Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH DAN ROLEPLAY “SUPERVISI”

DISUSUN OLEH:

1. Diah ayu
2. Fatmawati
3. Intan Dwi
4. Mariza ulfa
5. Marlina
6. Wahyu sri

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Supervisi dan evaluasi merupakan bagian yang penting dalam manajemen serta keseluruhan
tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini juga ada dalam manajemen keperawatan. Untuk
mengelola asuhan keperawatan dibutuhkan kemampuan manajemen dari perawat profesional
diharapkan mempunyai kemampuan dalam supervisi dan evaluasi. Pendelegasian merupakan elemen
yang esensial pada fase pengarahan dalam proses manajemen karena sebagian besar tugas yang
diselesaikan oleh manajer (tingkat bawah, menengah dan atas) bukan hanya hasil usaha mereka
sendiri, tetapi juga hasil usaha pegawai. Ada banyak tugas yang sering kali harus diselesaikan oleh
satu orang.
Dalam situasi ini, pendelegasian sering terkait erat dengan produktivitas. Ada banyak alasan
yang tepat untuk melakukan pendelegasian. Kadang kala manajer harus mendelegasikan tugas rutin
sehingga mereka dapat menangani masalah yang lebih kompleks atau yang membutuhkan keahlian
dengan tingkat yang lebih tinggi.
Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing pengarahan (dalam fungsi manajemen yang
berperan untuk mempertahankan agar segala kegiatan yang telah diprogram dapat dilaksanakan
dengan baik dan lancar. Supervisi secara langsung memungkinkan manajer keperawatan menemukan
berbagai hambatan atau permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan dengan
mencoba memandang secara menyeluruh faktor-faktor yang mempengaruhi dan bersama dengan staf
keperawatan untuk mencari jalan pemecahannya. Sukar seorang manajer keperawatan untuk
mempertahankan mutu asuhan keperawatan tanpa melakukan supervisi, karena masalah – masalah
yang terjadi dapat diketahui oleh manajer keperawatan melalui informasi yang diberikan oleh staff
keperawatan yang mungkin sangat terbatas tanpa melakukan supervisi keperawatan.

1.2Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan supervisi keperawatan mahasiswa mampu mengaplikasikan peran
kepala ruangan sebagai supervisor dan peran perawat katim maupun perawat pelaksana di Ruang
Tulip
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Kepala ruangan mampu mengevaluasi dan menilai kinerja perawat dalam pelaksanaan
keperawatan secara fair
b. Kepala ruangan mampu memberikan umpan balik (feed back) terhadap tindakan keperawatan
yang diakukan perawat
1.3Manfaat
1. Bagi pasien
Pasien mandapatkan pelayanan keperwatan yang berkualitas dan sesuai dengan tuntutan
pasien
2. Bagi perawat
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat yang disupervisi dan meningkatkan
hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara supervisor dan perawat yang
disupervisi
b. Meningatkan kemampuan perawat katim dan perawat pelaksana dalam menerapkan asuhan
keperawatan dan mengurangi adanya kesalahan yang dilakukan perawat
3. Bagi Rumah Sakit
Membantu menyusun pedoman atau petunjuk tentang pelaksanaan tindakan keperawatan
sehingga tercipta pelayanan keperawatan profesional
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak
yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien
dan efektif (Sudjana, 2004).
Arief (1987) merumuskan supervisi sebagai suatu proses kegiatan dalam upaya meningkatkan
kemampuan dan keterampilan tenaga pelaksana program, sehingga program itu dapat terlaksana
sesuai dengan proses dan hasil yang diharapkan. Supervisi keperawatan merupakan kegiatan
pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor mencangkup
masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan
yang bermutu setiap saat (Depkes, 2000).

2.2 Unsur pokok


Dalam pelaksanaan supervisi terdapat beberapa unsur pokok menurut Azwar A (1996), yaitu :
1. Pelaksanaan
2. Sasaran
3. Frekuensi
4. Tujuan
5. Teknik

2.2.1 Pelaksanaan
Pelaksanaan atau yang bertanggung jawab melaksanakan supervisi adalah atasan, yakni
mereka yang memiliki kelebihan dalam organisasi. Kelebihan yang dimaksud sering dikaitkan
dengan status yang lebih tinggi (supervisor) dan karena itu fungsi supervisor memang dimiliki oleh
atasan. Namun untuk keberhasilan, supervisi harus lebih mengutamakan kelebihan pengetahuan atau
keterampilan.
Menurut Ali Zaidin dalam bukunya Dasar-Dasar Kepemimpinan dalam Keperawatan
membagi tingkatan atas kelas manajer dalam melakukan supervisi.
1. Manajer puncak (Top Manajer)
Manajer puncak bertanggung jawab atas seluruh kegiatan dari hasil kegiatan serta proses
manajemen organisasi. Tugas utamanya menetapkan kebijakan (policy), memberi petunjuk atau
pengarahan umum berkaitan dengan tujuan. Misalnya : Kakanwil Depkes Provinsi, Kadinkes
Daerah, Direktur RS dan sebagainya.
2. Manajer Menengah (Middle Manajer)
Manajer menengah ini memimpin sebagian manajer tingkat pertama. Tugasnya
menjabarkan kebijaksanaan top manajer kedalam program-program. Misalnya : Kepala Bagian
Tata Usaha, Kepala Bidang, Kasubdin Provinsi, Kasubbag Dati II.
3. Manajer Tingkat Pertama (First Line, First Level Manajer, Supervisor Manajer)
Manajer tingkat bawah yang bertugas memimpin langsung para pelaksana atau pekerja.
Melaksanakan supervisi sebagai mandor atau supervisor. Misalnya : Kepala Seksi, Kepala
Urusan.
Untuk dapat melaksanakan supervisi dengan baik diperlukan beberapa syarat atau
karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana supervisi atau supervisor (Azwar A, 1996)
adalah sebagai berukit :
1. Sebaiknya pelaksanaan supervisi adalah atasan langsung dari yang disupervisi, atau apabila
tidak mungkin dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab
yang jelas.
2. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk jenis
pekerjaan yang disupervisi.
3. Pelaksanaan supervisi harus memiliki keterampilan melakukan supervisi, artinya memahami
prinsip-prinsip pokok serta teknik supervisi.
4. Pelaksana supervisi harus mempun yaitu sifat edukatif, suportif, dan bukan otoriter.
5. Pelaksana harus mempunyai waktu yang cukup, tidak tergesa-gesa melainkan secara sabar
berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap bawahan yang di supervisi.

Pelaksana supervisi yang baik, memerlukan bekal kemampuan yang banyak. Selain lima
syarat atau karakteristik di atas juga dibutuhkan kemampuan melakukan komunikasi, motivasi,
pengarahan, bimbingan, dan kepemimpinan.
Dalam pelaksanaan supervisi akan terdapat dua pihak yang melakukan hubungan kegiatan
yaitu pihak supervisor dan pihak yang disupervisi. Supervisor melakukan kegiatan pelayanan
profesional untuk membantu atau membimbing pihak yang dilayani. Pihak yang disupervisi inilah
yang menerima layanan profesional berupa bantuan dan bimbingan agar mereka dapat
meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan kegiatan secara efisien dan efektif (Sudjana D,
2004).
Menurut WHO (1999) dalam buku Manajemen Pelayanan Kesehatan, Primer, proses
pengawasan pegawai yang baik harus :
1. Tepat waktu, artinya untuk mempertahankan standar kerja, tindakan pengawasan harus
dilakukan pada saat yang tepat.
2. Sederhana, artinya tindakan pengawasan harus sederhana, bila tidak akan memerlukan waktu
lama untuk menerapkan dan menghasilkan efek yang diinginkan
3. Minimal, artinya pengawasan harus disediakan sedikit munkin, yakni sedikit yang diperlukan
untuk menjamin pekerjaan akan diselesikan dan standar dipertahankan.
4. Luwes, artinya pengawasan yang selalu kaku dapat menjadi seperti senjata makan tuan, para
pekerja akan mencoba menghindarinya.
2.2.2 Sasaran
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan yang
melakukan pekerjaan. Sasaran yang dilakukan oleh bawahan disebut sebagai sasaran lansung.
2.2.3 Frekuensi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berbeda. Supervisi yang dilakukan hanya
sekali, bukan supervisi yang baik. Tidak ada pedoman yang pasti seberapa sering supervisi
dilakukan. Pegangan umumyang dilakukan tergantung dari derajat kesulitan pekerjaan yang
dilakukan serta sifat penyesuaian yang akan dilakukan.
Menurut Nursalam (2002) melakukan supervisi yang tepat, harus bisa menentukan kapan dan
apa yang perlu dilakukan supervisi dan bantuan. Sepanjang kontrol/supervisi penting, tergantumg
bagaimana staf melihatnya :
1. Overcontrol
Kontrol yang terlalu berlebihan akan merusak delegasi yang diberikan. Staf tidak akan
dapatmemikul tanggung jawabnya.
2. Undercontrol
Kontrol yang kurang juga akan berdampak buruk terhadap delegasi, dimana staf akan
tidak produktif melaksanakan tugas limpah dan berdampak secara signifikan terhadap hasil yang
diharapkan. Hal ini akan berdampak terhadap pemborosan waktu dan anggaran yang sebenarnya
dapat dihindarkan. Berikan kesempatan waktu yang cukup kepada staf untuk berpikir dan
melaksanakan tugas tersebut.
2.2.4 Tujuan
Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung, sehingga
bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil
yang baik. Menurut WHO (1999), tujuan dari pengawasan yaitu:
1. Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam
tempo yang diberikan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
2. Memungkinkan pengawas menyadari kekurangan-kekurangan para petugas kesehatan dalam hal
kemampuan, pengetahuan dan pemahaman serta mengatur pelatihan yang sesuai
3. Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberi penghargaan atas pekerjaan yang baik
dan mengenali staf yang layak diberikan kenaikan jabatan dan pelatihan lebih lanjut
4. Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakan bagi petugas telah cukup dan
dipergunakan dengan baik
5. Memungkinkan manajemen menentukan penyebab kekurangan pada kinerja tersebut
2.2.5 Teknik
Kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya mencangkup 4 hal yang bersifat pokok yaitu :
menetapkan masalah dan prioritas, menetapkan penyebab masalah, prioritas dan jalan keluarnya,
melaksanakan jalan keluar, dan menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut berikutnya. Untuk
dapat melaksanakan supervisi yang baik ada 2 teknik :
1. Pengamatan langsung
Pengamatan yang langsung dilaksanakan supervisi dan harus memerhatikan:
a. Sasaran pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya, dapat menimbulkan kebingungan.
Untuk mencegah keadaan ini maka pengamatan lansung ditujukan pada sesuatu yang bersifat
pokok dan strategis saja
b. Objektifitas pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak standarisasi dapat menggangu objektifitas. Untuk
mencegah keadaan seperti ini maka diperlukan suatu daftar atau check list yang telah
dipersiapkan.
c. Pendekatan pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan kesan negatif, misal :
rasa takut, tidak senang atau kesan mengganggu pekerjaan. Dianjurkan pendekatan pengamatan
dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan kekuasaan atau otoriter.
2. Kerja sama
Keberhasilan pemberian bantuan dalam upaya meningkatkan penampilan bawahan didalam
supervisi, perlu terjalin kerjasama antar supervisor dengan yang disupervisi. Kerja sama tersebut
akan terwujud bila ada komunikasi yang baik, sehingga mereka yang disupervisi merasakan
masalah yang dihadapi adalah juga masalah mereka sendiri (Azwar A, 1996).

2.3 Langkah Melaksanakan Pengawasan Supervisi


Menurut Ali Zaidin, teknik atau metode dalam melaksanakan pengawasan adalah bertahap,
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Langkah I : Mengadakan persiapan pengawasan
a. Menentukan tujuan
b. Menentukan metoda pengawasan yang tepat
c. Menentukan standar/kriteria pengukuran
2. Langkah II : Menjalankan pengawasan
a. Membuat dan menentukan rencana pengawasan, dimana rencana pengawasan harus memuat
sistem pengawasan, standar yang dipakai dan cara pelaksanaan.
b. Pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan dengan berbagai sistem, yaitu :
 Sistem preventif, dilaksanakan sebelum suatu usaha dilakukan
 Sistem represif, dilaksanakan setelah suatu usaha dilakukan, misalnya memberikan laporan-
laporan kegiatan
 Sistem verifikatif, pemeriksaan secara terperinci dengan memberikan laporan-laporan
perincian dan analisis dari segala hal yang terjadi dalam pelaksanaan rencana
 Sistem inspektif, yaitu suatu sistem pengawasan dengan mengadakan pemeriksaan stempat
secara langsung dengan tujuan mengetahui sendiri keadaan yang sebenarnya
 Sistem investigatif, yaitu suatu pengawasan dengan jalan mengadakan penelitian,
penyelidikan untuk mengetahui kesalahan dan membongkar adanya penyelewengan. Sistem
ini terdiri dari inspektif dan verifikatif
 Kombinasi sistem preventif dan represif, yaitu suatu sistem pengawasan dari suatu usaha
yang dilakukuan baik sebelum maupun sesudah usaha tersebut berjalan.
c. Penilaian dari pelaksanaan pengawasan
Penilaian adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektivitas, atau
kecocokan sesuatu sesuai deng kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian
sebagai kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, mendeskripsikan,
dan menyajikan data atau informasi yang diperlukan sebagai masukan untuk pengambilan
keputusan (Sudjana D, 2004). Menurut UNESCO (1982) dikutip oleh (Sudjana D, 2004)
evaluasi dilakukan sejak perencanaan program, berkaitan dengan dimensi kualitatif tentang
efektivitas program, mengarah pada upaya menyiapkan bahan masukan untuk pengambilan
keputusan tentang ketetapan, perbaikan perluasan, atau pengembangan program, terkait dengan
pengambilan keputusan tentang penyusunan rancangan dan isi program.
3. Langkah III : Memperbaiki penyimpangan
Tujuan dari hal ini adalah mengadakan perbaikan dari hasil kerja yang kurang atau salah
untuk memperoleh hasil yang lebih besar dan lebih efesien. Setelah data melalui pengawas
diperoleh, dianalisis serta msalah yang timbul dicarikan pemecahannya serta mencegah membuat
masalah pada waktu pendatang. Menurut (Sudjana D, 2004), pembinaan yang efektif dapat
digambarka melalui lima langkah pokok yang berurutan. Kelima langkah itu adalah sebagai
berikut :
a. Mengumpulkan informasi
Informasi yang dihimpun meliputi kenyataan atau peristiwa yang benar-benar terjadi
dalam kegiatan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Pengumpulan informasi yang
dianggap efektif adalah yang dilakukan secara berkala dan berkelanjutan dengan menggunakan
pemantauan dan penelaahan laporan kegiatan.
b. Mengidentifikasi masalah
Masalah ini diangkat dari informasi yang telah dikumpulkan dalam langkah pertama.
Masalah akan muncul apabila terjadi ketidaksesuaian dengan atau penyimpangan dari kegiatan
yang telah direncanakan. Ketidaksesuaian atau penyimpangan menyebabkan adanya jarak
(perbedaan) antara kegiatan yang seharusnya terlaksana dengan kegiatan yang benar-benar
terjadi. Jarak atau perbedaan antar kegiatan inilah yang disebut masalah.
c. Menganalisis masalah
Kegiatan analisis adalah untukmengetahui jenis-jenis masalah dan faktor-faktor penyebab
timbulnya masalah tersebut. Faktor-faktor yang mungkin datang dari para pelaksana kegiatan,
sasaran kegiatan, fasilitas, biaya, proses, waktu, kondisi lingkungan. Disamping faktor
penyebab. Diidentifikasi pula sumber-sumber dan potensi yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah yang timbul. Hasil analisis ini penting untuk diperhatikan dalam upaya
memecahkan masalah.
d. Mencari dan menetapkan alternatif pemecahan masalah
Kegiatan pertama yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi alternatif upaya yang
dapat dipertimbangkan untuk memecahkan masalah. Alternatif ini disusun setelah
memperhatikan sumber-sumber pendukung dan kemungkinan hambatan yang akan ditemui
dalam upaya pemecahan masalah. Kegiatan selanjutnya adalah menetapkan prioritas upaya
pemecahan masalah yang dipilih dari alternatif yang tersedia.
e. Melaksanakan upaya pemecahan masalah
Pelaksanaan upaya ini dapat dilakukan pembina baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. Pembinaan secara langsung dapat dibagi menjadi 2 macam :
 Pembinaan individual (perorangan)
Yaitu pembinaan yang dilakukan terhadap seseorang pelaksana kegiatan. Pihak
pembina memberikan dorongan, bantuan, dan bimbingan langsung pada pelaksana
kegiatan. Cara ini tepat dilakukan apabila pihak yang dibina mempunyai kegiatan beraneka
ragam atau memerlukan pembinaan bervariasi. Teknik-teknik yang dapat digunakan antara
lain adalah dialog, diskusi, bimbingan individual dan peragaan.
 Pembinaan kelompok
Pihak supervisor melayani para pelaksana kegiatan secara kelompok. Pembinaan ini
dapat digunakan apabila para pelaksana kegiatan atau pihak yang dibina memiliki
kesamaan kegiatan atau kesamaan permasalahan yang dihadapi. Pembinaan kelompok
dapat menghemat biaya, waktu dan tenaga. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam
pembinaan kelompok antara lain diskusi, penataran, rapat kerja, demonstrasi, lokakarya.
Secara tidak langsung apabila upaya pemecahan masalah yang diputuskan oleh pihak
pembina itu dilakukan melalui pihak lain, seperti melalui orang lain atau media tertulis.
Melalui orang lain adalah pembinaan yang dilakukan oleh pejabat dari organisasi yang
lebih tinggi atau melalui tenaga khusus yang diberi tugas pembinaan. Sedangkan melalui
media tertulis antara lain ialah pembinaan yang dilakukan dalam bentuk pedoman, petunjuk
pelaksana, dan korespondensi. Tehnk-tehnik pembinaan tidak langsung mencangkup
kegiatan memberikan petunjuk, pedoman, dan informasi kepada pihak yang dibina tentang
kegiatan yang harus dikerjakan. Alat atau media yang digunakan mencangkup media
tertulis seperti surat menyurat, media cetak seperti lembaran pedoman, brosur dan buletin.

2.4 Manfaat Supervisi


Manfaat yang dimaksud apabila ditinjau dari sudut manajemen dapat dibedakan atas 2 macam,
yaitu :
1. Menigkatkan efektifitas kerja
Peningkatan efektivitas kerja ini erat hubungannya dengan makin meningkatnya
pengetahuan dan keterampilan “bawahan”, serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja
yang lebih harmonis antara “atasan” dengan “bawahan”.
2. Meningkatkan efisiensi kerja
Peningkatan efisiensi kerja ini erat hubungannya dengan makin berkurangnya kesalahan
yang dilakukan oleh “bawahan”, dan karena itu pemakaian sumber daya (tenaga, dana dan sarana)
yang sia-sia akan dapat dicegah (Azwar A, 1996).
Supervisi mempunyai 3 kegunaan, yaitu:
a. Supervisi berguna untuk meningkatkan kemampuan supervisor dalam memberikan layanan
kepada para pelaksana kegiatan (perawat). Kemantapan kemampuan akan dialami apabila
supervisor sering melakukan supervisi.
b. Supervisi bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan para pelaksana kegiatan.
c. Hasil supervisi berguna untuk menyusun pedoman atau petunjuk pelaksanaan layanan profesional
kepada pelaksana kegiatan. Proses memberikan layanan, format-format yang digunakan, catatan
dan laporan supervisi, serta interaksi melalui hubungan kemanusiaan antara supervisor dan yang
supervisi merupakan informasi yang bermanfaat untuk menyususn patokan-patokan supervisi
berdasarkan pengalaman lapangan. Dengan demikian supervisi berguna untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dam sikap para pelaksana kegiatan agar program itu dapat
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan yang telah direncanakan.
Supervisi akan mencapai tingkat kegunaan yang tinggi apabila kegiatannya dilakukan
melalui 3 prinsip hubungan kemanusiaan, yaitu pengakuan dan penghargaan, objektifitas, serta
kesejawatan. Hubungan kemanusiaan mengisyaratkan bahwa supervisi dilakukan secara wajar,
terbuka dan partisipatif. Pengakuan dan penghargaan berkaitan dengan sikap supervisor untuk
mengakui potensi dan penampilan pihak yang disupervisi dan menghargai bahwa pihak yang
disupervisi dapat dan harus mengembangkan diri. Objektifitas berkaitan dengan informasi dan
permasalahan yang telah ditemukan yang diperlakukan oleh supervisor sebagaimana adanya,
sedangkan upaya pemecahan permasalahan dilakukan secara rasional. Kesejawatan memberi
corak bahwa kegiatan pelayanan dilangsungkan dalam suasana akrab dan kekerabatan. Hubungan
kemanusiaan mendasari pelayanan profesional. Titik berat hubungan kemanusiaan ialah sikap dan
ekspresi yang menunjukkan pengakuan, pujian, dan penghargaan, bukan sebaliknya yaitu
mencerminkan pengabaian, penentangan, dan makian terhadap aktivitas yang dilakukan oleh
pihak yang disupervisi (Sudjana D, 2004).

2.5 Penerapan Supervisi Keperawatan Pada Penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP)
2.5.1 Pengertian
Supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah mempelajari dan
memperbaiki secara bersama-sama (H. Burton, dalam Pier AS. 1997: 20). Supervisi
keperawatan adalah suatu proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai tujuan.
2.5.2 Tujuan supervisi
Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada klien dan keluarga
yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan dan kemampuan perawat dalam melaksanakan
tugas.
2.5.3 Prinsip supervisi
a. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi
b. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan antar manusia
dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan.
c. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi, dinyatakan melalui petunjuk dan
peraturan, uraian tugas, serta standar
d. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara supervisor dan perawat
pelaksana.
e. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik.
f. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreativitas, dan
motivasi.
g. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam pelayanan keperawatan
yang memberi kepuasan klien, perawat, dan manajer.
2.5.4 Pelaksanaan supervisi
1. Kepala ruang
a. Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada klien di ruang
perawatan
b. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan pelayanan kesehatan di
rumah sakit
c. Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktik keperawatan di ruang
perawatan sesuai dengan yang didelegasikan.
2. Pengawas keperawatan
Bertanggung jawab dalam mensupervisi pelayanan kepada kepala ruangan yang ada di
instalasinya.
3. Kepala seksi keperawatan
Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung dan seluruh perawat
secara tidak langsung

2.6 Alur Supervisi

Ka. Bid Perawatan

Kasi Perawatan

Ka. Per IRNA

Menetapkan kegiatan dan tujuan serta


PRA
instrumen /alat ukur
Ka Ru

Supervisi
Menilai kinerja Perawat : R-A-A
(RESPONSIBILITY-ACCOUNTABILITY-
PELAKSANAAN PP 1 PP 2
AUTHORITHY)

PEMBINAAN (3-F) PA PA
 Penyampaian penilaian (Fair)
PASCA
 Feed back

 Follow up, pemecahan masalah &


Kinerja Perawat & Kualitas
Reward
Pelayanan

PELAKSANAAN Supervisi
2.7 Langkah Supervisi
1. Pra supervisi
a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
b. Supervisor menetapkan tujuan
2. Pelaksanaan supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen yang telah disiapkan
b. Supervisor mendapatkan beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
c. Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan klasifikasi permasalahan
d. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan memvalidasi data sekunder
 Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada
 Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat
3. Pasca supervisi
a. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair)
b. Supervisor memberikan Feedback dan klarifikasi
c. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan

2.8 Peran Supervisor Dan Fungsi Supervisi Keperawatan


1. Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan keseimbangan pelayanan
keperawatan dan manajemen sumber daya yang tersedia, dengan lingkup tanggung antara lain :
a. Menetapkan dan mempertahankan standar praktik keperawatan
b. Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan
c. Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan keperawatan, kerja sama
dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.
d. Manajemen anggaran
2. Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan, dan pengembangan.
Supervisor berperan dalam :
a. Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana tahunan yang tersedia
mengembangkan tujuan unit yang dapat dicapai sesuai tujuan RS
b. Membantu mendapatkan informasi statistik untuk merencanakan anggaran keperawatan
c. Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.
Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi begitu saja, tetapi
memerlukan praktik dan evaluasi penampilan agar dapat dijalankan dengan tepat. Kegagalan
supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam pelayanan keperawatan.

2.9Teknik Supervisi
1. Proses supervisi keperawatan terdiri dari 3 elemen kelompok, yaitu :
a. Mengacu pada standar asuhan keperawatan
b. Fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembanding untuk menetapkan pencapaian.
c. Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas asuhan
2. Area supervisi
a. Pengetahuan dan pengertian tentang asuhan keperawatan kepada klien
b. Keterampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar
c. Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran dan empati
Sacara aplikasi, area supervisi keperawatan meliputi :
1) Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien
2) Pendokumentasian asuhan keperawatan.
3) Pendidikan kesehatan melalui perencanaan pulang
4) Pengelolaan logistik dan obat
5) Penerapan metode ronde keperawatan dalam menyelesaikan masalah keperawatan klien
6) Pelaksanaan overan
3. Cara Supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui 2 cara
1) Supervisi secara langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung, dimana
supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, umpan balik dan perbaikan. Proses supervisi
meliputi :
a) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan didampingi oleh
supervisor
b) Selam proses, supervisor dapat memberi dukungan, reinforcement dan petunjuk
c) Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi yang bertujuan untuk
menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiki yang masih kurang. Reinforcement pada
aspek yang positif sangat penting dilakukan oleh supervisor.
2) Supervisi secara tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor tidak melihat
langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan
balik dapat diberikan secara tertulis.

2.10 Peran Kepala Ruangan PP dan PA Dalam Metode Asuhan Keperawatan Profesional Primer
(MAKP-Primer)
a) Peran kepala ruangan
 Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer
 Mengorientasi dan merencanakan karyawan baru
 Menyusun jadwal dinas dan memberi pebugasan kepada PP
 Evaluasi kerja
 Merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan staf
b) Peran perawat primer
 Menerima klien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
 Membuat tujuan dan merencanakan keperawatan
 Melaksanakan rencana yang telah dibuat
 Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain
maupun perawatan
 Menerima dan menyesuaikan rencana asuhan
 Menyiapkan penyuluhan untuk pasien pulang
 Menyiapkan rujukan kepada tim pelayanan kesehatan terkait
 Mengadakan kunjungan rumah bila perlu.

2.11Peran Perawat Pelaksana (PA)


Peran PA adalah melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun
oleh PP
DELEGASI/PENDELEGASIAN
Adalah pendelegasian penyelesaian pekerjaan yang dikerjakan melalui orang lain untuk
menyelesaikan tujuan organisasi (Nursalam, 2002)
Unsur-unsur dalam proses delegasi meliputi R-A-A:
a. Tanggung jawab (rensponsibility), adalah pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesikan oleh
seseorang pada jabatan tertentu
b. Kekuasaan (authority), adalah hak atau wewenang untuk memutuskan segala sesuatu yang
berhubungan dengan fungsinya
c. Pertanggung jawaban (accoutability), adalah memberikan pertanggung jawaban dengan
memberikan laporan bagaimana seseorang melaksanakan tugasnya dan bagaimana memakai
wewenang yang diberikan kepadanya.
Dari uraian ketiga unsur diatas, jelas bahwa kekuasaan dan tugas dapat didelegasikan,
sedangkan pertanggung jawaban tidak dapat didelegasikan. Ini berarti bahwa seseorang pemimpin
yang mendelegasikan tugas dan kekuasaannya kepada bawahannya tidak berarti mendelegasikan
pertanggung jawabannya, melainkan ia tetap bertanggung jawab akan pelaksanaan tugas yang
didelegasikan kepada bawahannya.
TUGAS-TUGAS YANG DIDELEGASIKAN
Tugas yang dapat didelegasikan dari atasan kepada bawahan menurut Manullang (2001) dapat
dibedakan menjadi 2 :
1. Ditinjau dari tugas proses (Manullang, 2001)
Bawahan menerima delegasi tugas dan kekuasaan, selanjutnya mendelegasikan tugas dan
kekuasaan kepada orang yang berada di bawahnya lagi. Pada keadaan ini manajer terdahulu lebih
banyak lagi mendelegasikan perencanaan dan pelaksanaan dan semakin banyak ia memusatkan
perhatian dalam pengawasan. Kalau diperhatikan kedua gambar dibawah nampak bahwa tugas-
tugas perencanaan dan pelaksanaan sebagian besar dapat didelegasikan, sedangkan tugas
pengawasan tidak dapat didelegasikan (hanya sebagian kecil saja).
Manajer Bertugas

Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan


Pengorganosasian

Sebagian didelegasikan
kepada bawahan

Perencanaan Pelaksanaan

Pada bagan dibawah terlihat bahwa fungsi manajer (supervisor) disederhanakan menjadi 3
fungsi yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

Tugas-tugas Pelaksanaan

Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan

A B C D E F

2) Ditinjau dari aspek bidang (spesialisasi)


Pendelegasian dari aspek ini sesuai dengan struktur organisasi karena masing-masing bidang
mempunyai uraian tugas sesuai fungsi masing-masing bidang
Delegasi yang efektif memiliki beberap ciri-ciri :
a. Unsur delegasi harus lengkap dan jelas
b. Harus mendelegasikan kepada orang yang tepat
c. Pemberi delegasi harus memberikan peralatan yang cukup dan mengusahakan keadaan
lingkungan yang efisien
d. Yang memberi delegasi harus membrikan insentif atau rangsangan material maupun non
material
FORMAT PENILAIAN KEGIATAN SUPERVISI PERAWATAN LUKA
Hari/Tanggal : .......... Supervisor : ..........
Yang di supervisi : .......... Ruangan : ..........

Nilai Keteran
Aspek Penilaian Yang Dinilai 0 1 2
gan
Definisi :
Melakukan perawatan pada luka dengan cara
memantau keadaan luka, melakukan penggantian
balutan (ganti verban) dan mencegah terjadinya
infeksi, yaitu dengan cara mengganti balutan
yang kotor dengan balutan yang bersih
Tujuan :
1. Meningkatkan penyembuhan luka dengan
mengabsorbsi cairan dan dapat menjaga kebersihan
luka
2. Melindungi luka dari kontaminasi
3. Menurunkan pergerakan dan trauma
Persiapan alat
Alat Steril :
1. Pinset anatomis 1 buah
2. Pinset sirugis 1 uah
3. Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya
4. Kassa desinfektan dalam kom tertutup
5. Sarung tangan steril 1 pasang
6. Korentang
7. Bak instrumen

Alat Non Steril:


1. Gunting verban 1 buah
2. Plester
3. Pengalas
4. Kom kecil 2 buah (bila dibutuhkan)
5. Kapas alkohol
6. NaCl 0,9%
7. Iodine providine
8. Cairan antiseptik (bila dibutuhkan)
9. Sarung tangan 1 pasang
10.Bengkok
Tahap Orientasi
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalan diri
3. Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang
prosedur dan tujuan tindakan yang akan
dilaksanakan
4. Penjelasan yang disampaikan dapat dimengerti
pasien/keluarga
5. Selama beromunikasi digunakan bahasa yang jelas,
sistematis, serta tidak mengancam
6. Pasien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk
klarifikasi
7. Privacy klien selama komunikasi dihargai
8. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan,
dan perhatian serta respek selama berkomunikasi
dan melakukan tindakan
Tahap Kerja
1. Mencuci tangan
2. Pasang perlak pengalas di bawah area luka
3. Pakai sarung tangan bersih, lepaskan plester dengan
alcohol. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung
dan menariknya dengan perlahan sejajar kulit dan
mengarah pada balutan. Jika masih terdapat bekas
plester di kulit bersihkan dengan alkohol
4. Angkat balutan kotor perlahan-lahan dengan
menggunakan pinset atau sarung tangan,
pertahankan permukaan kotor jauh dari penglihatan
klien
5. Bila balutan lengket pada luka lepaskan dengan
menggunakan normal salin (NaCl 0,9%)
6. Buang balutan kotor pada sampah, hindari
kontaminasi permukaan luar kantung, lepaskan
sarung tangan dan simpan pinset dalam bengkok
yang berisi larutan desinfektan
7. Buka bak sterik tuang lautan normal salin (NaCl
0,9%) steril kedalam kom kecil. Tambahkan kassa
ke dalam normal salin
8. Kenakan sarung tangan steril
9. Inspeksi keadaan luka, perhatikan kondisinya,
integritas jahitan (palpasi luka bila perlu dengan
bagian tangan yang non dominan yang tidak akan
menyentuh bahan steril)
10.Bersihkan luka dengan kassa basah yang telah
dibasahi normal salin. Pegang kassa atau kapas
yang telah dibasahi dengan pinset. Gunakan kassa
atau kapas terpisah untuk setiap usapan
membersihkkan. Bersihkan dari area kurang
kontaminasi ke area terkontaminasi
11.Memberikan obat atau antibiotik pada area luka
12.Luka ditutup dengan kassa kering. Usahakan serat
kassa jangan melekat pada luka. Pasang kassa
lapisan kedua sebagai lapisan penerap dan
tambahkan lapisan ketiga
13.Luka difiksasi degan plester atau hypafix dibalut
dengan rapi
14.Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat yang
telah disediakan, dan simpan pinset yang telah
digunakan pada bengkok
15.Bereskan semua peralatann dan bantu pasien
merapikan pakaian, dan atur kembali posisi nyaman
16.Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
17.Dokumentasikan hasil, observasi luka, balutan dan
termasuk respon klien
Tahap Termnasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemamuan
klien
Tahap Evaluasi
Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan
setelah dilakukan kegiatan

Tahap Dokumentasi:
Catat seluruh tindakan alam catatan keperawatan
Keterangan :
1= Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tapi tidak lenkap/tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan sempurna
Keterangan nilai :
Baik : Jika Nilai 55-60
Cukup : 50-54
Kurang : < 50

Madiun,.................................

Kepala Ruang
Format Laporan Supervisi

Aspek Masalah yang Ditemukan Rekomendasi/Saran


Penilaian

ROLEPLAY SUPERVISI
Pemeran Role Play
KARU :
PP :
PA1 :
PA2 :
Pasien 1 :
Pasien 2 :

Suatu hari di IRNA II RSUD Patutu Patuh Patju terdapat 2 orang pasien Post OP, pasien
pertama dengan Post Op Apendiks yang kondisinya lemah dan terdapat luka jahitan pada perut kanan
bagian bawah, luas jahitan 7 cm dan yang kedua pasien Post Op ----. Pada satu hari sebelum dilakukan
supervisi Kepala Ruang meminta izin kepada PP untuk melakukan supervisi kepada PA 1 dan PA 2. Kemudian
setelah disetujui oleh PP, KARU mengumpulkan seluruh staf yang ada di ruangan di Nurse Station untuk
mengumumkan akan melakukan supervisi terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh perawat serta
menyampaikan maksud dan tujuan dilakukannya supervisi kepada PA.
KARU : Assalamualaikum wr.wb. selamat pagi semuanya. Alhamdulillah hari ini kita masih diberi
kesehatan, sehingga bisa bertemu lagi seperti hari biasanya. Apakah disini semuanya sudah
lengkap?
PP : Sudah lengkap bu.
KARU : Baiklah, sebelumnya saya minta maaf karena telah mengganggu waktunya. Disini
tujuan saya mengumpulkan kalian semua karena saya mau mengadakan supervisi
kepada Perawat Asosiate. Tadi saya sudah meminta izin kepada PP untuk melakukan
supervisi dan sudah dizinkan oleh beliau. Jadi, tujuan untuk dilakukannya supervisi
ini adalah untuk menilai, mempelajari dan memperbaiki tindakan yang akan dilakukan perawat
kepada pasien.
PP : Untuk sepervisinya sendiri tindakan apa yang akan dilakukan supervisi bu?
KARU : Saya akan melakukan supervisi terhadap tindakan perawatan, sesuai dengan jadwal
apakah benar pasien yang bernama Nn. Mariza kamar No.8 dengan dignosa Post Op
Apendiksitis dan Nn. Marlina kamar No. 12 dengan diagnosa Post Op ---- biasanya
dilakukan tindakan perawatan luka dan mengganti balutan?
PP : Iya bu, memang benar. Jadwal perawatan luka dan mengganti balutan pada pasien atas
nama Nn. Mariza di kamar No.8 dan pasien atas nama Nn. Marlina di kamar No. 12 pada
pagi hari selalu dilakukan perawatan luka dan mengganti balutan
KARU : Baiklah. Kalau begitu. Kemudian untuk PA 1 dan PA 2 kira-kira kapan bisa siap untuk
melakukan supervisi?
PA 1 dan PA 2 : Insyaallah besok kami siap bu untuk melakukan supervisi
KARU : Baiklah kalau begitu, kita jadwalkan besok pagi untuk melakukan supervisi dengan
prasat perawatan luka dan mengganti balutan pada Nn. Mariza di kamar No. 8 dan
Nn. Marlina di kamar No. 12. Dan besok pagi mohon alat-alatnya segera disiapkan
ya!
PA 1 dan PA 2 : Baik bu
KARU : Hanya itu saja yang bisa saya sampaikan, sekarang kalian bisa bubar dan melanjutkan
kegiatan
Semua : Baik bu

Keesokan paginya di ruang peralatan PP memita PA 1 dan PA 2 untuk segera


mempersiakan alat-alat yang dibutuhkan untuk perawatan luka dan mengganti
balutan
PP : Baik teman-teman, segera menyiapkan alat dan bahan untuk perawatan luka dan
mengganti balutan ya karena hari ini akan dilakukan supervisi sesuai jadwal kamarin
PA 1 : Baik ners, akan segera saya siapkan.
PA 2 : Iya ners, akan segera saya siapkan juga.

Setelah PA 1 dan PA 2 selesai menyiapkan alat dan bahan, PA 1 dan 2 kembali ke Nurse
Station untuk dilakuan pengecekan alat oleh PP
PP : Apakah alat-alatnya sudah lengkap?
PA 1 dan PA 2 : Sudah lengkap semuanya Ners
PP : Baik, saya cek ulang ya (mengeck alat-alat) Iya, ini alat-alatnya sudah lengkap semuanya. Apakah
kalian sudah siap melakukan supervisi?
PA 1 dan PA 2 : Sudah Ners
PP : Baik kalau begitu, saya akan memberitahu Kepala Ruangan dulu

Setelah PP 1 melakukan pengecekan alat dan menyatakan alat dan bahan untuk perawatan luka dan
mengganti balutan sudah lengkap, PP melaporkan kepada KARU yang berada di ruangan bahwa alat dan
bahan sudah selesai dipersiapkan dan siap untuk melakukan supervisi
PP : Permisi bu. Saya mau memberitahukan bahwa alat dan bahan untuk perawataan luka sudah lengkap
dan PA sudah siap untuk melakuakan supervisi
KARU : Baiklah, apa semuanya sudah kumpul di Nurse Station?
PP 1 : Sudah bu
KARU : Iya, saya akan segera ke sana
Kemudian KARU segera menuju Nurse Station. Di Nurse Station KARU menjelaskan point-point
penilian yang akan dilakukan saat supervisi
KARU : Assalamualikum wr.wb. sesuai dengan kontrak kegiatan kita kemarin, pada hari ini kita
mempunyai 2 pasien yang akan dilakukan perawatan luka dan mengganti balutan. Jadi,
disini saya akan menjelaskan terlebih dahulu untuk format penilaian yang akan dilakukan pada
supervisi hari ini. Saya akan melakukan beberapa penilaian terhadap tindakan yang akan
dilakukan dan nanti saya akan memberikan penilaian terhadap beberapa instrumen tindakan
seperti teknik perawatan luka yang benar. Mungkin ini ada beberapa format/instrumen
penilaian silahkan di baca terlebih dahulu (menyerahkan map kepada PA 1 dan PA 2).
PA 1 dan PA 2: Iya bu (menerima map).
KARU : Ada yang ingin ditanyakan dari format penilaian tersebut?
PA 1 : Tidak ada bu, saya sudah jelas
KARU : Bagaimana perlengkapan untuk perawatan luka? Apakah sudah lengkap dan sudah disiapkan
semuanya?
PA 2 : Sudah bu.
KARU : Oke, kita akan melakukan supervisi satu per satu ya untuk menuju ke ruangan pasien.

Setelah itu karu dan PA1 ke ruangan pasien 1


PA 1 : Selamat pagi mbak?
Pasien 1: Ya selamat pagi sus.
PA 1 : Bagaimana kabarnya hari ini mbak?
Pasien 1: Ini sus, dari kemarin masih nyeri saat dibuat gerak sampai tidak bisa tidur
PA 1 : Iya mbak. (sambil melihat gelang pasien) namanya siapa ya mbak?
Pasien 1 : Mariza ulfa sus.
PA 1 : Tanggal lahirnya?
Pasien 1 : 2 Maret 1997
PA 1 : Alamat rumahnya dimana mbak?
Pasien 1 : Di Madiun sus
PA 1 : Baik mbak, perkenalkan saya perawat Diah disini saya akan melakukan perawatan luka dan mengganti
balutan, tujuannya agar luka pada perut mbak mariza bisa cepat sembuh dan tidak terjadi infeksi.
Bagaimana mbak apakah diperbolehkan?
Pasien 1: Ya, silahkan sus.
PA 1 : Sebelumnya ada yang kurang jelas atau mau ditanyakan mbak?
Pasien 1 : Tidak ada sus.

(Kemudian PA 1 melakukan perawatan luka kepada Nn. Mariza)


PA 1 : Mbak, ini kami sudah selesai merawat luka dan mengganti balutan, apakah sudah merasa lebih
nyaman dan apakah nyerinya masih terasa?
Pasien 1 : Iya Nyeri nya masih terasa saat balutannya di buka sus.
PA 1 : Iya mbak, nanti akan diberi obat untuk menurunkan rasa nyerinya
Pasien 1 : Iya sus
PA 1 : Baiklah bu, ini sudah selesai. Saya kembali ke ruang perawat terlebih dahulu ya mbak.
Nanti kalau perlu apa-apa bisa minta tolong keluarganya untuk menghubungi saya di
ruang perawat
Pasien 1 : Iya sus, terima kasih

Setelah itu KARU dan PA2 ke ruangan pasien 2


PA 2 : Selamat pagi mbak?
Pasien 2 : Ya selamat pagi sus.
PA 2 : Bagaimana kabarnya hari ini mbak?
Pasien 2 : Masih sedikit terasa nyeri sus
PA 2 : Iya mbak. Boleh lihat gelangnya? (sambil melihat gelang pasien) namanya siapa ya mbak?
Pasien 2 : Marlina sus.
PA 2 : Tanggal lahirnya?
Pasien 2 : 27 Mei 1994
PA 2 : Alamat rumahnya dimana mbak?
Pasien 2 : Di Madiun sus
PA 2 : Baik mbak, perkenalkan saya perawat Intan disini saya akan melakukan perawatan luka dan mengganti
balutan, tujuannya agar luka pada perut mbak Marlina bisa cepat sembuh dan tidak terjadi infeksi.
Bagaimana mbak apakah mbak marlina bersedia?
Pasien 2: Ya, silahkan sus.
PA 2 : Sebelumnya ada yang kurang jelas atau mau ditanyakan mbak?
Pasien 2 : Tidak ada sus.

(Kemudian PA 2 melakukan perawatan luka kepada Nn. Marlina)


PA 2 : Mbak, ini saya sudah selesai merawat luka dan mengganti balutan, apakah sudah merasa lebih nyaman?
Pasien 2 : Iya sus, saya sudah merasa nyaman
PA 2 : Baiklah mbak, ini saya sudah selesai. Saya kembali ke ruang perawat terlebih dahulu ya
mbak. Nanti kalau perlu apa-apa bisa minta tolong keluarganya untuk menghubungi
saya di ruang perawat
Pasien 2 : Iya sus, terima kasih

Kemudian di Nurse Station KARU, PP, PA 1 dan PA 2 berkumpul kembali


KARU : Baik tadi saya sudah melakukan penilaian terhadap hasil kerja perawat Diah dan Intan
dengan prasat perawatan luka pada hari ini. Untuk prosedur perawatan luka secara
keseluruhan pada perawat diah sudah baik, dan untuk perawat Intan kekuranganya
belum melakukan penjelasan kondisi luka kepada pasien. Tapi tadi dari keduanya ada
hal-hal yang perlu kita perhatikan bersama.
PP : Hal apa itu bu?
KARU : Dalam perawatan luka tadi kurangnya interaksi/komunikasi kepada pasien, nah tujuan untuk komunikasi
terapeutik kepada pasien dalam melakukan tindakan yaitu untuk distraksi/pengalihan rasa nyeri pada
pasien. Sepertinya hal itu yang perlu kita perhatikan, kemudian dari kedunya tadi pada
saat membuka balutan usahakan untuk pelan-pelan agar pasiennya tidak mengalami
nyeri. Oke, sampai disini ada yang ingin di klarifikasi?
PA 2 : Iya bu, saya dan rekan saya menyadari akan hal itu dan nanti akan kami perbaiki.
KARU : Ya bagus sekali, interaksi dan komunikasi dalam hal komunikasi terapeutik kepada
pasien sangat penting dilakukan dan untuk semuanya sangat bagus sekali apa yang
kalian lakukan pada hari ini, pertahankan terus dan lebih ditingkatkan lagi mengenai
komunikasi terapeutiknya. Sepertinya hanya itu saja yang bisa saya sampaikan, untuk
kurang dan lebihnya saya mohon maaf. Saya tutup pertemuan ini.
Wasalammualaikum wr, wb.
Semua : Waalaikum salam wr. wb
PA 1 : Terimakasih bu atas kritik dan sarannya.

PP dan PA kembail keruangnya dan KARU melakukan dokumentasi keperawatan


untuk hasil supervisi
BAB III
PENUTUP

3.1Kesimpulan
Supervisi keperawatan diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan di rumah
sakit, supervisi bukan berarti menghukum tetapi memberikan pengarahan dan petunjuk agar perawat
dapat menyelesaikan tugasnya secara efektif dan efisien. Supervisor diharapkan mempunyai hubungan
interpersonal yang memuaskan dengan staf agar tujuan supervisi dapat tercapai untuk meningkatkan
motivasi, kreativitas dan kemampuan perawat yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan
kualitas pelayanan keperawatan.
Manfaat Supervisi, Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak
manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli & Bachtiar, 2009) : Supervisi
dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana
kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan. Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja
yang nyaman, ini tidak hanya meliputi lingkungan fisik, tetapi juga suasana kerja diantaranya para
tenaga keperawatan dan tenaga lainnya

3.2Saran
1. Untuk Institusi
Agar dijadikan referensi, sehingga mahasiswa dapat menekankan supervisi dalam manajemen
keperawatan.
2. Untuk Mahasiswa.
Agar mahasiswa mampu menerapkan supervisi dalam manajemen keperawatan. Dan
memahami manfaat, tujuan, prinsip supervisi dalam manajemen keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Arwani & Heru Supriyatno. 2006. Manajemen Bangsal keperawatan. Jakarta: EGC

Cohen L. Elaine, Toni G. Cesta. 2005. Nursing Case Management From Essentials to Advanced Practice
Applications 4th edition. Missouri: Elsevier Mosby

Gillies.19VIII9. Manajemen Keperawatan suatu  pendekatan sistem. Edisi Terjemahan. Alih Bahasa Dika
Sukmana dkk. Jakarta

Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional (Edisi2).
Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. 2014. Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik keperawatan professional (edisi 4).
Jakarta: Salemba Medika

Roussel, Linda A, Russel C. swansburg, Richard J. Swanburg. 2003. Management and Leadership for
Nurse Administrator 4th edition. Toronto: Jones and Barlett Publishers. See more at:
http://sakinahkreatif.blogspot.co.id/2015/12/supervisi-dalamkeperawatan.html#sthash.t8jM6RB7

Suarli dan Bahtiar. 2009. Manajemen keperawatan. Jakarta: Erlangga

Wiyana, Muncul. 2008. Supervisi dalam Keperawatan. Diunduh.


http://www.akpermadiun.ac.id/index.php?link=artikeldtl.php&id=3 pada tanggal 7 Oktober 2015

Anda mungkin juga menyukai