Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN SGD BLOK NEUROLOGI

KESEMUTAN JARI TANGAN

Oleh:
KELOMPOK 3
Rizki Hayati Suhud (60117002)
Ni Nyoman Rere (60117004)
Patrick Ferdinand (60117005)
Jeremy Halim (60117015)
Eveline Ilona (60117019)
Laurensia Yuliani (60117040)
Farah Shania Nur (60117045)
Jessie Sabrina (60117046)
Jimmy Taruna (60117047)
Elizabeth (60117050)

Nama Tutor:
Salmon Charles Siahaan, dr., Sp.OG.
Olivia Tantana, dr., M. Biomed., Sp.THT-KL.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CIPUTRA
SURABAYA
2020

i
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN...................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Skenario........................................................................................................1
1.2 Tabel.............................................................................................................4
1.3 Mindmap Awal.............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
2.1 Anatomi Dan Fisiologi Sistem Saraf Perifer Pada Ekstremitas Atas...........6
2.2 Patofisiologi Terjadinya Cedera Saraf.......................................................19
2.3 DD Nyeri dan Kesemutan pada Jari Tangan..............................................21
2.4 Perkiraan Lokasi Cedera, Struktur yang Terkena, dan Anatomi................25
2.5 Etiologi dan Faktor Risiko.........................................................................31
2.6 Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik (Manifestasi Klinis).............................32
2.7 Tatalaksana.................................................................................................33
2.8 Komplikasi.................................................................................................34
2.9 Prognosis....................................................................................................34
2.10 Dampak Sosio-Ekonomi dan Pencegahan..................................................36
BAB III PENUTUP..............................................................................................37
3.1 Kesimpulan.................................................................................................37
3.2 Mindmap Akhir..........................................................................................39
3.3 Referensi.....................................................................................................40

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Skenario
Seorang wanita usia 40 tahun datang ke praktek anda dengan keluhan
jari-jari tangan kanan terasa nyeri dan kesemutan.

Informasi Tambahan:
Sakit dirasakan memberat saat sedang bekerja terutama menggunakan
tangan sebelah kanan seperti mencuci baju, mengulek, mencuci piring,
mengendarai motor, dan saat bekerja. Faktor yang memperingankan tangan
dikebas-kebas. Faktor yang memperberat menulis huruf yang kecil,
dirasakan sejak 1 minggu terakhir. Kesemutan pada jari tangan kanan sejak
3 bulan terakhir. Dirasakan pada pangkal jari hingga ujung jari terutama jari
pertama kedua dan ketiga. Cuma dirasakan di jari tangan saja, tidak pada
punggung tangan dan tidak menjalar.

RPS
Pasien merasakan keluhan sejak 1 tahun yang lalu, makin lama makin
memberat. Keluhan nyeri muncul sejak 1 bulan terakhir (VAS 3-4) terutama
dirasakan saat malam hari (VAS 8-9). Nyeri ini membuat pasien beberapa
kali terbangun saat tidur.

RPD
Tidak pernah memeriksa DM atau hipertensi. Trauma (-). Tidak ada
keluhan nyeri pada leher maupun kesemutan pada lengan atas. Tidak
mengonsumsi obat tertentu. Bengkak pada jari-jari (-). Ibu memiliki
Riwayat DM.

1
Riwayat Sosial Ekonomi
Bekerja di pabrik rokok sejak 20 tahun lalu. Melinting rokok secara
manual dengan target 10.000 rokok per minggu. Suami bekerja sebagai
tukang bangunan. Memiliki 2 orang anak berumur 15 tahun dan 18 tahun.

Pemeriksaan Fisik
KU : Baik, tidak terlihat kesakitan
TB : 160 cm
BB : 80 kg
TD : 120/80 mmHg
RR : 17x/menit
Suhu : 36,8 C
SpO2 : 99%
Kepala : konjungtiva anemis (-), icterus (-)
Warna bibir : sianosis (-)
Dispneu (-)
Exopthalmus (-)
Leher : Pembengkakan tiroid (-), Pembesaran KGB (-), Peningkatan
JVP (-), Pembengkakan parotis (-)
Thorax : Paru bising (-), ronki (-), Vesikuler kanan kiri.
Jantung : S1 S2 tunggal, murmur (-), cardiomegaly (-)
Abdomen : Tumor (-), warna normal, simetris, meteorismus (-), bising
usus normal
Esktremitas : Edema (-), akral hangat pada semua ekstremitas

Status Lokalis:
Regio digiti manus dextra. Kulit terlihat mengkilat dan kering. Atropi
pada tenarepinensia. Redness (-)
Palpasi : tonus kelompok otot tenar menurun

2
Status Neurologis:
Sensoris : hipoestesia pada telapak tangan, distal dari pangkal jari hingga
ujung jari satu, dua dan tiga kanan
Reflex fisiologis normal bilateral. Reflex patologis (-)

Status Musculoskeletal:
MMT otot yang disarafi nervus radialis kanan:
 Ekstensor carpi radialis longus dan brevis (5)
 Triceps (5)
 Brachioradialis (5)
 Supinator (5)
 Ekstensor carpi ulnaris (5)
 Ekstensor digitorum minimi (5)
 Abductor pollicis longus (5)
 Ekstensor pollicis longus (5)
 Ekstensor pollicis brevis (5)
 Ekstensor indicis propius (5)
 Ekstensor digitorum komunis (5)

MMT nerves medialis kanan:


 Pronator teres (5)
 Flexor carpi radialis (5)
 Flexor digitorum superficialis I-V (5)
 Flexor pollicis longus (5)
 Abductor pollicis brevis (3)
 Opponens pollicis (3)
 Lumbrical I-II (3)
 Flexor pollicis brevis (4)
 Pronator quadratus (5)
 Palmaris longus (5)
 Flexor digitorum profundus I-II (5)

3
MMT nerves ulnaris kanan:
 Flexor carpi ulnaris (5)
 Flexor pollicis brevis (4)
 Flexor digitorum profundus III-IV (5)
 Dorsal Interossus (5)
 Palmar Interossus (5)
 Flexor digiti minimi (5)
 Abductor pollicis (5)
 Abductor digiti minimi (5)
 Opponen digiti minimi (5)
 Lumbrical III-IV (5)
Pemeriksaan penunjang: Dalam batas normal

1.2 Tabel
Main Hipotesa
Keyword Learning Issue
Problem Awal
Perempuan, Kesemutan Carpal Tunnel 1. Anatomi dan fisiologi sistem
40 tahun tangan Syndrome saraf perifer pada ekstremitas
kanan di jari atas
Jari-jari 1-3 Stroke akut 2. Patofisiologi terjadinya cidera
tangan saraf
nyeri dan Pronator teres 3. DD nyeri dan kesemutan pada
kesemutan Syndrome jari tangan
Anterior 4. Perkiraan lokasi cidera,
Interossus struktur yang terkena dan
Syndrome anatomi carpal tunnel
Brachial 5. Etiologi dan faktor resiko
Plexopathy Carpal Tunnel Syndrome
Cervical 6. Anamnesa dan pemeriksaan
Rediculopathy fisik (manifestasi klinis) Carpal
Tunnel Syndrome
Cubital Tunnel 7. Tatalaksana Carpal Tunnel
Syndrome Syndrome
8. Komplikasi Carpal Tunnel
Syndrome
9. Prognosis Carpal Tunnel
Syndrome
10. Dampak Sosio-ekonomi dan

4
pencegahan Carpal Tunnel
Syndrome

1.3 Mindmap Awal

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Dan Fisiologi Sistem Saraf Perifer Pada Ekstremitas Atas
Lengan atas terdiri dari 4 otot major, yaitu tiga otot fleksor (biceps
brachii, brachialis dan coracobrachialis) yang terletak pada bagian anterior
atau bagian fleksor dipersarafin oleh saraf musculocutaneus dan satu otot
ekstensor (triceps brachii) di bagian posterior.

Gambar 1.1 Otot Lengan Atas


Sumber: Agur AM, Moore KL, Dalley AF, 2018

6
Tabel 1.1 Tabel Komponen Lengan Atas
Sumber: Agur AM, Moore KL, Dalley AF, 2018

Pada tangan terdapat empat saraf utama: n. median, n. ulnar, n.


musculocutaneous dan n. radial. Persarafan ini berasal dari plexus
brachialis.
Saraf Musculocutaneous berawal dari otot pectoralis minor yang
menembus m. coracobrachialis dan menurun distal menuju antara m. biceps
dan m. brachialis. Saraf ini menyuplai tiga otot fleksor.
Saraf Radial menyuplai semua otot bagian posterior atau ekstensor.
Saraf ini berawal dari posterior menuju kearteri brachial, medial dari
humerus dan anterior triceps yang bercabang panjang dan terletak medial
ditriceps. Saraf radialis ini akan menurun melewati humeral shaft secara
inferolateral bersamaan dengan arteri profunda brachii. Setelah melewati
epikondyle melewati anterior lateral saraf radialis dipisah menjadi
profundus dan superficial. Saraf radialis profundus menginervasi otot dan
artikuler dan superficial menginervasi peraba pada dorsum tangan dan jari.
Saraf Ulnaris berawal dari distal axilla anterior masuk melewati otot
teres major dan triceps, dan terletak pada sisi medial arteri brachialis. Pada
pertengahan lengan, saraf ini masuk pada septum intermuscular medial
dengan arteri superior ulnaris collateral dan menurun melewati septum dan
bagian medial triceps. Saraf ulnaris melewati posterior dari epicondyle
medial dan medial olecranon. Pada di posisi medial epicondyle saraf ulnaris
ini disebut “funny bone” karena letaknya yang superficial, mudah dipalpasi
dan sangat rentan terhadap luka.

7
Lengan bawah
Lengan bawah berawal dari siku hingga pergelangan tangan dan terdiri
dari tulang radius dan tulang ulna yang bergabung oleh membran
interosseous.

Gambar 1.2 Otot Lengan Bawah Fleksor


Sumber: Agur AM, Moore KL, Dalley AF, 2018

8
Tabel 1.2 Komponen Lengan Bawah
Sumber: Agur AM, Moore KL, Dalley AF, 2018

Otot fleksor lengan bawah terdiri tiga lapis:


- Lapisan superficial: terdiri dari empat otot (pronator teres, flexor
carpi radialis, palmaris longus, dan fleksor carpi ulnaris) otot ini
terikat proksimal oleh fleksor tendon komunis dari epicondyle
medialis humerus
- Lapisan intermediate: m. fleksor digitorum superficialis
- Lapisan profundus: terdiri dari tiga otot (fleksor digitorum
profundus, fleksor pollicis longus dan pronator quadratus)
Semua otot lengan bawah bagian anterior diinervasi oleh median dan
atau ulnar nerve (sebagian besar median dan hanya 1 yang diinervasi oleh
ulnaris).

9
Otot ekstensor lengan bawah

Gambar 1.3 Gambar Lengan Bawah Ekstensor


Sumber: Agur AM, Moore KL, Dalley AF, 2018

Tabel 1.3 Tabel Komponen Lengan Bawah


Sumber: Agur AM, Moore KL, Dalley AF, 2018

10
Otot ekstensor lengan berada pada posterior dari lengan bawah dan
semuanya diinervasi oleh cabang dari saraf radialis. Otot posterior lengan
bawah dipisahkan menjadi 3 berdasarkan fungsinya:
- Otot ekstensi dan abduksi pergelangan tangan (ekstensor carpi
radialis longus, ekstensor carpi radialis brevis dan ekstensor carpi
ulnaris)
- Otot ekstensi 4 jari medial (ekstensor digitorum, ekstensor indicis
dan ekstensor digiti minimi)
- Otot ekstensi atau abduksi ibu jari (abductor pollicis longus,
ekstensor pollicis brevis dan ekstensor pollicis longus)

Fisiologi
Sistem saraf terdiri dari Central Nervous System dan Peripheral
Nervous System. Central Nervous System terdiri dari otak dan sum-sum
tulang. Otak terletak pada kepala yang mengandung 85 milliar sel saraf.
Sum-sum tulang tersambung dengan otak melalui foramen magnum dari
tulang oksipital dan dikelilingi oleh tulang vertebra. CNS merupakan pusat
pemikiran, emosi dan ingatan. Sinyal yang menstimulasi otot untuk
kontraksi dan kelenjar sekresi berasal dari CNS.
Peripheral Nervous System mencakup semua saraf diluar CNS. Saraf
kranial terdapat 12 pasang yang berasal dari otak dan terdapat 31 pasang
saraf spinal yang berasal dari sum-sum tulang. Komponen PNS terdiri dari
saraf dan reseptor sensori. Sel saraf adalah kumpulan ratusan hingga ribuan
axon dan berhubungan dengan jaringan dan pembuluh darah yang berada
diluar otak dan sum-sum tulang. PNS dibagi menjadi sensorik dan motorik.
Sensorik atau saraf afferent membawa input dari reseptor diteruskan ke
CNS. Input yang dibawa berupa informasi perasaan somatik (taktil, suhu,
nyeri dan proprioseptif) dan indera (penciuman, perasa, penglihatan,
pendengaran dan equilibrium). Motorik atau saraf efferent memberikan
output dari CNS menuju efektor (otot dan kelenjar).
Peripheral Nervous System dibagi lagi menjadi Somatic Nervous
System dan Autonomic Nervous System. Somatic Nervous System

11
memberikan output dari CNS menuju hanya otot. Sistem somatic ini bersifat
voluntary dan dapat dikendalikan. Autonomic Nervous System memberikan
output dari CNS menuju otot polos, otot jantung dan kelenjar. Autonomic
Nervous System bersifat involuntary dan tidak dapat dikendalikan.
Autonomic Nervous System dibagi menjadi dua Sympathetic Nervous
System dan Parasympathetic Nervous System. Parasymphatetic berperan
sebagai “rest-and-digest” dan sympathetic berperan sebagai “fight-or-flight”
yang berguna untuk membantu beraktivitas atau keadaan emergensi. Enteric
Nervous System adalah saraf yang berada di dinding gastrointestinal. Saraf
ini membantu meregulasi aktivitas otot polos dan kelenjar dari GI tract.

Gambar 1.4 Sistem Saraf


Sumber: Tortora GJ, Derrickson B, 2017

12
Fungsi dari Sistem Saraf berawal dari sensorik (input), integrative
(process) dan motorik (output).
Fungsi sensorik berasal dari reseptor sensorik yang diberikan stimulus
baik internal (peningkatan tekanan darah) dan stimulus eksternal. Sensorik
ini membawa stimulus menuju otak atau sum-sum tulang.
Fungsi Integrative memproses stimulus sensorik menganalisa informasi
untuk memberikan respon yang tepat, aktivitas ini disebut sebagai integrasi.
Fungsi Motorik terjadi setelah informasi sensorik sudah diintegrasi dan
motorik memberikan respon dengan mengaktifkan efektor.

Perjalanan Saraf
Berawal dari adanya rangsangan dari reseptor sensorik, rangsangan ini
menghasilkan akson pada saraf sensorik untuk membentuk saraf aksi
potensial yang dibawa akson menuju CNS dan melepaskan neurotransmitter
pada sinaps. Neurotransmitter menstimulasi interneuron untuk
menghasilkan potensial pada dendritic dan sel tubuh. Respon dari potensial
membuat akson pada interneuron meneruskan menujua sinaps berikutnya
dengan interneuron. Proses pelepasan neurotransmitter pada sinaps diikuti
oleh potensial pada interneurons diotak (thalamus dan cerebral cortex)
teraktivasi. Saat diotak terjadi persepsi dan proses integrasi sehingga kita
dapat merasakan rangsangan sensorik. Setelah stimulus sensorik diintegrasi
berikutnya akan diberikan efek motorik yaitu melepaskan neurotransmitter
yang membuat potential pada lower motor neuron yang menuju ke otot
lurik. Neurotransmitter ini menstimulasi jaringan otot yang akan kita
kendalikan untuk kontraksi.
Perjalanan n.Medianus:
cabang sensoris yang menginervasi telapak tangan (palmar cutaneous
branch of median nerve) muncul proksimal dari fleksor retinakulum dan
berjalan di superficialnya (tidak ikut masuk ke dalam carpal tunnel).

Potensial Aksi

13
Sinyal saraf dihantarkan oleh potensial aksi yang merupakan perubahan
cepat pada potensial membran yang menyebar secara sepat disepanjang
membran serabut saraf, Aksi potensial mempunyai beberapa tahap
depolarisasi, repolarisasi dan after-hiperpolarisasi. Pada depolarisasi terjadi
perubahan membran negatif menjadi kurang dan menjadi positif pada fase
ini terjadi pembukaan channel ion Na+. Setelah depolarisasi terjadi
repolarisasi membran yang positif turun menjadi negatif kembali, pada fase
ini terjadi pembukaan channel K+ dan ion channel Na menjadi tidak aktif.
Setelah repolarisasi terjadi after-hiperpolarisasi yaitu membran menjadi
lebih negatif dan channel K+ tetap terbuka dan ion channel Na + dalam fase
istirahat. Fase setelah ini adalah resting membran potensial dimana ion
channel Na+ dalam istirahat dan ion channel K+ tertutup.

Gambar 1.5 Aksi Potensial


Sumber: Tortora GJ, Derrickson B, 2017

Penghantaran Potensial Aksi


Terdapat 2 jenis penghantaran potensial aksi: continuous conduction
dan saltatory conduction. Continuous conduction melibatkan tahap
depolarisasi dan repolarisasi setiap segmen pada membran plasma, pada
continuous conduction ion melewati voltage-gated channel pada setiap
segmen membran. Penghantaran aksi potensial terjadi sangat pendek dan
terjadi milidetik. Continuous conduction ini terjadi pada axon yang tidak
bermyelin yang ada dijaringan otot. Penghantaran potensial aksi terjadi lebih
cepat pada akson yang bermyelinasi dari pada yang tidak. Saltatory
conduction adalah penghantaran potensial aksi yang terjadi padaakson yang

14
bermyelin karena adanya distribusi voltage-gated channel. Saltatory
conduction atau konduksi melompat terjadi potensial aksi hanya pada nodus.
Aliran arus listrik mengalir melalui sekeliling cairan ekstrasel diluar
selubung mielin dan aksoplasma didalam akson dari nodus ke nodus, yang
merangsang nodus berurutan satu persatu. Penjalaran secara melompat ini
menyebabkan proses deoplarisasi melompati interval yang cukup jauh di
sepanjang serabut saraf sehingga meningkatkan kecepatan penghantaran
saraf pada serabut bermielin 5 sampai 50 kali lipat. Mekanisme ini juga
menghemat energi akson karena hanya nodus saja yang berdepolarisasi dan
membutuhkkan sedikit metabolisme untuk menetapkan kembali perbedaan
konsentrasi natrium dan kalium setelah timbul serangkaian impuls saraf.
Faktor yang mempengaruhi penghantaran terdapat 3: Akson yang
bermyelinasi lebih cepat dari pada yang tidak, diameter akson yang besar
mempunyai penghantaran yang lebih besar dan semakin rendah suhu maka
kecepatan penghantaran semakin lambat.

Dermatom
Seluruh tubuh kita diinervasi oleh saraf sensorik somati yang membawa
impuls saraf dari kulit menuju otak dan sum-sum tulang. Saraf spinal
mengandung saraf sensorik yang spesifik. Dermatome adalah pembagian
area kulit yang mempunyai sensorik menuju CNS melalui satu pasang saraf
spinal. Mengetahui segmen yang menyuplai dermatome membuat kita
mengetahui lokasi yang terluka pada spinal cord. Apabila kulit pada region
disstimulasi namun tidak ada sensasi maka saraf yang menyuplai
kemungkinan rusak.

15
Gambar 1.6 Dermatom Tubuh Manusia
Sumber: Agur AM, Moore KL, Dalley AF, 2018
Histologi Sel Saraf
Sel saraf mempunyai kemampuan eksitabilitas listrik yaitu kemampuan
untuk merespon stimulus dan mengubahnya menjadi aksi potensial.
Stimulus adalah perubuh yang terjadi pada lingkungan yang kuat untuk
menginisiasi aksi potensial. Aksi potensial adalah sinyal elektrik yang
menghantarkan seluruh permukaan membran dari neuron. Bagian dari sel
saraf terdapat tiga bagian: cell body, dendritic dan akson. Cell body atau
perikaryon mempunyai nukleus yang dikelilingi oleh sitoplasma yang
mengandung organel seluler berupa lysosomes, mitokondira, dan badan
golgi. Cell bodies juga mempunyai ribosom dan endoplasmic reticulum dan
Nissl bodies. Ribosom adalah tempat terjadinya sintesis protein. Sintesa
protein diproduksi oleh Nissl bodies digunakan untuk menggunakan
komponen seluler untuk sebagai materi pertumbuhan neuron dan
meregenerasi akson yang terluka pada PNS. Sitoskeleton mengandung
neurofibril yang berguna untuk membentuk ukuran sel dan microtubules
yang membantu memindahkan material antara cell body dan akson. Neuron
yang menua mengandung lipofuscin yaitu pigmen granul kuning kecoklatan
yang berada disitoplasma. Lipofuscin ini adalah produk dari lysosomes yang
menentukan umur neuron. Kumpulan cell bodies saraf yang diluar CNS

16
disebut ganglion. Jaringan saraf mempunyai multiple dendritic dan satu
akson. Dendritic adalah bagian masuknya input pada neuron. Akson adalah
bagian yang menghantarkan impuls saraf menuju saraf lain, jaringan otot
dan kelenjar. Akson apabila bergabung dengan cell body pada bentuk cone-
shaped disebut akson hillock. Daerah terdekat akson hillock adalah segmen
inisiasi. Diantara akson hillock dan segmen inisiasi terdapat trigger zone,
yaitu pembawa impuls saraf menuju ketujuan melalui akson. Akson
mengandung mitokondria, microtubulus dan neurofibril. Sitoplasma pada
akson disebut aksoplasma karena dikelilingi oleh plasa membran yang
disebut aksolemma. Akson yang bercabang disebut aksoncollateral. Akson
pada ujung akhirnya akan menjadi kecil dan disebut akson terminal. Tempat
hubungan antara dua neuron atau neuron dan efektor sel disebut sinaps.
Ujung akson terminal berbentuk bola disebut sinaptic end bulbs, sedangka
yang menghambat bentuk bulat disebut varicosities. Sinaps end bulbs dan
varicosities mengandung banyak membran kantung tertutup disebut synaptic
vesikel yang menyimpan neurotransmiter. Neuro transmiter adalah molekul
yang dilepas dari vesikel sinaps yang dapat mengeksitasi atau inhibisi dari
sel saraf. Akson dilapisin oleh endoneurium lapisan terdalam yang
mengandung jaringan kolagen, fibroblas dan makrofag. Kumpulan akson
dengan endneurium dan bergabung disebut fasciles yang berikutnya akan
dilapisi oleh perneurium atau lapisan tengah. Perineurium mengandung
lapisan jaringan 15 lapis fibroblas dan jaringan kolagen. Lapisan terluar
disebut epineurium yang mengandung fibroblas dan kolagen yang tebal.

17
Gambar 1.7 Histologi Sel Saraf
Sumber: Tortora GJ, Derrickson B, 2017

Jaringan saraf terdiri dari akson, neurolemma dan jaringan tisu


endoneurial. Neurolemma terdiri dari sel membran sel Schwann yang
mengelilingi akson dan memisahnya dari akson yang lain. Pada PNS,
neurolemma mempunyai dua bentuk yaitu neurolemma yang bermyelinasi
yang mempunyai sel Schwann spesifik untuk akson individu dan
membentuk mengelilingi sel berbentuk myelin. Bentuk kedua adalah
neurolemma yang tidak bermyelinasi. Akson multipel yang dipisah oleh
sitoplasma pada setiap sel. Sel schwann ini tidak memproduksi myelin.
Sebagian banyak saraf cutaneous yang menyuplai sensasi kekulit adalah
jenis jaringan saraf yang tidak bermyelinasi.

18
Gambar 1.8 Gambaran Sel Saraf
Sumber: Agur AM, Moore KL, Dalley AF, 2018

Jaringan saraf terdiri dari sekumpulan saraf, lapisan pelindung dan pembuluh
darah. Kumpulan saraf yang berkumpul menjadi bundle disebut fascicles.
Saraf mempunyai lapisan pelindung yang terdiri dari tiga lapis yaitu
Endoneurium yang mengelilingi nerolemma cell dan akson. Perineurium
lapisan yang menutup fascicle dari jaringan saraf dan sebagai barier terhadap
penetrasi dari jaringan saraf. Epineurium lapisan pelindung tebal yang
mengelilingi sekumpulan fascicles pada lapisan terluar yang terdiri dari jaringan
lemak, pembuluh darah dan limfatik. Endoneurium, Setiap akson dilapisi oleh
neurolemma dan endoneurium

19
Gambar 1.9 Gambaran Lapisan Sel Saraf
Sumber: Agur AM, Moore KL, Dalley AF, 2018

Fisiologi sistem saraf perifer


Fase istirahat
Fase depolarisasi
Fase repolarisasi
Penghantaran potensial aksi

2.2 Patofisiologi Terjadinya Cedera Saraf


Dalam membantu derajat cedera saraf perifer, berbagai sistem telah
dikembangkan dengan menghubungkan perubahan mikroskopis setelah
cedera dengan gejala pasien. Sistem ini memberikan hasil prognosis yang
cukup akurat dari jenis cedera tertentu. Dua sistem yang sering digunakan
adalah yang dikembangkan oleh Seddon dan Sunderland.
Klasifikasi Seddon lebih sering digunakan daripada Suderland dalam
pengaturan klinis. Terdapat tiga istilah untuk menggambarkan cedera saraf
perifer, mulai dari yang ringan sampai berat yaitu:
- Neuropraxia, merupakan bentuk cedera ringan. Hanya ada sedikit
atau tidak ada kerusakan struktural tanpa kerugian kontinuitas
saraf. Gejalanya bersifat sementara dan kemungkinan besar karena

20
blokinduksi yang diinduksi ion, diperkirakan akan terjadi campuran
kompresi mekanis dan iskemia. Tidak ada elemen saraf yang robek
atau putus dan hanya ada sedikit atau tidak ada perubahan
histologis yang terlihat. Efek yang tempak reversible, kecuali
berlanjut selama kurang lebih 8 jam. Contoh dari cedera ini yaitu
Carpal Tunnel Syndrome,dan Saturday Night Palsy, kelumpuhan
saraf radial yang disebabkan karena tekanan lengan saat orang
tertidur. Recovery atau perbaikan dari neuropraxia biasanya dalam
minggu hingga bulan-bulan.
- Axonotmesis, merupakan istilah yang digunakan saat ada gangguan
pada akson saraf dan selubung myelin, tetapi struktur mesenkim
termasuk perineurium dan epineurium seluruhnya atau sebagian
utuh. Jenis cidera ini dapat dilihat secara terpisah deperti cedera
plexus brachialis terkait kelahiran atau fraktur seperti cedera saraf
radialis sekunder akibat fraktur humerus. Laserasi akibat pecahan
kaca juga dapat menyebabkan aksonotmesis. Sebagian besar cedera
saraf perifere diwakili oleh jenis cedera ini. Prognosis untuk
aksonotmesis tergantung pada cederanya, semakin parah maka
hasil lebih buruk.
- Neurotmesis, terjadi ketika saraf dengan stroma disekitarnya
terputus. Tidak ada pemulihan spontan dan bahkan setelah
dilakukanoperasi, prognosis akan buruk. Jenis cedera ini hanya
pada trauma besar. Pada hari ke-5 hingga ke-7 bagian akson distal
hingga daerah yang rusak menjadi sedikit bengkak dan pecah
menjadi beberaa bagian, selubung myelin juga memburuk.
Walaupun akson dan selubung myelin mengalami degenerasi,
neurolemma tetap ada. Degenerasi pada bagian distal akson dan
selubung myelin disebut Wallerian de-generation

Klasifikasi Sunderland berbeda dari Seddon, karena terdapat 5


kelas berbeda. Derajat pertama sama seperti neuropraxia. Derajat ke II-
IV setara dengan axonotmesis, bedanya terdapat tingkat kerusakan

21
mesenkim pada saraf. Pemulihan derajat II baik sedangkan tingkat IV
buruk. Derajat V serata dengan neurotmesis.
2.3 DD Nyeri dan Kesemutan pada Jari Tangan
1. Carpal Tunnel Syndrome/ CTS
Disebabkan karena kerusakan N. Median yang terdapat pada
Carpal Tunnel. Biasanya pasien mengalami gejala nyeri dan
paresthesia pada 3 jari tangan pertama tangan dimana nervus
mengalami kerusakan. Paresthesia biasanya sulit di lokalisir dan hanya
menyangkut bagian dermatome saja, misalnya ibu jari. Gejala biasanya
bersifat intermiten tetapi dapat menjadi konstan apabila kerusakan
berkelanjutan.
Keluhan biasanya memburuk saat malam hari karena fleksi
pergelangan tangan berkepanjangan atau saat melakukan aktivitas
repetitif yang melibatkan fleksi dan ekstensi dari pergelangan tangan
(misalnya menyetir, mengetik) dan terkadang dapat dirasakan pada
lengan atas medial (brachialgia paresthetica nocturna) disertai edema
pada pergelangan atau seluruh bagian tangan. Dapat juga ditemukan
atrofi M. Thenar lateral (Abductor Pollicis Brevis dan Opponens
Pollicis) pada kasus lebih lanjut dan kelemahan otot tangan.
2. Stroke Akut
Stroke akut disebabkan oleh suatu lesi pada sistem saraf pusat,
disebabkan karena kurangnya vaskularisasi menuju otak.
Stroke dapat dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu, stroke
iskemik dan stroke hemorrhagic. Kedua kategori ini merupakan suatu
kondisi yang berbeda, pada stroke hemorhagic terdapat timbunan darah
di subarahchnoid atau intraserebral, sedangkan stroke iskemik terjadi
karena kurangnya suplai darah ke otak sehingga kebutuhan oksigen dan
nutrisi kurang mencukupi. Manifestasi klinis stroke antara lain: defisit
lapang pandang, defisit motorik, defisit sensorik, defisit verbal, defisit
kognitif dan defisit emosional.
3. Pronator Teres Syndrome

22
Disebabkan karena kompresi jaringan saraf, terutama pada
N.Median karena penebalan band yang menghubungkan otot bisep dan
lengan bawah,hipertrofi pronator teres, atau lengkungan fibrosa rapat
pada flexor digitorum superficialis dan flexor digitorum profundus.
Gejala biasanya berupa nyeri tumpul pada area siku bersamaan
dengan paresthesia dan kelemahan otot flexor pollicis longus dan
abductor pollicis brevis melibatkan flexor digitorum profundus dan
opponens pollicis. Keluhan diperberat dengan gerakan rotasi lengan
bawah atau pronasi bagian siku yang repetitif sehingga memaksa lengan
bawah, tetapi membaik saat malam hari dan area proksimal lengan
bawah dimana terdapat M.Pronator teres terasa lembut saat dilakukan
palpasi. Defisit sensoris terdapat pada 3 1/2 jari radial (3 jari pertama
dimulai dari ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan ½ jari manis) apabila
terjadi kompresi N. Median di bagian siku atau Carpal Tunnel disertai
dengan kelemahan M. Thenar sehingga menyerupai gejala CTS.
Perbedaan penyakit ini dengan CTS adalah pada penyakit ini biasanya
juga ditemukan defisit sensoris di telapak tangan bagian proksimal
Carpal Tunnel menandakan keterlibatan cabang N.Medianus, yaitu N.
Palmar cutaneous.
4. Anterior Interossus Syndrome/ Kiloh-Nevin Syndrome
Defisit motorik pada otot lengan bawah disebabkan karena
kompresi maupun terjepitnya N. Anterior interosseus yang merupakan
cabang dari N. Medianus. Biasanya terjadi pada tepi tendon bagian
dalam dari kepala M. Pronator teres sehingga berakibat terjadinya
kelemahan pada fleksi distal phalanx ibu jari dan jari telunjuk (dapat
terlihat dengan membuat tanda OK).
Etiologi penyakit ini disebabkan karena 2 jenis, yaitu spontan dan
trauma. Etiologi trauma terdiri atas fraktur lengan bawah, venipuncture,
bedah fiksasi, luka penetrasi, komplikasi bedah open reduction dan
fiksasi fraktur. Sedangkan etiologi spontan yang paling sering terjadi
adalah kompresi neuropati dan brachial plexus neuritis (neuralgic
amyotrophy).

23
Otot kompartemen siku yang terganggu karena lesi biasanya
terdiri atas flexor pollicis longus (otot ibu jari), pronator quadratus, dan
flexor digitorum profundus bagian lateral dengan insersi phalanx ke-2
dan ke-3.
Tidak ditemukan defisit sensoris pada penyakit ini. Hal ini
disebabkan tidak N. Anterior interosseus tidak memiliki cabang
kutaneus di kulit. Tetapi dapat ditemukan cabang saraf sensoris yang
cukup besar pada volar carpus, sehingga ditemukan sensasi nyeri tidak
tetap pada pergelangan tangan. Ditemukan defisit motorik yang
berakibat kelemahan otot ibu jari dan jari telunjuk dengan ciri khas
pincer movement serta nyeri hilang timbul di pergelangan tangan dan
siku. Penyakit ini biasanya merupakan salah satu variasi Branchial
Neuritis Idiopatik.
5. Cervicular Plexopathy
Biasanya disertai gejala paralisis, mati rasa, dan nyeri neuropati
pada lengan bagian distal yang berlangsung terus menerus seperti
terbakar atau ditusuk-tusuk. Nyeri biasanya terjadi pada lengan bagian
bawah, tangan, dan jari tanpa pola nyeri yang jelas.
6. Braxial Plexopathy
Disebabkan karena upper trunk lesion sistem saraf perifer,
tepatnya pada plexus brachialis dan seringkali disebabkan karena
trauma, inflamasi, stretch injury (dikarenakan birth trauma pada bagian
leher), tumor (terutama tumor paru) , autoimun, paraneoplastic,
kompresi, iatrogenik, dan terapi radiasi. Etiologi kongenital penyakit ini
biasanya disebabkan karena malformasi dan mutasi genetik
SEPT9.Akibatnya terjadi defisit neurologis sebagai gejala pada
dermatom dan myotom C5-C6 disertai sensory loss menyebar ke lengan
bagian lateral dan kelemahan pada deltoid, bisep, brachioradialis, dan
supraspinatis dari bahu hingga ibu jari. Selain itu biasanya ditemukan
nyeri pada bahu, sensasi abnormal seperti terbakar, nyeri, atau geli pada
lokasi terjadinya trauma.

24
Lesi pada middle trunk menyerupai radikulopati C7 yang ditandai
dengan kelemahan otot trisep, pronator teres, dan flexor carpi radialis
sehingga refleks triseps berkurang yang berjalan mulai dari bahu,
lengan, tangan, hingga pergelangan tangan.

7. Diabetic Polyneuropathy/DPN
Diabetic Polyneuropathy merupakan disfungsi sistem saraf perifer
yang merupakan komplikasi diabetes mellitus. Defisit sensorik/ motorik
yang mempengaruhi banyak jaringan saraf sekaligus. Biasanya terdapat
keluhan pada kaki yang sering terdistribusi secara simetris meliputi
refleks lutut menurun yang sering terjadi dan penurunan refleks tubuh
bagian atas yang lebih jarang terjadi. Gejala lainnya terdiri atas sensory
loss, dan kelemahan otot ringan pada ekstremitas bawah lokasi
distribusi N.Peroneal dan mempengaruhi extensor hallucis longus
(fungsi dorsofleksi) dan extensor digitorum brevis (fungsi eversi).
Paresthesia pada kaki terutama pada jari-jari kaki seringkali
menyebabkan pasien merasa seperti memakai kaos kaki, oleh karena itu
gejala ini disebut stocking paresthesia. Sedangkan pada tubuh bagian
atas disebut juga glove paresthesia dan dapat menyebar menuju thorax
anterior dan dinding abdomen dengan distribusi khas breastplate secara
lateral disertai sensasi panas/ dingin dan rasa nyeri yang memburuk
pada malam hari.

25
2.4 Perkiraan Lokasi Cedera, Struktur yang Terkena, dan Anatomi
Perkiraan Lokasi Cidera, Struktur yang Terkena, dan Anatomi Carpal
Tunnel Syndrome
1. Perkiraan lokasi cidera sehingga terjadi carpal tunnel syndrome adalah
bagian atau teritori sensoris dari nervus medianus (Gambar 4.1).

Gambar 4.1 Teritori sensoris nervus medianus dan lokasi terjadinya parestesia
pada pasien dengan Carpal Tunnel Syndrome.
Sumber: Kleopa KA., 2015

Gambar 4.1 menjelaskan bahwa pasien dengan Carpal tunnel syndrome


mengalami cidera pada teritori nervus medianus sehingga terjadi parestesia.
Telapak tangan diinnervasi oleh cabang nervus cutaneus medianus, pada
keadaan cidera canalis carpi menyebabkan defisit sensoris sehingga muncul
gangguan inervasi nervus medianus ke jari-jari (Kleopa KA., 2015).

Gambar 4.2 Lokasi innervasi nervus medianus


Sumber: Archer PA et al., 2000

Gambar 4.2 menjelaskan lokasi innervasi dari nervus medianus yaitu ujung ibu
jari sampai jari keempat.

26
Gambar 4.3 Anatomi canalis carpi
Sumber: Agur AM et al., 2018

Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) adalah suatu


terowongan sempit yang berada di dasar pergelangan tangan (di
bagian distal lekukan dalam pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian
lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm). Bagian bawah dibentuk
tulang yang menyusun pergelangan tangan. Bagian atas ditutupi sebuah
band dari jaringan ikat (ligamentum karpal transversal) (Agur AM et
al., 2018).
Dasar: tulang-tulang carpalia distal (trapezium, trapezoid, capitatum,
hamatum)
Atap: flexor retinaculum

27
Isi: n. medianus, 4 tendon fleksor digitorum superficial beserta sheatnya, 4
tendon fleksor digitorum profundus beserta sheatnya, tendon fleksor
pollicis longus beserta sheatnya

Selain itu juga disusun oleh kapitasi (tulang karpal terbesar dengan
proyeksi bulat, menuerupai bulan sabit atau berbentuk kait pada
permukaan anteriornya). Ruang cekung anterior dibentuk oleh pisiform
dan hamate (di sisi ulnaris), dan skafoid dan trapezium (di sisi radial),
dengan penutup seperti atap dari fleksor retinakulum (jalinan pita
fibrosa dari jaringan ikat) (Tortora GJ., Derrickson B., 2017).
Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di dalam
canalis carpi yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari os carpal.
Nervus medianus mengontrol inervasi di sisi telapak ibu jari, jari
telunjuk, dan jari yang Panjang. Saraf juga mengontrol otot-otot di
sekitar dasar jempol. Tendon yang menekuk jari-jari dan ibu jari juga
berjalan melalui canalis carpi disebut tendon fleksor.
Pada canalis carpi nervus medianus bercabang menjadi komponen
radialis dan ulnaris. Komponen radial dari nervus medianus menjadi
cabang sensorik pada permukaan palmar jari-jari pertama dan kedua,
serta cabang motorik musculus abductor pollicis brevis, m. opponens
pollicis, dan bagian atas dari m. flexor pollicis brevis. Komponen
ulnaris dari nervus medianus memberikan cabang jari kedua, ketiga,
dan sisi radial jari keempat. Selain itu, N. Medianus dapat mempersarafi
permukaan dorsal jari kedua, ketiga, dan keempat bagian distal sendi
interphalangeal proksimal (Agur AM et al., 2018).

2. Struktur yang berhubungan dengan keadaan Carpal tunnel syndrome


biasanya ditandai dengan berkurangan fungsi motorik pada pergelangan
tangan sampai jari-jari, muncul atropi pada thenar eminensia, dan atropi
pada otot yang lebih kecil seperti :
 Kompresi nervus medianus
 Kompresi nervus ulnaris

28
 Cidera plexus
 Cervical spinal stenosis
 Polineuropati
 Central spinal cord syndrome
 Anterior horn cell (motor neuron) disease
 Atropi akibat inaktivitas (biasanya pada pasien dengan
rheumatik)
Gangguan fisiologis yang terjadi pada orang tua (Kuks JBM and Snoek
JW., 2018)

Struktur selain yang tersebut diatas yang juga memungkinkan untuk


mengalami gangguan yang berkaitan dengan Carpal tunnel syndrom
adalah struktur yang secara anatomi diinervasi oleh nervus medianus.
Gerakan fleksi dengan sudut 90 derajat dapat mengecilkan ukuran
canalis carpi. Akibatnya adalah nervus medianus menjadi tertekan
sehingga menyebabkannya nervus terdorong di dalam ligamentum carpi
transversum dan terjadi atrofi thenar eminensia (gambar 3), kelemahan
pada m. flexor pollicis brevis, m. abductor pollicis brevis, dan m.
opponens pollicis yang diikuti dengan hilangnya kemampuan sensorik
ligametum carpi transversum yang dipersarafi oleh bagian distal N.
Medianus. Cabang sensorik superfisial dari N. Medianus berlanjut
mempersarafi bagian telapak tangan dan jari jempol (Kuks JBM and
Snoek JW., 2018).

3. Anatomi carpal tunnel syndrome (Gambar 4.4)

29
Gambar 4.4 Anatomi carpal tunnel syndrom
Sumber: Kuks JBM and Snoek JW., 2018

Secara anatomi antara telapak tangan dan pergelangan tangan memiliki


flexor retinaculum yang dibawahnya dilewati oleh nervus medianus,
area atau tertori tersebut dikenal dengan nama trowongan carpal atau
carpal tunnel.
Selain nervus medianus, telapak tangan diinervasi oleh beberapa nervus
(Gambar 4.5) yaitu nervus ulnaris, dan nervus medialis (Kuks JBM and
Snoek JW., 2018).

Gambar 4.5 Inervasi sensoris pada tangan


Sumber: Kuks JBM and Snoek JW., 2018

30
Telapak tangan mulai ibu jari diinnervasi oleh nervus radialis.
Kemudian pada jari telunjuk sampai jari ke empat diinervasi oleh
nervus medialis dan pada kelingking inervasi oleh nervus ulnaris.
Sementara itu gambaran posisi anatomi terowongan carpal atau carpal
tunnel ditunjukkan melalui gambar 5.

Gambar 4.6 Innervasi ekstremitas superior dan posisi anatomi


terowongan carpal (carpal tunnel)
Sumber: Kuks JBM and Snoek JW., 2018
Percabangan pada nervus cervikalis, plexus brachialis, dan nervus pada
ektremitas superior umumnya terjalin melingkar, selanjutnya diuraikan
sebagai berikut:
1. Nervus Radialis
2. Nervus Medianus
3. Nervus Ulnaris
4. Nervus Axilaris
5. Nervus Suprascapular
6. Cabang panjang Nervus Thoracic
7. Nervus Musculocutaneus
8. Nervus Phrenicus
9. Cabang Nervus Radialis profundus (cabang motorik)
a. Saturday night palsy
b. Cubital tunnel syndrome
c. Guyon’scanal compression

31
d. Carpal tunnel syndrome
e. Posterior interosseous nerve syndrome
f. Cheiralgia paraesthetica
g. Pizza cutter’s palsy
Sementara untuk tanda titik-titik merupakan penampakan nerve yang
bermuara pada sisi dorsal lengan.
Secara lebih jelas nervus medianus di lengan berjalan ke distal di
lengan di sisi lateral arteri brakialis hingga mencapai bagian tengah
lengan, tempat ia menyilang ke sisi medial dan kontak brachialis.
Kemudian saraf median turun ke fossa cubiti, di mana ia terletak jauh
ke aponeurosis bicipital dan vena cubital median. Nervus medianus
tidak memiliki cabang di ketiak atau lengan, tetapi itu memasok cabang
artikular ke sendi siku. Dari fossa cubiti dengan berjalan diantara kedua
caput musculus pronator teres dan terus berjalan ke distal di belakang
musculus flexor digitorum profundus. Di regio carpalis, Nervus
Medianus muncul disisi lateral musculus digitorum superficial dan
terletak di belakang tendomusculi Palmaris longus. Nervus medianus
kemudian masuk ke telapak tangan berjalan di bawah retinaculum
musculorum flexorum di dalam canalis carpi (Agur AM et al., 2018).

2.5 Etiologi dan Faktor Risiko


Etiologi dari CTS adalah penggunaan tangan atau pergelangan tangan
dengan cara yang sama setiap hari (fleksi dan ekstensi berulang kali).
1. Pekerjaan (Occupational)
Pekerjaan tangan yang berulang dan kuat dengan ekstensi pergelangan
tangan serta getaran, lingkungan dingin, dan kombinasinya.
2. Non Pekerjaan (Non-occupational)
Faktor risiko non pekerjaan yang mempengaruhi CTS:
1. Peningkatan BMI.
Faktor risiko independen, terutama pasien yang berusia kurang
dari 63 tahun.
2. Peningkatan kadar serum lipoprotein densitas rendah (LDL).

32
3. Predisposisi genetik.
4. Lingkungan.
Tarian concor untuk kembar monozigot, 0,35; untuk kembar
dizygotic, 0,24.
5. Predisposisi familial.
Sering terjadi pada pasien CTS bilateral.
6. Entitas.
Lebih jarang termasuk CTS dominan autosom.
7. Bentuk keluarga anak usia dini.
Terkait kelainan genetik sistemik, seperti amiloidosis.
8. Predisposisi genetik.
Asosiasi ini mungkin sebagian karena perbedaan BMI. Variasi
anatomis dari hook hamate juga dapat mempengaruhi CTS.
Akhirnya, beberapa gangguan sistemik dapat dikaitkan dengan
peningkatan risiko (Tabel 1).

Tabel 1. Faktor Risiko Non Pekerjaan untuk CTS

1. Seks wanita
2. Umur
3. Kehamilan
4. Obesitas
5. Rasio pergelangan tangan*
6. Riwayat keluarga
7. Gagal ginjal atau dialisis
8. Amiloidosis
9. Perawatan obat dengan penghambatan aromatase
10. Diabetes (dengan atau tanpa polineuropati terbuka)
11. Hipotiroid
12. Akromegali
13. Riwayat fraktur pergelangan tangan sebelumnya
14. Penyakit pembuluh darah kolagen
15. Osteoarthritis pergelangan tangan

33
16. Kelainan lipid
17. Trauma

*Dimensi pergelangan tangan anterior ke posterior dibagi dengan dimensi


pergelangan tangan medial ke lateral. studi bertentangan dengan hubungan
antara kelainan lipid dan carpal tunnel syndrome.

2.6 Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik (Manifestasi Klinis)


Anamnesa:
1. Merasa nyeri pada ibu jari terutama memberat saat malam hari sampai
terbangun
2. Kesemutan pada ibu jari
3. Kesulitan beraktivitas yang melibatkan jari tangan
4. Mempunyai riwayat penyakit komorbid (GGK, DM , Hipertensi)
5. Terbangun saat malam hari
6. Riwayat pekerjaan yang menggunakan jari tangan berlebihan
7. Sering terjatuh saat memegang benda
8. Membaik apabila tangan dikibaskan

Gejala Klinis:
1. Parestesia atau rasa tebal pada tiga digit jari pertama
2. Nyeri pada ibu jari bahkan menjalar sampai bahu dan leher
3. Kesemutan
4. Memberat saaat malam hari karena telapak tangan tertekuk saaat
tertidur
5. Membaik ketika dikepakan/dikibas ( Flick sign)
6. Kesulitan beraktivitas jika menggunakan jari
Kerusakan N.Medianus kelemahan pada tangan beserta akan atrofi
kelompok otot tenar sehingga akan merasa sulit digerakan.

Pemeriksaan:

34
Keluhan kesemutan atau rasa tebal dapat dimunculkan dengan Phallen test,
prayer test, tinel sign.
Kelemahan sering otot abductor policis brevis.
Kelemahan otot lain pada flexor policis brevis, lumbrical I-II, oponens
policis.
Terdapat otot adductor policis brevis yang tidak mengalami kelemahan
karena dipersarafi oleh n.ulnaris.

2.7 Tatalaksana
1. Konservatif
 Vitamin B (neurotropik) 1x sehari selama 12
minggu
 B1 100 mg
 B6 100 mg
 B12 500 mg
 Wrist splinting pada siang dan malam hari sesuai toleransi
aktifitas, pergelangan tangan harus dibidai dengan derajat ekstraksi
0 atau 5 derajat. Bidai sering kali menahan pergelangan tangan
dengan ekstensi lebih dari 30 derajat
 Modifikasi aktivitas. Menghindari aktivitas exaserbasi yaitu
gerakan repetitive ektensi dan fleksi dan menggenggam yang
melibatkan pergelangan tangan
 NSAID sering digunakan tapi tidak efektif
 Oral steroid (prednisolone), dengan dosis 20 mg selama 2
minggu lebih membantu daripada penggunaan NSAID
 Diathermy treatment untuk mild dan moderate CTS dapat
mengurangi gejala setelah 3 minggu pengobatan
2. Invasive
Injeksi local corticosteroid pada carpal tunnel. Injeksi ke dalam
carpal tunnel telah terbukti lebih baik daripada bedah dekompresi
untuk gejala klinis pada 3 bulan dan serupa pada 1 tahun. Suntikan

35
dapat diperlukan jika paresthesia nokturnal menetap setelah
pengobatan awal.
3. Bedah Dekompresi, bedah diindikasikan pada pasien dengan
kelemahan dan atrofi yang parah atau progresif cepat, atau bagi
mereka yang gagal merespons tindakan konservatif. Atau bila ada
lesi massa yang menyebabkan kompresi saraf median.

2.8 Komplikasi
Kondisi yang berat dapat menyebabkan lemahnya oposisi ibu jari
seiring perkembangan penyakit. Atrofi Thenar mungkin terlihat. Pada
jari 1–3 gejala parastesia atau hilang sensasi.

2.9 Prognosis
CTS dapat berkembang melalui berbagai tahap keparahan dengan
perubahan-perubahan gejala. Pada CTS ringan, parestesia nokturnal
serta pembengkakan dan nyeri berkurang dengan berjabat tangan atau
mengubah posisi tangan. Kekuatan otot berkurang pada otot pollicis
opponens dan otot pollicis abductor. Pada CTS sedang, gejala dapat
bertahan sepanjang hari dan hilangnya sensasi menyebabkan jari kaku
dan benda yang sedang dipegang terjatuh. Pada CTS berat, mati rasa
tanpa nyeri dan atrofi tenar dapat terjadi, prognosis buruk. Namun, pasien
dapat mengalami berbagai perjalanan klinis yang bervariasi, termasuk
monofasik, gejala yang sembuh sendiri, gejala kambuh-mereda selama
bertahun-tahun, gejala stabil tetapi untuk waktu yang lama, dan
perkembangan gejala yang cepat atau lambat. Perkembangan CTS tidak bisa
dihindari, dan beberapa pasien dapat membaik secara spontan tanpa
perawatan bedah. CTS pada tahap awal prognosis baik.
Kebanyakan tanda dan gejala klinis CTS sulit untuk didiagnosis,
dan banyak kondisi lain yang dapat menyerupai gejala tersebut.
Seorang spesialis dengan keahlian dalam studi elektrodiagnostik (ahli
saraf, ahli fisioterapi) harus dikonsultasikan untuk membantu
konfirmasi NCS (Nerve Conduction Study) / EMG (Electromyography).

36
Dirujuk ke spesialis bedah apabila didapati kegagalan terapi
konservatif (gejala yang konstan), gangguan sensoris berat, kelemahan
otot thenar dan atrofi thenar. Ada juga pilihan untuk berkonsultasi dengan
ahli radiologi yang memiliki keahlian dalam diagnosis ultrasonografi CTS.
Konsultasi untuk diagnosis harus dipertimbangkan bila diagnosis diragukan,
bila pengobatan konservatif gagal, dan bila pembedahan atau pengobatan
invasif lainnya sedang dipertimbangkan. NCS memberikan diagnosis pasti
untuk kebanyakan pasien dan membantu menyingkirkan kondisi neuropatik
atau neuromuskuler lain yang menyerupai CTS. Pada pasien yang diagnosis
klinisnya dianggap pasti, penilaian elektrodiagnostik pra operasi
memberikan dasar untuk penilaian pasca operasi pada pasien dengan hasil
bedah yang tidak memuaskan. Penilaian elektrodiagnostik prabedah
didukung oleh beberapa perkumpulan professional. Penanganan spesialistik
apabila dengan terapi awal berupa terapi oral steroid dan limitasi aktivitas
tidak menunjukkan perbaikan atau pasien yang amat membutuhkan jari
tangan seperti atlit berat, pemotong berlian. Rujukan spesialis bila ragu.
Pada umumnya Carpal Tunnel Syndrome berespon dengan baik.
Dengan pemilihan pasien yang tepat dan keahlian teknis, carpal tunnel
release dianggap sebagai salah satu intervensi yang paling sering berhasil
dalam pengobatan. Dalam studi cross-sectional yang besar, hasil yang buruk
dikaitkan dengan operasi berulang atau komplikasi bedah, serta dengan
diagnosis bersamaan baik tendonitis atau epikondilitis. Pasien dengan CTS
berat dengan durasi lebih dari 1 tahun dengan temuan klinis ini dan kelainan
elektrofisiologi berat memiliki respon yang buruk terhadap suntikan steroid
dan tingkat kekambuhan yang tinggi. Pasien disarankan untuk mengubah
aktivitas kerja setelah pembedahan.

2.10 Dampak Sosio-Ekonomi dan Pencegahan


Pencegahan/Prevensi:
1. Pengondisian Tempat Kerja
2. Peregangan/Exercise/Stretching
3. Mengambil istirahat di sela-sela kerja

37
4. Menggunakan sarung tangan tanpa jari (fingerless gloves) agar menjaga
tangan lebih hangat dan fleksibel, atau anti vibration gloves.
5. Stasiun kerja dan peralatan kerja didesain agar mendukung posisi
natural dari pergelangan tangan pekerja
6. Shift/ giliran kerja
7. Intervensi ergonomik pada tempat kerja
8. Penurunan berat badan
Dampak Sosio-Ekonomi:
Pemilik usaha mengalami stress dari perspektif finansial, riset
menunjukkan bahwa CTS mengklaim harga untuk pemilik usaha
diatas $4000 per klaim karena CTS adalah termasuk occupational
related disease. Hal ini juga belum termasuk biaya yang dikeluarkan oleh
pemilik usaha untuk mencari karyawan pengganti sementara saat
karyawan dengan CTS dalam masa pemulihan di rumah. Juga dapat
terjadi penurunan jabatan sehingga terjadi pemecatan karyawan
dengan CTS.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa CTS mempengaruhi karyawan
secara fisik, psikologi, psikosomatik, dan sosial di tempat kerja
diakibatkan oleh tidak diterimanya kondisi CTS pada tempat kerja.

38
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Seorang wanita usia 40 tahun datang ke praktek anda dengan keluhan
jari-jari tangan kanan terasa nyeri dan kesemutan. Sakit dirasakan memberat
saat sedang bekerja terutama menggunakan tangan sebelah kanan seperti
mencuci baju, mengulek, mencuci piring, mengendarai motor, dan saat
bekerja. Faktor yang memperingankan tangan dikebas-kebas. Faktor yang
memperberat menulis huruf yang kecil, dirasakan sejak 1 minggu terakhir.
Kesemutan pada jari tangan kanan sejak 3 bulan terakhir. Dirasakan pada
pangkal jari hingga ujung jari terutama jari pertama kedua dan ketiga. Cuma
dirasakan di jari tangan saja, tidak pada punggung tangan dan tidak
menjalar.

RPS
Pasien merasakan keluhan sejak 1 tahun yang lalu, makin lama makin
memberat. Keluhan nyeri muncul sejak 1 bulan terakhir (VAS 3-4) terutama
dirasakan saat malam hari (VAS 8-9). Nyeri ini membuat pasien beberapa
kali terbangun saat tidur.

Riwayat sosial ekonomi


Bekerja di pabrik rokok sejak 20 tahun lalu. Melinting rokok secara manual
dengan target 10.000 rokok per minggu.

Pemeriksaan Fisik
KU : Baik, tidak terlihat kesakitan
TB : 160 cm
BB : 80 kg

Status lokalis:

39
Regio digiti manus dextra. Kulit terlihat mengkilat dan kering. Atrofi pada
tenarepinensia.
Palpasi : tonus kelompok otot tenar menurun

Status neurologis:
Sensoris : hipoestesi pada telapak tangan, distal dari pangkal jari hingga
ujung jari satu, dua dan tiga kanan

Status musculoskeletal:
MMT nerves medialis kanan:
 Abductor pollicis brevis (3)
 Opponens pollicis (3)
 Lumbrical I-II (3)
 Flexor pollicis brevis (4)
MMT nerves ulnaris kanan:
 Flexor pollicis brevis (4)

Pasien didiagnosis Carpal Tunnel Syndrome. Tatalaksana penggunaan bidai


pagi dan malam, imobilisasi dan modifikasi aktivitas serta injeksi
corticosteroid atau corticosteroid oral 20 mg/hari selama 12 minggu dan
multivitamin B selama 12 minggu. Prognosis baik jika tidak didapati
keparahan terapi konservatif, buruk jika didapati komplikasi.

40
3.2 Mindmap Akhir

41
3.3 Referensi
Agur AM, Moore KL, Dalley AF, , 2018, Clinically Oriented Anatomy, 8th
edition, Wolters Kluwer
Tortora GJ, Derrickson B, 2017, Principles of Anatomy and Physiology,
15th edition, John Wiley and Sons, Inc
Kumar V, Abbas AK, Aster JC, 2015, Robin and Cotran Pathologic Basis of
Disease, 9th edition, Elsevier Saunders
Guyton AC, Hall JE, 2006, Guyton & Hall Textbook of Medical
Physiology, 11th edition, Elsevier Saunders
Brust JCM, 2019, Current Diagnosis & Treatment: Neurology, 3rd edition,
Mc Graw Hill
Baehr M, Frotscher M, 2012, Duus’ Topical Diagnosis in Neurology, 5th
edition, Thieme
Archer PA, Hutchings R, et al, 2000, Aids to The Examination of The
Peripheral Nervous System, 4th edition, WB Saunders
Cifu DX, 2016, Braddom’s Physical Medicine and Rehabilitation, 5th
edition, Elsevier Saunders
Kleopa KA, 2015, Annals of Internal Medicine: Carpal Tunnel Syndrome,
American College of Physicians
Chang MH, Ger LP, Hsieh PF, Huang SY, 2002, A Randomized Clinical
Trial of Oral Steroids in The Treatment of Carpal Tunnel Syndrome: a Long
Term Follow Up, J Neurol Neurosurg Psychiatry; 73: 710-714
Connor D, Marshall SC, Massy-Westroppp N, Pitt V, 2012, Non-surgical
Treatment (Other Than Steroid Injection) for Carpal Tunnel Syndrome: A
Systematic Review, The Cochrane Collaboration, John Wiley & Sons, Ltd
Kuks JBM, Snoek JW, 2018, Textbook of Clinical Neurology, Bohn Stafleu
van Loghum
Rostkowski SM, 2016, Carpal Tunnel Syndrome’s Societal Induced
Psychological, Sociological, and Psychosomatic Workplace Effects, Future
Technologies Conference: 1176-1180

42
NINDS, 2020: Carpal Tunnel Syndrome Fact Sheet. Acquired at July 27th
2020 from: https://www.ninds.nih.gov/Disorders/Patient-Caregiver-
Education/Fact-Sheets/Carpal-Tunnel-Syndrome-Fact-sheet#3049_8
Osbourne A, 2007, Peripheral Nerve Injury and Nerve Repair, TSMJ: 8: 27-
33
Hakim M, Kurniani N, et al., 2018, Management of Peripheral Neuropahty
Symptoms With a Fixed Dose Combination of High-Dose Vitamin B1, B6,
and B12: A 12-week prospective non-interventional study in Indonesia,
Asian Journal of Medical Sciences; 9:32-40

43

Anda mungkin juga menyukai