Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan institusi yang bergerak di bidang bisnis
kepercayaan dan menuntut adanya pengelolaan manajemen berbagai budaya atau
multiculture management, serta memiliki berbagai karakteristik yang khusus yaitu
padat modal, padat karya dan padat teknologi. Oleh karena itu rumah sakit tidak
dapat lagi dikelola dengan manajemen yang sederhana, dan menuntut adanya
tambahan perhatian sesuai kebutuhan dan tuntutan pelanggan (Subanegara, 2005).
Peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit didukung oleh kinerja
karyawan yang baik yang dapat ditingkatkan dengan pemberian motivasi, salah satu
cara untuk meningkatkan motivasi karyawan yaitu pemberian insentif sebagai
bentuk reward terhadap jasa mereka dan memberikan daya tarik kepada setiap
karyawan untuk bekerja dengan lebih baik.
Insentif adalah tambahan pendapatan bagi karyawan yang besarannya bisa
berubah-ubah sesuai dengan kinerja karyawan yang bersangkutan. Sistem
pembagian insentif merupakan sesuatu yang tailor made, jadi akan sangat mungkin
berbeda antara rumah sakit satu dengan yang lain. hal ini terjadi karena perbedaan
karakteristik dan kebijakan masing-masing rumah sakit.
Adalah kebijakan pimpinan RS dalam pembagian insentif kepada seluruh
karyawan RS. Mengatur pembagian insentif bukanlah hal yang mudah namun juga
bukan hal yang amat sangat sulit. Memang benar kalau dikatakan sangat kompleks
dan berpotensi menimbulkan konflik antar karyawan serta ketidak puasan antara
karyawan dengan pimpinan RS. Maka dari itu untuk memenuhi rasa keadilan dalam
pembagian insentif karyawan diperlukan suatu panduan yang mengatur sistem atau
tata cara pembagian insentif bagi karyawan di rumah sakit

II. Tujuan
1. Tersedianya formula baku untuk menghitung besar insentif yang diterima
masing-masing karyawan sesuai dengan kinerjanya.
2. Meningkatkan motivasi karyawan untuk bekerja lebih baik dengan adanya
penghargaan atas kinerjanya

1
III. Pengertian
1. Sistem pembagian insentif adalah sistem yang mengatur pembagian insentif
karyawan pada Rumah Sakit Hati Mulia berdasarkan pola indexing yang telah
disepakati.
2. Insentif adalah tambahan pendapatan bagi karyawan yang besarnya bisa
berubah-ubah sesuai dengan kinerja karyawan yang bersangkutan.
3. Karyawan adalah pegawai yang bekerja di Rumah Sakit Hati Mulia baik yang
berstatus Pegawai tetap maupun Pegawai Kontrak.
4. Jasa pelayanan adalah jasa bagi para pelaksana pelayanan di rumah sakit yang
terdiri dari jasa medis, jasa keperawatan/setara,dan jasa pelayanan administrasi
yang merupakan sumber pembiayaan insentif.
5. POS insentif adalah pos penerima kontribusi jasa pelayanan dari pusat-pusat
pendapatan dan keuntungan usaha lain rumah sakityang merupakan sumber
danainsentif tidak langsung karyawan.
6. Insentif langsung adalah insentif yang menjadi hak setiap karyawan pada unit-
unit pendapatan setelah kontribusi untuk dana POS insentif dari jasa
pelayanannya diberikan.
7. Insentif tidak langsung adalah insentif yang sumber dananya diperoleh melalui
POS insentif dan menjadi hak seluruh karyawan
8. Distribusi insentif langsung dan tidak langsung didasarkan pada scoring yang
ditentukan melalui indexing yang ditetapkan dalam sistem indexing
9. Indexing adalah cara atau perangkat untuk menentukan besaran score individu
karyawan sesuai dengan beban kerjanya
10. Score adalah nilai individu atau kelompok profesi, yang merupakan hasil kali
antara index dengan rating atau bobot
11. Rating adalah pemberian nilai/bobot terhadap variable index
12. Total score adalah penjumlahan score individu atau kelompok profesi
13. Total score rumah sakit adalah penjumlahan terhadap seluruh total score
individu atau kelompok profesi (karyawan rumah sakit)

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dari panduan sistem pembagian insentif ini meliputi :


1. Azas, hak dan kewajiban dalam sistem pembagian insentif
2. Sumber pembiayaan insentif
3. Komponen tarif rumah sakit
4. Distribusi Insentif
5. Indexing insetif tidak langsung
6. Indexing insentif langsung
7. Rating dan Score

3
BAB III
KEBIJAKAN

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM HATI MULIA KENDARI
Nomor : /KEP/RSUHM/IX/2018
TENTANG

PANDUAN PENETAPAN SISTEM PEMBAGIAN INSENTIF


DI RSU HATI MULIA KENDARI

DIREKTUR RSU HATI MULIA KENDARI

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan


kesehatan kepada masyarakat, Rumah Sakit Umum Hati Mulia
Kendari memerlukam SDM yang professional, berkualitas, dan
berkomitmen dan perlu diberikan insentif yang layak dan adil.
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, perlu adanya Sistem Pembagian Insentif pada RSU
Hati Mulia Kendari dengan Keputusan Direktur.

Mengingat : 1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.


2. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 No. 49, Tambahan
Lembaran Negara 3637).
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159.b/Menkes/Per/II/1998
tentang Rumah Sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 282/Menkes/SK/III/1993
tentang Pola Tarif Rumah Sakit Swasta

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RSU HATI MULIA KENDARI


TENTANG PANDUAN PENETAPAN SISTEM PEMBAGIAN
4
INSENTIF DI RSU HATI MULIA KENDARI.

KESATU : Panduan Penetapan yang dimaksud diktum pertama sebagai mana


terlampir dalam lampiran keputusan ini.
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Kendari
Pada tanggal : 3 September 2018
Direktur RSU Hati Mulia Kendari,

dr. Hj. Suhartini.Sp.OG

5
BAB IV
TATA LAKSANA

I. Azas, Hak dan Kewajiban


1. Azas
Sistem pembagian insentif berdasarkan pada 3 Azas, yaitu
a. Proporsionalitas yang diukur dengan besarnya beban aset yang dikelola
dengan besaran pendapatan rumah sakit
b. Kesetaraan dan kebersamaan
c. Kepatutan dengan melihat kemampuan rumah sakit dalam memberikan
insentif kepada karyawannya
2. Hak dan Kewajiban
a. Manajemen rumah sakit menyediakan alokasi dana untuk POS Insentif
karyawan rumah sakit yang dianggarkan melalui Rencana Bisnis
Anggaran (RBA)
b. Setiap karyawan rumah sakit berhak mendapat insentif sesuai peraturan
yang berlaku
c. Setiap karyawan sebagai individu atau kelompok profesi yang
menghasilkan jasa pelayanan berkewajiban memberikan kontribusi ke
POS insentif yang besaran persentasenya ditentukan dalam sistem
pembagian insentif.
d. Setiap karyawan yang memangku jabatan pada pusat pendapatan
maupun pusat biaya wajib membuat Strategic Action Plan yang
dilengkapi dengan indikator, target/standar, dan sistem akuntabilitas.
e. Yang tergolong kelompok pusat pendapatan adalah :
1) Unit gawat darurat
2) Unit rawat jalan
3) Unit rawat inap
4) Unit kamar operasi
5) Unit farmasi
6) Unit laboratorium
7) Unit radiologi
8) Unit gizi
9) Unit lain yang menghasilkan

6
f. Yang tergolong kelompok pusat biaya adalah:
1) Direktur
2) Kepala bidang
3) Kepala unit, kepala satuan pengawas internal, ketua tim
4) Ketua-ketua komite
5) Unit-unit lain yang tidak menghasilkan jasa
g. Karyawan yang mengambil cuti besar/khusus tidak mendapatkan
insentif selama masa cuti

II. Sumber Pembiayaan Insentif


1. Insentif pegawai Rumah Sakit Hati Mulia bersumber pada komponen Jasa
pelayanan tarif paket.
2. Tarif bukan paket tidak berlaku dalam sistem pembagian insentif\

III. Komponen Tarif Rumah Sakit


1. Tarif paket rumah sakit terdiri dari komponen jasa pelayanan sebesar
maksimal 40% dari tarif paket dan sisanya merupakan komponen jasa
sarana
2. Jasa pelayanan terdiri dari jasa medis dan jasa keperawatan
3. Jasa pelayanan yang tercantum dalam komponen tarif bukanlah insentif
4. Selanjutnya jasa medis dan jasa keperawatan yang tercantum dalam
komponen tarif rumah sakit disebut sebagai insentif setelah diatur
distribusinya dalam sistem pembagian insentif
5. Jasa medis adalah pendapatan individu yang dihasilkan akibat pelayanan
dokter dan merupakan bagian jasa pelayanan rumah sakit yang tercantum
di dalam komponen tarif rumah sakit yang bersifat individu yang meliputi
dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi dan dokter tamu
6. Jasa keperawatan adalah pendapatan kelompok yang dihasilkan akibat
pelayanan keperawatan dan merupakan bagian dari jasa pelayanan rumah
sakit yang tercantum dalam komponen tarif rumah sakit meliputi
pendapatan perawat, bidan dan atau kelompok profesi lain dalam pusat
pendapatan selain tenaga medis/dokter.

IV. Distribusi Insentif


7
1. Distribusi insentif terdiri dari insentif langsung dan insentif tidak langsung
2. Insentif langsung diberikan kepada penghasil jasa pelayanan baik tenaga
medis maupun kelompok tenaga keperawatan/sederajat pada kelompok
pusat pendapatan sesuai dengan proporsi yang ditentukan dalam sistem
pembagian insentif.
3. Insentif tidak langsung diberikan kepada seluruh karyawan berdasarkan
indexing, yang sumber dananya berasal dari POS insentif
4. Persentase Insentif langsung dan tidak langsung dari Jasa Pelayanan
ditetapkan sebagai berikut :
 Jasa medis dokter sebesar 40% - 50% dari jasa pelayanan yang
merupakan insentif langsung dokter
 40% - 50% merupakan jasa keperawatan yang kemudian
didistribusikan lagi menjadi :
 50% untuk pos gaji karyawan
 25% untuk insentif langsung perawat, bidan dan kelompok
profesi pada pusat pendapatan
 25% sisanya didistribusikan pada POS insentif untuk
insentif tidak langsung seluruh karyawan
 10% didistribusikan untuk jasa pelayanan penunjang

V. Indexing
1. Nilai rentang variable index antara 0 sampai dengan 4
2. Indexing insentif tidak langsung berdasarkan pada variable index :
a. Basic Index atau index dasar, merupakan penghargaan sebagai insentif
dasar bagi seluruh karyawan yang standarnya diadopsi dari gaji pokok
karyawan yang bersangkutan, dengan ketentuan setiap gaji pokok
dibagi dengan Rp 885.679. Misal gaji pokok karyawan Rp 2.361.810,
maka diperoleh nilai basic index sebesar Rp 2.361.810/Rp 885.679 =
2,67
b. Competency Index, adalah penghargaan terhadap kualifikasi/kompetensi
berdasarkan pendidikan atau keterampilan bersertifikat, terdiri atas :
NO KUALIFIKASI INDEX
1 SMP 0,4
2 SMA/SMU SEDERAJAT 0,8
8
3 D1 1,2
4 D2 1,6
5 D3 2,0
6 D4 2,4
7 S1 2,8
8 S1 PROFESI 3,2
9 S2 3,6
10. DOKTER SPESIALIS 4

Tingkat pendidikan yang tidak sesuai dengan posisi kerja karyawan


tidak diakui dalam sistem ini.
Kursus/pelatihan minimal 24 jam sesuai dengan posisi kerja,diberi
penghargaan dengan tambahan index sebesar 0,2 dengan ketentuan :
 Tidak dilakukan rating
 Berlaku sesuai masa berlaku sertifikat untuk kursus/pelatihan
yang ada masa berlakunya
 Berlaku selamanya untuk kursus/pelatihan yang berlaku seumur
hidup
 Berlaku selama 2 tahun untuk kursus/pelatihan yang tidak ada
masa berlakunya dan tidak berlaku seumur hidup
c. Resiko Index adalah nilai untuk resiko yang diterima karyawan akibat
pekerjaannya. Resiko index terbagi menjadi 4 grade, yaitu :
a) Risiko grade 1dengan nilai 1, adalah kemungkinan terjadi resiko
kerja yang bersifat fisik ringan apabilakaryawan tersebut
bekerja sesuai protap/SPO. Termasuk dalam resiko grade 1 ini
adalah kepegawaian, keuangan, rekam medis, pendaftaran,
kasir, satpam, instalasi gizi, instalasi Farmasi, IPSRS, CSSD.
b) Resiko grade II dengan nilai indeks 2 adalah kemungkinan
terjadi resiko kerja yang bersifat infeksius potensi sedang, fisik
dengan potensi sedang meskipun karyawan yang bersangkutan
bekerja sesuai protap/SPO. Termasuk dalam resiko grade II ini
adalah : Poli, pemulasaran jenazah, linen, kesling.
c) Resiko grade III dengan nilai index 3adalah kemungkinan
terjadi resiko kerjayang bersifat kimiawi, infeksius potensi
tinggi, fisik dengan potensi tinggi meskipun karyawan yang

9
bersangkutan bekerja sesuai protap/SPO.termasuk dalam Resiko
Grade III ini adalah laboratorium, IGD, OK, VK, Rawat Inap
d) Resiko Grade IV dengan nilai index 4 adalah kemungkinan
terjadi resiko kerja yang bersifat radiasi, kimiawi dan infeksius
dengan potensi sangat tinggi meskipun karyawan yang
bersangkutan bekerja sesuai protap/SPO. Termasuk dalam grade
IV ini adalah unit radiologi.
d. Emergency Index adalah penilaian terhadap frekuensi beban
emergency yang harus disegerakan, terdiri dari 4 (empat) grade, yaitu
1) Grade I, Emergency rendah dengan nilai index 1. Termasuk
dalam grade ini kepegawaian, keuangan, rekam medis,
pendaftaran, kasir, satpam, instalasi gizi, IPSRS, CSSD, Poli
2) Grade II, Emergency sedang dengan nilai index 2. Termasuk
dalam grade II adalah radiologi,, Farmasi, rawat inap,
Laboratorium
3) Grade III, Emergency Tinggi dengan nilai index 3. Termasuk
dalam Grade III adalah Ambulance, HCU, OK, VK
4) Grade IV, Emergency sangat tinggi dengan nilai index 4.
Termasuk dalam grade IV ini adalah : IGD
e. Position Index, adalah penilaian terhadap beban jabatan yang disandang
karyawan ysng bersangkutan dengan syarat terdapat SK dari Direktur Rumah
Sakit, terdiri atas :
NO KELOMPOK JABATAN INDEX
1 Tidak memiliki jabatan/staf 1
2 IPCLN, Tim K3, Tim PMKP, Tim Kesling 2
3 Ka. Unit, Ka. Komite, IPCN, IPCO 3
4 Ka. Bid 4

f. Presence Index adalah penilaian/penghargaan terhadap kehadiran


sebagai karyawan rumah sakit dengan ketentuan nilai index perhari
sama dengan 0,15 dan satu bulan sama dengan 26 hari

3. Indexing Insentif langsung berdasarkan variable index :


a. Basic Index merupakan penghargaan yang diberikan terhadap profesi,
baik individu atau kelompok

10
NO PROFESI INDEX
1 DOKTER SPESIALIS 4
2 DOKTER UMUM/GIGI/APOTEKER 3
3 KEPERAWATAN 2
4 PENUNJANG 1

b. Ratio antara jumlah tenaga dengan jumlah pasien yang dilayani.


Merupakan perbandingan antara jumlah tenaga yang diperlukan sesuai
standar pelayanan minimal (SPM) ketenagaan RS dengan jumlah
pasien yang dilayani, indexing dilakukan dengan cara :
1) Pertama, pemberian kategori jumlah tenaga
a) Kategori tenaga tinggi (TT), jika jumlah tenaga yang ada
melebihi jumlah tenaga yang diperlukan
b) Kategori tenaga cukup (TC), jika jumlah tenaga yang ada sesuai
kebutuhan
c) Kategori tenaga kurang (TK), jika jumlah tenaga yang ada
kurang dari kebutuhan
2) Kedua, pemberian kategori jumlah pasien yang dilayani dengan
cara membuat lebar kelas (interval) berdasarkan distribusi
frekuensi. Pengkategorian dimulai dari lebar kelas terkecil dengan
kategori A, selanjutnya meningkat sesuai jumlah lebar kelas
3) Ketiga, dilakukan tabulasi indexing rasio antara kategori jumlah
tenaga dengan kategori jumlah pasien yang dilayani :

Rasio Index Rasio Index Rasio Index


TK : A 1 TC : A 0.5 TT : A 0.25
TK : B 2 TC : B 1 TT : B 0.5
TK : C 3 TC : C 1,5 TT : C 1
TK : D 4 TC : D 2 TT : D 1,5
c. Sifat Pelayanan, merupakan penghargaan terhadap tata cara pelayanan
yang dilakukan oleh petugas kepada pasien, ada dua kategori sifat
pelayanan :
1) pelayanan yang bersifat langsung dengan index 2 adalah
merupakan pelayanan kepada pasien yang dalam pelaksanaannya
harus dilakukan dengan cara intervensi langsung kepada pasien
baik menggunakan peralatan atau tidak. termasuk dalam kategori
11
ini adalah : Rawat jalan, rawat inap, OK, IGD, VK, Laboratorium,
radiologi.
2) Pelayanan yang bersifat tidak langsung dengan index 1
merupakan pemberian pelayanan kepada pasien yang dalam
pelaksanaannya tidak harus dilakukan dengan cara intervensi
langsung kepada pasien. termasuk dalam kategori ini adalah :
Farmasi, unit gizi, loket
d. Frekuensi kontak dengan pasien, merupakan penghargaan terhadap
intensitas pelayanan langsung dan tidak langsung pada pasien yang
didasarkan pada kondisi/keadaan pasien

NO UNIT INDEX
1 Gizi, Farmasi, loket 1
2 Laboratorium, poli 1.5
3 Radiologi 2
4 OK, Keperawatan 2.5
5 IGD 3
6 VK, Perinatologi 3.5
7 HCU 4

e. Resiko Index, nilai untuk resiko yang diterima karyawan akibat


pekerjaannya. resiko index terbagi menjadi 4 grade, yaitu :
1) Risiko grade 1dengan nilai 1, adalah kemungkinan terjadi resiko
kerja yang bersifat fisik ringan apabilakaryawan tersebut bekerja
sesuai protap/SPO. Termasuk dalam resiko grade 1 ini adalah
Farmasi, , loket
2) Resiko grade II dengan nilai indeks 2 adalah kemungkinan terjadi
resiko kerja yang bersifat infeksius potensi sedang, fisik dengan
potensi sedang meskipun karyawan yang bersangkutan bekerja
sesuai protap/SPO. Termasuk dalam resiko grade II ini adalah :
Poli, pemulasaran jenazah, linen.
3) Resiko grade III dengan nilai index 3adalah kemungkinan terjadi
resiko kerjayang bersifat kimiawi, infeksius potensi tinggi, fisik
dengan potensi tinggi meskipun karyawan yang bersangkutan
bekerja sesuai protap/SPO.termasuk dalam Resiko Grade III ini
adalah laboratorium, IGD, OK, VK, Rawat Inap
12
4) Resiko Grade IV dengan nilai index 4 adalah kemungkinan terjadi
resiko kerja yang bersifat radiasi, kimiawi dan infeksius dengan
potensi sangat tinggi meskipun karyawan yang bersangkutan
bekerja sesuai protap/SPO. Termasuk dalam grade IV ini adalah
unit radiologi.
f. Emergency Index
1) Grade I, Emergency rendah dengan nilai index 1. Termasuk loket,
gizi, Poli
2) Grade II, Emergency sedang dengan nilai index 2. Termasuk
dalam grade II adalah radiologi,, Farmasi, rawat inap,
Laboratorium
3) Grade III, Emergency Tinggi dengan nilai index 3. Termasuk
dalam Grade III adalah Ambulance, HCU, OK, VK
4) Grade IV, Emergency sangat tinggi dengan nilai index 4.
Termasuk dalam grade IV ini adalah : IGD
g. Jumlah Pasien yang dilayani, merupakan penghargaan terhadap
banyaknya pasien yang dilayani setiap bulan. indexing dilakukan
dengan cara membagi jumlah pasien yang dilayani oleh unit rawat inap
maupun rawat jalan dengan jumlah pasien terbanyak yang dilayani oleh
unit rawat inap maupun rawat jalan pada bulan tersebut kemudian
dikali empat.

VI. Rating dan Score


a. Rating
1. Rating Variabel Index Insentif Tidak Langsung

NO VARIABEL INDEX RATING


1 Basic Index 1
2 Competency index 3
3 Resiko Index 3
4 Emergency Index 3
5 Position Index 3
6 Presence Index 4

2. Rating Variabel Index Insentif Langsung

NO VARIABEL INDEX RATING


13
1 Basic Index 4
2 Rasio jumlah tenaga dengan jumlah pasien yang 3
dilayani
3 Sifat Pelayanan 3
4 Frekuensi kontak 3
5 Risiko Index 3
6 Emergency Index 3
7 Jumlah pasien 3

b. Score
1. Score dilakukan setelah index dan rating
2. Setiap individu atau kelompok karyawan pada unit-unit pendapatan
dapat menerima insentif langsung dengan rumus INSENTIF
LANGSUNG sama dengan Total Score Individu atau kelompok
karyawan dibagi Total Score Seluruh Karyawan yang menerima insentif
langsung dikali dana Insentif Langsung.
3. Setiap karyawan dapat menerima insentif tidak langsung dengan rumus
INSENTIF TIDAK LANGSUNG sama dengan Total Score Individu
karyawan dibagi Total Score Seluruh Karyawan dikali total dana POS
Insentif.

14
BAB V
DOKUMENTASI

I. Perhitungan Besaran Dana Insentif

1. Distribusi tarif paket : 40% untuk Jasa Pelayanan


60% untuk jasa sarana
2. Distribusi Jasa pelayanan : 50% untuk Jasa medis dokter
40% untuk jasa keperawatan
10% untuk jasa pelayanan penunjang
3. Distribusi jasa 50% untuk pos gaji karyawan
keperawatan :
25% untuk insentif langsung perawat/sederajat
25% untuk POS Insentif tidak
langsung
contoh :  Tarif Paket Rumah sakit = 300.000.000
maka : Jasa pelayanan = 120.000.000
Jasa Sarana = 180.000.000
 Distribusi Jasa Pelayanan:
Jasa medis dokter = 60.000.000
Jasa Keperawatan = 48.000.000
Jasa penunjang = 12.000.000
 distribusi jasa keperawatan :
Insentif langsung = 12.000.000
POS insentif = 12.000.000
Pos gaji = 24.000.000

15
II. Form Scoring Insentif Karyawan/Individu

NAMA :
UNIT KERJA :
JABATAN :
TIDAK
HAK INSENTIF : LANGSUNG LANGSUNG

A. INSENTIF TIDAK LANGSUNG


VARIABEL INDEX RATING SCORE
Basic Index   1  
Competensi Index   3  
Resiko Index   3  
Emergency Index   3  
Position index   3  
Presence Index   4  
  TOTAL SCORE  

A. INSENTIF LANGSUNG
VARIABEL INDEX RATING SCORE
Basic Index   4  
Rasio jumlah tenaga dengan jumlah 3
pasien yang dilayani    
Sifat Pelayanan   3  
Frekuensi Kontak   3  
Risiko index   3  
Emergency Index   3  
Jumlah Pasien   3  
  TOTAL SCORE  

16
III. Form Rekap score Rumah Sakit (seluruh Karyawan)

SCORE
NO NAMA KARYAWAN
IN. TDK LGS IN. LANGSUNG
1      
2      
3      
4      
5      
6      
7      
8      
9      
10      
11      
12      
13      
14      
15      
16      
17      
18      
19      
20      
21      
22      
23      
24      
25      
26      
27      
28      
29      

17
18

Anda mungkin juga menyukai