Anda di halaman 1dari 219

DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR

KEPABEANAN DAN CUKAI

Disusun Oleh:

Tim Penyusun Modul


Pusdiklat Bea dan Cukai
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI
2011
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR
KEPABEANAN DAN CUKAI

Disusun Oleh:

Tim Penyusun Modul


Pusdiklat Bea dan Cukai
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI
2011
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR
KEPABEANAN DAN CUKAI

KETERAMPILAN PDE

MODUL I

KETERAMPILAN
PERTUKARAN DATA ELEKTRONIK

OLEH :
TIM PENYUSUN MODUL PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI

PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN BEA DAN CUKAI


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

JAKARTA
2008
i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar Kepala Pusdiklat Bea dan Cukai ……………………………… i


Daftar Isi ………………………………………………………………………… ii
PENGANTAR APLIKASI
DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
1. Pendahuluan ………………………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang ....……………………………………………………... 1
1.2 Deskripsi Singkat .................................................................................. 1
1.3 Tujuan Pembelajaran Umum ………………………………………… 1
1.4 Tujuan Pembelajaran Khusus ………………………………………… 1
2. Kegiatan Belajar (KB) 1
HARDWARE, SOFTWARE, JARINGAN DAN DATABASE
2.1 Uraian, Contoh dan Non Contoh ……………………………………... 2
2.1.1. Hardware ……………………………………..……………….. 2
2.1.2. Software ...................................................................................... 4
2.1.3. Jaringan Komputer ..................................................................... 6
2.1.4. Database ..................................................................................... 9
2.2 Latihan 1 ................................................................................................ 10
2.3 Rangkuman ............................................................................................ 11
3. Kegiatan Belajar (KB) 2
JENIS-JENIS APLIKASI KOMPUTER DI DJBC
3.1 Uraian, Contoh dan Non Contoh ……………………………………... 12
3.1.1. Program Aplikasi Pelayanan ..………………………………... 12
3.1.2. Modul Perusahaan ….…………………………………………. 14
3.1.3. Program Aplikasi Internal Direktorat .………………………… 16
3.2 Latihan 2……………………………………………………………… 17
3.3 Rangkuman …………………………………………………………… 17
4. Kegiatan Belajar (KB) 3

SISTEM MANUAL, DISKET, PDE DAN NSW


4.1 Uraian, Contoh dan Non Contoh ……………………………………. 19
4.1.1. Sistem Manual …………….…..………………………………. 19
4.1.2. Sistem Disket .............................................................................. 19

ii
4.1.3. Sistem PDE ................................................................................. 21
4.1.4. National Single Window (NSW) ................................................ 24
4.1.5. Operator Konsul ......................................................................... 27
4.2 Latihan 3 ……………………………………………………………… 29
4.3 Rangkuman …………………………………………………………… 30
5. Kegiatan Belajar (KB) 4

APLIKASI REGISTRASI
5.1 Uraian, Contoh dan Non Contoh …………………………………… 31
5.1.1. Registrasi Importir …………………………………………….. 31
a. Dasar Hukum Registrasi Impotir ……………………...…………... 32
b. Tujuan Pengembangan Aplikasi ……..……………………………. 32
c. Alur Proses Registrasi Importir ......................................................... 35
5.1.2. Registrasi PPJK ……………………………………………….. 38
a. Pendahuluan …………………..…………………………………… 38
b. Dasar Hukum Registrasi PPJK ......................................................... 38
c. Alur Proses Registrasi PPJK ............................................................ 39
d. Aplikasi Registrasi PPJK Online ...………………………………... 41
e. Pelayanan Registrasi PPJK Di Bea dan Cukai ..…………………… 41
5.2 Latihan 4 ……………………………………………………………… 43
5.3 Rangkuman …………………………………………………………… 43
6. Test Formatif ……………………………………………………………….. 44
7. Kunci Jawaban Test Formatif ……………………………………………… 46
8. Umpan Balik dan Tindak Lanjut …………………………………………… 46

iii
MODUL I

PENGANTAR APLIKASI DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

1. Pendahuluan

1.1. Deskripsi Singkat

Modul ini diharapkan dapat membantu siswa memahami dan mengetahui apakah
Sistem Informasi, dan bagaimana penerapannya di instansi Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai. Lebih detil lagi mengenai hardware, software, database dan jaringan.
Modul I ini juga membahas tentang jenis-jenis aplikasi yang ada di DJBC, serta
pelayanan manual, disket dan PDE. Untuk lebih memahami tentang tugas yang
berhubungan dengan aplikasi tersebut, dibahas pula tentang Operator Konsole dan
tugas-tugasnya. Pada bagian akhir dibahas contoh aplikasi kepabeanan berupa
registrasi importir dan registrasi PPJK.

1.2. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti mata pelajaran ini peserta diharapkan mampu untuk menjelaskan
tentang dasar-dasar sistem komputer, jenis-jenis aplikasi dan penerapannya di
lingkungan instansi DJBC

1.3. Tujuan Instruksional Khusus

Pada akhir mata pelajaran para peserta dapat memahami:

- Software, hardware, jaringan, dan database

- Jenis-jenis aplikasi komputer yang dimiliki oleh DJBC

- Sistem pelayanan manual, disket, PDE, dan NSW

- Aplikasi registrasi importir dan PPJK.


2. Kegiatan Belajar (KB) 1

Hardware, Software, Jaringan dan Database

2.1.Uraian, Contoh dan Non Contoh

Pada bagian ini kita akan mengenal unsur-unsur penyusun sistem komputer, yaitu
hardware, software, jaringan dan database.

2.1.1. Hardware

Hardware (perangkat keras) komputer adalah salah satu bagian dari sistem
komputer yang ada. Sesuai namanya, hardware secara fisik terlihat. Jenis-jenis
hardware berdasarkan fungsinya terdiri dari: input hardware, processing
hardware, storage hardware, dan output hardware.

Input Hardware

Input hardware digunakan untuk mentransmisikan data ke processing dan


storage hardware. Peralatan yang paling populer untuk memasukkan data yaitu
kombinasi antara keyboard dan layar monitor. Layar monitor dianggap sebagai
bagian dari input hardware karena digunakan untuk memeriksa apakah data
yang akan dimasukkan telah diketik.

Processing Hardware

Processing hardware meliputi peralatan yang bertugas untuk menghitung,


membandingkan dan melaksanakan instruksi-instruksi khusus. Dalam CPU
(Central Processing Unit) terdapat control unit, ALU (Arithmetic Logic Unit),
dan system memory yang kadang-kadang disebut main memory. Control unit
mengambil instruksi-instruksi dari system memory dan menterjemahkannya.
ALU melaksanakan instruksi yang telah diterjemahkan. System memory
digunakan untuk menyimpan instruksi data dan instruksi program. Untuk
menghubungkan CPU dengan peralatan komputer lainnya digunakan data bus
atau processor channel. Processor channel terdapat pada mother board,
mempunyai expansion slots yang berfungsi untuk menghubungkan dengan
peralatan tambahan seperti floppy disks, plotters, printers, mouse, modem,
multimedia, dll.

Kapasitas komputer dapat diukur dari kecepatan pemrosesan dan kemampuan


ALU untuk memanipulasi data dalam 1 cycle. Kecepatan pemrosesan dapat
dinyatakan dalam cycle per second (biasanya dalam satuan MHz) atau dalam
instruksi per second, biasanya dalam satuan millions of instructions per second
(MIPS). Jumlah data yang dapat dimanipilasi oleh ALU dalam 1 cycle diukur
dalam satuan bits (binary digits) dan biasa dipakai sebagai ukuran
microprocessor.

Ada dua jenis dasar processor memory, yaitu ROM (read only memory) yang
bersifat non-volatile dan RAM (random access memory) yang bersifat volatile
(isi RAM akan hilang jika power off).

Storage Hardware

Jika RAM dipakai untuk menyimpan data atau program yang sedang diproses,
dan tidak dapat dipakai digunakan sebagai storage karena kapasitasnya terbatas
dan bersifat volatile (data akan hilang jika sistem shut down), maka sebagai
gantinya dipakai external magnetic media untuk menyimpan data dan program
yang sedang tidak aktif diproses. Ada dua jenis magnetic storage hardware yaitu
disk dan tape. Saat ini ada external storage baru, yaitu digital storage, misalnya
USB flashdisk.

Disk storage banyak digunakan sebagai medium storage dalam industri sistem
informasi. Disk storage terdiri atas tracks dan sectors yang merupakan tempat
menyimpan data secara magnetik. Data dibaca dan direkam dengan
menggunakan read/write heads.

Tape storage merupakan storage yang berbentuk magnetic tape. Keuntungannya


yaitu harganya relatif lebih murah, sedangkan kerugiannya yaitu data hanya
dapat diakses secara berurutan.
Jenis storage hardware lainnya adalah optical storage hardware. Keuntungan
optical disk ialah mempunyai kapasitas yang tinggi, compact, dan durable
storage. Sedangkan kerugiannya : sulit untuk merubah data.

Ada tiga macam optical storage hardware, yaitu :

¾ CD-ROM (compact disk - read only memory), populer digunakan pada


multimedia. Optical storage data direkam dengan menggunakan laser
untuk membakar lekukan kecil pada permukaan metal master disk.
Selanjutnya seperti audio CD, hanya dapat dibaca dan tidak dapat dipakai
untuk merekam lagi.

¾ WORM (write-once/read-many) optical disk, merupakan disk yang hanya


dapat ditulisi sekali kemudian hanya dapat dibaca dan tidak dapat dipakai
untuk merekam lagi. WORM device dipakai untuk memelihara satu record
permanen yang penting dari seluruh data. Misalnya proses transaksi pada
jaringan keuangan.

¾ Erasable optical disks, dapat dibaca dan ditulisi.

Output Hardware

Output hardware digunakan untuk mengeluarkan data hasil proses komputer.


Contoh output hardware adalah printer, plotter, dan monitor. Storage device
juga dapat digolongkan sebagai output device, karena hasil proses komputer
dapat disimpan ke dalamnya. Untuk komputer multimedia, speaker juga dapat
digolongkan dalam jenis perangkat ini. Dalam perkembangannya, dapat
ditambahkan pula LCD projector sebagai output device.

2.1.2. Software

Software (Perangkat lunak, piranti lunak) adalah program komputer yang


berfungsi sebagai sarana interaksi antara pengguna dan perangkat keras.
Perangkat lunak dapat juga dikatakan sebagai 'penterjemah' perintah-perintah
yang dijalankan pengguna komputer untuk diteruskan ke atau diproses oleh
perangkat keras.

Perangkat lunak ini dibagi menjadi 3 tingkatan:


- Program aplikasi, adalah suatu perangkat lunak komputer yang
memanfaatkan kemampuan komputer langsung untuk melakukan suatu
tugas yang diinginkan pengguna. Contoh utama perangkat lunak aplikasi
adalah pengolah kata, lembar kerja (spreadsheet), dan pemutar media.
Beberapa aplikasi yang digabung bersama menjadi suatu paket kadang
disebut sebagai suatu paket atau suite aplikasi (application suite). Contohnya
adalah Microsoft Office dan OpenOffice.org, yang menggabungkan suatu
aplikasi pengolah kata, lembar kerja, serta beberapa aplikasi lainnya.
Aplikasi-aplikasi dalam suatu paket biasanya memiliki antarmuka pengguna
yang memiliki kesamaan sehingga memudahkan pengguna untuk
mempelajari dan menggunakan tiap aplikasi. Sering kali, mereka memiliki
kemampuan untuk saling berinteraksi satu sama lain sehingga
menguntungkan pengguna. Contohnya, suatu lembar kerja dapat
dibenamkan dalam suatu dokumen pengolah kata walaupun dibuat pada
aplikasi lembar kerja yang terpisah.

- Sistem operasi (OS, Operating System), adalah perangkat lunak yang


bertugas untuk melakukan kontrol dan manajemen perangkat keras serta
operasi-operasi dasar sistem, termasuk menjalankan program aplikasi.
Secara umum, Sistem Operasi adalah software pada lapisan pertama yang
diletakkan pada memori komputer pada saat komputer dinyalakan.
Sedangkan software-software lainnya dijalankan setelah Sistem Operasi
berjalan. Contoh Sistem Operasi misalnya UNIX/Linux, Windows, Mac OS.

- Bahasa pemrograman, adalah software untuk membuat sofware yang lain.


Dibagi lagi atas bahasa pemrograman tingkat tinggi seperti Pascal, Basic
dan bahasa pemrograman tingkat rendah yaitu bahasa rakitan.

Menurut jenisnya, perangkat lunak juga dapat dibedakan menjadi prangkat


lunak umum dan perangkat lunak khusus.

Perangkat lunak umum dibuat secara masal, dan digunakan oleh banyak orang
karena kebutuhan penggunaannya yang sama. Misalnya program pengolah kata,
pengolah gambar, games, antivirus, dan lain-lain. Perangkat lunak khusus
dibuat hanya untuk pengguna tertentu berdasarkan pesanan, dan tidak
digunakan untuk keperluan secara luas. Biasanya dibuat untuk suatu perusahaan
atau instansi tertentu yang terkait dengan pekerjaan khusus.

2.1.3. Jaringan Komputer

Jaringan komputer adalah sebuah sistem yang terdiri atas komputer dan
perangkat jaringan lainnya yang bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu
tujuan yang sama. Tujuan dari jaringan komputer adalah:

• Membagi sumber daya: contohnya berbagi pemakaian printer, CPU,


memori, harddisk

• Komunikasi: contohnya surat elektronik, instant messaging, chatting

• Akses informasi: contohnya web browsing

Agar dapat mencapai tujuan yang sama, setiap bagian dari jaringan komputer
meminta dan memberikan layanan (service). Pihak yang meminta layanan
disebut klien (client) dan yang memberikan layanan disebut pelayan (server).
Arsitektur ini disebut dengan sistem client-server, dan digunakan pada hampir
seluruh aplikasi jaringan komputer.

Klasifikasi Berdasarkan skala


• Local Area Network (LAN)
• Metropolitant Area Network (MAN)
• Wide Area Network (WAN)
Berdasarkan fungsi

Pada dasarnya setiap jaringan komputer ada yang berfungsi sebagai client dan
juga server. Tetapi ada jaringan yang memiliki komputer yang khusus
didedikasikan sebagai server sedangkan yang lain sebagai client. Ada juga yang
tidak memiliki komputer yang khusus berfungsi sebagai server saja. Karena itu
berdasarkan fungsinya maka ada dua jenis jaringan komputer:
Client-server

Yaitu jaringan komputer dengan komputer yang didedikasikan khusus sebagai


server. Sebuah service/layanan bisa diberikan oleh sebuah komputer atau lebih.
Contohnya adalah sebuah domain seperti www.detik.com yang dilayani oleh
banyak komputer web server. Atau bisa juga banyak service/layanan yang
diberikan oleh satu komputer. Contohnya adalah server jtk.polban.ac.id yang
merupakan satu komputer dengan multi service yaitu mail server, web server,
file server, database server dan lainnya.

Peer-to-peer

Yaitu jaringan komputer dimana setiap host dapat menjadi server dan juga
menjadi client secara bersamaan. Contohnya dalam file sharing antar komputer
di Jaringan Windows Network Neighbourhood ada 5 komputer (kita beri nama
A,B,C,D dan E) yang memberi hak akses terhadap file yang dimilikinya. Pada
satu saat A mengakses file share dari B bernama data_nilai.xls dan juga
memberi akses file soal_uas.doc kepada C. Saat A mengakses file dari B maka
A berfungsi sebagai client dan saat A memberi akses file kepada C maka A
berfungsi sebagai server. Kedua fungsi itu dilakukan oleh A secara bersamaan
maka jaringan seperti ini dinamakan peer to peer.

a. Berdasarkan topologi jaringan

Berdasarkan [topologi jaringan], jaringan komputer dapat dibedakan atas:

• Topologi bus • Topologi Mesh (Acak)

• Topologi bintang • Topologi Pohon


(Hirarkis)
• Topologi cincin
• Topologi Linier.
KONEKSI NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL BEA dan CUKAI

H. Puninar UTPK.1 Gresik


KBN.
KOJA Jamrud Berlian IJCS ICT
Pacific G.RA.33 Gt.Out
Marunda

FO
H.Airin H.CFS

FO
XTRAY
TP2 Sena Gresik
Trans TPS
wangi
porindo Baru
KWBC

FO
CFS Nusantara Pasoso TPS
G.Perca UTPK.2& Lama
FO

Gate 009Im Pos.E

FO
Banda Pos.Bitung Lami Citra

FO
TPK.Pasoso

FO
FO
FO

LinK FO PALEM
Utama 1/3 BANG

Gate Imp.Eks T.PRIOK Juanda


Segoro SBY LL Gt.InOut
SMG

Primanata Bitung GARUDA.Im Ban


dung

ps
Halim
FO

Bps

Hanggar

KB
MP

B.C. FEDEK JAS.Im


/128K

128
LS/

s
Bp
LinK
FO

Agung Raya
LS/
128

8K
128 KBps

Utama 1/3
MPLS

FO
/12
MP

Gate ps
KB

DHL KB
LS

MERAK
009Ex
ps

8
LL

MP

MKT Gate FO CKG 12


DHL S/
FO

PL ps
DFDB M KB
M 128
FO

12 PLS /
FO

LL LS
FO 8K /
B MP LAMPUNG
TNS Ged.B JAS.Ex ps KBps
PUSAT
MPLS/128
GARUDA.Ex
MPL
ps S/1
KB 28K
Gabion 128 Bps Pekan
LS/ MP
s

MP s LS baru
Bp

GT.Ekspor Bp M
PL /128
8K

8K
ps
28KBp

2 S/ KB LL
LL
/12

1
KB

/
.LL

BELAWAN 12 ps
LS
LS

28

LL MP 8K
Aden

Polonia
MP

Bp
S/1

PONTI
MPLS/1
KBps

s
128

Dumai
L

ANAK
B8ps
12L8K LS/

MP

T.BALAI
L.4
MP

KARIM
FO

UN
Purwa BALIK KPBC
BATAM PAPAN Pontianak
karta

Bekasi MAKA
DENPA
SAR
SAR
FO

NGURAH
Bogor RAI

Remote Access RADIO Rencana


RADIO Koneksi Koneksi
Service LINK Link F.Optic
LINK 2 Mbs Ke Kantor Lain
Infokom Ke Gate
JarKot
2.1.4. Database

Database (basis data), adalah kumpulan data yang disimpan di dalam komputer
secara sistematik sehingga dapat diperiksa menggunakan suatu program
komputer untuk memperoleh informasi dari basis data tersebut. Perangkat lunak
yang digunakan untuk mengelola dan memanggil kueri (query) basis data
disebut sistem manajemen basis data (database management system, DBMS).

Catatan yang mirip dengan basis data sebenarnya sudah ada sebelum adanya
komputer, yaitu dalam bentuk buku besar, kwitansi dan kumpulan data yang
berhubungan dengan bisnis.

Konsep dasar dari basis data adalah kumpulan dari catatan-catatan, atau
potongan dari pengetahuan. Sebuah basis data memiliki penjelasan terstruktur
dari jenis fakta yang tersimpan di dalamnya: penjelasan ini disebut skema.
Skema menggambarkan obyek yang diwakili suatu basis data, dan hubungan di
antara obyek tersebut. Ada banyak cara untuk mengorganisasi skema, atau
memodelkan struktur basis data, yang dikenal sebagai model basis data atau
model data. Model yang umum digunakan sekarang adalah model relasional,
yang mewakili semua informasi dalam bentuk tabel-tabel yang saling
berhubungan dimana setiap tabel terdiri dari baris dan kolom. Dalam model ini,
hubungan antar tabel diwakili dengan menggunakan nilai yang sama antar tabel.

Unsur Penyusun database mulai dari yang terkecil:

• Bit, bagian terkecil dari data, terdiri dari simbol ”0” dan ”1” yang
menyusun sebuah character

• Byte, dalam sebuah data melambangkan satu character, misalnya


”A”, ”a”, “9”, “$”, “+” dan sebagainya

• Field/column, kumpulan beberapa character yang mengandung


kesatuan arti. Misalnya ”Sigit Santosa”, ”Jl. Antara Raya 65
Bekasi”, 1500000

Setiap elemen data yang dipisahkan dengan tanda koma di


atas disebut satu field/column
• Record/row, Kumpulan beberapa field/column. Misalnya

”Sigit Santosa”, ”Jl. Antara Raya 65 Bekasi”, 1500000

Data di atas adalah satu row/field

• Table, Kumpulan beberapa Record/row

• Database Kumpulan beberapa table yang ber-relasi/berhubungan, yaitu


dengan adanya primary key.

2.2.Latihan 1

Mouse, digunakan sebagai interface titik dan click. Pergerakan mouse menghasilkan
suatu gerakan yang berhubungan dengan pointer pada layar monitor. Pada umumnya
mouse digunakan dalam aplikasi yang berorientasi grafis. Alat yang mirip perangkat ini
adalah trackball dan joystick. Image Scanner, digunakan untuk mentransformasikan
image grafis atau text ke dalam data computer. Transformasi text dapat menghemat dari
pekerjaan retyping sedangkan transformasi image grafis dipakai untuk membaca logo
atau simbol grafis untuk aplikasi desktop publishing. Sound recorder device, perupa
perangkat untuk merekam suara menjadi data digital. Handwriting recognition device,
digunakan untuk memasukkan data dengan cara menulis pada pad elektronis yang
sensitif. Karakter-karakter tersebut dikenali dan dimasukkan ke dalam sistem komputer,
biasanya suatu sistem PC (personal computer) dan PDA (Personal Device Assistance).
Machine data input (mis : modem), merupakan salah satu jenis alat input data untuk
menghubungkan komputer dengan komputer lain melalui jaringan telepon. Light pen,
yang digunakan untuk menunjuk item-item pada layar monitor. Bar code reader,
digunakan untuk mengidentifikasi suatu jenis barang (biasanya di supermarket), dari
image/citra berupa garis-garis yang mempunyai arti.

Processing hardware dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu mainframe


computer, minicomputer, dan microcomputer. Tetapi sekarang pengelompokan ini
sudah agak kabur karena sering terjadi overlap di antara pengelompokan tersebut.

Storege Hardware juga dapat dikategorikan sebagai input sekaligus output hardware.

Jelaskan dengan singkat dan jelas kata bergaris tebal diatas pada yertas tersendiri!
2.3.Rangkuman

Untuk mengetahui tentang komputer, kita perlu tahu terlebih dahulu dasar-dasar tentang
komputer, yaitu hardware, software, jaringan dan database. Secara umum, hardware
adalah fisik komputer, software adalah penghubung antara hardware dan pengguna,
jaringan adalah sistem yang menghubungkan antar komputer. Sedangkan database
adalah kumpulan data yang disimpan di dalam komputer secara sistematik.
3. Kegiatan Belajar (KB) 2

Jenis-Jenis Aplikasi Komputer di DJBC

3.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh


Secara garis besar, program aplikasi komputer yang dimiliki oleh DJBC adalah sebagai
berikut:

1. Program aplikasi Pelayanan

a. Aplikasi Inhouse

i. Berbasis server

ii. Berbasis PC

b. Modul perusahaan

2. Program aplikasi Internal Direktorat

Program aplikasi di atas dapat diperinci sebagai berikut:

3.1.1. Program Aplikasi pelayanan

Program aplikasi pelayanan adalah program aplikasi yang secara khusus


dibuat oleh Bea dan Cukai, digunakan untuk melayani masyarakat usaha. Dari
sisi pengguna, aplikasi ini dibagi menjadi:

a. Aplikasi Inhouse, adalah program aplikasi yang dijalankan oleh pihak


Bea dan Cukai.

a.1. Aplikasi Inhouse berbasis server.

Program aplikasi berbasis server digunakan di kantor Bea dan


Cukai yang transaksi datanya besar, dan dapat dijalankan secara
multi-user. Aplikasi ini dibuat dengan menggunakan Oracle
Developer Patch 6i, dengan database Oracle 9i. Komputer server
menggunakan O/S (Operating System) AIX. Aplikasi diletakkan di
IAS (Internet Aplication Server) berbasis web client.

1. Inhouse Manifest
Adalah program komputer untuk melayani pelaporan rencana
kedatangan sarana pengangkut (RKSP) dan pelaporan barang-
barang yang diangkutnya (manifest).

2. Inhouse Impor

Program komputer untuk melayani Pemberitahuan Impor


Barang (PIB)

3. Inhouse Ekspor

Program komputer untuk melayani Pemberitahuan Ekspor


Barang (PEB)

4. Inhouse TPB

Program komputer untuk melayani Pemberitahuan Impor


Barang ke Kawasan Berikat dan Pengeluaran Barang dari KB

5. Inhouse TPB BBK

Program komputer untuk melayani Pemberitahuan Impor


Barang ke Kawasan Berikat dan Pengeluaran Barang dari KB
khusus kawasan Batam, Bintan dan Karimun.

6. Inhouse Inhouse Cukai: Cukai HT, Cukai EA/MMEA dan


Inhouse Gudang Pita Cukai

Program komputer untuk melayani Permintaan Pita Cukai

7. Inhouse KITE

Program komputer untuk melayani fasilitas KITE, yaitu


fasilitas pembebasan atau pengembalian BM/Cukai terhadap
impor bahan baku yang akan diekspor setelah diolah. Aplikasi
ini terdapat di Kantor Wilayah.

8. Inhouse BC 2.4

Program komputer untuk melayani pemberitahuan barang


fasilitas KITE yang tidak jadi di-ekspor.
9. Inhouse PPKP.

Program komputer untuk melayani impor barang melalui paket


Pos.

a.2. Aplikasi Inhouse berbasis PC (Personal Computer).

Selain aplikasi berbasis server, untuk beberapa kantor lain yang


relatif lebih sedikit transaksi datanya, Bea dan Cukai juga
mengembangkan aplikasi berbasis PC. Aplikasi ini dijalankan pada
PC dengan O/S Windows, dibuat menggunakan program berbahasa
VB (Visual Basic) dan data base MS Access. Aplikasi ini
diantaranya adalah:

1. Inhouse Impor

2. Inhouse Ekspor

3. Inhouse TPB

4. Inhouse Cukai

5. Inhouse STTJ

6. Inhouse BC24

7. Inhouse AIDA

Program AIDA adalah program aplikasi yang digunakan oleh


perwakilan DJBC di Australia yang bertujuan untuk menerbitkan
Surat Keterangan Pabean perwakilan DJBC di Australia.

3.1.2. Modul Perusahaan

Modul perusahaan adalah program aplikasi komputer yang berada di sisi


perusahaan sebagai perangkat untuk membuat dan mengajukan dokumen
pabean. Modul perusahaan dibuat dengan program berbahasa VB dan data
base MS Access. Aplikasi ini di antaranya adalah:

1. Modul Pengangkut/Manifest
Adalah program komputer yang berfungsi untuk membuat dokumen
RKSP dan inward/outward manifest, pemecahan/penggabungan pos dan
penggabungan data dari modul pengangkut lain. Media pengajuan data:
EDI dan Disket

2. Modul PIB

Adalah program komputer yang berfungsi untuk membuat dokumen PIB.


Dengan modul ini importir dapat membuat PIB dengan mudah dan cepat
karena dilengkapi dengan fasilitas validasi data, perhitungan dan ulility
tertentu. Media pengajuan data: EDI dan Disket

3. Modul PEB

Adalah program komputer yang berfungsi untuk membuat dokumen PEB.


Dengan modul ini importir dapat membuat PEB dengan mudah dan cepat
karena dilengkapi dengan fasilitas validasi data, perhitungan dan ulility
tertentu. Media pengajuan data: EDI dan Disket

4. Modul TPB

Adalah program komputer yang berfungsi untuk membuat dokumen


BC2.3, BC 2.5 dan BC 4.0. Saat ini BC2.5 dan BC 4.0 masih dalam tahap
pengembangan dan uji coba. Media pengajuan data: EDI dan Disket

5. Modul KITE

Adalah program komputer yang berfungsi untuk membuat Pengajuan


Fasilitas KITE, Laporan Ekspor dan BC 2.4. Media pengajuan data:
Disket

6. Modul AIDA

Adalah program komputer yang berfungsi untuk pengajuan dokumen


AIDA, yaitu Surat Keterangan Pabean perwakilan DJBC di Australia.
Media pengajuan data: Disket
7. Modul Bank

Adalah program komputer yang digunakan oleh bank untuk mengirim


dokumen bukti pembayaran (SSPCP = Credit Advice) ke Bea dan Cukai.
Media pengajuan data: EDI dan Disket

3.1.3. Program Aplikasi Internal Direktorat

Yang dimaksud dengan aplikasi internal direktorat adalah program aplikasi


komputer yang berada di tingkat direktorat dalam lingkungan DJBC, untuk
membantu pelaksanaan tugas dalam lingkup kerjanya. Aplikasi ini tidak
langsung berhubungan dengan pelayanan kepada masyarakat umum. Aplikasi
tersebut adalah:

No.Nama Aplikasi Direktorat Terkait

1. Audit Direktorat Verifikasi dan Audit

2. Profil Pusat (Tarif/Harga/Lain) Direktorat Teknis Kepabeanan

3. Keberatan-Banding Direktorat Teknis Kepabeanan

4. Impor Kendaraan Bermotor Direktorat Teknis Kepabeanan

5. Impor Sementara Direktorat Teknis Kepabeanan

6. PKSI (Penetapan Klasifikasi Sblm Impor) Direktorat Teknis


Kepabeanan

7. Vooruitslag Direktorat Teksnis Kepabeanan

8. Pengawasan Direktorat P2

9. Profiling Direktorat P2

10. Blokir/unBlokir Direktorat Teksnis Kepabeanan

11. NHI Direktorat P2

12. Gaji/TKPKN Sekretariat

13. Kepegawaian Sekretariat

14. Office Automation Sekretariat


15. Data WareHouse Direktorat IKC

16. Portal Direktorat IKC

17. SKDT Direktorat IKC

18. EIS Direktorat IKC

3.2. Latihan 2

Perbandingan Waktu Proses Dokumen Manual dan PDE


DOKUMEN DITERIMA
PENYIAPAN DOKUMEN
RE-ENTRY DATA
PENCETAKAN
PELAYANAN MULAI
PENGIRIMAN PELAYANAN SELESAI

Manual WAKTU

Setelah Otomasi Reduksi Waktu Proses

PELAYANAN SELESAI
PELAYANAN MULAI
DOKUMEN DITERIMA

PENGIRIMAN

PENYIAPAN DOKUMEN

Coba jelaskan secara tertulis berdasarkan bagan diatas tentang perbandingan


waktu proses dokumen manual dan PDE!

3.3. Rangkuman

Importir dalam melakukan pembuatan dan pengajuan dokumen Pemberitahuan


Pabean ke Bea dan Cukai memerlukan perangkat yang mendukung. Demikian
pula Bea dan Cukai untuk melayani importir dengan mudah, memerlukan
perangkat yang bersesuaian. Untuk itu telah dibangun suatu sistem aplikasi
komputer yang dapat memudahkan semua pihak untuk melakukan kegiatannya
dengan mudah.
Untuk importir, dibuat modul importir yang dapat digunakan untuk membuat data
PIB, mencetak, mengirimkan data melalui media disket atau elektronik, serta
menerima respon dari Bea dan Cukai. Di sisi kepabeanan, dibuat sistem aplikasi
pelayanan impor, atau biasa disebut inhouse impor untuk menerima data PIB dari
media disket atau elektronik, memproses, dan memberikan respon hasil
pemeriksaan dokumen PIB kepada importir.

Selain untuk pelayanan impor, sistem di atas telah diberlakukan untuk manifes,
ekspor, BC 2.3 dan cukai. Untuk membantu masing-masing unit kerja di
Direktorat Jendar Bea dan Cukai, dibuat juga program aplikasi internal direktorat
sesuai kebutuhan.
4. Kegiatan Belajar (KB) 3

Sistem Manual, Disket, PDE Dan NSW

4.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh


Dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat usaha, Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai telah menggunakan teknologi yang memungkinkan agar mutu pelayanan
terjamin. Tergantung kondisi dan kebutuhan, pelayanan kepada masyarakat dibagi
menjadi beberapa jenis:

1. Manual
2. Sistem Disket
3. Sistem PDE (Pertukaran Data Elektronik)
Khusus untuk pelayanan perizinan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai juga telah
merintis sistem NSW (National Single Window) agar masyarakat usaha lebih mudah
dalam pengurusan perizinan impor.

Pada bab ini kita akan membahas sistem-sistem tersebut.

4.1.1. Sistem Manual

Pada sistem ini, proses pelayanan kepada perusahaan dilakukan secara


manual, tanpa menggunakan perangkat komputer.

Pengusaha membuat dokumen Pemberitahuan Pabean (walaupun mungkin


menggunakan komputer), mencetak, dan membawa ke kantor Pelayanan Bea
dan Cukai. Petugas Bea dan Cukai menerima dokumen, melakukan
pemeriksaan, dan memberikan nomor (dari buku bambu) secara langsung.
Data tidak disimpan ke dalam komputer Bea dan Cukai.

4.1.2. Sistem Disket

Pada tahun 1990, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mengembangkan aplikasi
komputer untuk pelayanan dengan nama CFRS (Customs Fast Release
System). Sistem ini memungkinkan pelayanan di Bea dan Cukai
menggunakan komputer, namun data tetap di-input oleh petugas di Pendok.
Jadi, tetap saja importir membuat datanya di perusahaannya, dokumen
diserahkan berupa kertas, dan data direkam oleh petugas.

Pada tahun 1995, aplikasi CFRS disempurnakan dengan membuat modul


importir, yaitu program aplikasi komputer yang digunakan oleh importir untuk
membuat dokumen PIB, mencetak dan memindahkan datanya ke disket untuk
dibawa ke Kantor Pelayanan Bea dan Cukai. Jadi selain hasil cetak dokumen,
importir juga harus membawa disket yang berisi data PIB ini.

Di Kantor Pelayanan, petugas Bea dan Cukai menerima hasil cetak dokumen
dan disket hasil transfer dari importir. Setelah meneliti kelengkapan dokumen,
data dalam disket di-load ke dalam komputer di Bea dan Cukai.

Dengan sistem ini, keuntungan yang didapatkan antara lain:

- Kecepatan penyiapan dokumen, di mana pembuatan dokumen dengan


komputer akan lebih cepat dibanding secara manual, terutama dalam
konversi harga, perhitungan pungutan dan inpu data berupa kode-kode.

- Efisiensi sumber daya (tidak terjadi double entry). Sekali importir


memasukkan data, data ini yang akan masuk ke komputer Bea dan Cukai,
tidak perlu dilakukan hal yang sama oleh petugas di kantor Bea dan Cukai.

- Data yang diinput oleh importir dipastikan sama dengan data yang masuk
ke komputer Bea dan Cukai. Jika dilakukan input data ulang oleh petugas
pendok, ada kemungkinan salah input.

Penggunaan disket sebagai media transfer ini, di Kantor Pelayanan Bea dan
Cukai ada 2 kemungkinan penggunaan/cara pelayanan:

1. Data akan digunakan untuk pelayanan penuh.

2. Data diambil hanya sebagai data statistik (pelayanan tetap manual).

Pada point 1, data akan diperlakukan sebagai dokumen yang akan diperiksa,
divalidasi, diterima dengan pemberian nomor dan perlakuan lain dengan
menggunakan program aplikasi pelayanan di Bea dan Cukai. Sementara pada
point 2, setelah selesai pelayanan secara manual, maka disket akan diambil
datanya agar terkumpul untuk tujuan pelaporan.

4.1.3. Sistem PDE

Dengan berkembangnya teknologi, pelayanan kepada masyarakat usaha pun


perlu disesuaikan. Setelah menggunakan disket, pada tahun 1996 Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai melangkah dengan menerapkan pelayanan kepada
masyarakat usaha menggunakan sistem PDE (Pertukaran Data Elektronik).
Sistem ini menggantikan atau melengkapi sistem disket di beberapa Kantor
Pelayanan yang sebelumnya telah digunakan.

Sampai saat ini, pelayanan kepabeanan yang telah menggunakan sistem PDE
antara lain:

- Impor (PIB), 1996.

- Ekspor (PEB), 2004.

- Impor ke TPB (BC 2.3), sebagian, 2005.

- Manifest, 2007.

Adapun kantor-kantor yang telah menerapkan sistem ini antara lain:

- KPU Tanjung Priok - KPPBC Juanda

- KPPBC Sukarno Hatta - KPPBC Belawan

- KPPBC Tanjung Emas - KPPBC Polonia.

- KPPBC Tanjung Perak

Untuk menjalankan sistem ini, perusahaan harus menyediakan:

1. Modul Perusahaan, disediakan oleh Bea dan Cukai.

2. Software Enabler, disediakan vendor.

3. Modem

4. Line telepon.
Modul perusahaan yang digunakan adalah sama dengan modul perusahaan
pada sistem disket. Untuk pengiriman dengan sistem PDE, diperlukan
software tambahan berupa enabler, yang berfungsi untuk melakukan
perubahan data dalam format Edifact dan dikomunikasikan menggunakan
media komunikasi (modem).

Secara garis besar, pengiriman data menggunakan media PDE, misalnya


dalam proses impor, dapat digambarkan sebagai berikut::

PENGIRIMAN DATA PIB dan RESPON

Jaringan EDI
P

B Te
PI
PC

rim
Terima Respon ata Terima Respon aD
SS

D at Kirim Respon
rim aP
ata

Ki IB
/S
D

SP
im

CP
Kir

`
Bayar BM/PDRI `
PC Importir/PPJK Server KPBC
Bank

1. Importir membuat data PIB, bentuk Edifact, kemudian mengirim data


dengan melakukan komunikasi ke Bea dan Cukai, dan meletakkan datanya
di mail box.

2. Bea dan Cukai mengambil data PIB dari mail box, mem-validasi data dan
memprosesnya. Respon dikirim berdasarkan proses terhadap data tersebut.

3. Importir melakukan komunikasi untuk mengambil respon. Respon dari


Bea dan Cukai ini langsung tampil di komputer importir dan dapat dicetak
serta digunakan untuk proses.
Proses pembuatan dokumen, pengiriman, proses di Bea dan Cukai sampai dengan
mendapatkan respon, selalu tercatat sebagai status di modul PIB. Berikut ini jenis-jenis
status yang dapat diktahui:

1. EDIT Perekaman PIB belum selesai.

2. READY Perekaman sudah dianggap selesai.

3. QUEUED Dokumen sudah dalam format EDIFACT dan siap untuk


dikomunikasikan.

4. DELIVERED Dokumen sudah berada pada mail box EDI.

5. COMPLETED Dokumen sudah diambil oleh trading partner (Bea dan Cukai).

6. ERRORS Komunikasi gagal

Status-status di atas merupakan status yang berhubungan dengan pengiriman dokumen


dalam sistem EDI. Status berikutnya adalah juga merupakan jenis respon dari Bea dan
Cukai:

7. REJECT Respon dari BC yang menyatakan bahwa terdapat kekurangan


pengisian data. Atau importir masih mempunyai kewajiban yang
belum dipenuhi sehingga pengajuan dokumen tidak dapat dilayani.

8. SSPCP Respon permintaan dokumen pembayaran.

9. INP/DNP Respon Permintaan Informasi Nilai Pabean.

10. SPPB Respon Pemberitahuan bahwa barang sudah dapat dikeluarkan dari
daerah pabean.

11. SPJM Respon Pemberitahuan bahwa barang terkena jalur merah dan
harus diperiksa fisik.

12. SPKPBM Respon Pemberitahuan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk,


Cukai, denda administrasi dan pajak dalam rangka impor.

13. Respon PIB secara umum (General Respon). Merupakan informasi umum yang
dikirimkan dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (Tidak mengubah status).

Beberapa jenis respon yang ada antara lain:


1. Reject

2. Penerimaan Data PIB

3. Permintaan Bukti Penerimaan Jaminan

4. Konfirmasi Pembayaran/SSPCP

5. Permintaan INP

6. Konfirmasi Skep Brg Larangan/Pembatasan

7. SPPB

8. SPJM

9. SPKPBM

10. Respon Umum

4.1.4. National Single Window (NSW)

INSW merupakan suatu sistem layanan publik yang terintegrasi, yang


menyediakan fasilitas pengajuan, pertukaran dan pemrosesan informasi
standar secara elektronik, guna menyelesaikan semua proses kegiatan dalam
penanganan lalulintas barang ekspor dan impor, untuk meningkatkan daya
saing perekonomian nasional

INSW memadukan alur proses bisnis antara sistem kepabeanan, perijinan


ekspor-impor, kepelabuhanan/ kebandarudaraan, pembayaran, pengangkutan
barang dan logistik, serta sistem lain yang terkait dengan penanganan
lalulintas barang ekspor-impor.

Penerapan Sistem NSW, melalui penyediaan Portal INSW, akan membawa


Indonesia menuju otomasi sistem pelayanan publik yang terintegrasi, guna
mewujudkan “Reformasi Layanan Publik di Bidang Ekspor-Impor”.

Portal INSW dapat diakses melalui halaman utama (homepage) situs resmi
INSW dengan nama domain http://www.insw.go.id
a. Pengertian Dan Tujuan Umum

National Single Window (NSW) adalah sistem yang memungkinkan


dilakukannya:

- Single Submission of data and information;

- Single and Synchronous processing of data and information;

- Single Decision-making for customs release and clearance of cargoes.

Tujuan Umum Penerapan Sistem NSW

- Meningkatkan kecepatan penyelesaian proses ekspor-impor melalui


peningkatan efektifitas dan kinerja sistem layanan yang terintegrasi
antar seluruh entitas yang terkait.

- Meminimalisasi waktu dan biaya yang diperlukan dalam penanganan


lalulintas barang ekspor-impor, terutama terkait dengan proses customs
release and clearance of cargoes.

- Meningkatkan validitas dan akurasi data dan informasi yang terkait


dengan kegiatan ekspor dan impor.

- Meningkatkan daya saing perekonomian nasional dan mendorong


masuknya investasi.

b. Jadwal Penerapan Sistem Nsw

Jadwal Penerapan Sistem NSW di Indonesia, secara umum mendasarkan


pada strategi pentahapan yang dapat digambarkan dan dijelaskan dalam
ilustrasi berikut :

ƒ Akhir Tahun 2007, Langkah Awal Penerapan Sistem NSW di


Indonesia

Tanggal 17 Desember 2007 dilakukan Implementasi Tahap Kesatu


sistem NSW di Indonesia, dimana penerapan sistem NSW tersebut baru
sebatas pada sebagian kecil GA (hanya 5 GA) dan sebagian kecil
pelaku usaha (hanya 100 Importir Jalur Prioritas atau IJP), sehingga
dapat dikatakan bahwa pemberlakuan sistem NSW pada akhir tahun
2007 tersebut hanya merupakan langkah awal dari keseluruhan
langkah yang panjang dalam penerapan Sistem NSW di Indonesia

ƒ Akhir Tahun 2008, Sistem NSW Diterapkan secara Penuh dan


Dipersiapkan untuk Joint to ASW

Setelah melewati berbagai tahapan implementasi sebagaimana


ilustrasi tersebut, diharapkan pada akhir tahun 2008 dapat dilakukan
penerapan secara penuh di tingkat nasional dan sudah dilakukan
tahap-tahap persiapan untuk bergabung dengan sistem NSW negara-
negara anggota lainnya melalui Sistem ASW

ƒ Mulai Awal Tahun 2009, persiapan Joint to ASW dgn ujicoba


Pertukaran Data CoO/SKA

Pada awal tahun 2009, dimulai tahap persiapan untuk Joint to ASW
dengan beberapa langkah :

o Persiapan teknis Sistem NSW untuk Joint to ASW

o Ujicoba pertukaran data CoO/SKA dgn beberapa negara ASEAN

o Pembangunan (technical-development) Portal ASW

c. Key Factors For Success

Ada beberapa faktor kunci (key-factors) yang secara dominan


mempengaruhi penerapan Sistem NSW di Indonesia, agar penerapan
tersebut sesuai dengan kondisi ideal yang diharapkan dan sejalan dengan
visi, misi, strategi, tujuan dan manfaat dari penerapan Sistem NSW di
Indonesia.

1. Komitmen Nasional

2. Strong Lead Agency

3. Kemampuan mendefinisikan kebutuhan sistem secara utuh


4. Kesiapan Instansi Pemerintah

5. Intensitas Sosialisasi

6. Penetapan Pengelola Portal NSW

7. Aspek Legal yang Dibutuhkan

8. Model Pembiayaan

9. Dukungan Stakeholders

4.1.5. Operator Konsul

Dengan semakin pentingnya penggunaan komputer di perkantoran, maka


semakin dibutuhkan tenaga yang mampu menangani dan merawat perangkat
tersebut. Demikian pula di instansi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang
sudah menerapkan komputerisasi dalam pelayanan kepada masyarakat usaha,
diperlukan tenaga profesional yang mampu menangani sistem ini, yang
dikenal sebagai Operator Konsul.

Mampu di sini buka berarti yang bersangkutan harus dapat menangani segala
macam permasalahan yang timbul berhubungan dengan komputer, namun
paling tidak ia harus dapat mengidentifikasi dan menginventarisir
permasalahan berdasarkan sumbernya. Permasalahan dapat terjadi pada
perangkat program aplikasi, jaringan, ataupun hardware. Penanganan terhadap
perangkat tersebut tentunya berbeda-beda, Jika mampu, operator konsul akan
menanganinya, namun jika hal itu di luar kemampuannya, maka ia harus bisa
menentukan siapa yang harus dihubungi dan kredibel menangani masalah
tersebut.

Tugas Operator Konsul

Tugas Operator Konsul berkaitan dengan software aplikasi:

1. Melakukan/mendaftarkan absen petugas PFPD/PFPB aplikasi impor setiap


pagi.
2. Melakukan perekaman kurs mingguan.

3. Melakukan perekaman pegawai/user baru dan set kewenangannya.

4. Melakukan setting tertentu terhadap aplikasi: set nomor, set hari libur, set
parameter, dan lain-lain, sesuai kebutuhan.

5. Menerima komplain/masukan dari unit lain yang berhubungan dengan


aplikasi

6. Mencari pemecahan tarhadap komplain tersebut, jika tidak dapat, meminta


bantuan kepada pihak yang terkait.

7. Melakukan maintenance terhadap data referensi aplikasi jika diperlukan,


misalnya jika ada kode-kode baru, dsb.

Tugas Operator Konsul berkaitan dengan Hardware:

1. Menjaga keamanan dan kenyamanan ruang server (termasuk kebersihan).

2. Menghidupkan dan mematikan server melalui menu operator.

3. Memonitor arus dan tegangan listrik PLN dan UPS sebagai supplay utama
server.

4. Memonitor suhu ruang server agar tidak terjadi panas yang berlebih pada
ruangan/server.

5. Mengontrol setiap saat indikator LED/Sound yang muncul pada perangkat


computer yang ada (Server, Network, Power supplay dan lain-lain).

6. Memonitor penggunaan file system (List Filesystems) pada menu


operator.

7. Melakukan backup Harian pada kantor yang tidak terhubung dengan


Kantor Pusat (offline) dan diwajibkan melakukan pengiriman hasil backup
Harian.

8. Melakukan backup data Mingguan ke tape 4mm.


Contoh

Perbandingan Waktu Proses Dokumen Manual dan PDE


DOKUMEN DITERIMA
PENYIAPAN DOKUMEN
RE-ENTRY DATA
PENCETAKAN
PELAYANAN MULAI
PENGIRIMAN PELAYANAN SELESAI

Manual WAKTU

Setelah Otomasi Reduksi Waktu Proses

PELAYANAN SELESAI
PELAYANAN MULAI
DOKUMEN DITERIMA

PENGIRIMAN

PENYIAPAN DOKUMEN

Khusus untuk pelayanan perizinan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai juga telah merintis
sistem NSW (National Single Window) agar masyarakat usaha lebih mudah dalam
pengurusan perizinan impor. Sistem ini nantinya akan menggantikan modul Analizing
Point dalam sistem aplikasi Kepabeanan.

4.2.Latihan

1. Sebutkan jenis-jenis hardware dan fungsinya

2. Sebutkan contoh software dan fungsinya

3. Sebutkan jaringan komputer berdasarkan skalanya.

4. Sebutkan jenis-jenis aplikasi modul perasahaan

5. Sebutkan jenis-jenis aplikasi inhouse Bea dan Cukai

6. Sebutkan perangkat apa saja yang diperlukan untuk pengiriman dokumen secara
PDE.
7. Sebutkan KPPBC yang telah menerapkan pertukaran data secara elektronik untuk
penyampaian dokumen pemberitahuan pabean.

8. Sebutkan jenis-jenis respon yang dikirimkan secara elektronik pada pelayanan impor.

9. Sebutkan faktor kunci keberhasilan sistem NSW.

10. Sebutkan tugas operator konsole berkaitan dengan hardware dan software komputer
di KPPBC.

4.3.Rangkuman

Dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat usaha, Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai telah menggunakan teknologi yang memungkinkan agar mutu pelayanan terjamin.
Tergantung kondisi dan kebutuhan, pelayanan kepada masyarakat dibagi menjadi
beberapa jenis:

1. Manual, yaitu penyampaian dokumen hanya berupa formulir Pemberitahuan Pabean.

2. Sistem Disket, yaitu selain formulir Pemberitahuan Pabean, disertai dengan disket
atau media penyimpan data lainnya yang berisi data Pemberitahuan Pabean.

3. Sistem PDE (Pertukaran Data Elektronik), yaitu penyampaian data Pemberitahuan


Pabean secara langsung dari komputer pengguna jasa kepabeanan ke komputer Bea
dan Cukai, tanpa perlu datang ke Kantor Pabean.
5. Kegiatan Belajar (KB) 4

APLIKASI REGISTRASI

5.1. Uraian
5.1.1. Registrasi Importir

Registrasi importir bertujuan untuk memperjelas status importir sehingga


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tidak mengalami kesulitan dalam menagih
kekurangan pembayaran bea masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI),
melakukan audit atau keperluan lainnya. Dengan adanya registrasi importir
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai juga dapat melakukan penilaian terhadap
importir sehingga dapat menentukan klasifikasi importir dalam rangka
penerapan manajemen resiko.

Setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 17 tahun 2006 tentang Perubahan


Atas Undang-Undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan dan dalam
rangka melaksanakan ketentuan pasal 6A Undang-Undang ini maka
diterbitkanlah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 124/PMK.04/2007 tanggal
5 Oktober 2007 tentang Registrasi Importir. Dalam Peraturan Menteri
Keuangan ini, registrasi importir jelas diatur secara khusus. Pada pasal 2 ayat 2
disebutkan sebagai berikut :

“Registrasi importir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh


importir dengan mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal melalui
media elektronik.”

Dari ketentuan pasal tersebut berarti DJBC harus menyediakan sistem registrasi
importir yang dapat menerima data permohonan registrasi dari importir secara
elektronik. Inilah yang menjadi dasar dibangunnya sistem aplikasi registrasi
importir. Tidak hanya bisa menerima data permohonan registrasi secara
elektronik saja, tetapi juga harus bisa memroses data tersebut sampai
diterbitkannya Nomor Induk Kepabeanan (NIK)
a. Dasar Hukum Registrasi Importir

Registrasi importir mengacu kepada peraturan-peraturan sebagai berikut :

ƒ Undang Undang Kepabeanan nomor 10 tahun 1995 yang diubah dengan


Undang-Undang Kepabeanan nomor 17 tahun 2006.

ƒ Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor KEP-07/BC/2003


tanggal 31 Januari 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tatalaksana
Kepabeanan di Bidang Impor, diubah dengan Peraturan Direktur
Jenderal nomor P-19/BC/2005 tentang Perubahan Ketiga Atas
Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor KEP-07/BC/2003
tentang Petunjuk Pelaksanaan Tatalaksana Kepabeanan di Bidang
Impor, diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal P-06/BC/2007
tentang Perubahan Keempat Atas Keputusan Direktur Jenderal Bea dan
Cukai nomor KEP-07/BC/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Tatalaksana Kepabeanan di Bidang Impor.

ƒ Peraturan Menteri Keuangan Nomor 124/PMK.04/2007 tanggal 5


Oktober 2007 tentang Registrasi Importir.

b. Tujuan Pengembangan Aplikasi

Aplikasi Registrasi Importir dikembangkan dengan tujuan :

1. Mempermudah Importir Untuk Melakukan Registrasi

Dengan dikembangkannya Aplikasi Registrasi Importir diharapkan


dapat mempermudah proses registrasi mulai dari pengisian dan
pengajuan formulir registrasi oleh importir. Pengajuan formulir
registrasi dapat dilakukan dari kantor importir sendiri karena pengisian
formulirnya melalui jaringan internet dengan mengakses menu registrasi
importir di situs www.beacukai.go.id. Selain itu importir juga dapat
memantau perkembangan hasil registrasinya melalui website tersebut
sampai diterbitkannya Nomor Induk Kepabenana (NIK).

2. Mempermudah Proses Penerbitan Nomor Induk Kepabeanan (NIK)


Dengan registrasi secara elektronik maka data awal dari importir yang
melakukan registrasi sudah tersedia, sehingga data dapat segera dibaca
dan diteliti. Dengan demikian akan memudahkan bagi analis untuk
menganalisa data registrasi sehingga dapat dengan cepat dan akurat
memutuskan apakah NIK untuk perusahaan yang melakukan registrasi
tersebut dapat diterbitkan atau tidak. Karena semua parameter penilaian
sudah dimasukkan dalam sistem.

3. Mengurangi Subyektifitas Penilaian Terhadap Importir

Analis atau supervisor yang menganalisa data dan memutuskan apakah


NIK dapat diterbitkan, tidak dapat mengubah data. Parameter penilaian
sudah dimasukkan ke dalam sistem dan tidak memungkinkan bagi
petugas analis untuk mengubah nilai pada data registrasi. Kecuali data
pembanding yang merupakan data hasil pemeriksaan lapangan. Data ini
dientry langsung oleh petugas yang melakukan pemeriksaan lapangan.
Dari data pembanding ini pun penilaian dilakukan otomatis oleh sistem.

Alur Proses registrasi Importir dapat digambarkan sebagai berikut:

Importir

Report NIK

Data Importir
Report pemlap NIK

Kanwil Sistem Direktorat P2


Registrasi
Data importir

Data Report NIK


Registrasi

beacukai.go.id

Dari gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :


• Importir mengisi formulir registrasi melalui menu registrasi importir di website
www.beacukai.go.id

• Data registrasi dari server internet secara periodik didownload ke server in-house
aplikasi registrasi importir.

• Data importir dikirim ke Kantor Wilayah di mana alamat importir berada untuk
dilakukan pemeriksaan lapangan (pemlap).

• Hasil pemeriksaan lapangan (pemlap) berupa soft copy dikirim kembali ke Kantor
Pusat untuk diupload di in-house aplikasi registrasi importir.

• Setelah memenuhi syarat untuk mendapatkan NIK data awal dikirim dulu ke
Direktorat P2 untuk dilakukan penilaian sebagai dasar pengklasifikasian importir
berdasarkan resikonya.

• Setelah P2 memberi penilaian data dan menetapkan kategori importir,


dikembalikan ke sistem registrasi. NIK bersifat rahasia dan dikirimkan kepada
importir.

• Importir bisa melihat status registrasinya di website dengan menggunakan userid


nya.
c. Alur Proses Registrasi Importir

i. Download / Upload Data Registrasi

o Setelah importir mengisikan data registrasi melalui menu registrasi importir di


website, secara periodik data tersebut akan didownload ke PC perantara dan
diupload ke aplikasi registrasi importir.

ii. Pemeriksaan Lapangan

Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh auditor Kantor Wilayah Bea dan Cukai di mana
alamat importir berada.

Setelah mendapatkan data awal registrasi dan surat pengantar, auditor melakukan
pemeriksaan lapangan. Hasil pemeriksaan lapangan dientry di aplikasi perekaman hasil
pemeriksaan lapangan.
iii. Penelitian Administrasi oleh Analis

Penelitian adminstrasi oleh analis dilakukan terhadap data registrasi importir yang sudah
selesai pemeriksaan lapangan. Yang dilakukan oleh analis dalam penelitian administrasi
adalah sebagai berikut :

• Analis membandingkan data awal registrasi dengan data hasil pemeriksaan lapangan.

• Data yang diteliti dan dibandingkan dengan hasil pemeriksaan lapangan adalah
mengenai kebenaran tentang :

- Eksistensi;

- Identitas pengurus dan penanggung jawab

- Jenis usaha; dan

- Kepastian penyelenggaraan pembukuan.

• Analis memberikan rekomendasi apakah data registrasi importir dapat diterima atau
ditolak.

• Dalam hal diterima, maka selanjutnya proses diteruskan ke supervisor.

iv. Penelitian Administrasi oleh Supervisor

Yang masuk ke supervisor hanya data yang diputuskan diterima oleh analis. Supervisor
kembali meneliti keputusan yang dibuat oleh analis.

v. Penolakan Registrasi Importir

Penolakan yang dilakukan oleh sistem setelah proses penelitian adminstrasi oleh analis
harus dibuatkan agenda penolakan. Agenda penolakan dibuat oleh operator aplikasi
registrasi importir. Surat penolakan dikirim melalui email ke alamat importir yang
ditolak.

vi. Agenda Nomor Induk Kepabeanan (NIK)

Data registrasi yang diputuskan diterima oleh supervisor segera dibuatkan nomor
agendanya. Nomor agenda dibuat oleh sistem secara otomatis. Proses selanjutnya adalah
pengiriman NIK (sementara) kepada importir melalui email.
vii. Pengiriman Nomor Induk Kepabeanan (NIK) Sementara via Email

Data registrasi yang sudah mendapat NIK harus diproses lagi untuk menentukan tanggal
penerbitan NIK nya dan barulah surat pemberitahuan NIK sementara dapat dikirimkan ke
importir.

viii. Pengiriman Data Registrasi ke Direktorat Penyidikan dan Pencegahan (P2)

Data registrasi yang sudah mendapat nomor agenda atau NIK dikirim ke Direktorat P2
untuk penentuan kategori importirnya. Data tersebut akan dianalisa lagi dan
dibandingkan dengan data yang dimiliki oleh P2.

ix. Update Data Registrasi

Data registrasi importir yang sudah mendapat NIK dalam hal tertentu dapat diupdate.
Misal perusahaan pindah alamat. Perubahan data importir wajib segera dilaporkan
kepada Direktorat Audit yang menangani masalah registrasi. Perubahan data registrasi
importir dilakukan atas permohonan perubahan data dari importir.
5.1.2. Registrasi PPJK

a. Pendahuluan

Pengurusan Pemberitahuan Pabean atas barang impor atau ekspor dilakukan


oleh pengangkut, importir, atau eksportir. Namum dalam hal tidak dilakukan
sendiri, importir, atau eksportir dapat memberikan kuasanya kepada PPJK.
Untuk dapat melakukan pengurusan jasa kepabeanan, PPJK wajib memiliki
nomor identitas berupa Nomor Pokok Pengusaha Pengurusan Jasa
Kepabeanan (NPPPJK) dalam rangka akses kepabeanan.

Untuk mendapatkan NPPPJK, PPJK wajib melakukan registrasi melalui


media elektronik. NPPPJK dikeluarkan oleh oleh Direktur Teknis
Kepabeanan atas nama Direktur Jenderal.

Sejak akhir tahun 2007, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


menyelenggarakan registrasi Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan dan
Cukai ( PPJK ) secara online dalam rangka membuat sistem registrasi yang
terpusat. Tujuannya agar mudah diaplikasikan khususnya oleh PPJK dan
kemudahan bagi Bea dan Cukai untuk mendata secara nasional dalam
rangka meningkatkan pelayanan kepada pengguna jasa.

Melalui sarana ini PPJK dapat melakukan registrasi dari kantor masing-
masing dengan terhubung ke website Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
yaitu di http://www.regPPJK.beacukai.go.id. PPJK mengikuti dan
menunggu hasil dari proses registrasi yang diajukan. Bila dalam proses
registrasi terdapat kendala ataupun masalah melalui alamat yang sama dapat
mengirimkan pertanyaan atau saran dan mendapatkan reply juga secara
online.

b. Dasar Hukum Registrasi PPJK

i. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 65/PMK.04/2007 tanggal 20 Juni


2007 tentang Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan
ii. Peraturan Jenderal Bea dan Cukai Nomor : P-22/BC/2007 tanggal 04
Juli 2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Nomor Pokok dan
Pengawasan Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan

c. Alur Proses Registrasi PPJK

Alur Proses registrasi PPJK dapat digambarkan sebagai berikut:


d. Aplikasi Registrasi PPJK Online

Aplikasi PPJK Online adalah sarana bagi PPJK untuk dapat melakukan
registrasi tanpa harus langsung datang ke Kantor Bea dan Cukai. Untuk
dapat mengakses registrasi PPJK secara elektronik, maka PPJK yang
bersangkutan harus dapat mengakses internet. Jika di kantor PPJK tidak
tersedia sarana internet, maka mereka dapat menggunakan jasa Warnet
(Warung internet).

Alamat yang harus dikunjungi adalah:


http://www.regPPJK.beacukai.go.id.

Langkah Registrasi PPJK

Dalam situs registrasi PPJK online, dijelaskan langkah melakukan


registrasi sebagai berikut:

1. PPJK melakukan pendaftaran user registrasi, dengan klik pada


menu Pendaftaran User Registrasi PPJK.

2. PPJK menerima email berisi email dan password

3. Login aplikasi registrasi

4. Melakukan pengisian formulir

5. Pengiriman data ke tim registrasi

e. Pelayanan Registrasi PPJK Di Bea Dan Cukai

Untuk dapat mengoperasikan aplikasi Registrasi PPJK di sisi Bea dan


Cukai, pegawai harus memiliki user ID dan password sesuai dengan
kewenangannya.

Struktur Menu

Menu utama yang muncul ketika pertama kali mengoperasikan aplikasi


berbeda-beda untuk setiap user. Menu utama dari seluruh aplikasi ini
terdiri dari enam (6) menu utama sesuai dengan masing-masing user.
Menu-menu tersebut adalah sebagai berikut :
i. Administrator

Menu utama yang aktif pada user administrator adalah File dan
Administrator. Menu Administrator terdiri dari menu Browse User.

ii. Sekretariat

Menu utama yang aktif pada user administrator adalah File dan
Sekretariat. Fungsi Utama dari menu Sekretariat adalah untuk
mendistribusikan data registrasi yang sudah diisi oleh PPJK kepada
Kantor Wilayah atau KPU yang membawahinya, sesuai domisili
PPJK.

iii. Koordinator Penelitian Lapangan (Penlap)

Menu utama yang aktif pada user administrator adalah File dan
Koordinator Penlap. Fungsi Utama dari menu Koordinator Penlap
adalah untuk merekam data petugas Penlap, dan merekam hasil
penelitian lapangannya.

Setelah menyelesaikan perekaman hasil Penlap, maka data tersebut


akan muncul pada menu Analis.

iv. Analis

Menu utama yang aktif pada user administrator adalah File dan
Analis. Fungsi Utama dari menu Analis adalah menganalisa data
registrasi PPJK, kemudian memberikan rekomendasi terhadapnya,
apakah akan diterima atau tidak, misalnya dalam hal Sertifikat Ahli
Kepabeanan. dibandingkan dengan database Sertifikat yang ada
dalam aplikasi PPJK yang ada di Bea dan Cukai.

v. Supervisor

Menu utama yang aktif pada user administrator adalah File dan
Supervisor. Fungsi Utama dari menu Supervisor adalah memberikan
keputusan apakah terhadap data registrasi PPJK diterima atau tidak.

Ada dua (2) jenis keputusan dari supervisor, yaitu:


1. Setuju/ Penerimaan Registrasi PPJK

2. Tidak Setuju / Penolakan Registrasi PPJK

vi. P2

Menu utama yang aktif pada user administrator adalah File dan
Supervisor. Fungsi Utama dari menu P2 adalah memberikan
nilai/skor tambahan terhadap PPJK yang sudah diterima
registrasinya.

5.2. Rangkuman

Registrasi importir dan PPJK bertujuan untuk memperjelas status importir dan
PPJK, sehingga Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tidak mengalami kesulitan
dalam menagih kekurangan pembayaran bea masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor
(PDRI), melakukan audit atau keperluan lainnya. Dengan adanya registrasi importir
dan PPJK, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai juga dapat melakukan penilaian
terhadap perusahaan sehingga dapat menentukan klasifikasinya dalam rangka
penerapan manajemen resiko.

5.3. Latihan

1. Sebutkan tujuan dikembangkannya Aplikasi Registrasi Importir.

2. Sebutkan langkah-langkah importir melakukan registrasi.

3. Sebutkan langkah-langkah PPJK melakukan registrasi.


6. Test Formatif

Silanglah B jika pernyataan benar dan S jika pernyataan salah!

1. B - S Hardware (perangkat keras) komputer adalah salah satu bagian dari


sistem komputer yang ada.

2. B - S Dalam CPU (Central Processing Unit) terdapat control unit, ALU


(Arithmetic Logic Unit), dan system memory yang kadang-kadang
disebut main engineering.

3. B - S WORM (write-once/read-many) optical disk, merupakan disk yang


dapat ditulisi berulangkali kemudian hanya dapat dibaca dan tidak dapat
dipakai untuk merekam lagi.

4. B - S Program aplikasi, adalah suatu perangkat lunak komputer yang


memanfaatkan kemampuan komputer langsung untuk melakukan suatu
tugas yang diinginkan pengguna.

5. B - S Client-server yaitu jaringan komputer dengan komputer yang


didedikasikan khusus untuk client.

6. B - S Database (basis data), adalah kumpulan data yang disimpan di dalam


komputer secara sistematik sehingga dapat diperiksa menggunakan suatu
program komputer untuk memperoleh informasi dari basis data tersebut.

7. B - S Image Scanner, digunakan untuk mentransformasikan image grafis atau


text ke dalam data computer.

8. B - S Program aplikasi pelayanan adalah program aplikasi yang secara khusus


dibuat oleh Bea dan Cukai, digunakan untuk melayani masyarakat usaha
dari luar negeri.

9. B - S Modul perusahaan adalah program aplikasi komputer yang berada di sisi


perusahaan sebagai perangkat untuk membuat dan mengajukan dokumen
pabean.
10. B - S Aplikasi internal direktorat adalah program aplikasi komputer yang
berada di tingkat direktorat dalam lingkungan DJBC, untuk membantu
pelaksanaan impor dan ekspor.

11. B - S INSW merupakan suatu sistem layanan publik yang terintegrasi, yang
menyediakan fasilitas pengajuan, pertukaran dan pemrosesan informasi
standar secara elektronik, guna menyelesaikan semua proses kegiatan
dalam penanganan lalulintas barang ekspor dan impor, untuk
meningkatkan daya saing perekonomian nasional

12. B - S Registrasi importir bertujuan untuk memperjelas status importir


sehingga Direktorat Jenderal Bea dan Cukai lebih mengenal profil
importir untuk pemberian ijin-ijin.

13. B - S Pengurusan Pemberitahuan Pabean atas barang impor atau ekspor


dilakukan oleh pengangkut, importir, atau eksportir.

14. B - S Aplikasi PPJK Online adalah sarana bagi PPJK untuk dapat melakukan
registrasi tanpa harus langsung datang ke Kantor Bea dan Cukai.

15. B - S Khusus untuk pelayanan perizinan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
juga telah merintis sistem NSW (National Single Window) agar
masyarakat usaha lebih mudah dalam pengurusan perizinan impor.
7. Kunci Jawaban Test Formatif

1. B
2. S
3. S
4. B
5. S
6. B
7. B
8. S
9. B
10. S
11. B
12. S
13. B
14. B
15. B

6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat pada
bagian akhir modul ini, dan hitungllah jawaban Anda untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda.

Rumus :

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar X 100 %

20

Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
kegiatan belajar selanjutnya. Tetapi bila penguasaan Anda kurang dari 80%, Anda
harus mempelajari kembali terutama bagian yang belum Anda kuasai.
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR
KEPABEANAN DAN CUKAI

KETERAMPILAN PDE

MODUL II

SISTEM APLIKASI PELAYANAN MANIFES


DAN
SISTEM APLIKASI PELAYANAN EKSPOR

OLEH :
TIM PENYUSUN MODUL PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI

PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN BEA DAN CUKAI


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

JAKARTA
2008
DAFTAR ISI

Daftar Isi .................................................................................................................. i


SISTEM APLIKASI PELAYANAN MANIFES DAN SISTEM
APLIKASI PELAYANAN EKSPOR
1. Pendahuluan ................................................................................................. 1
1.1. Deskripsi Singkat ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Instruksional Umum ........................................................................ 1
1.3 Tujuan Instruksional Khusus ....................................................................... 1
2. Kegiatan Belajar 1:
APLIKASI PELAYANAN MANIFES
2.1. Uraian dan Contoh ....................................................................................... 2
1. Inward Manifes ..................................................................................... 3
2. Outward Manifes .................................................................................. 10
2.2. Latihan 1 ...................................................................................................... 13
2.3. Rangkuman .................................................................................................. 13
3. Kegiatan Belajar 2:
APLIKASI PELAYANAN EKSPOR
3.1. Uraian dan Contoh ....................................................................................... 14
Sejarah Singkat Aplikasi Pelayanan Ekspor ................................................ 14
Sistem Aplikasi Pelayanan Ekspor .............................................................. 15
1. Tujuan Pengembangan .......................................................................... 15
2. Alur Pelayanan Ekspor .......................................................................... 16
3.2. Latihan 2 ....................................................................................................... 23
3.3. Rangkuman ................................................................................................... 23
4. Test Formatif ............................................................................................... 24
5. Kunci Jawaban Test Formatif ................................................................... 28
6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 28
7. Daftar Pustaka 29

i
MODUL 1

SISTEM APLIKASI PELAYANAN MANIFES DAN SISTEM APLIKASI


PELAYANAN EKSPOR

1. Pendahuluan

1.1. Deskripsi Singkat


Modul Belajar ini berisi 2 kegiatan belajar, yaitu tentang Aplikasi Pelayanan
Manifest Aplikasi Pelayanan Ekspor.
Kegiatan Belajar tentang Aplikasi Pelayanan Manifes berisi tentang uraian dan
contoh tentang Siatem Aplikasi Pelayanan (SAP) Manifes yang pada saat ini telah
dipakai di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai, baik Inward
Manifes maupun Outward Manifes.

1.2. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti mata pelajaran ini peserta diharapkan mampu untuk
menjelaskan sistem pemberitahuan pabean dalam bentuk disket dan secara
Electronic Data Interchange (EDI) serta memahami implementasinya.

1.3. Tujuan Instruksional Khusus


Pada akhir mata pelajaran para peserta dapat memahami:
- Penggunaan Sistem Aplikasi Inward Manifes
- Penggunaan Sistem Aplikasi Outward Manifes
- Penggunaan Sistem Aplikasi Ekspor

1
2. Kegiatan Belajar (KB) 1

APLIKASI PELAYANAN MANIFES

2.1. Uraian dan Contoh

Sistem Aplikasi Pelayanan Manifes di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebenar
sudah mulai dikembangkan sejak tahun 2001. Akan tetapi disebabkan karena peraturan
pelaksanaan yang belum ada maka pelaksanaan dan implemantasinya baru terlaksana
pada tahun 2006 yaitu dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-
39/PMK.04/2006 tanggal 19 Mei 2006 tentang Tatalaksana Pemberitahuan Kedatangan
Sarana Pengangkut, Manifes Kedatangnan Sarana Pengangkut dan Keberangkatan Sarana
Pengangkut.
Sistem aplikasi manifes dibagi menjadi dua yaitu untuk manifes kedatangan
sarana pengangkut (inward manifes) dan manifes keberangkatan sarana pengangkut
(outward manifes)
Uji coba implementasi sistem aplikasi inward manifes dilakukan di KPBC
Tanjung Priok I, II dan III pada bulan Juli 2006 dan dimandatorykan ke seluruh Kantor
Pelayanan pada tanggal 1 September 2006. Sedangkan untuk inward manifes baru
dimandatorykan pada awal tahun 2007.

2
1. Inward Manifes
a. Alur Dokumen Inward Manifes
Alur dokumen dalam proses global inward manifes dapat digambarkan sebagai berikut :

PENGANGKUT KPBC
Shipping Lines RKSP Kantor
Air Lines Pelayanan
BC 1.0 Bea Cukai

MANIFES

BC 1.1

Dari diagram di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :


• Pengangkut yang sarana pengangkutnya datang dari luar daerah pabean atau dari
dalam daerah pabean yang mengangkut barang impor, barang ekspor dan/atau barang
asal Daerah Pabean yang diangkut melalui luar daerah pabean wajib menyerahkan
Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut (RKSP) atau Jadwal Kedatangan Sarana
Pengangkut (JKSP) paling lambat sebelum kedatangan sarana pengangkut.
• RKSP atau JKSP diserahkan ke Kantor Pelayanan Bea dan Cukai melalui Pertukaran
Data Elektronik (PDE) untuk KPBC yang sudah PDE, dengan disket untuk KPBC
yang mempunyai server tetapi belum PDE atau secara manual untuk KPBC yang
tidak mempunyai server.
• KPBC memberikan respon penomoran BC 1.0 atas RKSP/JKSP yang diserahkan.
• Ketika sarana pengangkut datang, pengangkut meyerahkan inward manifes ke Kantor
Pelayanan Bea dan Cukai melalui Pertukaran Data Elektronik (PDE) untuk KPBC
yang sudah PDE, dengan disket untuk KPBC yang mempunyai server tetapi belum
PDE atau secara manual untuk KPBC yang tidak mempunyai server dengan merujuk
pada nomor BC 1.0 nya. Jadi sebelum inward manifes diserahkan data RKSP harus
sudah ada di KPBC terlebih dahulu.
• KPBC memberikan respon penomoran BC 1.1 atas Manifes yang diserahkan.

3
b. Konsep Pertukaran Data RKSP dan Manifes
Konsep pertukaran data RKSP dan Manifes dapat digambarkan seperti berikut.

Dari gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :


• Data RKSP/JKSP dan manifes setelah dikirim oleh pengangkut ke KPBC melalui
jaringan EDI akan mendapat respon BC 1.0 dan BC 1.1 dari KPBC.
• Data RKSP dan Manifes dan responnya (status) dipublish di website (internet).
• Instansi-instansi selain Bea dan Cukai juga dapat melihat informasi data manifes
sesuai dengan wewenangnya, antara lain :
o PELINDO dapat melihat informasi tentang keadatangan kapal dan bongkar
barang
o Karantina dapat mengakses data barang yang ada di manifes yang
kemungkinan harus mendapat ijin dari karantina.
o Importir terkait dengan pembuatan data PIBnya dapat melihat nomor BC
1.1 dan nomor pos barang yang diimpornya. Dan seterusnya.

4
c. Sistem PDE Manifes
Sistem PDE manifes dapat digambarkan seperti berikut

¾ Dari modul pengangkut dengan menggunakan EDI enabler data dikirim ke sistem
inhouse manifes.
¾ Untuk bisa tersanbung dengan EDI network dapat menggunakan modem dengan
mendial nomor telepon yang sudah ditentukan untuk mengirim data ke EDI network
atau dengan menggunakan jaringan internet.
d. Pengumpulan Data Manifes
Data manifes tidak hanya dari pemilik sarana pengangkut saja tetapi berasal dari
beberapa sumber. Proses pengumpulan data manifes dapat digambarkan seperti berikut.

5
Dari gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
• Kalau pengangkut hanya mengangkut barang miliknya saja (tidak ada barang
titipan dari slot charter atau yang lainnya), maka data manifes dapat langsung
dikirim ke KPBC baik memalui jaringan EDI atau menggunakan disket.
• Kalau dalam satu manifes pos-posnya juga berasal dari slot charter, join charter ,
forwarder dan/atau partner lain, maka data manifes dikumpulkan dulu di modul
pengangkut milik perusahaan pengangkut yang bertindak sebagai vessel
operator/main carrier.
• Kalau para partner sudah mempunyai aplikasi sendiri yang formatnya berbeda
maka data tersebut harus diseragamkan dengan menggunakan data converter agar
bisa digabung di modul pengangkut.
• Khusus forwarder dimungkinkan hanya menyertakan satu pos yang sebenarnya
terdiri dari lebih dari satu pos. B/L atau AWB nya adalah Master B/L atau AWB.
Ketika di pelabuhan bongkar, pos tersebut dapat dipecah (redress) menjadi
beberapa pos sesuai dengan jumlah Host B/L nya. Pemecahan pos dapat diajukan
dengan menggunakan Modul Entry manifes atau langsung mengajukan ke Kantor
Pelayanan untuk dilakukan entry pecah pos oleh petugas.
e. Data Inward Manifes
Data manifes selain memuat tentang informasi sarana pengangkut seperti pada
RKSP, juga berisi pos-pos barang yang diangkut. Satu pos dalam manifes mewakili satu
nomor Bill of Lading (B/L). Pos-pos dalam inward manifes dikelompokkan menjadi :

6
1. Kelompok barang impor yang diselesaikan di Kantor Pelayanan tempat
pemberitahuan manifes
2. Kelompok barang impor yang diangkut lanjut
3. Kelompok barang impor yang diangkut terus
4. Kelompok barang ekspor yang diangkut lanjut
5. Kelompok barang ekspor yang diangkut terus
6. Kelompok barang asal dalam daerah pabean tujuan dalam daerah pabean yang
melewati luar daerah pabean (BC 1.3)
7. Empty Container (kontainer kosong dari luar daerah pabean)
f. Proses Pelayanan Inward Manifes
Pelayanan inward manifes adalah sebagai berikut :
¾ Terima data RKSP (EDI atau load data)
¾ Validasi data RKSP
¾ Respon nomor BC 1.0
¾ Terima Data Manifest (EDI atau load data) dengan merujuk ke nomor BC 1.0
¾ Validasi data Manifest
¾ Respon nomor BC 1.1
¾ Redress/Perbaikan Data Manifest (Kalau Ada)
¾ Penutupan Pos BC 1.1
g. Redress Data Manifes
Data manifes dapat diubah diperbaiki sesuai kebutuhan asalkan memenuhi
ketentuan yang berlaku. Perubahan data manifes dikenal dengan istilah redress. Untuk
redress data manifes harus mendapat izin dari kepala kantor. Oelh karena itu pengangkut
atau agennya harus mengajukan izin terlebih dahulu ke kepala kantor dengan
melampirkan dokumen pendukungnya. Redress data manifes yang bisa dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Penambahan pos BC 1.1
Dalam hal jumlah pos yang diberitahukan pertama kali di manifes kurang dari
jumlah yang sebenarnya, pengangkut atau agennya dapat mengajukan penambahan
pos manifes. Penambahan pos BC 1.1 bisa dilakukan kalau ada izin dari Kepala
KPBC. Penambahan pos dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
ƒ Menyerahkan data pendukung penambahan pos berupa dokumen pendukung dan
media penyimpan data seperti disket, flash disk dan sebagainya untuk diload di in
house aplikasi manifes

7
ƒ Hanya menyerahkan data pendukung penambahan pos berupa dokumen
pendukung, untuk direkam datanya oleh petugas di KPBC.
2. Penggabungan pos BC 1.1
Penggabungan pos manifes (BC 1.1) ada dua kemungkinan, yaitu
penggabungan pos di aplikasi milik pengangkut dan penggabungan di in house
manifes KPBC. Penggabungan pos yang dilakukan di aplikasi manifes milik
pengangkut tidak/belum berpengaruh di data manifes KPBC, karena data belum
diterima. Sedangkan penggabungan pos di aplikasi in house manifes dilakukan dalam
hal manifes sudah diberitahukan di KPBC dan sudah mendapat nomor BC 1.1. Syarat
penggabungan pos BC 1.1. adalah sebagai berikut :
• Pos yang digabung berasal dari satu manifes (BC 1.1.)
• Nama dan alamat shipper/supplier, consignee dan notify party dan pelabuhan
muat harus sama untuk masing-masing pos yang akan digabung.
• Sudah diterbitkan Bill of Lading (B/L)
3. Pemecahan pos BC 1.1
Pemecahan pos biasanya dilakukan oleh forwarder karena ia hanya
menyertakan master B/L atau master AWB saja kepada pengangkut. Padahal
sebenarnya dari satu master B/L atau master AWB tersebut barangnya dimiliki oleh
banyak orang/perusahaan. Untuk kasus ini biasanya status pos adalah pos konsolidasi.
Kalau status posnya konsolidasi, maka pos tersebut harus dipecah. Kalau tidak
dipecah pos tersebut tidak akan bisa ditutup. Pemecahan pos dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu :
ƒ Menyerahkan data pendukung pemecahan pos berupa dokumen pendukung dan
media penyimpan data seperti disket, flash disk dan sebagainya untuk diload di in
house aplikasi manifes
ƒ Hanya menyerahkan data pendukung pemecahan pos berupa dokumen
pendukung, untuk direkam datanya oleh petugas di KPBC.
Pos yang sudah dipecah statusnya tidak dapat ditutup, tetapi yang akan ditutup
adalah sub pos hasil pecahannya
4. Pembatalan Pemecahan pos BC 1.1
• Pos BC 1.1 yang sebenarnya tidak dipecah tetapi sudah terlanjur dipecah, dalam
hal tertentu pemecahan posnya dapat dibatalkan. Pembatalan pos BC 1.1

8
dilakukan oleh petugas BC dengan terlebih dahulu merekam surat izin dari kepala
kantor.
5. Pemindahan kelompok pos BC 1.1
• Dalam ada kesalahan pengelompokan pos yang diberitahukan, pos yang salah
pengelompokannya dapat dipindahkan ke kelompok pos yang benar. Pemindahan
BC 1.1 dilakukan oleh petugas BC dengan terlebih dahulu merekam surat izin dari
kepala kantor.
6. Pembatalan pos BC 1.1
Dalam hal ada kesalahan kelebihan jumlah pos yang diberitahukan, maka
kelebihan pos BC 1.1 tersebut dapat dibatalkan. Pembatalan pos BC 1.1 bisa
dilakukan oleh petugas BC dengan terlebih dahulu merekam surat izin dari kepala
kantor.
7. Perubahan Data Manifes Lainnya
• Data manifes yang diajukan oleh pengangkut atau agen kadang terjadi kesalahan
pada isi data. Misalnya karena kesalahan nama consignee, nama shipper, jumlah
container, berat brutto dan lain-lain. Perubahan data BC 1.1 dilakukan oleh
petugas BC dengan terlebih dahulu merekam surat izin dari kepala kantor.
h. Penutupan Pos BC 1.1
Semua pos BC 1.1 yang diberitahukan dalam manifes harus ditutup. Pos BC
1.1 ditutup dengan dokumen pabean sesuai dengan tujuannya. Dokumen yang dapat
digunakan untuk menutup pos BC 1.1 (inward) adalah sebagai berikut :
• Dokumen Impor (PIB / BC 2.0)
• Dokumen Angkut Terus / Angkut Lanjut (BC 1.2)
• Dokumen Pengangkutan/pengeluaran tujuan Kawasan Berikat (BC 2.3)
• Dokumen Reekspor (PEB / BC 3.0)
• Dokumen untuk perpindahan antar Tempat Penimbunan Sementara (TPS)
• Dokumen untuk Barang Tidak Dikuasai (BCF 1.5)
Pada umumnya satu pos BC 1.1 ditutup dengan satu dokumen. Namun khusus
untuk penutupan dengan dokumen perpindahan antar TPS dan penutupan dengan BCF
1.5, satu dokumen dapat menutup lebih dari satu pos BC 1.1.

9
2. Outward Manifes
a. Alur Dokumen Outward Manifes
Alur dokumen dalam proses global outward manifes dapat digambarkan sebagai
berikut :

PENGANGKUT KPBC
Shipping Lines Kantor Pelayanan
Air Lines Bea Cukai

MANIFES

BC 1.1

Dari diagram di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :


• sebelum sarana pengangkut berangkat, pengangkut meyerahkan outward manifes ke
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai melalui Pertukaran Data Elektronik (PDE) untuk
KPBC yang sudah PDE, dengan disket untuk KPBC yang mempunyai server tetapi
belum PDE atau secara manual untuk KPBC yang tidak mempunyai server.
• KPBC memberikan respon penomoran BC 1.1 atas outward manifes yang diserahkan.
b. Konsep Pertukaran Data Outward Manifes
Konsep pertukaran data Outward Manifes dapat digambarkan seperti berikut.

10
Dari gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
• Ekportir membuat PEB dan dikirm ke inhouse pelayanan ekspor kantor pelayanan dan
mendapat respon nomor/tanggal PEB dan PE.
• Eksportir menyerahkan barangnya kepada pengangkut beserta data PEB terutama
nomor dan tanggal PEB.
• Berdasarkan PEB sebagai penutup pos BC 1.1 pengangkut membuat data outward
manifes dan mengirimkannya ke inhouse manifes kantor pelayanan.
• Atas outward manifes yang dikirim setelah lolos validasi, inhouse manifes mengirm
respon nomor/tanggal BC 1.1 kepada pengangkut.
• Instansi-instansi selain Bea dan Cukai juga dapat melihat informasi data manifes
sesuai dengan wewenangnya, antara lain :
o PELINDO dapat melihat informasi tentang keadatangan kapal dan bongkar barang
o Karantina dapat mengakses data barang yang ada di manifes yang kemungkinan
harus mendapat ijin dari karantina, dsb.

c. Data Outward Manifes


Data manifes selain memuat tentang informasi sarana pengangkut seperti pada
RKSP, juga berisi pos-pos barang yang diangkut. Satu pos dalam manifes mewakili satu
nomor Bill of Lading (B/L). Pos-pos dalam inward manifes dikelompokkan menjadi :

11
1. Barang ekspor yang didaftar dan dimuat di Kantor Pabean setempat;
2. Barang ekspor yang dimuat di Kantor Pabean setempat;
3. Barang ekspor yang diangkut lanjut;
4. Barang ekspor yang diangkut terus;
5. Barang impor yang diangkut lanjut;
6. Barang impor yang diangkut terus;
7. Barang asal Daerah Pabean yang diangkut dari satu Kawasan Pabean ke Kawasan
Pabean lainnya melalui luar Daerah Pabean
8. Empty Container

d. Proses Pelayanan Outward Manifes


Pelayanan outward manifes adalah sebagai berikut :
¾ Pengangkut mendapat data tentang PEB + PE dari Importir
¾ Pengangkut membuat data Outward Manifest, PEB + PE menutup pos manifest sesuai
B/L atau AWB
¾ Data Outward Dikirim ke Inhouse Manifest di KPPBC (Via EDI atau Media
Penyimpan Data)
¾ Data Manifest Divalidasi
¾ Respon BC 1.1 (Outward Manifest)
¾ Redress Data Manifest (Kalau Ada)

e. Redress Data Outward Manifes


• Data outward manifes dapat diubah diperbaiki sesuai kebutuhan asalkan
memenuhi ketentuan yang berlaku. Perubahan data outward manifes harus
mendapat izin dari kepala kantor. Oleh karena itu pengangkut atau agennya harus
mengajukan izin terlebih dahulu ke kepala kantor dengan melampirkan dokumen
pendukungnya.

f. Penutupan Pos BC 1.1 outward


Tidak seperti inward manifes, penutupan pos BC 1.1 outward berlaku terbalik
dimana sebelum manifes diajukan pos Bc 1.1 harus sudah ditutup.

12
2.2. Latihan 1
2.2.1. Soal Essay
1. Jelaskan alur pelayanan PDE inward manifes!
2. Sebutkan pengelompokan pos inward manifes!
3. Jelaskan alur pelayanan PDE outward manifes!
4. Sebutkan pengelompokan pos outward manifes!
5. Jelaskan tentang redress data inward manifes!
6. Jelaskan tentang penutupan pos outward manifes!

2.3. Rangkuman

ƒ Sistem Aplikasi Pelayanan manifes baru diimplemantasikan pada tahun 2006. Untuk
inward manifes dimandatorykan pada bulan September 2006. Sedangkan outward
manifes baru dimandatorykan pada awal tahun 2007.
ƒ Data manifes dikirimkan ke inhouse manifes kantor pelayanan dengan menggunakan
PDE untuk Kantor Pelayanan yang menerapkan PDE dan menggunakan media
penyimpan data untuk Kantor Pelayanan non PDE.
ƒ Pos manifes dikelompokkan menjadi beberapa kelompok sesuai tujuannya.
ƒ RKSP/JKSP yang diajukan ke inhouse manifes akan mendapat respon nomor dan
tanggal BC 1.0 dan untuk manifesnya mendapat respon nomor dan tanggal BC 1.1.
ƒ Pos BC 1.1 yang sudah diajukan dapat diubah/diredress datanya dengan izin kepala
kantor.
ƒ Setiap pos BC 1.1 pada akhirnya harus tertutup. Penutupan dilakukan dengan dokumen
tertentu menurut tujuan barangnya.

13
3. Kegiatan Belajar (KB) 2

APLIKASI PELAYANAN EKSPOR

3.1. Uraian dan Contoh

Sejarah Singkat Aplikasi Pelayanan Ekspor

Sebelum ada aplikasi pelayanan ekspor yang sekarang ini, sebelumnya aplikasi
pelayanan ekspor pernah dikembangkan pada tahun 1997. Waktu itu bekerja sama dengan
Bapeksta dan Sucofindo. Bapeksta selaku instansi pengelola fasilitas ekspor dan
Sucofindo selaku surveyor (pemeriksa barang ekspor yang mendapat fasilitas). Akan
tetapi aplikasi tersebut tidak jadi diterapkan karena infrastruktur yang belum tersedia.
Pada tahun 2000 aplikasi pelayanan ekspor versi baru mulai dirancang dan awal
tahun 2001 mulai dibangun. Setelah diuji coba, pada tanggal 1 Agustus 2001, aplikasi
pelayanan ekspor tersebut mulai diterapkan di beberapa Kantor Pelayanan utama.
Pemberitahuan ekspor menggunakan disket dan hard copy Pemberitahuan Ekspor Barang
(PEB). Disket diajukan di Kantor Pelayanan yang lokasinya terdekat dari tempat
eksportir. Setelah mendapat persetujuan ekspor barang ekspor baru boleh dibawa ke
pelabuhan muat untuk diekspor ke luar negeri.
Tahun 2002 aplikasi pelayanan ekspor dikembangkan dengan sistem EDI mulai
dibangun bersamaan dengan dikembangkannya aplikasi impor. Aplikasi ini selesai pada
tahun 2003 dan diuji coba di KPBC Tanjung Perak dan Belawan. Tapi baru pada tahun
2004 mulai diterapkan di Kantor-kantor Pelayanan utama (KPBC Tanjung Priok I, II, III,
KPBC Soekarno-Hatta, KPBC Tanjung Perak, KPBC Tanjung Emas, KPBC Belawan)
dan Kantor-kantor Pelayanan tipe A. Untuk Kantor-kantor Pelayanan tipe A selain Kantor
Pelayanan utama tetap memakai disket. Namun untuk Kantor Pelayanan utama terjadi
perubahan yang signifikan bahkan revolusioner pada aplikasi ekspor ini yaitu tidak lagi
digunakan hard copy dokumen (paperless). Eksportir tidak menyerahkan hard copy ke
KPBC. Importir hanya perlu mencetak Persetujuan Ekspor dari aplikasi modulnya untuk
dapat memasukkan kontainer atau barangnya ke Kawasan Pabean atau Tempat
Penimbunan Sementara (TPS) menunggu barangnya dimuat ke kapal. Selain itu
perbedaan dengan aplikasi pelayanan ekspor versi sebelumnya adalah pengiriman data
PEB langsung ke Kantor Pelayanan pemuatan.

14
Dengan sistem paperless ini maka keamanan data menjadi sangat penting sekali.
Backup data harus dilakukan sebaik mungkin, sehingga kalau sewaktu-waktu data
dibutuh data tidak rusak atau hilang dan dapat dengan segara disajikan.

Sistem Aplikasi Pelayanan Ekspor

1. Tujuan Pengembangan
Aplikasi pelayanan ekspor versi tahun 2003 dikembangkan dengan tujuan
antara lain :
a. Penyederhanaan Proses dan Meningkatkan Kecepatan Pelayanan
Dengan sistem ini diharapkan pelayanan akan lebih sederhana dan mengurangi
interaksi antara pengguna jasa / eksportir dengan pegawai Bea dan Cukai. Dengan
demikian diharapkan pelayanan akan semakin cepat.
b. Standarisasi data
Data yang dikirim dalam aplikasi ini menggunakan standar data internasional
yaitu UN-EDIFACT sehingga data dapat dipertukarkan dengan aplikasi lain diluar
aplikasi Bea dan Cukai dengan menggunakan standar data tersebut.
c. Memudahkan Dalam Pengambilan Keputusan
Data yang tersimpan dalam database yang teratur dan rapi akan mudah
ditampilkan kembali jika diperlukan. Proses ini tentu akan banyak membantu
untuk proses pengawasan atau pelaporan.
d. Menjamin Terpenuhinya Ketentuan Pelayanan Ekspor
Aplikasi pelayanan impor mencakup aspek pelayanan dan pengawasan. Dari segi
pelayanan khususnya masalah pendaftaran dan pelayanan PEB, telah dibuat alur
yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Demikian pula setiap keputusan
pejabat, dikendalikan dengan aplikasi agar standar dan memenuhi ketentuan
pelayanan PEB.
Di samping itu aplikasi juga membatasi akses petugas dan pejabat sesuai dengan
tugas dan kewenangannya. Dan setiap kegiatan user dicatat oleh aplikasi.
Sehingga penyimpangan terhadap ketentuan dapat dikurangi.
e. Pengiriman Data ke Data Warehouse
Data warehouse merupakan kumpulan data dari seluruh kegiatan aplikasi di
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang ditempat di Kantor Pusat. Data aplikasi

15
impor adalah salah satu sumber datanya. Data ini secra periodik akan
dikirim/ditarik ke sistem data warehouse.
f. Pertukaran Data antara Aplikasi Ekspor KPBC Pemeriksaan dan Aplikasi
Ekspor KPBC Pendaftaran
Dalam hal proses pelayanan ekspor PEB yang diajukan ditetapkan jalur merah,
sementara lokasi gudang eksportir (KPBC Pemeriksa) dan pelabuhan muat
(KPBC Pendaftaran) berbeda, maka data pemberitahuan jalur merah/instruksi
pemeriksaan dikirim ke KPBC pengawas gudang eksportir (KPBC Pemeriksa).
Setelah pemeriksaan selesai, hasil pemeriksaan direkam di aplikasi ekspor KPBC
pemeriksa untuk selanjutnya dikirim kembali ke aplikasi pelayanan ekspor KPBC
pengawas pelabuhan muat (KPBC Pendaftaran).

2. Alur Pelayanan Ekspor


Proses pelayanan ekspor dibagi menjadi dua yaitu :
1. Pelayanan ekspor untuk PEB umum
2. Pelayanan ekspor untuk PEB yang menggunakan fasilitas KITE

Pelayanan ekspor dimulai dari pengiriman data sampai putus jalur dan pemasukan
barang ke TPS/Kawasan Pabean. Pengiriman Data PEB dan Respon PEB dapat
digambarkan seperti gambar berikut.

B
PE Te
ta rim
Da aD
ri m at
Ki aP
EB

Proses pengiriman Data PEB dan Responnya dari dan ke KPBC


− Eksportir/PPJK membuat data PEB dengan menggunakan aplikasi modul PEB nya.

16
− Setelah PEB statusnya ‘READY’, data PEB dijadikan data EDIFACT lalu dikirim ke
KPBC melalui jaringan EDI.
− Provider EDI meneruskan data ke KPBC
− Setelah data masuk ke server KPBC, kemudian data divalidasi di aplikasi in house
Pelayanan Ekspor.
− Hasil validasi adalah respon untuk PEB yang bersangkutan.
− Respon yang dikirim mulai respon penerimaan dokumen sampai respon Persetujuan
Ekspor (PE)

17
2.1. Alur Pelayanan Ekspor untuk PEB Umum
Proses pelayanan ekspor umum di in house KPBC dapat sebagai berikut.

FLOWCHART TATA KERJA PEB EDI UMUM


(Sistem Aplikasi Pelayanan Ekspor)

Modul
E D I PEB Download
Network PEB Reject PEB

Eksportir

Mandatory Check
/ Content Check

Tidak masuk
analyzing
Check D3 / PE
point

Analyzing Point

Hijau Merah
KPBC
PPB Pemeriksa
PE E D I
Network Periksa
Fisik
Periksa
Fisik
Rekam
LHP/PE
Rekam
LHP/PE

Gate

Selesai

Penjelasan dari gambar di atas adalah sebagai berikut :


¾ Eksportir membuat PEB dengan modul PEB nya
¾ Data dikirim ke aplikasi in house KPBC

18
¾ Data PEB tersebut oleh aplikasi inhouse KPBC divalidasi. Kalau data tidak valid
maka PEB tersebut mendapat respon reject.
¾ Kalau datanya valid maka akan diteruskan dengan proses cek Barang yang
diberitahukan termasuk dalam golongan barang D3 (Dibatasi, Diawasi, Dilarang)
dengan ketentuan sebagai berikut :
9 Dalam hal komoditi yang diberitahukan tidak termasuk barang larangan
pembatasan atau tidak memerlukan izin dari instansi lain, maka proses akan
langsung ke mendapat Persetujuan Ekspor (PE).
9 Kalau ternyata komoditi yang diberitahukan masuk golongan barang kena Pajak
Ekspor atau berang D3 atau memerlukan izin dari instansi lain maka data akan
masuk ke analyzing point.
9 Dalam hal proses masuk ke analyzing point karena termasuk barang terkena
Pajak Ekspor, maka eksportir harus menyerahkan bukti pembayaran atau Surat
Sanggup Bayar.
9 Dalam hal proses masuk ke analyzing point karena termasuk barang D3, maka
eksportir harus menyerahkan izin dari instansi terkait.
9 Kalau izin tidak ada maka barang ekspor harus diperiksa (jalur merah).
¾ Pemeriksaan fisik dilakukan dalam hal :
9 Barang ekspor yang akan diimpor kembali.
9 Barang diekspor kembali.
9 Dalam PKB disebutkan bahwa barang ekspornya adalah eks barang impor yang
belum diolah (re-ekspor).
9 PEB termasuk katagori analyzing point dan oleh petugas diputuskan untuk
pemeriksaan fisik.
¾ PEB yang terkena jalur merah barangnya harus diperiksa fisik . Pemeriksaan dapat
dilakukan di gudang eksportir sebelum barang dimasukkan ke dalam kontainer atau di
kawasan pabean.
¾ Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) direkam aplikasi in house dan Persetujuan Ekspor
dapat diterbitkan.
¾ Dalam hal KPBC pemeriksa barang berbeda dengan KPBC pengawas pelabuhan muat
maka :
9 Pemberitahuan Pemeriksaan Barang (PPB) dikirim ke aplikasi ekspor KPBC
pemeriksa melalui EDI.

19
9 Setelah menerima PPB, petugas di KPBC pemeriksa melakukan pemeriksaan
barang.
9 LHP direkam di aplikasi ekspor yang ada di KPBC pemeriksa.
9 Setelah LHP direkam, Persetujuan Ekspor (PE) dapat diterbitkan bila hasil
pemeriksaan dinyatakan sesuai dan datanya dikirim ke aplikasi ekspor KPBC
pengawas pelabuhan muat.
¾ Setelah mendapat PE, eksportir membawa barang ekspornya ke Kawasan Pabean atau
TPS dengan menunjukkan PE kepada petugas di gate pemasukan.

2.2. Alur Pelayanan Ekspor untuk PEB Fasilitas KITE


PEB fasilitas KITE adalah PEB yang barang ekspornya yang seluruh atau
sebagian berasal dari barang impor yang mendapat pembebasan dan/atau pengembalian
Bea Masuk dan/atau Cukai serta Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah tidak dipungut atas impor barang dan/atau bahan untuk diolah, dirakit
atau dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor. Untuk proses pelayanan
ekspornya diperlakukan berbeda. Proses pelayanan ekspor dengan fasilitas KITE di in
house KPBC dapat digambarkan sebagai berikut.

20
FLOWCHART TATA KERJA PEB EDI FASILITAS KITE
(Sistem Aplikasi Pelayanan Ekspor)

Modul
E D I PEB Download
Network PEB
Reject PEB
Eksportir

Mandatory Check
/ Content Check

Tidak masuk
analyzing Check D3 / PE
point

Analyzing Point
Y White
list

T
Hijau Merah
KPBC
PPB Pemeriksa
PE E D I
Network Periksa
Fisik
Periksa
Fisik
Rekam
LHP/PE
Rekam
LHP/PE

Gate LPBC
Selesai

Penjelasan dari gambar di atas adalah sebagai berikut :


¾ Eksportir membuat PEB dengan modul PEB nya
¾ Data dikirim ke aplikasi in house KPBC
¾ Data PEB tersebut oleh aplikasi inhouse KPBC divalidasi. Kalau data tidak valid
maka PEB tersebut mendapat respon reject.
¾ Kalau datanya valid maka akan diteruskan dengan proses cek Barang yang
diberitahukan termasuk dalam golongan barang D3 (Dibatasi, Diawasi, Dilarang)
dengan ketentuan sebagai berikut :

21
9 Dalam hal komoditi yang diberitahukan tidak termasuk barang larangan
pembatasan atau tidak memerlukan izin dari instansi lain, maka proses akan
langsung ke mendapat Persetujuan Ekspor (PE).
9 Kalau ternyata komoditi yang diberitahukan masuk golongan barang kena Pajak
Ekspor atau berang D3 atau memerlukan izin dari instansi lain maka data akan
masuk ke analyzing point.
9 Dalam hal proses masuk ke analyzing point karena termasuk barang terkena
Pajak Ekspor, maka eksportir harus menyerahkan bukti pembayaran atau Surat
Sanggup Bayar.
9 Dalam hal proses masuk ke analyzing point karena termasuk barang D3, maka
eksportir harus menyerahkan izin dari instansi terkait.
9 Kalau izin tidak ada maka barang ekspor harus diperiksa (jalur merah).
¾ Untuk PEB dengan fasilitas KITE pada prinsipnya harus mendapat jalur hijau,
kecuali dalam hal :
9 Eksportir tidak termasuk dalam daftar putih (white list)
9 Eksportir masuk dalam daftar putih, tetapi PEB termasuk kategori analyzing
point dan oleh petugas diputuskan untuk pemeriksaan fisik.
¾ PEB yang terkena jalur merah barangnya harus diperiksa fisik . Pemeriksaan dapat
dilakukan di gudang eksportir sebelum barang dimasukkan ke dalam kontainer atau di
kawasan pabean.
¾ Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) direkam aplikasi in house dan Persetujuan Ekspor
dapat diterbitkan.
¾ Dalam hal KPBC pemeriksa barang berbeda dengan KPBC pengawas pelabuhan muat
maka :
9 Pemberitahuan Pemeriksaan Barang (PPB) dikirim ke aplikasi ekspor KPBC
pemeriksa melalui EDI.
9 Setelah menerima instruksi pemeriksaan, petugas di KPBC pemeriksa melakukan
pemeriksaan barang.
9 LHP direkam di aplikasi ekspor yang ada di KPBC pemeriksa.
9 Setelah LHP direkam, Persetujuan Ekspor (PE) dapat diterbitkan bila hasil
pemeriksaan dinyatakan sesuai dan datanya dikirim ke aplikasi ekspor KPBC
pengawas pelabuhan muat.
¾ Setelah mendapat PE, eksportir membawa barang ekspornya ke Kawasan Pabean atau
TPS dengan menunjukkan PE kepada petugas di gate pemasukan.

22
¾ Setelah PE diterbitkan, barang sudah masuk gate realisasi ekspor sudah dilaksanakan
maka LPBC dapat diterbitkan, yang digunakan untuk pengembalian Bea Masuk dan
PDRI atau pengembalian jaminan.

3.2. Latihan 2
3.2.1. Soal Essay
1. Kapan dimulainya komputersasi pelayanan ekspor di DJBC dimulai ? Jelaskan.
2. Apa yang membedakan pelayanan ekspor EDI dengan pelayanan ekspor sebelum
EDI
3. Dalam aplikasi pelayanan ekspor apa saja yang menyebabkan PEB masuk analyzing
point ?
4. Apa saja yang menyebabkan pemeriksaan fisik barang ekspor ? Jelaskan.
5. Di mana sajakah dapat dilakukan pemeriksaan fisik barang ekspor.
6. Apa yang dimaksud dengan istilah paperless dalam sistem pelayanan kepabeanan.

3.3. Rangkuman
Komputerisasi ekspor di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dimulai pada tahun 2001
dengan menerapkan sistem PEB disket dan tetap dengan menyerahkan hard copy
PEBnya. Perkembangan selanjutnya pelayanan impor dikembangkan dengan sistem
Electronic Data Interchange (EDI), di mana terjadi perubahan yang sangat besar
dalam sistem pelayanan kepabeanan, karena sudah tidak menggunakan dokumen
(hard copy) atau paperless. Hal ini dapat mengurangi penumpukan dokumen yang
selama ini terjadi di Kantor-kantor Pelayanan Bea dan Cukai sampai ke Kantor
Wilayah. Dengan sistem ini maka keamanan data menjadi sangat penting. Karena itu
pemeliharaan data ekspor perlu mendapat perhatian khusus. Jangan sampai data
tersebut hilang sehingga kalau terjadi suatu kasus yang memerlukan pembuktian data,
dapat segera disajikan.
Pelayanan ekspor dibagi menjadi dua yaitu pelayanan ekspor untuk PEB umum dan
pelayanan ekspor untuk PEB fasilitas. Yang dimaksud dengan PEB fasilitas adalah
PEB dimana barang ekspornya merupakan barang jadi atau rakitan yang bahan baku
sebagian atau seluruhnya berasal dari barang impor yang bea masuk/cukai dan
PPNnya dibebaskan atau ketika impor bea masuk/cukai dan PPNnya dibayar tetapi
setelah barang jadinya diekspor, diminta pengembalian bea masuk/cukai
pengembalian PPNnya.

23
4. Test Formatif
Pilihlah jawaban yang paling benar dengan cara melingkari salah satu huruf a, b, c
atau d di bawah ini!
1. RKSP/JKSP diajukan sebelum ....
a. pengajuan outward manifest
b. pengajuan PEB
c. pengajuan PIB
d. pengajuan inward manifest
2. Berikut ini adalah kelompok pos dalam inward manifest, kecuali ….
a. barang ekspor yang diangkut lanjut
b. barang impor yang diangkut lanjut
c. barang asal daerah pabean yang diangkut ke daerah pabean lainnya
d. kontainer kosong dari luar negeri
3. Untuk Pengangkut yang sudah mempunyai aplikasi in house sendiri tidak perlu
menggunakan modul pengangkut. Agar format datanya dapat dibaca oleh aplikasi
pelayanan manifest harus menggunakan....
a. Transmitter
b. Converter
c. Internet
d. EDI Service Center
4. Dokumen yang dapat menutup banyak pos BC 1.1 sekaligus adalah ....
a. PEB
b. BC 2.3
c. PIB
d. BCF 1.5
5. Untuk membuat data pecah pos BC 1.1 dapat menggunakan ....
a. modul pengangkut
b. modul forwarder
c. modul entry manifes
d. modul agen pelayaran
6. Respon dari pengiriman data RKSP/JKSP adalah ....
a. Nomor/Tanggal BC 1.1
b. Nomor/Tanggal BC 1.0

24
c. Nomor/Tanggal BC 1.2
d. Nomor/Tanggal BC 1.3
7. Satu Pos BC 1.1 mewakili satu ....
a. B/L atau AWB
b. PIB
c. PEB
d. Kontainer
8. Pos BC 1.1 dimana barang berupa barang impor untuk dipakai ditutup dengan ....
a. BC 2.3 / SPPB
b. PIB / SPPB
c. PEB / PE
d. A 11
9. Berikut ini adalah redress data manifes, kecuali ....
a. pemecahan Pos BC 1.1
b. penambahan Pos BC 1.1
c. penutupan Pos BC 1.1
d. penggabungan Pos Bc 1.1
10. Pemecahan pos BC 1.1 dengan menggunakan entry data manifes, penyampaian
datanya ke inhouse Kantor Pelayanan adalah dengan menggunakan ....
a. jaringan Internet
b. jaringan EDI
c. langsung dientry oleh petugas
d. menggunakan media penyimpan data
11. Proses penyampaian data pada pelayanan ekspor di Kantor-kantor Pelayanan
utama saat ini, menggunakan system ....
a. PEB Disket
b. PEB PDE
c. Gabungan PEB Disket dan EDI
d. Ketiga jawaban a, b dan c salah
12. Pada Kantor Pelayanan berikut ini untuk pelayanan ekspornya berlaku sistem
paperless, kecuali ....
a. KPBC Soekarno Hatta
b. KPBC Merak

25
c. KPBC Belawan
d. KPBC Tanjung Emas
13. Dalam sistem pelayanan ekspor yang berlaku sekarang, PEB didaftarkan di ….
a. KPBC Pemeriksa Barang
b. KPBC Pengawas Gudang Eksportir
c. Kantor Wilayah Bea dan cukai
d. KPBC Pengawas Pelabuhan Muat
14. Pada proses pelayanan ekspor PEB akan masuk proses analyzing point dalam hal,
kecuali ....
a. barang yang diberitahukan termasuk barang yang dilarang ekspornya
b. barang yang diberitahukan termasuk barang yang dibatasi ekspornya
c. barang yang diberitahukan termasuk barang yang akan diimpor kembali
d. barang yang diberitahukan termasuk barang yang terkena pajak ekspor
15. Pada saat menerima data PEB secara elektronik, komputer kantor pabean
melakukan kegiatan berikut, kecuali ....
a. meneliti kelengkapan pengisian data PEB
b. meneliti apakah diekspor oleh eksportir tertentu (WhiteList)
c. meneliti kebenaran perhitungan dan pelunasan PE dalam hal barang ekspor
terkena PE.
d. meneliti apakah uraian barangnya termasuk kena PE, diatur, diawasi, atau
dilarang ekspornya.

16. Dalam PEB terkena jalur merah maka hasil pemeriksaan dituangkan dalam ....
a. PPB b. PKB
c. LHP d. LPBC
17. Pemasukan barang ekspor ke Tempat Penimbunan Sementara (TPS) sebelum
dimuat di kapal menggunakan dokumen ....
a. PPB b. PE
c. PKB d. PEB
18. Dalam hal PEB terkena jalur merah maka diterbitkan ....
a. PPB b. PE
c. PKB d. PEB
19. Eksportir atau PPJK sebelum mengirimkan data PEB ke KPBC harus merekam
data PEB dengan menggunakan Aplikasi ....

26
a. In House Ekspor b. In House Impor
c. Modul PEB d. Modul PIB
20. Pada pelayanan ekspor fasilitas KITE, LPBC dapat diterbitkan setelah ....
a. mendapat jalur hijau
b. barang ekspor sudah masuk ke gate TPS
c. barang ekspor sudah selesai diekspor.
d. petugas gate sudah mengijinkan barang ekspor masuk ke TPS.

27
5. Kunci Jawaban test Formatif

1. D 11. B
2. C 12. B
3. B 13. D
4. D 14. C
5. A 15. C
6. B 16. C
7. A 17. B
8. B 18. A
9. C 19. C
10. D 20. C

6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat pada
bagian akhir modul ini, dan hitungllah jawaban Anda untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda.
Rumus :
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar X 100 %
20
Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
kegiatan belajar selanjutnya. Tetapi bila penguasaan Anda kurang dari 80%, Anda
harus mempelajari kembali terutama bagian yang belum Anda kuasai.

28
7. Daftar Pustaka

1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 580/KMK.04/2003 tanggal 31 Desember 2003


tentang Tatalaksana Kemudahan Impor Tujuan Ekspor dan Pengawasannya
2. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-205/BC/2003 tanggal 31
Desember 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tatalaksana Kemudahan Impor Tujuan
Ekspor Dan Pengawasannya.
3. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-151/BC/2003 tanggal 28
Juli 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tatalaksana Kepabeanan di Bidang Ekspor,
mengatur tentang tatalaksana ekspor umum.
4. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-152/BC/2003 tanggal 28
Juli 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tatalaksana Kepabeanan di Bidang Ekspor
Untuk Barang Ekspor Yang Mendapat Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor.
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-39/PMK.04/2006 tanggal 19 Mei 2006
tentang Tatalaksana Pemberitahuan Kedatangan Sarana Pengangkut, Manifes
Kedatangnan Sarana Pengangkut dan Keberangkatan Sarana Pengangkut.

29
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR
KEPABEANAN DAN CUKAI

KETERAMPILAN PDE

MODUL III

SISTEM APLIKASI PELAYANAN


IMPOR

OLEH :
TIM PENYUSUN MODUL PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI

PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN BEA DAN CUKAI


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

JAKARTA
2008
DAFTAR ISI

Daftar Isi ………………………………………………………………………… i


SISTEM APLIKASI PELAYANAN IMPOR
1. Pendahuluan ………………………………………………………………... 1
1.1 Deskripsi Singkat .................................................................................. 1
1.2 Tujuan Instruksonal Umum ………………………………………… 2
1.3 Tujuan Instruksional Khusus ………………………………………… 2
2. Kegiatan Belajar (KB) 1

MODUL PERUSAHAAN KITE DAN PENGELOLAAN DIPER DAN


NIPER
2.1 Uraian dan Contoh .....................……………………………………... 3
2.1.1. Modul Perusahaan KITE …………………………………….… 3
2.1.2. Aplikasi Pengelolaan DIPER dan Penerbitan
DIPER.......................................................................................... 4
2.2 Latihan 1 ................................................................................................ 10
2.3 Rangkuman ............................................................................................ 10
3. Kegiatan Belajar (KB) 2

PENGELOLAAN FASILITAS PEMBEBASAN


3.1 Uraian dan Contoh ……………………………………....................... 11
3.1.1. Aplikasi Pemeriksaan Permohonan dan Penerbitan SK
Pembebasan …………………………………………………… 12

3.1.2. Aplikasi Pemeriksaan PIB Dan Jaminan Serta Penerbitan


STTJ ........................................................................................... 15

3.1.3. Aplikasi Pemeriksaan Fasilitas Pembebasan Dan Penerbitan


SPPJ…………………………………………………………… 20
3.1.4. Sistem Aplikasi Pelayanan BC 2.4 ............................................ 23
3.2 Latihan 2……………………………………………………………… 25
3.3 Rangkuman …………………………………………………………… 25
4. Kegiatan Belajar (KB) 3

FASILITAS PENGEMBALIAN KITE


4.1 Uraian dan Contoh ……………………………………....................... 26
4.1.1. Aplikasi Pemeriksaan Fasilitas Pengembalian dan Penerbitan

i
SKPFP …………………………………………………… 26
4.2 Latihan 2……………………………………………………………… 30
4.3 Rangkuman …………………………………………………………… 31
5. Test Formatif ……………………………………………………………….. 32
6. Kunci Jawaban Test Formatif ……………………………………………… 36
7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut …………………………………………… 36
8. Daftar Pustaka ................................................................................................ 37

ii
MODUL III

SISTEM APLIKASI PELAYANAN IMPOR

1. Pendahuluan

1.1. Deskripsi Singkat

Di dalam modul I ini akan mempelajari mengenai sistem aplikasi pelayanan


impor (PIB).

Sistem aplikasi pelayanan impor adalah sistem aplikasi untuk melakukan


pelayanan terhadap dokumen/data impor (Pemberitahuan Impor Barang/PIB) yang
diajukan oleh importir atau pengusaha pengurusan jasa kepabeanan (PPJK) dengan
menggunakan media disket atau pertukaran data elektronik (PDE).

Aplikasi pelayanan impor berdasarkan software aplikasinya, dibagi menjadi 2


(dua) yaitu aplikasi pelayanan impor PC yang didevelop dengan menggunakan
software VB dan aplikasi pelayanan impor di komputer server yang didevelop dengan
menggunakan software oracle developer. Sistem aplikasi pelayanan impor ini telah
mulai diimplementasikan pada awal tahun 2003.

Sejalan dengan otomasi pelayanan dokumen impor (PIB) di lingkungan DJBC,


bagi perusahaan yang mengajukan dokumen PIB juga dibuatkan suatu aplikasi untuk
mendukung otomasi tersebut. Aplikasi ini biasa disebut dengan modul PIB, yang
berfungsi untuk membuat data, mencetak dokumen PIB dan mengirimkan data PIB.

1.2. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti/menyelesaikan mata pelajaran PDE Kepabeanan dan Cukai ini


peserta diklat diharapkan mampu memahami sistem aplikasi untuk pelayanan pada
DJBC.

1.3. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mempelajari pelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu


menjelaskan mengenai prinsip-prinsip dalam aplikasi pelayanan impor, ekspor dan
KITE, alur proses aplikasi, hubungan antar aplikasi serta kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam pengelolaan aplikasi pelayanan impor, ekspor dan KITE.

1
2. Kegiatan Belajar 1

DASAR HUKUM, PRINSIP APLIKASI PELAYANAN IMPOR (PIB) DAN


ALUR PROSES PELAYANAN PIB SERTA HUBUNGAN APLIKASI
PELAYANAN IMPOR DENGAN APLIKASI LAIN

2.1. Uraian dan Contoh

Pada kegiatan belajar 1 ini, akan diuraikan prinsip-prinsip yang ada dalam aplikasi
pelayanan impor dan alur proses pelayanan PIB serta hubungan aplikasi pelayanan
impor dengan aplikasi lain.

A. Prinsip-prinsip Dalam Aplikasi Pelayanan Impor (PIB)

1. Pendaftaran PIB

a. Pengajuan PIB ke Kantor Pabean dilakukan untuk setiap pengimporan atau


secara berkala dalam periode tertentu. (Saat ini pengajuan PIB secara
berkala belum dapat dilayani dengan aplikasi pelayanan PIB).
b. Pengajuan PIB dapat dilakukan secara manual atau melalui media
elektronik. (Apabila pelayanan PIB secara komputer/elektronik maka
pengajuannya juga harus melalui media elektronik).
c. Untuk Kantor Pabean yang telah menerapkan sistem PDE Kepabeanan,
pengiriman data PIB dilakukan melalui sistem PDE.
d. PIB dan bukti pembayaran Bea Masuk, Cukai, dan PDRI diserahkan
kepada Pejabat di Kantor Pabean tempat pengeluaran barang.

Kantor pelayanan yang telah menerapkan PDE Kepabeanan atas pelayanan


PIB secara penuh adalah KPU Tanjung Priok, KPPBC Soekarno Hatta,
KPPBC Tanjung Emas, KPPBC Tanjung Perak dan KPPBC Belawan

Kantor pelayanan yang telah menerapkan PDE Kepabeanan atas pelayanan


PIB tetapi belum diterapkan secara penuh adalah KPPBC Juanda dan KPPBC
Medan (Polonia)

2. Syarat Pengajuan PIB

Sesuai dengan KEP-07/BC/2003, pelayanan atas dokumen impor (PIB) hanya


dapat dilayani apabila perusahaan/importir telah memenuhi syarat registrasi
yaitu dengan mendapatkan nomor registrasi dari Direktorat Verifikasi dan
Audit. Dalam hal importir belum mempunyai nomor registrasi maka secara

2
aplikasi proses pelayanan impor hanya dapat dilayani 1 (satu) kali saja, dan
terhadap pengajuan PIB berikutnya secara otomatis akan dilakukan
reject/penolakan.

Kewajiban untuk melakukan registrasi adalah terhadap perusahaan yang


melakukan kegiatan impor (importirnya) bukan terhadap pemberitahu (PPJK).
Kemudian proses pengecekan registrasi dalam aplikasi pelayanan impor
adalah berdasarkan pada npwp importir dalam dokumen PIB dibandingkan
dengan profil importir dari hasil registrasi. NPWP yang dibandingkan adalah
sepanjang 9 (sembilan) digit dari depan, karena kewajiban registrasi adalah
hanya 1 (satu) kali untuk tiap-tiap importir.

Ada beberapa proses importasi atas barang-barang yang dikecualikan dari


kewajiban untuk melakukan proses registrasi importir berdasarkan Keputusan
Bersama Direktur Jenderal Bea dan Cukai dan Direktur Jenderal Perdagangan
Luar Negeri NO: KEP-03/BC/2003 dan NO: 01/DAGLU/KP/I/2003 tanggal
17 Januari 2003 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Tertib Administrasi
Importir.

3. Penyerahan Jaminan.

Dalam sistem aplikasi pelayanan PIB, jika ada nilai pungutan yang
ditangguhkan dalam data PIB maka harus dipertaruhkan jaminan. Jaminan
tersebut adalah Surat Tanda Terima Jaminan (STTJ) untuk penangguhan
pungutan dengan jenis fasilitas KITE dan Bukti Penerimaan Jaminan (BPJ)
untuk penangguhan pungutan dengan jenis fasilitas selain KITE.

4. Penolakan/reject PIB

Dokumen PIB yang diajukan akan ditolak/direject secara otomatis oleh


aplikasi pelayanan PIB dalam hal :

ƒ Data PIB tidak lengkap dan atau tidak benar.


ƒ Pengisian data BC 11 tidak benar.
ƒ Pemberitahu (importir dan atau PPJK) sedang diblokir.
ƒ PIB dengan status konfirmasi pembayaran dan telah lewat waktu data
SSPCP belum ada.
ƒ PIB dengan status konfirmasi skep ijin setelah lewat 3 (tiga) hari kerja
dokumen yang dipersyaratkan tidak diajukan.

3
ƒ PIB penangguhan yang wajib dipertaruhkan jaminan tetapi data jaminan
belum ada pada aplikasi.
ƒ Skep ijin PPJK dalam dokumen PIB tersebut belum/tidak ada.
ƒ Jaminan atas PPJK telah habis atau kurang.
ƒ Importir belum mendapatkan nomor registrasi dan telah melakukan satu
kali proses importasi.
ƒ NPWP pada PIB berbeda dengan NPWP pada data SSPCP (9 digit).

5. Jenis Pemblokiran

ƒ Blokir Instruksi Khusus; Dasarnya adalah adanya surat, baik dari KPPBC,
KWBC maupun KP DJBC, untuk melakukan pemblokiran atas kegiatan
importasi suatu perusahaan.
ƒ Blokir Hardcopy PIB; Apabila lewat tanggal jatuh tempo berkas PIB
belum diserahkan ke KPPBC.
ƒ Blokir Notul/SPKPBM; Apabila lewat tanggal jatuh tempo, hutang
SPKPBM belum dilakukan pelunasan.
ƒ Blokir Hutang Pembayaran Berkala; Apabila lewat tanggal jatuh tempo,
hutang pembayaran berkala belum dilakukan pelunasan.

6. Penetapan Jalur Merah.

Dalam sistem aplikasi saat ini, hal-hal yang menyebabkan dokumen PIB
ditetapkan jalur merah (periksa fisik) adalah :

ƒ Jenis Impor Sementara.


ƒ Jenis Impor Re-impor.
ƒ Jenis Impor Tempat Penimbunan Berikat.
ƒ Random.
ƒ Komoditi ditetapkan oleh Pemerintah.
ƒ Analisis Resiko (Profil Importir dan Profil Komoditi).
ƒ PIB Penangguhan

Berikut ini disampaikan tentang matrikulasi penjaluran dalam sistem aplikasi


berdasarkan analisis resiko untuk kantor non KPU.

4
Komoditi Low High Tap. Pem
Importir

High MH (30%) MH (100%) MH (100%)

Medium HH MM (30%) MM (30%)

Low HL HM ML (10%)

Prioritas HP HP MP (10 %)

Berikut ini disampaikan tentang matrikulasi penjaluran dalam sistem aplikasi


pelayanan impor berdasarkan analisis resiko untuk kantor KPU Tanjung Priok.

Komoditi Low Medium High


Importir

Very High MH (100%) MH (100%) MH (100%)

High Kuning MH (100%) MH (100%)

Medium HH Kuning MM (30%)

Low HL HM ML (10%)

MITA Non HT HT Kuning


Prioritas
MITA HP HP HP
Prioritas

7. Penetapan klasifikasi, pembebanan, dan/atau nilai pabean

ƒ KPPBC dengan sistem PDE, disket dan manual, baik PIB Jalur Hijau
maupun PIB Jalur Merah proses penetapan dilakukan oleh Pejabat
Pemeriksa Dokumen.

8. Penelitian PIB yang termasuk kriteria Barang Tata Niaga (lartas) pada KPU
Tanjung Priok dilakukan oleh PFPD.

9. Pembayaran Bea Masuk.

5
ƒ Pembayaran Bea Masuk, Cukai, dan PDRI dilakukan di Bank Devisa
Persepsi, dengan cara: pembayaran biasa; atau pembayaran berkala.
ƒ Untuk Kantor Pabean yang telah menerapkan sistem PDE Kepabeanan,
pembayaran Bea Masuk, Cukai, dan PDRI dilakukan di Bank Devisa
Persepsi yang on-line dengan sistem PDE Kepabeanan yang
sekota/sewilayah kerja dengan Kantor Pabean yang bersangkutan.

B. ALUR PROSES PELAYANAN DATA PIB

Dengan keluarnya Peraturan Dirjen nomor P-19/2005 maka terjadi perubahan pada
alur proses data PIB antara lain perubahan pada proses hasil keputusan analyzing
point, tidak adanya proses ijin/cek pre-notification serta adanya pemeriksaan jabatan.
Berikut ini alur proses data PIB setelah adanya perubahan pada Kep-07/2003 (sesuai
P-19/2005).

FLOW DATA PELAYANAN PIB ( APLIKASI IMPOR P-19/2005 )


Kantor Pelayanan BC
Bank
SSPCP SPKPBM Penjaluran

SSPCP PIB Imp Prioritas Prioritas SPPB


SSPCP
Valid Valid SPPB Asal Merah/ Tdk ada Notul
PIB Validasi Cek Cek T
Start Bayar An.Point PFPD
Hijau

Tdk Y Hi.Co
Reject Notul
Valid Tdk Merah
Reject Ada
IP
I Konf. Bayar Terima
Tunggu
M Reject (3 Hari SSPCP Periksa
P SSPCP Tdk Ada ) Analyzing Fisik
O Konf. Skep. SPKPBM
R Point > 3 hari
T Skep. Brg Lar/Bts
I
R Reject (3 Hari Skep Tdk Ada ) SPJM Periksa
Reject Brg Larangan
Jabatan Penyelesaian
SPKPBM
SPKPBM
SPPB (Asal Merah )

SPPB Gate

SPPB
Barang Keluar
END

Adapun penjelasan dari tiap-tiap proses yang ada pada sistem aplikasi pelayanan PIB
adalah sebagai berikut :

6
ƒ Validasi.
Cek Kebenaran dan Kelengkapan Data
Cek Blokir ( HC, IK , SPKPBM , Hutang )
Cek NPP ( PPJK ) Nomor dan masa berlaku
Cek Registrasi Importir

ƒ Cek Bayar
Pembayaran melalui Bank, perekaman di perbendaharaan
Beda Nilai Kurs = REJECT
SSPCP Tidak Ada atau Jumlah Pungutan di SSPCP Tidak Sesuai dengan Jml
Pungutan di PIB maka Respon Konfirmasi Pembayaran ( Pemberitahuan bahwa
SSPCP dari Bank Belum Ada//Belum Direkam/Nilai Pembayaran Kurang)
Pengecekan PNBP

ƒ Tunggu SSPCP
Tunggu SSPCP dari Bank (PDE)
Jika lebih dari 3 ( tiga ) hari tidak ada = REJECT

ƒ Cek Analyzing Point


Kriteria PIB yang memerlukan Cek Pejabat Analyzing Point adalah berdasarkan
Profil Barang Larangan dan Pembatasan
Pengecualian Jika Importir PRIORITAS

ƒ Analyzing Point
Teliti Uraian Barang dan No. Skep Pembatasan yang diserahkan.
Dapat memberikan Respon Konfirmasi Skep Barang Pembatasan, jika + 3 (tiga)
hari Skep Tidak Datang, PIB di reject
Dalam hal ditetapkan sebagai barang larangan data PIB direject

ƒ Penjaluran
Penjaluran ditetapkan berdasarkan jenis impor, jenis komoditi dan Analisis Resiko
pada Profil Importir dan Profil Komoditi, Random Merah, Random Hi-Co utk PIB
Jalur Hijau.

ƒ Periksa Fisik
Penunjukan PFPB berdasarkan urutan kesiapan melakukan pemeriksaan.
LHP Direkam ke Komputer

7
Proses pemeriksaan fisik sampai perekaman LHP maksimal 3 (tiga) hari kerja
sejak penetapan jalur.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan HiCo Scan.

ƒ Hico Scan
Random dari PIB Jalur Hijau per Importir
Hasil Hi.co direkam ke Komputer oleh Analis Hi.Co
Keputusan Pejabat Hi-Co :
- Perlu dilakukan Pemeriksaan Fisik
- Penunjukan Pemeriksa Barang dan Cetak IP
- Penunjukan Pemeriksa Dokumen
-Tidak Perlu dilakukan Pemeriksaan Fisik

ƒ PFPD
Untuk KPPBC Disket ÆPFPD Tunggal ( tidak ada PFPD merah/Hijau ).
Untuk KPPBC PDE Æ PFPD Merah/ Hijau.
Meneliti Dokumen PIB: Klasifikasi, Jumlah Jenis Barang dan Harga.
INP.
Ajukan Contoh ke Laboratorium.
Perhitungan Denda ( Notul ).
Atensi PIB yg di-NI.

ƒ SPKPBM
Otomatis jika ada Notul dari PFPD akan terbit SPKPBM
Untuk notul dan SPKPBM karena tarif anti dumping atau safe guard proses
penerbitannya secara manual.

ƒ Penyelesaian SPKPBM
- Pelunasan di Bank on line (PDE)
- Perekaman SSPCP di Perbendaharaan (Non PDE)
- Keberatan, Teguran, Surat Paksa dan SP3DRI, SPMP (Penyitaan), Lelang.

ƒ Gate
Mencocokkan SPPB dari Importir dengan SPPB di Komputer KPPBC.

8
C. Hubungan Aplikasi Pelayanan Impor (PIB) Dengan Aplikasi Lain.

1. Aplikasi DJBC (Data Warehouse)

Data PIB yang diproses oleh KPPBC diperlukan datanya oleh aplikasi lain di
DJBC misalnya aplikasi data warehouse. Aplikasi data warehouse
memerlukan data PIB sebagai sumber data untuk mengetahui realisasi data
impor termasuk data penerimaan. Informasi ini juga diperlukan oleh aplikasi
dan pejabat untuk membuat keputusan terkait dengan kegiatan importasi yang
dilakukan oleh suatu perusahaan dan data impor secara nasional.

2. Aplikasi KITE

Data PIB yang diproses oleh KPPBC diperlukan datanya oleh aplikasi
pelayanan KITE di Kantor Wilayah. Aplikasi KITE di Kantor Wilayah
memerlukan data PIB untuk mengetahui data-data realisasi barang impor yang
diajukan oleh perusahaan fasilitas KITE yang berada dalam pengawasannya
dalam rangka proses pemeriksaan dan pengujian BCLKT01 dan BCLKT02.

Selain mengirimkan data PIB ke aplikasi KITE kantor wilayah, aplikasi


pelayanan impor juga menerima data dari aplikasi KITE Kantor Wilayah:

− Data SK Pembebasan

− Data Surat Tanda Terima Jaminan (STTJ).

3. Aplikasi Profil Pusat

Di dalam aplikasi pelayanan impor (PIB) terdapat data-data referensi yang


digunakan dalam proses pelayanan maupun pengawasan data PIB. Data
tersebut antara lain adalah data pos tarif, profil harga I dan data barang
larangan pembatasan.

Data referensi tersebut di atas pengelolaannya dilakukan oleh direktorat terkait


pada kantor pusat DJBC. Untuk mengelola data tersebut digunakan aplikasi
profil pusat. Pengelolaan ini meliputi update maupun insert data. Data hasil
pengelolaan aplikasi profil pusat ini yang dijadikan dasar untuk melakukan
perubahan atas data referensi pada aplikasi pelayanan PIB di KPPBC.

9
2.2. Latihan 1

1. Sebutkan aplikasi yang terkait dengan sistem aplikasi pelayanan impor !


2. Persyaratan apa yang harus dimiliki oleh importir jika akan mengajukan
dokumen PIB ? Jelaskan !
3. Pengecekan apa saja yang dilakukan oleh aplikasi pelayanan pada saat proses
validasi?
4. Sebutkan kriteria dalam sistem aplikasi, yang menyebabkan dokumen PIB
ditetapkan untuk pemeriksaan fisik !
5. Sebutkan hal-hal yang menyebabkan data PIB akan direject secara otomatis
dalam sistem aplikasi !
6. Apakah yang menjadi dasar pengecekan dokumen PIB termasuk dalam
Analyzing Point?
7. Jelaskan jenis-jenis pemblokiran dalam sistem aplikasi pelayanan impor !
8. Dalam hal apa dokumen PIB yang diajukan akan dilakukan pengecekan BPJ?
9. Jelaskan proses penetapan klasifikasi, pembebanan, dan/atau nilai pabean pada
KPPBC dengan sistem PDE, disket serta manual!
10. Dalam hal apa PIB yang masuk Analyzing Point akan direject ? Jelaskan !

Kerjakan Latihan 1 di atas dan cocokkan kembali dengan Kegiatan Belajar 1 hingga
Saudara yakin jawaban yang diberikan telah benar/sesuai dengan materi yang
diajarkan.

2.3. Rangkuman

Prinsip-prinsip dalam Aplikasi Pelayanan Impor (PIB) meliputi tata cara dan
persyaratan pengajuan PIB, penyerahan jaminan, reject, pemblokiran,
pemeriksaan pabean, penetapan jalur merah, penetapan klasifikasi, pembebanan,
dan/atau nilai pabean, dan pembayaran bea masuk.

Alur proses pelayanan PIB berubah dengan adanya P-19/BC/2005, dimana terjadi
perubahan pada proses hasil keputusan analyzing point, tidak adanya proses
ijin/cek pre-notification serta adanya pemeriksaan jabatan.

10
3. Kegiatan Belajar 2

PEMBUATAN PIB, SISTEM APLIKASI PELAYANAN IMPOR


(PIB) VERSI SERVER DAN PC

3.1. Uraian dan contoh

Pada kegiatan belajar 2 ini, akan diuraikan mengenai proses pembuatan data PIB
dengan modul aplikasi sampai dengan pengajuan data PIB ke KPPBC, proses
penanganan data PIB pada KPPBC secara garis besar dengan menggunakan aplikasi
pelayanan PIB versi server, pengelolaan perbendaharaan, sekilas tentang pengelolaan
PNBP serta penjelasan tentang aplikasi impor versi PC.

a. Pembuatan PIB pada Perusahaan

1. Modul Aplikasi PIB

DJBC telah menyediakan aplikasi untuk membantu perusahaan membuat


dokumen-dokumen yang berkaitan dengan sistem dan prosedur impor (PIB).
Aplikasi ini lebih dikenal dengan nama Modul aplikasi PIB (Pemberitahuan
Impor Barang). Modul PIB yang kompatible dengan aplikasi impor di KPPBC
adalah versi 4.1 ke atas.

2. Membuat PIB

Dengan menggunakan modul aplikasi PIB, perusahaan dapat membuat


dokumen PIB. Modul aplikasi PIB juga telah dilengkapi dengan modul
validasi yang menjamin agar data yang dibuat valid dan memenuhi standar
yang dipakai oleh Bea dan Cukai.

Berikut ini diuraikan sekilas tentang layar pembuatan dokumen PIB di modul
aplikasi PIB, dimulai dari layar header PIB.

Data-data yang perlu dimasukkan pada modul aplikasi pembuatan PIB antara lain:

- Jenis PIB, jenis impor dan jenis pembayaran


- Data Pemasok berupa Nama, Alamat, Negara
- Data Perusahaan (importir maupun ppjk) berupa NPWP, Nama, Alamat
- Data Sarana Pengangkut (Nama, Voy, Tgl Kedatangan)
- Data Pelabuhan (Muat dan Bongkar)

11
- Kode Valuta, Brutto, Netto
- Data Invoice, Packing List, BL/AWB
- Dokumen Pendukung Lainnya (mis : SKEP Fasilitas/Ijin)
- Data Detail Barang (HS, Uraian, Jml Satuan, Harga Barang, Satuan Barang)
- Data Kontainer dan Kemasan

Gambar: Layar Header PIB pada Aplikasi Modul PIB

3. Pencetakan PIB

Setelah selesai pembuatan PIB yang ditandai dengan status ‘Ready’ maka
kemudian dilakukan proses pencetakan data PIB. Standar pencetakan
menggunakan kertas ukuran A4. Setelah proses pencetakan selesai kemudian
dilakukan legalisasi terhadap hasil cetakan PIB oleh perusahaan, dalam hal ini
petugas yang berwenang pada perusahaan tersebut.

4. Pembayaran Pungutan PIB

Pembayaran atas pungutan impor dalam dokumen PIB dilakukan di bank


devisa persepsi mengunakan dokumen SSPCP. Dokumen SSPCP dibuat
berdasarkan data pungutan bayar pada cetakan PIB. Khusus untuk pengajuan

12
dokumen PIB ke KPPBC secara PDE maka bank tempat pembayaran adalah
bank devisa persepsi yang sudah online/terkoneksi dengan KPPBC tersebut
(sistem pembayaran impornya sudah online dengan PDE kepabeanan), karena
setelah proses pembayaran dilakukan maka bank harus mengirim data
pembayaran secara elektronik ke KPPBC.

5. Mempertaruhkan Jaminan Pungutan PIB

Dalam hal ada pungutan dalam data PIB yang wajib dipertaruhkan jaminannya
maka importir/PPJK harus menyelesaikan jaminan tersebut terlebih dahulu,
baru melakukan pengiriman data PIB ke KPPBC. Dalam hal fasilitas KITE
maka pengurusan jaminan dilakukan di KITE KWBC, untuk fasilitas lainnya
pengurusan jaminan dilakukan di KPPBC (Seksi Perbendaharaan).

6. Pengiriman data PIB ke KPPBC

Proses pengiriman data PIB ke dalam aplikasi pelayanan impor dibedakan


menjadi 2, yaitu via disket dan PDE. Berikut ini penjelasan untuk masing-
masing cara pengiriman.

¾ Pengiriman dengan media disket.

Pengiriman dengan media disket dilakukan dalam hal pelayanan impor di


kantor pelayanan adalah dengan menggunakan disket. Prosesnya adalah
dengan melakukan transfer data PIB ke media disket. Data hasil transfer
PIB berupa file txt, sebanyak 7 file.

¾ Pengiriman secara PDE.

Pengiriman data PIB secara PDE dilakukan dalam hal pelayanan impor di
kantor pelayanan adalah secara PDE. Prosesnya dimulai dari pembentukan
EDIFACT ditandai dengan berubahnya status data PIB dari ready menjadi
queued. Kemudian dilanjutkan dengan proses komunikasi data PIB atau
CUSDEC (customs declaration), apabila komunikasi berhasil dilakukan
maka status PIB akan menjadi delivered.

13
A. Sistem Aplikasi Pelayanan Impor (PIB) Versi Server/Oracle

(1) Spesifikasi hardware, software dan database

a. Hardware, Software Dan O/S

Aplikasi pelayanan impor (PIB) versi Oracle dibuat menggunakan Oracle


Developer Patch 6i. Aplikasi pelayanan ini ditempatkan pada server IBM
Regatta PSeries IBM tipe P 690, P 670, P 650, P 630 dan P 610 dengan
O/Snya AIX. Aplikasi diletakkan di IAS (Internet Aplication Server) berbasis
web client.

Sedangkan user memakai PC sebagai client dengan operating system


Windows. Untuk menjalankan aplikasi pada client diperlukan software
internet explorer atau browser lainnya. Disamping itu juga diperlukan adanya
Oracle J-Initiator.

b. Database

Database aplikasi impor (PIB) merupakan database Oracle 9i. Untuk tipe
server tertentu posisi server database ditempatkan terpisah dengan server
aplikasi, misalnya untuk server tipe P 690 dan P 670. Sedangkan untuk server
tipe P 650, P 630 dan P 610 posisi server database ditempatkan sama dengan
aplikasi tetapi pada partisi yang berbeda.

(2) Pelayanan PIB dengan Aplikasi

Berdasarkan fungsinya maka sistem aplikasi pelayanan impor dapat dikategorikan


menjadi 3 (tiga) yaitu :

1. Pelayanan
ƒ Pelayanan dokumen PIB
ƒ Pelayanan fasilitas impor
2. Pengawasan
ƒ Barang tata niaga
ƒ Pembayaran BM dan PDRI
ƒ Fasilitas impor
3. Pelaporan
ƒ Kegiatan importasi
ƒ Barang impor

14
ƒ Pembayaran BM dan PDRI
ƒ Pelunasan hutang BM dan PDRI
ƒ Proses pelayanan impor

Sebelum dijelaskan tentang proses pelayanan terhadap data PIB, akan diuraikan
tentang status data PIB dalam sistem aplikasi pelayanan PIB. Status tersebut
adalah :

Uraian Status Keterangan


Validasi Waktu Selesai di-Validasi

Konf.STTJ Waktu Cek STTJ

Konf. Bank Waktu terseleksi sebagai Payment Verification / Konfirmasi


Pembayaran
Konf Lebih Bayar Waktu Konfirmasi Lebih Bayar

Analyzing Point Waktu terseleksi sebagai Barang Larangan / Pembatasan

Konf. AP Waktu Respon Konfirmasi Skep. Barang Larangan /


Pembatasan
Reject Brg Larangan Waktu Ditetapkan Sebagai Barang Larangan

Periksa Fisik Waktu SPJM

Periksa Jabatan Waktu Ditetapkan Untuk Pemeriksaan Jabatan

Hi-Co Scan Waktu Hico scan

PFPD Waktu selesai pengisian LHP

Tunggu DNP Waktu diajukan inp(informasi nilai pabean)

SPKPBM Belum SPPB Waktu SPKPBM ( belum SPPB )

Tambah Jaminan Waktu Harus Tambah Jaminan ( PFPD )

Gate Waktu SPPB

Brg. Keluar Waktu keluar dari gate

Status tersebut di atas adalah status data PIB mulai dari selesai validasi pada saat
penerimaan data sampai pengeluaran barang yaitu saat entri di gate pengeluaran
barang. Status PIB akan termonitor jika semua penyelesaiannya adalah melalui
aplikasi.

Adapun alur proses pelayanan PIB dengan menggunakan aplikasi pelayanan


adalah sebagai berikut :

15
1. Persiapan

a. Seting Aplikasi

Untuk bisa melakukan pelayanan data PIB perlu diperhatikan seting pada
aplikasi ini. Seting yang harus dilakukan meliputi seting kode kantor,
parameter aplikasi, nomor dokumen dan petugas. Seting ini biasanya
dilakukan oleh petugas operator konsul.

b. Scan dengan AntiVirus

Untuk menghindari menularnya virus komputer, khusus bagi KPPBC yang


melakukan pelayanan impor secara disket sebaiknya mempersiapkan
program antivirus versi terbaru. Selanjutnya terhadap setiap disket data
PIB yang diajukan sebaiknya diperiksa dengan program anti virus terbaru.
Pastikan disket tersebut tidak bervirus.

2. Penerbitan BPJ (Bukti Penerimaan Jaminan)

Proses penerbitan BPJ adalah proses pelayanan yang pertama kali atas
dokumen PIB dalam hal ada pungutan-pungutan dalam PIB tersebut yang
wajib dipertaruhkan jaminannya. Program untuk penerbitan BPJ ada pada
menu Perbendaharaan – Pengelolaan Jaminan – Perekaman Bukti Penerimaan
Jaminan.

Yang harus diperhatikan dalam proses penerbitan BPJ adalah :


ƒ Kebenaran atas SKEP fasilitas sebagai dasar penjaminan
ƒ Nilai pungutan dalam cetakan PIB yang wajib dipertaruhkan
ƒ Nilai jaminan dalam bank garansi/customs bond/jaminan tunai.
ƒ Lembaga/instansi penjamin diblokir atau tidak.

Setelah perekaman BPJ selesai maka secara otomatis akan terbit cetakan BPJ
yang sudah ada nomor dan tanggalnya. Cetakan BPJ setelah ditandatangani
oleh pegawai yang berwenang kemudian diserahkan kepada importir/ppjk
yang mengurus jaminan. Nomor BPJ itulah yang kemudian dientrikan ke
dalam modul PIB, sebelum data PIB ditransfer/dikirimkan ke KPPBC.

3. Penerimaan data PIB

16
Secara umum proses ini adalah awal dari proses pelayanan PIB. Proses
penerimaan data PIB dalam aplikasi pelayanan impor dibedakan menjadi 2
(dua) cara, yaitu sistem disket dan sistem PDE.

A. Sistem disket

Pegawai yang bertugas menerima dokumen melakukan kegiatan sebagai


berikut :
¾ Menerima disket dan lembar pengantar yang berisi nomor-nomor
pengajuan data PIB.
¾ Menerima hasil cetakan PIB dalam rangkap 3 (tiga).
¾ Menerima dokumen pelengkap pabean yang diwajibkan, SSPCP atau
bukti penerimaan jaminan/Surat Tanda Terima Jaminan, surat
persetujuan/ijin yang diterbitkan oleh instansi teknis dalam hal
importasi memerlukan perijinan/rekomendasi, dan mencocokkan
kebenaran dokumen-dokumen tersebut.
¾ Meneliti keakuratan dan kebenaran pengisian data PIB pada cetakan
PIB dengan cara membandingkannya dengan dokumen pelengkap
pabean sesuai ketentuan yang berlaku.
¾ Mengembalikan berkas PIB apabila tidak lengkap.
¾ Meneliti kondisi disket dan melakukan scan virus. Apabila kondisi
disket baik dan tidak terinfeksi virus, proses dapat dilanjutkan.
¾ Melakukan transfer data dalam disket ke dalam aplikasi pelayanan
impor KPPBC.
ƒ Setelah loading data berhasil dilakukan, kemudian dilanjutkan
dengan proses validasi data PIB. Proses validasi ini berfungsi untuk
melakukan pengecekan kelengkapan dan kebenaran atas data PIB
yang diajukan, termasuk pengecekan data bukti penyerahan
jaminan (BPJ) dan STTJ.
ƒ Setelah proses validasi selesai, maka akan muncul pesan di layar
yang menyatakan apakah terhadap data PIB tersebut diterima atau
ditolak/reject.
Dalam hal data diterima, maka terhadap data PIB tersebut akan
diberikan status validasi dan asal data PIB adalah ‘D’ (disket).
Dalam hal direject maka data PIB akan didelete.

17
¾ Setelah proses loading berhasil dilakukan maka disket dikembalikan
kepada importir disertai bukti penerimaan.
¾ Selanjutnya berkas PIB diserahkan kepada Pejabat yang
mendistribusikan dokumen.
¾ Dalam hal ada pungutan yang wajib dibayar maka proses pelayanan
selanjutnya adalah perekaman data SSPCP atas dokumen PIB.

B. Sistem PDE

Khusus pelayanan impor secara PDE tidak ada pegawai yang bertugas
menerima data PIB. Data PIB atau CUSDEC diterima melalui jaringan
elektronik. Program untuk loading data PIB PDE tepatnya pada menu
OKDD – Program Otomatis – Load Data PIB EDI/ SSPCP / Respon EDI.
Pada layar tersebut akan ditampilkan jumlah data PIB yang diterima dan
ditolak/reject serta data SSPCP yang diterima dari bank dan jumlah data
respon yang dikirimkan.

Program loading otomatis ini berfungsi untuk :


¾ Melakukan proses penerimaan dan validasi data PIB.
Proses penerimaan data dimulai dari penerimaan file data flat PIB dari
jaringan komunikasi ke server aplikasi. Selanjutnya dilakukan proses
validasi. Hasil proses validasi apabila kondisi valid maka terhadap data
PIB tersebut akan diberikan status validasi. Dengan nilai asal data
pada data PIB adalah ‘E’ (elektronik).
¾ Melakukan proses penerimaan dan validasi data SSPCP.
Proses penerimaan data dimulai dari penerimaan file flat SSPCP dari
jaringan komunikasi ke server aplikasi. Selanjutnya file tersebut akan
dilakukan proses validasi. Hasil proses validasi apabila kondisi valid
maka data akan dipindahkan ke tabel data. Data SSPCP ini sebagai
dasar proses rekonsiliasi dengan data PIB.
¾ Melakukan proses pengiriman respon PIB dan SSPCP.
Terhadap semua respon hasil proses pelayanan dokumen PIB harus
dikirimkan secara otomatis kepada importir/pemberitahu. Proses
pengiriman respon dimulai dari pembentukan file respon dalam server
aplikasi dan selanjutnya mengirimkannya ke jaringan komunikasi.

18
Selanjutnya terhadap data hasil penerimaan dengan status validasi, baik secara
PDE maupun disket tersebut akan dilakukan pengecekan terhadap data
pembayarannya. Dalam data pembayaran tidak ada atau kurang maka data PIB
tersebut akan diberikan status konfirmasi pembayaran. Proses pelayanan
selanjutnya adalah perekaman data SSPCP (lihat point 4).

Dalam hal tidak ada pungutan yang wajib dibayar atau data pembayaran sudah
sesuai maka akan dilakukan proses pengecekan barang larangan atau batasan
kecuali untuk data PIB yang diajukan oleh importir yang mendapat fasilitas
jalur prioritas.

Apabila termasuk dalam katagori barang larangan atau batasan maka PIB akan
dilanjutkan dengan proses pemeriksaan analyzing point, jika tidak termasuk
dalam katagori barang larangan atau batasan maka akan dilanjutkan dengan
proses penjaluran, yaitu jalur hijau atau jalur merah (pemeriksaan fisik).

Terhadap data PIB yang sudah diputuskan analyzing point maka data PIB
tersebut akan diberikan status analyzing point. Proses pelayanan selanjutnya
adalah pemeriksaan data PIB analyzing point (lihat point 5).

Untuk PIB jalur merah maka data PIB tersebut akan diberikan kode status
Periksa Fisik dan terbit respon SPJM (Surat Pemberitahuan Jalur Merah).
Proses pelayanan selanjutnya adalah pemeriksaan fisik barang.

Untuk PIB jalur hijau maka akan terbit respon SPPB (Surat Persetujuan
Pengeluaran Barang). PIB jalur hijau dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu jalur
hijau prioritas, hijau dan jalur hijau wajib hi-co scan. Data PIB jalur hijau dan
hijau prioritas akan diberikan status Gate dan proses pelayanan selanjutnya
adalah pengeluaran barang/perekaman di gate. Sedang-kan untuk jalur hijau
hi-co scan diberikan status Hi-co Scan dan proses selanjutnya adalah
pelayanan atas x-ray container (hi-co scan).

Berbeda dengan sistem disket maka di dalam aplikasi pelayanan impor secara
PDE, pada saat penerimaan data PIB tidak ada proses penelitian atas cetakan
dokumen PIB dan dokumen pelengkap pabean lainnya karena dokumen belum
diserahkan. Proses penelitian baru dilakukan pada saat penyerahan berkas PIB
oleh importir/ pemberitahu.

19
4. Perekaman penerimaan berkas PIB.

Sesuai dengan Kep-07/2003 dan P-19/2005, proses penerimaan berkas PIB


harus dilakukan perekamannya dalam sistem aplikasi. Proses perekaman ini
berfungsi untuk memonitor dan membuka pemblokiran importir yang
disebabkan oleh berkas PIB sekaligus untuk melakukan pemblokiran secara
otomatis jika berkas PIB belum diserahkan. Program perekaman ada pada
menu Penerimaan Dokumen – Penerimaan Hard Copy PIB.

Secara garis besar proses penerimaan berkas PIB dibedakan menjadi 2 (dua),
yaitu data PIB yang belum jalur/belum mendapatkan nomor pendaftaran (PIB
konfirmasi pembayaran, PIB Analyzing Point) dan PIB yang sudah
mendapatkan nomor pendaftaran/sudah jalur.

Yang perlu diperhatikan dalam melakukan penerimaan dokumen PIB dan


dokumen pelengkap pabean lainnya adalah :

ƒ Nomor aju pada berkas PIB dengan nomor aju pada data komputer.
ƒ Identitas importir.
ƒ Keaslian dan kelengkapan dari berkas PIB dan dokumen pelengkap pabean
yang diwajibkan.

5. Penerimaan dan perekaman data SSPCP

Dalam hal ada pungutan yang dibayar pada data PIB maka data pembayaran
(SSPCP) harus dimasukkan dalam sistem aplikasi pelayanan impor agar data
PIB dapat diproses lebih lanjut. Jika aplikasi pelayanan impor secara PDE
maka data SSPCP tidak perlu dilakukan entri oleh pegawai, karena secara
otomatis data SSPCP akan dikirim secara elektronik oleh bank tempat
pembayaran ke KPPBC.

Perekaman SSPCP dilakukan jika sistem pelayanan impor adalah dengan


disket. Perekaman SSPCP dalam aplikasi pelayanan baru dapat dilaksanakan
sesudah proses loading data PIB berhasil dilakukan, yaitu jika status data PIB
adalah konfirmasi pembayaran. Program untuk melakukan perekaman data
SSPCP ada pada menu Perbendaharaan – SSPCP – Perekaman Pembayaran
(SSPCP).

Yang perlu diperhatikan dalam perekaman data SSPCP adalah :

20
ƒ Kesamaan data nomor pengajuan (car) pada PIB dan SSPCP
ƒ Kesamaan Data importir (NPWP) pada PIB dan SSPCP
ƒ Tanggal SSPCP dan nilai kurs harus sama dengan periode kurs dalam
dokumen PIB
ƒ Nilai pungutan yang dibayar dalam dokumen SSPCP

Setelah data SSPCP selesai direkam maka data PIB dan data SSPCP akan
diproses lebih lanjut.

6. Pemeriksaan data PIB yang masuk analyzing point.

Untuk melakukan pengelolaan PIB analyzing point dari aplikasi, pilih menu
Analyzing Point – Penyelesaian PIB Analyzing Point (Larangan Pembatasan).

Yang harus diperhatikan dalam penanganan PIB analyzing point :

ƒ Apakah benar barang yang diberitahukan dalam PIB tersebut termasuk


dalam larangan dan atau batasan.
ƒ Dalam hal ditetapkan sebagai barang pembatasan, maka harus dipastikan
bahwa atas importasi barang tersebut sudah ada surat ijin atau keputusan
dari instansi terkait.

Proses pemeriksaan data PIB analyzing point, secara garis besar dibagi
menjadi 2, yaitu pemeriksaan atas PIB analyzing point yang masih baru dan
PIB analyzing point yang berstatus konfirmasi aju dokumen.

Uraian proses pemeriksaan data PIB status analyzing point yang masih baru
adalah sebagai berikut :

ƒ Semua data barang yang dikatagorikan dalam barang dibatasi dan atau
dilarang (lartas) akan ditampilkan di layar pemeriksaan analyzing point.
ƒ Periksa secara mendalam untuk masing-masing barang yang ditampilkan,
apakah memang benar barang tersebut termasuk dalam katagori larangan
atau pembatasan.
ƒ Jika hasil penelitian kedapatan barang tersebut tidak termasuk dalam
barang larangan atau pembatasan maka isikan hasil penelitian dan pilih
keputusan ’bukan barang larangan/ pembatasan. Setelah keputusan ini
disimpan maka terhadap data PIB akan dilakukan penjaluran sesuai profil
yang ada.

21
ƒ Jika hasil penelitian kedapatan barang tersebut termasuk dalam barang
pembatasan maka pastikan apakah sudah ada dokumen keputusan/surat ijin
impor atas barang-barang tersebut. Jika sudah ada, periksa dokumen
keputusan/surat ijin sampai dapat disimpulkan bahwa dokumen itu benar,
sah dan masih valid/berlaku. Selanjutnya isikan nomor dan tanggal
dokumen ijin tersebut ke dalam sistem aplikasi jika data dokumen belum
diberitahukan dalam data PIB. Kemudian apabila sudah yakin bahwa
keputusan/ surat ijin impor ada dan benar, maka pilih keputusan ’Ada
Skep’. Setelah keputusan ini disimpan maka terhadap data PIB akan
dilakukan penjaluran sesuai profil yang ada.
ƒ Jika hasil penelitian kedapatan barang tersebut termasuk dalam barang
pembatasan dan belum dapat dipastikan apakah dokumen ijinnya sudah
ada maka mintakan dokumen ijin yang sebenarnya untuk diajukan.
Permintaan pengajuan dokumen dengan cara melakukan perekaman kirim
respon umum melalui tombol ’Respon Konf SKEP’. Setelah data disimpan
maka data PIB akan berstatus konfirmasi aju dokumen dan menunggu
proses pengajuan dokumen ijin dari importir/pemberitahu. Respon akan
dikirimkan secara otomatis ke modul PIB di tempat importir/pemberitahu
dalam hal pelayanan impor secara PDE sedangkan untuk pelayanan secara
disket maka respon Konfirmasi Aju Dokumen akan tercetak ke printer
kemudian diserahkan kepada importir/ pemberitahu.
Apabila lewat dari 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal keputusan konfirmasi
skep ijin terhadap data PIB ini tidak diselesaikan keputusan finalnya maka
data PIB akan direject/ditolak dan dihapus dari database. Dasar rejectnya
adalah atas PIB tersebut dianggap belum ada skep ijinnya.
ƒ Jika hasil penelitian kedapatan barang tersebut termasuk dalam barang
pembatasan dan dokumen keputusan/surat ijin impor atas barang-barang
tersebut tidak ada, maka pilih keputusan ’Tdk Ada Skep Ijin Pembatasan’.
Setelah keputusan ini disimpan maka terhadap data PIB akan
direject/ditolak dan dihapus dari database karena skep ijinnya tidak ada.
ƒ Jika hasil penelitian kedapatan barang tersebut termasuk dalam barang
larangan maka pilih keputusan ’Barang Larangan’. Setelah keputusan ini
disimpan maka terhadap data PIB akan direject/ditolak karena barang yang
diberitahukan termasuk dalam barang larangan. Khusus reject karena

22
diputuskan sebagai barang larangan data PIB-nya tidak dihapuskan dari
database, hanya statusnya berubah menjadi Reject Barang Larangan dan
atas data PIB tersebut tidak bisa diproses lebih lanjut. Proses ini adalah
sesuai dengan peraturan nomor P-19/BC/2005. Sebelum terbitnya
peraturan P-19, apabila PIB diputuskan sebagai barang larangan maka atas
data PIB tersebut akan diproses lebih lanjut dan ditetapkan jalur merah
(periksa fisik).
Dengan sistem yang ada sekarang maka petugas analyzing point harus
sangat berhati-hati dan yakin benar apabila akan mengambil keputusan
sebagai barang larangan.
Untuk proses pemeriksaan data PIB analyzing point yang berstatus konfirmasi
aju dokumen sedikit berbeda dengan PIB status analyzing point yang masih
baru. Perbedaannya adalah bahwa atas data PIB ini baru bisa diproses lebih
lanjut oleh petugas setelah ada kepastian dari importir/pemberitahu tentang
ada atau tidaknya dokumen pelengkap yang harus diajukan. Di dalam sistem
aplikasi data PIB ini mempunyai status Respon Konf AP.

Adapun proses pemeriksaan yang berbeda adalah sebagai berikut :

ƒ Terhadap data PIB tersebut harus diambil keputusan finalnya dan tidak
dapat diputuskan untuk aju dokumen kembali.
ƒ Jika importir/pemberitahu sudah memberitahukan bahwa mereka tidak
dapat mengajukan/tidak memiliki dokumen ijin impornya, maka pilih
keputusan ’Tdk Ada Skep Ijin Pembatasan’. Setelah keputusan ini
disimpan maka terhadap data PIB akan direject/ditolak dan dihapus dari
database karena skep ijinnya tidak ada.

Selain proses tersebut di atas, proses penelitian yang lain sama persis dengan
proses pemeriksaan PIB status analyzing point yang masih baru.

7. Proses PIB yang ditetapkan pemeriksaan fisik.

Seluruh data PIB yang ditetapkan untuk dilakukan pemeriksaan fisik maka
terbit respon Surat Pemberitahuan Jalur Merah (SPJM). Khusus pelayanan
secara PDE maka respon secara otomatis akan terkirim ke
importir/pemberitahu sedangkan pelayanan secara disket respon akan tercetak

23
ke printer kemudian oleh petugas bea dan cukai respon ini diserahkan kepada
importir/pemberitahu.

Pemeriksaan fisik dilakukan setelah diserahkannya copy dokumen PIB dan


pelengkap pabean oleh importir/pemberitahu, barang impor telah siap untuk
diperiksa dan importir/pemberitahu hadir dalam proses pemeriksaan fisik.
Setelah pemeriksaan fisik selesai dilakukan maka proses selanjutnya adalah
perekaman atas hasil pemeriksaan fisik barang impor.

Sesuai dengan peraturan BC nomor P-19/2005, proses pemeriksaan fisik


barang impor harus sudah selesai dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) hari
kerja sejak tanggal penetapan jalur. Pejabat Pemeriksa Barang harus
menyelesaikan pemeriksaan fisik termasuk membuat dan merekam LHP
dalam 3 (tiga) hari kerja.

Dalam hal lewat 3 (tiga) hari, pemeriksaan tidak dapat dilakukan yang
disebabkan importir/kuasanya belum menyerahkan copy dokumen PIB dan
dokumen pelengkap pabean, belum menyiapkan barang untuk diperiksa dan
tidak hadir untuk pelaksanaan pemeriksaan fisik maka atas dokumen PIB
tersebut ditetapkan untuk pemeriksaan secara jabatan atas resiko dan biaya
importir.

Berdasarkan P-07/BC/2007, atas atas barang impor sejenis atau barang impor
yang dikemas dalam kemasan berpendingin ( refrigerated container),
pemeriksaan fisik barang dapat dilakukan dengan melalui hi-co scan X Ray
container. Keputusan penetapan pemeriksaan barang melalui hi-co scan adalah
berdasarkan permohonan dari importir/ pemberitahu atau penetapan pejabat
bea dan cukai.

Proses selanjutnya lihat penetapan pemeriksaan secara jabatan.

8. Penetapan pemeriksaan secara jabatan.

Program perekaman ada di menu PFPD - Penetapan Pemeriksaan Jabatan.


Setelah perekaman dilakukan maka data PIB dalam sistem aplikasi statusnya
akan menjadi Pemeriksaan Jabatan.

Sebelum melakukan perekaman penetapan pemeriksaan jabatan, harus


dipastikan lebih dahulu bahwa terhadap PIB tersebut nyata-nyata sudah

24
diputuskan untuk pemeriksaan jabatan oleh pejabat yang berwenang.
Termasuk tidak adanya permohonan perpanjangan waktu/penundaan untuk
dilakukan pemeriksaan fisik barang yang diajukan oleh importir/pemberitahu.

9. Perekaman hasil pemeriksaan fisik barang impor.

Setelah proses pemeriksaan fisik barang dilakukan maka hasil pemeriksaan


barang harus direkam dalam sistem aplikasi. Program perekaman ada di menu
PFPB - Perekaman LHP. Perekaman LHP dilakukan berdasarkan ikhtisar
hasil pemeriksaan fisik yang ditanda tangani oleh pemeriksa barang. Data
yang direkam dalam sistem aplikasi meliputi waktu mulai dan selesainya
pemeriksaan dan data hasil pemeriksaan secara lengkap. Proses perekaman ini
harus sudah selesai dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal
penetapan jalur. Setelah proses perekaman selesai data PIB mempunyai status
PFPD. Dan proses selanjutnya adalah penelitian lebih lanjut oleh PFPD/Kasi
Pabean.

Yang harus diperhatikan dalam melakukan perekaman adalah informasi yang


direkam dalam komputer harus selengkap mungkin sehingga memudahkan
bagi PFPD/Kasi Pabean untuk mengambil keputusan hasil pemeriksaan.
Terutama informasi tentang uraian barang yang diperiksa berikut dengan
spesifikasinya dan jumlah barangnya. Selanjutnya sepanjang data LHP belum
direkam dalam aplikasi maka data PIB jalur merah tidak akan dapat diproses
lebih lanjut oleh PFPD/Kasi Pabean.

Sedangkan untuk perekaman hasil pemeriksaan fisik melalui hi-co scan ada di
menu PFPB - Perekaman Hasil Hico Scan Jalur Merah. Perekaman
dilakukan berdasarkan ikhtisar hasil pemeriksaan hico yang ditanda tangani
oleh analis hico. Data yang direkam dalam sistem aplikasi meliputi waktu
mulai dan selesainya proses hi-co dan data hasil pemeriksaan secara lengkap.
Berdasarkan hasil pemeriksaan hi-co scan, ada 2 (dua) kemungkinan hasilnya
yaitu pertama tidak perlu dilakukan pemeriksaan barang dan dapat diproses
lebih lanjut oleh PFPD/Kasi Pabean atau yang kedua perlu dilakukan
pemeriksaan fisik barang secara detail karena adanya ketidaksesuaian.

25
10. Penelitian PIB oleh PFPD/Kasi Pabean.

Program penelitian lebih lanjut dari PIB jalur merah/hijau terdapat pada menu
PFPD – Pemeriksaan Lebih Lanjut. Program ini berfungsi antara lain untuk
menuangkan keputusan hasil pemeriksaan fisik, penelitian atas klasifikasi
pembebanan dan penetapan harga pabean. Petugas PFPD/Kasi Pabean yang
dapat melakukan penelitian PIB jalur merah di dalam sistem aplikasi adalah
sesuai dengan NIP yang tertera pada SPJM. Dari menu ini PFPD/Kasi Pabean
dapat melakukan perubahan data PIB yaitu khusus untuk data detail barangnya
saja.

Dalam aplikasi impor, proses penelitian atas dokumen PIB jalur hijau tidak
jauh berbeda dengan penelitian atas dokumen PIB jalur merah. Yang
membedakan adalah proses penelitian atas dokumen PIB jalur hijau dapat
langsung dilakukan setelah PIB diputus jalur hijau, sementara untuk PIB jalur
merah penelitian baru dapat dilakukan setelah data LHP selesai direkam.

Yang perlu diperhatikan dalam penelitian disini adalah :

ƒ Apakah informasi dari hasil pemeriksaan fisik barang sudah jelas dan
lengkap (untuk jalur merah).
ƒ Apakah barang hasil pemeriksaan sesuai atau tidak dengan yang
diberitahukan dalam PIB (untuk jalur merah).
ƒ Apakah ada barang yang tidak diberitahukan dalam dokumen PIB.
ƒ Apakah ada NI/NHI atas PIB tersebut.
ƒ Apakah klasifikasi pembebanannya sudah benar, berdasarkan informasi
yang ada.
ƒ Apakah barangnya termasuk dalam katagori larangan batasan atau tidak.
ƒ Apakah ada pembebanan dengan tarip 999.
ƒ Dalam hal ada fasilitas pembebasan/keringanan, apakah surat keputusan
fasilitasnya benar dan masih berlaku.
ƒ Kewajaran nilai pabean dari barang impor.
ƒ Negara asal barang impor.
ƒ Jumlah barang impor.
ƒ Perlu tidaknya dilakukan pemeriksanan laboratorium.

26
ƒ Apakah termasuk barang yang terkena aturan tarif anti dumping atau safe
guard.

Pada dasarnya setiap perubahan yang dilakukan atas data PIB apabila
menyebabkan terjadinya kekurangan pembayaran maka secara otomatis akan
terbit nota pembetulan dan SPKPBM. Khusus untuk tambah bayar karena
adanya tarif anti dumping atau safe guard maka proses nota pembetulan dan
penerbitan SPKPBMnya adalah secara manual.

Apabila dalam Kep-07/2003 masih memungkinkan terbitnya SPPB dalam hal


ada temuan tambah bayar dan atau penambahan jaminan, maka sesuai P-19 hal
ini tidak berlaku lagi. Dengan kata lain untuk PIB tambah bayar dan atau
tambah jaminan, SPPB baru akan terbit setelah proses pelunasan tambah
bayar dan atau proses penambahan jaminan sudah selesai dilakukan.

Dalam hal ada tambah bayar maka proses selanjutnya adalah pada penerbitan
SPPB untuk PIB jalur merah yang terbit SPKPBM.

11. Penerbitan SPPB untuk PIB jalur merah yang terbit SPKPBM.

Program untuk menerbitkan SPPB bagi PIB jalur merah yang diterbitkan
SPKPBM terletak pada menu PFPD – Penyelesaian SPKPBM (eks PIB Jalur
Merah). Pada menu ini PFPD atau Kasi Pabean cukup menekan tombol SPPB
untuk melakukan penerbitan SPPB. Proses penerbitan SPPB baru dapat
dilakukan setelah SPKPBM atas PIB yang dimaksud statusnya sudah lunas,
diajukan keberatan atau dibatalkan. Dalam hal SPKPBM belum lunas, tidak
keberatan atau tidak dibatalkan maka tombol SPPB akan disable (tidak bisa
diakses).

Dalam hal pelayanan impor secara disket, untuk melakukan pelunasan data
SPKPBM maka harus dilakukan perekaman data SSPCP atas SPKPBM
tersebut. Program perekaman terletak pada menu Perbendaharaan – SPKPBM
– Pelunasan SPKPBM (SSPCP Non EDI). Yang harus diperhatikan dalam
perekaman SSPCP ini adalah kebenaran atas nomor dan tanggal spkpbm,
kebenaran dan ketepatan atas pungutan yang dibayar antara dokumen
SPKPBM dengan dokumen SSPCP. Dalam hal ada perbedaan antara data
SPKPBM dengan data SSPCP hasil perekaman maka proses pelunasannya
tidak akan berhasil dilakukan.

27
Dalam hal pelayanan secara PDE, maka proses perekaman di KPPBC tidak
perlu dilakukan. Data SPKPBM secara otomatis akan menjadi lunas apabila
data pembayaran (SSPCP) dari bank pembayaran atas SPKPBM tersebut
sudah berhasil dikirim ke KPPBC dan proses rekonsiliasi berhasil dilakukan.

12. Penerbitan SPPB untuk PIB jalur merah yang terbit respon kurang jaminan.

Program untuk menerbitkan SPPB bagi PIB jalur merah yang diterbitkan
SPKPBM terletak pada menu PFPD – Penyelesaian Jaminan (eks PIB Jalur
Merah). Pada menu ini PFPD atau Kasi Pabean cukup menekan tombol SPPB
untuk melakukan penerbitan SPPB. Proses penerbitan SPPB baru dapat
dilakukan setelah kekurangan jaminan atas PIB yang dimaksud statusnya
sudah dilakukan penambahan atau dibatalkan. Dalam hal jaminan belum
ditambah atau tidak dibatalkan maka tombol SPPB akan disable (tidak bisa
diakses).

Program perekaman penambahan jaminan terletak pada menu Perbendaharaan


– Pengelolaan Jaminan – Perekaman Bukti Penerimaan Jaminan. Yang harus
diperhatikan dalam perekaman jaminan ini adalah kebenaran atas nomor
pengajuan PIB dan ketepatan atas nilai jaminan dan kekurangan nilai jaminan.

13. Perekaman hasil pemeriksaan Hi-Co Scan Jalur Hijau.

Proses perekaman hasil pemeriksaan hi-co scan ini dilakukan setelah proses x-
ray atas semua container dari PIB yang bersangkutan selesai dilakukan.
Program perekamannya terdapat pada menu PFPB - Perekaman hasil
pemeriksaan Hi-Co Scan (BCF 2.3D). Pemberlakuan kewajiban hi-co scan
untuk PIB jalur hijau hanya untuk kantor-kantor tertentu saja, yaitu KPU
Tanjung Priok dan KPPBC Tanjung Perak.

Yang perlu diperhatikan dalam perekaman ini adalah apakah hasil


pemeriksaan hi-co scan ini merekomendasikan untuk dilakukan pemeriksaan
fisik atau tidak. Jika keputusannya harus dilakukan pemeriksaan fisik barang
maka pada saat perekaman harus dimasuk-kan sehingga setelah disimpan data
PIB akan diputus pemeriksaan fisik dan status datanya kembali menjadi
Periksa Fisik. Dalam hal tidak wajib periksa fisik maka barang impornya
sudah dapat dikeluarkan.

28
14. Perekaman Pengeluaran Barang.

Proses pelayanan pengeluaran barang impor adalah rangkaian terakhir dari


proses pelayanan PIB. Di dalam sistem aplikasi pelayanan impor kegiatan
tersebut adalah perekaman data pengeluaran barang impor. Dokumen yang
dijadikan dasar perekaman adalah dokumen SPPB, yang dibawa oleh
importir/ppjk untuk melindungi pengeluaran barang. Menu gate impor dalam
aplikasi dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu untuk gate kontainer dan non
kontainer. Menu perekaman pada aplikasi adalah Gate – Pengeluaraan Barang
– Container atau Gate – Pengeluaraan Barang – Non Container. Setelah proses
perekaman pengeluaran barang selesai dilakukan maka status data PIB akan
menjadi Barang Keluar.

Yang perlu diperhatikan dalam melakukan perekaman pengeluaran barang


adalah :

ƒ Apakah terhadap data PIB/kontainer tersebut terkena NI/NHI.


ƒ Apakah PIB tersebut wajib hi-co scan atau tidak.
ƒ Data SPPB yang diajukan harus sama jika dibandingkan dengan data yang
ada dalam komputer dan data pada kemasan/kontainer.

15. Pengawasan PIB.

Dalam sistem aplikasi pelayanan impor fungsi pengawasan lainnya atas


dokumen PIB dapat dilakukan dengan memanfaatkan program pelaporan dan
browsing data PIB yang telah ada. Fungsi pengawasan tidak akan
mempengaruhi terhadap proses penjaluran. Dalam hal data PIB terkena
NI/NHI maka data NI/NHI tidak akan berpengaruh terhadap data PIB menjadi
merah (periksa fisik) tetapi data NI/NHI ini akan dicek pada saat pengeluaran
barang di gate, sebatas memberi informasi kepada petugas gate bahwa
terhadap suatu PIB terkena NI/NHI sehingga harus dikoordinasikan dengan
unit pengawasan untuk proses pengeluaran barangnya. Untuk melakukan
perekaman NI/NHI adalah dari menu P2 – Perekaman Nota Informasi.

Dalam hal ada surat untuk melakukan pemblokiran atas kegiatan impor
terhadap suatu perusahaan baik dari KPPBC, KWBC maupun KP DJBC maka
atas data pemblokiran harus direkam dalam sistem aplikasi. Pemblokiran
seperti ini dalam aplikasi disebut blokir intruksi khusus. Untuk melakukan

29
perekaman blokir intruksi khusus adalah dari menu P2 – Instruksi Khusus -
Perekaman Instruksi Khusus.

16. Pembatalan PIB.

Di dalam sistem aplikasi setiap ada pembatalan data PIB maka keputusan
pembatalannya harus dilakukan perekaman pada sistem aplikasi. Program
perekaman pembatalan ada pada menu Kepala Kantor – Pembatalan PIB.

Proses pelayanan pembatalan lebih banyak pada proses penelitian


administrasi. Antara lain pengecekan tentang penyebab terjadinya pembatalan
apakah memenuhi ketentuan yang berlaku (pasal 56 Kep-07/2003).

(3) Pengelolaan Perbendaharaan

Proses pengelolaan pada Perbendaharaan secara garis besar meliputi :


a. Perekaman SSPCP atas PIB atau SPKPBM, dalam hal sistem pelayanan impor
belum secara PDE.
b. Pengelolaan jaminan, meliputi perekaman, penyelesaian maupun pembatalan.
Jenis jaminan yang ada: Jaminan Tertulis, jaminan tertulis dengan persetujuan
dari KaKPPBC setempat, Jaminan Bank, Customs Bond, Jaminan Tunai dan
Jaminan Pusat. Jaminan tertulis dengan persetujuan dari KP DJBC/Menkeu
dan dapat dipakai berulang.
Jenis peruntukan jaminan :
ƒ Jaminan atas impor penangguhan
ƒ Jaminan atas impor sementara
ƒ Jaminan PPJK
ƒ Jaminan atas keberatan SPKPBM
ƒ Re-impor
ƒ Banding SPKPBM
c. Perekaman data SPKPBM
Perekaman yang dilakukan adalah terhadap data SPKPBM hasil manual atau
SPKPBM yang berasal dari hasil verifikasi/audit Kantor Wilayah/ Kantor
Pusat.
Asal SPKPBM :
ƒ Notul

30
Notul ada yang otomatis dari hasil pemeriksaan PIB (PFPD/Pabean/
Verifikator) ada yang manual.
ƒ SPSA
ƒ Verifikasi Kantor Wilayah
ƒ Audit Kantor Wilayah
ƒ Verifikasi Kantor Pusat
ƒ Audit Kantor Pusat
d. Keberatan SPKPBM
Diajukan sebelum tanggal jatuh tempo SPKPBM (60 hari setelah tanggal
SPKPBM), dengan mempertaruhkan jaminan.
60 hari sejak tanggal surat pengantar dari Ka KPPBC, keberatan sudah harus
mendapatkan keputusan. Dalam hal lewat 60 hari belum ada keputusan maka
keberatan dianggap diterima.
Keputusan keberatan :
ƒ Diterima, SPKPBM dibatalkan dan jaminan dikembalikan.
ƒ Ditolak, jika tidak mengajukan banding maka jaminan dapat dicairkan
untuk melunasi tagihan SPKPBM.
ƒ Keberatan tagihannya ditetapkan menjadi lebih besar atau lebih kecil.
Dalam hal ini yang bersangkutan juga bisa mengajukan banding. Bila tidak
mengajukan banding maka yang bersangkutan harus melunasi tagihan.
Kalau ditetapkan lebih kecil dapat dengan mencairkan jaminannya. Tetapi
kalau ditetapkan lebih besar, selain jaminan dicairkan, yang bersangkutan
juga harus membayar sisa kekurangannya.
e. Banding SPKPBM
Apabila hasil keputusan keberatan dari Direktur Jenderal menetapkan
keberatan ditolak atau ditetapkan menjadi lebih besar atau lebih kecil, yang
bersangkutan dapat mengajukan banding ke Pengadilan Pajak. Proses
pengajuan banding adalah sebagai berikut :
− Yang bersangkutan melunasi tagihan SPKPBM minimal 50% dari total
tagihan ke bank dan 50% nya lagi berupa jaminan.
− Bukti pelunasan diserahkan ke Seksi Perbendaharaan untuk direkam
(untuk saat ini, selanjutnya akan disesuaikan dengan sistem EDI).

31
− Jaminan diserahkan ke Seksi Perbendaharaan untuk direkam dan
menggantikan jaminan untuk keberatannya.
− Dengan bukti sudah melunasi tagihan 50% dan Bukti Penerimaan Jaminan
untuk banding, yang bersangkutan dapat mendaftarkan kasusnya ke
Pengadilan Pajak.
− Kalau Pengadilan Pajak memutuskan banding diterima, maka SPKPBM
dibatalkan, pembayaran 50% dan jaminannya dikembalikan.
− Kalau Pengadilan Pajak memutuskan banding ditolak maka jaminannya
dapat dicairkan untuk melunasi sisa tagihan.
f. Teguran SPKPBM
Apabila SPKPBM sampai lewat jatuh tempo ditambah tujuh hari belum
diselesaikan, maka otomatis akan terbit Surat Teguran. Surat Teguran ini
tidak tercetak secara otomatis tetapi harus dicetak sendiri oleh Seksi
Perbendaharaan.
Atas SPKPBM ini akan timbul bunga sebesar 2% dari tagihan pabean dan
bunga itu akan diperhitungkan setiap bulan sampai SPKPBM diselesaikan.
g. Penerbitan Surat Paksa
Apabila Surat Teguran sampai lewat jatuh tempo (21 hari sejak diterbitkan
Surat Teguran) belum diselesaikan maka Surat Paksa bisa diterbitkan.
Penerbitan Surat Paksa tidak secara otomatis karena harus menunjuk pegawai
sebagai Juru Sita yang penetapan tidak tentu (berubah-ubah).
Surat Paksa diterbitkan hanya untuk tagihan pabeannya saja. Sementara untuk
tagihan Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI) diterbitkan Surat Penyerahan
Penagihan Pajak Dalam Rangka Impor (SP3DRI) ke Kantor Pelayanan Pajak
yang mengawasi penanggung pajak.
Seksi Perbendaharaan dapat mengecek melalui browse Surat Teguran yang
sudah jatuh tempo setiap pagi apakah pada hari itu ada Surat Paksa yang harus
diterbitkan atau tidak
h. Penerbitan Surat Perintah Melakukan Penyitaan
Apabila Surat Paksa sampai lewat jatuh tempo (dua kali 24 jam sejak
diterbitkan Surat Paksa) belum diselesaikan maka diterbitkan Surat Perintah
Melakukan Penyitaaan (SPMP). SPMP juga tidak secara otomatis tetapi
melalui intervensi Seksi Perbendaharaan.

32
Seksi Perbendaharaan dapat mengecek melalui browse Surat Paksa yang sudah
jatuh tempo setiap pagi apakah pada hari itu ada SPMP yang harus diterbitkan
atau tidak.
i. Pembatalan SPKPBM
SPKPBM hanya bisa dibatalkan oleh Kepala Kantor Pelayanan dengan
menerbitkan surat pembatalan dengan menyebutkan alasan pembatalannya.
Keputusan pembatalan SPKPBM direkam melalui wewenang Kepala Kantor
Pelayanan.
j. Pelaporan data SPKPBM
k. Penerbitan SPSA
Asal SPSA : denda manifest, denda pembatalan PEB
SPSA direkam datanya dan dicetak untuk dikirim kepada yang dikenakan
sanksi. Jatuh tempo SPSA ditetapkan 30 hari dari tanggal diterimanya SPSA
oleh yang bersangkutan. Setelah SPSA diterima, tanggal terima direkam oleh
petugas di Seksi Perbendahraan. Apabila melewati jangka waktu tersebut
maka penagihannya dialihkan dengan menggunakan SPKPBM.
l. Pelayanan, penyelesaian dan monitoring fasilitas pembayaran berkala.
ƒ Perekaman skep fasilitas pembayaran berkala.
ƒ Perekaman pelunasan pembayaran atas hutang PIB fasilitas pembayaran
berkala (khusus KPPBC non PDE).
ƒ Monitoring pelunasan hutang fasilitas pembayaran berkala.
m. Penyelesaian Impor sementara
ƒ Dibayar
ƒ Re-ekspor
ƒ Perpanjang masa impor sementara
ƒ Pemusnahan
ƒ Re-lokasi
n. Penyelesaian Impor penangguhan
ƒ Dibayar
ƒ Dibebaskan
ƒ Ditanggung pemerintah
ƒ Perpanjang penangguhan
ƒ Keringanan

33
B. Sistem Aplikasi Pelayanan PIB Versi PC

(1) Spesifikasi hardware, software dan database

a. Hardware, Software Dan O/S


Aplikasi pelayanan impor (PIB) versi PC dibuat dengan menggunakan
software Visual Basic. Aplikasi pelayanan ini ditempatkan pada komputer PC
dengan operating system Windows 2000/NT/XP, processor minimal intel
pentium III, space hardisk minimal 500 MB, RAM 128 MB.

b. Database

Database aplikasi impor (PIB) versi PC adalah database Access.

(2) Pelayanan PIB dengan aplikasi pelayanan impor versi PC.

Pada prinsipnya proses pelayanan PIB dengan menggunakan aplikasi pelayanan


impor versi PC sama dengan pada aplikasi pelayanan versi server dengan media
disket.

Beberapa hal yang membedakan dengan aplikasi versi server adalah :


1. Pada aplikasi versi PC tidak ada proses validasi atas kelengkapan pengisian
data PIB. (Proses validasi kelengkapan sudah dilakukan pada aplikasi modul
PIB).
2. Tidak ada proses pengecekan HS barang larangan/pembatasan (analyzing
point) pada aplikasi. Proses pengecekan dilakukan secara manual pada saat
penerimaan data/dokumen PIB dan pada saat pemeriksaan lebih lanjut di seksi
pabean.
3. Proses penjaluran berdasarkan analisis resiko dilaksanakan secara manual
yaitu berdasarkan atas hasil analisa dari pegawai.
Selain itu PIB akan otomatis diputus jalur merah dalam hal :
ƒ Jenis impor sementara
ƒ Jenis impor reimpor
ƒ Barang termasuk komoditi ditetapkan pemerintah
ƒ Barang BOP (Fasilitas Pertamina)
ƒ Proses impor penangguhan
4. Proses penerbitan nota pembetulan dan SPKPBM atas dokumen PIB
dilakukan secara manual.

34
3.2. Latihan 2

1. Sebutkan data-data yang perlu dimasukkan pada modul aplikasi PIB !


2. Sebutkan cara pengiriman data PIB ke dalam aplikasi pelayanan!
3. Jelaskan spesifikasi hardware, software dan database aplikasi pelayanan impor
versi server!
4. Jelaskan spesifikasi hardware, software dan database aplikasi pelayanan impor
versi PC!
5. Jelaskan proses penjaluran pada sistem aplikasi pelayanan impor versi PC !
6. Jelaskan proses penyelesaian impor sementara !
7. Hal-hal apakah yang harus diperhatikan oleh Pejabat Pemeriksa Dokumen
pada saat melakukan pemeriksaan dokumen PIB jalur merah ?
8. Jelaskan keputusan hasil dari pengajuan keberatan !
9. Jelaskan proses teguran SPKPBM pada aplikasi pelayanan impor !
10. Apakah yang harus dilakukan oleh petugas analyzing point jika ada keraguan
mengenai persyaratan impor atas data PIB yang diperiksanya?

Kerjakan Latihan 2 di atas dan cocokkan kembali dengan Kegiatan Belajar 2


hingga Saudara yakin jawaban yang diberikan telah benar/sesuai dengan materi
yang diajarkan.

3.3. Rangkuman

DJBC telah menyediakan aplikasi untuk membantu perusahaan membuat


dokumen-dokumen yang berkaitan dengan sistem dan prosedur impor (PIB) yaitu
Modul Aplikasi PIB (versi 4.1). Kelengkapan data yang dimasukkan oleh importir
akan diperiksa oleh modul agar nantinya bisa diterima oleh aplikasi impor di
Kantor Pelayanan. Untuk mengirimkan data PIB ke KPPBC ada dua cara, yaitu
melalui disket dan melalui PDE. Hal ini disesuaikan dengan kondisi dari KPPBC
tempat pendaftaran PIB.

Berdasarkan fungsinya maka aplikasi pelayanan PIB fungsi pelayanan,


pengawasan, pelaporan. Proses pelayanan PIB meliputi penerimaan data PIB,
penerimaan berkas PIB, penerimaan dan perekaman SSPCP, pemeriksaan PIB

35
yang masuk Analyzing Point, pemeriksaan fisik barang, pemeriksaan dokumen
oleh PFPD/Seksi Pabean, penerbitan SPPB dan pengeluaran barang. Pengelolaan
pada Perbendaharaan dimasukkan dalam aplikasi impor yang meliputi perekaman
SSPCP, pengelolaan jaminan, pengelolaan SPKPBM, pengelolaan SPSA,
penyelesaian impor sementara, penyelesaian impor penangguhan serta
pengelolaan PNBP.

Di KPPBC yang tidak terpasang server, disediakan aplikasi pelayanan impor versi
PC. Pada prinsipnya proses pelayanan PIB dengan menggunakan aplikasi
pelayanan impor versi PC sama dengan pada aplikasi pelayanan versi server
dengan media disket. Beberapa hal yang membedakan dengan aplikasi versi server
adalah tidak ada proses validasi atas kelengkapan dan kebenaran pengisian data
PIB, tidak ada proses pengecekan HS barang larangan/pembatasan (analyzing
point), penjaluran berdasarkan analisis resiko dilaksanakan secara manual oleh
pegawai, penerbitan nota pembetulan dan SPKPBM atas dokumen PIB dilakukan
secara manual.

36
4. Tes Formatif

Pilih salah satu jawaban dengan memberikan tanda silang (X)

1. Aplikasi yang tidak berhubungan dengan Aplikasi Pelayanan Impor (PIB) adalah:

A. Aplikasi KITE C. Aplikasi PPKP


B. Aplikasi Profil Pusat D. Data warehouse

2. Dasar hukum tentang Petunjuk Pelaksanaan Tatalaksana Kepabeanan di Bidang


Impor adalah

A. KEP-07/BC/2003 C. KEP-27/BC/2004
B. KEP-151/BC/2003 D. KEP-152/BC/2003

3. Kantor pelayanan yang belum menerapkan PDE Kepabeanan atas pelayanan PIB
secara penuh adalah :

A. KPPBC Tanjung Emas C. KPPBC Belawan


B. KPU Tanjung Priok D. KPU Batam

4. Dokumen PIB yang diajukan akan ditolak/direject secara otomatis oleh aplikasi
pelayanan PIB dalam hal berikut ini, kecuali :

A. Data PIB tidak lengkap dan atau tidak C. Importir belum mendapatkan nomor
benar registrasi dan telah melakukan satu
kali proses importasi
B. PIB terkena Nota Intelejen (NI) atau D. Pemberitahu (importir dan atau
Nota Hasil Intelejen (NHI) PPJK) sedang diblokir

5. Yang bukan merupakan bentuk penjaluran adalah :

A. Jalur Hijau C. Jalur Hi-Co Scan


B. Jalur Merah D. Jalur Prioritas

6. Berdasarkan Matrix Penjaluran, apabila profil importir adalah Low Risk dan profil
komoditinya terkena TapPem, maka PIB akan mendapatkan jalur

A. Merah Low (Tkt. Pemeriksaan 10%) C. Merah High (Tkt.Pemeriksaan 30%)


B. Merah Medium(Tk.Pemeriksaan 30%) D. Merah High (Tkt.Pemeriksaan 100%)

7. Cara pengiriman data PIB dari modul importir ke dalam sistem aplikasi pelayanan
impor adalah ...

37
A. Disket C. Manual
B. PDE D. Disket dan PDE

8. Dalam hal importir mendapatkan Jalur Prioritas, maka atas PIB-nya ...

A. Dilakukan pemeriksaan Dokumen saja C. Dilakukan pemeriksaan fisik saja


B. Dilakukan pemeriksaan fisik dan D. Tidak dilakukan pemeriksaan fisik
pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan dokumen

9. Dalam proses validasi, hal-hal berikut ini dilakukan oleh sistem aplikasi impor,
kecuali

A. Cek Blokir C. Cek Jumlah Pungutan Impor


B. Cek Kebenaran dan Kelengkapan Data D. Cek Registrasi Importir

10. Waktu pelayanan PIB dihitung dari total hari kerja sejak SPPB hingga penetapan
PIB. Untuk jalur hijau, berapa hari lama waktu pelayanan tersebut?

A. 14 hari C. 10 hari
B. 19 hari D. 20 hari

11. Berikut ini adalah data-data yang perlu dimasukkan pada modul aplikasi PIB,
kecuali

A. Data Invoice, Packing List, BL/AWB C. Data PKB (Pemberitahuan Kesiapan


Barang)
B. Data Sarana Pengangkut (Nama, Voy, D. Data Pemasok berupa Nama,
Tgl Kedatangan) Alamat, Negara

12. Database Aplikasi Impor versi server menggunakan …

A. Oracle C. Microsoft Excel


B. Microsoft Access D. MySQL

13. Yang bukan merupakan fungsi program loading otomatis dari Aplikasi Impor
yang menggunakan PDE adalah …

A. Melakukan proses penerimaan dan C. Melakukan proses pengiriman


validasi data SSPCP respon PIB dan SSPCP
B. Melakukan proses penerimaan dan D. Melakukan proses penjaluran PIB
validasi data PIB

38
14. Sesuai dengan P-19/BC/2005, apabila petugas Analyzing Point memutuskan
bahwa PIB termasuk barang larangan maka sistem akan ...

A. Mengeluarkan respon reject barang C. Mengeluarkan respon permintaan


larangan Skep
B. Menetapkan PIB dalam Jalur Merah D. Melakukan proses penjaluran
berdasarkan profil yang ada

15. Dalam hal apa PIB terkena penetapan pemeriksaan secara jabatan ?

A. Permintaan PFPD untuk dilakukan C. Dalam waktu 3 hari pemeriksa


pemeriksaan ulang barang tidak melakukan
pemeriksaan fisik barang
B. Dalam waktu 3 hari importir tidak bisa D. PIB yang diberitahukan termasuk
menunjukkan SKEP yang diminta dalam barang larangan
petugas Analyzing Point

16. Penelitian PIB jalur merah oleh PFPD/Kasi Pabean berfungsi untuk hal-hal
sebagai berikut, kecuali

A. Menuangkan keputusan hasil C. Penelitian atas klasifikasi


pemeriksaan fisik pembebanan
B. Penetapan harga/nilai pabean D. Melakukan penyelesaian atas
penerbitan Notul

17. Penerbitan SPPB untuk PIB jalur merah yang terbit SPKPBM adalah

A. Langsung terbit bersamaan dengan C. Langsung terbit bersamaan dengan


terbitnya SPKPBM terbitnya Notul
B. Setelah SPKPBM dilunasi dan PFPD D. Langsung terbit setelah hasil
melakukan proses penyelesaian pemeriksaan fisik dinyatakan sesuai
SPKPBM

18. Dalam hal data PIB terkena NI/NHI, maka atas PIB tersebut

A. Akan ditetapkan Jalur Merah dan C. Akan dilakukan pemeriksaan fisik


dilakukan pemeriksaan Fisik secara jabatan

39
B. Tidak akan berpengaruh terhadap D. Proses Importasinya akan diblokir
penjaluran dan hanya sebagai
informasi kepada petugas Gate dan
unit pengawasan

19. Impor sementara dapat diselesaikan dengan melakukan hal-hal di bawah ini,
kecuali

A. Melakukan re-ekspor dengan membuat C. Membayar sejumlah pungutan yang


dokumen PEB ditangguhkan
B. Melakukan pemusnahan terhadap D. Barang yang diimpor dijual ke
barang yang diimpor karena rusak dan dalam wilayah pabean
tidak dapat diperbaiki

20. Berikut ini adalah beberapa hal yang membedakan aplikasi versi PC dengan
aplikasi versi server, kecuali

A. Pada aplikasi versi PC tidak ada proses C. Tidak ada proses pengecekan
validasi atas kelengkapan dan pembayaran pungutan impor
kebenaran pengisian data PIB
B. Proses penerbitan nota pembetulan dan D. Tidak ada proses pengecekan HS
SPKPBM atas dokumen PIB dilakukan barang larangan/pembatasan
secara manual (analyzing point) pada aplikasi

40
5. Kunci Jawaban Test Formatif

1. C 11. C
2. A 12. A
3. D 13. D
4. B 14. A
5. C 15. C
6. A 16. D
7. D 17. B
8. D 18. B
9. C 19. D
10. A 20. C

6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat pada
bagian akhir modul ini, dan hitungllah jawaban Anda untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda.

Rumus :

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar X 100 %

20

Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
kegiatan belajar selanjutnya. Tetapi bila penguasaan Anda kurang dari 80%, Anda
harus mempelajari kembali terutama bagian yang belum Anda kuasai.

41
7. Daftar Pustaka

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan.

2. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 453/KMK.04/2002


tanggal 30 Oktober 2002 Tentang Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor.

3. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 548/KMK.04/2002


tanggal 31 Desember 2002 Tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor : 453/KMK.04/2002 tanggal 30 Oktober 2002 Tentang
Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor.

4. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 112 /KMK.04/2003


tanggal 31 Maret 2003 Tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 453/Kmk.04/2002 Tentang Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang
Impor.

5. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 84/KMK.04/2003


tanggal 7 Maret 2003 tentang Tatalaksana Pembayaran Dan Penyetoran
Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor Dan Penerimaan Negara Atas Barang
Kena Cukai Buatan Dalam Negeri.

6. Keputusan Menteri Keuangan nomor 234/KMK.05/1996 tentang Tata Cara


Penagihan Bea Masuk, Cukai, Denda Administrasi, Bunga dan Pajak Dalam
Rangka Impor .

7. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai KEP-64/BC/1999 tanggal 11


Oktober 1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengajuan,Penerusan dan
Penyelesaian Keberatan Kepabeanan dan Cukai.

8. Keputusan Menteri Keuangan nomor 380/KMK.05/1999 tentang Tata Cara


Pengajuan Keberatan Kepabeanan dan Cukai.

9. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-07/BC/2003 tanggal 31


Januari 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tatalaksana Kepabeanan di Bidang
Impor.

10. Keputusan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor KEP-68/BC/2003 tanggal 31
Maret 2003 tentang Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai
Nomor KEP-07/BC/2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Tatalaksana Kepabeanan
Di Bidang Impor.

42
11. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-178/BC/2003 tanggal 24
Juli 2003 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Direktur Jenderal Bea dan
Cukai Nomor KEP-07/BC/2003 tanggal 31 Januari 2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Tatalaksana Kepabeanan di Bidang Impor.

12. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-19/BC/2005 tanggal 30
September 2005 tentang Perubahan Ketiga atas Keputusan Direktur Jenderal Bea
dan Cukai Nomor KEP-07/BC/2003 tanggal 31 Januari 2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Tatalaksana Kepabeanan di Bidang Impor.

13. Keputusan Bersama Direktur Jenderal Bea dan Cukai dan Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri NO: KEP-03/BC/2003 dan NO: 01/DAGLU/KP/I/2003
tanggal 17 Januari 2003 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Tertib Administrasi
Importir.

14. Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : SE-07/BC/2003 tanggal
19 Pebruari 2003 tentang Pelaksanaan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan
Cukai Nomor KEP-07/BC/2003 tanggal 31 Januari 2003 tentang Tatalaksana
Kepabeanan di Bidang Impor.

15. Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : SE-11/BC/2003 tanggal
31 Maret 2003 tentang Pelaksanaan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
Nomor KEP-07/BC/2003 tanggal 31 Januari 2003 tentang Tatalaksana
Kepabeanan di Bidang Impor Sebagaimana Telah Diubah Dengan Keputusan
Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor KEP-68/BC/2003.

16. Fuad Fauzi, Petunjuk Teknis Aplikasi Perbendaharaan Impor

43
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR
KEPABEANAN DAN CUKAI

KETERAMPILAN PDE

MODUL IV

SISTEM APLIKASI PELAYANAN


KEMUDAHAN IMPOR TUJUAN
EKSPOR (KITE)

OLEH :
TIM PENYUSUN MODUL PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI

PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN BEA DAN CUKAI


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

JAKARTA
2008
DAFTAR ISI

Daftar Isi ………………………………………………………………………… i


SISTEM APLIKASI PELAYANAN IMPOR
1. Pendahuluan ………………………………………………………………... 1
1.1 Deskripsi Singkat .................................................................................. 1
1.2 Tujuan Instruksonal Umum ………………………………………… 2
1.3 Tujuan Instruksional Khusus ………………………………………… 2
2. Kegiatan Belajar (KB) 1

MODUL PERUSAHAAN KITE DAN PENGELOLAAN DIPER DAN


NIPER
2.1 Uraian dan Contoh .....................……………………………………... 3
2.1.1. Modul Perusahaan KITE …………………………………….… 3
2.1.2. Aplikasi Pengelolaan DIPER dan Penerbitan
DIPER.......................................................................................... 4
2.2 Latihan 1 ................................................................................................ 10
2.3 Rangkuman ............................................................................................ 10
3. Kegiatan Belajar (KB) 2

PENGELOLAAN FASILITAS PEMBEBASAN


3.1 Uraian dan Contoh ……………………………………....................... 11
3.1.1. Aplikasi Pemeriksaan Permohonan dan Penerbitan SK
Pembebasan …………………………………………………… 12

3.1.2. Aplikasi Pemeriksaan PIB Dan Jaminan Serta Penerbitan


STTJ ........................................................................................... 15

3.1.3. Aplikasi Pemeriksaan Fasilitas Pembebasan Dan Penerbitan


SPPJ…………………………………………………………… 20
3.1.4. Sistem Aplikasi Pelayanan BC 2.4 ............................................ 23
3.2 Latihan 2……………………………………………………………… 25
3.3 Rangkuman …………………………………………………………… 25
4. Kegiatan Belajar (KB) 3

FASILITAS PENGEMBALIAN KITE


4.1 Uraian dan Contoh ……………………………………....................... 26

i
4.1.1. Aplikasi Pemeriksaan Fasilitas Pengembalian dan Penerbitan .
SKPFP …………………………………………………… 26
4.2 Latihan 2……………………………………………………………… 30
4.3 Rangkuman …………………………………………………………… 31
5. Test Formatif ……………………………………………………………….. 32
6. Kunci Jawaban Test Formatif ……………………………………………… 36
7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut …………………………………………… 36
8. Daftar Pustaka ................................................................................................ 37

ii
MODUL IV
SISTEM APLIKASI PELAYANAN FASILITAS KEMUDAHAN IMPOR
TUJUAN EKSPOR (KITE)

1. Pendahuluan

1.1. Deskripsi Singkat

Fasilitas KITE (Kemudahan Impor Tujuan Ekspor) adalah salah satu fasilitas
yang dikelola oleh DJBC. Sejak fasilitas ini dikelola oleh DJBC pada tahun
2004, pengelolaan telah dilakukan dengan menggunakan sistem aplikasi
pelayanan (SAP).
Di dalam modul ini siswa akan mempelajari mengenai Sistem Aplikasi
Pelayanan (SAP) KITE. Terdapat tiga besaran Sistem Aplikasi KITE yaitu:
- SAP KITE di perusahaan (biasa disebut Modul KITE). Modul KITE
ini dipakai untuk menyiapkan dan mengelola data BCF.KT01,
BCL.KT01, BCL.KT02 dan BC 2.4. Dalam modul belajar ini Modul
KITE tidak dibahas secara mendalam.
- SAP KITE di Kantor Wilayah DJBC (KWBC). SAP ini dipergunakan
oleh KWBC untuk pengelolaan fasilitas KITE.
- SAP BC 2.4 di KPPBC untuk pelayanan dokumen BC 2.4.
Sebagaimana terdapat dalam ketentuan/peraturan KITE, secara umum aplikasi
KITE dibedakan atas aplikasi fasilitas pembebasan dan aplikasi fasilitas
pengambalian. Namun demikian kedua fasilitas tersebut baru bisa dijalankan
apabila perusahaan telah memiliki NIPER (Nomor Induk Perusahaan). Tiga
hal pokok ini yang akan dibahas dalam modul ini.
SAP KITE memiliki hubungan dengan SAP lainnya yang ada di DJBC, yaitu:
- Hubungan dengan SAP Impor:
SAP KITE memperguakan data-data elektronik yang berasal dari SAP
Impor di KPPBC. SAP KITE memberikan masukan ke SAP Impor
berupa data NIPER, SK Pembebasan dan Surat Tanda Terima Jaminan
(STTJ)
- Hubungan dengan SAP Ekspor:

1
SAP KITE mempergunakan data-data elektronik PEB untuk
pembuktian laporan ekspor.
- Hubungan dengan Sistem Datawarehouse.
Data-data elektronik PIB, PEB dan sebagainya didaptkan oleh SAP
KITE dari sistem datawarehouse DJBC secara online.
Urutan pembahasan dalam modul ini adalah sebagai berikut:
- Pengelolaan DIPER dan NIPER.
- Pengelolaan Fasilitas Pembebasan.
- Pengelolaan Fasilitas Pengembalian.
-
1.2. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti mata pelajaran ini peserta diharapkan mampu untuk
menjelaskan sistem pemberitahuan pabean dalam bentuk disket dan secara
Electronic Data Interchange (EDI) serta memahami implementasinya.

1.3. Tujuan Instruksional Khusus


Pada akhir mata pelajaran para peserta dapat memahami:
- Penggunaan Modul Perusahaan KITE
- Penggunaan Aplikasi Pengelolaan DIPER
- Penggunaan Aplikasi Pengelolaan NIPER

2
2. Kegiatan Belajar (KB) 1

MODUL PERUSAHAAN KITE DAN PENGELOLAAN


DIPER DAN NIPER

2.1. Uraian dan Contoh


Pada kegiatan belajar 1 ini, akan diuraikan mengenai fungsi-fungsi utama Modul
Perusahaan KITE. Untuk mendapatkan Modul Perusahaan KITE, suatu
perusahaan harus mendaptkan nomor NIPER terlenih dahulu. Oleh karena itu
Kegiatan Belajar 1 ini akan dibahas juga pengelolaan Data Induk Perusahaan
(DIPER) dan penerbitan Nomor Induk Perusahaan (NIPER). Pengelolaan DIPER
dan NIPER ini merupakan bagian dari SAP KITE KWBC.

2.1.1. MODUL PERUSAHAAN KITE


Modul Perusahaan KITE (sering disingkat Modul KITE) adalah aplikasi yang
dibuat oleh DJBC diperuntukkan bagi perusahaan pengguna fasilitas KITE.
Kegunaan Modul KITE adalah :
- Membuat/Merekam dokumen KITE
o BCF.KT01 (Permohonan SK Pembebasan)
o BCL.KT01 (Laporan Ekspor untuk Fasilitas Pembebasan)
o BCL.KT02 (Laporan Ekspor untuk Fasilitas Pengembalian)
o BC 2.4 (Pemberitahuan Penyelesaian (Selain Ekspor) Untuk
Barang Impor Fasilitas Pembebasan)
- Mencetak yang telah direkam dan telah lengkap perekamannya
- Mentransfer data yang akan diajukan ke DJBC
- Pengolahan data KITE lainnya
Modul KITE untuk masing-masing perusahaan memiliki identitas sendiri sehingga
tidak bisa dipinjam oleh perusahaan lain. Kekhususan identitas tersebut diperoleh
dari kode aktivasi yang diberikan pada saat pemberian Modul KITE oleh DJBC ke
perusahaan.
Ada beberapa manfaat/kelebihan yang diperoleh dengan penggunaan Modul
KITE, antara lain sebagai berikut:
- Data yang telah direkam ke dalam Modul KITE akan tersimpan dan
setiap kali diperlukan bisa ditampilkan kembali

3
- Adanya validasi data sehingga mengurangi kemungkinan reject di
KWBC/KPPBC pada saat diajukan
- Adanya kemudahan dalam melakukan pencetakan dokumen
- Adanya beberapa bantuan dalam melakukan perhitungan
- Data yang direkam dapat diexport dan dipergunakan untuk keperluan
pengolahan data di perusahaan
- Ada beberapa menu seperti seting, copy, backup, restore yang bisa
memudahkan perusahaan
Modul KITE yang dipakai saat ini adalah versi 1.3. Untuk medapatkan Moduil
KITE perusahaan harus telah mendapatkan NIPER. Tatacara mendaptkan NIPER
dan proses pengelolaan data DIPER dan NIPER merupakan bagian dari Siatem
Aplikasi (SAP) KITE yang ada di Kantor Wilayah DJBC (KWBC).

2.1.2. APLIKASI PENGELOLAAN DIPER DAN NIPER


DIPER adalah Data Induk Perusahaan yang merupakan data utama yang
disampaikan oleh perusahaan pada saat pengajuan peberbitan NIPER. NIPER
adalah Nomor Induk Perusahaan yang diterbitkan oleh Kantor Wilayah DJBC
setelah permohonan yang bersangkutan disetujui. Pada saat ini masih banyak
NIPER yang diterbitkan oleh Bapksta/Bintek Keuangan yang masih dipakai.

Membuat data DIPER dan mengajukan ke BC


DIPER dibuat oleh perusahaan dengan modul Diper Offline. Data-data
direkam kemudian disimpan. Setelah selesai perekaman data maka data
ditransfer ke disket untuk kemudian diajukan ke Kantor Wilayah DJBC
(KWBC) beserta berkas permohonan untuk mendapatkan NIPER. Apabila
data DIPER diajukan secara manual maka sebagai pengganti load data dapat
dilakukan perekaman secara manual.
Berikut ini schema pengajuan DIPER sampai mendapatkan NIPER secara
lengkap:

4
Skema Proses DIPER & NIPER
PERUSAHAAN KWBC KPBC

•Buat DIPER
Database
Impor/Ekspor

•Transfer Disket •Loading Disket


•Pengajuan •Register

•Pemeriksaan

Penolakan Disetujui ?
T

NIPER •Cetak NIPER


DIKC

Sistem
•Kirim ke KPBC Pengiriman
Online

Penjelasan Skema:
- Perusahaan membuat data DIPER
- Perusahaan mentransfer data DIPER ke disket
- Perusahaan mengajukan berkas permohonan disertai disket DIPER
- Petugas Pendok KWBC menrima berkas, melakukan pengecekan
kelengkapan berkas, meloading data disket
- Petugas KWBC melakukan pemeriksaan administratif dan pemeriksaan
lapangan (si luar lingkup aplikasi). Hasil pemeriksaan daimasukkan ke
dalam SAP KITE
- Petugas Pemeriksa KWBC melakukan pemeriksaan dan finalisasi
- Jika disetujui maka diterbitkan NIPER
- Data NIPER dikirim secara otomatis ke database KPPBC-KPPBC yang
sudah online

Menu Pengelolaan DIPER dan NIPER


Berikut ini gambar menu-menu pada Sistem Aplikasi Pelayanan (SAP) KITE
yang tersedia untuk pengelolaan DIPER dan NIPER:

5
Menampilkan data DIPER dengan aplikasi
Pada menu DIPER, data DIPER dapat ditampilkan dengan cara Query dengan
parameter NPWP atau nama perusahaan atau data lainnya yang ada di layar.

Data DIPER meliputi:


- Data Utama
- Kantor Cabang
- Grup Perusahaan
- Direksi
- Pemegang Saham.

6
- Akta Perusahaan
- Pejabat
- Produk Hasil
- Perpajakan
- Pembukuan
- Kedudukan pabrik

Pemeriksaan Administratif Data DIPER


Pejabat melakukan pemeriksaan terhadap kebenaran dan kelengkapan
pengisian DIPER. Hasil pemeriksaan administratif ini terdapat 2 kemungkinan
yaitu:
- Memenuhi persyaratan maka DIPER dinyatakan diterima dan
diterbitkan Surat Tugas Survey Lapangan
- Tidak memenuhi persyaratan maka dilakukan penolakan.

Pemeriksaan/Survey Lapangan
Berdasarkan Surat Tugas, dilakukan survey lapangan dan peninjauan lokasi.
Hasil survey dituangkan dalam Berita Acara berupa
- Hasil Survey
- Kesimpulan Hasil Survey
Hasil servey diserahkan ke pejabat untuk diperiksa. Penyerahan paling lambat
14 hari sejak DIPER diterima. Hasil survey direkaman ke dalam aplikasi
dengan menu perekaman formulir SD-21. Layar perekaman terdiri dari 3 tab
yaitu:
- Dokumen SD-2.1 (layar utama hasil survey)
- Lampiran (hasil survey lapangan standar)
- Daftar Pertanyaan (hasil survey lainnya)

7
Data ditampilkan dengan cara Query.

Kesimpulan Pemeriksaan DIPER


Setelah dilakukan pemeriksaan administratif dan pemeriksaan lapangan
terhadap DIPER dimaksud maka pemeriksa dapat menyimpulkan:
- Diterima (kemudian dilanjutkan penerbitan NIPER)
- Ditolak (tidak dapat diterbitkan NIPER)
- Diminta kelengkapan data (masih diperlukan data lainnya)
- Pemilihan kesimpulan pemeriksa diakhiri dengan klik button
<Kesimpulan Pemeriksa> untuk menyimpan.

Penerbitan NIPER
DIPER yang sudah dinyatakan Diterima dapat dilihat datanya di layar
penerbitan NIPER. Menu yang dipakai adalah Penerbitan dan Update NIPER.
Layar yang tampil sebagai berikut:

8
Data dapat ditampilkan dengan menggunakan cara Query dengan
memasukkan parameter nomor DIPER. Data ini ditampilkan dengan maksud
untuk pengecekan kembali sebelum penerbitan NIPER. Lanjutkan dengan
menekan Enter sampai isian terakhir kemudian klik toolbar Simpan, maka
akan diterbitkan NIPER.

Protek dan Membuka Protek NIPER


Kegiatan memprotek NIPER artinya Pemilik NIPER dicegah untuk
mendapatkan haknya untuk sementara waktu, tetapi harus tetap memenuhi
kewajibannya. Kegiatan memprotek perusahaan dilakukan apabila perusahaan
tidak memenuhi kewajibannya sesuai ketentuan KITE.
Protek NIPER secara umum ada dua kelompok yaitu:
- Protek yang dilakukan setelah melakukan kegiatan di aplikasi.
Misalnya setelah monitoring PIB/Jaminan, kemudian dilakukan
pencairan jaminan, maka NIPER akan terprotek.

9
- Protek yang dilakukan secara manual kemudian direkam ke dalam
aplikasi. Contoh kegiatan manual: Pencabutan NIPER, Keputusan
pemindahan fasilitas ke KB dan Penetapan bahwa perusahaan tidak
aktif menggunakan fasilitas KITE.
Protek akan berakhir jika telah dilakukan pembukaan protek. Kegiatan
membuka protek NIPER artinya mengakhiri protek NIPER. Kegiatan
membuka protek NIPER dilakukan setelah kewajibannya dipenuhi dan
dibuktikan dengan surat/dokumen dasar. Surat/dokumen dasar pembukaan
protek direkam ke dalam aplikasi.

2.2. Latihan 1
1. Sebutkan fungsi Modul KITE!
2. Apa saja kemudahan yang bisa didapatkan dengan Modul KITE?
3. Bagaimana hubungan SAP KITE dengan SAP Impor, Ekspor dan
Datawarehouse?
4. Gambarkan skema proses pengajuan DIPER sampai penerbitan NIPER
dan berikan penjelasan singkat!
5. Sebutkan dua jenis pemeriksaan DIPER sebelum penerbitan NIPER
dan berikan penjelasan singkat
6. Apakah kesimpulan yang dihasilkan pemeriksa pada saat akhir
pemeriksaan data DIPER?
7. Apakaah yang dimaksud dengan protek NIPER? Berikan penjelasan
singkat!

2.3. Rangkuman
Modul KITE merupakan aplikasi yang dipergunakan oleh perusahaan
pengguna fasilitas KITE untuk membuat/merekam, mencetak dan mentransfer
data yang akan dipergunakan dalam permohonan atau laporanpenggunaan
fasilitas KITE.
Untuk mendapat fasilitas KITE, perusahaan harus mendapatkan NIPER
(Nomor Induk Perusahaan). Pengajuan NIPER dilakukan dengan mengajukan
permohonan disertai Data Induk Perusahaan (DIPER). Setelah data DIPER
dimasukkan ke dalam SAP KITE, kemudian dilakukan pemeriksaan, dan jika
disetujui maka dapat diterbitkan NIPER.

10
3. Kegiatan Belajar (KB) 2

FASILITAS PEMBEBASAN KITE

3.1. Uraian dan Contoh


Karakteristik FasilitasPembebasan KITE dalam perspektif SAP KITE
1. Adanya SK Pembebasan
2. Fasilitas Impor: Bebas BM dan Cukai serta penangguhan PPN dan PPnBM
untuk jangka waktu 1 tahun.
3. BM, Cukai dan pajak yang dibebaskan/ditangguhkan dicover dengan
jaminan. Jenis jaminan yang bisa diterima adalah Jaminan Bank, Customs
Bond, Surat Sanggup Bayar dan Coorporate Guarantee
4. Jaminan dipertaruhkan setiap kali akan impor dan per PIB
5. Laporan pertanggungjawaban paling lambat 6 bulan sekali
6. Jika laporan pertanggungjawaban diterima, jaminan bisa dikembalikan.
Jika tidak maka bea-bea terutang harus dibayar atau jaminan dicairkan
Skema Umum Fasilitas Pengembalian

PERUSAHAAN
Skema Fasilitas
KWBC
PEMBEBASAN
KPBC

BCF.KT01 •Proses SK
SK

PIB Proforma
•Proses STTJ STTJ
+Jaminan
STTJ
PIB •IMPOR
SPPB
PEB •EKSPOR
LHP

Lap.Ekspor
BCL.KT01 •Proses LE

SPPJ

11
3.1.1 APLIKASI PEMERIKSAAN PERMOHONAN DAN PENERBITAN SK
PEMBEBASAN

Dokumen dan Data


Dokumen dan data utama: surat permohonan dan BCF.KT01
Dokumen pendukung: Lembar Perkiraan Pungutan

Skema Proses
Skema proses pengajuan BCF.KT01 sampai dengan mendapatkan SK
Pembebasan sebagai berikut:

SK Pembebasan
PERUSAHAAN KWBC KPBC

•Buat BCF.KT01/ •Loading Disket


Permohonan •Register Database
SK

•Transfer Disket • Pemeriksaan


•Pengajuan

Disetujui ?
T
Y
Penolakan
•Cetak Konsep

SK •Finalisasi
Pembebasan •Cetak DIKC

Sistem
•Kirim ke KPBC Pengiriman
Online

Penjelasan Skema:
- Perusahaan membuat BCF.KT01
- Perusahaan transfer data BCF.KT01 ke disket
- Perusahaan mengajukan Berkas Permohonan disertai disket BCF.KT01
- Petugas Pendok KWBC menrima berkas, melakukan pengecekan
kelengkapan berkas, meloading data disket
- Petugas Pemeriksa KWBC melakukan pemeriksaan dan menerbitkan
Konsep SK Pembebasan
- Jika disetujui maka petugas melakukan finalisasi dan menerbitkan SK
Pembebasan

12
- Data SK Pembebasan dikirim secara otomatis ke database KPPBC-KPPBC
yang tercantum dalam lampiran SK dan sudah online.

Pembuatan BCF.KT01 dan Pengajuannya


BCF.KT01 adalah permohonan perusahaan pemilik untuk mendapatkan SK
Pembebasan dalam rangka fasilitas KITE. BCF.KT01 dibuat oleh perusahaan
menggunakan modul aplikasi KITE. Data BCF pada dasarnya meliputi dua hal
yaitu:
- Rencana Produksi
- Rencana Penggunaan Bahan Baku Impor dan Perkiraan Pungutan Impor
- Rencana Pelabuhan Bongkar
BCF.KT01 diajukan ke KWBC dalam berkas yang disertai data disket.

Loading data BCF.KT01 ke dalam aplikasi


Pada aplikasi KITE terdapat menu untuk loading data BCF.KT01. Setelah
loading maka akan mendapatkan nomor dan tanggal register dari aplikasi.
Nama pemeriksa akan ditunjuk oleh aplikasi. Sebagai bukti data telah berhasil
diloading, diberikan cetakan surat tanda bukti loading dan nomor register.
Data hasil loading kemudian dilakukan pemeriksaan.

Memeriksa BCF.KT01
Data hasil loading dapat ditampilkan pada layar pemeriksaan BCF.KT01.
Pemeriksa antara lain memeriksa:
- rencana produksi
- rencana impor bahan baku
- Pelabuhan pemasukan
- Perkiraan pungutan
Pemeriksa dapat melihat data BCF.KT01 untuk keperluan pemeriksaan.
Disamping itu layar pemeriksaan dilengkapi dengan data pendukung:
- SK yang pernah terbit untuk NIPER tersebut
- BCL.KT01 milik perusahaan tersebut

13
Pada pemeriksaan BCF.KT01
- Aplikasi tidak melakukan analisa karena yang diperiksa adalah kewajaran
dari permohonan (hal ini tidak bisa dilakukan oleh komputer)
- Aplikasi menampilkan data-data BCF.KT01 dan data pendukung seperti di
atas untuk membantu pemeriksa dalam menganalisa permohonan.
- Pemeriksaan dan analisa dilakukan oleh pemeriksa untuk menentukan
disetujui atau tidaknya penerbitan SK Pembebasan.
- Reputasi perusahaan bisa dilihat dari SK yang pernah terbit dan
BCL.KT01nya.
- Perkiraan pungutan dibuat oleh perusahaan berdasarkan tarif dan NDPBM
saat ini.
- Jika diperlukan konversi barang jadi ke bahan bakunya bisa dimintakan
tersendiri (hal ini tidak diatur dalam ketentuan).

Hasil pemeriksaan ada 3 macarm yaitu:


- Ditolak.
- Diterima. Jika diterima maka dilakukan pencetakan Konsep SK
Pembebasan dan lampirannya (daftar barang yang mendapatkan fasilitas
pembebasan). Konsep ini diperiksa kembali dan diajukan kepada pejabat
untuk mendapatkan persetujuan.
- Diminta kelengkapan data.

14
Menerbitkan SK pembebasan
Jika pejabat menyetujui konsep SK Pembebasan maka tinggal dilakukan
finaliasai untuk mendapatkan nomor. Setelah itu SK Pembebasan dicetak dan
ditandatangani.
Sesaat setelah penomoran SK Pembebasan maka secara otomatis aplikasi akan
mengirimkan SK Pembebasan ke KPBC-KPBC tempat akan dilakukan
pembongkaran barang impor dengan melalui sistem pengiriman online melalui
portal DIKC. Jika diperlukan pengiriman ulang dapat dilakukan dari menu
khusus pengiriman SK Pembebasan.

Mencabut dan Membatalkan SK Pembebasan


SK Pembebasan yang sudah diterbitkan bisa dibatalkan atau dicabut dengan
alasan tertentu.
- Membatalkan artinya menghentikan/ mencegah berlakunya SK
Pembebasan yang sudah disahkan tetapi belum pernah dipakai.
- Mencabut artinya menghentikan/membatalkan penggunaan SK
Pembebasan yang sudah pernah dipakai.
Pembatalan atau Pencabutan harus direkam ke dalam aplikasi.

3.1.2. APLIKASI PEMERIKSAAN PIB DAN JAMINAN SERTA


PENERBITAN STTJ
Dokumen
Dokumen yang ada dalam proses ini adalah.
- PIB (Pemberitahuan Impor Barang)
- Jaminan
- STTJ (Surat Tanda Terima Jaminan)
- SK Pembebasan

15
Skema Proses
Skema proses penerbitan STTJ adalah sebagai berikut:

STTJ (Surat Tanda terima Jaminan)


PERUSAHAAN KWBC KPBC

•Membuat PIB
•Menyiapkan Jaminan
•Loading Disket
•PIB •Rekam Jaminan
•Jaminan Database
Impor
•Pemeriksaan
•Transfer Disket PIB
•Pengajuan
•Potong Quota

DIKC
•Penerbitan STTJ

STTJ

Sistem
•Kirim ke KPBC Pengiriman
Online

Penjelasan Skema:
- Perusahaan membuat data PIB, menyiapkan jaminan dan membayar PPh
Pasal 22 atas PIB tersebut
- Perusahaan transfer data PIB ke disket
- Perusahaan mengajukan Berkas PIB dan jaminan disertai disket PIB
- Petugas Pendok KWBC menrima berkas, melakukan pengecekan
kelengkapan berkas, meloading data disket
- Petugas Pemeriksa KWBC melakukan pemeriksaan dan menerbitkan
Konsep SK Pembebasan
- Petugas melakukan pemotongan kuota pada SK Pembebasan
- Jika disetujui maka petugas melakukan finalisasi dan menerbitkan STTJ
- Data STTJ dikirim secara otomatis ke database KPPBC yang tercantum
dalam PIB dan sudah online.

Pembuatan PIB dan Pengajuannya


Untuk bisa melakukan impor dengan fasilitas pembebasan KITE, perusahaan
harus mendapatkan STTJ (Surat Tanda Terima Jaminan) untuk setiap PIB.
Untuk mendapatkan STTJ harus mengajukan PIB dan Jaminan ke KWBC.
- Perusahaan membuat PIB dengan modul PIB versi 4.1 atau di atasnya.

16
- Jaminan dari perusahaan asuransi/bank penjamin harus disertakan pada
berkas PIB.

Loading Data PIB dan Perekaman/Register Jaminan


Data PIB dan data jaminan merupakan satu set data yang harus ada untuk
penerbitan STTJ
- Data PIB dimasukkan data PIB ke dalam aplikasi dilakukan dengan
loading disket PIB. Dengan loading otomatis data akan masuk ke dalam
aplikasi dan data ini bisa dikenali/dicari dengan nomor ajunya. Terdapat
log catatan hasil loading bisa dilihat apakah berhasil atau tidak.
- Data Jaminan dimasukkan ke dalam aplikasi dengan cara direkam
berdasarkan berkas jaminan perusahaan asuransi/bank yang diterima.
Perekaman dilakukan setelah loading disket PIB. Perekaman data jaminan
harus menunjuk ke nomor aju PIB yang dijamin.
Nomor aju PIB yang datanya diloading di Kanwil untuk mendapatkan STTJ
harus sama persis dengan nomor aju PIB yang diajukan ke KPBC. Jika
terdapat perbedaan maka akibatnya tidak akan bisa terjadi rekonsiliasi PIB
dengan STTJ secara otomatis.

Pemeriksaan PIB dan Jaminan


Data PIB secara detail bisa ditampilkan pada aplikasi, termasuk dokumen-
dokumen pendukung, perhitungan bea-bea serta jaminan yang telah direkam.
Di sini yang penting adalah pemeriksaan kesesuaian PIB dengan berkasnya,
serta kesesuaian PIB dengan jaminannya.

17
Dari menu pemeriksaan ini perlu dilakukan pemotongan kuota (SK
Pembebasan) karena jika tidak dilakukan pemotongan kuota maka STTJ tidak
bisa diterbitkan oleh aplikasi.

Pemotongan Kuota
Tujuan pemotongan kuota adalah untuk mencatat realisasi impor terhadap SK
Pembebasan yang telah diterbitkan. Secara teknis dalam pemotongan kuota
data jumlah satuan barangh pada PIB akan mengurangi jumlah barang di SK
Pembebasan dengan julah yang diberitahukan di PIB.
Jika jumlah sisa di SK Pembebasan tidak mencukupi maka pemotongan tidak
dapat dilakukan. Kecuali jika terdapat SK Pembebasan lainnya untuk barang
yang sama, pemotongan bisa dilakukan terhadap dua SK.
Pemilihan item barang di Sk Pembebasan yang akan dipotong masih dialkukan
secara manual oleh petugas. Aplikasi hanya membantu menampilkan SK
Pembebasan yang dimilikii oleh perusahaan tersebut. Oleh karena itu
ketelitian petugas masih sangat diperlukan.

Pemotongan dilakukan dengan cara:


- memilih item barang pada PIB kemudian klik potong kuota
- mencari SK Pembebasan yang digunakan
- mencari item barang pada SK Pembebasan yang akan dipotong
- melakukan ekskusi pemotongan.
Pada saat melakukan pemotongan, petugas harus memperhatikan:
- kevalidan SK Pembebasan yang dipakai;

18
- kesesuaian uraian barang;
- kesesuaian HS;
- kesesuaian jenis satuan.
Pemotongan ini akan dicatat dalam aplikasi sebagai data histori yang bisa
ditampilkan kembali. Setelah selesai pemotongan kuota maka bisa dicetak
konsep STTJ. Konsep STTJ adalah bentuk preview dari STTJ tetapi belum
mendapatkan nomor.

Penerbitan STTJ dan Pengiriman Online


Sebelum penerbitan STTJ harus dilakukan pemeriksaan konsep STTJ terlebih
dahulu apakah sudah benar atau belum.
Setelah dilakukan pemeriksaan dan telah sesuai maka dilakukan penerbitan
STTJ dari menu Finalisasi Konsep STTJ kemudian dicetak.
- Jika dilakukan pencetakan Konsep STTJ ke layar (preview) maka belum
mendapatkan nomor (tercetak dalam bentuk konsep).
- Jika dilakukan pencetakan STTJ ke printer maka akan mendapatkan nomor
sesuai urutan penerbitan STTJ.
Sesaat setelah penomoran STTJ maka secara otomatis aplikasi akan
mengirimkan STTJ ke KPBC tujuan dengan melalui sistem pengiriman online
melalui portal DIKC. Jika diperlukan pengiriman ulang dapat dilakukan dari
menu khusus pengiriman STTJ.

Rekonsiliasi STTJ dengan PIB di KPBC


Data STTJ yang diterbitkan oleh KWBC akan dikirimkan secara online ke
KPBC. Data ini akan terekonsiliasi dengan data PIB yang dikirim oleh
importir ke KPBC. Syarat terjadinya rekonsiliasi adalah
- nomor aju di PIB sama dengan nomor aju di STTJ
- nomor dan tanggal STTJ di PIB sama dengan nomor dan tanggal STTJ
- jumlah pungutan di STTJ minimal sama dengan di PIB.
Dalam hal di KWBC belum tersedia sistem pengiriman online atau di KPBC
tujuan belum tersedia sistem pengiriman (dan penerimaan) online maka
STTJU harus direkam di aplikasi pelayanan impor KPBC. Rekonsialiasi baru
akan terjadi setelah perekaman data STTJ dilakukan dan data PIB disket
diloading.

19
Apabila setelah melalui penetapan pabean di KPBC terdapat penetapan yang
mengakibatkan perberbedaan jumlah dan/atau jenis barang atau pungutan
antara PIB di KPBC dan PIB di KWBC maka STTJ harus diganti atau
ditambah sehingga jumlahnya yang mencukupi. Demikianpula data
pemotongan SK Pembebasan harus diupdate.

3.1.3. APLIKASI PEMERIKSAAN FASILITAS PEMBEBASAN DAN


PENERBITAN SPPJ
Dokumen dan Data
Dokumen dan data utama: Laporan BCL.KT01 dan surat permohonan.
Dokumen pendukung: PEB, PIB, SSPCP, BL/AWB, SPPB dll.
Dokumen output: SPPJ (Surat Pemberitahuan Penyesuaian Jaminan)

Pembuatan BCL.KT01 dan Pengajuannya


BCL.KT01 adalah laporan pertanggungjawaban realisasi penggunaan bahan
baku yang diimpor dengan afsilitas pembebasan. Isi laporan BCL.KT01
adalah
- Data Realisasi Ekspor/Penyelesaian lainnya; disertai data dokumen
pendukung
- Data penggunaan bahan baku impor; disertai data dokumen pendukung
- Perhitungan bea-bea (yang dijaminkan) yang telah direalisasikan
ekspornya
Relasi data bahan baku dengan Data realiasi/penyelesaian adalah rekap
terhadap rekap. Artinya laporan tidak bisa ditelusur hubungan barang jadi
dengan bahan baku secara item per item. Tetapi yang ada adalah hubungan
secara rekap data.
BCL.KT01 diajukan ke KWBC dalam berkas yang disertai data disket.

Pemasukan data BCL.KT01 ke dalam aplikasi


Pada aplikasi KITE terdapat menu untuk loading data BCL.KT01. Setelah
loading maka akan mendapatkan nomor dan tanggal register dari aplikasi.
Nama pemeriksa akan ditunjuk oleh aplikasi. Sebagai bukti data telah berhasil
diloading, diberikan cetakan surat tanda bukti loading dan nomor register.
Data hasil loading kemudian dilakukan pemeriksaan.

20
Loading ulang bisa dilakukan dalam hal diperlukan kelengkapan data.

Pemeriksaan BCL.KT01
Data hasil loading dapat ditampilkan pada layar pemeriksaan BCL.KT01.
Pemeriksa dapat melihat data BCL.KT01 untuk keperluan pemeriksaan.
Disamping itu layar pemeriksaan dilengkapi alat-alat pendukung:
- ‘Validasi’ untuk membantu melakukan pengecekan terhadap data-data
elektronik seperti:
o Adanya data PEB dan PIB (data elektronik) di database
o Riwayat penggunaan PIB & PEB
o Kesamaan NPWP, HS, Satuan barang antara laporan dan data
pendukung
o Kaitan data yang dilaporkan dengan data hasil audit
o Komparasi perhitungan pungutan
o Umur & urutan dokumen

Pencetakan hasil validasi dilakukan oleh aplikasi. Setelah validasi, aplikasi


menampilkan informasi data-data yang tidak valid berdasarkan hasil
validasi. Informasi tersebut dalam bentuk flag seperti berikut:
Flag-1. Dokumen tidak ada
Flag-2. Dokumen pernah digunakan
Flag-3. Ada PIB/BC25 setelah PEB/BC24 terakhir
Flag-4. NPWP/NIPER Dok.Penyelesaian Tidak Sama

21
Flag-5. Dokumen > 6 bulan
Flag-6. EksporAwal > 1 Tahun dari Impor Awal
Flag-7. Ekspor Awal <= Impor Awal
Flag-8. Seri Brg dan atau HS berbeda
Flag-9. Satuan Brg Berbeda
Flag-10. Jumlah Brg > dari Dokumen PEB
Flag-11. Kode Fasilitas selain Pembebasan.
- ‘Perhitungan Pemakaian Bahan Baku’ untuk mengetahui
o BM awal, (BM yang ada pada PIB)
o BM pakai lalu (BM yang telah dipertanggungjawabkan ekspornya
sebelum laporan BCL.KT01 ini)
o BM pakai di register ini
o BM Saldo (perhitungan saldo BM yang masih harus
dipertanggungjawabkan setelah BCL.KT01 ini disetujui)
Contoh Perhitungan:
BM Awal 1.000.000 (di PIB)
BM Pakai Lalu 500.000 (di SPPJ sebelumnya)
BM Pakai 400.000 (di SPPJ/BCL.KT01 ini)
BM Saldo 100.000 (yang masih harus ada jaminannya)
Demikian pula untuk Cukai, PPN dan PPnBM dilakukan perhitungan
serupa. Perhitungan dilakukan per item barang. Aplikasi juga mencatat
perhitungan rekap per PIB.
Selain pemeriksaan data oleh aplikasi juga harus dilakukan pemeriksaan
berkas oleh petugas. Hasil validasi aplikasi dan pemeriksaan petugas
disimpulkan dalam keputusan: Diterima, Ditolak atau Diminta
Kelengkapan Data.
Jika keputusan diterima maka dapat diterbitkan konsep SPPJ (Surat
Pemberitahuan Penyesuaian Jaminan) untuk diajukan kepada pejabat untuk
mendapatkan persetujuan.
Sebagai catatan, persetujuan atas proses ini penyesuaian jaminan karena
persetujuan bisa diberikan atas sebagian dari nilai jaminan suatu PIB.
Sedangkan sebagian yang lainnya masih belum disetujui karena bahan baku
dimaksud belum diekspor atau belum dilaporkan realisasi ekspornya atau

22
belum disetujui laporan realisasi ekspornya sehingga jaminannya masih
diperlukan.

Menerbitkan SPPJ
Jika pejabat menyetujui konsep SPPJ (Surat Pemberitahuan Penyesuaian
Jaminan) maka tinggal dilakukan finaliasai untuk mendapatkan nomor. Setelah
itu SPPJ Pembebasan dicetak dan ditandatangani.
SPPJ antara lain berisi data-data:
- Bahan baku Impor yang sudah bisa dikembalikan jaminannya
- Bahan baku impor yang masih harus dijaminkan
Dengan diterbitkannya SPPJ maka perusahaan akan menyesuaikan jaminan
yang dipertaruhkan di KWBC dengan jaminan yang lebih kecil sesuai dengan
saldo pada PIB.

3.1.4. SISTEM APLIKASI PELAYANAN BC 2.4


Dokumen BC 2.4 adalah dokumen penyelesaian atas barang impor yang
mendapatkan fasilitas pembebasan KITE, yang tidak diekspor. Dokumen
BC.24 ini merupakan salah satu dokumen penyelesaian pada saat mengajukan
pelaporan realisasi ekspor (BCL.KT-01).
Jenis-jenis kegiatan atau penyelesaian atas barang asal impor yang
memperoleh fasilitas pembebasan (KITE) dengan menggunakan dokumen
BC.24 adalah seperti pada bagan berikut ini:
1. Penyerahan Hasil Produksi ke Kawasan Berikat.
2. Penjualan Hasil Produksi ke Dalam Negeri.
3. Penjualan Hasil Produksi Sampingan ke Dalam Negeri.
4. Penjualan Sisa Hasil Produksi ke Dalam Negeri.
5. Penjualan Hasil Produksi Rusak ke Dalam Negeri.
6. Penjualan Bahan baku Rusak ke Dalam Negeri.
7. Pemusnahan Hasil Produksi Sampingan.
8. Pemusnahan Sisa Hasil Produksi.
9. Pemusnahan Hasil Produksi Rusak.
10. Pemusnahan Bahan baku Rusak.
11. Penyelesaian Bahan Baku Sebelum Jatuh Tempo.
12. Penyelesaian Bahan Baku Setelah Jatuh Tempo.

23
PENYELESAIAN BAHAN BAKU ASAL IMPOR (PIB) UNTUK
PERUSAHAAN FASILITAS KITE (PEMBEBASAN)
1. Ekspor (PEB/BC3.0)
- oleh Ybs
PIB - oleh Eksportir Lain
PIB
PIB (brg Gabungan)
HASIL
PRODUKSI
KONDISI BAIK
BAHAN
BAHAN 2. Penyerahan Ke
BAHAN KB (BC2.4)
BAKU
BAKU
BAKU
-

3. Dijual ke DN
HASIL (BC 2.4)
PRODUKSI -
YANG RUSAK

SISA HASIL
4. Lainnya
PROUKSI
- Dijual ke DN
HASIL - Dimusnahkan
PRODUKSI - dll (BC2.4)
SAMPINGAN

BAHAN BAKU
YANG RUSAK

Dokumen BC 2.4 dibuat oleh perusahaan menggunakan modul aplikasi KITE


yang diberikan oleh Bea dan Cukai, kemudian diajukan ke KPPBC pengawas.
Saat in telah ada Sistem Aplikasi Pelayanan (SAP) BC 2.4 di KPPBC
Pengawas. Prinsip Kerja SAP BC2.4:
- Loading Disket BC24
- Validasi Data
- Pemeriksaan Fisik Barang
- Rekam Laporan Hasil Pemeriksaan Fisik
- Penerbitan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB) BC24
Khusus untuk pembuatan BC 2.4 tujuan Penjualan Dalam Negeri
dipersyartakan telah melakukan Ekpor atau Penyerahan ke Kawasan Berikat.
Sedangkan yang ditujukan untuk Penjualan ke Dalam Negeri maksimal 25
persen dari yang telah diekspor atau diserahkan ke Kawasan Berikat.
Selanjytnya data BC 2.4 dapat dilaporkan dalam Laporan BCL.KT01 sebagai
penyelesaian barang.

24
3.2. Latihan 2
1. Gambarkan skema dan berikan penjelasan singkat mengenai:
i. Pengelolaan BCF.KT01 dan SK Pembebasan
ii. Pengelolaan STTJ
iii. Pengelolaan Laporan Ekspor/BCL.KT01 dan SPPJ
2. Bagaimana cara melakukan penyempurnaan SK Pembebasan dalam
SAP KITE? Data apa yang bisa dilakukan penyempurnaan?
3. Bagaimana cara memasukkan data PIB dan data jaminan untuk
penerbitan STTJ dalam SAP KITE?
4. Apa yang dimaksud dengan pemotongan kuota sebelum penerbitan
STTJ? Bagaimana cara pemotongan kuota?
5. Bagaimana cara penyampaian data STTJ ke KPPBC yang sudah
online?
6. Kapan BCL.KT01 dibuta oleh perusahaan? Bagaimana cara
membuatnya?
7. Ceritakan cara pemeriksaan BCL.KT01 dalam SAP KITE!
8. Apakah yang dimaksud dengan SPPJ? Bagaimana cara menerbitkan
SPPJ pada SAP KITE?

3.3. Rangkuman
Pelayanan fasilitas Pembebasan KITE dengan SAP KITE di KWBC meliputi
pelayanan dokumen:
- Permohonan Pembebasan (BCF.KT01),
- SK Pembebasan,
- Surat Tanda Terima Jaminan (STTJ),
- Laporan Pertanggungjawaban penggunaan fasilitas pembebasan
(BCL.KT01), dan Surat Pemberitahuan Penyesuaian Jaminan (SPPJ).
Dalam melakukan pemeriksaan terhadap data dalam SAP KITE fasilitas
pembebasan, pemeriksa dibantu dengan validasi, perhitungan otomatis dan
pemberian tanda/flag/message terhadap data-data yang menyimpang. Hal ini
memudahkan pelaksanaan pelayanan fasilitas pembebasan.

25
4. Kegiatan Belajar (KB) 3

FASILITAS PENGEMBALIAN KITE

4.1. Uraian dan Contoh


Karakteristik Fasilitas Pengembalian KITE
1. Impor dengan PIB umum; BM dan pungutan lainnya dibayar, sehingga
terdapat SSPCP
2. Jika laporan pertanggungjawaban diterima, maka diterbitkan SKPFP
(Surat Keputusan Pemberian Fasilitas Pengembalian) disertai SPMK
(Surat Perintah Membayar Kembali BM dan Cukai)

4.1.1. APLIKASI PEMERIKSAAN FASILITAS PENGEMBALIAN DAN


PENERBITAN SKPFP

Dokumen dan Data


Dokumen dan data utama: Laporan BCL.KT02 dan surat permohonan.
Dokumen dan data pendukung: PEB, PIB, SSPCP, BL/AWB, SPPB dll.
Dokumen Output: SKPFP BM-C (Surat Keputusan Pemberian Fasilitas
Pengembalian Bea Masuk dan Cukai) dan SPMK (Surat Perintah Membayar
Kembali BM dan/atau Cukai)

Skema Proses
Skema Proses pengelolaan fasilitas pengembalian KITE dalam SAP KITE
adalah sebagai berikut:.

26
Laporan Ekspor fas. Pengembalian
PERUSAHAAN (BCL.KT02)
KWBC KPBC

•Buat BCL.KT02/ •Loading Disket Database


Permohonan •Register PIB/BC25/
PEB/BC24

•Transfer Disket •Pemeriksaan


•Pengajuan

Penolakan Disetujui ?
T
Y

•Cetak Konsep

DIKC
SKPFP •Finalisasi
SPMK •Cetak

Sistem
Proses di KPN
Pengiriman
Dan Bank
Online

Penjelasan Skema:
- Perusahaan menyiapkan berkas Laporan dan membuat data BCL.KT02
- Perusahaan transfer data BCL.KT02 ke disket
- Perusahaan mengajukan berkas permohonan disertai disket BCF.KT02
- Petugas Pendok KWBC menrima berkas, melakukan pengecekan
kelengkapan berkas, meloading data disket
- Petugas Pemeriksa KWBC melakukan pemeriksaan dan menerbitkan
Konsep SK Pembebasan
- Jika disetujui maka petugas melakukan finalisasi dan menerbitkan SKPFP
dan SPMK
Pembuatan BCL.KT02 dan Pengajuannya
BCL.KT02 adalah laporan laporan pengunaan barang dan/atau bahan asal
impor yang mendapat pembebasan bm dan/atau cukai serta ppn dan ppnbm
tidak dipungut. Lazimnya BCL.KT02 disebut sebagai permohonan
pengembalian dalam rangka KITE. Isi laporan BCL.KT02 adalah
- Data Realisasi Ekspor/Penyelesaian lainnya; disertai data dokumen
pendukung
- Data penggunaan bahan baku impor; disertai data dokumen pendukung,
terutama bukti pembayaran/SSPCP pada waktu impor
- Perhitungan bea-bea yang dimintakan pengembalian

27
Relasi data bahan baku dengan Data realiasi/penyelesaian adalah detail per
item barang. Artinya setiap barang ekspor direlasikan dengan bahan baku yang
digunakan secara detil.
BCL.KT01 diajukan ke KWBC dalam berkas yang disertai data disket.

Pemasukan data BCL.KT02 ke dalam aplikasi


Pada aplikasi KITE terdapat menu fasilitas pengembalian. Salah satu sub
menunya adalah loading data BCL.KT02. Setelah loading maka akan
mendapatkan nomor dan tanggal register dari aplikasi. Nama pemeriksa akan
ditunjuk oleh aplikasi. Sebagai bukti data telah berhasil diloading, diberikan
cetakan surat tanda bukti loading dan nomor register. Data hasil loading
kemudian dilakukan pemeriksaan.
Loading ulang bisa dilakukan dalam hal diperlukan kelengkapan data.

Pemeriksaan BCL.KT02
Aplikasi menampilkan data-data BCL.KT02.
Pada Detil Permohonan akan ditampilkan:
- Detil data barang ekspor
o ÆData Pendukung ekspor
o ÆData Bahan baku asal impor
ƒ ÆData pendukung impor, terutama SSPCP
Data hasil loading dapat ditampilkan pada layar pemeriksaan BCL.KT01.
Pemeriksa dapat melihat data BCL.KT01 untuk keperluan pemeriksaan.
Disamping itu layar pemeriksaan dilengkapi alat-alat pendukung:

28
- Tombol Proses untuk melakukan perhitungan secara data terhadap
BCL.KT02. Beberapa hal yang dilakukan oleh aplikasi pada saat klik
tombol proses antara lain:
o Memeriksa adanya data PIB,PEB atau dokumen pendukung
lainnya
o Memeriksa data pembayaran
o Memeriksa saldo BM per item barang pada PIB, dll.
- Report berupa Listing/Worksheet hasil proses di atas. Catatan atas data-
data yang tidak valid akan ditampilkan dalam keterangan pada listing yang
berkaitan. Listing-listing dimaksud adalah:
o Listing 1: PEMERIKSAAN FORMULIR BCL_KT02
o Listing 2: DATA EKSPOR (PEB) PADA FORMULIR BCL-KT02
o Listing 3: DATA SSPCP
o Listing 4: KONSEP PERSETUJUAN FASILITAS
o Listing 5: DATA SPPB / PIB
o Listing 6: CATATAN PEMERIKSAAN
Setelah disetujui maka listing tadi ditandatangani pemeriksa s.d Kepala
Bidang sebagai tanda persetujuan.

29
- Report Umum yang berguna untuk membantu pemeriksaan dan
penganalisaan data BCL.KT02. report ini berupa: Laporan Transaksi,
Pemakaian PIB, List PIB, Laporan Saldo PIB, List Data PEB, List Bukti
Pembayaran, Lampiran SKPFP, Keterkaitan Laporan Ekspor serta
Perbandingan Berat Ekspor dan Impor
- Tombol Reset Permohonan untuk mengembalikan posisi data seperti
belum diproses sama sekali. Tombol ini dipakai jika terjadi kesalahan hasil
proses yang tidak bisa diperbaiki lagi.
Menerbitkan SKPFP dan SPMK
Selain pemeriksaan data oleh aplikasi juga harus dilakukan pemeriksaan
berkas oleh petugas. Hasil validasi aplikasi dan pemeriksaan petugas
disimpulkan dalam keputusan: Diterima, Ditolak atau Diminta
Kelengkapan Data.
Jika keputusan diterima maka dapat diterbitkan konsep SKPFP BM-C (Surat
Keputusan Pemberian Fasilitas Pengembalian Bea Masuk dan Cukai). Yang
diberikan pengembalian oleh DJBC hanya BM dan/atau Cukai. Sedangkan
jika akan dimintakan pengembalian PPN dan/atau PPnBM, pengajuannya
dilakukan tersendiri ke Ditjen Pajak.
Penerbitan SKPFP kemudian diikuti SPMK. SPMK dipergunakan untuk
mengurus realisasi pembayaran pengembalian di KPPN.

4.2. Latihan 3
1. Sebutkan karakteristik fasilitas pengembalian dalam sudut pandang SAP
KITE!
2. Gambarkan skema pengelolaan fasilitas pengembalian dalam SAP KITE!
Berikan penjelasan singkat!
3. Hal-hal apa saja yang dilakukan oleh aplikasi pada saat tombol ‘Proses’
diklik pada pemeriksaan BCL.KT02?
4. Sebutkan listing pemeriksaan BCL.KT02 yang bisa dicetak dari SAP
KITE!
5. Bagaimana kesimpulan pemeriksaan BCL.KT02 dan berikan penjelasan
singkat untuk tiap jenis kesimpulan!

30
4.3. Rangkuman
SAP KITE untuk Fasilitas Pengembalian merupakan bagian dari SAP KITE
secara keseluruhan. Dokumen yang merupakan data inputnya adalah disket
BCL.KT02. Data BCF.KKT02 ini diproses sampai mendapat persetujuan
dengan ditandai diterbitkannya Surat Keputusan Pemberian Fasilitas
Pengembalian Bea Masuk dan Cukai (SKPFP BM-C) serta Surat Perintah
Membayar Kembali Bea Masuk dan Cukai (SPMK BM-C). Dalam
melakukan pekerjaannya petugas pemeriksa dibantu dengan validasi dan
adanya beberapa report/cetakan yang dihasilkan oleh SAP KITE
Pengembalian.
SAP BC 2.4 merupakan bagian dari sistem pelayanan fasilitas KITE. SAP BC
2.4 berada di KPPBC untuk pelayanan penyelesaian barang selian ekspor
terhadap yang diimpor dengan fasilitas pembebasan.

31
5. Tes Formatif

1. Kegunaan Modul KITE bagi perusahaan sebagai berikut kecuali:


a. Membuat BCF.KT01
b. Membuat BCF.KT02
c. Membuat BCL.KT01
d. Membuat BCL.KT02
2. Modul KITE dapat diberikan apabila perusahaan telah memiliki
a. DIPER
b. NIPER
c. KodeAktivasi
d. Komputer
3. Kemudahan yang bisa diperoleh oleh pengguna Modul KITE antara
lain:
a. Mendapatkan respon dari DJBC
b. Terdapat sistem pengiriman PDE
c. Data tersimpan dengan baik
d. Bisa dipergunakan untuk mengajukan NIPER
4. SAP KITE terkait dengan SAP Impor dalam hal
a. SAP Impor mengakses data SAP KITE secara online
b. SAP KITE mengakses langsung Data PIB dari SAP Impor
c. SAP KITE mengirim data STTJ ke SAP Impor
d. SAP Impor mengambil data Jaminan dari SAP KITE secra online
5. Apabila suatu NIPER diprotek maka:
a. Protek dapat dibuka dengan membayar denda
b. Protek dapat dibuka dengan merekam surat pembukaan protek
c. Perusahaan tidak dapat membuat Laporan Ekspor/BCL.KT01
d. Perusahaan harus memperpanjang jaminan
6. Data PIB dan PEB diperoleh oleh SAP KITE dari
a. SAP Impor dan Ekspor Di KPPBC
b. Sistem PDE
c. Laporan BCL.KT01 dan BCL.KT02
d. Datawarehouse DJBC

32
7. Data SK Pembebasan secara elektronik dikirimkan ke
a. Semua KPPBC
b. KPPBC yang sudah online
c. KPPBC yang sudah online dan tercantum dalam lampiran SK
Pembebasan
d. KPBC yang melakukan request/permintaan
8. Berikut ini isi data disket BCF.KT01 (Permohonan Pembebasan)
kecuali:
a. Rencana Produksi
b. Rencana Impor bahan baku
c. Pelabuhan Pemasukan
d. Pelabuhan Pengeluaran/Ekspor
9. Dalam SAP KITE, penyempurnaan SK Pembebasan dapat dilakukan
terhadap data:
a. Pelabuhan Bongkar
b. Pelabuhan Muat
c. Bahan Baku
d. Barang Jadi
10. Pemotongan kuota sebelum penerbitan STTJ adalah proses
a. Pengurangan jaminan dengan nilai BM
b. Pengurangan jumlah barang SK Pembebasan dengan PIB
c. Pengurangan Nilai BM bebas dengan jaminan
d. Pengurangan nilai impor setelah barang jadi diekspor
11. Pada saat pemotongan kuota sebelum penerbitan STTJ, petugas harus
memperhatikan data berikut kecuali:
a. Kevalidan SK Pembebasan yang dipakai;
b. Kebenaran nllai pabean
c. Kesesuaian HS dan uraian barang;
d. Kesesuaian jenis satuan.
12. Data yang diperlukan untuk penerbitan STTJ adalah sebagai berikut
kecuali:
a. PIB
b. PEB
c. Jaminan

33
d. SK Pembebasan
13. Pengiriman STTJ ke KPPBC yang sudah online dilakukan dengan
sistem:
a. web
b. PDE
c. Disket
d. online via portal DIKC
14. Faktor yang menyebabkan terjadinya rekonsiliasi data PIB dengan
STTJ sebagai berikut kecuali:
a. STTJ dikirim secara online
b. nomor aju di PIB sama dengan nomor aju di STTJ
c. nomor dan tanggal STTJ di PIB dan STTJ tepat sama
d. jumlah nilai jaminan di STTJ minimal sama dengan di PIB
15. BCL.KT01 dibuat dengan Modul KITE. BCL.KT01 merupakan
laporan ekspor untuk pengguna fasilitas KITE:
a. Keringanan
b. Pembebasan
c. Pengembalian
d. Gabungan
16. Termasuk dalam validasi yang dilakukan oleh aplikasi terhadap data
BCL.KT01 adalah....
a. Kelengkapan dokumen
b. Kesamaan uraian barang
c. Kesamaan NPWP
d. Keaslian dokumen
17. Perhitungan Saldo akhir BM pada data SPPJ pada SAP KITE
menggunakan rumus:
a. BM Saldo = BM Awal – BM Pakai
b. BM Saldo = BM Awal + BM Pakai
c. BM Saldo = BM Awal – BM Pakai Lalu – BM Pakai
d. BM Saldo = BM Awal + BM Pakai – BM Pakai Lalu
18. Keputusan terhadap Laporan Ekspor BCL.KT01/BCL.KT02 adalah
a. Diterima/Ditolak/Dipending
b. Diterima/Ditolak/Diterima Sebagian

34
c. Diterima/Ditolak/Diproses
d. Diterima/Ditolak/Diminta Kelengkapan Data
19. Berikut ini daftar/listing yang bisa dicetak pada saat pemeriksaan
Laporan BCL.KT02 pada SAP KITE kecuali
a. Listing: DATA JAMINAN
b. Listing: DATA EKSPOR (PEB)
c. Listing: DATA SSPCP
d. Listing: DATA SPPB / PIB
20. Jika permhonan pengembalian disetujui maka diterbitkan:
a. SPPJ dan SPMK
b. SKPFP dan SPMK
c. STTJ dan SPMK
d. SPMK

35
6. Kunci Jawaban tes Formatif
1. B 11. B
2. B 12. B
3. C 13. D
4. C 14. A
5. B 15. A
6. D 16. C
7. C 17. C
8. D 18. D
9. A 19. A
10. B 20. B

7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat
pada bagian akhir modul ini, dan hitungllah jawaban Anda untuk mengetahui
tingkat penguasaan anda dengan rumus :
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar X 100 %
20
Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
kegiatan belajar selanjutnya. Tetapi bila penguasaan Anda kurang dari 80%, Anda
harus mempelajari kembali terutama bagian yang belum Anda kuasai.

36
8. Daftar Pustaka
1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 580/KMK/2003 Tatalaksana
Kemudahan Impor Tujuan Ekspor Dan Pengawasannya.
2. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: KEP-205/BC/2003
tentang Petunjuk Pelaksanaan Tatalaksana Kemudahan Impor Tujuan Ekspor
Dan Pengawasannya.
3. Peraturan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor: 14/BC/2005 tentang
Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor Kep-
205/BC/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tatalaksana Kemudahan Impor
Tujuan Ekspor Dan Pengawasannya.
4. Peraturan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor: P-25/BC/2005 tanggal 16
Desember 2005 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Direktur Jenderal
Bea Dan Cukai Nomor Kep-205/BC/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Tatalaksana Kemudahan Impor Tujuan Ekspor Dan Pengawasannya.
5. Modul Kuliah Prodip III Bea dan Cukai Sistem Informasi Kepabeanan dan
Cukai, Sigit Santosa, BPPK

37
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR
KEPABEANAN DAN CUKAI

KETERAMPILAN PDE

MODUL V

SISTEM APLIKASI CUKAI DAN


SISTEM APLIKASI TPB

OLEH :
TIM PENYUSUN MODUL PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI

PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN BEA DAN CUKAI


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

JAKARTA
2008
DAFTAR ISI

Daftar Isi ………………………………………………………………………… i


SISTEM APLIKASI CUKAI DAN SISTEM APLIKASI TPB
1. Pendahuluan ………………………………………………………………... 1
1.1 Deskripsi Singkat .................................................................................. 1
1.2 Tujuan Instruksonal Umum ………………………………………… 2
1.3 Tujuan Instruksional Khusus ………………………………………… 2
2. Kegiatan Belajar (KB) 1

APLIKASI CUKAI HASIL TEMBAKAU


2.1 Uraian dan Contoh .....................……………………………………... 3
2.1.1. Sejarah Aplikasi Cukai Hasil Tembakau …………………….… 3
2.1.2. Tujuan Pengembangan Aplikasi Cukai Hasil Tembakau ............ 4
2.1.3. Arsitektur Sistem Aplikasi Pelayanan Cukai Sentralisasi ........... 4
2.1.4. Alur Aplikasi Pelayanan Cukai Hasil Tembakau ........................ 5
2.2 Latihan 1 ................................................................................................ 22
2.3 Rangkuman ............................................................................................ 22
3. Kegiatan Belajar (KB) 2

SISTEM APLIKASI PELAYANAN BC 2.3


3.1 Uraian dan Contoh ……………………………………....................... 23
1. Tujuan Pengembangan Sistem Aplikasi Pelayanan BC 2.3 .....…… 23
24
2. Hubungan Aplikasi Pelayanan BC 2.3. Dengan Aplikasi Lain ........
24
3. Dasar Hukum, Prinsip dan Alur Proses Aplikasi Pelayanan BC 3.2
3.1 Latihan 2……………………………………………………………… 30
3.2 Rangkuman …………………………………………………………… 30
4. Kegiatan Belajar (KB) 3

PEMBUATAN BC 2.3.
4.1 Uraian dan Contoh ……………………………………....................... 31
A. Pembuatan BC 2.3. ………………………………………………... 31
B. SAP BC 2.3 Versi Server ………………………………………….. 34
4.2 Latihan 2……………………………………………………………… 38
4.3 Rangkuman …………………………………………………………… 38

i
5. Test Formatif ……………………………………………………………….. 39
6. Kunci Jawaban Test Formatif ……………………………………………… 45
7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut …………………………………………… 45
8. Daftar Pustaka ................................................................................................ 46

ii
MODUL V
SISTEM APLIKASI CUKAI DAN SISTEM APLIKASI TPB

1. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Di dalam modul ini akan mempelajari mengenai sistem aplikasi pelayanan Cukai
dan Tempat Penimbunan Berikat (TPB) khususnya BC 2.3.
Sistem aplikasi pelayanan cukai adalah sistem aplikasi untuk melakukan
pelayanan di bidang cukai akan sesuai dengan sistem prosedur dan peraturan yang
berlaku.
Aplikasi pelayanan Cukai berdasarkan software aplikasinya, dibagi menjadi 3
(tiga) yaitu aplikasi pelayanan versi PC yang di-develop dengan menggunakan
software VB dan aplikasi pelayanan di komputer server yang dibangun dengan
menggunakan software oracle developer. Pada bulan April tahun 2008, mulai
dikembangkan aplikasi cukai hasil tembakau versi baru, untuk mengantisipasi
akan dibentuknya Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC)
tipe Madya Cukai. Aplikasi ini akan diujicoba di KPPBC Malang pada awal Juli
2008.
Sistem aplikasi pelayanan TPB khusus BC 2.3 adalah sistem aplikasi untuk
melakukan pelayanan terhadap dokumen pemberitahuan pabean untuk
pengeluaran barang impor dari Kawasan Pabean untuk ditimbun di Tempat
Penimbunan Berikat (TPB) yang diajukan oleh Pengusaha TPB dengan
menggunakan media disket atau pertukaran data elektronik (PDE).
Aplikasi pelayanan TPB-BC 2.3 berdasarkan software aplikasinya, dibagi menjadi
2 (dua) yaitu aplikasi pelayanan versi PC yang di-develop dengan menggunakan
software VB dan aplikasi pelayanan di komputer server yang dibangun dengan
menggunakan software oracle developer.
Sejalan dengan otomasi pelayanan dokumen BC 2.3 di lingkungan DJBC, bagi
perusahaan yang mengajukan dokumen BC 2.3 juga dibuatkan suatu aplikasi
untuk mendukung otomasi tersebut. Aplikasi ini biasa disebut dengan modul TPB,
yang berfungsi untuk membuat data, mencetak dokumen TPB dan membentuk file
data BC 2.3.

1
1.2. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti/menyelesaikan mata pelajaran PDE Kepabeanan dan Cukai ini


peserta diklat diharapkan mampu memahami sistem aplikasi untuk pelayanan pada
DJBC khususnya untuk Sistem Aplikasi Pelayanan (SAP) Cukai dan TPB (BC
2.3).

1.3. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mempelajari pelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu menjelaskan


mengenai prinsip-prinsip dalam aplikasi pelayanan cukai dan BC 2.3, alur proses
aplikasi, hubungan antar aplikasi serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
pengelolaan aplikasi pelayanan cukai dan TPB (BC 2.3).

2
2. Kegiatan Belajar (KB) 1

APLIKASI CUKAI HASIL TEMBAKAU

2.1. Uraian dan Contoh

2.1.1. Sejarah Aplikasi Cukai Hasil Tembakau

Aplikasi Cukai Tembakau mulai dibangun pada tahun 2001. Namun karena
beberapa kendala pada saat itu, aplikasi ini tidak jadi diimplementasikan.
Selanjutnya pada tahun 2003 aplikasi ini dikembangkan lagi dengan disain yang
baru. Aplikasi dikembangkan dengan menggunakan software oracle developer dan
database yang digunakan juga database Oracle. Aplikasi ini biasa disebut aplikasi
versi server, karena diimplementasikan di Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC)
yang mempunyai server.
Pekerjaan dilakukan mulai bulan September hingga Desember 2003. Pada bulan
Januari 2004, aplikasi ini mulai diuji coba dan diimplementasikan di KPBC
Surakarta. Setelah implementasi di Surakarta berjalan, selanjutnya aplikasi ini
diimplementasikan di KPBC-KPBC lain seperti Kudus, Malang, Tanjung Emas,
Juanda, Kediri, Pasuruan dan Medan.
Selain itu, aplikasi cukai juga dikembangkan dalam versi Personal Computer (PC).
Versi ini diimplementasikan di KPPBC-KPPBC yang volume dokumen cukainya
kecil, seperti KPPBC Panarukan, Bojonegoro, Blitar, Madiun, Tulungagung,
Yogyakarta, Pematang Siantar dan lain-lain.
Pada bulan April tahun 2008, mulai dikembangkan aplikasi cukai hasil tembakau
versi baru, untuk mengantisipasi akan dibentuknya Kantor Pengawasan dan
Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) tipe Madya Cukai. Aplikasi ini akan diujicoba
di KPPBC Malang pada awal Juli 2008. Aplikasi ini berbeda dengan aplikasi yang
lama. Perbedaan yang sangat signifikan adalah diterapkannya sistem sentralisasi.
Sedangkan aplikasi yang lama menggunakan sistem desentralisasi, di mana di setiap
KPPBC harus ada server untuk aplikasi dan database. Dengan sistem sentralisasi,
server aplikasi dan database hanya ada satu, yang ditempatkan di Kantor Pusat.
Sistem ini memungkinkan Kantor Pusat untuk mengetahui data transaksi di KPPBC
pada saat itu juga.

3
2.1.2. Tujuan Pengembangan Aplikasi Cukai Hasil Tembakau

Aplikasi Cukai Hasil Tembakau dikembangkan untuk :

a. Standarisasi Pelayanan di Bidang Cukai


Dengan adanya aplikasi ini diharapkan pelayanan di bidang cukai akan sesuai
dengan sistem prosedur dan peraturan yang berlaku. Sehingga sistem pelayanan di
semua Kantor Pelayanan Bea dan Cukai berlaku sama (standar).
b. Menyediakan Data yang Cepat dan Akurat
Dalam pelayanan manual data yang disajikan selalu terlambat, terutama untuk
kantor-kantor yang kegiatannya relatif banyak. Hal ini disebabkan untuk
menyajikan data maka pegawai harus merekap dokumen secara manual dan
mengolahnya sendiri. Belum lagi kalau laporan tersebut harus dikirim ke Kantor
Pusat, yang tentu saja memerlukan waktu yang lebih lama lagi.
Dengan adanya aplikasi ini diharapkan data dapat disajikan dengan cepat dan
akurat. Sebab data sudah dapat diolah secara otomatis yang tentunya lebih cepat.
c. Mempermudah Pemantauan Fasilitas Penundaan Pembayaran Cukai
Dalam aplikasi ini disediakan fasilitas untuk memonitoring penundaan pembayaran
cukai. Pemantauan meliputi anatara lain masa berlaku SKEP Penundaan, batas
maksimal nilai penundaan dan jatuh tempo penundaan.
d. Mempermudah Pengelolaan Inventory Pita Cukai
Aplikasi ini juga menyediakan fasilitas untuk memantau pemasukan dan
pengeluaran pita cukai (inventory). Sehingga jumlah persediaan dapat dipantau
dimonitor setiap saat dengan cepat dengan mudah. Selain itu Laporan Pemakaian
Pita Cukai juga dapat dibuat secara otomatis, karena setiap pemasukan dan
pengeluaran pita cukai sudah tercatat.
Aplikasi dilengkapi pula fasilitas untuk merekapitulasi permintaan penyediaan pita
cukai yang dapat langsung dikirim ke Kantor Pusat. Sehingga proses penyediaan
pita cukai diharapkan tepat waktu atau bahkan lebih cepat.

2.1.3. Arsitektur Sistem Aplikasi Pelayanan Cukai Sentralisasi

Arsitektur Sistem Aplikasi Pelayanan Cukai adalah seperti gambar berikut :

4
Dari gambar di atas dapat dijelaskan :
ƒ Server database hanya ada di Kantor Pusat DJBC (sentralisasi)
ƒ Di KPPBC hanya ada PC yang telah diinstal program aplikasi dan jaringannya
terhubung/terkoneksi dengan Kantor Pusat.
ƒ Koneksi antara KPPBC dengan Kantor Pusat dapat menggunakan beberapa
teknologi antara lain MPLS, VPN internet, VPN dial atau teknologi lainnya
yang dinilai baik dan aman.
ƒ Untuk saat ini di KPPBC tipe Madya Cukai menggunakan teknologi MPLS.
ƒ Kalau ada perubahan program aplikasi di Kantor Pusat, program aplikasi yang
diinstal di KPPBC otomatis akan terupdate/disesuaikan dengan program aplikasi
di Kantor Pusat ketika user melakukan login ke aplikasi. Tidak diperlukan
petugas khusus untuk menginstal ulang aplikasi tersebut.
ƒ Data yang direkam di KPPBC secara langsung (real time) dapat dipantau oleh
Kantor Pusat. Demikian juga sebaliknya. Tetapi data itu hanya bisa
dibuka/dilihat sesuai dengan kewenangan yang diberikan kepada user.

2.1.4. Alur Aplikasi Pelayanan Cukai Hasil Tembakau

Alur Pelayanan Cukai Hasil Tembakau dibagi dalam beberapa proses kegiatan
yaitu :
− Pelayanan NPPBKC
− Pelayanan HJE/Merk

5
− Pelayanan Permohonan Penyediaan Pita Cukai (PPPC)
− Pelayanan Pemesanan Pita Cukai (CK-1)
− CK-2 dan CK-3
− Pelayanan Laporan Produksi Harian Hasil Tembakau (CK-4)
− Pelayanan permohonan Penundaan Pembayaran Cukai
2.1.4.1. Pelayanan NPPBKC
Setiap Perusahaan yang bergerak di bidang produksi hasil tembakau harus
mempunyai identitas berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai
(NPPBKC). Proses Pengelolaan data NPPBKC adalah sebagai berikut :
a. Untuk mendapatkan NPPBKC pengusaha harus mengajukan
permohonan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai melalui Kepala
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai di mana lokasi pabrik akan didirikan
dengan terlebih dahulu menyerahkan denah lokasi pabrik.
b. Berdasarkan berkas permohonan yang diajukan dilakukan pemeriksaan
lapangan terhadap lokasi pabrik.
c. Hasil pemeriksaan lokasi dituangkan ke dalam Berita Acara Pemeriksaan
lokasi pabrik.
d. Berita Acara Pemeriksaan lokasi direkam pada SAP Cukai
e. Kalau berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan terhadap lokasi pabrik
hasilnya dinyatakan telah memenuhi syarat, pengusaha dapat
mengajukan PMCK-6 berikut formulir registrasi yang telah diisi dengan
lengkap dan benar.
f. Data registrasi direkam oleh petugas di KPPBC
g. Kalau semuanya sudah sesuai ketentuan, NPPBKC dapat diterbitkan
oleh Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai.
h. Setelah Surat Keputusan penerbitan NPPBKC diterbitkan oleh Kepala
Kantor, segera direkam di SAP Cukai.
2.1.4.2. Pelayanan HJE Merk
Setelah pengusaha hasil tembakau memeperoleh NPPBKC, yang
bersangkutan harus mengajukan HJE/Merk hasil tembakau yang diproduksi
ke KPPBC. Kalau HJE/Merk Hasil tembakau disetujui, barulah permohonan
penyediaan pita cukai dapat dilayani. Pengelolaan data HJE/Merk dimulai

6
dari pengajuan HJE/Merk ker KPPBC sampai terbitnya surat keputusan
penetapan HJE/merk. Prosesnya adalah seperti pada skema di bawah:

PPenjelasan skema:
− Pengusaha mengajukan permohonan HJE/Merk ke KPPBC
− Data HJE/Merk direkam
− Data hasil perekaman divalidasi dan dianalisa oleh petugas
− Petugas dapat menolak HJE/Merk dalam hal terjadi kemiripan merk atau
disain kemasan hasil tembakau dengan HJE/ Merk terdahulu milik
perusahaan lain
− Kalau datanya valid , validator memberikan rekomendasi bahwa datanya
dapat diterima.
− Pejabat pembuat keputusan meneliti ulang rekomendasi yang diberikan
oleh validator.

7
− Kalau pejabat pembuat keputusan tidak sependapat (tidak setuju), maka
permohonan HJE/Merk ditolak (direject) dengan memberitahukan alasan
penolakan. Form reject otomatis tercetak setelah keputusan dibuat.
− Kalau pejabat pembuat keputusan sependapat dengan validator, konsep
Surat Keputusan HJE/Merk dapat dicetak.
− Surat Keputusan HJE/Merk diberi nomor dan ditandatangani oleh Kepala
KPPBC.
− Nomor SKEP direkam di SAP Cukai
− Skep penetapan oleh kepala KPPBC diverifikasi ulang oleh petugas di KP
DJBC
− Kalu ternyata penetepan HJE/Merk menyalahi ketentuan, Kantor Pusat
dapat merekomendasikan kepada Kepala KPPBC untuk membatalkan
Skep HJE/Merk tersebut.
− Kalau ada rekomendasi pembatalan HJE/Merk dari KP DJBC, maka
kepala KPPBC akan membuat surat pembatalan terhadap Skep HJE yang
direkomendasikan untuk dibatalkan..
2.1.4.3. Pelayanan Permohonan Penyediaan Pita Cukai (PPPC)
Setelah pabrik hasil tembakau berproduksi dan produksi hariannya sudah
dilaporkan ke Kantor Pelayanan, maka untuk proses pengeluarannya hasil
tembakau dapat dilakukan. Pengeluaran hasil tembakau harus sudah dalam
kemasan untuk penjualan eceran dan dilekati pita cukai. Sebelum pengusaha
melakukan pemesanan pita, terlebih dahulu harus mengajukan Permohonan
Penyediaan Pita Cukai (PPPC). Pengajuan PPPC paling lambat tanggal 10
setiap bulan untuk kebutuhan bulan berikutnya. Kalau permohonan
penyediaan pita yang diajukan ternyata masih belum memenuhi kebutuhan
pita cukai, sementara pengusaha sudah mengajukan PPPC untuk jenis pita
yang sama, maka yang bersangkutan dapat mengajukan PPPC Tambahan
(PPPCT).
Proses pengajuan PPPC dan PPPCT tergambar seperti alur proses berikut :

8
Penjelasan dari gambar di atas adalah sebagai berikut :
− Pengusaha mengajukan PPPC ke Kantor Pelayanan. Dalam hal jumlah
pita cukai di PPPC yang diajukan diperkirakan tidak mencukupi,
pengusaha dapat mengajukan Permohonan Penyediaan Pita Cukai
Tambahan (PPPCT).
− PPPC / PPPCT dapat diajukan secara manual atau Pertukaran Data
Elektronik (PDE).
− PPPC yang diajukan secara manual direkam dan divalidasi.
− Validasi oleh komputer meliputi :
• NPPBKC
• Periode persediaan pita cukai
• Jenis pita cukai
• Jumlah pita cukai yang diminta untuk disediakan

9
− Selain validasi yang dilakukan oleh komputer pada saat perekaman,
validasi juga dilakukan oleh petugas dengan cara mencocokkan hasl
perekaman dengan hard copy PPPC/PPPCT..
− Kalau validator menyatakan datanya memang sudah valid maka
PPPC/PPPCT dinomori.
− Penomoran dilakukan oleh komputer
− Data PPPC/PPPCT yang sudah diberi nomor, otomatis dapat dilihat di
KP DJBC untuk diproses menjadi Order Bea Cukai (OBC).
− Petugas di KP DJBC memroses PPPC/PPPCT menjadi Order Bea Cukai
(OBC) yang kemudian dikirim ke Peruri dalam bentuk softcopy dan
hardcopy.
− OBC mewakili satu jenis pita yang dipesan oleh pengusaha.
− Peruri mencetak pita cukai berdasarkan OBC dan mengirimkan pita
cukai ke Kantor Pusat / Gudang Pita dengan dokumen Daftar Pengiriman
Pita Cukai (DPPC) berikut data softcopy DPPC. Untuk satu OBC
kemungkinan bisa melalui lebih dari satu kali pengiriman.
− DPPC diload ke aplikasi pelayanan cukai di KPPBC atau direkam untuk
menambah persediaan pita cukai di gudang pita cukai.
− Untuk pita cukai yang diambil di KPPBC, Kantor Pusat mengirimkan
pita cukai ke KPPBC sesuai dengan PPPC/PPPCT nya dengan
menggunakan Surat Pengantar (SP) atau Daftar Pengiriman Pita Cukai
(DPPC) untuk KPPBC. Untuk satu PPPC/PPPCT kemungkinan bisa
lebih dari satu kali pengiriman.
− SP/DPPC untuk Kantor Pelayanan direkam jumlah pengirimannya,
dibandingkan jumlah yang dipesan. Kalau kurang/lebih dibuat berita
acara atas kekurangan/kelebihannya. Hasil perekaman akan menambah
persediaan pita cukai di Kantor Pelayanan.
Setelah pita cukai tersedia di Kantor Pelayanan, pengusaha yang mengambil
pita cukai di Kantor Pelayanan sudah dapat mengajukan pemesanan pita
cukainya. Demikian juga pengusaha yang mengambil pita cukainya di
Kantor Pusat, baru bisa mengajukan pemesanan pita cukainya apabila pita
cukainya sudah tersedia di gudang pita cukai Kantor Pusat.

10
Dalam pengusaha sudah mengajukan PPPC dan PPPCT tetapi ternyata
jumlah masih belum mencukupi, pengusaha dapat mengajukan PPPCT izin
Direktur Jenderal melalui KPPBC.
KPPBC hanya meneruskan saja berkas PPPCT izin Direktur Jenderal ke KP
DJBC tanpa merekam datanya. Perekaman dilakukan di KP DJBC setelah
benar-benar mendapat izin dari Direktur Jenderal. Kalau ditolak, PPPCT izin
Direktur Jenderal datanya tidak perlu direkam.
2.1.4.4. Pelayanan Pemesanan Pita Cukai (CK-1)
Pengeluaran hasil tembakau dari pabrik oleh pengusaha dapat dilakukan
dengan terlebih dahulu mengajukan pemesanan pita cukai dengan
menggunakan dokumen CK-1. CK-1 baru bisa dilayani kalau pita cukai
berdasarkan PPPC yang diajukan oleh pengusaha sudah tersedia. CK-1 yang
diajukan oleh pengusaha direkam oleh petugas di KPPBC. Pada saat
perekaman, CK-1 ditolak (tidak dapat lanjutkan proses perekamannya)
dalam hal :
1. Pengusaha yang bersangkutan selama satu tahun tidak pernah melakukan
kegiatan pemesanan pita cukai.
2. Merk yang diajukan di CK-1 dalam 6 bulan terakhir tidak pernah
dipesankan pita cukainya.
3. Pengusaha yang bersangkutan karena suatu hal statusnya diblokir, misal
melakukan pelanggaran.
4. Akumulasi jumlah hasil tembakau yang akan dikeluarkan melebihi
jumlah maksimal golongan produksinya dalam setahun, sehingga perlu
naik golongan dan penyesuaian tarif cukai dan HJEnya. Untuk itu yang
bersangkutan harus memecah CK-1 sampai batas maksimal produksi
golongan produksinya dan untuk pengajuan CK-1. Selanjutnya harus
naik golongan dan menggunakan tarif dan HJE golongan produksi yang
baru.
5. Untuk pengusaha yang tidak kena PPN, akumulasi jumlah total HJE
yang diajukan sampai saat pengajuan CK-1 dalam tahun tersebut
ternyata melewati batas Pengusaha Kena Pajak (PKP). Sehingga untuk
kelebihan total HJEnya harus dikenakan PPN. Untuk itu yang
bersangkutan harus memecah CK-1 sampai batas PKP. Setelah itu
pengajuan CK-1 berikutnya harus sudah kena PPN.

11
6. Untuk pengusaha yang mendapat fasilitas pembayaran cukai secara
kredit/penundaan ternyata masa berlakunya SKEP penundaannya sudah
habis, sehingga perlu adanya perpanjangan SKEP penundaan.
7. Pengusaha yang mendapat fasilitas pembayaran cukai secara
kredit/penundaan ternyata total nilai yang cukai yang diajukan melebihi
saldo akhir penundaan yang diperbolehkan.
8. Masih ada CK-1 kredit yang melewati jatuh tempo tetapi statusnya
belum lunas.
Pembayaran cukai dapat dilakukan secara tunai ataupun kredit (penundaan).
Penundaan pembayaran cukai dapat dilakukan kalau pengusaha sudah
mendapat SKEP Penundaan.
a. Pengajuan CK-1 dengan pembayaran secara tunai
Proses pengajuan CK-1 dengan pembayaran cukai secara tunai dapat
digambarkan seperti alur proses berikut :

Penjelasan dari gambar di atas adalah sebagai berikut :


1. Perekaman dan Validasi data CK-1 Tunai

12
− Pengusaha mengirim data CK-1 (PDE) atau menyerahkan
dokumen CK-1 ke penerimaan dokumen cukai di KPPBC
− Petugas Penerimaan dokumen merekam data CK-1 dengan cara
pembayaran tunai.
− Pada saat perekaman validasi dilakukan oleh komputer yang
meliputi :
• NPPBKC
• Nama yang diberi kuasa kalau pengurusannya dikuasakan
• Cara pembayaran (tunai/kredit)
• Kebenaran tarif dan warna pita
• HJE/Merk
• Batas produksi sesuai golongan
• Batas PKP
• Pemotongan Cukai dengan CK-2 atau CK-3 kalau ada
• Perhitungan cukai dan PPN
− Kalau sudah valid maka hasil perekaman dapat disimpan.
Sebaliknya bila data tidak valid maka data tidak bisa disimpan
dan CK-1 dikembalikan kepada pengusaha.
− Setelah selesai perekaman, data hasil perekaman divalidasi lagi
oleh petugas dengan cara mencocokkan hasil perekaman dengan
hard copy CK-1 yang diajukan oleh pengusaha.
− Kalau data yang direkam sudah sesuai maka CK-1 otomatis
diberi nomor dan diberi tanda terima yang dapat dicetak melalui
aplikasi
− Kalau data tidak sesuai, validator memutus perekam tidak sesuai,
dokumen CK-1 dikembalikan kepada perekam untuk direkam
ulang.
− Untuk CK-1 yang sudah diberi nomor dapat dilakukan
pembayaran cukai dan PPNnya ke bank. Tidak semua pengusaha
harus membayar PPN. Hanya pengusaha yang total HJE
pertahunnya melebihi PKP yang terkena PPN
2. Pembayaran Cukai CK-1 Tunai
Proses pembayaran/pelunasan CK-1 tunai adalah segabai berikut :

13
− Setelah cukai dan PPN dibayar di bank, pengusaha mendapatkan
Surat Setoran Cukai dalam negeri dan Pajak (SSCP).
− SSCP dibawa ke Seksi Perbendaharaan untuk direkam datanya
− Data SSCP minimal harus ada kode kantor, nomor dan tanggal
SSCP, nilai pungutan yang dibayar, Nomor Transaksi
Penerimaan Negara (NTPN), Nomor Transaksi Bank (NTB),
nama bank dan cabang bank.
− Kalau jumlah pembayaran cukai dan PPNnya sudah sama dengan
yang di CK-1 maka ketika data disimpan status CK-1 sudah
“lunas”.
− Kalau jumlah pembayaran cukai dan PPNnya kurang daripada
yang di CK-1 maka status CK-1 belum lunas dan harus dilakukan
pembayaran kekurangannya. Jadi untuk satu CK-1 dapat dilunasi
dengan lebih dari satu SSCP
− Khusus untuk PPN dapat dilunasi/ditutup dengan konpensasi
PPN yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
− Kalau nilai kompensasi sama atau lebih besar dari tagihan PPN
yang ada di CK-1, maka PPN statusnya lunas dan nilai PPN tidak
perlu dibayar dengan SSCP. Kalau kompensasi yang dipakai
untuk CK-1 tersebut masih sisa, dapat digunakan untuk melunasi
PPN CK-1 berikutnya. Jadi satu kompensasi dapat dipakai untuk
melunasi PPN di lebih dari satu CK-1.
− Kalau nilai kompensasi lebih kecil daripada nilai PPN di CK-1,
maka kekurangannya dibayar dengan menggunakan SSCP
bersamaan dengan cukainya.
b. Pengajuan CK-1 dengan pembayaran secara kredit
Proses pengajuan CK-1 dengan pembayaran cukai secara kredit dapat
digambarkan seperti alur proses berikut :

14
Penjelasan dari gambar di atas adalah sebagai berikut :
1. Perekaman dan Validasi data CK-1 Kredit :
− Pengusaha mengirim data CK-1 (PDE) atau menyerahkan
dokumen CK-1 ke penerimaan dokumen cukai di KPPBC
− Petugas Penerimaan dokumen merekam data CK-1 dengan cara
pembayaran tunai.
− Pada saat perekaman validasi dilakukan oleh komputer yang
meliputi :
• NPPBKC
• Nama yang diberi kuasa kalau pengurusannya dikuasakan
• Cara pembayaran
• Kebenaran tarif dan warna pita

15
• HJE/Merk
• Batas Golongan Produksi
• Batas PKP
• Masa berlaku SKEP Penundaan
• Saldo penundaan terakhir
• Perhitungan cukai dan PPN
− Kalau saldo kredit kurang atau masa berlaku SKEP Penundaan
habis maka CK-1 langsung direject
− Kalau sudah valid maka hasil perekaman dapat disimpan.
Sebaliknya bila data tidak valid maka data tidak bisa disimpan
dan CK-1 dikembalikan kepada pengusaha.
− Setelah selesai perekaman, data hasil perekaman divalidasi lagi
oleh petugas dengan cara mencocokkan hasil perekaman dengan
hard copy CK-1 yang diajukan oleh pengusaha.
− Kalau data yang direkam sudah sesuai maka CK-1 otomatis
diberi nomor dan diberi tanda terima yang dapat dicetak melalui
aplikasi
− Kalau data tidak sesuai, validator memutus perekam tidak sesuai,
dokumen CK-1 dikembalikan kepada perekam untuk direkam
ulang.
− Untuk CK-1 yang sudah diberi nomor dapat dilakukan proses
persetujuan kreditnya.
2. Persetujuan Kredit
− CK-1 kredit yang sudah direkam datanya dapat dilihat di Seksi
Perbendaharaan.
− Petugas melakukan persetujuan terhadap CK-1 kredit
− Setelah kredit/penundaan disetujui, tanggal jatuh tempo otomatis
terisi dan nilai cukai di CK-1 tersebut otomatis mengurangi saldo
penundaan
Penyelesaian/Pelunasan Cukai CK-1 Kredit
Penyelesaian/Pelunasan CK-1 kredit dapat menggunakan :
− SSCP
− CK-2

16
− CK-3
1. Penyelesaian CK-1 kredit dengan SSCP caranya adalah sebagai
berikut :
− Pembayaran dilakukan di bank
− Setelah cukai dan PPN dibayar di bank, pengusaha mendapatkan
Surat Setoran Cukai dalam negeri dan Pajak (SSCP).
− SSCP dibawa ke Seksi Perbendaharaan untuk direkam datanya
− Kalau jumlah pembayaran cukai dan PPNnya sudah sama dengan
yang di CK-1 maka ketikan data disimpan status CK-1 sudah
“lunas”.
− Kalau jumlah pembayaran cukai dan PPNnya kurang daripada
yang di CK-1 maka status CK-1 belum lunas dan harus dilakukan
pembayaran kekurangannya. Jadi untuk satu CK-1 dapat dilunasi
dengan lebih dari satu SSCP
− Khusus untuk PPN dapat dilunasi/ditutup dengan konpensasi
PPN yang dikeluarkan oleh Direktorat Pajak.
− Kalau nilai kompensasi sama atau lebih besar dari tagihan PPN
yang ada di CK-1, maka PPN statusnya lunas dan nilai PPN tidak
perlu dibayar dengan SSCP. Kalau kompensasi yang dipakai
untuk CK-1 tersebut masih sisa, dapat digunakan untuk melunasi
PPN CK-1 berikutnya. Jadi satu kompensasi dapat dipakai untuk
melunasi PPN di lebih dari satu CK-1.
− Kalau nilai kompensasi lebih kecil daripada nilai PPN di CK-1,
maka kekurangannya dibayar dengan menggunakan SSCP
bersama dengan cukainya.
− Setelah data disimpan nilai cukai yang dibayar akan menambah
saldo penundaan.
2. Penyelesaian CK-1 kredit dengan CK-2
Penyelesaian CK-1 kredit dengan nilai pengembalian CK-2, caranya
adalah sebagai berikut :
− CK-2 yang digunakan untuk menyelesaikan CK-1 kredit, harus
sudah direkam lebih dahulu

17
− Kalau nilai pengembalian cukai di CK-2 sama atau lebih besar
daripada cukai di CK-1, maka status CK-1nya ‘lunas’ dan nilai
cukai tidak perlu dibayar dengan SSCP. Sisa pengembalian di
CK-2 dapat dipakai untuk menyelesaikan CK-1 kredit berikutnya.
Jadi satu CK-2 atau CK-3 dapat digunakan untuk memotong
hutang lebih dari satu CK-1 kredit.
− Kalau nilai pengembalian di CK-2 lebih kecil dari nilai cukai di
CK-1, maka kekurangannya harus dibayar dengan SSCP.
− Nilai pengembalian cukai yang digunakan untuk memotong
hutang cukai akan menambah saldo penundaan.
3. Penyelesaian CK-1 kredit dengan CK-3
Penyelesaian CK-1 kredit dengan nilai pengembalian CK-3, caranya
sama dengan penyelesaian CK-1 kredit dengan nilai pengembalian
CK-2. CK-2 atau CK-3 yang dipakai untuk memotong hutang cukai
harus dilunasi dulu biaya penggantinya.

c. Penyerahan Pita Cukai


Penyerahan pita cukai dilakukan setelah pelunasan cukai direkam untuk
CK-1 tunai atau untuk CK-1 kredit setelah kredit/penundaannya
disetujui. Penyerahan pita cukai bisa dilakukan di Kantor Pelayanan atau
di Kantor Pusat.
Untuk pengambilan pita cukai di Kantor Pelayanan prosesnya sebagai
berikut :
− Pengusaha atau kuasanya dapat mengambil pitanya di bagian
distribusi pita cukai.
− Petugas distribusi pita cukai melakukan pengecekan status CK-1 di
aplikasi.
− Kalau datanya valid, status sudah lunas atau sudah mendapat
persetujuan penundaan dan tanggal jatuh tempo sudah ditetapkan,
pita cukai dapat diberikan kepada pengusaha atau kuasanya.
− Petugas merekam jumlah pita cukai yang dikeluarkan.
− Atas penyerahan pita cukai dikeluarkan tanda terima pita cukai yang
dicetak dari aplikasi.

18
− Kalau pita cukai sudah diserhkan semua, maka status CK-1 di
aplikasi menjadi sudah selesai (pita sudah diserahkan).
Untuk pengambilan pita cukai di Kantor Pusat prosesnya sebagai
berikut:
− Pengusaha atau kuasanya menyerahkan CK-1 kredit kepada petugas
di bagian distribusi pita cukai di gudang pita Kantor Pusat.
− Petugas distribusi pita cukai melakukan pengecekan status CK-1 di
aplikasi.
− Kalau datanya valid, status sudah mendapat persetujuan penundaan
dan tanggal jatuh tempo sudah ditetapkan, pita cukai dapat diberikan
kepada pengusaha atau kuasanya.
− Petugas merekam jumlah pita cukai yang dikeluarkan.
− Atas penyerahan pita cukai dikeluarkan tanda terima pita cukai yang
dicetak dari aplikasi.
− Kalau pita cukai sudah diserahkan semua, maka status CK-1 di
aplikasi menjadi sudah selesai (pita sudah diserahkan).
2.1.4.5. Pelayanan Pemusnahan/Pengembalian Pita Cukai (CK-2/CK-3)
a. Proses Pengelolaan Data CK-2 (Pemusnahan Pita Cukai)
Pemusnahan pita cukai dilakukan terhadap hasil tembakau di peredaran
bebas yang sudah dilekati pita cukai. Pemusnahan dapat dilakukan
misalnya hasil tembakau tersebut kadaluarsa sehingga tidak layak
dikonsumsi. Pada SAP Cukai sampai saat ini tidak ada alur proses. CK-2
yang diterbitkan hanya direkam datanya berikut pelunasan biaya
penggantinya bila ada.
CK-2 dapat digunakan untuk memotong hutang cukai dari CK-1 kredit
atau kalau tidak mempunyai hutang cukai dapat digunakan untuk
memotong nilai cukai di CK-1 tunai dengan catatan biaya pengganti
sudah dilunasi terlebih dahulu.
b. Proses Pengelolaan Data CK-3 (Pengembalian Pita Cukai)
Pengembalian pita cukai dilakukan terhadap pita cukai yang sudah
diambil pengusaha tetapi kondisinya rusak atau salah cetak. Pada SAP
Cukai sampai saat ini tidak ada alur proses. CK-3 yang diterbitkan hanya
direkam datanya berikut pelunasan biaya penggantinya bila ada.

19
Sama seperti CK-2, CK-3 dapat digunakan untuk memotong hutang
cukai dari CK-1 kredit atau kalau tidak mempunyai hutang cukai dapat
digunakan untuk memotong nilai cukai di CK-1 tunai.
2.1.4.6. Pelayanan Permohonan Penundaan Pembayaran Cukai
Untuk mendapatkan fasilitas penundaan pembayaran cukai, pengusaha harus
memperoleh surat keputusan penundaan pembayaran cukai. Proses
penerbitan surat keputusan penundaan pembayaran cukai dapat digambarkan
sebagai berikut :

Penjelasan :
− Pengusaha mengajukan permohonan penundaan pembayaran cukai
dilengkapi dengan laporan keuangan dan data pemesanan pita cukai 6
bulan terakhir serta mempertaruhkan jaminan.
− Petugas penerimaan dokumen merakam data permohonan
− Petugas KPPBC meneliti kelengkapan dokumen, laporan keuangan dan
data pemesanan pita cukai 6 bulan terakhir serta memperhitungkan
besarnya nilai penundaan cukai yang akan diberikan.

20
− Kalau tidak disetujui, diterbitkan surat penolakan
− Kalau disetujui, diterbitkan surat keputusan penundaan pembayaran cukai.
− Surat keputusan penundaan pembayaran cukai diterbitkan oleh Kepala
KPPBC atau kepala Kantor Wilayah atau Direktur Cukai sesuai dengan
besarnya nilai penundaan menurut peraturan yang berlaku.
− Setelah Surat Keputusan diberi nomor oleh Kepala Kantor, Kepala Kanwil
atau Direktur Cukai, nomor SKEPnya direkam di SAP Cukai
2.1.4.7. Pelayanan Laporan Harian Produksi Hasil Tembakau (CK-4)
Pengusaha hasil tembakau wajib melaporkan produksi hariannya. Proses
laporan produksi harian adalah sebagai berikut :
− Pengusaha membuat laporan produksi harian dengan menggunakan
formulir CK-4.
− Sesuai peraturan yang berlaku sekarang CK-4 wajib diserahkan pada dua
kali sebulan
− Data CK-4 direkam oleh petugas di KPPBC
− Data CK-4 akan digunakan untuk perbandingan produksi hasil tembakau
dengan pemesanan pita cukainya.

21
2.2. Latihan 1

1. Sebutkan apa saja yang menyebabkan pemesanan pita cukai (CK-1) ditolak.
2. Apa saja yang divalidasi dalam proses perekaman data CK-1 ?
3. Sebutkan tujuan pengembangan aplikasi cukai hasil tembakau.
4. CK-1 kredit dapat selesaikan dengan dokumen apa saja. Jelaskan.
5. Jelaskan tentang pengeluaran pita cukai di KPPBC pada aplikasi cukai hasil
tembakau.

2.3. Rangkuman
ƒ Pada SAP Cukai Hasil tembakau yang menjadi merupakan data pokok adalah
data NPPBKC dan data HJE/merk hasil tembakau. Data ini harus sudah ada
sebelum proses pelayanan.
ƒ Proses pelayanan Permohonan Penyediaan Pita Cukai dimulai dari penyerahan
PPPC/PPPCT oleh pengusaha hasil tembakau ke KPPBC sampai proses
pemasukan pita cukai ke gudang pita cukai atau persediaan pita cukai di KPPBC
ƒ Pelayanan CK-1 dibedakan menjadi dua yaitu CK-1 tunai dan CK-1 kredit.
Untuk CK-1 tunai, pita cukai dapat diberikan kepada pengusaha kalau pelunasan
pungutan di CK-1 sudah direkam. Sedangkan CK-1 kredit, pita cukai sudah
dapat diserahkan kalau sudah mendapat persetujuan dan tanggal jatuh temponya
ditetapkan. Untuk pelunasan pungutannya dapat dilakukan sampai batas tanggal
jatuh tempo. Kalau lewat jatuh tempo pengusaha belum melunasi pungutan CK-
1 kredit, maka CK-1 berikutnya akan diblokir otomatis dan yang bersangkutan
dikenakan denda.
ƒ CK-1 kredit hanya diberikan untuk pengusaha yang sudah mendapat Surat
Keputusan penundaaan cukai dan datanya sudah direkam di SAP Cukai.
ƒ CK-2 dan CK-3 dapat digunakan untuk memotong hutang cukai atau memotong
cukai yang harus dibayar pada CK-1 bila tidakmempunyai hutang cukai, dengan
syarat biaya penggantinya sudah dilunasi dan direkam di SAP Cukai.

22
3. Kegiatan Belajar (KB) 2

SISTEM APLIKASI PELAYANAN BC 2.3

3.1. Uraian dan Contoh


1. Tujuan Pengembangan Sistem Aplikasi Pelayanan BC 2.3 S
A. Memudahkan Pengajuan Dokumen BC 2.3
Pengajuan BC 2.3 yang melibatkan Kantor Pengawas dan Kantor Bongkar
membutuhkan suatu jalur komunikasi yang cepat, aman, dan lebih murah.
Hal ini disebabkan letak antara Kantor Pengawas dan Kantor Bongkar
yang seringkali berjauhan. Dengan adanya aplikasi dan media komunikasi
yang memadai diharapkan dapat mendukung kegiatan pelayanan sehingga
lebih sederhana dan dapat mengurangi interaksi antara pengguna jasa
dengan petugas. Hal ini tentu saja akan meningkatkan kecepatan
pelayanan dokumen BC 2.3 dan seharusnya dapat menghemat biaya dalam
proses pengajuan BC 2.3.
B. Standardisasi Data
SAP dirancang sesuai dengan standard aplikasi yang ada di DJBC.
Aplikasi pada DJBC telah mengadopsi beberapa standar internasional,
diantaranya mengikuti rekomendasi World Customs Organization (WCO)
dan standar Electronic Data Interchange for Administration, Commerce
and Transportation (EDIFACT) dari United Nations.
Dengan adanya standardisasi ini maka diharapkan data BC 2.3 yang
diajukan memiliki keseragaman isi yang lengkap dan teratur sehingga
dapat dipertukarkan dengan aplikasi lainnya.
C. Memudahkan Pengambilan Keputusan
Data yang tersimpan dalam database yang teratur dan rapi akan mudah
ditampilkan kembali jika diperlukan. Proses ini tentu akan banyak
membantu dalam memantau aktivitas setiap perusahaan yang melakukan
kegiatan pengeluaran barang impor agar selalu memenuhi ketentuan yang
berlaku.
D. Memudahkan Pengawasan
Dari sisi pengawasan, SAP BC 2.3 sangat menunjang fungsi pengawasan.
Dengan adanya aplikasi tersebut, terdapat pengaturan tugas dan wewenang

23
petugas pada proses pelayanan dan pengawasan. Pejabat yang berwenang
dapat melakukan pengawasan terhadap data-data BC 2.3 yang diajukan
dengan menggunakan fungsi-fungsi pada aplikasi. Selain memantau data,
aplikasi juga bermanfaat dalam mengawasi aktivitas para pengguna SAP
BC 2.3 karena setiap proses perubahan data dan pengambilan keputusan
akan tersimpan datanya, termasuk data petugas yang melakukan kegiatan
dan waktunya. Hal ini berarti akan membantu sistem pengawasan intern di
DJBC.
2. Hubungan Aplikasi Pelayanan BC 2.3 Dengan Aplikasi Lain.
A. Modul Hanggar
Modul hanggar berguna dalam mencatat dan mengirimkan waktu keluar
dan masuk gate. Selain itu, modul hanggar juga berguna dalam mencatat
dan mengirimkan Laporan Hasil Pemeriksaan ke Kantor Pengawas.
3. Dasar hukum, prinsip dan alur proses aplikasi pelayanan BC 2.3.
Pada kegiatan belajar ini, akan diuraikan mengenai dasar hukum Sistem
Aplikasi Pelayanan (SAP) BC 2.3, serta prinsip-prinsip yang ada dalam
aplikasi pelayanan tersebut.
3.1. Dasar Hukum Pelayanan BC 2.3
Dasar hukum dari SAP BC 2.3 adalah sebagai berikut :
• Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 48/
PMK.04 /2005 tanggal Agustus 2005 Tentang Perubahan Kedelapan
Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 101/KMK.05/1997
Tentang Pemberitahuan Pabean.
• Peraturan Direktur Jenderal Bea Cukai Nomor 38/BC/2007 Tanggal
28 Desember 2007 tentang Tata Kerja Pengeluaran Barang Impor
dari Kawasan Pabean Untuk Ditimbun di Tempat Penimbunan
Berikat dengan Menggunakan Sistem Pertukaran Data Elektronik.
• Surat Direktur Jenderal u.p Direktur Teknis Kepabeanan Nomor S-
1209/BC.2/2005 tanggal 06 Juni 2005 tentang Prosedur Pengeluaran
Barang dari TPS dengan SPPB BC 2.3 dalam rangka Ujicoba.

24
3.2. Prinsip Pelayanan BC 2.3
1. Pembuatan BC 2.3
Pada prinsipnya atas semua pengeluaran barang impor dari Kawasan
Pabean untuk ditimbun di TPB wajib diberitahukan oleh Pengusaha
TPB dengan menggunakan dokumen BC 2.3. Namun BC 2.3
tersebut tidak dapat dipergunakan untuk mengeluarkan barang
impor dari Kawasan Pabean berupa makanan dan/atau minuman,
yang dimaksudkan untuk dikonsumsi di TPB. BC 2.3 disampaikan
oleh Pengusaha TPB ke Kantor Pengawasan. TPB yang berada
dibawah pengawasan Kantor Pengawasan yang telah memiliki
sistem PDE wajib menyampaikan BC 2.3 dalam bentuk data
elektronik dengan menggunakan sistem PDE.
2. Kantor Pengawasan
Kantor Pengawasan adalah Kantor Pabean yang mengawasi TPB.
Dalam kegiatan pelayanan, kantor pengawasan berperan sebagai
kantor pendaftaran. Selain sebagai tempat pendaftaran, permohonan
pembatalan terhadap BC2.3 juga diajukan ke Kantor Pengawasan.
Kantor Pengawasan juga melakukan kegiatan menerima dan
meneliti dokumen BC 2.3 yang dikirim oleh Pengusaha TPB.
Selain itu, sebagian besar kantor pengawasan juga dapat sekaligus
berperan sebagai Kantor Pembongkaran (Kantor Bongkar).
3. Kantor Pembongkaran
Kantor Pembongkaran adalah Kantor Pabean yang mengawasi
pelabuhan pembongkaran barang impor. SAP di Kantor
Pembongkaran menerima dan mendistribusikan data BC 2.3, SPPB
Merah atau SPPB dari dan kepada SAP pada Kantor Pengawasan
serta mengirimkan data penutupan pos BC 1.1 dan realisasi
pengeluaran barang impor ke SAP di Kantor Pengawasan.
4. Pendaftaran BC 2.3
ƒ BC 2.3 didaftarkan oleh Pengusaha TPB ke Kantor Pengawas.
ƒ Pada Kantor Pengawasan yang telah menggunakan sistem PDE,
pendaftaran BC 2.3 wajib dilakukan dengan menggunakan sistem
PDE.

25
ƒ Pada Kantor Pengawasan yang tidak menggunakan sistem PDE,
pendaftaran BC 2.3 dilakukan dengan menggunakan disket atau
formulir.
5. Reject BC 2.3
Data BC 2.3 yang diajukan, secara otomatis akan direject oleh
sistem aplikasi dalam hal :
ƒ Data BC 2.3 tidak benar dan atau tidak lengkap;
ƒ Data pemberitahu diblokir
ƒ Penghitungan Bea Masuk, Cukai, PDRI, dan pelunasan PNBP
tidak benar.
6. Pemeriksaan Fisik.
Di dalam sistem aplikasi pelayanan BC 2.3, pemeriksaan fisik
dilakukan bila BC 2.3 mendapatkan SPPB Merah, yaitu BC 2.3
yang termasuk salah satu dari kriteria berikut ini :
ƒ Barang impor merupakan barang yang diimpor kembali atau
barang contoh;
ƒ BC 2.3 termasuk kategori analyzing point dan oleh petugas
diputuskan untuk pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik tersebut dilakukan di TPB.
7. Pembatalan BC 2.3.
Dalam hal terjadi pembatalan BC 2.3, pengusaha TPB wajib
mengajukan permohonan pembatalan ke Kantor Pengawasan tempat
BC 2.3 didaftarkan dengan dilampiri alasan dan bukti-bukti
pendukung. Permohonan pembatalan tersebut harus disampaikan
sebelum barang impor dikeluarkan dari Kawasan Pabean.
Pembatalan dapat dilakukan bila permohonan pembatalan telah
disetujui oleh Kepala Kantor Pengawasan setelah terlebih dahului
dilakukan penelitian.

26
3.3. Alur Pelayanan BC 2.3
4.3.1 Alur Proses Data BC 2.3
Alur proses pelayanan data BC 2.3 PDE sesuai P-38/BC/2007
adalah sebagai berikut :
1. Validasi
Proses validasi merupakan proses yang pertama kali
dilakukan oleh sistem ketika data BC 2.3 masuk ke Kantor
Pendaftaran (Kantor Pengawas). Sistem melakukan
pengecekan terhadap hal- hal berikut ini:
• Status blokir pengusaha TPB;
• Penghitungan Bea Masuk, Cukai, PDRI, dan pelunasan
PNBP;
• Pengecekan kelengkapan dan kevalidan data- data yang
harus diisi.
Jika ketiga pengecekan tersebut valid, maka akan
diteruskan ke proses yang selanjutnya.
2. Pengecekan Skep Penangguhan
Setelah melakukan validasi, sistem melakukan pengecekan
skep penangguhan dari pengajuan BC 2.3. Bila terdapat
skep penangguhan pada pengajuan BC 2.3 tersebut, maka
BC 2.3 akan masuk proses analyzing point. Bila tidak
proses akan dilanjutkan ke tahap yang berikutnya.
3. Pengecekan HS Barang Larangan dan Pembatasan (lartas)
Setelah melakukan pengecekan Skep Penangguhan, sistem
akan melakukan pengecekan apakah barang – barang yang
ada pada pengajuan BC 2.3 diduga termasuk barang yang
dilarang atau dibatasi. Bila terdapat barang-barang yang
diduga termasuk barang yang dilarang atau dibatasi, maka
BC 2.3 akan masuk proses analyzing point.
4. Analyzing Point
Proses analyzing point merupakan proses perekaman hasil
keputusan Petugas Analyzing Point terhadap SKep
Penangguhan atau HS barang larangan dan pembatasan pada

27
BC 2.3 yang bersangkutan. Bila petugas analyzing point
memutuskan bahwa barang pada dokumen BC 2.3
merupakan barang larangan, maka sistem akan memberikan
respon penolakan (reject). Bila tidak, petugas dapat
memutuskan untuk menunggu Skep Perijinan atas barang
yang dimaksud. Bila demikian, maka sistem akan
memberikan respon Konfirmasi Skep Perijinan. Untuk
barang contoh, reimpor KB dan lainnya, yang tidak terkena
analyzing point secara otomatis akan memperoleh respon
SPPB Merah atau SPPB.
5. Gate Out
Pengeluaran barang impor dari Kawasan Pabean dilakukan
dengan menggunakan SPPB Merah atau SPPB. Pada proses
ini juga dilakukan penyegelan oleh Pejabat Bea dan Cukai.
Selain itu juga dilakukan pencatatan waktu keluarnya barang
dari kantor bongkar (kawasan pabean). Pada tahap ini juga
terjadi proses pencatatan jumlah kontainer/ kemasan yang
keluar dari kawasan pabean. Informasi telah keluarnya
barang dari kawasan pabean ini akan dikirimkan ke kantor
pengawasan.
6. Gate In
Pemasukan barang impor ke TPB dilakukan dengan
menggunakan SPPB Merah atau SPPB. Pada tahap gate in
terjadi proses pencatatan waktu masuknya barang ke
kawasan berikat (kantor pengawas). Pada tahap ini juga
terjadi proses pencatatan jumlah kontainer/ kemasan yang
masuk ke kawasan berikat.
7. Perekaman Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
Proses perekaman LHP dilakukan oleh Pejabat Fungsional
Pemeriksa Barang (PFPB). Proses ini bertujuan merekam
realisasi pemeriksaan barang apakah sesuai dengan dokumen
BC 2.3 yang diajukan.

28
8. Penelitian Dokumen
Proses penelitian dokumen terhadap BC 2.3 meliputi hal-hal
berikut ini :
a. kelengkapan dan kebenaran pengisian BC 2.3;
b. kebenaran penghitungan bea masuk, cukai, PDRI, dan
pelunasan PNBP; dan
c. kelengkapan pengisian dokumen pelengkap pabean yang
diwajibkan, berupa BL/AWB, invoice dan packing list,
serta dokumen pelengkap pabean lainnya antara lain
Surat Keputusan dan atau barang yang memerlukan izin
dari instansi terkait .
Alur proses dari pelayanan BC 2.3 secara elektronik dapat
dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Alur Proses Pelayanan Data BC 2.3

29
3.2. Latihan 1
Jelaskan secara singkat dan jelas alur proses data BC 2.3 !

3.3.Rangkuman
Dasar Hukum Pelayanan Sistem Aplikasi BC 2.3 adalah Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 48 / PMK.04 /2005 tanggal Agustus 2005 Tentang
Perubahan Kedelapan Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 101/KMK.05/1997
Tentang Pemberitahuan Pabean. Sedangkan Tata Kerja Pengeluaran Barang Impor
dari Kawasan Pabean Untuk Ditimbun di Tempat Penimbunan Berikat dengan
Menggunakan Sistem Pertukaran Data Elektronik diatur dalam Peraturan Direktur
Jenderal Bea Cukai Nomor 38/BC/2007 Tanggal 28 Desember 2007.
Pada prinsipnya semua pengeluaran barang impor dari Kawasan Pabean untuk
ditimbun di TPB wajib diberitahukan oleh Pengusaha TPB dengan menggunakan
dokumen BC 2.3. Namun BC 2.3 tersebut tidak dapat dipergunakan untuk
mengeluarkan barang impor dari Kawasan Pabean berupa makanan dan/atau
minuman, yang dimaksudkan untuk dikonsumsi di TPB. Dalam kegiatan pelayanan,
Kantor Pengawasan berperan sebagai kantor pendaftaran. Kantor Pengawasan adalah
Kantor Pabean yang mengawasi TPB. Kantor Pembongkaran adalah Kantor Pabean
yang mengawasi pelabuhan pembongkaran barang impor. Pengajuan BC 2.3
dilakukan melalui media disket atau secara PDE atau formulir, tergantung dari
KPPBC tempat BC 2.3 didaftarkan.

30
4. Kegiatan Belajar (KB) 3

PEMBUATAN BC 2.3

4.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh

A. PEMBUATAN BC 2.3

Pada kegiatan belajar ini, akan diuraikan mengenai proses pembuatan data BC 2..3
dengan modul aplikasi sampai dengan pengajuan data BC 2.3 ke Kantor Pengawas,
dan proses penanganan data BC 2.3 pada KPPBC.
1. Pembuatan BC 2.3 pada Perusahaan
1. Modul Aplikasi BC 2.3
Pengusaha TPB wajib menyediakan media komunikasi data elektronik yang
terhubung dengan sistem aplikasi kepabeanan dalam rangka pelayanan
kepabeanan. DJBC telah menyediakan aplikasi BC 2.3 yang selanjutnya
disebut modul BC 2.3 untuk membantu perusahaan membuat dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan sistem dan prosedur BC 2.3. Modul ini
hanya diberikan kepada perusahaan yang telah mengajukan permohonan
untuk mendapatkan modul aplikasi dan terhadap permohonan tersebut telah
memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Modul BC 2.3 yang dipakai saat ini dibuat dengan software Visual Basic 6.0
dan database Microsoft Access yang berbasis pada PC dengan operating
system Windows XP.
2. Membuat BC 2.3
Dengan menggunakan modul aplikasi BC 2.3 tersebut, perusahaan dapat
membuat dokumen BC 2.3. Modul aplikasi BC 2.3 juga telah dilengkapi
dengan modul validasi yang menjamin agar data yang dibuat valid dan
memenuhi standard yang dipakai oleh DJBC.
Uraian lebih rinci tentang tatacara pemakaian Modul Aplikasi BC 2.3 dapat
dibaca pada buku petunjuk operasionalnya. Di dalam modul ini hanya akan
disampaikan layar-layar yang ada di modul BC 2.3 secara garis besar saja,
terutama yang terkait dengan dokumen BC 2.3.

31
Berikut ini diuraikan tentang layar-layar yang berhubungan dengan
pembuatan dokumen BC 2.3 pada modul aplikasi BC 2.3, dimulai dari layar
header.
Perekaman data BC 2.3 terdiri dari beberapa layar, yaitu header, dokumen,
kemasan, kontainer dan layar detil BC 2.3. Layar Header merupakan layar
editing data-data yang merupakan data umum BC 2.3, sedangkan layar detail
untuk merekam data yang berhubungan dengan data per barang.
a. Layar header
Layar header pada modul aplikasi BC 2.3 berguna dalam pengisian
informasi berikut ini :
1. Identifikasi dokumen BC 2.3, meliputi nomor dokumen pengajuan,
KPPBC pendaftaran, tujuan, tujuan pengiriman dan jenis barang.
2. Data Pemberitahuan, meliputi data pemasok, data importir, PPJK,
pengangkutan, pelabuhan, KPPBC pengawas, KPPBC bongkar,
tempat penimbunan, valuta, dan berat (berat bersih dan berat
kotor).

32
Gambar 2 : Layar Perekaman Data Header Dokumen BC 2.3 dengan
Aplikasi TPB Versi 2.5

b. Layar detail
Layar detail memuat informasi setiap barang yang mencakup hal-hal
sebagai berikut :
1. Identitas Barang, meliputi nomor seri barang, jenis barang, tujuan
pengiriman, HS dan seri barang, uraian barang, merk, tipe,
spesifikasi lain, kode barang, Negara asal barang, dan uraian
fasilitas.
2. Harga, meliputi informasi CIF (Cost Insurance Freight), jumlah
satuan, jenis satuan, serta FOB (Freight On Board).
3. Kemasan, meliputi jumlah, jenis, dan berat bersih kemasan.

33
4. Tarif dan Fasilitas, meliputi tarif BM, PPN, PPnBM, PPh, dan tarif
cukai untuk Komoditas cukai.

Gambar Layar Perekaman Data Detail Barang Dokumen BC 2.3


dengan Aplikasi TPB Versi 2.5

B. SAP BC 2.3 Versi Server


1. Spesifikasi hardware, software dan database
a. Hardware, Software Dan O/S
SAP BC 2.3 Versi Server dibuat menggunakan Oracle Developer Patch 6i.
Aplikasi ini ditempatkan pada server IBM Regatta PSeries IBM tipe P 690, P
670, P 650, P 630 dan P 610 dengan O/Snya AIX. Aplikasi diletakkan di IAS
(Internet Aplication Server) berbasis web client.
Sedangkan user memakai PC sebagai client dengan operating system
Windows. Untuk menjalankan aplikasi pada client diperlukan software
internet explorer atau browser lainnya. Disamping itu juga diperlukan adanya
Oracle J-Initiator.
b. Database
Database SAP BC 2.3 versi server adalah database TOAD.

34
2. Pelayanan BC 2.3 Versi Server
Untuk SAP BC 2.3 Versi Server mengadopsi ketentuan pelayanan dokumen BC
2.3 yang berlaku. SAP BC 2.3 Versi Server terbagi atas 3 bagian yaitu :
1. Aplikasi Kantor Pusat
Untuk aplikasi pada Kantor Pusat berperan dalam hal melayani permohonan
pengajuan SKep Penangguhan. Aplikasi ini melayani mulai dari perekaman
permohonan pengajuan Skep Penangguhan hingga pengiriman Skep
Penangguhan yang telah disetujui dari Kantor Pusat ke Kantor Pengawas.
2. Aplikasi Kantor Pengawasan
Untuk aplikasi pada Kantor Pusat berperan dalam hal melayani bidang
perbendaharaan, penerimaan dokumen, proses analyzing point, pemeriksaan
barang, pemeriksaan dokumen, pengawasan P2(Penegahan dan Penyidikan),
pembatalan dan perbaikan BC 2.3 serta Gate-In manual.
3. Aplikasi Kantor Bongkar
Untuk aplikasi pada Kantor Pusat berperan dalam hal melayani gate out secara
manual, serta pengawasan P2.
Contoh dari tampilan SAP BC 2.3 Versi Server dapat dilihat pada beberapa
gambar berikut.

35
Gambar Layar Menu SAP BC 2.3 pada KPPBC Pengawas
Pada TPB Versi Server

3. SAP BC 2.3 Versi PC (Personal Computer)


1. Spesifikasi hardware, software dan database
a. Hardware, Software Dan O/S
SAP BC 2.3 versi PC dibuat dengan menggunakan software Visual
Basic. Aplikasi pelayanan ini ditempatkan pada komputer PC dengan
operating system Windows 2000/NT/XP, processor minimal intel
pentium II, space hardisk minimal 500 MB, RAM 128 MB.
b. Database
Database SAP BC 2.3 versi PC adalah database Access.
2. Pelayanan BC 2.3 dengan aplikasi pelayanan ekspor versi PC.
Sistem Aplikasi Pelayanan (SAP) BC 2.3 Versi PC sangat berbeda dengan
SAP BC 2.3 Versi Server yang dibahas pada bagian awal modul. SAP BC 2.3

36
versi PC ini bersifat sangat sederhana. Aplikasi ini pada dasarnya dibangun
hanya untuk pengumpulan data (data collecting) saja. Aplikasi ini
menyediakan fungsi untuk loading disket BC 2.3 dan fitur-fitur standard
seperti browse dan pencetakan laporan pelayanan BC 2.3. Aplikasi ini telah
diimplementasikan di KPPBC Sunda Kelapa dimana frekuensi pengajuan BC
2.3-nya cukup sering. Contoh tampilan dari SAP BC 2.3 versi PC dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar Layar Loading Disket BC 2.3 dari KPBC Lain


Pada Inhouse TPB Versi PC

37
4.2. Latihan 3

1. Mengapa diperlukan Modul BC 2.3 dalam pembuatan BC 2.3?


2. Data apa saja yang dimasukkan pada layar header Modul BC 2.3?!
3. Jelaskan proses pengiriman BC 2.3 dari pengusaha TPB ke Kantor
Pengawas secara elektronik!
4. Apakah perbedaan antara SAP BC 2.3 versi server dan versi PC?
5. Jelaskan bagian-bagian dalam SAP BC 2.3 Versi Server!

4.3. Rangkuman

DJBC telah menyediakan aplikasi untuk membantu perusahaan membuat


dokumen BC 2.3 yaitu Modul Aplikasi BC 2.3. Kelengkapan data yang
dimasukkan oleh pengusaha akan diperiksa oleh modul agar nantinya bisa
diterima oleh aplikasi BC 2.3 di Kantor Pelayanan. Untuk mengirimkan data BC
2.3 ke KPBC ada dua cara, yaitu melalui disket dan melalui PDE. Hal ini
disesuaikan dengan kondisi dari KPBC tempat pendaftaran BC 2.3.
Berdasarkan fungsinya maka aplikasi pelayanan BC 2.3 meliputi fungsi
pelayanan, pengawasan, pelaporan. Proses pelayanan BC 2.3 meliputi penerimaan
data BC 2.3, pemeriksaan BC 2.3 yang masuk Analyzing Point, pemeriksaan fisik
barang, perekaman hasil pemeriksaan fisik barang, pembetulan BC 2.3,
pembatalan BC 2.3, penerbitan SPPB/SPPBM, penerbitan SPPD dan pelayanan
BC 2.3 manual dan pemasukan datanya ke dalam aplikasi.
Pada KPBC yang tidak terpasang server, disediakan aplikasi pelayanan BC 2.3
versi PC. Pada prinsipnya proses pelayanan BC 2.3 versi PC hanya bersifat data
collecting (pengumpulan data). Di masa yang akan datang, tentu saja SAP BC 2.3
versi akan disempurnakan agar dapat menjalankan fungsi-fungsi lain yang telah
diterapkan pada SAP BC 2.3 versi server.

38
5. Test Formaif 1

Pilihlah jawaban yang paling benar dengan cara melingkari salah satu huruf a, b, c
atau d di bawah ini.

1. Permohonan Penyediaan Pita Cukai (PPPC) diajukan oleh pengusaha ke :


a. Kantor Pusat DJBC
b. Kantor Wilayah Bea dan Cukai
c. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai
d. Jawaban a, b dan c benar semua

2. Sebelum mengajukan pemesanan pita cukai, pengusaha hasil tembakau paling


tidak harus :
a. Mempunyai NPPBKC dan Skep HJE/Merk
b. Mempunyai NPPBKC, Skep HJE/Merk dan telah mengajukan PPPC
c. Mempunyai NPPBKC, Skep HJE/Merk, SKEP Penundaan dan telah
mengajukan PPPC
d. Mempunyai NPPBKC, SKEP Penundaan dan telah mengajukan PPPC

3. CK-1 kredit dapat diselesaikan dengan dokumen berikut, kecuali:


a. CK-2
b. CK-3
c. CK-4
d. SSCP

4. Berikut ini adalah KPPBC yang menggunakan aplikasi cukai versi PC, kecuali:
a. Pasuruan
b. Panarukan
a. Pematang Siantar
b. Yogyakarta

5. Aplikasi cukai hasil tembakau dengan sistem sentralisasi mulai dikembangkan


tahun :

39
a. 2003
b. 2004
c. 2007
d. 2008

6. Elemen data SSCP yang dapat digunakan untuk melunasi pungutan cukai untuk
dokumen CK-1 yang harus ada adalah, kecuali :
a. Nomor dan tanggal SSCP
b. Nomor Transaksi Penerimaan Pajak (NTPP)
c. Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN)
d. Nomor Transaksi Bank (NTB)

7. Order Bea Cukai (OBC) yang dikirim ke Peruri pada aplikasi cukai hasil
tembakau dalam bentuk :
a. Hardcopy
b. Softcopy
c. Hardcopy dan Softcopy
d. Jawaban a, b dan c salah

8. Setelah CK-1 kredit disetujui maka nilai cukai di CK-1 otomatis akan :
a. Mengurangi saldo penundaan
b. Menambah saldo penundaan
c. Mengurangi saldo pengembalian cukai di CK-2
d. Menambah saldo pengembalian cukai di CK-2

9. Dalam hal CK-3 digunakan untuk menyelesaikan/memotong hutang cukai CK-1


kredit dan nilai pengembaliannya lebih besar dari nilai cukai di CK-1 maka :
a. Nilai pengembalian cukai di CK-3 dianggap sudah habis
b. Sisa nilai pengembalian cukai di CK-3 tidak dapat digunakan lagi
c. Sisa nilai pengembalian cukai di CK-3 dapat dicairkan
d. Sisa nilai pengembalian cukai di CK-3 dapat digunakan untuk memotong
tagihan cukai di CK-1 yang lain

40
10. Dalam hal CK-3 digunakan untuk menyelesaikan/memotong hutang cukai CK-1
kredit dan nilai pengembaliannya lebih kecil dari nilai cukai di CK-1 maka :
a. Nilai pengembalian cukai di CK-3 tidak dapat digunakan
b. Pembayaran harus dengan SSCP
c. Kekurangan nilai cukai di CK-3 dapat ditambah dengan SSCP
d. CK-3 hanya dapat digunakan untuk CK-1 yang nilai cukainya lebih kecil dari
nilai pengembalian atau nilai CK-1 sama dengan nilai pengembalian

11. Pengeluaran hasil tembakau dengan dokumen CK-8 harus ditutup dengan
dokumen :
a. CK-1
b. PEB
c. CK-2
d. PIB

12. Pengeluaran hasil tembakau dengan CK-8, terhadap cukainya :


a. Tidak dipungut
b. Dibayar setelah CK-8 mendapat nomor
c. Dibayar dulu cukainya dan dapat dikembalikan setelah hasil tembakau
benar-benar diekspor
d. Jawaban a, b dan c benar

13. Yang merupakan data pokok dan harus ada terlebih dahulu untuk proses
pelayanan cukai hasil tembakau adalah :
a. Data NPPBKC dan data HJE/Merk
b. Data CK-2 dan CK-3
c. Data Skep Penundaan
d. Data produksi hasil tembakau

14. Yang tidak dapat menambah saldo penundaan adalah :


a. SSCP
b. CK-2
c. CK-3

41
d. CK-1

15. Akhir dari proses pelayanan PPPC adalah :


a. Pengeluaran pita cukai
b. Order Bea Cukai
c. Penambahan persediaan pita cukai di gudang KP DJBC atau KPPBC
d. Jawaban a, b dan c benar

16. Yang dimaksud dengan data referensi pada aplikasi cukai hasil tembakau adalah
adalah :
a. Data yang sering berubah dan dipakai sebagai referensi dalam aplikasi
b. Data yang sifatnya tetap dan dipakai sebagai referensi dalam aplikasi
c. Data transaksi yang dipakai sebagai referensi dalam aplikasi
d. Data transaksi penundaan

17. Hal- hal berikut ini merupakan data-data yang harus diisi pada layar header Modul
BC 2.3, kecuali…
a. Data Pemasok dan Data Importir
b. KPPBC Pengawas dan KPPBC Bongkar
c. Pelabuhan dan Pengangkutan
d. Tempat Penimbunan dan Berat tiap barang

18. Sistem Aplikasi Pelayanan (SAP) BC 2.3 versi server dibangun menggunakan
software…
a. Oracle
b. Visual Basic 6.0
c. MySQL
d. Microsoft Access

19. Berikut ini merupakan bagian- bagian dalam SAP BC 2.3 versi server, kecuali…
a. Aplikasi Kantor Pusat
b. Aplikasi Kantor Pengawas
c. Aplikasi Kantor Bongkar
d. Aplikasi Hanggar

42
20. Berikut ini merupakan jenis respon yang diterima oleh PDKB melalui sistem PDE
BC 2.3, kecuali…
a. Respon Umum
b. Respon Analyzing Point
c. Respon NPPD
d. Respon Reject

21. Pengeluaran barang impor dari kawasan pabean menggunakan dokumen…


a. BC 1.1
b. NPP
c. SPPB
d. NPPD

22. Berikut ini hal-hal pada pengajuan BC 2.3 yang tidak dapat dilakukan perbaikan
secara PDE, kecuali…
a. Pelabuhan
b. Identitas Pengusaha TPB
c. Kode Kantor Pabean
d. Jenis barang

23. Pernyataan berikut ini benar, kecuali…


a. Dalam hal SAP pada Kantor Pendaftaran sistem PDE tidak berjalan
sebagaimana mestinya, maka pendaftaran dilakukan dengan menyerahkan
formulir.
b. Permohonan pembatalan BC 2.3 disampaikan sebelum barang impor
dikeluarkan dari Kawasan Pabean.
c. Perbaikan pertama BC 2.3 disampaikan dengan sistem PDE.
d. Untuk penyampaian BC 2.3, Pengusaha TPB wajib membayar PNBP sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

24. Berikut ini adalah layar-layar yang terdapat pada Modul BC 2.3 kecuali..
a. Layar Header
b. Layar Tarif
c. Layar Kemasan

43
d. Layar Dokumen

25. Berikut ini hal- hal yang harus diisikan dalam perekaman dokumen, kecuali…
a. Kode dokumen pendukung,serta nomor dan tanggal dokumen yang dimaksud
b. Masa berlaku dokumen
c. Jenis dokumen
d. Uraian jenis dokumen

26. Pernyataan yang paling tepat dibawah ini adalah…


a. BC 2.3 yang mendapat respon SPPB dilakukan pemeriksaan fisik barang di
TPB
b. Pengeluaran barang impor dari Kawasan Pabean dilakukan dengan
menggunakan SPPB Merah atau SPPB
c. Permohonan pembatalan BC 2.3 disampaikan sebelum barang impor masuk ke
Kawasan Pabean.
d. Untuk penyampaian BC 2.3 menggunakan media penyimpan elektronik,
Pengusaha TPB wajib membayar PNBP sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

44
6. Kunci Jawaban Test Formatif 1

1. C 14. D
2. B 15. C
3. C 16. B
4. A 17. D
5. D 18. A
6. D 19. D
7. C 20. D
8. A 21. C
9. D 22. A
10. C 23. A
11. B 24. B
12. A 25. B
13. A 26. D

7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat pada
bagian akhir modul ini, dan hitungllah jawaban Anda untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda.
Rumus :
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar X 100 %
20
Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
kegiatan belajar selanjutnya. Tetapi bila penguasaan Anda kurang dari 80%, Anda
harus mempelajari kembali terutama bagian yang belum Anda kuasai.

45
8. Daftar Pustaka

Undang-undang nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai


Undang-undang nomor 39 tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-undang nomor
11 tahun 1995 tentang Cukai.
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor P-22/BC/2005 tentang Penyediaan
dan Tata Cara Pemesanan Pita Cukai Hasil Tembakau.
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor P-24/BC/2005 tentang Desain dan
Warna Pita Cukai Hasil Tembakau.
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor P-04/BC/2006 tentang Perubahan
atas Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor P-22/BC/2005 tentang
Penyediaan dan Tata Cara Pemesanan Pita Cukai Hasil Tembakau.
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor P-31/BC/2007 tentang Penyediaan
dan Tata Cara Pemesanan Pita Cukai Hasil Tembakau.
Peraturan Direktur Jenderal Bea Cukai Nomor 38/BC/2007 Tanggal 28 Desember
2007 tentang Tata Kerja Pengeluaran Barang Impor dari Kawasan Pabean
Untuk Ditimbun di Tempat Penimbunan Berikat dengan Menggunakan Sistem
Pertukaran Data Elektronik.
Fuad Fauzi, Petunjuk Teknis Aplikasi Cukai Tembakau, Direktorat Informasi
Kepabeanan dan Cukai
Hotmauli Simamora, Petunjuk Teknis Sistem Aplikasi BC 2.3, Direktorat Informasi
Kepabeanan dan Cukai

46

Anda mungkin juga menyukai