukuran untuk mengukur 1. Berdasarkan hasil analisis model Existing jejaring
jumlah lintasan yang dilalui suatu node menuju node jalan kota pontianak dengan menggunakan
terjauhnya dalam suatu jaringan. pengukuran Betweeness Centrality persimpangan
Pada analisis hasil model existing menunjukkan dengan nilai sentralitas tertinggi adalah
hasil Average Path Length 6.91 dan hasil Eccentricity Persimpangan Garuda, sehingga dapat disimpulkan
diameter 9 lintassan yang diperlukan node sentral bahwa Persimpangan Garuda merupakan
(betweeness centrality) menuju node terjauhnya dan 18 persimpangan yang paling sering dilalui kendaraan.
lintasan yang diperlukan node terasing menuju node Sedangkan dengan pengukuraan Degree Centrality
terjauhnya. persimpangan yang paling banyak terhubung
Pada analisis hasil model skenario 1 menunjukkan dengan jalan adalah Persimpangan Pattimura.
hasil Average Path Length 6.91 dan hasil Eccentricity 2. Berdasarkan hasil analisis model skenario 1 yaitu
diameter 9 lintassan yang diperlukan node sentral dengan melakukan penambahan Jembatan Tol
(betweeness centrality) menuju node terjauhnya dan 18 Kapuas baru disebelah Jembatan Tol Kapuas I,
lintasan yang diperlukan node terasing menuju node dapat disimpulkan bahwa penambahan jembatan
terjauhnya. Sehingga pada pembuatan model skenario Tol Kapuas baru disebelah Jembatan Tol Kapuas I
1 tidak berpengaruh dalam mengurangi nilai sentralitas tidak akan berpengaruh terhadap penguraian
karena nilai Average Path Length dan nilai Eccentricity kepadatan yang terjadi di Persimpangan Garuda
tetap. karena tidak terjadi penurunan nilai sentralitas
Pada analisis hasil model skenario 2 menunjukkan Persimpangan Garuda.
hasil Average Path Length 6.40 dan hasil Eccentricity 3. Berdasarkan hasil analisis model skenario 2 yaitu
diameter 9 lintassan yang diperlukan node sentral dengan melakukan penambahan jembatan tol baru
(betweeness centrality) menuju node terjauhnya dan 15 yang akan menghubungkan Desa Sungai Rengas
lintasan yang diperlukan node terasing menuju node dengan Desa Jungkat, dapat disimpulkan bahwa
terjauhnya. Sehingga pada pembuatan model skenario pembuatan skenario 2 berpengaruh terhadap
2 nilai Average Path Length berkurang 8.2 persen dari penurun nilai setralitas Persimpangan Garuda
model Existing dan nilai Eccentricity node sentral tetap karena jembatan tol baru ini dapat menjadi solusi
dan node terasing berkurang. alternatif jalur yang dapat dilalui kendaraan yang
Pada analisis hasil model skenario 3 menunjukkan akan keluar dan masuk kota pontianak tanpa harus
hasil Average Path Length 6.51 dan hasil Eccentricity melewati Jembatan Tol Kapuas I sehingga dapat
diameter 9 lintassan yang diperlukan node sentral mengurangi kepadatan Persimpangan Garuda.
(betweeness centrality) menuju node terjauhnya dan 17 4. Berdasarkan hasil analisis model skenario 3 yaitu
lintasan yang diperlukan node terasing menuju node dengan melakukan penambahan Jalur Paralel yang
terjauhnya. Sehingga pada pembuatan model skenario menghubungkan Persimpangan Kraton dengan
3 nilai Average Path Length berkurang 5.8 persen dari Persimpangan Veteran, dapat disimpulkan dengan
model Existing dan nilai Eccentricity node sentral tetap pembuatan skenario ini kendaraan kendaraan yang
dan node terasing berkurang. akan melewati Jembatan Tol Kapuas I dapat
Pada analisis hasil model skenario 4 menunjukkan dialihkan melewati Jalur Paralel, sehingga
hasil Average Path Length 6.21 dan hasil Eccentricity kepadatan kendaraan pada Persimpangan Garuda
diameter 8 lintasan yang diperlukan node sentral menjadi berkurang namun kepadatan tertinggi
(betweeness centrality) menuju node terjauhnya dan 15 terjadi pada Persimpangan Kraton, karena pada
lintasan yang diperlukan node terasing menuju node persimpangan tersebut menjadi persimpangan
terjauhnya. Sehingga pada pembuatan model skenario dengan nilai sentralitas tertinggi.
4 nilai Average Path Length berkurang 10.2 persen dari 5. Berdasarkan hasil analisis model skenario 4 yaitu
model Existing dan nilai Eccentricity node sentral dan melakukan penambahan Jembatan Tol Kapuas baru
node terasing berkurang. yang menghubungkan Bundaraan Tugu Adipura
Berdasarkan hasil model Existing dan beberapa dengan Persimpangan Parwasal, dapat disimpulkan
model skenario yang dibuat, dapat disimpulkan solusi bahwa skenario ini merupakan solusi yang paling
yang paling optimal adalah pada model skenario 4 optimal untuk mengurai kepadatan kendaraan yang
dengan nilai Average Path Lenght terkecil yaitu 6.21 terjadi pada Persimpangan Garuda, Persimpangan
dan hasil Eccentricity terkecil yaitu dengan diameter 8 Kraton dan Persimpangan Tanjung hulu. Hal ini
lintasan yang diperlukan node sentral (betweeness disebabkan kendaraan dari arah kota pontianak
centrality) menuju node terjauhnya dan 15 lintasan yang akan menuju ke arah siantan ataupun menuju
yang diperlukan node terasing menuju node terjauhnya. arah luar kota dapat tidak perlu melewati Jembatan
Tol Kapuas I dan Jembatan Tol Landak yang
4. Kesimpulan biasanya terjadi kemacetan pada waktu-waktu
Berdasarkan hasil penelitian mengenai simulasi tertentu.
jejaring jalan di kota pontianak dengan menggunakan

5
Referensi
Biografi
[1] Devangana Khokhar 2015. Gephi Cookbook.
Birmingham-Mumbai Faustinus Yudha Pratama lahir di Tumahe
[2] Kent Cherven 2013 . Network Graph Analysis Kabupaten Landak Kalimantan Barat, Indonesia pada
and Visualization with Gephi. Birmingham- tanggal 15 Febuari 1995. Beliau telah menyelesaikan
Mumbai studi sarjana di fakultas teknik, Universitas
[3] Latora V and M Marchiori. (2007). “A Measure Tanjungpura pada tahun 2018.
Of Centrality Based On Network Efficiency”.
New Journal of Physics, Vol. 9, No. 188.
[4] Tsvetova M dan Kouznetsov A (2011). Social
Network Analysis for Startup. O’Reilly, USA
.

Anda mungkin juga menyukai