KABUPATEN BONE
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
penyusunan Panduan Skrining pasien ini dapat terselesaikan.
Panduan Skrining Pasin adalah prosedur mengidentifikasi penyakit atau kelainan pasien
sehingga didapat keterangan tentang kondisi dan kebutuhan pasien di RSUD Datu Pancaitana
dengan standar baku yang telah ditetapkan oleh manajemen rumah sakit, dimana prosedur ini
harus dipatuhi oleh semua instalasi / unit pelayanan lingkungan RSUD Datu Pancaitana. Panduan
ini bertujuan meningkatkan mutu pelayanan, meningkatkan keselamatan pasien serta melindugi
pasien dari resiko yang mengancam jiwa.
Panduan ini disusun bersama antara Bidang Pelayanan Medik dengan beberapa instalasi
terkait dan Perwakilan Pokja ARK (Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan) yang
merupakan bagian dari panitia akreditas RSUD Datu Pancaitana.
Akhir kata semoga ini dapat bermanfaat bagi seluruh tenaga medis dalam memberikan
pelayanan yang aman dan bermutu menuju kepuasan pasien. Kritik dan saran yang mebangun
sangat kami harapkan untuk perbaikan sehingga akan menambah kesempurnaan penyusunan
panduan di masa mendatang.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Skrining adalah suatu strategi yang digunakan dalam suatu populasi untuk mendeteksi
penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu, atau suatu usaha secara aktif
untuk mendeteksi atau mencari penderita penyakit tertentu yang tampak gejala atau tidak
tampak, dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui suatu tes atau pemeriksaan atau
prosedur lainnya yang dapat dilakukan secara singkat dan sederhana yang selanjutnya diproses
melalui diagnosis dan pengobatan.
Skrining dapat didefinisikan sebagai pelaksanaan prosedur sederhana dan cepat untuk
mengidentifikasikan dan memisahkan orang yang tampaknya sehat tetapi kemungkinan beresiko
terkena penyakit, dari mereka yang mungkin tidak terkena penyakit tersebut. Skrining diakukan
untuk mengidentifikasi mereka yang diduga mengidap penyakit sehingga mereka dapat dikirim
untuk menjalani pemeriksaan medis dan studi diagnostik yang lebih pasti.
Dengan kata lain Skrining adalah suatu cara atau metode yang dilakukan untuk
menyelaraskan kebutuhan pasien dibidang pelayanan kesehatan dengan pelayanan yang tersedia
di rumah sakit. Informasi diperlukan untuk membuat keputusan yang benar tentang
kebutuhan pasien yang mana yang dapat dilayani rumah sakit, supaya tercipta
peningkatan mutu pelayanan yang sesuai dengan misi dan tujuan rumah sakit.
Skrining dapat dilaksanakan dengan menggunakan kriteria triase, penilaian visual,
pemeriksaan fisik atau berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, psikologik, pemeriksaan
laboratorium atau pemeriksaan diagnostik imaging sebelumnya.
BAB II
RUANG LINGKUP
Skrining dilakukan terhadap pasien pada saat sebelum pasien masuk ke rumah sakit, saat
pasien tiba di rumah sakit atau saat pasien sudah di dalam rumah sakit. Pada pasien yang datang
langsung ke rumah sakit, skrining dilakukan oleh petugas/staf rumah sakit yang pertama kontak
dengan pasien.
Pada pasien yang tidak datang langsung ke rumah sakit, skrining dapat dilakukan melalui
telepon. Pasien yang akan dirawat atau terdaftar untuk mendapatkan pelayanan rawat jalan
adalah mereka yang kebutuhan dan kondisinya dapat dipenuhi oleh sumber daya dan misi rumah
sakit yang diidentifikasi melalui proses skrining. Informasi yang didapat melalui proses skrining
penting dalam membuat keputusan yang tepat tentang apakah pasien dapat dilayani atau harus
dirujuk.
Jenis Skrining pasien:
1. Skrining Non Medis adalah skrining yang dilakukan pada saat pasien tiba dirumah sakit atau
saat pasien mendaftar di poliklinik rawat jalan.
2. Skrining Medis adalah skrining yang dilakukan melalui kriteria triage ( di IGD ),
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (pemeriksaan laboratorium) yang dilakukan
tenaga yang kompeten yaitu dokter atau perawat.
BAB III
TATA LAKSANA
2. Dokter
a. Skrining medis dilakukan oleh dokter yang berkontak pertama dengan pasien.
b. Skrining medis juga sekaligus dimaksudkan untuk mengidentifikasi pasien-pasien
asimptomatik yang berisiko mengidap gangguan kesehatan serius.
c. Melalui proses skrining diharapkan dapat mengurangi morbiditas atau mortalitas
penyakit dengan penanganan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan.
d. Skrining medis dilakukan melalui kriteria triase, anamnesis, pemeriksaan fisik,
psikologik, laboratorium.
e. Pada kasus rujukan, skrining dapat dilakukan sebelum pasien dikirim atau sebelum
pasien tiba di IGD, bisa dilakukan via telepon maupun datang sendiri.
f. Pasien hanya diterima apabila rumah sakit dapat menyediakan pelayanan dan fasilitas
yang dibutuhkan pasien rawat inap dan rawat jalan dengan tepat.
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam melengkapi proses skrining :
a. Hematologi/Darah Lengkap : Hemoglobin, Hematokrit, Leukosit, Trombosit, Eritrosit,
LED, dan Hitung Jenis.
b. Glukosa darah sewaktu ( sesuai kasus )
c. Kimia Klinik Standar : Ureum, Creatinin, SGOT, SGPT ( Sesuai kasus ).
d. Urinalisis Lengkap (sesuai kasus).
e. EKG (untuk pasien jantung , pasien dewasa usia > 40 tahun & sesuai indikasi )
BAB 4
DOKUMENTASI
Dokumentasi dari hasil Skrining berupa laporan atau catatan medik yang dibuat oleh
dokter penanggung jawab, serta didapatkan bukti dengan hasil pemeriksaan fisik serta hasil
pemeriksaan penunjang. Diagnosa tercatat dalam catatan rekam medik pasien status rawat inap,
Pendokumentasian skrining terutama skrining medis, didokumentasikan dalam berkas
rekam medis. Tujuan pendokumentasian ini untuk mengikuti perkembangan penyakit dan
evaluasi pengobatan ataupun penanganan, serta nantinya akan digunakan untuk bahan
perencanaan pemulangan pasien.