Anda di halaman 1dari 17

KONSEP RECOVERY DALAM KEPERAWATAN JIWA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah


Keperawatan Jiwa

DOSEN MATA KULIAH:


Drs. H. Nasihin, M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6:


Ahmad Rizal Fuadi (NIM: P27904121002)
Alvin Ananda Putra (NIM: P27904121005)
Ati Sarra (NIM: P27904121009)
Nur Awliya Hidayati (NIM: P27904121034)
Putri Luvi Kurniawati (NIM: P27904121036)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Konsep Recovery dalam Keperawatan Jiwa”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Drs. H. Nasihin, M.Kes selaku dosen Mata Kuliah Keperawatan Jiwa yang telah
membimbing kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan saran serta kritikan yang membangun dari berbagai pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.

Tangerang, 2 Agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2

BAB II.......................................................................................................................................3

A. Definisi Recovery dalam Keperawatan Jiwa..................................................................3

B. Karakteristik Recovery....................................................................................................3

C. Model Recovery..............................................................................................................6

D. Supportif Environment....................................................................................................7

BAB III....................................................................................................................................12

A. Kesimpulan...................................................................................................................12

B. Saran..............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa sebagai bagian integral dari kesehatan merupakan perasaan sehat dan
bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana
adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI.
2002). Berbagai transformasi dan transisi berbagai bidang kehidupan mengakibatkan
perubahan gaya hidup, pola perilaku, dan tata nilai kehidupan.

Keperawatan termasuk dalam posisi yang ideal dalam memberikan perawatan dengan
menggabungkan banyak terapi komplementer untuk mengatasi gejala yang dialami oleh
klien dengan gangguan jiwa. Di samping itu terapi komplementer yang diberikan dapat
memberdayakan klien dalam memperkuat hubungan antar perawat dan klien dalam
meningkatkan proses pemulihan.

Tindakan pada keluarga merupakan terapi yang ditujukan untuk melibatkan keluarga
dan mendorong mereka untuk menjadi peserta aktif dalam ritmen dan pemulihan,
sehingga meningkatkan keterampilan koping pada klien dan keluarga mereka. Peran
Perawat dalam terapi keluarga yaitu untuk mendorong hubungan keluarga yang sehat
melalui psikoedukasi, penguatan kekuatan, konseling sportif. dan rujukan untuk terapi
dan dukungan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi recovery dalam keperawatan jiwa?


2. Apa saja karakteristik recovery?
3. Apa saja model recovery?
4. Apa itu supportif Environment?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami terkait definisi recovery dalam keperawatan jiwa


2. Untuk memahami terkait karakteristik recovery
3. Untuk memahami terkait model recovery
4. Untuk memahami terkait supportive environment

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Recovery dalam Keperawatan Jiwa

Recovery dapat diartikan sebagai proses pengembalian keadaan dari yang tidak baik
menjadi lebih baik, dari yang sebelumnya tidak sehat menjadi sehat, kembali ke keadaaan
atau kondisi yang lebih baik. Menurut Stuart (2013), recovery didefinisikan sebagai
proses ketika orang mampu hidup, bekerja, belajar dan berpartisipasi secara penuh di
masyarakat. Ada juga yang membuat definisi recovery yang mencakup empat hal, yaitu:
pemenuhan dan pertahanan harapan, pembangunan identitas yang positif, penemuan arti
hidup dan pengambilan tanggung jawab terhadap kehidupan orang lain (Buckland,
Schepp, & Crusoe,(2013).

Pada konteks keperawatan jiwa, recovery ditujukan pada pemulihan di luar efek
gangguan jiwa (Davidson & White,(2007). Oleh karena itu, survivor yang berada dalam
proses recovery akan memperlihatkan bahwa dirinya memiliki keinginan untuk
memperbaiki diri agar kehidupannya di masa mendatang lebih baik sesuai dengan apa
yang mereka definisikan. Menurut Substance Abuse and Mental Health Servic
Administration (SAMHSA),sebuah badan milik pemerintah Amerika Serikat, pengertian
dari pemulihan adalah suatu perubahan dimana seseorang meningkat kesehatan dan
kesejahteraan, hidup sesuai dengan arah kehidupan yang dipilihnya, dan berjuang
mencapai tujuan hidup sesuai dengan seluruh kemampuan yang dipunyainya (Setiadi
Gunawan, 2014).

B. Karakteristik Recovery

1. Hope

Harapan merupakan keyakinan dari diri pribadi seseorang bahwa recovery itu
nyata. Harapan menjadi pendorong utama dari dalam survivor untuk mengatasi
berbagai tantangan dan hambatan. Harapan merupakan bagian dari dalam diri

3
seseorang tetapi dapat dipengaruhi oleh orang disekitarnya seperti dukungan teman
sebaya, dukungan keluarga, tenaga kesehatan dan tokoh masyarakat.
2. Person-Driven

Secara konsep, dasar dari proses recovery adalah survivorlah yang


menentukan nasib dan mengarahkan dirinya sendiri. Hal ini karena setiap survivor
memiliki perjalanan hidup yang berbeda-beda dan memiliki keunikan untuk menuju
tujuan tersebut. Seorang survivor memiliki kapasitas untuk mengoptimalkan otonomi
dan kemandirian mereka semaksimal mungkin dengan memimpin, mengendalikan,
dan menggunakan pilihan atas layanan dan dukungan yang membantu proses recovery
dan resilience mereka. Pemberdayaan terhadap mereka akan membangun kekuatan
dan kendali atas hidup mereka.

3. Many Pathways

Setiap individu memiliki keunikan Many Pathways dengan kebutuhan,


kekuatan, tujuan hidup, budaya, latar belakang dan pengalaman trauma yang berbeda.
Hal ini berarti perjalanan recovery masing-masing individu dibangun atas dasar
berbagai kapasitas, kekuatan, bakat, kemampuan koping, sumber daya, dan nilai yang
melekat dalam diri mereka. Selain itu, recovery bersifat non-linear yang berarti proses
recovery bukanlah proses yang instan akan tetapi sebuah proses pertumbuhan yang
berkelanjutan dan terus menerus dengan kemungkinan melibatkan kemunduran. Hal
ini karena kemunduran adalah bagian yang alami dari proses recovery sehingga
sangat penting menumbuhkan ketahanan bagi survivor dan keluarganya. Dukungan
dari tenaga profesional, penggunaan obat- obatan, dukungan dari keluarga,
pendekatan berbasis agama, dukungan teman sebaya dan pendekatan lainnya sangat
dibutuhkan oleh survivor dalam proses recovery.

4. Holistic

Recovery bukan hanya berfokus pada aspek emosional atau psikis, melainkan
semua aspek kehidupannya seperti biologis, psikologis, sosial, spritual dan budaya.
Jadi recovery termasuk menangani perawatan diri, keluarga, tempat tinggal,
pekerjaan, transportasi, pendidikan, pengobatan medis, pelayanan kesehatan umum,
4
kreativitas, dukungan kerohanian dan partisipasi masyarakat. Sehingga berbagai
layanan dan dukungan yang tersedia harus terintegrasi dan terkoordinasi untuk
menunjang perjalanan recovery klien.

5. Peer Support

Setiap survivor sangat membutuhkan dukungan dari teman sebayanya untuk


didengar, dipahami. dan dihargai. Dukungan kelompok teman sebaya seperti berbagi
pengetahuan, keterampilan dan cara bersosialisasi memainkan peran yang tak ternilai
dalam proses recovery. Hal ini karena survivor akan menikmati kebersamaannya
dengan orang-orang yang sungguh tahu dan memahami apa yang mereka alami.
Sehingga dalam kelompok ini akan memberi survivor. tempat yang aman untuk
mengungkapkan dirinya sendiri.

6. Relational

Faktor penting dalam proses recovery adalah memiliki orang yang percaya
pada kemampuan seseorang bahwa ia dapat pulih. Kehadiran dan keterlibatannya
dapat menawarkan harapan, dukungan dan motivasi serta sumber daya yang
mendukung proses recovery. Melalui hubungan dengan orang terpercaya seperti
anggota keluarga, teman sebaya, tenaga kesehatan, kelompok agama/ masyarakat dan
anggota masyarakat. Maka hubungan ini akan membentuk jaringan pendukung yang
vital dengan mengarahkan kepada rasa memiliki, pemberdayaan dan partisipasi di
dalam masyarakat.

7. Culture

Salah satu hal yang menjadi kunci penting dalam perjalanan unik seseorang
menuju recovery adalah budaya. Budaya memiliki representasi yang beragam
termasuk nilai, tradisi dan kepercayaan. Sehingga pendekatan tenaga kesehatan dalam
memberi pelayanan didasarkan pada budaya untuk memenuhi kebutuhan unik setiap
individu.

5
8. Trauma-Informed

Penyebab gangguan jiwa multifaktor. Namun pengalaman trauma seperti


kekerasan fisik atau seksual, kekerasan dalam rumah tangga, perang, bencana dan
lain-lain dapat menjadi faktor predisposisi dan presipitasi terjadinya gangguan jiwa.
Sehingga dalam memberikan pelayanan kesehatan dan dukungan harus diberi
informasi terkait trauma untuk menumbuhkan kepercayaan, keselamatan (fisik dan
emosional) serta mempromosikan pilihan, pemberdayaan dan kolaborasi.

9. Strenght & Responsibilities

Pada dasarnya setiap individu memiliki kemampuan, kekuatan atau nilai yang
berharga dalam dirinya. Pada proses recovery sangat penting bagi survivor untuk
menilai kekuatan yang dimiliki, resilensi atau ketahanan, koping, potensi diri dan
sumber daya yang ada di sekitarnya dalam mengatasi berbagai masalah. Misalnya
survivor yang dari dalam dirinya mampu untuk membuat mainan, maka ia perlu.
untuk mengembangkan hal tersebut sebagai dasar dalam proses recoverynya. Selain
itu, survivor juga perlu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri seperti bagaimana
memenuhi perawatan dirinya setiap hari, patuh minum obat, berinteraksi dengan
orang lain dan ketika ada terjadi kemunduran survivor harus mencoba bangkit
kembali.

10. Respect

Setiap individu sangat membutuhkan Respect 10 penghargaan dari orang lain,


begitupun orang dengan gangguan jiwa.

C. Model Recovery
D.

6
No Theorist Model/Theory Focus of Nursing
1 Dorothy Johnson Behavioral System Membantu pasien kembali pada
keadaan seimbang ketika mengalami
stress melalui pengurangan atau
menghilangkan sumber stress dan
mendukung proses adaptif (Johnson,
1980).
2 Imogene King Goal Attainment Membangun hubungan interpersonal
dan membantu pasien untuk mencapai
tujuan berdasarkan perannya dalam
konteks social (King, 1981).
3 Betty Neuman System Model Membantu hubungan perawat –
pasien untuk membantu menghadapi
respon stress (1982).
4 Dorothes Orem Self-Care Deficit Mengatasi deficit perawatan diri dan
mendorong pasien untuk terlibat
secara aktif pada perawatan diri
mereka (Orem, 2001)
5 Hildegard Peplau Interpersonal Menggunakan hubungan interpersonal
Relations sebagai alat terapeutik untuk
menyembuhkan dan mengurangi
kecemasan (Peplau, 1992)
6 Jean Watson Transpersonal Caring merupakan prosedur dan tugas
Caring penting: membangun hubungan
perawat – pasien sehingga
menghasilkan therapeutic outcome
(Watson, 2007)

D. Supportif Environment

7
1. Pengertian

Menurut Substance Abuse and Mental Health Servic Administration


(SAMHSA), sebuah badan milik pemerintah Amerika Serikat, pengertian dari
pemulihan adalah suatu perubahan dimana seseorang meningkat kesehatan dan
kesejahteraan, hidup sesuai dengan arah kehidupan yang dipilihnya, dan berjuang
mencapai tujuan hidup sesuai dengan seluruh kemampuan yang dimilikinya (Setiadi
Gunawan, 2014).

2. Pendukung pemulihan jiwa

Terdapat 4 dimensi yang dapat mendukung recovery jiwa yaitu:

a) Kesehatan

Untuk bisa pulih, penderita jiwa harus sehat fisiknya. Mampu mengatasi atau
mengendalikan penyakit atau gejala penyakit yang dideritanya, dan mempunyai
cukup informasi sehingga bisa memilih segala sesuatu yang akan mendukung
kesehatan fisik dan jiwanya.

b) Perumahan

Rumah atau tempat tinggal yang aman dan stabil sangat mendukung proses
pemulihan dari gangguan jiwa. Penderita gangguan jiwa tidak harus punya rumah
sendiri, tetapi adanya tempat tinggal yang aman dan stabil disini berarti terbebas
dari kekhawatiran dari diusir sehingga mereka harus hidup menggelandang
dijalanan. Mereka yang hidup menggelandang dijalanan akan sangat sulit untuk
dapat pulih kembali sebab mereka tidak mempunyai tempat tinggal yang aman
dan stabil.

c) Tujuan

Tujuan hidup atau keinginan untuk meraih sesuatu akan menjadi motor
penggerak dari proses pemulihan yang sering tidak mudah dan penuh tantangan.
8
Adanya kegiatan yang bermakna, merupakan tujuan dan sekaligus pendukung
proses pemulihan. Tergantung kondisi kesehatan jiwanya, kegiatan bermakna
tersebut bisa berbeda antara satu orang dengan orang lainnya.

d) Komunitas

Penderita gangguan jiwa perlu mempunyai jaringan kekerabatan atau


pertemanan yang mendukung dan bisa memberikan harapan, kehangatan serta
persaudaraan. Mereka yang hidupnya menyendiri atau terisolasi akan lebih mudah
untuk kembali kambuh penyakitnya. Komunitas tersebut bisa diciptakan dengan
mengikuti beberapa kegiatan sosial di masyarakat. (Setiadi Gunawan, 2014)

3. Prinsip dasar pemulihan jiwa

Selain mengupayakan 4 dimensi diatas penderita ganggu- an jiwa, keluarga


maupun relawan jiwa perlu memahami 10 dasar pemulihan dari gangguan jiwa:

a) Pemulihan muncul dari timbulnya harapan

Adanya kesadaran bahwa mereka bisa pulih dan mempunyai masa depan yang
lebih baik dibandingkan keadaan sekarang merupakan pendorong dan motivator
pemulihan. Kesadaran bahwa banyak penderita gangguan jiwa bisa mengatasi
tantangan, masalah dan hambatan seperti yang mereka hadapi saat itu akan
menjadi pendorong munculnya pemulihan. Harapan bisa tumbuh dan diperkuat
oleh dukungan keluarga, teman penderita yang telah pulih, tenaga kesehatan
maupun relawan gangguan jiwa. Adanya harapan merupakan pendorong proses
pemulihan.

b) Dorongan untuk pulih berasal dari dalam diri seseorang

Konsep pemulihan berbeda dengan konsep rehabilitasi. Dalam rehabilitasi,


penderita bersikap pasif, yaitu minum obat sesuai petunjuk dokter dan melakukan
kegiatan seperti yang diperintahkan oleh perawat jiwa. Pemulihan gangguan jiwa

9
tidak akan bisa terjadi hanya dengan rajin minum obat dan menuruti perintah
orang lain.

Untuk bisa pulih, penderita harus mempunyai dorongan untuk sembuh dan
memiliki keinginan untuk memperbaiki hidupnya. Gejala halusinasi, waham,
depresi dan gejala lainnya tidak akan bisa sempurna hanya dengan minum obat.
Tidak ada orang lain selain dirinya sendiri yang dapat menghilangkan gejala
tersebut.

c) Pemulihan terjadi melalui berbagai jalur

Jalur pemulihan berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Jalur
tersebut tergantung kepada kondisi sosial ekonomi, dukungan dari keluarga,
kemampuannya sosial ekonomi, dukungan dari keluarga, kemampuannya
mengatasi gejala, kondisi masyarakat dimana dia tinggal, pengalaman hidupnya,
tekanan jiwa yang pernah dia alami dan berbagai kondisi lainnya. Jalur pemulihan
bisa berupa mendapat pengobatan yang tepat, mendapat dukungan psikososial
keluarga atau teman, kembali ke sekolah atau kuliah, mendapat atau mempunyai
pekerjaan, melakukan kegiatan lain, melakukan pekerjaan sosial atau agama.

d) Pemulihan bersifat menyeluruh

Pemulihan harus bersifat keseluruhan kehidupan seseorang, meliputi: fisik,


jiwa dan kehidupan sosialnya. Pemulihan gangguan jiwa tidak hanya menggarap
masalah gejala gangguan jiwa, namun juga mencakup berbagai hal. Pemulihan
jiwa tidak akan optimal bila hanya menggarap satu sisi kehidupan saja. Misalnya
dengan memberi obat, namun penderita tidak dilatih merawat diri sendiri, tidak
mempunyai kegiatan bermakna, perumahan, komunitas yang mendukung.

e) Pemulihan memerlukan dukungan keluarga, teman dan masyarakat luas.

Dalam situasi seperti di Indonesia, dimana kemanapun pemerintah sangat


terbatas, dukungan proses pemulihan mau tidak mau pasti berasal dari keluarga,
10
lembaga sosial, teman dan masyarakat sekitarnya. Membebankan keseluruhan
masalah gangguan jiwa kepada keluarganya sangat tidak tepat. Hanya keluarga
kaya dan mempunyai komitmen yang kuat bisa memanggul beban tersebut.
Sebagian besar keluarga tidak akan kuat memikul beban tersebut.

Dukungan terhadap proses pemulihan bisa dilakukan oleh siapa saja. Penderita
yang telah pulih bisa membantu memotivasi dan mendampingi penderita
gangguan jiwa lainnya. Keluarga yang anggotanya telah pulih bisa membantu
keluarga lain yang masih berjuang membantu pemulihan anggota keluarganya
yang sakit. Para karyawan atau pensiunan bisa menjadi relawan jiwa. Lembaga
sosial dan keagamaan busa mendirikan pusat- pusat pemulihan, lapangan kerja,
pelatihan kerja.

f) Pemulihan didukung oleh jaringan pertemanan dan kekerabatan

Salah satu faktor penting dalam pemulihan adalah adanya keluarga, saudara
dan teman yang percaya bahwa seseorang penderita gangguan jiwa bisa pulih dan
kembali hidup produktif di masyarakat. Mereka bisa memberikan mereka harapan,
semangat dan dukungan sumber daya yang diperlukan untuk pemulihan. Melalui
dukungan yang terciptanya lewat jaringan persaudaraan dan pertemanan, maka
penderita gangguan jiwa bisa mengubah hidupnya, dari keadaan kurang sehat dan
tidak sejahtera menjadi kehidupan yang lebih sejahtera dan mempunyai peranan di
masyarakat.

g) Pemulihan berbasis kebudayaan dan kepercayaan yang ada di masyarakat

Jalur dan proses pemulihan dipengaruhi kebudayaan dan kepercayaan yang


ada di masyarakatnya. Perbedaan dalam kebudayaan dan kepercayaan tersebut
mempe- ngaruhi jalur dan proses pemulihan seseorang. Seseorang yang beragama
Islam akan sulih pulih bila proses pemulihannya memakai pendekatan agama lain
selain agama Islam begitu pula sebaliknya.

h) Pemulihan jiwa didukung dengan memecahkan masalah kejiwaan yang memicu


munculnya gangguan jiwa
11
Pengalaman hidup yang menekankan jiwa (kekerasan dalam rumah tangga,
kekerasan seksual perang, bencana, konflik di kantor dan kejadian lainnya) bisa
menjadi penyebab atau pemicu munculnya gangguan jiwa. Keluarga, teman,
relawan jiwa dan penyedia pelayanan kesehatan jiwa perlu memahami hal tersebut
dan membantu mengupayakan si penderita gangguan jiwa mengatasi atau
menerima kejadian tersebut. Keluarga, teman dan masyarakat bisa memberikan
dukungan, pemberdayaan dan menyediakan berbagai pilihan sehingga mereka
bisa mengatasi trauma tersebut.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Recovery dapat diartikan sebagai proses pengembalian keadaan dari yang tidak baik
menjadi lebih baik, dari yang sebelumnya tidak sehat menjadi sehat, kembali ke keadaaan
atau kondisi yang lebih baik. Pada konteks keperawatan jiwa, recovery ditujukan pada
pemulihan di luar efek gangguan jiwa. Terdapat beberapa model recovery dalam konteks
keperawatan jiwa, dimana model tersebut secara inti bertujuan untuk membantu
mengurangi tingkat stress pasien. Sedangkan supportif environment merupakan
perubahan dimana seseorang meningkat kesehatan dan kesejahteraan, hidup sesuai
dengan arah kehidupan yang dipilihnya, dan berjuang mencapai tujuan hidup sesuai
dengan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Supportif environment ini digunakan untuk
mendukung kesembuhan pasien dengan masalah kejiwaan.

B. Saran

Banyaknya persoalan yang dihadapi selama hidup ini seperti ekonomi dan
kemiskinan dapat menyebabkan terganggunya kesehatan mental. Orang dengan gangguan
kejiwaan dapat pulih jika terdapat dukungan serta penanganan yang tepat. Maka dari itu,
penulis menyarankan kepada mahasiswa keperawatan agar dapat lebih memahami terkait
cara penanganan dan pemulihan pada pasien dengan gangguan kejiwaan. Selain itu,
penulis juga menyadari bahwasannya makalah ini jauh dari kata sempurna, sehingga
diperlukannya kritik dan saran demi membangun makalah yang akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Fandro. (2022). Recovery Skizofrenia. Pekalongan: NEM.

M.Khalid Fredy Saputra, A. P. (2023). Asuhan Keperawatan Jiwa II. Padang: Global
Eksekutif Teknologi.

Widiyawati, W. (2020). Keperawatan Jiwa. Malang : Literasi Nusantara.

14

Anda mungkin juga menyukai