Anda di halaman 1dari 5

Laporan Pendahuluan

Pneumothorax
Pneumothorak adalah adanya
udara dalam rongga pleura.
Biasanya pneumotorak hanya
Trauma Komplikasi
temukan unilateral, hanya pada
tajam/tumpul PPOK
blast-injury yang hebat dapat
ditemukan pneumotorak
bilateral, (Danusantoso dalam
Wijaya dan Putri, 2013).
Pecahnya
blab viselaris

Pneumotorak spontan primer terjadi karena Disebutkann bahwa terjadinya pneumotorak ini
Robekan pleura adalah akibat pecahnya blab viseralis atau bulla
robeknya suatu kantong udara dekat pleura
pneumotorak dan sering berhubungan dengan
penyakit paru yang medasarinya. Patogenesis
viseralis. Penelitian secara petologis
Pneumothorax penumotorak ini umumnya terjadi akibat
membuktikan bahwa pasien pneumotorak komplikasi asma, fibrosis kistik, TB paru,
penyakit-penyakit paru infiltra lainnya misalnya
spontan yang parunya dipesersi tampak adanya pneumotoral supuratif, penumonia carinci.
Akumulasi Pneumotorak spontan sekunder lebih serius
satu atau dua ruang berisi udara dalam bentuk udaran dalam keadaanya karena adanya penyakit yang
kavum pleura mendasarinya (Corwin, E. 2006).
blab dan bulla. (Prince. 2006).

Penurunan Pemasangan
ekspansi paru WSD

Ketidakefektifan Diskontinuitas
pola nafas jaringan

Gejala klinis pneumotoraks spontan bergantung Kerusakan Resiko infeksi


pada ada tidaknya tension pneumotoraks serta integritas kulit
berat ringan pneumotoraks. Pasien secara
spontan mengeluh nyeri dan sesak napas yang
muncul secara tiba-tiba. Berdasarkan Merangsang reseptor Merangsang reseptor
anamnesis, gejala-gejala yang sering muncul nyeri pada pleura nyeri pada periver kulit
adalah: viselaris dan perietalis
a. Sesak napas, yang didapatkan pada 80-
100% pasien
b. Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90%
pasien Nyeri akut
c. Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-
35% pasien ( Barmawi dan Budiono.
2006.) Penatalaksanaan Umum
1. Tindakan dekompresi
a. Membuat hubungan antara rongga
Menurut Sudoyo (2006), untuk menentukan pleura dengan lingkungan luar dengan
diagnosapada pneumothorak dapat dilakukan cara ; Menusukkan jarum melalui
cara sebagai berikut : dinding dada hingga ke rongga pleura,
1. GDA : variabel tergantung dari derajat dengan demikian tekanan udara yang
fungsi paru yang dipengaruhi , positif di rongga pleura akan berubah
gangguan mekanisme pernapasan dan menjadi negatif.
kemampuan mengkompensasi. P4CO2 b. Membuat hubungan dengan udara
mungkin normal atau menurun, luar melalui kontraventil
saturasi O2 biasanya menurun - Penggunaan pipa wter Sealed
2. Sinar X dada : Menyatakan akumulasi drainage (WSD)
udara atau cairan pada era pleura, - Pengisapan kontinu (continous
dapat menunjukkan penyimpanan suction)
struktur mediatinal jantung - Pencabutan drain
3. Torasentesis : menyatakan darah atau 2. Tindakan bedah
cairan sero anguinora (hemotorak) Pembedahan dinding thoraks dengn cara
4. HB : Mungkin menurun, menunjukkan operasi, maka dapat dicari lubang yang
kehilangan darah kmenyebabkan terjadinya pneumotorak,
(Doenges. 2005) lalu lubang tersebut di jahit.
Diagnosa NOC NIC
Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi faktor penyebab
keperawatan diharapkan pola kolaps: trauma, infeksi
nafas pasien kembali efektif komplikasi mekanik
pernapasan.
dengan kriteria hasil:
2. Observasi TTV
1. Keluhan sesak 3. Kaji kualitas, frekuensi dan
napas berkurang, kedalaman napas, dan vokal
2. Menunjukkan jalan fermitus laporkan setiap
nafas yang paten perubahan yang terjadi
3. Nafas ringan, tidak 4. Auskultasi bunyi napas
nyeri saat melakukan 5. Baringkan klien dalam
posisi yang nyaman, atau
pernapasan, bebas
dalam posisi duduk bantu
dari tanda sianosis pasien untuk kontrol diri
drngan menggunakan
pernapasan lebih lambat
atau dalam
6. Pertahankan posisi nyaman,
biasanya dengan peninggian
kepala tempat tidur. Baik ke
sisi yang sakit untuk kontrol
pasien untuk sebanyak
mungkin
7. Kolaborasi untuk tindakan
dekompresi dengan
pemasangan selang WSD
8. Catat karakter/ jumlah
drainase selang dada.
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri secara
keperawatan nyeri berkurang komprehensif.
dengan kriteria hasil: 2. Monitor vital sign
1. Mampu mengontrol nyeri 3. Observasi reaksi non verbal
2. Melaporkan bahwa nyeri dari ketidaknyamanan
berkurang 4. Gunakan teknik komunikasi
3. Mampu mngenali nyeri terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri
4. Mengatakan rasa nyaman
5. Kurangi factor presipitasi
setelah nyeri berkurang
nyeri.
6. Ajarkan tentnag teknik non
farmakologi untuk
mengurangi nyeri (relaksasi
nafas dalam)
7. Kolaborasi medis dalam
pemberian analgetik
( injeksi ketorolac 30mg)
Resiko infeksi NOC Infection Control (Kontrol
Faktor-faktor resiko: 1. Immune Status infeksi)
1. Prosedur Infasif 2. Knowledge : Infection control 1. Bersihkan lingkungan setelah
2. Ketidakcukupan pengetahuan 3. Risk control dipakai pasien lain
untuk menghindari paparan 2. Pertahankan teknik isolasi
Kriteria Hasil
patogen Rasional: menurunkan resiko
3. Trauma 1. Klien bebas dari tanda dan kontminasi silang
4. Kerusakan jaringan dan gejala infeksi 3. Batasi pengunjung bila perlu
peningkatan paparan 2. Mendeskripsikan proses Rasional: menurunkan resiko
lingkungan penularan penyakit, factor infeksi
5. Ruptur membran amnion yang mempengaruhi penularan 4. Instruksikan pada pengunjung
serta penatalaksanaannya
6. Agen farmasi untuk mencuci tangan saat
3. Menunjukkan kemampuan
(imunosupresan) untuk mencegah timbulnya berkunjung dan setelah
7. Malnutrisi infeksi berkunjung meninggalkan
8. Peningkatan paparan 4. Jumlah leukosit dalam batas pasien
lingkungan patogen normal Rasional: mencegah terjadinya
9. Imonusupresi 5. Menunjukkan perilaku hidup kontaminasi silang
10. Ketidakadekuatan imun sehat 5. Gunakan sabun antimikrobia
buatan untuk cuci tangan
11. Tidak adekuat pertahanan Rasional: mencegah terpajan
sekunder (penurunan Hb, pada organisme infeksius
Leukopenia, penekanan 6. Cuci tangan setiap sebelum
respon inflamasi) dan sesudah tindakan
12. Tidak adekuat pertahanan keperawatan
tubuh primer (kulit tidak utuh, Rasional: menurunkan resiko
trauma jaringan, penurunan infeksi
kerja silia, cairan tubuh statis, 7. Pertahankan lingkungan
perubahan sekresi pH, aseptik selama pemasangan
perubahan peristaltik) alat
13. Penyakit kronik Rasional: mempertahankan
teknik steril
8. Tingkatkan intake nutrisi
Rasional: membantu
meningkatkan respon imun
9. Berikan terapi antibiotik bila
perlu
Rasional: mencegah terjadinya
infeksi

Infection Protection (proteksi


terhadap infeksi)
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
Rasional: mengidentifikasi
keadaan umum pasien dan
luka
2. Monitor hitung granulosit,
WBC
Rasional: mengidentfikasi
adanya infeksi
3. Monitor kerentanan terhadap
infeksi
Rasional: menghindari resiko
infeksi
4. Berikan perawatan kulit pada
area epidema
Rasional: meningkatkan
kesembuhan
5. Inspeksi kondisi luka / insisi
bedah
Rasional: mengetahui tingkat
kesembuhan pasien
6. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
Rasional: membantu
meningkatkan status
pertahanan tubuh terhadap
infeksi
7. Ajarkan cara menghindari
infeksi
Rasional: mempertahankan
teknik aseptik
8. Laporkan kultur positif
Rasional: mengetahui
terjadinya infeksi pada luka
Daftar Pustaka
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson, 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit, Edisi 6, (terjemahan), Peter Anugrah, EGC, Jakarta.
Corwin, E. 2006. Buku saku patofisiologi. Jakarta. EGC
Aru W.Sudoyo, B. S. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (2 ed., Vol. III). Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Anda mungkin juga menyukai