MAKALAH KEL 6 - KONSEP RECOVERY DALAM KEPERAWATAN JIWA Salinan
MAKALAH KEL 6 - KONSEP RECOVERY DALAM KEPERAWATAN JIWA Salinan
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Konsep Recovery dalam Keperawatan Jiwa”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Drs. H. Nasihin, M.Kes selaku dosen Mata Kuliah Keperawatan Jiwa yang telah
membimbing kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan saran serta kritikan yang membangun dari berbagai pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
B. Karakteristik Recovery....................................................................................................3
C. Model Recovery..............................................................................................................6
D. Supportif Environment....................................................................................................7
BAB III....................................................................................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa sebagai bagian integral dari kesehatan merupakan perasaan sehat dan
bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana
adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI.
2002). Berbagai transformasi dan transisi berbagai bidang kehidupan mengakibatkan
perubahan gaya hidup, pola perilaku, dan tata nilai kehidupan.
Keperawatan termasuk dalam posisi yang ideal dalam memberikan perawatan dengan
menggabungkan banyak terapi komplementer untuk mengatasi gejala yang dialami oleh
klien dengan gangguan jiwa. Di samping itu terapi komplementer yang diberikan dapat
memberdayakan klien dalam memperkuat hubungan antar perawat dan klien dalam
meningkatkan proses pemulihan.
Tindakan pada keluarga merupakan terapi yang ditujukan untuk melibatkan keluarga
dan mendorong mereka untuk menjadi peserta aktif dalam ritmen dan pemulihan,
sehingga meningkatkan keterampilan koping pada klien dan keluarga mereka. Peran
Perawat dalam terapi keluarga yaitu untuk mendorong hubungan keluarga yang sehat
melalui psikoedukasi, penguatan kekuatan, konseling sportif. dan rujukan untuk terapi
dan dukungan.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Recovery dapat diartikan sebagai proses pengembalian keadaan dari yang tidak baik
menjadi lebih baik, dari yang sebelumnya tidak sehat menjadi sehat, kembali ke keadaaan
atau kondisi yang lebih baik. Menurut Stuart (2013), recovery didefinisikan sebagai
proses ketika orang mampu hidup, bekerja, belajar dan berpartisipasi secara penuh di
masyarakat. Ada juga yang membuat definisi recovery yang mencakup empat hal, yaitu:
pemenuhan dan pertahanan harapan, pembangunan identitas yang positif, penemuan arti
hidup dan pengambilan tanggung jawab terhadap kehidupan orang lain (Buckland,
Schepp, & Crusoe,(2013).
Pada konteks keperawatan jiwa, recovery ditujukan pada pemulihan di luar efek
gangguan jiwa (Davidson & White,(2007). Oleh karena itu, survivor yang berada dalam
proses recovery akan memperlihatkan bahwa dirinya memiliki keinginan untuk
memperbaiki diri agar kehidupannya di masa mendatang lebih baik sesuai dengan apa
yang mereka definisikan. Menurut Substance Abuse and Mental Health Servic
Administration (SAMHSA),sebuah badan milik pemerintah Amerika Serikat, pengertian
dari pemulihan adalah suatu perubahan dimana seseorang meningkat kesehatan dan
kesejahteraan, hidup sesuai dengan arah kehidupan yang dipilihnya, dan berjuang
mencapai tujuan hidup sesuai dengan seluruh kemampuan yang dipunyainya (Setiadi
Gunawan, 2014).
B. Karakteristik Recovery
1. Hope
Harapan merupakan keyakinan dari diri pribadi seseorang bahwa recovery itu
nyata. Harapan menjadi pendorong utama dari dalam survivor untuk mengatasi
berbagai tantangan dan hambatan. Harapan merupakan bagian dari dalam diri
3
seseorang tetapi dapat dipengaruhi oleh orang disekitarnya seperti dukungan teman
sebaya, dukungan keluarga, tenaga kesehatan dan tokoh masyarakat.
2. Person-Driven
3. Many Pathways
4. Holistic
Recovery bukan hanya berfokus pada aspek emosional atau psikis, melainkan
semua aspek kehidupannya seperti biologis, psikologis, sosial, spritual dan budaya.
Jadi recovery termasuk menangani perawatan diri, keluarga, tempat tinggal,
pekerjaan, transportasi, pendidikan, pengobatan medis, pelayanan kesehatan umum,
4
kreativitas, dukungan kerohanian dan partisipasi masyarakat. Sehingga berbagai
layanan dan dukungan yang tersedia harus terintegrasi dan terkoordinasi untuk
menunjang perjalanan recovery klien.
5. Peer Support
6. Relational
Faktor penting dalam proses recovery adalah memiliki orang yang percaya
pada kemampuan seseorang bahwa ia dapat pulih. Kehadiran dan keterlibatannya
dapat menawarkan harapan, dukungan dan motivasi serta sumber daya yang
mendukung proses recovery. Melalui hubungan dengan orang terpercaya seperti
anggota keluarga, teman sebaya, tenaga kesehatan, kelompok agama/ masyarakat dan
anggota masyarakat. Maka hubungan ini akan membentuk jaringan pendukung yang
vital dengan mengarahkan kepada rasa memiliki, pemberdayaan dan partisipasi di
dalam masyarakat.
7. Culture
Salah satu hal yang menjadi kunci penting dalam perjalanan unik seseorang
menuju recovery adalah budaya. Budaya memiliki representasi yang beragam
termasuk nilai, tradisi dan kepercayaan. Sehingga pendekatan tenaga kesehatan dalam
memberi pelayanan didasarkan pada budaya untuk memenuhi kebutuhan unik setiap
individu.
5
8. Trauma-Informed
Pada dasarnya setiap individu memiliki kemampuan, kekuatan atau nilai yang
berharga dalam dirinya. Pada proses recovery sangat penting bagi survivor untuk
menilai kekuatan yang dimiliki, resilensi atau ketahanan, koping, potensi diri dan
sumber daya yang ada di sekitarnya dalam mengatasi berbagai masalah. Misalnya
survivor yang dari dalam dirinya mampu untuk membuat mainan, maka ia perlu.
untuk mengembangkan hal tersebut sebagai dasar dalam proses recoverynya. Selain
itu, survivor juga perlu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri seperti bagaimana
memenuhi perawatan dirinya setiap hari, patuh minum obat, berinteraksi dengan
orang lain dan ketika ada terjadi kemunduran survivor harus mencoba bangkit
kembali.
10. Respect
C. Model Recovery
D.
6
No Theorist Model/Theory Focus of Nursing
1 Dorothy Johnson Behavioral System Membantu pasien kembali pada
keadaan seimbang ketika mengalami
stress melalui pengurangan atau
menghilangkan sumber stress dan
mendukung proses adaptif (Johnson,
1980).
2 Imogene King Goal Attainment Membangun hubungan interpersonal
dan membantu pasien untuk mencapai
tujuan berdasarkan perannya dalam
konteks social (King, 1981).
3 Betty Neuman System Model Membantu hubungan perawat –
pasien untuk membantu menghadapi
respon stress (1982).
4 Dorothes Orem Self-Care Deficit Mengatasi deficit perawatan diri dan
mendorong pasien untuk terlibat
secara aktif pada perawatan diri
mereka (Orem, 2001)
5 Hildegard Peplau Interpersonal Menggunakan hubungan interpersonal
Relations sebagai alat terapeutik untuk
menyembuhkan dan mengurangi
kecemasan (Peplau, 1992)
6 Jean Watson Transpersonal Caring merupakan prosedur dan tugas
Caring penting: membangun hubungan
perawat – pasien sehingga
menghasilkan therapeutic outcome
(Watson, 2007)
D. Supportif Environment
7
1. Pengertian
a) Kesehatan
Untuk bisa pulih, penderita jiwa harus sehat fisiknya. Mampu mengatasi atau
mengendalikan penyakit atau gejala penyakit yang dideritanya, dan mempunyai
cukup informasi sehingga bisa memilih segala sesuatu yang akan mendukung
kesehatan fisik dan jiwanya.
b) Perumahan
Rumah atau tempat tinggal yang aman dan stabil sangat mendukung proses
pemulihan dari gangguan jiwa. Penderita gangguan jiwa tidak harus punya rumah
sendiri, tetapi adanya tempat tinggal yang aman dan stabil disini berarti terbebas
dari kekhawatiran dari diusir sehingga mereka harus hidup menggelandang
dijalanan. Mereka yang hidup menggelandang dijalanan akan sangat sulit untuk
dapat pulih kembali sebab mereka tidak mempunyai tempat tinggal yang aman
dan stabil.
c) Tujuan
Tujuan hidup atau keinginan untuk meraih sesuatu akan menjadi motor
penggerak dari proses pemulihan yang sering tidak mudah dan penuh tantangan.
8
Adanya kegiatan yang bermakna, merupakan tujuan dan sekaligus pendukung
proses pemulihan. Tergantung kondisi kesehatan jiwanya, kegiatan bermakna
tersebut bisa berbeda antara satu orang dengan orang lainnya.
d) Komunitas
Adanya kesadaran bahwa mereka bisa pulih dan mempunyai masa depan yang
lebih baik dibandingkan keadaan sekarang merupakan pendorong dan motivator
pemulihan. Kesadaran bahwa banyak penderita gangguan jiwa bisa mengatasi
tantangan, masalah dan hambatan seperti yang mereka hadapi saat itu akan
menjadi pendorong munculnya pemulihan. Harapan bisa tumbuh dan diperkuat
oleh dukungan keluarga, teman penderita yang telah pulih, tenaga kesehatan
maupun relawan gangguan jiwa. Adanya harapan merupakan pendorong proses
pemulihan.
9
tidak akan bisa terjadi hanya dengan rajin minum obat dan menuruti perintah
orang lain.
Untuk bisa pulih, penderita harus mempunyai dorongan untuk sembuh dan
memiliki keinginan untuk memperbaiki hidupnya. Gejala halusinasi, waham,
depresi dan gejala lainnya tidak akan bisa sempurna hanya dengan minum obat.
Tidak ada orang lain selain dirinya sendiri yang dapat menghilangkan gejala
tersebut.
Jalur pemulihan berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Jalur
tersebut tergantung kepada kondisi sosial ekonomi, dukungan dari keluarga,
kemampuannya sosial ekonomi, dukungan dari keluarga, kemampuannya
mengatasi gejala, kondisi masyarakat dimana dia tinggal, pengalaman hidupnya,
tekanan jiwa yang pernah dia alami dan berbagai kondisi lainnya. Jalur pemulihan
bisa berupa mendapat pengobatan yang tepat, mendapat dukungan psikososial
keluarga atau teman, kembali ke sekolah atau kuliah, mendapat atau mempunyai
pekerjaan, melakukan kegiatan lain, melakukan pekerjaan sosial atau agama.
Dukungan terhadap proses pemulihan bisa dilakukan oleh siapa saja. Penderita
yang telah pulih bisa membantu memotivasi dan mendampingi penderita
gangguan jiwa lainnya. Keluarga yang anggotanya telah pulih bisa membantu
keluarga lain yang masih berjuang membantu pemulihan anggota keluarganya
yang sakit. Para karyawan atau pensiunan bisa menjadi relawan jiwa. Lembaga
sosial dan keagamaan busa mendirikan pusat- pusat pemulihan, lapangan kerja,
pelatihan kerja.
Salah satu faktor penting dalam pemulihan adalah adanya keluarga, saudara
dan teman yang percaya bahwa seseorang penderita gangguan jiwa bisa pulih dan
kembali hidup produktif di masyarakat. Mereka bisa memberikan mereka harapan,
semangat dan dukungan sumber daya yang diperlukan untuk pemulihan. Melalui
dukungan yang terciptanya lewat jaringan persaudaraan dan pertemanan, maka
penderita gangguan jiwa bisa mengubah hidupnya, dari keadaan kurang sehat dan
tidak sejahtera menjadi kehidupan yang lebih sejahtera dan mempunyai peranan di
masyarakat.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Recovery dapat diartikan sebagai proses pengembalian keadaan dari yang tidak baik
menjadi lebih baik, dari yang sebelumnya tidak sehat menjadi sehat, kembali ke keadaaan
atau kondisi yang lebih baik. Pada konteks keperawatan jiwa, recovery ditujukan pada
pemulihan di luar efek gangguan jiwa. Terdapat beberapa model recovery dalam konteks
keperawatan jiwa, dimana model tersebut secara inti bertujuan untuk membantu
mengurangi tingkat stress pasien. Sedangkan supportif environment merupakan
perubahan dimana seseorang meningkat kesehatan dan kesejahteraan, hidup sesuai
dengan arah kehidupan yang dipilihnya, dan berjuang mencapai tujuan hidup sesuai
dengan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Supportif environment ini digunakan untuk
mendukung kesembuhan pasien dengan masalah kejiwaan.
B. Saran
Banyaknya persoalan yang dihadapi selama hidup ini seperti ekonomi dan
kemiskinan dapat menyebabkan terganggunya kesehatan mental. Orang dengan gangguan
kejiwaan dapat pulih jika terdapat dukungan serta penanganan yang tepat. Maka dari itu,
penulis menyarankan kepada mahasiswa keperawatan agar dapat lebih memahami terkait
cara penanganan dan pemulihan pada pasien dengan gangguan kejiwaan. Selain itu,
penulis juga menyadari bahwasannya makalah ini jauh dari kata sempurna, sehingga
diperlukannya kritik dan saran demi membangun makalah yang akan datang.
13
DAFTAR PUSTAKA
M.Khalid Fredy Saputra, A. P. (2023). Asuhan Keperawatan Jiwa II. Padang: Global
Eksekutif Teknologi.
14