2011 DTSD Keterampilan Pde Kepabeanan Dan Cukai PDF Free
2011 DTSD Keterampilan Pde Kepabeanan Dan Cukai PDF Free
Disusun Oleh:
Disusun Oleh:
KETERAMPILAN PDE
MODUL I
KETERAMPILAN
PERTUKARAN DATA ELEKTRONIK
OLEH :
TIM PENYUSUN MODUL PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI
JAKARTA
2008
i
DAFTAR ISI
ii
4.1.3. Sistem PDE ................................................................................. 21
4.1.4. National Single Window (NSW) ................................................ 24
4.1.5. Operator Konsul ......................................................................... 27
4.2 Latihan 3 ……………………………………………………………… 29
4.3 Rangkuman …………………………………………………………… 30
5. Kegiatan Belajar (KB) 4
APLIKASI REGISTRASI
5.1 Uraian, Contoh dan Non Contoh …………………………………… 31
5.1.1. Registrasi Importir …………………………………………….. 31
a. Dasar Hukum Registrasi Impotir ……………………...…………... 32
b. Tujuan Pengembangan Aplikasi ……..……………………………. 32
c. Alur Proses Registrasi Importir ......................................................... 35
5.1.2. Registrasi PPJK ……………………………………………….. 38
a. Pendahuluan …………………..…………………………………… 38
b. Dasar Hukum Registrasi PPJK ......................................................... 38
c. Alur Proses Registrasi PPJK ............................................................ 39
d. Aplikasi Registrasi PPJK Online ...………………………………... 41
e. Pelayanan Registrasi PPJK Di Bea dan Cukai ..…………………… 41
5.2 Latihan 4 ……………………………………………………………… 43
5.3 Rangkuman …………………………………………………………… 43
6. Test Formatif ……………………………………………………………….. 44
7. Kunci Jawaban Test Formatif ……………………………………………… 46
8. Umpan Balik dan Tindak Lanjut …………………………………………… 46
iii
MODUL I
1. Pendahuluan
Modul ini diharapkan dapat membantu siswa memahami dan mengetahui apakah
Sistem Informasi, dan bagaimana penerapannya di instansi Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai. Lebih detil lagi mengenai hardware, software, database dan jaringan.
Modul I ini juga membahas tentang jenis-jenis aplikasi yang ada di DJBC, serta
pelayanan manual, disket dan PDE. Untuk lebih memahami tentang tugas yang
berhubungan dengan aplikasi tersebut, dibahas pula tentang Operator Konsole dan
tugas-tugasnya. Pada bagian akhir dibahas contoh aplikasi kepabeanan berupa
registrasi importir dan registrasi PPJK.
Setelah mengikuti mata pelajaran ini peserta diharapkan mampu untuk menjelaskan
tentang dasar-dasar sistem komputer, jenis-jenis aplikasi dan penerapannya di
lingkungan instansi DJBC
Pada bagian ini kita akan mengenal unsur-unsur penyusun sistem komputer, yaitu
hardware, software, jaringan dan database.
2.1.1. Hardware
Hardware (perangkat keras) komputer adalah salah satu bagian dari sistem
komputer yang ada. Sesuai namanya, hardware secara fisik terlihat. Jenis-jenis
hardware berdasarkan fungsinya terdiri dari: input hardware, processing
hardware, storage hardware, dan output hardware.
Input Hardware
Processing Hardware
Ada dua jenis dasar processor memory, yaitu ROM (read only memory) yang
bersifat non-volatile dan RAM (random access memory) yang bersifat volatile
(isi RAM akan hilang jika power off).
Storage Hardware
Jika RAM dipakai untuk menyimpan data atau program yang sedang diproses,
dan tidak dapat dipakai digunakan sebagai storage karena kapasitasnya terbatas
dan bersifat volatile (data akan hilang jika sistem shut down), maka sebagai
gantinya dipakai external magnetic media untuk menyimpan data dan program
yang sedang tidak aktif diproses. Ada dua jenis magnetic storage hardware yaitu
disk dan tape. Saat ini ada external storage baru, yaitu digital storage, misalnya
USB flashdisk.
Disk storage banyak digunakan sebagai medium storage dalam industri sistem
informasi. Disk storage terdiri atas tracks dan sectors yang merupakan tempat
menyimpan data secara magnetik. Data dibaca dan direkam dengan
menggunakan read/write heads.
Output Hardware
2.1.2. Software
Perangkat lunak umum dibuat secara masal, dan digunakan oleh banyak orang
karena kebutuhan penggunaannya yang sama. Misalnya program pengolah kata,
pengolah gambar, games, antivirus, dan lain-lain. Perangkat lunak khusus
dibuat hanya untuk pengguna tertentu berdasarkan pesanan, dan tidak
digunakan untuk keperluan secara luas. Biasanya dibuat untuk suatu perusahaan
atau instansi tertentu yang terkait dengan pekerjaan khusus.
Jaringan komputer adalah sebuah sistem yang terdiri atas komputer dan
perangkat jaringan lainnya yang bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu
tujuan yang sama. Tujuan dari jaringan komputer adalah:
Agar dapat mencapai tujuan yang sama, setiap bagian dari jaringan komputer
meminta dan memberikan layanan (service). Pihak yang meminta layanan
disebut klien (client) dan yang memberikan layanan disebut pelayan (server).
Arsitektur ini disebut dengan sistem client-server, dan digunakan pada hampir
seluruh aplikasi jaringan komputer.
Pada dasarnya setiap jaringan komputer ada yang berfungsi sebagai client dan
juga server. Tetapi ada jaringan yang memiliki komputer yang khusus
didedikasikan sebagai server sedangkan yang lain sebagai client. Ada juga yang
tidak memiliki komputer yang khusus berfungsi sebagai server saja. Karena itu
berdasarkan fungsinya maka ada dua jenis jaringan komputer:
Client-server
Peer-to-peer
Yaitu jaringan komputer dimana setiap host dapat menjadi server dan juga
menjadi client secara bersamaan. Contohnya dalam file sharing antar komputer
di Jaringan Windows Network Neighbourhood ada 5 komputer (kita beri nama
A,B,C,D dan E) yang memberi hak akses terhadap file yang dimilikinya. Pada
satu saat A mengakses file share dari B bernama data_nilai.xls dan juga
memberi akses file soal_uas.doc kepada C. Saat A mengakses file dari B maka
A berfungsi sebagai client dan saat A memberi akses file kepada C maka A
berfungsi sebagai server. Kedua fungsi itu dilakukan oleh A secara bersamaan
maka jaringan seperti ini dinamakan peer to peer.
FO
H.Airin H.CFS
FO
XTRAY
TP2 Sena Gresik
Trans TPS
wangi
porindo Baru
KWBC
FO
CFS Nusantara Pasoso TPS
G.Perca UTPK.2& Lama
FO
FO
Banda Pos.Bitung Lami Citra
FO
TPK.Pasoso
FO
FO
FO
LinK FO PALEM
Utama 1/3 BANG
ps
Halim
FO
Bps
Hanggar
KB
MP
128
LS/
s
Bp
LinK
FO
Agung Raya
LS/
128
8K
128 KBps
Utama 1/3
MPLS
FO
/12
MP
Gate ps
KB
DHL KB
LS
MERAK
009Ex
ps
8
LL
MP
PL ps
DFDB M KB
M 128
FO
12 PLS /
FO
LL LS
FO 8K /
B MP LAMPUNG
TNS Ged.B JAS.Ex ps KBps
PUSAT
MPLS/128
GARUDA.Ex
MPL
ps S/1
KB 28K
Gabion 128 Bps Pekan
LS/ MP
s
MP s LS baru
Bp
GT.Ekspor Bp M
PL /128
8K
8K
ps
28KBp
2 S/ KB LL
LL
/12
1
KB
/
.LL
BELAWAN 12 ps
LS
LS
28
LL MP 8K
Aden
Polonia
MP
Bp
S/1
PONTI
MPLS/1
KBps
s
128
Dumai
L
ANAK
B8ps
12L8K LS/
MP
T.BALAI
L.4
MP
KARIM
FO
UN
Purwa BALIK KPBC
BATAM PAPAN Pontianak
karta
Bekasi MAKA
DENPA
SAR
SAR
FO
NGURAH
Bogor RAI
Database (basis data), adalah kumpulan data yang disimpan di dalam komputer
secara sistematik sehingga dapat diperiksa menggunakan suatu program
komputer untuk memperoleh informasi dari basis data tersebut. Perangkat lunak
yang digunakan untuk mengelola dan memanggil kueri (query) basis data
disebut sistem manajemen basis data (database management system, DBMS).
Catatan yang mirip dengan basis data sebenarnya sudah ada sebelum adanya
komputer, yaitu dalam bentuk buku besar, kwitansi dan kumpulan data yang
berhubungan dengan bisnis.
Konsep dasar dari basis data adalah kumpulan dari catatan-catatan, atau
potongan dari pengetahuan. Sebuah basis data memiliki penjelasan terstruktur
dari jenis fakta yang tersimpan di dalamnya: penjelasan ini disebut skema.
Skema menggambarkan obyek yang diwakili suatu basis data, dan hubungan di
antara obyek tersebut. Ada banyak cara untuk mengorganisasi skema, atau
memodelkan struktur basis data, yang dikenal sebagai model basis data atau
model data. Model yang umum digunakan sekarang adalah model relasional,
yang mewakili semua informasi dalam bentuk tabel-tabel yang saling
berhubungan dimana setiap tabel terdiri dari baris dan kolom. Dalam model ini,
hubungan antar tabel diwakili dengan menggunakan nilai yang sama antar tabel.
• Bit, bagian terkecil dari data, terdiri dari simbol ”0” dan ”1” yang
menyusun sebuah character
2.2.Latihan 1
Mouse, digunakan sebagai interface titik dan click. Pergerakan mouse menghasilkan
suatu gerakan yang berhubungan dengan pointer pada layar monitor. Pada umumnya
mouse digunakan dalam aplikasi yang berorientasi grafis. Alat yang mirip perangkat ini
adalah trackball dan joystick. Image Scanner, digunakan untuk mentransformasikan
image grafis atau text ke dalam data computer. Transformasi text dapat menghemat dari
pekerjaan retyping sedangkan transformasi image grafis dipakai untuk membaca logo
atau simbol grafis untuk aplikasi desktop publishing. Sound recorder device, perupa
perangkat untuk merekam suara menjadi data digital. Handwriting recognition device,
digunakan untuk memasukkan data dengan cara menulis pada pad elektronis yang
sensitif. Karakter-karakter tersebut dikenali dan dimasukkan ke dalam sistem komputer,
biasanya suatu sistem PC (personal computer) dan PDA (Personal Device Assistance).
Machine data input (mis : modem), merupakan salah satu jenis alat input data untuk
menghubungkan komputer dengan komputer lain melalui jaringan telepon. Light pen,
yang digunakan untuk menunjuk item-item pada layar monitor. Bar code reader,
digunakan untuk mengidentifikasi suatu jenis barang (biasanya di supermarket), dari
image/citra berupa garis-garis yang mempunyai arti.
Storege Hardware juga dapat dikategorikan sebagai input sekaligus output hardware.
Jelaskan dengan singkat dan jelas kata bergaris tebal diatas pada yertas tersendiri!
2.3.Rangkuman
Untuk mengetahui tentang komputer, kita perlu tahu terlebih dahulu dasar-dasar tentang
komputer, yaitu hardware, software, jaringan dan database. Secara umum, hardware
adalah fisik komputer, software adalah penghubung antara hardware dan pengguna,
jaringan adalah sistem yang menghubungkan antar komputer. Sedangkan database
adalah kumpulan data yang disimpan di dalam komputer secara sistematik.
3. Kegiatan Belajar (KB) 2
a. Aplikasi Inhouse
i. Berbasis server
ii. Berbasis PC
b. Modul perusahaan
1. Inhouse Manifest
Adalah program komputer untuk melayani pelaporan rencana
kedatangan sarana pengangkut (RKSP) dan pelaporan barang-
barang yang diangkutnya (manifest).
2. Inhouse Impor
3. Inhouse Ekspor
4. Inhouse TPB
7. Inhouse KITE
8. Inhouse BC 2.4
1. Inhouse Impor
2. Inhouse Ekspor
3. Inhouse TPB
4. Inhouse Cukai
5. Inhouse STTJ
6. Inhouse BC24
7. Inhouse AIDA
1. Modul Pengangkut/Manifest
Adalah program komputer yang berfungsi untuk membuat dokumen
RKSP dan inward/outward manifest, pemecahan/penggabungan pos dan
penggabungan data dari modul pengangkut lain. Media pengajuan data:
EDI dan Disket
2. Modul PIB
3. Modul PEB
4. Modul TPB
5. Modul KITE
6. Modul AIDA
8. Pengawasan Direktorat P2
9. Profiling Direktorat P2
3.2. Latihan 2
Manual WAKTU
PELAYANAN SELESAI
PELAYANAN MULAI
DOKUMEN DITERIMA
PENGIRIMAN
PENYIAPAN DOKUMEN
3.3. Rangkuman
Selain untuk pelayanan impor, sistem di atas telah diberlakukan untuk manifes,
ekspor, BC 2.3 dan cukai. Untuk membantu masing-masing unit kerja di
Direktorat Jendar Bea dan Cukai, dibuat juga program aplikasi internal direktorat
sesuai kebutuhan.
4. Kegiatan Belajar (KB) 3
1. Manual
2. Sistem Disket
3. Sistem PDE (Pertukaran Data Elektronik)
Khusus untuk pelayanan perizinan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai juga telah
merintis sistem NSW (National Single Window) agar masyarakat usaha lebih mudah
dalam pengurusan perizinan impor.
Pada tahun 1990, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mengembangkan aplikasi
komputer untuk pelayanan dengan nama CFRS (Customs Fast Release
System). Sistem ini memungkinkan pelayanan di Bea dan Cukai
menggunakan komputer, namun data tetap di-input oleh petugas di Pendok.
Jadi, tetap saja importir membuat datanya di perusahaannya, dokumen
diserahkan berupa kertas, dan data direkam oleh petugas.
Di Kantor Pelayanan, petugas Bea dan Cukai menerima hasil cetak dokumen
dan disket hasil transfer dari importir. Setelah meneliti kelengkapan dokumen,
data dalam disket di-load ke dalam komputer di Bea dan Cukai.
- Data yang diinput oleh importir dipastikan sama dengan data yang masuk
ke komputer Bea dan Cukai. Jika dilakukan input data ulang oleh petugas
pendok, ada kemungkinan salah input.
Penggunaan disket sebagai media transfer ini, di Kantor Pelayanan Bea dan
Cukai ada 2 kemungkinan penggunaan/cara pelayanan:
Pada point 1, data akan diperlakukan sebagai dokumen yang akan diperiksa,
divalidasi, diterima dengan pemberian nomor dan perlakuan lain dengan
menggunakan program aplikasi pelayanan di Bea dan Cukai. Sementara pada
point 2, setelah selesai pelayanan secara manual, maka disket akan diambil
datanya agar terkumpul untuk tujuan pelaporan.
Sampai saat ini, pelayanan kepabeanan yang telah menggunakan sistem PDE
antara lain:
- Manifest, 2007.
3. Modem
4. Line telepon.
Modul perusahaan yang digunakan adalah sama dengan modul perusahaan
pada sistem disket. Untuk pengiriman dengan sistem PDE, diperlukan
software tambahan berupa enabler, yang berfungsi untuk melakukan
perubahan data dalam format Edifact dan dikomunikasikan menggunakan
media komunikasi (modem).
Jaringan EDI
P
B Te
PI
PC
rim
Terima Respon ata Terima Respon aD
SS
D at Kirim Respon
rim aP
ata
Ki IB
/S
D
SP
im
CP
Kir
`
Bayar BM/PDRI `
PC Importir/PPJK Server KPBC
Bank
2. Bea dan Cukai mengambil data PIB dari mail box, mem-validasi data dan
memprosesnya. Respon dikirim berdasarkan proses terhadap data tersebut.
5. COMPLETED Dokumen sudah diambil oleh trading partner (Bea dan Cukai).
10. SPPB Respon Pemberitahuan bahwa barang sudah dapat dikeluarkan dari
daerah pabean.
11. SPJM Respon Pemberitahuan bahwa barang terkena jalur merah dan
harus diperiksa fisik.
13. Respon PIB secara umum (General Respon). Merupakan informasi umum yang
dikirimkan dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (Tidak mengubah status).
4. Konfirmasi Pembayaran/SSPCP
5. Permintaan INP
7. SPPB
8. SPJM
9. SPKPBM
Portal INSW dapat diakses melalui halaman utama (homepage) situs resmi
INSW dengan nama domain http://www.insw.go.id
a. Pengertian Dan Tujuan Umum
Pada awal tahun 2009, dimulai tahap persiapan untuk Joint to ASW
dengan beberapa langkah :
1. Komitmen Nasional
5. Intensitas Sosialisasi
8. Model Pembiayaan
9. Dukungan Stakeholders
Mampu di sini buka berarti yang bersangkutan harus dapat menangani segala
macam permasalahan yang timbul berhubungan dengan komputer, namun
paling tidak ia harus dapat mengidentifikasi dan menginventarisir
permasalahan berdasarkan sumbernya. Permasalahan dapat terjadi pada
perangkat program aplikasi, jaringan, ataupun hardware. Penanganan terhadap
perangkat tersebut tentunya berbeda-beda, Jika mampu, operator konsul akan
menanganinya, namun jika hal itu di luar kemampuannya, maka ia harus bisa
menentukan siapa yang harus dihubungi dan kredibel menangani masalah
tersebut.
4. Melakukan setting tertentu terhadap aplikasi: set nomor, set hari libur, set
parameter, dan lain-lain, sesuai kebutuhan.
3. Memonitor arus dan tegangan listrik PLN dan UPS sebagai supplay utama
server.
4. Memonitor suhu ruang server agar tidak terjadi panas yang berlebih pada
ruangan/server.
Manual WAKTU
PELAYANAN SELESAI
PELAYANAN MULAI
DOKUMEN DITERIMA
PENGIRIMAN
PENYIAPAN DOKUMEN
Khusus untuk pelayanan perizinan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai juga telah merintis
sistem NSW (National Single Window) agar masyarakat usaha lebih mudah dalam
pengurusan perizinan impor. Sistem ini nantinya akan menggantikan modul Analizing
Point dalam sistem aplikasi Kepabeanan.
4.2.Latihan
6. Sebutkan perangkat apa saja yang diperlukan untuk pengiriman dokumen secara
PDE.
7. Sebutkan KPPBC yang telah menerapkan pertukaran data secara elektronik untuk
penyampaian dokumen pemberitahuan pabean.
8. Sebutkan jenis-jenis respon yang dikirimkan secara elektronik pada pelayanan impor.
10. Sebutkan tugas operator konsole berkaitan dengan hardware dan software komputer
di KPPBC.
4.3.Rangkuman
Dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat usaha, Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai telah menggunakan teknologi yang memungkinkan agar mutu pelayanan terjamin.
Tergantung kondisi dan kebutuhan, pelayanan kepada masyarakat dibagi menjadi
beberapa jenis:
2. Sistem Disket, yaitu selain formulir Pemberitahuan Pabean, disertai dengan disket
atau media penyimpan data lainnya yang berisi data Pemberitahuan Pabean.
APLIKASI REGISTRASI
5.1. Uraian
5.1.1. Registrasi Importir
Dari ketentuan pasal tersebut berarti DJBC harus menyediakan sistem registrasi
importir yang dapat menerima data permohonan registrasi dari importir secara
elektronik. Inilah yang menjadi dasar dibangunnya sistem aplikasi registrasi
importir. Tidak hanya bisa menerima data permohonan registrasi secara
elektronik saja, tetapi juga harus bisa memroses data tersebut sampai
diterbitkannya Nomor Induk Kepabeanan (NIK)
a. Dasar Hukum Registrasi Importir
Importir
Report NIK
Data Importir
Report pemlap NIK
beacukai.go.id
• Data registrasi dari server internet secara periodik didownload ke server in-house
aplikasi registrasi importir.
• Data importir dikirim ke Kantor Wilayah di mana alamat importir berada untuk
dilakukan pemeriksaan lapangan (pemlap).
• Hasil pemeriksaan lapangan (pemlap) berupa soft copy dikirim kembali ke Kantor
Pusat untuk diupload di in-house aplikasi registrasi importir.
• Setelah memenuhi syarat untuk mendapatkan NIK data awal dikirim dulu ke
Direktorat P2 untuk dilakukan penilaian sebagai dasar pengklasifikasian importir
berdasarkan resikonya.
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh auditor Kantor Wilayah Bea dan Cukai di mana
alamat importir berada.
Setelah mendapatkan data awal registrasi dan surat pengantar, auditor melakukan
pemeriksaan lapangan. Hasil pemeriksaan lapangan dientry di aplikasi perekaman hasil
pemeriksaan lapangan.
iii. Penelitian Administrasi oleh Analis
Penelitian adminstrasi oleh analis dilakukan terhadap data registrasi importir yang sudah
selesai pemeriksaan lapangan. Yang dilakukan oleh analis dalam penelitian administrasi
adalah sebagai berikut :
• Analis membandingkan data awal registrasi dengan data hasil pemeriksaan lapangan.
• Data yang diteliti dan dibandingkan dengan hasil pemeriksaan lapangan adalah
mengenai kebenaran tentang :
- Eksistensi;
• Analis memberikan rekomendasi apakah data registrasi importir dapat diterima atau
ditolak.
Yang masuk ke supervisor hanya data yang diputuskan diterima oleh analis. Supervisor
kembali meneliti keputusan yang dibuat oleh analis.
Penolakan yang dilakukan oleh sistem setelah proses penelitian adminstrasi oleh analis
harus dibuatkan agenda penolakan. Agenda penolakan dibuat oleh operator aplikasi
registrasi importir. Surat penolakan dikirim melalui email ke alamat importir yang
ditolak.
Data registrasi yang diputuskan diterima oleh supervisor segera dibuatkan nomor
agendanya. Nomor agenda dibuat oleh sistem secara otomatis. Proses selanjutnya adalah
pengiriman NIK (sementara) kepada importir melalui email.
vii. Pengiriman Nomor Induk Kepabeanan (NIK) Sementara via Email
Data registrasi yang sudah mendapat NIK harus diproses lagi untuk menentukan tanggal
penerbitan NIK nya dan barulah surat pemberitahuan NIK sementara dapat dikirimkan ke
importir.
Data registrasi yang sudah mendapat nomor agenda atau NIK dikirim ke Direktorat P2
untuk penentuan kategori importirnya. Data tersebut akan dianalisa lagi dan
dibandingkan dengan data yang dimiliki oleh P2.
Data registrasi importir yang sudah mendapat NIK dalam hal tertentu dapat diupdate.
Misal perusahaan pindah alamat. Perubahan data importir wajib segera dilaporkan
kepada Direktorat Audit yang menangani masalah registrasi. Perubahan data registrasi
importir dilakukan atas permohonan perubahan data dari importir.
5.1.2. Registrasi PPJK
a. Pendahuluan
Melalui sarana ini PPJK dapat melakukan registrasi dari kantor masing-
masing dengan terhubung ke website Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
yaitu di http://www.regPPJK.beacukai.go.id. PPJK mengikuti dan
menunggu hasil dari proses registrasi yang diajukan. Bila dalam proses
registrasi terdapat kendala ataupun masalah melalui alamat yang sama dapat
mengirimkan pertanyaan atau saran dan mendapatkan reply juga secara
online.
Aplikasi PPJK Online adalah sarana bagi PPJK untuk dapat melakukan
registrasi tanpa harus langsung datang ke Kantor Bea dan Cukai. Untuk
dapat mengakses registrasi PPJK secara elektronik, maka PPJK yang
bersangkutan harus dapat mengakses internet. Jika di kantor PPJK tidak
tersedia sarana internet, maka mereka dapat menggunakan jasa Warnet
(Warung internet).
Struktur Menu
Menu utama yang aktif pada user administrator adalah File dan
Administrator. Menu Administrator terdiri dari menu Browse User.
ii. Sekretariat
Menu utama yang aktif pada user administrator adalah File dan
Sekretariat. Fungsi Utama dari menu Sekretariat adalah untuk
mendistribusikan data registrasi yang sudah diisi oleh PPJK kepada
Kantor Wilayah atau KPU yang membawahinya, sesuai domisili
PPJK.
Menu utama yang aktif pada user administrator adalah File dan
Koordinator Penlap. Fungsi Utama dari menu Koordinator Penlap
adalah untuk merekam data petugas Penlap, dan merekam hasil
penelitian lapangannya.
iv. Analis
Menu utama yang aktif pada user administrator adalah File dan
Analis. Fungsi Utama dari menu Analis adalah menganalisa data
registrasi PPJK, kemudian memberikan rekomendasi terhadapnya,
apakah akan diterima atau tidak, misalnya dalam hal Sertifikat Ahli
Kepabeanan. dibandingkan dengan database Sertifikat yang ada
dalam aplikasi PPJK yang ada di Bea dan Cukai.
v. Supervisor
Menu utama yang aktif pada user administrator adalah File dan
Supervisor. Fungsi Utama dari menu Supervisor adalah memberikan
keputusan apakah terhadap data registrasi PPJK diterima atau tidak.
vi. P2
Menu utama yang aktif pada user administrator adalah File dan
Supervisor. Fungsi Utama dari menu P2 adalah memberikan
nilai/skor tambahan terhadap PPJK yang sudah diterima
registrasinya.
5.2. Rangkuman
Registrasi importir dan PPJK bertujuan untuk memperjelas status importir dan
PPJK, sehingga Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tidak mengalami kesulitan
dalam menagih kekurangan pembayaran bea masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor
(PDRI), melakukan audit atau keperluan lainnya. Dengan adanya registrasi importir
dan PPJK, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai juga dapat melakukan penilaian
terhadap perusahaan sehingga dapat menentukan klasifikasinya dalam rangka
penerapan manajemen resiko.
5.3. Latihan
11. B - S INSW merupakan suatu sistem layanan publik yang terintegrasi, yang
menyediakan fasilitas pengajuan, pertukaran dan pemrosesan informasi
standar secara elektronik, guna menyelesaikan semua proses kegiatan
dalam penanganan lalulintas barang ekspor dan impor, untuk
meningkatkan daya saing perekonomian nasional
14. B - S Aplikasi PPJK Online adalah sarana bagi PPJK untuk dapat melakukan
registrasi tanpa harus langsung datang ke Kantor Bea dan Cukai.
15. B - S Khusus untuk pelayanan perizinan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
juga telah merintis sistem NSW (National Single Window) agar
masyarakat usaha lebih mudah dalam pengurusan perizinan impor.
7. Kunci Jawaban Test Formatif
1. B
2. S
3. S
4. B
5. S
6. B
7. B
8. S
9. B
10. S
11. B
12. S
13. B
14. B
15. B
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat pada
bagian akhir modul ini, dan hitungllah jawaban Anda untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda.
Rumus :
20
Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
kegiatan belajar selanjutnya. Tetapi bila penguasaan Anda kurang dari 80%, Anda
harus mempelajari kembali terutama bagian yang belum Anda kuasai.
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR
KEPABEANAN DAN CUKAI
KETERAMPILAN PDE
MODUL II
OLEH :
TIM PENYUSUN MODUL PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI
JAKARTA
2008
DAFTAR ISI
i
MODUL 1
1. Pendahuluan
1
2. Kegiatan Belajar (KB) 1
Sistem Aplikasi Pelayanan Manifes di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebenar
sudah mulai dikembangkan sejak tahun 2001. Akan tetapi disebabkan karena peraturan
pelaksanaan yang belum ada maka pelaksanaan dan implemantasinya baru terlaksana
pada tahun 2006 yaitu dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-
39/PMK.04/2006 tanggal 19 Mei 2006 tentang Tatalaksana Pemberitahuan Kedatangan
Sarana Pengangkut, Manifes Kedatangnan Sarana Pengangkut dan Keberangkatan Sarana
Pengangkut.
Sistem aplikasi manifes dibagi menjadi dua yaitu untuk manifes kedatangan
sarana pengangkut (inward manifes) dan manifes keberangkatan sarana pengangkut
(outward manifes)
Uji coba implementasi sistem aplikasi inward manifes dilakukan di KPBC
Tanjung Priok I, II dan III pada bulan Juli 2006 dan dimandatorykan ke seluruh Kantor
Pelayanan pada tanggal 1 September 2006. Sedangkan untuk inward manifes baru
dimandatorykan pada awal tahun 2007.
2
1. Inward Manifes
a. Alur Dokumen Inward Manifes
Alur dokumen dalam proses global inward manifes dapat digambarkan sebagai berikut :
PENGANGKUT KPBC
Shipping Lines RKSP Kantor
Air Lines Pelayanan
BC 1.0 Bea Cukai
MANIFES
BC 1.1
3
b. Konsep Pertukaran Data RKSP dan Manifes
Konsep pertukaran data RKSP dan Manifes dapat digambarkan seperti berikut.
4
c. Sistem PDE Manifes
Sistem PDE manifes dapat digambarkan seperti berikut
¾ Dari modul pengangkut dengan menggunakan EDI enabler data dikirim ke sistem
inhouse manifes.
¾ Untuk bisa tersanbung dengan EDI network dapat menggunakan modem dengan
mendial nomor telepon yang sudah ditentukan untuk mengirim data ke EDI network
atau dengan menggunakan jaringan internet.
d. Pengumpulan Data Manifes
Data manifes tidak hanya dari pemilik sarana pengangkut saja tetapi berasal dari
beberapa sumber. Proses pengumpulan data manifes dapat digambarkan seperti berikut.
5
Dari gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
• Kalau pengangkut hanya mengangkut barang miliknya saja (tidak ada barang
titipan dari slot charter atau yang lainnya), maka data manifes dapat langsung
dikirim ke KPBC baik memalui jaringan EDI atau menggunakan disket.
• Kalau dalam satu manifes pos-posnya juga berasal dari slot charter, join charter ,
forwarder dan/atau partner lain, maka data manifes dikumpulkan dulu di modul
pengangkut milik perusahaan pengangkut yang bertindak sebagai vessel
operator/main carrier.
• Kalau para partner sudah mempunyai aplikasi sendiri yang formatnya berbeda
maka data tersebut harus diseragamkan dengan menggunakan data converter agar
bisa digabung di modul pengangkut.
• Khusus forwarder dimungkinkan hanya menyertakan satu pos yang sebenarnya
terdiri dari lebih dari satu pos. B/L atau AWB nya adalah Master B/L atau AWB.
Ketika di pelabuhan bongkar, pos tersebut dapat dipecah (redress) menjadi
beberapa pos sesuai dengan jumlah Host B/L nya. Pemecahan pos dapat diajukan
dengan menggunakan Modul Entry manifes atau langsung mengajukan ke Kantor
Pelayanan untuk dilakukan entry pecah pos oleh petugas.
e. Data Inward Manifes
Data manifes selain memuat tentang informasi sarana pengangkut seperti pada
RKSP, juga berisi pos-pos barang yang diangkut. Satu pos dalam manifes mewakili satu
nomor Bill of Lading (B/L). Pos-pos dalam inward manifes dikelompokkan menjadi :
6
1. Kelompok barang impor yang diselesaikan di Kantor Pelayanan tempat
pemberitahuan manifes
2. Kelompok barang impor yang diangkut lanjut
3. Kelompok barang impor yang diangkut terus
4. Kelompok barang ekspor yang diangkut lanjut
5. Kelompok barang ekspor yang diangkut terus
6. Kelompok barang asal dalam daerah pabean tujuan dalam daerah pabean yang
melewati luar daerah pabean (BC 1.3)
7. Empty Container (kontainer kosong dari luar daerah pabean)
f. Proses Pelayanan Inward Manifes
Pelayanan inward manifes adalah sebagai berikut :
¾ Terima data RKSP (EDI atau load data)
¾ Validasi data RKSP
¾ Respon nomor BC 1.0
¾ Terima Data Manifest (EDI atau load data) dengan merujuk ke nomor BC 1.0
¾ Validasi data Manifest
¾ Respon nomor BC 1.1
¾ Redress/Perbaikan Data Manifest (Kalau Ada)
¾ Penutupan Pos BC 1.1
g. Redress Data Manifes
Data manifes dapat diubah diperbaiki sesuai kebutuhan asalkan memenuhi
ketentuan yang berlaku. Perubahan data manifes dikenal dengan istilah redress. Untuk
redress data manifes harus mendapat izin dari kepala kantor. Oelh karena itu pengangkut
atau agennya harus mengajukan izin terlebih dahulu ke kepala kantor dengan
melampirkan dokumen pendukungnya. Redress data manifes yang bisa dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Penambahan pos BC 1.1
Dalam hal jumlah pos yang diberitahukan pertama kali di manifes kurang dari
jumlah yang sebenarnya, pengangkut atau agennya dapat mengajukan penambahan
pos manifes. Penambahan pos BC 1.1 bisa dilakukan kalau ada izin dari Kepala
KPBC. Penambahan pos dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
Menyerahkan data pendukung penambahan pos berupa dokumen pendukung dan
media penyimpan data seperti disket, flash disk dan sebagainya untuk diload di in
house aplikasi manifes
7
Hanya menyerahkan data pendukung penambahan pos berupa dokumen
pendukung, untuk direkam datanya oleh petugas di KPBC.
2. Penggabungan pos BC 1.1
Penggabungan pos manifes (BC 1.1) ada dua kemungkinan, yaitu
penggabungan pos di aplikasi milik pengangkut dan penggabungan di in house
manifes KPBC. Penggabungan pos yang dilakukan di aplikasi manifes milik
pengangkut tidak/belum berpengaruh di data manifes KPBC, karena data belum
diterima. Sedangkan penggabungan pos di aplikasi in house manifes dilakukan dalam
hal manifes sudah diberitahukan di KPBC dan sudah mendapat nomor BC 1.1. Syarat
penggabungan pos BC 1.1. adalah sebagai berikut :
• Pos yang digabung berasal dari satu manifes (BC 1.1.)
• Nama dan alamat shipper/supplier, consignee dan notify party dan pelabuhan
muat harus sama untuk masing-masing pos yang akan digabung.
• Sudah diterbitkan Bill of Lading (B/L)
3. Pemecahan pos BC 1.1
Pemecahan pos biasanya dilakukan oleh forwarder karena ia hanya
menyertakan master B/L atau master AWB saja kepada pengangkut. Padahal
sebenarnya dari satu master B/L atau master AWB tersebut barangnya dimiliki oleh
banyak orang/perusahaan. Untuk kasus ini biasanya status pos adalah pos konsolidasi.
Kalau status posnya konsolidasi, maka pos tersebut harus dipecah. Kalau tidak
dipecah pos tersebut tidak akan bisa ditutup. Pemecahan pos dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu :
Menyerahkan data pendukung pemecahan pos berupa dokumen pendukung dan
media penyimpan data seperti disket, flash disk dan sebagainya untuk diload di in
house aplikasi manifes
Hanya menyerahkan data pendukung pemecahan pos berupa dokumen
pendukung, untuk direkam datanya oleh petugas di KPBC.
Pos yang sudah dipecah statusnya tidak dapat ditutup, tetapi yang akan ditutup
adalah sub pos hasil pecahannya
4. Pembatalan Pemecahan pos BC 1.1
• Pos BC 1.1 yang sebenarnya tidak dipecah tetapi sudah terlanjur dipecah, dalam
hal tertentu pemecahan posnya dapat dibatalkan. Pembatalan pos BC 1.1
8
dilakukan oleh petugas BC dengan terlebih dahulu merekam surat izin dari kepala
kantor.
5. Pemindahan kelompok pos BC 1.1
• Dalam ada kesalahan pengelompokan pos yang diberitahukan, pos yang salah
pengelompokannya dapat dipindahkan ke kelompok pos yang benar. Pemindahan
BC 1.1 dilakukan oleh petugas BC dengan terlebih dahulu merekam surat izin dari
kepala kantor.
6. Pembatalan pos BC 1.1
Dalam hal ada kesalahan kelebihan jumlah pos yang diberitahukan, maka
kelebihan pos BC 1.1 tersebut dapat dibatalkan. Pembatalan pos BC 1.1 bisa
dilakukan oleh petugas BC dengan terlebih dahulu merekam surat izin dari kepala
kantor.
7. Perubahan Data Manifes Lainnya
• Data manifes yang diajukan oleh pengangkut atau agen kadang terjadi kesalahan
pada isi data. Misalnya karena kesalahan nama consignee, nama shipper, jumlah
container, berat brutto dan lain-lain. Perubahan data BC 1.1 dilakukan oleh
petugas BC dengan terlebih dahulu merekam surat izin dari kepala kantor.
h. Penutupan Pos BC 1.1
Semua pos BC 1.1 yang diberitahukan dalam manifes harus ditutup. Pos BC
1.1 ditutup dengan dokumen pabean sesuai dengan tujuannya. Dokumen yang dapat
digunakan untuk menutup pos BC 1.1 (inward) adalah sebagai berikut :
• Dokumen Impor (PIB / BC 2.0)
• Dokumen Angkut Terus / Angkut Lanjut (BC 1.2)
• Dokumen Pengangkutan/pengeluaran tujuan Kawasan Berikat (BC 2.3)
• Dokumen Reekspor (PEB / BC 3.0)
• Dokumen untuk perpindahan antar Tempat Penimbunan Sementara (TPS)
• Dokumen untuk Barang Tidak Dikuasai (BCF 1.5)
Pada umumnya satu pos BC 1.1 ditutup dengan satu dokumen. Namun khusus
untuk penutupan dengan dokumen perpindahan antar TPS dan penutupan dengan BCF
1.5, satu dokumen dapat menutup lebih dari satu pos BC 1.1.
9
2. Outward Manifes
a. Alur Dokumen Outward Manifes
Alur dokumen dalam proses global outward manifes dapat digambarkan sebagai
berikut :
PENGANGKUT KPBC
Shipping Lines Kantor Pelayanan
Air Lines Bea Cukai
MANIFES
BC 1.1
10
Dari gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
• Ekportir membuat PEB dan dikirm ke inhouse pelayanan ekspor kantor pelayanan dan
mendapat respon nomor/tanggal PEB dan PE.
• Eksportir menyerahkan barangnya kepada pengangkut beserta data PEB terutama
nomor dan tanggal PEB.
• Berdasarkan PEB sebagai penutup pos BC 1.1 pengangkut membuat data outward
manifes dan mengirimkannya ke inhouse manifes kantor pelayanan.
• Atas outward manifes yang dikirim setelah lolos validasi, inhouse manifes mengirm
respon nomor/tanggal BC 1.1 kepada pengangkut.
• Instansi-instansi selain Bea dan Cukai juga dapat melihat informasi data manifes
sesuai dengan wewenangnya, antara lain :
o PELINDO dapat melihat informasi tentang keadatangan kapal dan bongkar barang
o Karantina dapat mengakses data barang yang ada di manifes yang kemungkinan
harus mendapat ijin dari karantina, dsb.
11
1. Barang ekspor yang didaftar dan dimuat di Kantor Pabean setempat;
2. Barang ekspor yang dimuat di Kantor Pabean setempat;
3. Barang ekspor yang diangkut lanjut;
4. Barang ekspor yang diangkut terus;
5. Barang impor yang diangkut lanjut;
6. Barang impor yang diangkut terus;
7. Barang asal Daerah Pabean yang diangkut dari satu Kawasan Pabean ke Kawasan
Pabean lainnya melalui luar Daerah Pabean
8. Empty Container
12
2.2. Latihan 1
2.2.1. Soal Essay
1. Jelaskan alur pelayanan PDE inward manifes!
2. Sebutkan pengelompokan pos inward manifes!
3. Jelaskan alur pelayanan PDE outward manifes!
4. Sebutkan pengelompokan pos outward manifes!
5. Jelaskan tentang redress data inward manifes!
6. Jelaskan tentang penutupan pos outward manifes!
2.3. Rangkuman
Sistem Aplikasi Pelayanan manifes baru diimplemantasikan pada tahun 2006. Untuk
inward manifes dimandatorykan pada bulan September 2006. Sedangkan outward
manifes baru dimandatorykan pada awal tahun 2007.
Data manifes dikirimkan ke inhouse manifes kantor pelayanan dengan menggunakan
PDE untuk Kantor Pelayanan yang menerapkan PDE dan menggunakan media
penyimpan data untuk Kantor Pelayanan non PDE.
Pos manifes dikelompokkan menjadi beberapa kelompok sesuai tujuannya.
RKSP/JKSP yang diajukan ke inhouse manifes akan mendapat respon nomor dan
tanggal BC 1.0 dan untuk manifesnya mendapat respon nomor dan tanggal BC 1.1.
Pos BC 1.1 yang sudah diajukan dapat diubah/diredress datanya dengan izin kepala
kantor.
Setiap pos BC 1.1 pada akhirnya harus tertutup. Penutupan dilakukan dengan dokumen
tertentu menurut tujuan barangnya.
13
3. Kegiatan Belajar (KB) 2
Sebelum ada aplikasi pelayanan ekspor yang sekarang ini, sebelumnya aplikasi
pelayanan ekspor pernah dikembangkan pada tahun 1997. Waktu itu bekerja sama dengan
Bapeksta dan Sucofindo. Bapeksta selaku instansi pengelola fasilitas ekspor dan
Sucofindo selaku surveyor (pemeriksa barang ekspor yang mendapat fasilitas). Akan
tetapi aplikasi tersebut tidak jadi diterapkan karena infrastruktur yang belum tersedia.
Pada tahun 2000 aplikasi pelayanan ekspor versi baru mulai dirancang dan awal
tahun 2001 mulai dibangun. Setelah diuji coba, pada tanggal 1 Agustus 2001, aplikasi
pelayanan ekspor tersebut mulai diterapkan di beberapa Kantor Pelayanan utama.
Pemberitahuan ekspor menggunakan disket dan hard copy Pemberitahuan Ekspor Barang
(PEB). Disket diajukan di Kantor Pelayanan yang lokasinya terdekat dari tempat
eksportir. Setelah mendapat persetujuan ekspor barang ekspor baru boleh dibawa ke
pelabuhan muat untuk diekspor ke luar negeri.
Tahun 2002 aplikasi pelayanan ekspor dikembangkan dengan sistem EDI mulai
dibangun bersamaan dengan dikembangkannya aplikasi impor. Aplikasi ini selesai pada
tahun 2003 dan diuji coba di KPBC Tanjung Perak dan Belawan. Tapi baru pada tahun
2004 mulai diterapkan di Kantor-kantor Pelayanan utama (KPBC Tanjung Priok I, II, III,
KPBC Soekarno-Hatta, KPBC Tanjung Perak, KPBC Tanjung Emas, KPBC Belawan)
dan Kantor-kantor Pelayanan tipe A. Untuk Kantor-kantor Pelayanan tipe A selain Kantor
Pelayanan utama tetap memakai disket. Namun untuk Kantor Pelayanan utama terjadi
perubahan yang signifikan bahkan revolusioner pada aplikasi ekspor ini yaitu tidak lagi
digunakan hard copy dokumen (paperless). Eksportir tidak menyerahkan hard copy ke
KPBC. Importir hanya perlu mencetak Persetujuan Ekspor dari aplikasi modulnya untuk
dapat memasukkan kontainer atau barangnya ke Kawasan Pabean atau Tempat
Penimbunan Sementara (TPS) menunggu barangnya dimuat ke kapal. Selain itu
perbedaan dengan aplikasi pelayanan ekspor versi sebelumnya adalah pengiriman data
PEB langsung ke Kantor Pelayanan pemuatan.
14
Dengan sistem paperless ini maka keamanan data menjadi sangat penting sekali.
Backup data harus dilakukan sebaik mungkin, sehingga kalau sewaktu-waktu data
dibutuh data tidak rusak atau hilang dan dapat dengan segara disajikan.
1. Tujuan Pengembangan
Aplikasi pelayanan ekspor versi tahun 2003 dikembangkan dengan tujuan
antara lain :
a. Penyederhanaan Proses dan Meningkatkan Kecepatan Pelayanan
Dengan sistem ini diharapkan pelayanan akan lebih sederhana dan mengurangi
interaksi antara pengguna jasa / eksportir dengan pegawai Bea dan Cukai. Dengan
demikian diharapkan pelayanan akan semakin cepat.
b. Standarisasi data
Data yang dikirim dalam aplikasi ini menggunakan standar data internasional
yaitu UN-EDIFACT sehingga data dapat dipertukarkan dengan aplikasi lain diluar
aplikasi Bea dan Cukai dengan menggunakan standar data tersebut.
c. Memudahkan Dalam Pengambilan Keputusan
Data yang tersimpan dalam database yang teratur dan rapi akan mudah
ditampilkan kembali jika diperlukan. Proses ini tentu akan banyak membantu
untuk proses pengawasan atau pelaporan.
d. Menjamin Terpenuhinya Ketentuan Pelayanan Ekspor
Aplikasi pelayanan impor mencakup aspek pelayanan dan pengawasan. Dari segi
pelayanan khususnya masalah pendaftaran dan pelayanan PEB, telah dibuat alur
yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Demikian pula setiap keputusan
pejabat, dikendalikan dengan aplikasi agar standar dan memenuhi ketentuan
pelayanan PEB.
Di samping itu aplikasi juga membatasi akses petugas dan pejabat sesuai dengan
tugas dan kewenangannya. Dan setiap kegiatan user dicatat oleh aplikasi.
Sehingga penyimpangan terhadap ketentuan dapat dikurangi.
e. Pengiriman Data ke Data Warehouse
Data warehouse merupakan kumpulan data dari seluruh kegiatan aplikasi di
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang ditempat di Kantor Pusat. Data aplikasi
15
impor adalah salah satu sumber datanya. Data ini secra periodik akan
dikirim/ditarik ke sistem data warehouse.
f. Pertukaran Data antara Aplikasi Ekspor KPBC Pemeriksaan dan Aplikasi
Ekspor KPBC Pendaftaran
Dalam hal proses pelayanan ekspor PEB yang diajukan ditetapkan jalur merah,
sementara lokasi gudang eksportir (KPBC Pemeriksa) dan pelabuhan muat
(KPBC Pendaftaran) berbeda, maka data pemberitahuan jalur merah/instruksi
pemeriksaan dikirim ke KPBC pengawas gudang eksportir (KPBC Pemeriksa).
Setelah pemeriksaan selesai, hasil pemeriksaan direkam di aplikasi ekspor KPBC
pemeriksa untuk selanjutnya dikirim kembali ke aplikasi pelayanan ekspor KPBC
pengawas pelabuhan muat (KPBC Pendaftaran).
Pelayanan ekspor dimulai dari pengiriman data sampai putus jalur dan pemasukan
barang ke TPS/Kawasan Pabean. Pengiriman Data PEB dan Respon PEB dapat
digambarkan seperti gambar berikut.
B
PE Te
ta rim
Da aD
ri m at
Ki aP
EB
16
− Setelah PEB statusnya ‘READY’, data PEB dijadikan data EDIFACT lalu dikirim ke
KPBC melalui jaringan EDI.
− Provider EDI meneruskan data ke KPBC
− Setelah data masuk ke server KPBC, kemudian data divalidasi di aplikasi in house
Pelayanan Ekspor.
− Hasil validasi adalah respon untuk PEB yang bersangkutan.
− Respon yang dikirim mulai respon penerimaan dokumen sampai respon Persetujuan
Ekspor (PE)
17
2.1. Alur Pelayanan Ekspor untuk PEB Umum
Proses pelayanan ekspor umum di in house KPBC dapat sebagai berikut.
Modul
E D I PEB Download
Network PEB Reject PEB
Eksportir
Mandatory Check
/ Content Check
Tidak masuk
analyzing
Check D3 / PE
point
Analyzing Point
Hijau Merah
KPBC
PPB Pemeriksa
PE E D I
Network Periksa
Fisik
Periksa
Fisik
Rekam
LHP/PE
Rekam
LHP/PE
Gate
Selesai
18
¾ Data PEB tersebut oleh aplikasi inhouse KPBC divalidasi. Kalau data tidak valid
maka PEB tersebut mendapat respon reject.
¾ Kalau datanya valid maka akan diteruskan dengan proses cek Barang yang
diberitahukan termasuk dalam golongan barang D3 (Dibatasi, Diawasi, Dilarang)
dengan ketentuan sebagai berikut :
9 Dalam hal komoditi yang diberitahukan tidak termasuk barang larangan
pembatasan atau tidak memerlukan izin dari instansi lain, maka proses akan
langsung ke mendapat Persetujuan Ekspor (PE).
9 Kalau ternyata komoditi yang diberitahukan masuk golongan barang kena Pajak
Ekspor atau berang D3 atau memerlukan izin dari instansi lain maka data akan
masuk ke analyzing point.
9 Dalam hal proses masuk ke analyzing point karena termasuk barang terkena
Pajak Ekspor, maka eksportir harus menyerahkan bukti pembayaran atau Surat
Sanggup Bayar.
9 Dalam hal proses masuk ke analyzing point karena termasuk barang D3, maka
eksportir harus menyerahkan izin dari instansi terkait.
9 Kalau izin tidak ada maka barang ekspor harus diperiksa (jalur merah).
¾ Pemeriksaan fisik dilakukan dalam hal :
9 Barang ekspor yang akan diimpor kembali.
9 Barang diekspor kembali.
9 Dalam PKB disebutkan bahwa barang ekspornya adalah eks barang impor yang
belum diolah (re-ekspor).
9 PEB termasuk katagori analyzing point dan oleh petugas diputuskan untuk
pemeriksaan fisik.
¾ PEB yang terkena jalur merah barangnya harus diperiksa fisik . Pemeriksaan dapat
dilakukan di gudang eksportir sebelum barang dimasukkan ke dalam kontainer atau di
kawasan pabean.
¾ Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) direkam aplikasi in house dan Persetujuan Ekspor
dapat diterbitkan.
¾ Dalam hal KPBC pemeriksa barang berbeda dengan KPBC pengawas pelabuhan muat
maka :
9 Pemberitahuan Pemeriksaan Barang (PPB) dikirim ke aplikasi ekspor KPBC
pemeriksa melalui EDI.
19
9 Setelah menerima PPB, petugas di KPBC pemeriksa melakukan pemeriksaan
barang.
9 LHP direkam di aplikasi ekspor yang ada di KPBC pemeriksa.
9 Setelah LHP direkam, Persetujuan Ekspor (PE) dapat diterbitkan bila hasil
pemeriksaan dinyatakan sesuai dan datanya dikirim ke aplikasi ekspor KPBC
pengawas pelabuhan muat.
¾ Setelah mendapat PE, eksportir membawa barang ekspornya ke Kawasan Pabean atau
TPS dengan menunjukkan PE kepada petugas di gate pemasukan.
20
FLOWCHART TATA KERJA PEB EDI FASILITAS KITE
(Sistem Aplikasi Pelayanan Ekspor)
Modul
E D I PEB Download
Network PEB
Reject PEB
Eksportir
Mandatory Check
/ Content Check
Tidak masuk
analyzing Check D3 / PE
point
Analyzing Point
Y White
list
T
Hijau Merah
KPBC
PPB Pemeriksa
PE E D I
Network Periksa
Fisik
Periksa
Fisik
Rekam
LHP/PE
Rekam
LHP/PE
Gate LPBC
Selesai
21
9 Dalam hal komoditi yang diberitahukan tidak termasuk barang larangan
pembatasan atau tidak memerlukan izin dari instansi lain, maka proses akan
langsung ke mendapat Persetujuan Ekspor (PE).
9 Kalau ternyata komoditi yang diberitahukan masuk golongan barang kena Pajak
Ekspor atau berang D3 atau memerlukan izin dari instansi lain maka data akan
masuk ke analyzing point.
9 Dalam hal proses masuk ke analyzing point karena termasuk barang terkena
Pajak Ekspor, maka eksportir harus menyerahkan bukti pembayaran atau Surat
Sanggup Bayar.
9 Dalam hal proses masuk ke analyzing point karena termasuk barang D3, maka
eksportir harus menyerahkan izin dari instansi terkait.
9 Kalau izin tidak ada maka barang ekspor harus diperiksa (jalur merah).
¾ Untuk PEB dengan fasilitas KITE pada prinsipnya harus mendapat jalur hijau,
kecuali dalam hal :
9 Eksportir tidak termasuk dalam daftar putih (white list)
9 Eksportir masuk dalam daftar putih, tetapi PEB termasuk kategori analyzing
point dan oleh petugas diputuskan untuk pemeriksaan fisik.
¾ PEB yang terkena jalur merah barangnya harus diperiksa fisik . Pemeriksaan dapat
dilakukan di gudang eksportir sebelum barang dimasukkan ke dalam kontainer atau di
kawasan pabean.
¾ Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) direkam aplikasi in house dan Persetujuan Ekspor
dapat diterbitkan.
¾ Dalam hal KPBC pemeriksa barang berbeda dengan KPBC pengawas pelabuhan muat
maka :
9 Pemberitahuan Pemeriksaan Barang (PPB) dikirim ke aplikasi ekspor KPBC
pemeriksa melalui EDI.
9 Setelah menerima instruksi pemeriksaan, petugas di KPBC pemeriksa melakukan
pemeriksaan barang.
9 LHP direkam di aplikasi ekspor yang ada di KPBC pemeriksa.
9 Setelah LHP direkam, Persetujuan Ekspor (PE) dapat diterbitkan bila hasil
pemeriksaan dinyatakan sesuai dan datanya dikirim ke aplikasi ekspor KPBC
pengawas pelabuhan muat.
¾ Setelah mendapat PE, eksportir membawa barang ekspornya ke Kawasan Pabean atau
TPS dengan menunjukkan PE kepada petugas di gate pemasukan.
22
¾ Setelah PE diterbitkan, barang sudah masuk gate realisasi ekspor sudah dilaksanakan
maka LPBC dapat diterbitkan, yang digunakan untuk pengembalian Bea Masuk dan
PDRI atau pengembalian jaminan.
3.2. Latihan 2
3.2.1. Soal Essay
1. Kapan dimulainya komputersasi pelayanan ekspor di DJBC dimulai ? Jelaskan.
2. Apa yang membedakan pelayanan ekspor EDI dengan pelayanan ekspor sebelum
EDI
3. Dalam aplikasi pelayanan ekspor apa saja yang menyebabkan PEB masuk analyzing
point ?
4. Apa saja yang menyebabkan pemeriksaan fisik barang ekspor ? Jelaskan.
5. Di mana sajakah dapat dilakukan pemeriksaan fisik barang ekspor.
6. Apa yang dimaksud dengan istilah paperless dalam sistem pelayanan kepabeanan.
3.3. Rangkuman
Komputerisasi ekspor di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dimulai pada tahun 2001
dengan menerapkan sistem PEB disket dan tetap dengan menyerahkan hard copy
PEBnya. Perkembangan selanjutnya pelayanan impor dikembangkan dengan sistem
Electronic Data Interchange (EDI), di mana terjadi perubahan yang sangat besar
dalam sistem pelayanan kepabeanan, karena sudah tidak menggunakan dokumen
(hard copy) atau paperless. Hal ini dapat mengurangi penumpukan dokumen yang
selama ini terjadi di Kantor-kantor Pelayanan Bea dan Cukai sampai ke Kantor
Wilayah. Dengan sistem ini maka keamanan data menjadi sangat penting. Karena itu
pemeliharaan data ekspor perlu mendapat perhatian khusus. Jangan sampai data
tersebut hilang sehingga kalau terjadi suatu kasus yang memerlukan pembuktian data,
dapat segera disajikan.
Pelayanan ekspor dibagi menjadi dua yaitu pelayanan ekspor untuk PEB umum dan
pelayanan ekspor untuk PEB fasilitas. Yang dimaksud dengan PEB fasilitas adalah
PEB dimana barang ekspornya merupakan barang jadi atau rakitan yang bahan baku
sebagian atau seluruhnya berasal dari barang impor yang bea masuk/cukai dan
PPNnya dibebaskan atau ketika impor bea masuk/cukai dan PPNnya dibayar tetapi
setelah barang jadinya diekspor, diminta pengembalian bea masuk/cukai
pengembalian PPNnya.
23
4. Test Formatif
Pilihlah jawaban yang paling benar dengan cara melingkari salah satu huruf a, b, c
atau d di bawah ini!
1. RKSP/JKSP diajukan sebelum ....
a. pengajuan outward manifest
b. pengajuan PEB
c. pengajuan PIB
d. pengajuan inward manifest
2. Berikut ini adalah kelompok pos dalam inward manifest, kecuali ….
a. barang ekspor yang diangkut lanjut
b. barang impor yang diangkut lanjut
c. barang asal daerah pabean yang diangkut ke daerah pabean lainnya
d. kontainer kosong dari luar negeri
3. Untuk Pengangkut yang sudah mempunyai aplikasi in house sendiri tidak perlu
menggunakan modul pengangkut. Agar format datanya dapat dibaca oleh aplikasi
pelayanan manifest harus menggunakan....
a. Transmitter
b. Converter
c. Internet
d. EDI Service Center
4. Dokumen yang dapat menutup banyak pos BC 1.1 sekaligus adalah ....
a. PEB
b. BC 2.3
c. PIB
d. BCF 1.5
5. Untuk membuat data pecah pos BC 1.1 dapat menggunakan ....
a. modul pengangkut
b. modul forwarder
c. modul entry manifes
d. modul agen pelayaran
6. Respon dari pengiriman data RKSP/JKSP adalah ....
a. Nomor/Tanggal BC 1.1
b. Nomor/Tanggal BC 1.0
24
c. Nomor/Tanggal BC 1.2
d. Nomor/Tanggal BC 1.3
7. Satu Pos BC 1.1 mewakili satu ....
a. B/L atau AWB
b. PIB
c. PEB
d. Kontainer
8. Pos BC 1.1 dimana barang berupa barang impor untuk dipakai ditutup dengan ....
a. BC 2.3 / SPPB
b. PIB / SPPB
c. PEB / PE
d. A 11
9. Berikut ini adalah redress data manifes, kecuali ....
a. pemecahan Pos BC 1.1
b. penambahan Pos BC 1.1
c. penutupan Pos BC 1.1
d. penggabungan Pos Bc 1.1
10. Pemecahan pos BC 1.1 dengan menggunakan entry data manifes, penyampaian
datanya ke inhouse Kantor Pelayanan adalah dengan menggunakan ....
a. jaringan Internet
b. jaringan EDI
c. langsung dientry oleh petugas
d. menggunakan media penyimpan data
11. Proses penyampaian data pada pelayanan ekspor di Kantor-kantor Pelayanan
utama saat ini, menggunakan system ....
a. PEB Disket
b. PEB PDE
c. Gabungan PEB Disket dan EDI
d. Ketiga jawaban a, b dan c salah
12. Pada Kantor Pelayanan berikut ini untuk pelayanan ekspornya berlaku sistem
paperless, kecuali ....
a. KPBC Soekarno Hatta
b. KPBC Merak
25
c. KPBC Belawan
d. KPBC Tanjung Emas
13. Dalam sistem pelayanan ekspor yang berlaku sekarang, PEB didaftarkan di ….
a. KPBC Pemeriksa Barang
b. KPBC Pengawas Gudang Eksportir
c. Kantor Wilayah Bea dan cukai
d. KPBC Pengawas Pelabuhan Muat
14. Pada proses pelayanan ekspor PEB akan masuk proses analyzing point dalam hal,
kecuali ....
a. barang yang diberitahukan termasuk barang yang dilarang ekspornya
b. barang yang diberitahukan termasuk barang yang dibatasi ekspornya
c. barang yang diberitahukan termasuk barang yang akan diimpor kembali
d. barang yang diberitahukan termasuk barang yang terkena pajak ekspor
15. Pada saat menerima data PEB secara elektronik, komputer kantor pabean
melakukan kegiatan berikut, kecuali ....
a. meneliti kelengkapan pengisian data PEB
b. meneliti apakah diekspor oleh eksportir tertentu (WhiteList)
c. meneliti kebenaran perhitungan dan pelunasan PE dalam hal barang ekspor
terkena PE.
d. meneliti apakah uraian barangnya termasuk kena PE, diatur, diawasi, atau
dilarang ekspornya.
16. Dalam PEB terkena jalur merah maka hasil pemeriksaan dituangkan dalam ....
a. PPB b. PKB
c. LHP d. LPBC
17. Pemasukan barang ekspor ke Tempat Penimbunan Sementara (TPS) sebelum
dimuat di kapal menggunakan dokumen ....
a. PPB b. PE
c. PKB d. PEB
18. Dalam hal PEB terkena jalur merah maka diterbitkan ....
a. PPB b. PE
c. PKB d. PEB
19. Eksportir atau PPJK sebelum mengirimkan data PEB ke KPBC harus merekam
data PEB dengan menggunakan Aplikasi ....
26
a. In House Ekspor b. In House Impor
c. Modul PEB d. Modul PIB
20. Pada pelayanan ekspor fasilitas KITE, LPBC dapat diterbitkan setelah ....
a. mendapat jalur hijau
b. barang ekspor sudah masuk ke gate TPS
c. barang ekspor sudah selesai diekspor.
d. petugas gate sudah mengijinkan barang ekspor masuk ke TPS.
27
5. Kunci Jawaban test Formatif
1. D 11. B
2. C 12. B
3. B 13. D
4. D 14. C
5. A 15. C
6. B 16. C
7. A 17. B
8. B 18. A
9. C 19. C
10. D 20. C
28
7. Daftar Pustaka
29
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR
KEPABEANAN DAN CUKAI
KETERAMPILAN PDE
MODUL III
OLEH :
TIM PENYUSUN MODUL PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI
JAKARTA
2008
DAFTAR ISI
i
SKPFP …………………………………………………… 26
4.2 Latihan 2……………………………………………………………… 30
4.3 Rangkuman …………………………………………………………… 31
5. Test Formatif ……………………………………………………………….. 32
6. Kunci Jawaban Test Formatif ……………………………………………… 36
7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut …………………………………………… 36
8. Daftar Pustaka ................................................................................................ 37
ii
MODUL III
1. Pendahuluan
1
2. Kegiatan Belajar 1
Pada kegiatan belajar 1 ini, akan diuraikan prinsip-prinsip yang ada dalam aplikasi
pelayanan impor dan alur proses pelayanan PIB serta hubungan aplikasi pelayanan
impor dengan aplikasi lain.
1. Pendaftaran PIB
2
aplikasi proses pelayanan impor hanya dapat dilayani 1 (satu) kali saja, dan
terhadap pengajuan PIB berikutnya secara otomatis akan dilakukan
reject/penolakan.
3. Penyerahan Jaminan.
Dalam sistem aplikasi pelayanan PIB, jika ada nilai pungutan yang
ditangguhkan dalam data PIB maka harus dipertaruhkan jaminan. Jaminan
tersebut adalah Surat Tanda Terima Jaminan (STTJ) untuk penangguhan
pungutan dengan jenis fasilitas KITE dan Bukti Penerimaan Jaminan (BPJ)
untuk penangguhan pungutan dengan jenis fasilitas selain KITE.
4. Penolakan/reject PIB
3
PIB penangguhan yang wajib dipertaruhkan jaminan tetapi data jaminan
belum ada pada aplikasi.
Skep ijin PPJK dalam dokumen PIB tersebut belum/tidak ada.
Jaminan atas PPJK telah habis atau kurang.
Importir belum mendapatkan nomor registrasi dan telah melakukan satu
kali proses importasi.
NPWP pada PIB berbeda dengan NPWP pada data SSPCP (9 digit).
5. Jenis Pemblokiran
Blokir Instruksi Khusus; Dasarnya adalah adanya surat, baik dari KPPBC,
KWBC maupun KP DJBC, untuk melakukan pemblokiran atas kegiatan
importasi suatu perusahaan.
Blokir Hardcopy PIB; Apabila lewat tanggal jatuh tempo berkas PIB
belum diserahkan ke KPPBC.
Blokir Notul/SPKPBM; Apabila lewat tanggal jatuh tempo, hutang
SPKPBM belum dilakukan pelunasan.
Blokir Hutang Pembayaran Berkala; Apabila lewat tanggal jatuh tempo,
hutang pembayaran berkala belum dilakukan pelunasan.
Dalam sistem aplikasi saat ini, hal-hal yang menyebabkan dokumen PIB
ditetapkan jalur merah (periksa fisik) adalah :
4
Komoditi Low High Tap. Pem
Importir
Low HL HM ML (10%)
Prioritas HP HP MP (10 %)
Low HL HM ML (10%)
KPPBC dengan sistem PDE, disket dan manual, baik PIB Jalur Hijau
maupun PIB Jalur Merah proses penetapan dilakukan oleh Pejabat
Pemeriksa Dokumen.
8. Penelitian PIB yang termasuk kriteria Barang Tata Niaga (lartas) pada KPU
Tanjung Priok dilakukan oleh PFPD.
5
Pembayaran Bea Masuk, Cukai, dan PDRI dilakukan di Bank Devisa
Persepsi, dengan cara: pembayaran biasa; atau pembayaran berkala.
Untuk Kantor Pabean yang telah menerapkan sistem PDE Kepabeanan,
pembayaran Bea Masuk, Cukai, dan PDRI dilakukan di Bank Devisa
Persepsi yang on-line dengan sistem PDE Kepabeanan yang
sekota/sewilayah kerja dengan Kantor Pabean yang bersangkutan.
Dengan keluarnya Peraturan Dirjen nomor P-19/2005 maka terjadi perubahan pada
alur proses data PIB antara lain perubahan pada proses hasil keputusan analyzing
point, tidak adanya proses ijin/cek pre-notification serta adanya pemeriksaan jabatan.
Berikut ini alur proses data PIB setelah adanya perubahan pada Kep-07/2003 (sesuai
P-19/2005).
Tdk Y Hi.Co
Reject Notul
Valid Tdk Merah
Reject Ada
IP
I Konf. Bayar Terima
Tunggu
M Reject (3 Hari SSPCP Periksa
P SSPCP Tdk Ada ) Analyzing Fisik
O Konf. Skep. SPKPBM
R Point > 3 hari
T Skep. Brg Lar/Bts
I
R Reject (3 Hari Skep Tdk Ada ) SPJM Periksa
Reject Brg Larangan
Jabatan Penyelesaian
SPKPBM
SPKPBM
SPPB (Asal Merah )
SPPB Gate
SPPB
Barang Keluar
END
Adapun penjelasan dari tiap-tiap proses yang ada pada sistem aplikasi pelayanan PIB
adalah sebagai berikut :
6
Validasi.
Cek Kebenaran dan Kelengkapan Data
Cek Blokir ( HC, IK , SPKPBM , Hutang )
Cek NPP ( PPJK ) Nomor dan masa berlaku
Cek Registrasi Importir
Cek Bayar
Pembayaran melalui Bank, perekaman di perbendaharaan
Beda Nilai Kurs = REJECT
SSPCP Tidak Ada atau Jumlah Pungutan di SSPCP Tidak Sesuai dengan Jml
Pungutan di PIB maka Respon Konfirmasi Pembayaran ( Pemberitahuan bahwa
SSPCP dari Bank Belum Ada//Belum Direkam/Nilai Pembayaran Kurang)
Pengecekan PNBP
Tunggu SSPCP
Tunggu SSPCP dari Bank (PDE)
Jika lebih dari 3 ( tiga ) hari tidak ada = REJECT
Analyzing Point
Teliti Uraian Barang dan No. Skep Pembatasan yang diserahkan.
Dapat memberikan Respon Konfirmasi Skep Barang Pembatasan, jika + 3 (tiga)
hari Skep Tidak Datang, PIB di reject
Dalam hal ditetapkan sebagai barang larangan data PIB direject
Penjaluran
Penjaluran ditetapkan berdasarkan jenis impor, jenis komoditi dan Analisis Resiko
pada Profil Importir dan Profil Komoditi, Random Merah, Random Hi-Co utk PIB
Jalur Hijau.
Periksa Fisik
Penunjukan PFPB berdasarkan urutan kesiapan melakukan pemeriksaan.
LHP Direkam ke Komputer
7
Proses pemeriksaan fisik sampai perekaman LHP maksimal 3 (tiga) hari kerja
sejak penetapan jalur.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan HiCo Scan.
Hico Scan
Random dari PIB Jalur Hijau per Importir
Hasil Hi.co direkam ke Komputer oleh Analis Hi.Co
Keputusan Pejabat Hi-Co :
- Perlu dilakukan Pemeriksaan Fisik
- Penunjukan Pemeriksa Barang dan Cetak IP
- Penunjukan Pemeriksa Dokumen
-Tidak Perlu dilakukan Pemeriksaan Fisik
PFPD
Untuk KPPBC Disket ÆPFPD Tunggal ( tidak ada PFPD merah/Hijau ).
Untuk KPPBC PDE Æ PFPD Merah/ Hijau.
Meneliti Dokumen PIB: Klasifikasi, Jumlah Jenis Barang dan Harga.
INP.
Ajukan Contoh ke Laboratorium.
Perhitungan Denda ( Notul ).
Atensi PIB yg di-NI.
SPKPBM
Otomatis jika ada Notul dari PFPD akan terbit SPKPBM
Untuk notul dan SPKPBM karena tarif anti dumping atau safe guard proses
penerbitannya secara manual.
Penyelesaian SPKPBM
- Pelunasan di Bank on line (PDE)
- Perekaman SSPCP di Perbendaharaan (Non PDE)
- Keberatan, Teguran, Surat Paksa dan SP3DRI, SPMP (Penyitaan), Lelang.
Gate
Mencocokkan SPPB dari Importir dengan SPPB di Komputer KPPBC.
8
C. Hubungan Aplikasi Pelayanan Impor (PIB) Dengan Aplikasi Lain.
Data PIB yang diproses oleh KPPBC diperlukan datanya oleh aplikasi lain di
DJBC misalnya aplikasi data warehouse. Aplikasi data warehouse
memerlukan data PIB sebagai sumber data untuk mengetahui realisasi data
impor termasuk data penerimaan. Informasi ini juga diperlukan oleh aplikasi
dan pejabat untuk membuat keputusan terkait dengan kegiatan importasi yang
dilakukan oleh suatu perusahaan dan data impor secara nasional.
2. Aplikasi KITE
Data PIB yang diproses oleh KPPBC diperlukan datanya oleh aplikasi
pelayanan KITE di Kantor Wilayah. Aplikasi KITE di Kantor Wilayah
memerlukan data PIB untuk mengetahui data-data realisasi barang impor yang
diajukan oleh perusahaan fasilitas KITE yang berada dalam pengawasannya
dalam rangka proses pemeriksaan dan pengujian BCLKT01 dan BCLKT02.
− Data SK Pembebasan
9
2.2. Latihan 1
Kerjakan Latihan 1 di atas dan cocokkan kembali dengan Kegiatan Belajar 1 hingga
Saudara yakin jawaban yang diberikan telah benar/sesuai dengan materi yang
diajarkan.
2.3. Rangkuman
Prinsip-prinsip dalam Aplikasi Pelayanan Impor (PIB) meliputi tata cara dan
persyaratan pengajuan PIB, penyerahan jaminan, reject, pemblokiran,
pemeriksaan pabean, penetapan jalur merah, penetapan klasifikasi, pembebanan,
dan/atau nilai pabean, dan pembayaran bea masuk.
Alur proses pelayanan PIB berubah dengan adanya P-19/BC/2005, dimana terjadi
perubahan pada proses hasil keputusan analyzing point, tidak adanya proses
ijin/cek pre-notification serta adanya pemeriksaan jabatan.
10
3. Kegiatan Belajar 2
Pada kegiatan belajar 2 ini, akan diuraikan mengenai proses pembuatan data PIB
dengan modul aplikasi sampai dengan pengajuan data PIB ke KPPBC, proses
penanganan data PIB pada KPPBC secara garis besar dengan menggunakan aplikasi
pelayanan PIB versi server, pengelolaan perbendaharaan, sekilas tentang pengelolaan
PNBP serta penjelasan tentang aplikasi impor versi PC.
2. Membuat PIB
Berikut ini diuraikan sekilas tentang layar pembuatan dokumen PIB di modul
aplikasi PIB, dimulai dari layar header PIB.
Data-data yang perlu dimasukkan pada modul aplikasi pembuatan PIB antara lain:
11
- Kode Valuta, Brutto, Netto
- Data Invoice, Packing List, BL/AWB
- Dokumen Pendukung Lainnya (mis : SKEP Fasilitas/Ijin)
- Data Detail Barang (HS, Uraian, Jml Satuan, Harga Barang, Satuan Barang)
- Data Kontainer dan Kemasan
3. Pencetakan PIB
Setelah selesai pembuatan PIB yang ditandai dengan status ‘Ready’ maka
kemudian dilakukan proses pencetakan data PIB. Standar pencetakan
menggunakan kertas ukuran A4. Setelah proses pencetakan selesai kemudian
dilakukan legalisasi terhadap hasil cetakan PIB oleh perusahaan, dalam hal ini
petugas yang berwenang pada perusahaan tersebut.
12
dokumen PIB ke KPPBC secara PDE maka bank tempat pembayaran adalah
bank devisa persepsi yang sudah online/terkoneksi dengan KPPBC tersebut
(sistem pembayaran impornya sudah online dengan PDE kepabeanan), karena
setelah proses pembayaran dilakukan maka bank harus mengirim data
pembayaran secara elektronik ke KPPBC.
Dalam hal ada pungutan dalam data PIB yang wajib dipertaruhkan jaminannya
maka importir/PPJK harus menyelesaikan jaminan tersebut terlebih dahulu,
baru melakukan pengiriman data PIB ke KPPBC. Dalam hal fasilitas KITE
maka pengurusan jaminan dilakukan di KITE KWBC, untuk fasilitas lainnya
pengurusan jaminan dilakukan di KPPBC (Seksi Perbendaharaan).
Pengiriman data PIB secara PDE dilakukan dalam hal pelayanan impor di
kantor pelayanan adalah secara PDE. Prosesnya dimulai dari pembentukan
EDIFACT ditandai dengan berubahnya status data PIB dari ready menjadi
queued. Kemudian dilanjutkan dengan proses komunikasi data PIB atau
CUSDEC (customs declaration), apabila komunikasi berhasil dilakukan
maka status PIB akan menjadi delivered.
13
A. Sistem Aplikasi Pelayanan Impor (PIB) Versi Server/Oracle
b. Database
Database aplikasi impor (PIB) merupakan database Oracle 9i. Untuk tipe
server tertentu posisi server database ditempatkan terpisah dengan server
aplikasi, misalnya untuk server tipe P 690 dan P 670. Sedangkan untuk server
tipe P 650, P 630 dan P 610 posisi server database ditempatkan sama dengan
aplikasi tetapi pada partisi yang berbeda.
1. Pelayanan
Pelayanan dokumen PIB
Pelayanan fasilitas impor
2. Pengawasan
Barang tata niaga
Pembayaran BM dan PDRI
Fasilitas impor
3. Pelaporan
Kegiatan importasi
Barang impor
14
Pembayaran BM dan PDRI
Pelunasan hutang BM dan PDRI
Proses pelayanan impor
Sebelum dijelaskan tentang proses pelayanan terhadap data PIB, akan diuraikan
tentang status data PIB dalam sistem aplikasi pelayanan PIB. Status tersebut
adalah :
Status tersebut di atas adalah status data PIB mulai dari selesai validasi pada saat
penerimaan data sampai pengeluaran barang yaitu saat entri di gate pengeluaran
barang. Status PIB akan termonitor jika semua penyelesaiannya adalah melalui
aplikasi.
15
1. Persiapan
a. Seting Aplikasi
Untuk bisa melakukan pelayanan data PIB perlu diperhatikan seting pada
aplikasi ini. Seting yang harus dilakukan meliputi seting kode kantor,
parameter aplikasi, nomor dokumen dan petugas. Seting ini biasanya
dilakukan oleh petugas operator konsul.
Proses penerbitan BPJ adalah proses pelayanan yang pertama kali atas
dokumen PIB dalam hal ada pungutan-pungutan dalam PIB tersebut yang
wajib dipertaruhkan jaminannya. Program untuk penerbitan BPJ ada pada
menu Perbendaharaan – Pengelolaan Jaminan – Perekaman Bukti Penerimaan
Jaminan.
Setelah perekaman BPJ selesai maka secara otomatis akan terbit cetakan BPJ
yang sudah ada nomor dan tanggalnya. Cetakan BPJ setelah ditandatangani
oleh pegawai yang berwenang kemudian diserahkan kepada importir/ppjk
yang mengurus jaminan. Nomor BPJ itulah yang kemudian dientrikan ke
dalam modul PIB, sebelum data PIB ditransfer/dikirimkan ke KPPBC.
16
Secara umum proses ini adalah awal dari proses pelayanan PIB. Proses
penerimaan data PIB dalam aplikasi pelayanan impor dibedakan menjadi 2
(dua) cara, yaitu sistem disket dan sistem PDE.
A. Sistem disket
17
¾ Setelah proses loading berhasil dilakukan maka disket dikembalikan
kepada importir disertai bukti penerimaan.
¾ Selanjutnya berkas PIB diserahkan kepada Pejabat yang
mendistribusikan dokumen.
¾ Dalam hal ada pungutan yang wajib dibayar maka proses pelayanan
selanjutnya adalah perekaman data SSPCP atas dokumen PIB.
B. Sistem PDE
Khusus pelayanan impor secara PDE tidak ada pegawai yang bertugas
menerima data PIB. Data PIB atau CUSDEC diterima melalui jaringan
elektronik. Program untuk loading data PIB PDE tepatnya pada menu
OKDD – Program Otomatis – Load Data PIB EDI/ SSPCP / Respon EDI.
Pada layar tersebut akan ditampilkan jumlah data PIB yang diterima dan
ditolak/reject serta data SSPCP yang diterima dari bank dan jumlah data
respon yang dikirimkan.
18
Selanjutnya terhadap data hasil penerimaan dengan status validasi, baik secara
PDE maupun disket tersebut akan dilakukan pengecekan terhadap data
pembayarannya. Dalam data pembayaran tidak ada atau kurang maka data PIB
tersebut akan diberikan status konfirmasi pembayaran. Proses pelayanan
selanjutnya adalah perekaman data SSPCP (lihat point 4).
Dalam hal tidak ada pungutan yang wajib dibayar atau data pembayaran sudah
sesuai maka akan dilakukan proses pengecekan barang larangan atau batasan
kecuali untuk data PIB yang diajukan oleh importir yang mendapat fasilitas
jalur prioritas.
Apabila termasuk dalam katagori barang larangan atau batasan maka PIB akan
dilanjutkan dengan proses pemeriksaan analyzing point, jika tidak termasuk
dalam katagori barang larangan atau batasan maka akan dilanjutkan dengan
proses penjaluran, yaitu jalur hijau atau jalur merah (pemeriksaan fisik).
Terhadap data PIB yang sudah diputuskan analyzing point maka data PIB
tersebut akan diberikan status analyzing point. Proses pelayanan selanjutnya
adalah pemeriksaan data PIB analyzing point (lihat point 5).
Untuk PIB jalur merah maka data PIB tersebut akan diberikan kode status
Periksa Fisik dan terbit respon SPJM (Surat Pemberitahuan Jalur Merah).
Proses pelayanan selanjutnya adalah pemeriksaan fisik barang.
Untuk PIB jalur hijau maka akan terbit respon SPPB (Surat Persetujuan
Pengeluaran Barang). PIB jalur hijau dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu jalur
hijau prioritas, hijau dan jalur hijau wajib hi-co scan. Data PIB jalur hijau dan
hijau prioritas akan diberikan status Gate dan proses pelayanan selanjutnya
adalah pengeluaran barang/perekaman di gate. Sedang-kan untuk jalur hijau
hi-co scan diberikan status Hi-co Scan dan proses selanjutnya adalah
pelayanan atas x-ray container (hi-co scan).
Berbeda dengan sistem disket maka di dalam aplikasi pelayanan impor secara
PDE, pada saat penerimaan data PIB tidak ada proses penelitian atas cetakan
dokumen PIB dan dokumen pelengkap pabean lainnya karena dokumen belum
diserahkan. Proses penelitian baru dilakukan pada saat penyerahan berkas PIB
oleh importir/ pemberitahu.
19
4. Perekaman penerimaan berkas PIB.
Secara garis besar proses penerimaan berkas PIB dibedakan menjadi 2 (dua),
yaitu data PIB yang belum jalur/belum mendapatkan nomor pendaftaran (PIB
konfirmasi pembayaran, PIB Analyzing Point) dan PIB yang sudah
mendapatkan nomor pendaftaran/sudah jalur.
Nomor aju pada berkas PIB dengan nomor aju pada data komputer.
Identitas importir.
Keaslian dan kelengkapan dari berkas PIB dan dokumen pelengkap pabean
yang diwajibkan.
Dalam hal ada pungutan yang dibayar pada data PIB maka data pembayaran
(SSPCP) harus dimasukkan dalam sistem aplikasi pelayanan impor agar data
PIB dapat diproses lebih lanjut. Jika aplikasi pelayanan impor secara PDE
maka data SSPCP tidak perlu dilakukan entri oleh pegawai, karena secara
otomatis data SSPCP akan dikirim secara elektronik oleh bank tempat
pembayaran ke KPPBC.
20
Kesamaan data nomor pengajuan (car) pada PIB dan SSPCP
Kesamaan Data importir (NPWP) pada PIB dan SSPCP
Tanggal SSPCP dan nilai kurs harus sama dengan periode kurs dalam
dokumen PIB
Nilai pungutan yang dibayar dalam dokumen SSPCP
Setelah data SSPCP selesai direkam maka data PIB dan data SSPCP akan
diproses lebih lanjut.
Untuk melakukan pengelolaan PIB analyzing point dari aplikasi, pilih menu
Analyzing Point – Penyelesaian PIB Analyzing Point (Larangan Pembatasan).
Proses pemeriksaan data PIB analyzing point, secara garis besar dibagi
menjadi 2, yaitu pemeriksaan atas PIB analyzing point yang masih baru dan
PIB analyzing point yang berstatus konfirmasi aju dokumen.
Uraian proses pemeriksaan data PIB status analyzing point yang masih baru
adalah sebagai berikut :
Semua data barang yang dikatagorikan dalam barang dibatasi dan atau
dilarang (lartas) akan ditampilkan di layar pemeriksaan analyzing point.
Periksa secara mendalam untuk masing-masing barang yang ditampilkan,
apakah memang benar barang tersebut termasuk dalam katagori larangan
atau pembatasan.
Jika hasil penelitian kedapatan barang tersebut tidak termasuk dalam
barang larangan atau pembatasan maka isikan hasil penelitian dan pilih
keputusan ’bukan barang larangan/ pembatasan. Setelah keputusan ini
disimpan maka terhadap data PIB akan dilakukan penjaluran sesuai profil
yang ada.
21
Jika hasil penelitian kedapatan barang tersebut termasuk dalam barang
pembatasan maka pastikan apakah sudah ada dokumen keputusan/surat ijin
impor atas barang-barang tersebut. Jika sudah ada, periksa dokumen
keputusan/surat ijin sampai dapat disimpulkan bahwa dokumen itu benar,
sah dan masih valid/berlaku. Selanjutnya isikan nomor dan tanggal
dokumen ijin tersebut ke dalam sistem aplikasi jika data dokumen belum
diberitahukan dalam data PIB. Kemudian apabila sudah yakin bahwa
keputusan/ surat ijin impor ada dan benar, maka pilih keputusan ’Ada
Skep’. Setelah keputusan ini disimpan maka terhadap data PIB akan
dilakukan penjaluran sesuai profil yang ada.
Jika hasil penelitian kedapatan barang tersebut termasuk dalam barang
pembatasan dan belum dapat dipastikan apakah dokumen ijinnya sudah
ada maka mintakan dokumen ijin yang sebenarnya untuk diajukan.
Permintaan pengajuan dokumen dengan cara melakukan perekaman kirim
respon umum melalui tombol ’Respon Konf SKEP’. Setelah data disimpan
maka data PIB akan berstatus konfirmasi aju dokumen dan menunggu
proses pengajuan dokumen ijin dari importir/pemberitahu. Respon akan
dikirimkan secara otomatis ke modul PIB di tempat importir/pemberitahu
dalam hal pelayanan impor secara PDE sedangkan untuk pelayanan secara
disket maka respon Konfirmasi Aju Dokumen akan tercetak ke printer
kemudian diserahkan kepada importir/ pemberitahu.
Apabila lewat dari 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal keputusan konfirmasi
skep ijin terhadap data PIB ini tidak diselesaikan keputusan finalnya maka
data PIB akan direject/ditolak dan dihapus dari database. Dasar rejectnya
adalah atas PIB tersebut dianggap belum ada skep ijinnya.
Jika hasil penelitian kedapatan barang tersebut termasuk dalam barang
pembatasan dan dokumen keputusan/surat ijin impor atas barang-barang
tersebut tidak ada, maka pilih keputusan ’Tdk Ada Skep Ijin Pembatasan’.
Setelah keputusan ini disimpan maka terhadap data PIB akan
direject/ditolak dan dihapus dari database karena skep ijinnya tidak ada.
Jika hasil penelitian kedapatan barang tersebut termasuk dalam barang
larangan maka pilih keputusan ’Barang Larangan’. Setelah keputusan ini
disimpan maka terhadap data PIB akan direject/ditolak karena barang yang
diberitahukan termasuk dalam barang larangan. Khusus reject karena
22
diputuskan sebagai barang larangan data PIB-nya tidak dihapuskan dari
database, hanya statusnya berubah menjadi Reject Barang Larangan dan
atas data PIB tersebut tidak bisa diproses lebih lanjut. Proses ini adalah
sesuai dengan peraturan nomor P-19/BC/2005. Sebelum terbitnya
peraturan P-19, apabila PIB diputuskan sebagai barang larangan maka atas
data PIB tersebut akan diproses lebih lanjut dan ditetapkan jalur merah
(periksa fisik).
Dengan sistem yang ada sekarang maka petugas analyzing point harus
sangat berhati-hati dan yakin benar apabila akan mengambil keputusan
sebagai barang larangan.
Untuk proses pemeriksaan data PIB analyzing point yang berstatus konfirmasi
aju dokumen sedikit berbeda dengan PIB status analyzing point yang masih
baru. Perbedaannya adalah bahwa atas data PIB ini baru bisa diproses lebih
lanjut oleh petugas setelah ada kepastian dari importir/pemberitahu tentang
ada atau tidaknya dokumen pelengkap yang harus diajukan. Di dalam sistem
aplikasi data PIB ini mempunyai status Respon Konf AP.
Terhadap data PIB tersebut harus diambil keputusan finalnya dan tidak
dapat diputuskan untuk aju dokumen kembali.
Jika importir/pemberitahu sudah memberitahukan bahwa mereka tidak
dapat mengajukan/tidak memiliki dokumen ijin impornya, maka pilih
keputusan ’Tdk Ada Skep Ijin Pembatasan’. Setelah keputusan ini
disimpan maka terhadap data PIB akan direject/ditolak dan dihapus dari
database karena skep ijinnya tidak ada.
Selain proses tersebut di atas, proses penelitian yang lain sama persis dengan
proses pemeriksaan PIB status analyzing point yang masih baru.
Seluruh data PIB yang ditetapkan untuk dilakukan pemeriksaan fisik maka
terbit respon Surat Pemberitahuan Jalur Merah (SPJM). Khusus pelayanan
secara PDE maka respon secara otomatis akan terkirim ke
importir/pemberitahu sedangkan pelayanan secara disket respon akan tercetak
23
ke printer kemudian oleh petugas bea dan cukai respon ini diserahkan kepada
importir/pemberitahu.
Dalam hal lewat 3 (tiga) hari, pemeriksaan tidak dapat dilakukan yang
disebabkan importir/kuasanya belum menyerahkan copy dokumen PIB dan
dokumen pelengkap pabean, belum menyiapkan barang untuk diperiksa dan
tidak hadir untuk pelaksanaan pemeriksaan fisik maka atas dokumen PIB
tersebut ditetapkan untuk pemeriksaan secara jabatan atas resiko dan biaya
importir.
Berdasarkan P-07/BC/2007, atas atas barang impor sejenis atau barang impor
yang dikemas dalam kemasan berpendingin ( refrigerated container),
pemeriksaan fisik barang dapat dilakukan dengan melalui hi-co scan X Ray
container. Keputusan penetapan pemeriksaan barang melalui hi-co scan adalah
berdasarkan permohonan dari importir/ pemberitahu atau penetapan pejabat
bea dan cukai.
24
diputuskan untuk pemeriksaan jabatan oleh pejabat yang berwenang.
Termasuk tidak adanya permohonan perpanjangan waktu/penundaan untuk
dilakukan pemeriksaan fisik barang yang diajukan oleh importir/pemberitahu.
Sedangkan untuk perekaman hasil pemeriksaan fisik melalui hi-co scan ada di
menu PFPB - Perekaman Hasil Hico Scan Jalur Merah. Perekaman
dilakukan berdasarkan ikhtisar hasil pemeriksaan hico yang ditanda tangani
oleh analis hico. Data yang direkam dalam sistem aplikasi meliputi waktu
mulai dan selesainya proses hi-co dan data hasil pemeriksaan secara lengkap.
Berdasarkan hasil pemeriksaan hi-co scan, ada 2 (dua) kemungkinan hasilnya
yaitu pertama tidak perlu dilakukan pemeriksaan barang dan dapat diproses
lebih lanjut oleh PFPD/Kasi Pabean atau yang kedua perlu dilakukan
pemeriksaan fisik barang secara detail karena adanya ketidaksesuaian.
25
10. Penelitian PIB oleh PFPD/Kasi Pabean.
Program penelitian lebih lanjut dari PIB jalur merah/hijau terdapat pada menu
PFPD – Pemeriksaan Lebih Lanjut. Program ini berfungsi antara lain untuk
menuangkan keputusan hasil pemeriksaan fisik, penelitian atas klasifikasi
pembebanan dan penetapan harga pabean. Petugas PFPD/Kasi Pabean yang
dapat melakukan penelitian PIB jalur merah di dalam sistem aplikasi adalah
sesuai dengan NIP yang tertera pada SPJM. Dari menu ini PFPD/Kasi Pabean
dapat melakukan perubahan data PIB yaitu khusus untuk data detail barangnya
saja.
Dalam aplikasi impor, proses penelitian atas dokumen PIB jalur hijau tidak
jauh berbeda dengan penelitian atas dokumen PIB jalur merah. Yang
membedakan adalah proses penelitian atas dokumen PIB jalur hijau dapat
langsung dilakukan setelah PIB diputus jalur hijau, sementara untuk PIB jalur
merah penelitian baru dapat dilakukan setelah data LHP selesai direkam.
Apakah informasi dari hasil pemeriksaan fisik barang sudah jelas dan
lengkap (untuk jalur merah).
Apakah barang hasil pemeriksaan sesuai atau tidak dengan yang
diberitahukan dalam PIB (untuk jalur merah).
Apakah ada barang yang tidak diberitahukan dalam dokumen PIB.
Apakah ada NI/NHI atas PIB tersebut.
Apakah klasifikasi pembebanannya sudah benar, berdasarkan informasi
yang ada.
Apakah barangnya termasuk dalam katagori larangan batasan atau tidak.
Apakah ada pembebanan dengan tarip 999.
Dalam hal ada fasilitas pembebasan/keringanan, apakah surat keputusan
fasilitasnya benar dan masih berlaku.
Kewajaran nilai pabean dari barang impor.
Negara asal barang impor.
Jumlah barang impor.
Perlu tidaknya dilakukan pemeriksanan laboratorium.
26
Apakah termasuk barang yang terkena aturan tarif anti dumping atau safe
guard.
Pada dasarnya setiap perubahan yang dilakukan atas data PIB apabila
menyebabkan terjadinya kekurangan pembayaran maka secara otomatis akan
terbit nota pembetulan dan SPKPBM. Khusus untuk tambah bayar karena
adanya tarif anti dumping atau safe guard maka proses nota pembetulan dan
penerbitan SPKPBMnya adalah secara manual.
Dalam hal ada tambah bayar maka proses selanjutnya adalah pada penerbitan
SPPB untuk PIB jalur merah yang terbit SPKPBM.
11. Penerbitan SPPB untuk PIB jalur merah yang terbit SPKPBM.
Program untuk menerbitkan SPPB bagi PIB jalur merah yang diterbitkan
SPKPBM terletak pada menu PFPD – Penyelesaian SPKPBM (eks PIB Jalur
Merah). Pada menu ini PFPD atau Kasi Pabean cukup menekan tombol SPPB
untuk melakukan penerbitan SPPB. Proses penerbitan SPPB baru dapat
dilakukan setelah SPKPBM atas PIB yang dimaksud statusnya sudah lunas,
diajukan keberatan atau dibatalkan. Dalam hal SPKPBM belum lunas, tidak
keberatan atau tidak dibatalkan maka tombol SPPB akan disable (tidak bisa
diakses).
Dalam hal pelayanan impor secara disket, untuk melakukan pelunasan data
SPKPBM maka harus dilakukan perekaman data SSPCP atas SPKPBM
tersebut. Program perekaman terletak pada menu Perbendaharaan – SPKPBM
– Pelunasan SPKPBM (SSPCP Non EDI). Yang harus diperhatikan dalam
perekaman SSPCP ini adalah kebenaran atas nomor dan tanggal spkpbm,
kebenaran dan ketepatan atas pungutan yang dibayar antara dokumen
SPKPBM dengan dokumen SSPCP. Dalam hal ada perbedaan antara data
SPKPBM dengan data SSPCP hasil perekaman maka proses pelunasannya
tidak akan berhasil dilakukan.
27
Dalam hal pelayanan secara PDE, maka proses perekaman di KPPBC tidak
perlu dilakukan. Data SPKPBM secara otomatis akan menjadi lunas apabila
data pembayaran (SSPCP) dari bank pembayaran atas SPKPBM tersebut
sudah berhasil dikirim ke KPPBC dan proses rekonsiliasi berhasil dilakukan.
12. Penerbitan SPPB untuk PIB jalur merah yang terbit respon kurang jaminan.
Program untuk menerbitkan SPPB bagi PIB jalur merah yang diterbitkan
SPKPBM terletak pada menu PFPD – Penyelesaian Jaminan (eks PIB Jalur
Merah). Pada menu ini PFPD atau Kasi Pabean cukup menekan tombol SPPB
untuk melakukan penerbitan SPPB. Proses penerbitan SPPB baru dapat
dilakukan setelah kekurangan jaminan atas PIB yang dimaksud statusnya
sudah dilakukan penambahan atau dibatalkan. Dalam hal jaminan belum
ditambah atau tidak dibatalkan maka tombol SPPB akan disable (tidak bisa
diakses).
Proses perekaman hasil pemeriksaan hi-co scan ini dilakukan setelah proses x-
ray atas semua container dari PIB yang bersangkutan selesai dilakukan.
Program perekamannya terdapat pada menu PFPB - Perekaman hasil
pemeriksaan Hi-Co Scan (BCF 2.3D). Pemberlakuan kewajiban hi-co scan
untuk PIB jalur hijau hanya untuk kantor-kantor tertentu saja, yaitu KPU
Tanjung Priok dan KPPBC Tanjung Perak.
28
14. Perekaman Pengeluaran Barang.
Dalam hal ada surat untuk melakukan pemblokiran atas kegiatan impor
terhadap suatu perusahaan baik dari KPPBC, KWBC maupun KP DJBC maka
atas data pemblokiran harus direkam dalam sistem aplikasi. Pemblokiran
seperti ini dalam aplikasi disebut blokir intruksi khusus. Untuk melakukan
29
perekaman blokir intruksi khusus adalah dari menu P2 – Instruksi Khusus -
Perekaman Instruksi Khusus.
Di dalam sistem aplikasi setiap ada pembatalan data PIB maka keputusan
pembatalannya harus dilakukan perekaman pada sistem aplikasi. Program
perekaman pembatalan ada pada menu Kepala Kantor – Pembatalan PIB.
30
Notul ada yang otomatis dari hasil pemeriksaan PIB (PFPD/Pabean/
Verifikator) ada yang manual.
SPSA
Verifikasi Kantor Wilayah
Audit Kantor Wilayah
Verifikasi Kantor Pusat
Audit Kantor Pusat
d. Keberatan SPKPBM
Diajukan sebelum tanggal jatuh tempo SPKPBM (60 hari setelah tanggal
SPKPBM), dengan mempertaruhkan jaminan.
60 hari sejak tanggal surat pengantar dari Ka KPPBC, keberatan sudah harus
mendapatkan keputusan. Dalam hal lewat 60 hari belum ada keputusan maka
keberatan dianggap diterima.
Keputusan keberatan :
Diterima, SPKPBM dibatalkan dan jaminan dikembalikan.
Ditolak, jika tidak mengajukan banding maka jaminan dapat dicairkan
untuk melunasi tagihan SPKPBM.
Keberatan tagihannya ditetapkan menjadi lebih besar atau lebih kecil.
Dalam hal ini yang bersangkutan juga bisa mengajukan banding. Bila tidak
mengajukan banding maka yang bersangkutan harus melunasi tagihan.
Kalau ditetapkan lebih kecil dapat dengan mencairkan jaminannya. Tetapi
kalau ditetapkan lebih besar, selain jaminan dicairkan, yang bersangkutan
juga harus membayar sisa kekurangannya.
e. Banding SPKPBM
Apabila hasil keputusan keberatan dari Direktur Jenderal menetapkan
keberatan ditolak atau ditetapkan menjadi lebih besar atau lebih kecil, yang
bersangkutan dapat mengajukan banding ke Pengadilan Pajak. Proses
pengajuan banding adalah sebagai berikut :
− Yang bersangkutan melunasi tagihan SPKPBM minimal 50% dari total
tagihan ke bank dan 50% nya lagi berupa jaminan.
− Bukti pelunasan diserahkan ke Seksi Perbendaharaan untuk direkam
(untuk saat ini, selanjutnya akan disesuaikan dengan sistem EDI).
31
− Jaminan diserahkan ke Seksi Perbendaharaan untuk direkam dan
menggantikan jaminan untuk keberatannya.
− Dengan bukti sudah melunasi tagihan 50% dan Bukti Penerimaan Jaminan
untuk banding, yang bersangkutan dapat mendaftarkan kasusnya ke
Pengadilan Pajak.
− Kalau Pengadilan Pajak memutuskan banding diterima, maka SPKPBM
dibatalkan, pembayaran 50% dan jaminannya dikembalikan.
− Kalau Pengadilan Pajak memutuskan banding ditolak maka jaminannya
dapat dicairkan untuk melunasi sisa tagihan.
f. Teguran SPKPBM
Apabila SPKPBM sampai lewat jatuh tempo ditambah tujuh hari belum
diselesaikan, maka otomatis akan terbit Surat Teguran. Surat Teguran ini
tidak tercetak secara otomatis tetapi harus dicetak sendiri oleh Seksi
Perbendaharaan.
Atas SPKPBM ini akan timbul bunga sebesar 2% dari tagihan pabean dan
bunga itu akan diperhitungkan setiap bulan sampai SPKPBM diselesaikan.
g. Penerbitan Surat Paksa
Apabila Surat Teguran sampai lewat jatuh tempo (21 hari sejak diterbitkan
Surat Teguran) belum diselesaikan maka Surat Paksa bisa diterbitkan.
Penerbitan Surat Paksa tidak secara otomatis karena harus menunjuk pegawai
sebagai Juru Sita yang penetapan tidak tentu (berubah-ubah).
Surat Paksa diterbitkan hanya untuk tagihan pabeannya saja. Sementara untuk
tagihan Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI) diterbitkan Surat Penyerahan
Penagihan Pajak Dalam Rangka Impor (SP3DRI) ke Kantor Pelayanan Pajak
yang mengawasi penanggung pajak.
Seksi Perbendaharaan dapat mengecek melalui browse Surat Teguran yang
sudah jatuh tempo setiap pagi apakah pada hari itu ada Surat Paksa yang harus
diterbitkan atau tidak
h. Penerbitan Surat Perintah Melakukan Penyitaan
Apabila Surat Paksa sampai lewat jatuh tempo (dua kali 24 jam sejak
diterbitkan Surat Paksa) belum diselesaikan maka diterbitkan Surat Perintah
Melakukan Penyitaaan (SPMP). SPMP juga tidak secara otomatis tetapi
melalui intervensi Seksi Perbendaharaan.
32
Seksi Perbendaharaan dapat mengecek melalui browse Surat Paksa yang sudah
jatuh tempo setiap pagi apakah pada hari itu ada SPMP yang harus diterbitkan
atau tidak.
i. Pembatalan SPKPBM
SPKPBM hanya bisa dibatalkan oleh Kepala Kantor Pelayanan dengan
menerbitkan surat pembatalan dengan menyebutkan alasan pembatalannya.
Keputusan pembatalan SPKPBM direkam melalui wewenang Kepala Kantor
Pelayanan.
j. Pelaporan data SPKPBM
k. Penerbitan SPSA
Asal SPSA : denda manifest, denda pembatalan PEB
SPSA direkam datanya dan dicetak untuk dikirim kepada yang dikenakan
sanksi. Jatuh tempo SPSA ditetapkan 30 hari dari tanggal diterimanya SPSA
oleh yang bersangkutan. Setelah SPSA diterima, tanggal terima direkam oleh
petugas di Seksi Perbendahraan. Apabila melewati jangka waktu tersebut
maka penagihannya dialihkan dengan menggunakan SPKPBM.
l. Pelayanan, penyelesaian dan monitoring fasilitas pembayaran berkala.
Perekaman skep fasilitas pembayaran berkala.
Perekaman pelunasan pembayaran atas hutang PIB fasilitas pembayaran
berkala (khusus KPPBC non PDE).
Monitoring pelunasan hutang fasilitas pembayaran berkala.
m. Penyelesaian Impor sementara
Dibayar
Re-ekspor
Perpanjang masa impor sementara
Pemusnahan
Re-lokasi
n. Penyelesaian Impor penangguhan
Dibayar
Dibebaskan
Ditanggung pemerintah
Perpanjang penangguhan
Keringanan
33
B. Sistem Aplikasi Pelayanan PIB Versi PC
b. Database
34
3.2. Latihan 2
3.3. Rangkuman
35
yang masuk Analyzing Point, pemeriksaan fisik barang, pemeriksaan dokumen
oleh PFPD/Seksi Pabean, penerbitan SPPB dan pengeluaran barang. Pengelolaan
pada Perbendaharaan dimasukkan dalam aplikasi impor yang meliputi perekaman
SSPCP, pengelolaan jaminan, pengelolaan SPKPBM, pengelolaan SPSA,
penyelesaian impor sementara, penyelesaian impor penangguhan serta
pengelolaan PNBP.
Di KPPBC yang tidak terpasang server, disediakan aplikasi pelayanan impor versi
PC. Pada prinsipnya proses pelayanan PIB dengan menggunakan aplikasi
pelayanan impor versi PC sama dengan pada aplikasi pelayanan versi server
dengan media disket. Beberapa hal yang membedakan dengan aplikasi versi server
adalah tidak ada proses validasi atas kelengkapan dan kebenaran pengisian data
PIB, tidak ada proses pengecekan HS barang larangan/pembatasan (analyzing
point), penjaluran berdasarkan analisis resiko dilaksanakan secara manual oleh
pegawai, penerbitan nota pembetulan dan SPKPBM atas dokumen PIB dilakukan
secara manual.
36
4. Tes Formatif
1. Aplikasi yang tidak berhubungan dengan Aplikasi Pelayanan Impor (PIB) adalah:
A. KEP-07/BC/2003 C. KEP-27/BC/2004
B. KEP-151/BC/2003 D. KEP-152/BC/2003
3. Kantor pelayanan yang belum menerapkan PDE Kepabeanan atas pelayanan PIB
secara penuh adalah :
4. Dokumen PIB yang diajukan akan ditolak/direject secara otomatis oleh aplikasi
pelayanan PIB dalam hal berikut ini, kecuali :
A. Data PIB tidak lengkap dan atau tidak C. Importir belum mendapatkan nomor
benar registrasi dan telah melakukan satu
kali proses importasi
B. PIB terkena Nota Intelejen (NI) atau D. Pemberitahu (importir dan atau
Nota Hasil Intelejen (NHI) PPJK) sedang diblokir
6. Berdasarkan Matrix Penjaluran, apabila profil importir adalah Low Risk dan profil
komoditinya terkena TapPem, maka PIB akan mendapatkan jalur
7. Cara pengiriman data PIB dari modul importir ke dalam sistem aplikasi pelayanan
impor adalah ...
37
A. Disket C. Manual
B. PDE D. Disket dan PDE
8. Dalam hal importir mendapatkan Jalur Prioritas, maka atas PIB-nya ...
9. Dalam proses validasi, hal-hal berikut ini dilakukan oleh sistem aplikasi impor,
kecuali
10. Waktu pelayanan PIB dihitung dari total hari kerja sejak SPPB hingga penetapan
PIB. Untuk jalur hijau, berapa hari lama waktu pelayanan tersebut?
A. 14 hari C. 10 hari
B. 19 hari D. 20 hari
11. Berikut ini adalah data-data yang perlu dimasukkan pada modul aplikasi PIB,
kecuali
13. Yang bukan merupakan fungsi program loading otomatis dari Aplikasi Impor
yang menggunakan PDE adalah …
38
14. Sesuai dengan P-19/BC/2005, apabila petugas Analyzing Point memutuskan
bahwa PIB termasuk barang larangan maka sistem akan ...
15. Dalam hal apa PIB terkena penetapan pemeriksaan secara jabatan ?
16. Penelitian PIB jalur merah oleh PFPD/Kasi Pabean berfungsi untuk hal-hal
sebagai berikut, kecuali
17. Penerbitan SPPB untuk PIB jalur merah yang terbit SPKPBM adalah
18. Dalam hal data PIB terkena NI/NHI, maka atas PIB tersebut
39
B. Tidak akan berpengaruh terhadap D. Proses Importasinya akan diblokir
penjaluran dan hanya sebagai
informasi kepada petugas Gate dan
unit pengawasan
19. Impor sementara dapat diselesaikan dengan melakukan hal-hal di bawah ini,
kecuali
20. Berikut ini adalah beberapa hal yang membedakan aplikasi versi PC dengan
aplikasi versi server, kecuali
A. Pada aplikasi versi PC tidak ada proses C. Tidak ada proses pengecekan
validasi atas kelengkapan dan pembayaran pungutan impor
kebenaran pengisian data PIB
B. Proses penerbitan nota pembetulan dan D. Tidak ada proses pengecekan HS
SPKPBM atas dokumen PIB dilakukan barang larangan/pembatasan
secara manual (analyzing point) pada aplikasi
40
5. Kunci Jawaban Test Formatif
1. C 11. C
2. A 12. A
3. D 13. D
4. B 14. A
5. C 15. C
6. A 16. D
7. D 17. B
8. D 18. B
9. C 19. D
10. A 20. C
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat pada
bagian akhir modul ini, dan hitungllah jawaban Anda untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda.
Rumus :
20
Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
kegiatan belajar selanjutnya. Tetapi bila penguasaan Anda kurang dari 80%, Anda
harus mempelajari kembali terutama bagian yang belum Anda kuasai.
41
7. Daftar Pustaka
10. Keputusan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor KEP-68/BC/2003 tanggal 31
Maret 2003 tentang Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai
Nomor KEP-07/BC/2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Tatalaksana Kepabeanan
Di Bidang Impor.
42
11. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-178/BC/2003 tanggal 24
Juli 2003 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Direktur Jenderal Bea dan
Cukai Nomor KEP-07/BC/2003 tanggal 31 Januari 2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Tatalaksana Kepabeanan di Bidang Impor.
12. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-19/BC/2005 tanggal 30
September 2005 tentang Perubahan Ketiga atas Keputusan Direktur Jenderal Bea
dan Cukai Nomor KEP-07/BC/2003 tanggal 31 Januari 2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Tatalaksana Kepabeanan di Bidang Impor.
13. Keputusan Bersama Direktur Jenderal Bea dan Cukai dan Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri NO: KEP-03/BC/2003 dan NO: 01/DAGLU/KP/I/2003
tanggal 17 Januari 2003 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Tertib Administrasi
Importir.
14. Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : SE-07/BC/2003 tanggal
19 Pebruari 2003 tentang Pelaksanaan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan
Cukai Nomor KEP-07/BC/2003 tanggal 31 Januari 2003 tentang Tatalaksana
Kepabeanan di Bidang Impor.
15. Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : SE-11/BC/2003 tanggal
31 Maret 2003 tentang Pelaksanaan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
Nomor KEP-07/BC/2003 tanggal 31 Januari 2003 tentang Tatalaksana
Kepabeanan di Bidang Impor Sebagaimana Telah Diubah Dengan Keputusan
Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor KEP-68/BC/2003.
43
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR
KEPABEANAN DAN CUKAI
KETERAMPILAN PDE
MODUL IV
OLEH :
TIM PENYUSUN MODUL PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI
JAKARTA
2008
DAFTAR ISI
i
4.1.1. Aplikasi Pemeriksaan Fasilitas Pengembalian dan Penerbitan .
SKPFP …………………………………………………… 26
4.2 Latihan 2……………………………………………………………… 30
4.3 Rangkuman …………………………………………………………… 31
5. Test Formatif ……………………………………………………………….. 32
6. Kunci Jawaban Test Formatif ……………………………………………… 36
7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut …………………………………………… 36
8. Daftar Pustaka ................................................................................................ 37
ii
MODUL IV
SISTEM APLIKASI PELAYANAN FASILITAS KEMUDAHAN IMPOR
TUJUAN EKSPOR (KITE)
1. Pendahuluan
Fasilitas KITE (Kemudahan Impor Tujuan Ekspor) adalah salah satu fasilitas
yang dikelola oleh DJBC. Sejak fasilitas ini dikelola oleh DJBC pada tahun
2004, pengelolaan telah dilakukan dengan menggunakan sistem aplikasi
pelayanan (SAP).
Di dalam modul ini siswa akan mempelajari mengenai Sistem Aplikasi
Pelayanan (SAP) KITE. Terdapat tiga besaran Sistem Aplikasi KITE yaitu:
- SAP KITE di perusahaan (biasa disebut Modul KITE). Modul KITE
ini dipakai untuk menyiapkan dan mengelola data BCF.KT01,
BCL.KT01, BCL.KT02 dan BC 2.4. Dalam modul belajar ini Modul
KITE tidak dibahas secara mendalam.
- SAP KITE di Kantor Wilayah DJBC (KWBC). SAP ini dipergunakan
oleh KWBC untuk pengelolaan fasilitas KITE.
- SAP BC 2.4 di KPPBC untuk pelayanan dokumen BC 2.4.
Sebagaimana terdapat dalam ketentuan/peraturan KITE, secara umum aplikasi
KITE dibedakan atas aplikasi fasilitas pembebasan dan aplikasi fasilitas
pengambalian. Namun demikian kedua fasilitas tersebut baru bisa dijalankan
apabila perusahaan telah memiliki NIPER (Nomor Induk Perusahaan). Tiga
hal pokok ini yang akan dibahas dalam modul ini.
SAP KITE memiliki hubungan dengan SAP lainnya yang ada di DJBC, yaitu:
- Hubungan dengan SAP Impor:
SAP KITE memperguakan data-data elektronik yang berasal dari SAP
Impor di KPPBC. SAP KITE memberikan masukan ke SAP Impor
berupa data NIPER, SK Pembebasan dan Surat Tanda Terima Jaminan
(STTJ)
- Hubungan dengan SAP Ekspor:
1
SAP KITE mempergunakan data-data elektronik PEB untuk
pembuktian laporan ekspor.
- Hubungan dengan Sistem Datawarehouse.
Data-data elektronik PIB, PEB dan sebagainya didaptkan oleh SAP
KITE dari sistem datawarehouse DJBC secara online.
Urutan pembahasan dalam modul ini adalah sebagai berikut:
- Pengelolaan DIPER dan NIPER.
- Pengelolaan Fasilitas Pembebasan.
- Pengelolaan Fasilitas Pengembalian.
-
1.2. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti mata pelajaran ini peserta diharapkan mampu untuk
menjelaskan sistem pemberitahuan pabean dalam bentuk disket dan secara
Electronic Data Interchange (EDI) serta memahami implementasinya.
2
2. Kegiatan Belajar (KB) 1
3
- Adanya validasi data sehingga mengurangi kemungkinan reject di
KWBC/KPPBC pada saat diajukan
- Adanya kemudahan dalam melakukan pencetakan dokumen
- Adanya beberapa bantuan dalam melakukan perhitungan
- Data yang direkam dapat diexport dan dipergunakan untuk keperluan
pengolahan data di perusahaan
- Ada beberapa menu seperti seting, copy, backup, restore yang bisa
memudahkan perusahaan
Modul KITE yang dipakai saat ini adalah versi 1.3. Untuk medapatkan Moduil
KITE perusahaan harus telah mendapatkan NIPER. Tatacara mendaptkan NIPER
dan proses pengelolaan data DIPER dan NIPER merupakan bagian dari Siatem
Aplikasi (SAP) KITE yang ada di Kantor Wilayah DJBC (KWBC).
4
Skema Proses DIPER & NIPER
PERUSAHAAN KWBC KPBC
•Buat DIPER
Database
Impor/Ekspor
•Pemeriksaan
Penolakan Disetujui ?
T
Sistem
•Kirim ke KPBC Pengiriman
Online
Penjelasan Skema:
- Perusahaan membuat data DIPER
- Perusahaan mentransfer data DIPER ke disket
- Perusahaan mengajukan berkas permohonan disertai disket DIPER
- Petugas Pendok KWBC menrima berkas, melakukan pengecekan
kelengkapan berkas, meloading data disket
- Petugas KWBC melakukan pemeriksaan administratif dan pemeriksaan
lapangan (si luar lingkup aplikasi). Hasil pemeriksaan daimasukkan ke
dalam SAP KITE
- Petugas Pemeriksa KWBC melakukan pemeriksaan dan finalisasi
- Jika disetujui maka diterbitkan NIPER
- Data NIPER dikirim secara otomatis ke database KPPBC-KPPBC yang
sudah online
5
Menampilkan data DIPER dengan aplikasi
Pada menu DIPER, data DIPER dapat ditampilkan dengan cara Query dengan
parameter NPWP atau nama perusahaan atau data lainnya yang ada di layar.
6
- Akta Perusahaan
- Pejabat
- Produk Hasil
- Perpajakan
- Pembukuan
- Kedudukan pabrik
Pemeriksaan/Survey Lapangan
Berdasarkan Surat Tugas, dilakukan survey lapangan dan peninjauan lokasi.
Hasil survey dituangkan dalam Berita Acara berupa
- Hasil Survey
- Kesimpulan Hasil Survey
Hasil servey diserahkan ke pejabat untuk diperiksa. Penyerahan paling lambat
14 hari sejak DIPER diterima. Hasil survey direkaman ke dalam aplikasi
dengan menu perekaman formulir SD-21. Layar perekaman terdiri dari 3 tab
yaitu:
- Dokumen SD-2.1 (layar utama hasil survey)
- Lampiran (hasil survey lapangan standar)
- Daftar Pertanyaan (hasil survey lainnya)
7
Data ditampilkan dengan cara Query.
Penerbitan NIPER
DIPER yang sudah dinyatakan Diterima dapat dilihat datanya di layar
penerbitan NIPER. Menu yang dipakai adalah Penerbitan dan Update NIPER.
Layar yang tampil sebagai berikut:
8
Data dapat ditampilkan dengan menggunakan cara Query dengan
memasukkan parameter nomor DIPER. Data ini ditampilkan dengan maksud
untuk pengecekan kembali sebelum penerbitan NIPER. Lanjutkan dengan
menekan Enter sampai isian terakhir kemudian klik toolbar Simpan, maka
akan diterbitkan NIPER.
9
- Protek yang dilakukan secara manual kemudian direkam ke dalam
aplikasi. Contoh kegiatan manual: Pencabutan NIPER, Keputusan
pemindahan fasilitas ke KB dan Penetapan bahwa perusahaan tidak
aktif menggunakan fasilitas KITE.
Protek akan berakhir jika telah dilakukan pembukaan protek. Kegiatan
membuka protek NIPER artinya mengakhiri protek NIPER. Kegiatan
membuka protek NIPER dilakukan setelah kewajibannya dipenuhi dan
dibuktikan dengan surat/dokumen dasar. Surat/dokumen dasar pembukaan
protek direkam ke dalam aplikasi.
2.2. Latihan 1
1. Sebutkan fungsi Modul KITE!
2. Apa saja kemudahan yang bisa didapatkan dengan Modul KITE?
3. Bagaimana hubungan SAP KITE dengan SAP Impor, Ekspor dan
Datawarehouse?
4. Gambarkan skema proses pengajuan DIPER sampai penerbitan NIPER
dan berikan penjelasan singkat!
5. Sebutkan dua jenis pemeriksaan DIPER sebelum penerbitan NIPER
dan berikan penjelasan singkat
6. Apakah kesimpulan yang dihasilkan pemeriksa pada saat akhir
pemeriksaan data DIPER?
7. Apakaah yang dimaksud dengan protek NIPER? Berikan penjelasan
singkat!
2.3. Rangkuman
Modul KITE merupakan aplikasi yang dipergunakan oleh perusahaan
pengguna fasilitas KITE untuk membuat/merekam, mencetak dan mentransfer
data yang akan dipergunakan dalam permohonan atau laporanpenggunaan
fasilitas KITE.
Untuk mendapat fasilitas KITE, perusahaan harus mendapatkan NIPER
(Nomor Induk Perusahaan). Pengajuan NIPER dilakukan dengan mengajukan
permohonan disertai Data Induk Perusahaan (DIPER). Setelah data DIPER
dimasukkan ke dalam SAP KITE, kemudian dilakukan pemeriksaan, dan jika
disetujui maka dapat diterbitkan NIPER.
10
3. Kegiatan Belajar (KB) 2
PERUSAHAAN
Skema Fasilitas
KWBC
PEMBEBASAN
KPBC
BCF.KT01 •Proses SK
SK
PIB Proforma
•Proses STTJ STTJ
+Jaminan
STTJ
PIB •IMPOR
SPPB
PEB •EKSPOR
LHP
Lap.Ekspor
BCL.KT01 •Proses LE
SPPJ
11
3.1.1 APLIKASI PEMERIKSAAN PERMOHONAN DAN PENERBITAN SK
PEMBEBASAN
Skema Proses
Skema proses pengajuan BCF.KT01 sampai dengan mendapatkan SK
Pembebasan sebagai berikut:
SK Pembebasan
PERUSAHAAN KWBC KPBC
Disetujui ?
T
Y
Penolakan
•Cetak Konsep
SK •Finalisasi
Pembebasan •Cetak DIKC
Sistem
•Kirim ke KPBC Pengiriman
Online
Penjelasan Skema:
- Perusahaan membuat BCF.KT01
- Perusahaan transfer data BCF.KT01 ke disket
- Perusahaan mengajukan Berkas Permohonan disertai disket BCF.KT01
- Petugas Pendok KWBC menrima berkas, melakukan pengecekan
kelengkapan berkas, meloading data disket
- Petugas Pemeriksa KWBC melakukan pemeriksaan dan menerbitkan
Konsep SK Pembebasan
- Jika disetujui maka petugas melakukan finalisasi dan menerbitkan SK
Pembebasan
12
- Data SK Pembebasan dikirim secara otomatis ke database KPPBC-KPPBC
yang tercantum dalam lampiran SK dan sudah online.
Memeriksa BCF.KT01
Data hasil loading dapat ditampilkan pada layar pemeriksaan BCF.KT01.
Pemeriksa antara lain memeriksa:
- rencana produksi
- rencana impor bahan baku
- Pelabuhan pemasukan
- Perkiraan pungutan
Pemeriksa dapat melihat data BCF.KT01 untuk keperluan pemeriksaan.
Disamping itu layar pemeriksaan dilengkapi dengan data pendukung:
- SK yang pernah terbit untuk NIPER tersebut
- BCL.KT01 milik perusahaan tersebut
13
Pada pemeriksaan BCF.KT01
- Aplikasi tidak melakukan analisa karena yang diperiksa adalah kewajaran
dari permohonan (hal ini tidak bisa dilakukan oleh komputer)
- Aplikasi menampilkan data-data BCF.KT01 dan data pendukung seperti di
atas untuk membantu pemeriksa dalam menganalisa permohonan.
- Pemeriksaan dan analisa dilakukan oleh pemeriksa untuk menentukan
disetujui atau tidaknya penerbitan SK Pembebasan.
- Reputasi perusahaan bisa dilihat dari SK yang pernah terbit dan
BCL.KT01nya.
- Perkiraan pungutan dibuat oleh perusahaan berdasarkan tarif dan NDPBM
saat ini.
- Jika diperlukan konversi barang jadi ke bahan bakunya bisa dimintakan
tersendiri (hal ini tidak diatur dalam ketentuan).
14
Menerbitkan SK pembebasan
Jika pejabat menyetujui konsep SK Pembebasan maka tinggal dilakukan
finaliasai untuk mendapatkan nomor. Setelah itu SK Pembebasan dicetak dan
ditandatangani.
Sesaat setelah penomoran SK Pembebasan maka secara otomatis aplikasi akan
mengirimkan SK Pembebasan ke KPBC-KPBC tempat akan dilakukan
pembongkaran barang impor dengan melalui sistem pengiriman online melalui
portal DIKC. Jika diperlukan pengiriman ulang dapat dilakukan dari menu
khusus pengiriman SK Pembebasan.
15
Skema Proses
Skema proses penerbitan STTJ adalah sebagai berikut:
•Membuat PIB
•Menyiapkan Jaminan
•Loading Disket
•PIB •Rekam Jaminan
•Jaminan Database
Impor
•Pemeriksaan
•Transfer Disket PIB
•Pengajuan
•Potong Quota
DIKC
•Penerbitan STTJ
STTJ
Sistem
•Kirim ke KPBC Pengiriman
Online
Penjelasan Skema:
- Perusahaan membuat data PIB, menyiapkan jaminan dan membayar PPh
Pasal 22 atas PIB tersebut
- Perusahaan transfer data PIB ke disket
- Perusahaan mengajukan Berkas PIB dan jaminan disertai disket PIB
- Petugas Pendok KWBC menrima berkas, melakukan pengecekan
kelengkapan berkas, meloading data disket
- Petugas Pemeriksa KWBC melakukan pemeriksaan dan menerbitkan
Konsep SK Pembebasan
- Petugas melakukan pemotongan kuota pada SK Pembebasan
- Jika disetujui maka petugas melakukan finalisasi dan menerbitkan STTJ
- Data STTJ dikirim secara otomatis ke database KPPBC yang tercantum
dalam PIB dan sudah online.
16
- Jaminan dari perusahaan asuransi/bank penjamin harus disertakan pada
berkas PIB.
17
Dari menu pemeriksaan ini perlu dilakukan pemotongan kuota (SK
Pembebasan) karena jika tidak dilakukan pemotongan kuota maka STTJ tidak
bisa diterbitkan oleh aplikasi.
Pemotongan Kuota
Tujuan pemotongan kuota adalah untuk mencatat realisasi impor terhadap SK
Pembebasan yang telah diterbitkan. Secara teknis dalam pemotongan kuota
data jumlah satuan barangh pada PIB akan mengurangi jumlah barang di SK
Pembebasan dengan julah yang diberitahukan di PIB.
Jika jumlah sisa di SK Pembebasan tidak mencukupi maka pemotongan tidak
dapat dilakukan. Kecuali jika terdapat SK Pembebasan lainnya untuk barang
yang sama, pemotongan bisa dilakukan terhadap dua SK.
Pemilihan item barang di Sk Pembebasan yang akan dipotong masih dialkukan
secara manual oleh petugas. Aplikasi hanya membantu menampilkan SK
Pembebasan yang dimilikii oleh perusahaan tersebut. Oleh karena itu
ketelitian petugas masih sangat diperlukan.
18
- kesesuaian uraian barang;
- kesesuaian HS;
- kesesuaian jenis satuan.
Pemotongan ini akan dicatat dalam aplikasi sebagai data histori yang bisa
ditampilkan kembali. Setelah selesai pemotongan kuota maka bisa dicetak
konsep STTJ. Konsep STTJ adalah bentuk preview dari STTJ tetapi belum
mendapatkan nomor.
19
Apabila setelah melalui penetapan pabean di KPBC terdapat penetapan yang
mengakibatkan perberbedaan jumlah dan/atau jenis barang atau pungutan
antara PIB di KPBC dan PIB di KWBC maka STTJ harus diganti atau
ditambah sehingga jumlahnya yang mencukupi. Demikianpula data
pemotongan SK Pembebasan harus diupdate.
20
Loading ulang bisa dilakukan dalam hal diperlukan kelengkapan data.
Pemeriksaan BCL.KT01
Data hasil loading dapat ditampilkan pada layar pemeriksaan BCL.KT01.
Pemeriksa dapat melihat data BCL.KT01 untuk keperluan pemeriksaan.
Disamping itu layar pemeriksaan dilengkapi alat-alat pendukung:
- ‘Validasi’ untuk membantu melakukan pengecekan terhadap data-data
elektronik seperti:
o Adanya data PEB dan PIB (data elektronik) di database
o Riwayat penggunaan PIB & PEB
o Kesamaan NPWP, HS, Satuan barang antara laporan dan data
pendukung
o Kaitan data yang dilaporkan dengan data hasil audit
o Komparasi perhitungan pungutan
o Umur & urutan dokumen
21
Flag-5. Dokumen > 6 bulan
Flag-6. EksporAwal > 1 Tahun dari Impor Awal
Flag-7. Ekspor Awal <= Impor Awal
Flag-8. Seri Brg dan atau HS berbeda
Flag-9. Satuan Brg Berbeda
Flag-10. Jumlah Brg > dari Dokumen PEB
Flag-11. Kode Fasilitas selain Pembebasan.
- ‘Perhitungan Pemakaian Bahan Baku’ untuk mengetahui
o BM awal, (BM yang ada pada PIB)
o BM pakai lalu (BM yang telah dipertanggungjawabkan ekspornya
sebelum laporan BCL.KT01 ini)
o BM pakai di register ini
o BM Saldo (perhitungan saldo BM yang masih harus
dipertanggungjawabkan setelah BCL.KT01 ini disetujui)
Contoh Perhitungan:
BM Awal 1.000.000 (di PIB)
BM Pakai Lalu 500.000 (di SPPJ sebelumnya)
BM Pakai 400.000 (di SPPJ/BCL.KT01 ini)
BM Saldo 100.000 (yang masih harus ada jaminannya)
Demikian pula untuk Cukai, PPN dan PPnBM dilakukan perhitungan
serupa. Perhitungan dilakukan per item barang. Aplikasi juga mencatat
perhitungan rekap per PIB.
Selain pemeriksaan data oleh aplikasi juga harus dilakukan pemeriksaan
berkas oleh petugas. Hasil validasi aplikasi dan pemeriksaan petugas
disimpulkan dalam keputusan: Diterima, Ditolak atau Diminta
Kelengkapan Data.
Jika keputusan diterima maka dapat diterbitkan konsep SPPJ (Surat
Pemberitahuan Penyesuaian Jaminan) untuk diajukan kepada pejabat untuk
mendapatkan persetujuan.
Sebagai catatan, persetujuan atas proses ini penyesuaian jaminan karena
persetujuan bisa diberikan atas sebagian dari nilai jaminan suatu PIB.
Sedangkan sebagian yang lainnya masih belum disetujui karena bahan baku
dimaksud belum diekspor atau belum dilaporkan realisasi ekspornya atau
22
belum disetujui laporan realisasi ekspornya sehingga jaminannya masih
diperlukan.
Menerbitkan SPPJ
Jika pejabat menyetujui konsep SPPJ (Surat Pemberitahuan Penyesuaian
Jaminan) maka tinggal dilakukan finaliasai untuk mendapatkan nomor. Setelah
itu SPPJ Pembebasan dicetak dan ditandatangani.
SPPJ antara lain berisi data-data:
- Bahan baku Impor yang sudah bisa dikembalikan jaminannya
- Bahan baku impor yang masih harus dijaminkan
Dengan diterbitkannya SPPJ maka perusahaan akan menyesuaikan jaminan
yang dipertaruhkan di KWBC dengan jaminan yang lebih kecil sesuai dengan
saldo pada PIB.
23
PENYELESAIAN BAHAN BAKU ASAL IMPOR (PIB) UNTUK
PERUSAHAAN FASILITAS KITE (PEMBEBASAN)
1. Ekspor (PEB/BC3.0)
- oleh Ybs
PIB - oleh Eksportir Lain
PIB
PIB (brg Gabungan)
HASIL
PRODUKSI
KONDISI BAIK
BAHAN
BAHAN 2. Penyerahan Ke
BAHAN KB (BC2.4)
BAKU
BAKU
BAKU
-
3. Dijual ke DN
HASIL (BC 2.4)
PRODUKSI -
YANG RUSAK
SISA HASIL
4. Lainnya
PROUKSI
- Dijual ke DN
HASIL - Dimusnahkan
PRODUKSI - dll (BC2.4)
SAMPINGAN
BAHAN BAKU
YANG RUSAK
24
3.2. Latihan 2
1. Gambarkan skema dan berikan penjelasan singkat mengenai:
i. Pengelolaan BCF.KT01 dan SK Pembebasan
ii. Pengelolaan STTJ
iii. Pengelolaan Laporan Ekspor/BCL.KT01 dan SPPJ
2. Bagaimana cara melakukan penyempurnaan SK Pembebasan dalam
SAP KITE? Data apa yang bisa dilakukan penyempurnaan?
3. Bagaimana cara memasukkan data PIB dan data jaminan untuk
penerbitan STTJ dalam SAP KITE?
4. Apa yang dimaksud dengan pemotongan kuota sebelum penerbitan
STTJ? Bagaimana cara pemotongan kuota?
5. Bagaimana cara penyampaian data STTJ ke KPPBC yang sudah
online?
6. Kapan BCL.KT01 dibuta oleh perusahaan? Bagaimana cara
membuatnya?
7. Ceritakan cara pemeriksaan BCL.KT01 dalam SAP KITE!
8. Apakah yang dimaksud dengan SPPJ? Bagaimana cara menerbitkan
SPPJ pada SAP KITE?
3.3. Rangkuman
Pelayanan fasilitas Pembebasan KITE dengan SAP KITE di KWBC meliputi
pelayanan dokumen:
- Permohonan Pembebasan (BCF.KT01),
- SK Pembebasan,
- Surat Tanda Terima Jaminan (STTJ),
- Laporan Pertanggungjawaban penggunaan fasilitas pembebasan
(BCL.KT01), dan Surat Pemberitahuan Penyesuaian Jaminan (SPPJ).
Dalam melakukan pemeriksaan terhadap data dalam SAP KITE fasilitas
pembebasan, pemeriksa dibantu dengan validasi, perhitungan otomatis dan
pemberian tanda/flag/message terhadap data-data yang menyimpang. Hal ini
memudahkan pelaksanaan pelayanan fasilitas pembebasan.
25
4. Kegiatan Belajar (KB) 3
Skema Proses
Skema Proses pengelolaan fasilitas pengembalian KITE dalam SAP KITE
adalah sebagai berikut:.
26
Laporan Ekspor fas. Pengembalian
PERUSAHAAN (BCL.KT02)
KWBC KPBC
Penolakan Disetujui ?
T
Y
•Cetak Konsep
DIKC
SKPFP •Finalisasi
SPMK •Cetak
Sistem
Proses di KPN
Pengiriman
Dan Bank
Online
Penjelasan Skema:
- Perusahaan menyiapkan berkas Laporan dan membuat data BCL.KT02
- Perusahaan transfer data BCL.KT02 ke disket
- Perusahaan mengajukan berkas permohonan disertai disket BCF.KT02
- Petugas Pendok KWBC menrima berkas, melakukan pengecekan
kelengkapan berkas, meloading data disket
- Petugas Pemeriksa KWBC melakukan pemeriksaan dan menerbitkan
Konsep SK Pembebasan
- Jika disetujui maka petugas melakukan finalisasi dan menerbitkan SKPFP
dan SPMK
Pembuatan BCL.KT02 dan Pengajuannya
BCL.KT02 adalah laporan laporan pengunaan barang dan/atau bahan asal
impor yang mendapat pembebasan bm dan/atau cukai serta ppn dan ppnbm
tidak dipungut. Lazimnya BCL.KT02 disebut sebagai permohonan
pengembalian dalam rangka KITE. Isi laporan BCL.KT02 adalah
- Data Realisasi Ekspor/Penyelesaian lainnya; disertai data dokumen
pendukung
- Data penggunaan bahan baku impor; disertai data dokumen pendukung,
terutama bukti pembayaran/SSPCP pada waktu impor
- Perhitungan bea-bea yang dimintakan pengembalian
27
Relasi data bahan baku dengan Data realiasi/penyelesaian adalah detail per
item barang. Artinya setiap barang ekspor direlasikan dengan bahan baku yang
digunakan secara detil.
BCL.KT01 diajukan ke KWBC dalam berkas yang disertai data disket.
Pemeriksaan BCL.KT02
Aplikasi menampilkan data-data BCL.KT02.
Pada Detil Permohonan akan ditampilkan:
- Detil data barang ekspor
o ÆData Pendukung ekspor
o ÆData Bahan baku asal impor
ÆData pendukung impor, terutama SSPCP
Data hasil loading dapat ditampilkan pada layar pemeriksaan BCL.KT01.
Pemeriksa dapat melihat data BCL.KT01 untuk keperluan pemeriksaan.
Disamping itu layar pemeriksaan dilengkapi alat-alat pendukung:
28
- Tombol Proses untuk melakukan perhitungan secara data terhadap
BCL.KT02. Beberapa hal yang dilakukan oleh aplikasi pada saat klik
tombol proses antara lain:
o Memeriksa adanya data PIB,PEB atau dokumen pendukung
lainnya
o Memeriksa data pembayaran
o Memeriksa saldo BM per item barang pada PIB, dll.
- Report berupa Listing/Worksheet hasil proses di atas. Catatan atas data-
data yang tidak valid akan ditampilkan dalam keterangan pada listing yang
berkaitan. Listing-listing dimaksud adalah:
o Listing 1: PEMERIKSAAN FORMULIR BCL_KT02
o Listing 2: DATA EKSPOR (PEB) PADA FORMULIR BCL-KT02
o Listing 3: DATA SSPCP
o Listing 4: KONSEP PERSETUJUAN FASILITAS
o Listing 5: DATA SPPB / PIB
o Listing 6: CATATAN PEMERIKSAAN
Setelah disetujui maka listing tadi ditandatangani pemeriksa s.d Kepala
Bidang sebagai tanda persetujuan.
29
- Report Umum yang berguna untuk membantu pemeriksaan dan
penganalisaan data BCL.KT02. report ini berupa: Laporan Transaksi,
Pemakaian PIB, List PIB, Laporan Saldo PIB, List Data PEB, List Bukti
Pembayaran, Lampiran SKPFP, Keterkaitan Laporan Ekspor serta
Perbandingan Berat Ekspor dan Impor
- Tombol Reset Permohonan untuk mengembalikan posisi data seperti
belum diproses sama sekali. Tombol ini dipakai jika terjadi kesalahan hasil
proses yang tidak bisa diperbaiki lagi.
Menerbitkan SKPFP dan SPMK
Selain pemeriksaan data oleh aplikasi juga harus dilakukan pemeriksaan
berkas oleh petugas. Hasil validasi aplikasi dan pemeriksaan petugas
disimpulkan dalam keputusan: Diterima, Ditolak atau Diminta
Kelengkapan Data.
Jika keputusan diterima maka dapat diterbitkan konsep SKPFP BM-C (Surat
Keputusan Pemberian Fasilitas Pengembalian Bea Masuk dan Cukai). Yang
diberikan pengembalian oleh DJBC hanya BM dan/atau Cukai. Sedangkan
jika akan dimintakan pengembalian PPN dan/atau PPnBM, pengajuannya
dilakukan tersendiri ke Ditjen Pajak.
Penerbitan SKPFP kemudian diikuti SPMK. SPMK dipergunakan untuk
mengurus realisasi pembayaran pengembalian di KPPN.
4.2. Latihan 3
1. Sebutkan karakteristik fasilitas pengembalian dalam sudut pandang SAP
KITE!
2. Gambarkan skema pengelolaan fasilitas pengembalian dalam SAP KITE!
Berikan penjelasan singkat!
3. Hal-hal apa saja yang dilakukan oleh aplikasi pada saat tombol ‘Proses’
diklik pada pemeriksaan BCL.KT02?
4. Sebutkan listing pemeriksaan BCL.KT02 yang bisa dicetak dari SAP
KITE!
5. Bagaimana kesimpulan pemeriksaan BCL.KT02 dan berikan penjelasan
singkat untuk tiap jenis kesimpulan!
30
4.3. Rangkuman
SAP KITE untuk Fasilitas Pengembalian merupakan bagian dari SAP KITE
secara keseluruhan. Dokumen yang merupakan data inputnya adalah disket
BCL.KT02. Data BCF.KKT02 ini diproses sampai mendapat persetujuan
dengan ditandai diterbitkannya Surat Keputusan Pemberian Fasilitas
Pengembalian Bea Masuk dan Cukai (SKPFP BM-C) serta Surat Perintah
Membayar Kembali Bea Masuk dan Cukai (SPMK BM-C). Dalam
melakukan pekerjaannya petugas pemeriksa dibantu dengan validasi dan
adanya beberapa report/cetakan yang dihasilkan oleh SAP KITE
Pengembalian.
SAP BC 2.4 merupakan bagian dari sistem pelayanan fasilitas KITE. SAP BC
2.4 berada di KPPBC untuk pelayanan penyelesaian barang selian ekspor
terhadap yang diimpor dengan fasilitas pembebasan.
31
5. Tes Formatif
32
7. Data SK Pembebasan secara elektronik dikirimkan ke
a. Semua KPPBC
b. KPPBC yang sudah online
c. KPPBC yang sudah online dan tercantum dalam lampiran SK
Pembebasan
d. KPBC yang melakukan request/permintaan
8. Berikut ini isi data disket BCF.KT01 (Permohonan Pembebasan)
kecuali:
a. Rencana Produksi
b. Rencana Impor bahan baku
c. Pelabuhan Pemasukan
d. Pelabuhan Pengeluaran/Ekspor
9. Dalam SAP KITE, penyempurnaan SK Pembebasan dapat dilakukan
terhadap data:
a. Pelabuhan Bongkar
b. Pelabuhan Muat
c. Bahan Baku
d. Barang Jadi
10. Pemotongan kuota sebelum penerbitan STTJ adalah proses
a. Pengurangan jaminan dengan nilai BM
b. Pengurangan jumlah barang SK Pembebasan dengan PIB
c. Pengurangan Nilai BM bebas dengan jaminan
d. Pengurangan nilai impor setelah barang jadi diekspor
11. Pada saat pemotongan kuota sebelum penerbitan STTJ, petugas harus
memperhatikan data berikut kecuali:
a. Kevalidan SK Pembebasan yang dipakai;
b. Kebenaran nllai pabean
c. Kesesuaian HS dan uraian barang;
d. Kesesuaian jenis satuan.
12. Data yang diperlukan untuk penerbitan STTJ adalah sebagai berikut
kecuali:
a. PIB
b. PEB
c. Jaminan
33
d. SK Pembebasan
13. Pengiriman STTJ ke KPPBC yang sudah online dilakukan dengan
sistem:
a. web
b. PDE
c. Disket
d. online via portal DIKC
14. Faktor yang menyebabkan terjadinya rekonsiliasi data PIB dengan
STTJ sebagai berikut kecuali:
a. STTJ dikirim secara online
b. nomor aju di PIB sama dengan nomor aju di STTJ
c. nomor dan tanggal STTJ di PIB dan STTJ tepat sama
d. jumlah nilai jaminan di STTJ minimal sama dengan di PIB
15. BCL.KT01 dibuat dengan Modul KITE. BCL.KT01 merupakan
laporan ekspor untuk pengguna fasilitas KITE:
a. Keringanan
b. Pembebasan
c. Pengembalian
d. Gabungan
16. Termasuk dalam validasi yang dilakukan oleh aplikasi terhadap data
BCL.KT01 adalah....
a. Kelengkapan dokumen
b. Kesamaan uraian barang
c. Kesamaan NPWP
d. Keaslian dokumen
17. Perhitungan Saldo akhir BM pada data SPPJ pada SAP KITE
menggunakan rumus:
a. BM Saldo = BM Awal – BM Pakai
b. BM Saldo = BM Awal + BM Pakai
c. BM Saldo = BM Awal – BM Pakai Lalu – BM Pakai
d. BM Saldo = BM Awal + BM Pakai – BM Pakai Lalu
18. Keputusan terhadap Laporan Ekspor BCL.KT01/BCL.KT02 adalah
a. Diterima/Ditolak/Dipending
b. Diterima/Ditolak/Diterima Sebagian
34
c. Diterima/Ditolak/Diproses
d. Diterima/Ditolak/Diminta Kelengkapan Data
19. Berikut ini daftar/listing yang bisa dicetak pada saat pemeriksaan
Laporan BCL.KT02 pada SAP KITE kecuali
a. Listing: DATA JAMINAN
b. Listing: DATA EKSPOR (PEB)
c. Listing: DATA SSPCP
d. Listing: DATA SPPB / PIB
20. Jika permhonan pengembalian disetujui maka diterbitkan:
a. SPPJ dan SPMK
b. SKPFP dan SPMK
c. STTJ dan SPMK
d. SPMK
35
6. Kunci Jawaban tes Formatif
1. B 11. B
2. B 12. B
3. C 13. D
4. C 14. A
5. B 15. A
6. D 16. C
7. C 17. C
8. D 18. D
9. A 19. A
10. B 20. B
36
8. Daftar Pustaka
1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 580/KMK/2003 Tatalaksana
Kemudahan Impor Tujuan Ekspor Dan Pengawasannya.
2. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: KEP-205/BC/2003
tentang Petunjuk Pelaksanaan Tatalaksana Kemudahan Impor Tujuan Ekspor
Dan Pengawasannya.
3. Peraturan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor: 14/BC/2005 tentang
Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor Kep-
205/BC/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tatalaksana Kemudahan Impor
Tujuan Ekspor Dan Pengawasannya.
4. Peraturan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor: P-25/BC/2005 tanggal 16
Desember 2005 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Direktur Jenderal
Bea Dan Cukai Nomor Kep-205/BC/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Tatalaksana Kemudahan Impor Tujuan Ekspor Dan Pengawasannya.
5. Modul Kuliah Prodip III Bea dan Cukai Sistem Informasi Kepabeanan dan
Cukai, Sigit Santosa, BPPK
37
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR
KEPABEANAN DAN CUKAI
KETERAMPILAN PDE
MODUL V
OLEH :
TIM PENYUSUN MODUL PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI
JAKARTA
2008
DAFTAR ISI
PEMBUATAN BC 2.3.
4.1 Uraian dan Contoh ……………………………………....................... 31
A. Pembuatan BC 2.3. ………………………………………………... 31
B. SAP BC 2.3 Versi Server ………………………………………….. 34
4.2 Latihan 2……………………………………………………………… 38
4.3 Rangkuman …………………………………………………………… 38
i
5. Test Formatif ……………………………………………………………….. 39
6. Kunci Jawaban Test Formatif ……………………………………………… 45
7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut …………………………………………… 45
8. Daftar Pustaka ................................................................................................ 46
ii
MODUL V
SISTEM APLIKASI CUKAI DAN SISTEM APLIKASI TPB
1. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Di dalam modul ini akan mempelajari mengenai sistem aplikasi pelayanan Cukai
dan Tempat Penimbunan Berikat (TPB) khususnya BC 2.3.
Sistem aplikasi pelayanan cukai adalah sistem aplikasi untuk melakukan
pelayanan di bidang cukai akan sesuai dengan sistem prosedur dan peraturan yang
berlaku.
Aplikasi pelayanan Cukai berdasarkan software aplikasinya, dibagi menjadi 3
(tiga) yaitu aplikasi pelayanan versi PC yang di-develop dengan menggunakan
software VB dan aplikasi pelayanan di komputer server yang dibangun dengan
menggunakan software oracle developer. Pada bulan April tahun 2008, mulai
dikembangkan aplikasi cukai hasil tembakau versi baru, untuk mengantisipasi
akan dibentuknya Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC)
tipe Madya Cukai. Aplikasi ini akan diujicoba di KPPBC Malang pada awal Juli
2008.
Sistem aplikasi pelayanan TPB khusus BC 2.3 adalah sistem aplikasi untuk
melakukan pelayanan terhadap dokumen pemberitahuan pabean untuk
pengeluaran barang impor dari Kawasan Pabean untuk ditimbun di Tempat
Penimbunan Berikat (TPB) yang diajukan oleh Pengusaha TPB dengan
menggunakan media disket atau pertukaran data elektronik (PDE).
Aplikasi pelayanan TPB-BC 2.3 berdasarkan software aplikasinya, dibagi menjadi
2 (dua) yaitu aplikasi pelayanan versi PC yang di-develop dengan menggunakan
software VB dan aplikasi pelayanan di komputer server yang dibangun dengan
menggunakan software oracle developer.
Sejalan dengan otomasi pelayanan dokumen BC 2.3 di lingkungan DJBC, bagi
perusahaan yang mengajukan dokumen BC 2.3 juga dibuatkan suatu aplikasi
untuk mendukung otomasi tersebut. Aplikasi ini biasa disebut dengan modul TPB,
yang berfungsi untuk membuat data, mencetak dokumen TPB dan membentuk file
data BC 2.3.
1
1.2. Tujuan Instruksional Umum
2
2. Kegiatan Belajar (KB) 1
Aplikasi Cukai Tembakau mulai dibangun pada tahun 2001. Namun karena
beberapa kendala pada saat itu, aplikasi ini tidak jadi diimplementasikan.
Selanjutnya pada tahun 2003 aplikasi ini dikembangkan lagi dengan disain yang
baru. Aplikasi dikembangkan dengan menggunakan software oracle developer dan
database yang digunakan juga database Oracle. Aplikasi ini biasa disebut aplikasi
versi server, karena diimplementasikan di Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC)
yang mempunyai server.
Pekerjaan dilakukan mulai bulan September hingga Desember 2003. Pada bulan
Januari 2004, aplikasi ini mulai diuji coba dan diimplementasikan di KPBC
Surakarta. Setelah implementasi di Surakarta berjalan, selanjutnya aplikasi ini
diimplementasikan di KPBC-KPBC lain seperti Kudus, Malang, Tanjung Emas,
Juanda, Kediri, Pasuruan dan Medan.
Selain itu, aplikasi cukai juga dikembangkan dalam versi Personal Computer (PC).
Versi ini diimplementasikan di KPPBC-KPPBC yang volume dokumen cukainya
kecil, seperti KPPBC Panarukan, Bojonegoro, Blitar, Madiun, Tulungagung,
Yogyakarta, Pematang Siantar dan lain-lain.
Pada bulan April tahun 2008, mulai dikembangkan aplikasi cukai hasil tembakau
versi baru, untuk mengantisipasi akan dibentuknya Kantor Pengawasan dan
Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) tipe Madya Cukai. Aplikasi ini akan diujicoba
di KPPBC Malang pada awal Juli 2008. Aplikasi ini berbeda dengan aplikasi yang
lama. Perbedaan yang sangat signifikan adalah diterapkannya sistem sentralisasi.
Sedangkan aplikasi yang lama menggunakan sistem desentralisasi, di mana di setiap
KPPBC harus ada server untuk aplikasi dan database. Dengan sistem sentralisasi,
server aplikasi dan database hanya ada satu, yang ditempatkan di Kantor Pusat.
Sistem ini memungkinkan Kantor Pusat untuk mengetahui data transaksi di KPPBC
pada saat itu juga.
3
2.1.2. Tujuan Pengembangan Aplikasi Cukai Hasil Tembakau
4
Dari gambar di atas dapat dijelaskan :
Server database hanya ada di Kantor Pusat DJBC (sentralisasi)
Di KPPBC hanya ada PC yang telah diinstal program aplikasi dan jaringannya
terhubung/terkoneksi dengan Kantor Pusat.
Koneksi antara KPPBC dengan Kantor Pusat dapat menggunakan beberapa
teknologi antara lain MPLS, VPN internet, VPN dial atau teknologi lainnya
yang dinilai baik dan aman.
Untuk saat ini di KPPBC tipe Madya Cukai menggunakan teknologi MPLS.
Kalau ada perubahan program aplikasi di Kantor Pusat, program aplikasi yang
diinstal di KPPBC otomatis akan terupdate/disesuaikan dengan program aplikasi
di Kantor Pusat ketika user melakukan login ke aplikasi. Tidak diperlukan
petugas khusus untuk menginstal ulang aplikasi tersebut.
Data yang direkam di KPPBC secara langsung (real time) dapat dipantau oleh
Kantor Pusat. Demikian juga sebaliknya. Tetapi data itu hanya bisa
dibuka/dilihat sesuai dengan kewenangan yang diberikan kepada user.
Alur Pelayanan Cukai Hasil Tembakau dibagi dalam beberapa proses kegiatan
yaitu :
− Pelayanan NPPBKC
− Pelayanan HJE/Merk
5
− Pelayanan Permohonan Penyediaan Pita Cukai (PPPC)
− Pelayanan Pemesanan Pita Cukai (CK-1)
− CK-2 dan CK-3
− Pelayanan Laporan Produksi Harian Hasil Tembakau (CK-4)
− Pelayanan permohonan Penundaan Pembayaran Cukai
2.1.4.1. Pelayanan NPPBKC
Setiap Perusahaan yang bergerak di bidang produksi hasil tembakau harus
mempunyai identitas berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai
(NPPBKC). Proses Pengelolaan data NPPBKC adalah sebagai berikut :
a. Untuk mendapatkan NPPBKC pengusaha harus mengajukan
permohonan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai melalui Kepala
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai di mana lokasi pabrik akan didirikan
dengan terlebih dahulu menyerahkan denah lokasi pabrik.
b. Berdasarkan berkas permohonan yang diajukan dilakukan pemeriksaan
lapangan terhadap lokasi pabrik.
c. Hasil pemeriksaan lokasi dituangkan ke dalam Berita Acara Pemeriksaan
lokasi pabrik.
d. Berita Acara Pemeriksaan lokasi direkam pada SAP Cukai
e. Kalau berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan terhadap lokasi pabrik
hasilnya dinyatakan telah memenuhi syarat, pengusaha dapat
mengajukan PMCK-6 berikut formulir registrasi yang telah diisi dengan
lengkap dan benar.
f. Data registrasi direkam oleh petugas di KPPBC
g. Kalau semuanya sudah sesuai ketentuan, NPPBKC dapat diterbitkan
oleh Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai.
h. Setelah Surat Keputusan penerbitan NPPBKC diterbitkan oleh Kepala
Kantor, segera direkam di SAP Cukai.
2.1.4.2. Pelayanan HJE Merk
Setelah pengusaha hasil tembakau memeperoleh NPPBKC, yang
bersangkutan harus mengajukan HJE/Merk hasil tembakau yang diproduksi
ke KPPBC. Kalau HJE/Merk Hasil tembakau disetujui, barulah permohonan
penyediaan pita cukai dapat dilayani. Pengelolaan data HJE/Merk dimulai
6
dari pengajuan HJE/Merk ker KPPBC sampai terbitnya surat keputusan
penetapan HJE/merk. Prosesnya adalah seperti pada skema di bawah:
PPenjelasan skema:
− Pengusaha mengajukan permohonan HJE/Merk ke KPPBC
− Data HJE/Merk direkam
− Data hasil perekaman divalidasi dan dianalisa oleh petugas
− Petugas dapat menolak HJE/Merk dalam hal terjadi kemiripan merk atau
disain kemasan hasil tembakau dengan HJE/ Merk terdahulu milik
perusahaan lain
− Kalau datanya valid , validator memberikan rekomendasi bahwa datanya
dapat diterima.
− Pejabat pembuat keputusan meneliti ulang rekomendasi yang diberikan
oleh validator.
7
− Kalau pejabat pembuat keputusan tidak sependapat (tidak setuju), maka
permohonan HJE/Merk ditolak (direject) dengan memberitahukan alasan
penolakan. Form reject otomatis tercetak setelah keputusan dibuat.
− Kalau pejabat pembuat keputusan sependapat dengan validator, konsep
Surat Keputusan HJE/Merk dapat dicetak.
− Surat Keputusan HJE/Merk diberi nomor dan ditandatangani oleh Kepala
KPPBC.
− Nomor SKEP direkam di SAP Cukai
− Skep penetapan oleh kepala KPPBC diverifikasi ulang oleh petugas di KP
DJBC
− Kalu ternyata penetepan HJE/Merk menyalahi ketentuan, Kantor Pusat
dapat merekomendasikan kepada Kepala KPPBC untuk membatalkan
Skep HJE/Merk tersebut.
− Kalau ada rekomendasi pembatalan HJE/Merk dari KP DJBC, maka
kepala KPPBC akan membuat surat pembatalan terhadap Skep HJE yang
direkomendasikan untuk dibatalkan..
2.1.4.3. Pelayanan Permohonan Penyediaan Pita Cukai (PPPC)
Setelah pabrik hasil tembakau berproduksi dan produksi hariannya sudah
dilaporkan ke Kantor Pelayanan, maka untuk proses pengeluarannya hasil
tembakau dapat dilakukan. Pengeluaran hasil tembakau harus sudah dalam
kemasan untuk penjualan eceran dan dilekati pita cukai. Sebelum pengusaha
melakukan pemesanan pita, terlebih dahulu harus mengajukan Permohonan
Penyediaan Pita Cukai (PPPC). Pengajuan PPPC paling lambat tanggal 10
setiap bulan untuk kebutuhan bulan berikutnya. Kalau permohonan
penyediaan pita yang diajukan ternyata masih belum memenuhi kebutuhan
pita cukai, sementara pengusaha sudah mengajukan PPPC untuk jenis pita
yang sama, maka yang bersangkutan dapat mengajukan PPPC Tambahan
(PPPCT).
Proses pengajuan PPPC dan PPPCT tergambar seperti alur proses berikut :
8
Penjelasan dari gambar di atas adalah sebagai berikut :
− Pengusaha mengajukan PPPC ke Kantor Pelayanan. Dalam hal jumlah
pita cukai di PPPC yang diajukan diperkirakan tidak mencukupi,
pengusaha dapat mengajukan Permohonan Penyediaan Pita Cukai
Tambahan (PPPCT).
− PPPC / PPPCT dapat diajukan secara manual atau Pertukaran Data
Elektronik (PDE).
− PPPC yang diajukan secara manual direkam dan divalidasi.
− Validasi oleh komputer meliputi :
• NPPBKC
• Periode persediaan pita cukai
• Jenis pita cukai
• Jumlah pita cukai yang diminta untuk disediakan
9
− Selain validasi yang dilakukan oleh komputer pada saat perekaman,
validasi juga dilakukan oleh petugas dengan cara mencocokkan hasl
perekaman dengan hard copy PPPC/PPPCT..
− Kalau validator menyatakan datanya memang sudah valid maka
PPPC/PPPCT dinomori.
− Penomoran dilakukan oleh komputer
− Data PPPC/PPPCT yang sudah diberi nomor, otomatis dapat dilihat di
KP DJBC untuk diproses menjadi Order Bea Cukai (OBC).
− Petugas di KP DJBC memroses PPPC/PPPCT menjadi Order Bea Cukai
(OBC) yang kemudian dikirim ke Peruri dalam bentuk softcopy dan
hardcopy.
− OBC mewakili satu jenis pita yang dipesan oleh pengusaha.
− Peruri mencetak pita cukai berdasarkan OBC dan mengirimkan pita
cukai ke Kantor Pusat / Gudang Pita dengan dokumen Daftar Pengiriman
Pita Cukai (DPPC) berikut data softcopy DPPC. Untuk satu OBC
kemungkinan bisa melalui lebih dari satu kali pengiriman.
− DPPC diload ke aplikasi pelayanan cukai di KPPBC atau direkam untuk
menambah persediaan pita cukai di gudang pita cukai.
− Untuk pita cukai yang diambil di KPPBC, Kantor Pusat mengirimkan
pita cukai ke KPPBC sesuai dengan PPPC/PPPCT nya dengan
menggunakan Surat Pengantar (SP) atau Daftar Pengiriman Pita Cukai
(DPPC) untuk KPPBC. Untuk satu PPPC/PPPCT kemungkinan bisa
lebih dari satu kali pengiriman.
− SP/DPPC untuk Kantor Pelayanan direkam jumlah pengirimannya,
dibandingkan jumlah yang dipesan. Kalau kurang/lebih dibuat berita
acara atas kekurangan/kelebihannya. Hasil perekaman akan menambah
persediaan pita cukai di Kantor Pelayanan.
Setelah pita cukai tersedia di Kantor Pelayanan, pengusaha yang mengambil
pita cukai di Kantor Pelayanan sudah dapat mengajukan pemesanan pita
cukainya. Demikian juga pengusaha yang mengambil pita cukainya di
Kantor Pusat, baru bisa mengajukan pemesanan pita cukainya apabila pita
cukainya sudah tersedia di gudang pita cukai Kantor Pusat.
10
Dalam pengusaha sudah mengajukan PPPC dan PPPCT tetapi ternyata
jumlah masih belum mencukupi, pengusaha dapat mengajukan PPPCT izin
Direktur Jenderal melalui KPPBC.
KPPBC hanya meneruskan saja berkas PPPCT izin Direktur Jenderal ke KP
DJBC tanpa merekam datanya. Perekaman dilakukan di KP DJBC setelah
benar-benar mendapat izin dari Direktur Jenderal. Kalau ditolak, PPPCT izin
Direktur Jenderal datanya tidak perlu direkam.
2.1.4.4. Pelayanan Pemesanan Pita Cukai (CK-1)
Pengeluaran hasil tembakau dari pabrik oleh pengusaha dapat dilakukan
dengan terlebih dahulu mengajukan pemesanan pita cukai dengan
menggunakan dokumen CK-1. CK-1 baru bisa dilayani kalau pita cukai
berdasarkan PPPC yang diajukan oleh pengusaha sudah tersedia. CK-1 yang
diajukan oleh pengusaha direkam oleh petugas di KPPBC. Pada saat
perekaman, CK-1 ditolak (tidak dapat lanjutkan proses perekamannya)
dalam hal :
1. Pengusaha yang bersangkutan selama satu tahun tidak pernah melakukan
kegiatan pemesanan pita cukai.
2. Merk yang diajukan di CK-1 dalam 6 bulan terakhir tidak pernah
dipesankan pita cukainya.
3. Pengusaha yang bersangkutan karena suatu hal statusnya diblokir, misal
melakukan pelanggaran.
4. Akumulasi jumlah hasil tembakau yang akan dikeluarkan melebihi
jumlah maksimal golongan produksinya dalam setahun, sehingga perlu
naik golongan dan penyesuaian tarif cukai dan HJEnya. Untuk itu yang
bersangkutan harus memecah CK-1 sampai batas maksimal produksi
golongan produksinya dan untuk pengajuan CK-1. Selanjutnya harus
naik golongan dan menggunakan tarif dan HJE golongan produksi yang
baru.
5. Untuk pengusaha yang tidak kena PPN, akumulasi jumlah total HJE
yang diajukan sampai saat pengajuan CK-1 dalam tahun tersebut
ternyata melewati batas Pengusaha Kena Pajak (PKP). Sehingga untuk
kelebihan total HJEnya harus dikenakan PPN. Untuk itu yang
bersangkutan harus memecah CK-1 sampai batas PKP. Setelah itu
pengajuan CK-1 berikutnya harus sudah kena PPN.
11
6. Untuk pengusaha yang mendapat fasilitas pembayaran cukai secara
kredit/penundaan ternyata masa berlakunya SKEP penundaannya sudah
habis, sehingga perlu adanya perpanjangan SKEP penundaan.
7. Pengusaha yang mendapat fasilitas pembayaran cukai secara
kredit/penundaan ternyata total nilai yang cukai yang diajukan melebihi
saldo akhir penundaan yang diperbolehkan.
8. Masih ada CK-1 kredit yang melewati jatuh tempo tetapi statusnya
belum lunas.
Pembayaran cukai dapat dilakukan secara tunai ataupun kredit (penundaan).
Penundaan pembayaran cukai dapat dilakukan kalau pengusaha sudah
mendapat SKEP Penundaan.
a. Pengajuan CK-1 dengan pembayaran secara tunai
Proses pengajuan CK-1 dengan pembayaran cukai secara tunai dapat
digambarkan seperti alur proses berikut :
12
− Pengusaha mengirim data CK-1 (PDE) atau menyerahkan
dokumen CK-1 ke penerimaan dokumen cukai di KPPBC
− Petugas Penerimaan dokumen merekam data CK-1 dengan cara
pembayaran tunai.
− Pada saat perekaman validasi dilakukan oleh komputer yang
meliputi :
• NPPBKC
• Nama yang diberi kuasa kalau pengurusannya dikuasakan
• Cara pembayaran (tunai/kredit)
• Kebenaran tarif dan warna pita
• HJE/Merk
• Batas produksi sesuai golongan
• Batas PKP
• Pemotongan Cukai dengan CK-2 atau CK-3 kalau ada
• Perhitungan cukai dan PPN
− Kalau sudah valid maka hasil perekaman dapat disimpan.
Sebaliknya bila data tidak valid maka data tidak bisa disimpan
dan CK-1 dikembalikan kepada pengusaha.
− Setelah selesai perekaman, data hasil perekaman divalidasi lagi
oleh petugas dengan cara mencocokkan hasil perekaman dengan
hard copy CK-1 yang diajukan oleh pengusaha.
− Kalau data yang direkam sudah sesuai maka CK-1 otomatis
diberi nomor dan diberi tanda terima yang dapat dicetak melalui
aplikasi
− Kalau data tidak sesuai, validator memutus perekam tidak sesuai,
dokumen CK-1 dikembalikan kepada perekam untuk direkam
ulang.
− Untuk CK-1 yang sudah diberi nomor dapat dilakukan
pembayaran cukai dan PPNnya ke bank. Tidak semua pengusaha
harus membayar PPN. Hanya pengusaha yang total HJE
pertahunnya melebihi PKP yang terkena PPN
2. Pembayaran Cukai CK-1 Tunai
Proses pembayaran/pelunasan CK-1 tunai adalah segabai berikut :
13
− Setelah cukai dan PPN dibayar di bank, pengusaha mendapatkan
Surat Setoran Cukai dalam negeri dan Pajak (SSCP).
− SSCP dibawa ke Seksi Perbendaharaan untuk direkam datanya
− Data SSCP minimal harus ada kode kantor, nomor dan tanggal
SSCP, nilai pungutan yang dibayar, Nomor Transaksi
Penerimaan Negara (NTPN), Nomor Transaksi Bank (NTB),
nama bank dan cabang bank.
− Kalau jumlah pembayaran cukai dan PPNnya sudah sama dengan
yang di CK-1 maka ketika data disimpan status CK-1 sudah
“lunas”.
− Kalau jumlah pembayaran cukai dan PPNnya kurang daripada
yang di CK-1 maka status CK-1 belum lunas dan harus dilakukan
pembayaran kekurangannya. Jadi untuk satu CK-1 dapat dilunasi
dengan lebih dari satu SSCP
− Khusus untuk PPN dapat dilunasi/ditutup dengan konpensasi
PPN yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
− Kalau nilai kompensasi sama atau lebih besar dari tagihan PPN
yang ada di CK-1, maka PPN statusnya lunas dan nilai PPN tidak
perlu dibayar dengan SSCP. Kalau kompensasi yang dipakai
untuk CK-1 tersebut masih sisa, dapat digunakan untuk melunasi
PPN CK-1 berikutnya. Jadi satu kompensasi dapat dipakai untuk
melunasi PPN di lebih dari satu CK-1.
− Kalau nilai kompensasi lebih kecil daripada nilai PPN di CK-1,
maka kekurangannya dibayar dengan menggunakan SSCP
bersamaan dengan cukainya.
b. Pengajuan CK-1 dengan pembayaran secara kredit
Proses pengajuan CK-1 dengan pembayaran cukai secara kredit dapat
digambarkan seperti alur proses berikut :
14
Penjelasan dari gambar di atas adalah sebagai berikut :
1. Perekaman dan Validasi data CK-1 Kredit :
− Pengusaha mengirim data CK-1 (PDE) atau menyerahkan
dokumen CK-1 ke penerimaan dokumen cukai di KPPBC
− Petugas Penerimaan dokumen merekam data CK-1 dengan cara
pembayaran tunai.
− Pada saat perekaman validasi dilakukan oleh komputer yang
meliputi :
• NPPBKC
• Nama yang diberi kuasa kalau pengurusannya dikuasakan
• Cara pembayaran
• Kebenaran tarif dan warna pita
15
• HJE/Merk
• Batas Golongan Produksi
• Batas PKP
• Masa berlaku SKEP Penundaan
• Saldo penundaan terakhir
• Perhitungan cukai dan PPN
− Kalau saldo kredit kurang atau masa berlaku SKEP Penundaan
habis maka CK-1 langsung direject
− Kalau sudah valid maka hasil perekaman dapat disimpan.
Sebaliknya bila data tidak valid maka data tidak bisa disimpan
dan CK-1 dikembalikan kepada pengusaha.
− Setelah selesai perekaman, data hasil perekaman divalidasi lagi
oleh petugas dengan cara mencocokkan hasil perekaman dengan
hard copy CK-1 yang diajukan oleh pengusaha.
− Kalau data yang direkam sudah sesuai maka CK-1 otomatis
diberi nomor dan diberi tanda terima yang dapat dicetak melalui
aplikasi
− Kalau data tidak sesuai, validator memutus perekam tidak sesuai,
dokumen CK-1 dikembalikan kepada perekam untuk direkam
ulang.
− Untuk CK-1 yang sudah diberi nomor dapat dilakukan proses
persetujuan kreditnya.
2. Persetujuan Kredit
− CK-1 kredit yang sudah direkam datanya dapat dilihat di Seksi
Perbendaharaan.
− Petugas melakukan persetujuan terhadap CK-1 kredit
− Setelah kredit/penundaan disetujui, tanggal jatuh tempo otomatis
terisi dan nilai cukai di CK-1 tersebut otomatis mengurangi saldo
penundaan
Penyelesaian/Pelunasan Cukai CK-1 Kredit
Penyelesaian/Pelunasan CK-1 kredit dapat menggunakan :
− SSCP
− CK-2
16
− CK-3
1. Penyelesaian CK-1 kredit dengan SSCP caranya adalah sebagai
berikut :
− Pembayaran dilakukan di bank
− Setelah cukai dan PPN dibayar di bank, pengusaha mendapatkan
Surat Setoran Cukai dalam negeri dan Pajak (SSCP).
− SSCP dibawa ke Seksi Perbendaharaan untuk direkam datanya
− Kalau jumlah pembayaran cukai dan PPNnya sudah sama dengan
yang di CK-1 maka ketikan data disimpan status CK-1 sudah
“lunas”.
− Kalau jumlah pembayaran cukai dan PPNnya kurang daripada
yang di CK-1 maka status CK-1 belum lunas dan harus dilakukan
pembayaran kekurangannya. Jadi untuk satu CK-1 dapat dilunasi
dengan lebih dari satu SSCP
− Khusus untuk PPN dapat dilunasi/ditutup dengan konpensasi
PPN yang dikeluarkan oleh Direktorat Pajak.
− Kalau nilai kompensasi sama atau lebih besar dari tagihan PPN
yang ada di CK-1, maka PPN statusnya lunas dan nilai PPN tidak
perlu dibayar dengan SSCP. Kalau kompensasi yang dipakai
untuk CK-1 tersebut masih sisa, dapat digunakan untuk melunasi
PPN CK-1 berikutnya. Jadi satu kompensasi dapat dipakai untuk
melunasi PPN di lebih dari satu CK-1.
− Kalau nilai kompensasi lebih kecil daripada nilai PPN di CK-1,
maka kekurangannya dibayar dengan menggunakan SSCP
bersama dengan cukainya.
− Setelah data disimpan nilai cukai yang dibayar akan menambah
saldo penundaan.
2. Penyelesaian CK-1 kredit dengan CK-2
Penyelesaian CK-1 kredit dengan nilai pengembalian CK-2, caranya
adalah sebagai berikut :
− CK-2 yang digunakan untuk menyelesaikan CK-1 kredit, harus
sudah direkam lebih dahulu
17
− Kalau nilai pengembalian cukai di CK-2 sama atau lebih besar
daripada cukai di CK-1, maka status CK-1nya ‘lunas’ dan nilai
cukai tidak perlu dibayar dengan SSCP. Sisa pengembalian di
CK-2 dapat dipakai untuk menyelesaikan CK-1 kredit berikutnya.
Jadi satu CK-2 atau CK-3 dapat digunakan untuk memotong
hutang lebih dari satu CK-1 kredit.
− Kalau nilai pengembalian di CK-2 lebih kecil dari nilai cukai di
CK-1, maka kekurangannya harus dibayar dengan SSCP.
− Nilai pengembalian cukai yang digunakan untuk memotong
hutang cukai akan menambah saldo penundaan.
3. Penyelesaian CK-1 kredit dengan CK-3
Penyelesaian CK-1 kredit dengan nilai pengembalian CK-3, caranya
sama dengan penyelesaian CK-1 kredit dengan nilai pengembalian
CK-2. CK-2 atau CK-3 yang dipakai untuk memotong hutang cukai
harus dilunasi dulu biaya penggantinya.
18
− Kalau pita cukai sudah diserhkan semua, maka status CK-1 di
aplikasi menjadi sudah selesai (pita sudah diserahkan).
Untuk pengambilan pita cukai di Kantor Pusat prosesnya sebagai
berikut:
− Pengusaha atau kuasanya menyerahkan CK-1 kredit kepada petugas
di bagian distribusi pita cukai di gudang pita Kantor Pusat.
− Petugas distribusi pita cukai melakukan pengecekan status CK-1 di
aplikasi.
− Kalau datanya valid, status sudah mendapat persetujuan penundaan
dan tanggal jatuh tempo sudah ditetapkan, pita cukai dapat diberikan
kepada pengusaha atau kuasanya.
− Petugas merekam jumlah pita cukai yang dikeluarkan.
− Atas penyerahan pita cukai dikeluarkan tanda terima pita cukai yang
dicetak dari aplikasi.
− Kalau pita cukai sudah diserahkan semua, maka status CK-1 di
aplikasi menjadi sudah selesai (pita sudah diserahkan).
2.1.4.5. Pelayanan Pemusnahan/Pengembalian Pita Cukai (CK-2/CK-3)
a. Proses Pengelolaan Data CK-2 (Pemusnahan Pita Cukai)
Pemusnahan pita cukai dilakukan terhadap hasil tembakau di peredaran
bebas yang sudah dilekati pita cukai. Pemusnahan dapat dilakukan
misalnya hasil tembakau tersebut kadaluarsa sehingga tidak layak
dikonsumsi. Pada SAP Cukai sampai saat ini tidak ada alur proses. CK-2
yang diterbitkan hanya direkam datanya berikut pelunasan biaya
penggantinya bila ada.
CK-2 dapat digunakan untuk memotong hutang cukai dari CK-1 kredit
atau kalau tidak mempunyai hutang cukai dapat digunakan untuk
memotong nilai cukai di CK-1 tunai dengan catatan biaya pengganti
sudah dilunasi terlebih dahulu.
b. Proses Pengelolaan Data CK-3 (Pengembalian Pita Cukai)
Pengembalian pita cukai dilakukan terhadap pita cukai yang sudah
diambil pengusaha tetapi kondisinya rusak atau salah cetak. Pada SAP
Cukai sampai saat ini tidak ada alur proses. CK-3 yang diterbitkan hanya
direkam datanya berikut pelunasan biaya penggantinya bila ada.
19
Sama seperti CK-2, CK-3 dapat digunakan untuk memotong hutang
cukai dari CK-1 kredit atau kalau tidak mempunyai hutang cukai dapat
digunakan untuk memotong nilai cukai di CK-1 tunai.
2.1.4.6. Pelayanan Permohonan Penundaan Pembayaran Cukai
Untuk mendapatkan fasilitas penundaan pembayaran cukai, pengusaha harus
memperoleh surat keputusan penundaan pembayaran cukai. Proses
penerbitan surat keputusan penundaan pembayaran cukai dapat digambarkan
sebagai berikut :
Penjelasan :
− Pengusaha mengajukan permohonan penundaan pembayaran cukai
dilengkapi dengan laporan keuangan dan data pemesanan pita cukai 6
bulan terakhir serta mempertaruhkan jaminan.
− Petugas penerimaan dokumen merakam data permohonan
− Petugas KPPBC meneliti kelengkapan dokumen, laporan keuangan dan
data pemesanan pita cukai 6 bulan terakhir serta memperhitungkan
besarnya nilai penundaan cukai yang akan diberikan.
20
− Kalau tidak disetujui, diterbitkan surat penolakan
− Kalau disetujui, diterbitkan surat keputusan penundaan pembayaran cukai.
− Surat keputusan penundaan pembayaran cukai diterbitkan oleh Kepala
KPPBC atau kepala Kantor Wilayah atau Direktur Cukai sesuai dengan
besarnya nilai penundaan menurut peraturan yang berlaku.
− Setelah Surat Keputusan diberi nomor oleh Kepala Kantor, Kepala Kanwil
atau Direktur Cukai, nomor SKEPnya direkam di SAP Cukai
2.1.4.7. Pelayanan Laporan Harian Produksi Hasil Tembakau (CK-4)
Pengusaha hasil tembakau wajib melaporkan produksi hariannya. Proses
laporan produksi harian adalah sebagai berikut :
− Pengusaha membuat laporan produksi harian dengan menggunakan
formulir CK-4.
− Sesuai peraturan yang berlaku sekarang CK-4 wajib diserahkan pada dua
kali sebulan
− Data CK-4 direkam oleh petugas di KPPBC
− Data CK-4 akan digunakan untuk perbandingan produksi hasil tembakau
dengan pemesanan pita cukainya.
21
2.2. Latihan 1
1. Sebutkan apa saja yang menyebabkan pemesanan pita cukai (CK-1) ditolak.
2. Apa saja yang divalidasi dalam proses perekaman data CK-1 ?
3. Sebutkan tujuan pengembangan aplikasi cukai hasil tembakau.
4. CK-1 kredit dapat selesaikan dengan dokumen apa saja. Jelaskan.
5. Jelaskan tentang pengeluaran pita cukai di KPPBC pada aplikasi cukai hasil
tembakau.
2.3. Rangkuman
Pada SAP Cukai Hasil tembakau yang menjadi merupakan data pokok adalah
data NPPBKC dan data HJE/merk hasil tembakau. Data ini harus sudah ada
sebelum proses pelayanan.
Proses pelayanan Permohonan Penyediaan Pita Cukai dimulai dari penyerahan
PPPC/PPPCT oleh pengusaha hasil tembakau ke KPPBC sampai proses
pemasukan pita cukai ke gudang pita cukai atau persediaan pita cukai di KPPBC
Pelayanan CK-1 dibedakan menjadi dua yaitu CK-1 tunai dan CK-1 kredit.
Untuk CK-1 tunai, pita cukai dapat diberikan kepada pengusaha kalau pelunasan
pungutan di CK-1 sudah direkam. Sedangkan CK-1 kredit, pita cukai sudah
dapat diserahkan kalau sudah mendapat persetujuan dan tanggal jatuh temponya
ditetapkan. Untuk pelunasan pungutannya dapat dilakukan sampai batas tanggal
jatuh tempo. Kalau lewat jatuh tempo pengusaha belum melunasi pungutan CK-
1 kredit, maka CK-1 berikutnya akan diblokir otomatis dan yang bersangkutan
dikenakan denda.
CK-1 kredit hanya diberikan untuk pengusaha yang sudah mendapat Surat
Keputusan penundaaan cukai dan datanya sudah direkam di SAP Cukai.
CK-2 dan CK-3 dapat digunakan untuk memotong hutang cukai atau memotong
cukai yang harus dibayar pada CK-1 bila tidakmempunyai hutang cukai, dengan
syarat biaya penggantinya sudah dilunasi dan direkam di SAP Cukai.
22
3. Kegiatan Belajar (KB) 2
23
petugas pada proses pelayanan dan pengawasan. Pejabat yang berwenang
dapat melakukan pengawasan terhadap data-data BC 2.3 yang diajukan
dengan menggunakan fungsi-fungsi pada aplikasi. Selain memantau data,
aplikasi juga bermanfaat dalam mengawasi aktivitas para pengguna SAP
BC 2.3 karena setiap proses perubahan data dan pengambilan keputusan
akan tersimpan datanya, termasuk data petugas yang melakukan kegiatan
dan waktunya. Hal ini berarti akan membantu sistem pengawasan intern di
DJBC.
2. Hubungan Aplikasi Pelayanan BC 2.3 Dengan Aplikasi Lain.
A. Modul Hanggar
Modul hanggar berguna dalam mencatat dan mengirimkan waktu keluar
dan masuk gate. Selain itu, modul hanggar juga berguna dalam mencatat
dan mengirimkan Laporan Hasil Pemeriksaan ke Kantor Pengawas.
3. Dasar hukum, prinsip dan alur proses aplikasi pelayanan BC 2.3.
Pada kegiatan belajar ini, akan diuraikan mengenai dasar hukum Sistem
Aplikasi Pelayanan (SAP) BC 2.3, serta prinsip-prinsip yang ada dalam
aplikasi pelayanan tersebut.
3.1. Dasar Hukum Pelayanan BC 2.3
Dasar hukum dari SAP BC 2.3 adalah sebagai berikut :
• Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 48/
PMK.04 /2005 tanggal Agustus 2005 Tentang Perubahan Kedelapan
Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 101/KMK.05/1997
Tentang Pemberitahuan Pabean.
• Peraturan Direktur Jenderal Bea Cukai Nomor 38/BC/2007 Tanggal
28 Desember 2007 tentang Tata Kerja Pengeluaran Barang Impor
dari Kawasan Pabean Untuk Ditimbun di Tempat Penimbunan
Berikat dengan Menggunakan Sistem Pertukaran Data Elektronik.
• Surat Direktur Jenderal u.p Direktur Teknis Kepabeanan Nomor S-
1209/BC.2/2005 tanggal 06 Juni 2005 tentang Prosedur Pengeluaran
Barang dari TPS dengan SPPB BC 2.3 dalam rangka Ujicoba.
24
3.2. Prinsip Pelayanan BC 2.3
1. Pembuatan BC 2.3
Pada prinsipnya atas semua pengeluaran barang impor dari Kawasan
Pabean untuk ditimbun di TPB wajib diberitahukan oleh Pengusaha
TPB dengan menggunakan dokumen BC 2.3. Namun BC 2.3
tersebut tidak dapat dipergunakan untuk mengeluarkan barang
impor dari Kawasan Pabean berupa makanan dan/atau minuman,
yang dimaksudkan untuk dikonsumsi di TPB. BC 2.3 disampaikan
oleh Pengusaha TPB ke Kantor Pengawasan. TPB yang berada
dibawah pengawasan Kantor Pengawasan yang telah memiliki
sistem PDE wajib menyampaikan BC 2.3 dalam bentuk data
elektronik dengan menggunakan sistem PDE.
2. Kantor Pengawasan
Kantor Pengawasan adalah Kantor Pabean yang mengawasi TPB.
Dalam kegiatan pelayanan, kantor pengawasan berperan sebagai
kantor pendaftaran. Selain sebagai tempat pendaftaran, permohonan
pembatalan terhadap BC2.3 juga diajukan ke Kantor Pengawasan.
Kantor Pengawasan juga melakukan kegiatan menerima dan
meneliti dokumen BC 2.3 yang dikirim oleh Pengusaha TPB.
Selain itu, sebagian besar kantor pengawasan juga dapat sekaligus
berperan sebagai Kantor Pembongkaran (Kantor Bongkar).
3. Kantor Pembongkaran
Kantor Pembongkaran adalah Kantor Pabean yang mengawasi
pelabuhan pembongkaran barang impor. SAP di Kantor
Pembongkaran menerima dan mendistribusikan data BC 2.3, SPPB
Merah atau SPPB dari dan kepada SAP pada Kantor Pengawasan
serta mengirimkan data penutupan pos BC 1.1 dan realisasi
pengeluaran barang impor ke SAP di Kantor Pengawasan.
4. Pendaftaran BC 2.3
BC 2.3 didaftarkan oleh Pengusaha TPB ke Kantor Pengawas.
Pada Kantor Pengawasan yang telah menggunakan sistem PDE,
pendaftaran BC 2.3 wajib dilakukan dengan menggunakan sistem
PDE.
25
Pada Kantor Pengawasan yang tidak menggunakan sistem PDE,
pendaftaran BC 2.3 dilakukan dengan menggunakan disket atau
formulir.
5. Reject BC 2.3
Data BC 2.3 yang diajukan, secara otomatis akan direject oleh
sistem aplikasi dalam hal :
Data BC 2.3 tidak benar dan atau tidak lengkap;
Data pemberitahu diblokir
Penghitungan Bea Masuk, Cukai, PDRI, dan pelunasan PNBP
tidak benar.
6. Pemeriksaan Fisik.
Di dalam sistem aplikasi pelayanan BC 2.3, pemeriksaan fisik
dilakukan bila BC 2.3 mendapatkan SPPB Merah, yaitu BC 2.3
yang termasuk salah satu dari kriteria berikut ini :
Barang impor merupakan barang yang diimpor kembali atau
barang contoh;
BC 2.3 termasuk kategori analyzing point dan oleh petugas
diputuskan untuk pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik tersebut dilakukan di TPB.
7. Pembatalan BC 2.3.
Dalam hal terjadi pembatalan BC 2.3, pengusaha TPB wajib
mengajukan permohonan pembatalan ke Kantor Pengawasan tempat
BC 2.3 didaftarkan dengan dilampiri alasan dan bukti-bukti
pendukung. Permohonan pembatalan tersebut harus disampaikan
sebelum barang impor dikeluarkan dari Kawasan Pabean.
Pembatalan dapat dilakukan bila permohonan pembatalan telah
disetujui oleh Kepala Kantor Pengawasan setelah terlebih dahului
dilakukan penelitian.
26
3.3. Alur Pelayanan BC 2.3
4.3.1 Alur Proses Data BC 2.3
Alur proses pelayanan data BC 2.3 PDE sesuai P-38/BC/2007
adalah sebagai berikut :
1. Validasi
Proses validasi merupakan proses yang pertama kali
dilakukan oleh sistem ketika data BC 2.3 masuk ke Kantor
Pendaftaran (Kantor Pengawas). Sistem melakukan
pengecekan terhadap hal- hal berikut ini:
• Status blokir pengusaha TPB;
• Penghitungan Bea Masuk, Cukai, PDRI, dan pelunasan
PNBP;
• Pengecekan kelengkapan dan kevalidan data- data yang
harus diisi.
Jika ketiga pengecekan tersebut valid, maka akan
diteruskan ke proses yang selanjutnya.
2. Pengecekan Skep Penangguhan
Setelah melakukan validasi, sistem melakukan pengecekan
skep penangguhan dari pengajuan BC 2.3. Bila terdapat
skep penangguhan pada pengajuan BC 2.3 tersebut, maka
BC 2.3 akan masuk proses analyzing point. Bila tidak
proses akan dilanjutkan ke tahap yang berikutnya.
3. Pengecekan HS Barang Larangan dan Pembatasan (lartas)
Setelah melakukan pengecekan Skep Penangguhan, sistem
akan melakukan pengecekan apakah barang – barang yang
ada pada pengajuan BC 2.3 diduga termasuk barang yang
dilarang atau dibatasi. Bila terdapat barang-barang yang
diduga termasuk barang yang dilarang atau dibatasi, maka
BC 2.3 akan masuk proses analyzing point.
4. Analyzing Point
Proses analyzing point merupakan proses perekaman hasil
keputusan Petugas Analyzing Point terhadap SKep
Penangguhan atau HS barang larangan dan pembatasan pada
27
BC 2.3 yang bersangkutan. Bila petugas analyzing point
memutuskan bahwa barang pada dokumen BC 2.3
merupakan barang larangan, maka sistem akan memberikan
respon penolakan (reject). Bila tidak, petugas dapat
memutuskan untuk menunggu Skep Perijinan atas barang
yang dimaksud. Bila demikian, maka sistem akan
memberikan respon Konfirmasi Skep Perijinan. Untuk
barang contoh, reimpor KB dan lainnya, yang tidak terkena
analyzing point secara otomatis akan memperoleh respon
SPPB Merah atau SPPB.
5. Gate Out
Pengeluaran barang impor dari Kawasan Pabean dilakukan
dengan menggunakan SPPB Merah atau SPPB. Pada proses
ini juga dilakukan penyegelan oleh Pejabat Bea dan Cukai.
Selain itu juga dilakukan pencatatan waktu keluarnya barang
dari kantor bongkar (kawasan pabean). Pada tahap ini juga
terjadi proses pencatatan jumlah kontainer/ kemasan yang
keluar dari kawasan pabean. Informasi telah keluarnya
barang dari kawasan pabean ini akan dikirimkan ke kantor
pengawasan.
6. Gate In
Pemasukan barang impor ke TPB dilakukan dengan
menggunakan SPPB Merah atau SPPB. Pada tahap gate in
terjadi proses pencatatan waktu masuknya barang ke
kawasan berikat (kantor pengawas). Pada tahap ini juga
terjadi proses pencatatan jumlah kontainer/ kemasan yang
masuk ke kawasan berikat.
7. Perekaman Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
Proses perekaman LHP dilakukan oleh Pejabat Fungsional
Pemeriksa Barang (PFPB). Proses ini bertujuan merekam
realisasi pemeriksaan barang apakah sesuai dengan dokumen
BC 2.3 yang diajukan.
28
8. Penelitian Dokumen
Proses penelitian dokumen terhadap BC 2.3 meliputi hal-hal
berikut ini :
a. kelengkapan dan kebenaran pengisian BC 2.3;
b. kebenaran penghitungan bea masuk, cukai, PDRI, dan
pelunasan PNBP; dan
c. kelengkapan pengisian dokumen pelengkap pabean yang
diwajibkan, berupa BL/AWB, invoice dan packing list,
serta dokumen pelengkap pabean lainnya antara lain
Surat Keputusan dan atau barang yang memerlukan izin
dari instansi terkait .
Alur proses dari pelayanan BC 2.3 secara elektronik dapat
dilihat pada gambar 1.
29
3.2. Latihan 1
Jelaskan secara singkat dan jelas alur proses data BC 2.3 !
3.3.Rangkuman
Dasar Hukum Pelayanan Sistem Aplikasi BC 2.3 adalah Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 48 / PMK.04 /2005 tanggal Agustus 2005 Tentang
Perubahan Kedelapan Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 101/KMK.05/1997
Tentang Pemberitahuan Pabean. Sedangkan Tata Kerja Pengeluaran Barang Impor
dari Kawasan Pabean Untuk Ditimbun di Tempat Penimbunan Berikat dengan
Menggunakan Sistem Pertukaran Data Elektronik diatur dalam Peraturan Direktur
Jenderal Bea Cukai Nomor 38/BC/2007 Tanggal 28 Desember 2007.
Pada prinsipnya semua pengeluaran barang impor dari Kawasan Pabean untuk
ditimbun di TPB wajib diberitahukan oleh Pengusaha TPB dengan menggunakan
dokumen BC 2.3. Namun BC 2.3 tersebut tidak dapat dipergunakan untuk
mengeluarkan barang impor dari Kawasan Pabean berupa makanan dan/atau
minuman, yang dimaksudkan untuk dikonsumsi di TPB. Dalam kegiatan pelayanan,
Kantor Pengawasan berperan sebagai kantor pendaftaran. Kantor Pengawasan adalah
Kantor Pabean yang mengawasi TPB. Kantor Pembongkaran adalah Kantor Pabean
yang mengawasi pelabuhan pembongkaran barang impor. Pengajuan BC 2.3
dilakukan melalui media disket atau secara PDE atau formulir, tergantung dari
KPPBC tempat BC 2.3 didaftarkan.
30
4. Kegiatan Belajar (KB) 3
PEMBUATAN BC 2.3
A. PEMBUATAN BC 2.3
Pada kegiatan belajar ini, akan diuraikan mengenai proses pembuatan data BC 2..3
dengan modul aplikasi sampai dengan pengajuan data BC 2.3 ke Kantor Pengawas,
dan proses penanganan data BC 2.3 pada KPPBC.
1. Pembuatan BC 2.3 pada Perusahaan
1. Modul Aplikasi BC 2.3
Pengusaha TPB wajib menyediakan media komunikasi data elektronik yang
terhubung dengan sistem aplikasi kepabeanan dalam rangka pelayanan
kepabeanan. DJBC telah menyediakan aplikasi BC 2.3 yang selanjutnya
disebut modul BC 2.3 untuk membantu perusahaan membuat dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan sistem dan prosedur BC 2.3. Modul ini
hanya diberikan kepada perusahaan yang telah mengajukan permohonan
untuk mendapatkan modul aplikasi dan terhadap permohonan tersebut telah
memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Modul BC 2.3 yang dipakai saat ini dibuat dengan software Visual Basic 6.0
dan database Microsoft Access yang berbasis pada PC dengan operating
system Windows XP.
2. Membuat BC 2.3
Dengan menggunakan modul aplikasi BC 2.3 tersebut, perusahaan dapat
membuat dokumen BC 2.3. Modul aplikasi BC 2.3 juga telah dilengkapi
dengan modul validasi yang menjamin agar data yang dibuat valid dan
memenuhi standard yang dipakai oleh DJBC.
Uraian lebih rinci tentang tatacara pemakaian Modul Aplikasi BC 2.3 dapat
dibaca pada buku petunjuk operasionalnya. Di dalam modul ini hanya akan
disampaikan layar-layar yang ada di modul BC 2.3 secara garis besar saja,
terutama yang terkait dengan dokumen BC 2.3.
31
Berikut ini diuraikan tentang layar-layar yang berhubungan dengan
pembuatan dokumen BC 2.3 pada modul aplikasi BC 2.3, dimulai dari layar
header.
Perekaman data BC 2.3 terdiri dari beberapa layar, yaitu header, dokumen,
kemasan, kontainer dan layar detil BC 2.3. Layar Header merupakan layar
editing data-data yang merupakan data umum BC 2.3, sedangkan layar detail
untuk merekam data yang berhubungan dengan data per barang.
a. Layar header
Layar header pada modul aplikasi BC 2.3 berguna dalam pengisian
informasi berikut ini :
1. Identifikasi dokumen BC 2.3, meliputi nomor dokumen pengajuan,
KPPBC pendaftaran, tujuan, tujuan pengiriman dan jenis barang.
2. Data Pemberitahuan, meliputi data pemasok, data importir, PPJK,
pengangkutan, pelabuhan, KPPBC pengawas, KPPBC bongkar,
tempat penimbunan, valuta, dan berat (berat bersih dan berat
kotor).
32
Gambar 2 : Layar Perekaman Data Header Dokumen BC 2.3 dengan
Aplikasi TPB Versi 2.5
b. Layar detail
Layar detail memuat informasi setiap barang yang mencakup hal-hal
sebagai berikut :
1. Identitas Barang, meliputi nomor seri barang, jenis barang, tujuan
pengiriman, HS dan seri barang, uraian barang, merk, tipe,
spesifikasi lain, kode barang, Negara asal barang, dan uraian
fasilitas.
2. Harga, meliputi informasi CIF (Cost Insurance Freight), jumlah
satuan, jenis satuan, serta FOB (Freight On Board).
3. Kemasan, meliputi jumlah, jenis, dan berat bersih kemasan.
33
4. Tarif dan Fasilitas, meliputi tarif BM, PPN, PPnBM, PPh, dan tarif
cukai untuk Komoditas cukai.
34
2. Pelayanan BC 2.3 Versi Server
Untuk SAP BC 2.3 Versi Server mengadopsi ketentuan pelayanan dokumen BC
2.3 yang berlaku. SAP BC 2.3 Versi Server terbagi atas 3 bagian yaitu :
1. Aplikasi Kantor Pusat
Untuk aplikasi pada Kantor Pusat berperan dalam hal melayani permohonan
pengajuan SKep Penangguhan. Aplikasi ini melayani mulai dari perekaman
permohonan pengajuan Skep Penangguhan hingga pengiriman Skep
Penangguhan yang telah disetujui dari Kantor Pusat ke Kantor Pengawas.
2. Aplikasi Kantor Pengawasan
Untuk aplikasi pada Kantor Pusat berperan dalam hal melayani bidang
perbendaharaan, penerimaan dokumen, proses analyzing point, pemeriksaan
barang, pemeriksaan dokumen, pengawasan P2(Penegahan dan Penyidikan),
pembatalan dan perbaikan BC 2.3 serta Gate-In manual.
3. Aplikasi Kantor Bongkar
Untuk aplikasi pada Kantor Pusat berperan dalam hal melayani gate out secara
manual, serta pengawasan P2.
Contoh dari tampilan SAP BC 2.3 Versi Server dapat dilihat pada beberapa
gambar berikut.
35
Gambar Layar Menu SAP BC 2.3 pada KPPBC Pengawas
Pada TPB Versi Server
36
versi PC ini bersifat sangat sederhana. Aplikasi ini pada dasarnya dibangun
hanya untuk pengumpulan data (data collecting) saja. Aplikasi ini
menyediakan fungsi untuk loading disket BC 2.3 dan fitur-fitur standard
seperti browse dan pencetakan laporan pelayanan BC 2.3. Aplikasi ini telah
diimplementasikan di KPPBC Sunda Kelapa dimana frekuensi pengajuan BC
2.3-nya cukup sering. Contoh tampilan dari SAP BC 2.3 versi PC dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
37
4.2. Latihan 3
4.3. Rangkuman
38
5. Test Formaif 1
Pilihlah jawaban yang paling benar dengan cara melingkari salah satu huruf a, b, c
atau d di bawah ini.
4. Berikut ini adalah KPPBC yang menggunakan aplikasi cukai versi PC, kecuali:
a. Pasuruan
b. Panarukan
a. Pematang Siantar
b. Yogyakarta
39
a. 2003
b. 2004
c. 2007
d. 2008
6. Elemen data SSCP yang dapat digunakan untuk melunasi pungutan cukai untuk
dokumen CK-1 yang harus ada adalah, kecuali :
a. Nomor dan tanggal SSCP
b. Nomor Transaksi Penerimaan Pajak (NTPP)
c. Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN)
d. Nomor Transaksi Bank (NTB)
7. Order Bea Cukai (OBC) yang dikirim ke Peruri pada aplikasi cukai hasil
tembakau dalam bentuk :
a. Hardcopy
b. Softcopy
c. Hardcopy dan Softcopy
d. Jawaban a, b dan c salah
8. Setelah CK-1 kredit disetujui maka nilai cukai di CK-1 otomatis akan :
a. Mengurangi saldo penundaan
b. Menambah saldo penundaan
c. Mengurangi saldo pengembalian cukai di CK-2
d. Menambah saldo pengembalian cukai di CK-2
40
10. Dalam hal CK-3 digunakan untuk menyelesaikan/memotong hutang cukai CK-1
kredit dan nilai pengembaliannya lebih kecil dari nilai cukai di CK-1 maka :
a. Nilai pengembalian cukai di CK-3 tidak dapat digunakan
b. Pembayaran harus dengan SSCP
c. Kekurangan nilai cukai di CK-3 dapat ditambah dengan SSCP
d. CK-3 hanya dapat digunakan untuk CK-1 yang nilai cukainya lebih kecil dari
nilai pengembalian atau nilai CK-1 sama dengan nilai pengembalian
11. Pengeluaran hasil tembakau dengan dokumen CK-8 harus ditutup dengan
dokumen :
a. CK-1
b. PEB
c. CK-2
d. PIB
13. Yang merupakan data pokok dan harus ada terlebih dahulu untuk proses
pelayanan cukai hasil tembakau adalah :
a. Data NPPBKC dan data HJE/Merk
b. Data CK-2 dan CK-3
c. Data Skep Penundaan
d. Data produksi hasil tembakau
41
d. CK-1
16. Yang dimaksud dengan data referensi pada aplikasi cukai hasil tembakau adalah
adalah :
a. Data yang sering berubah dan dipakai sebagai referensi dalam aplikasi
b. Data yang sifatnya tetap dan dipakai sebagai referensi dalam aplikasi
c. Data transaksi yang dipakai sebagai referensi dalam aplikasi
d. Data transaksi penundaan
17. Hal- hal berikut ini merupakan data-data yang harus diisi pada layar header Modul
BC 2.3, kecuali…
a. Data Pemasok dan Data Importir
b. KPPBC Pengawas dan KPPBC Bongkar
c. Pelabuhan dan Pengangkutan
d. Tempat Penimbunan dan Berat tiap barang
18. Sistem Aplikasi Pelayanan (SAP) BC 2.3 versi server dibangun menggunakan
software…
a. Oracle
b. Visual Basic 6.0
c. MySQL
d. Microsoft Access
19. Berikut ini merupakan bagian- bagian dalam SAP BC 2.3 versi server, kecuali…
a. Aplikasi Kantor Pusat
b. Aplikasi Kantor Pengawas
c. Aplikasi Kantor Bongkar
d. Aplikasi Hanggar
42
20. Berikut ini merupakan jenis respon yang diterima oleh PDKB melalui sistem PDE
BC 2.3, kecuali…
a. Respon Umum
b. Respon Analyzing Point
c. Respon NPPD
d. Respon Reject
22. Berikut ini hal-hal pada pengajuan BC 2.3 yang tidak dapat dilakukan perbaikan
secara PDE, kecuali…
a. Pelabuhan
b. Identitas Pengusaha TPB
c. Kode Kantor Pabean
d. Jenis barang
24. Berikut ini adalah layar-layar yang terdapat pada Modul BC 2.3 kecuali..
a. Layar Header
b. Layar Tarif
c. Layar Kemasan
43
d. Layar Dokumen
25. Berikut ini hal- hal yang harus diisikan dalam perekaman dokumen, kecuali…
a. Kode dokumen pendukung,serta nomor dan tanggal dokumen yang dimaksud
b. Masa berlaku dokumen
c. Jenis dokumen
d. Uraian jenis dokumen
44
6. Kunci Jawaban Test Formatif 1
1. C 14. D
2. B 15. C
3. C 16. B
4. A 17. D
5. D 18. A
6. D 19. D
7. C 20. D
8. A 21. C
9. D 22. A
10. C 23. A
11. B 24. B
12. A 25. B
13. A 26. D
45
8. Daftar Pustaka
46