Anda di halaman 1dari 8

ALAT KONTRASEPSI DENGAN METODE PENGHALANG

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan jumlah


penduduk terbesar di dunia. Badan Pusat Statistik (BPS) menunujukkan data jumlah
penduduk Indonesia berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 adalah sebesar
237.641.326 jiwa dan mencatatkan Indonesia sebagai negara dengan populasi penduduk
terbesar ke-4 di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat dengan laju pertumbuhan
penduduk 1,4%. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut akan berpengaruh
pada tingkat kehidupan dan kesejahteraan penduduk.
Pemerintah sudah berupaya untuk mengantisipasi laju pertumbuhan penduduk dengan
berbagai cara, salah satunya adalah dengan mencanangkan program keluarga berencana
(Glasier dan Gebbie, 2005). Banyak metode yang ditawarkan oleh pemerintah untuk
menyukseskan program keluarga berencana, seperti kondom, pil, spermisida, dan
intrauterin, namun masih diperlukan sarana alternatif lain yang lebih alami terutama
kontrasepsi yang ditujukan pada vagina. Kontrasepsi tersebut diharapkan dapat mencegah
kehamilan, infeksi pada epitel vagina dan serviks, dan menjaga kelangsungan hidup
mikro flora normal pada vagina.

B. Keluarga Berencana
Keluarga berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga
kecil, bahagia, dan sejahtera (Yuhedi dan Kurniawati, 2013). Pada hakekatnya KB
bertujuan untuk mewujudkan keluarga dengan anak ideal, sehat, berpendidikan, sejahtera,
berketahanan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya. Secara garis besar dalam pelayanan
kependudukan atau KB mencakup beberapa komponen yaitu: (1) komunikasi, informasi
dan edukasi (KIE), (2) konseling, (3) pelayanan kontrasepsi, (4) pelayanan infertilitas, (5)
pendidikan seks, (6) konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan, (7) konsultasi
genetik, (8) tes keganasan, dan (9) adopsi (Pinem, 2009).
C. Kontrasepsi

1. Pengertian

Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang berarti mencegah atau melawan dan
“konsepsi” yang berarti pertemuan antara sperma dan sel telur yang matang dan sel
sperma yang menyebabkan kehamilan. Secara singkat Kontrasepsi adalah pencegahan
terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya telur
yang dibuahi ke 12 dinding rahim (Mulyani dan Rinawati, 2013). Tujuan kontrasepsi
adalah mengindari atau mencegah kehamilan akibat pertemuan sel telur dan sperma
tersebut (Dewi dan Sunarsih, 2011).

2. Macam-macam kontrasepsi Menurut Saifuddin dkk (2003) metode kontrasepsi


terdiri dari macam yaitu:
a. Metode Amenorea Laktasi (MAL)
b. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
c. Senggama Terputus
d. Metode Barier
Metode barier menghentikan proses reproduksi manusia dengan menghambat perjalanan
sperma dari pasangan pria ke wanita sehingga pembuahan dapat dicegah.
1) Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan di
antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang
dipasang pada penis saat berhubungan seksual.
2) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang
diinersikan kedalam vagina sebelum berhubungan seksual atau menurut serviks.
3) Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk menonaktifkan
atau membunuh seperma yang dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vaginal,
suppositoria, atau dissolvable film dan krim. Spermisida merupakan bahan yang memiliki
kemampuan untuk melumpuhkan atau membunuh spermatozoa. Spermisida yang ideal
harus mampu dengan cepat menghambat mobilisasi spermatozoa, tidak menyebabkan
iritasi pada mukosa vagina dan penis, tidak memiliki efek samping pada embrio, bebas
dari efek pemakaian jangka panjang dan tidak beracun (Shah et al., 2008). Saat ini telah
banyak dilakukan penelitian mengenai obat yang berasal dari tumbuhan dengan tujuan
untuk mengetahui zat-zat yang terkandung dalam tumbuhan tersebut dan dikembangkan
sebagai bahan obat sintetis. Melihat kenyataan ini mendorong para ahli untuk mengisolasi
zat-zat yang terkandung dalam tumbuhan.
Salah satu bahan aktif yang terkandung di dalam tumbuhan adalah terpenoid dan steroid
alkohol yang terdapat di alam bukan sebagai alkohol bebas, tetapi sebagai glikosida.
Beberapa jenis glikosida yang saat ini telah diketahui yaitu sterolin, saponin, dan
glikosida jantung (Robinson, 1995). Menurut Francis et al. (2002), saponin merupakan
salah satu bahan spermisida alami dari tumbuhan lerak yang diketahui dapat
menyebabkan imobilisasi sel spermatozoa. Pada konsentrasi 0,5 mg/mL, pemberian
ekstrak saponin dari Sapindus mukorossi menyebabkan imobilisasi spermatozoa dan
vakuolasi membran sel pada kepala spermatozoa dalam waktu satu menit. Pada saat
diberikan secara intravagina tidak menimbulkan lesi epitel vagina bila dibandingkan
dengan kelompok yang diberi perlakuan dengan nonoxynol.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tiwari et al., (2008),menunjukkan bahwa
pemaparan berulang dari saponin secara intravagina pada kelinci dengan dosis 2.5, 5, dan
10% selama 60 hari dan pemberian secara intravagina pada kera dengan dosis 5, 10, dan
25% selama 90 hari tidak menyebabkan iritasi/lesi patologis pada vagina dan bagian lain
di sepanjang saluran reproduksi. Selain itu, pemeriksaan pada darah tidak diketemukan
adanya kandungan saponin, hal tersebut menunjukkan bahwa saponin tidak terabsorbsi
secara sistemik oleh sel epitel vagina.
Saponin juga diketahui merupakan bahan supositoria dan krim vagina yang efektif
sebagai bahan antibakteri, antijamur, dan antivirus terhadap pathogen menular seksual.
Inokulasi saponin secara intravagina dapat mencegah lesi epitel vagina, transmisi Herpes
simplex virus 2 (HSV-2) dan Chlamydomonas trachomatis pada tikus (Kavita and
Sanjay, 2001; Desai et al., 2009).
Kulit buah lerak (Sapindus rarak) mengandung saponin (Steenis, 2002). Diketahui bahwa
kandungan saponin dari kulit buah lerak (Sapindus rarak) sebesar 20% (Francis et al.,
2002; Shah et al., 2008; Jaya., 2010). Lerak (Sapindus rarak) telah lama diketahui
merupakan bahan yang dapat menimbulkan busa.
Busa yang ditimbulkan buah lerak berasal dari saponin yang tinggi. Komponen saponin
yang terdapat pada Sapindus rarak adalah jenis saponin triterpenoid yang memiliki gugus
aglikon (sapogenin) yang nonpolar dan gugus glikon (gula) yang polar maka untuk
mengisolasi saponin digunakan pelarut semipolar (n-butanol) (Kristanti et al., 2008;
Desai et al., 2009).
Saponin diketahui dapat menurunkan fertilitas spermatozoa yaitu dengan kemampuannya
mengikat lipid dan lipoprotein pada membran spermatozoa, hal tersebut menyebabkan
terjadinya pelonggaran pada membran sel spermatozoa dan gangguan pada inti sel
sehingga mengakibatkan penurunan integritas membrane spermatozoa, menurunnya
integritas membran spermatozoa mengganggu fungsi membran sel dalam mengatur
transport molekul yang masuk ke dalam maupun keluar sel, hal tersebut menyebabkan
motilitas spermatozoa pada saluran reproduksin betina terhambat, dan berpengaruh
terhadap penurunan viabilitas spermatozoa(Shah et al., 2008).
Pemanfaatan buah lerak dalam penelitian ini adalah dengan pembuatan fraksi n-butanol
buah lerak yang nantinya akan diberikan secara intravagina. Membran sel pada umumnya
yang mengandung lipid dan lipoprotein dan penambahan saponin triterpenoid dapat
menyebabkan terjadinya pelonggaran pada membran sel dan gangguan pada inti sel,
sehingga dapat menurunkan integritas membran sel pada reproduksi betina. Penurunan ini
mengganggu fungsi membran sel dalam mengatur transport molekul ke dalam maupun ke
luar sel. Dalam penelitian ini lama waktu pemaparan yang optimal dari saponin
triterpenoid dari kulit buah lerak tersebut terhadap saluran reproduksi betina khususnya
sel-sel epitel dan vagina dan serviks sehingga ekstrak tersebut tidak menimbulkan
kerusakan pada membran sel dan mitokondria yang ditunjukkan dengan kondisi epitel
vagina dan serviks yang seperti kondisi normal.

 Bagaimana cara kerja spermisida?

Dalam mencegah kehamilan, spermisida melakukannya dengan menghalangi pintu masuk


uterus, sehingga sperma tidak dapat mencapai sel telur.Spermisida harus dimasukkan ke dalam
vagina sebelum berhubungan intim. Setelah itu, Anda perlu menunggu selama beberapa waktu
sebelum memulai penetrasi agar bahan kimianya benar-benar larut dan menyebar.Sebagian besar
petunjuk pada kemasan produk biasanya meminta Anda untuk menunggu sekitar 10-15 menit
sebelum Anda melakukan hubungan seks.Umumnya, spermisida hanya efektif dalam waktu satu
jam setelah dimasukkan ke vagina. Ini berarti, Anda harus kembali menggunakannya setelah satu
jam berlalu, tapi masih ingin berhubungan intim lagi.Wanita yang menggunakannya juga
dianjurkan untuk tidak melakukan douching selama minimal enam jam pascahubungan intim,
supaya efektivitas spermisida tetap terjaga.

 Seberapa efektif spermisida sebagai alat kontrasepsi?

Jika digunakan tanpa bantuan alat kontrasepsi lain, efektivitas spermisida kira-kira antara 70
hingga 80 persen dalam mencegah kehamilan. Tapi apabila dipakai bersamaan dengan kondom
atau diafragma, angka keefektifannya akan meningkat hingga 97 persen.Itulah mengapa para
pakar medis kerap merekomendasikan penggunaan spermisida bersama-sama dengan alat
kontrasepsi lain supaya lebih efektif.Tak sedikit orang yang merasa kalau kombinasi penggunaan
spermisida dan kondom itu agak merepotkan. Sebagai alternatif, Anda bisa mencoba memakai
produk kondom yang sudah dilapisi dengan cairan spermisida. Jenis kondom ini bisa Anda
peroleh di toko maupun apotek terdekat.Kondom spermisida juga tergolong aman digunakan saat
menyusui. Hanya saja, jenis kondom ini lebih mahal dibanding kondom biasa. Tanggal
kedaluwarsanya juga lebih singkat dari tipe kondom lainnya.

 Apakah spermisida bisa mencegah penyakit menular seksual?

Spermisida tidak bisa mencegah penyakit menular seksual. Jenis kontrasepsi ini bahkan dapat
mengiritasi alat kelamin, sehingga akan lebih mudah bagi seseorang untuk terkena infeksi. Salah
satunya, infeksi menular seksual.Meski begitu, memakai spermisida bersama kondom dapat
melindungi Anda dari penyakit menular seksual sekaligus mencegah kehamilan dengan lebih
efektif. Jadi jika Anda hendak berhubungan seks, tetaplah gunakan kondom selain dengan
spermisida.Dalam memilih jenis kontrasepsi yang akan digunakan, mengetahui efektivitasnya
dalam mencegah infeksi menular seksual termasuk krusial. Dengan ini, Anda dan pasangan bisa
merasa lebih aman.

 Apa saja kelebihan dan kekurangan spermisida?

Tidak ada metode kontrasepsi yang benar-benar sempurna. Sama seperti pil, spiral, dan alat
KB lainnya, spermisida juga memiliki kelebihan maupun kekurangan.

Kelebihan spermisida

 Tidak memiliki efek jangka panjang terhadap hormon


 Efektif jika digunakan dengan benar dan bersamaan alat kontrasepsi lainnya, khususnya
kondom
 Dapat dibeli tanpa resep dokter di apotek-apotek terdekat
 Bisa sekaligus berperan sebagai lubrikasi saat berhubungan seksual
 Lebih praktis dibawa ke mana-mana karena tersedia kemasan kecil
 Cenderung lebih murah dari alat KB lainnya

Kekurangan spermisida

 Butuh waktu sebelum memulai penetrasi


 Kurang efektif jika digunakan hanya sendiri, sehingga perlu dibarengi dengan alat
kontrasepsi lain (terutama kondom)
 Harus lebih cermat memakainya agar benar-benar efektif untuk menghalangi sperma
 Tidak melindungi dari infeksi menular seksual
 Bisa memicu alergi atau iritasi pada alat kelamin

 Efek samping penggunaan spermisida

Efek samping yang paling sering terjadi pada pengguna spermisida biasanya adalah terjadinya
beberapa hal berikut.
 Iritasi
 Rasa perih dan terbakar di area genital
 Rasa gatal pada vagina
 Vagina yang menjadi kering
 Vagina mengeluarkan bau
 Vagina mengeluarkan cairan menyerupai keputihan
REFERENSI

Glasier, A. & Gebbie, A., 2005, Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta : EGC.

BKKBN, 2011, Perkembangan Pencapaian Peserta KB baru Menurut Alat Kontrasepsi, (diakses
tanggal 27 Oktober 2012).

Saifuddin, A. B., Affandy, B., Baharuddin, M. & Soekir, S., 2003, Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi, Edisi Pertama, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.

Alam, Abdullah dan Shah, Syed Zulfiqar Ali. 2013. Corporate Governance and its Impact on
Firm Risk. International Journal of Management, Economics and Social Sciences 2013, Vol.
2(2), pp. 76 –98.

Wiknjosastro, H., 2005. Ilmu Kebidanan, Edisi 3, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihadjo.

Hartanto, H., 2002. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Cetakan Ketiga, Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan.

Hartanto, H., 2006. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Cetakan Keempat, Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan.

Manuba, I. B., 2001, Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB, Jakarta
: EGC.

Anda mungkin juga menyukai