Anda di halaman 1dari 96

”SISTEM PERAWATAN KESEHATAN TRADISIONAL PADA MASA

KEHAMILAN DAN PASCA MELAHIRKAN DI DESA MODAYAMA


KECAMATAN KAYOA UTARA”

(Hasil Penelitian)

ELMA JAMAL
06321511005

PROGRAM STUDY ANTROPOLOGI SOSIAL

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE 2020

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan utama setiap manusia

yang ada di dunia. Hal ini bisa di lihat ketika kita berkunjung ke setiap

rumah sakit yang ada di sekitar kita, begitu banyak teknologi yang

kemudian dihadirkan dan disuguhkan kepada setiap lapisan masyarakat

yang mencari kesehatan melalui metode perawatan moderen.

Disisi lain banyak masyarakat yang masih percaya dengan

pengobatan tradisional dalam era modern seperti sekarang ini.

Pembahasan mengenai pengobatan tradisional juga tidak lepas dari

praktek-praktek yang dijalankan oleh para dukun, yang merupakan bagian

dari sistem medis tradisional.

2
Pengobatan tradisional adalah bagian dari kebudayaan masyarakat

Indonesia yang diturunkan dari generasi ke generasi, baik secara lisan

maupun tulisan (Djantik dalam Nisfiyanti,2012:130 vol. 4). Obat tradisional

biasanya diracik dari tumbuhan. Obat-obatan tradisional yang terbuat dari

tumbuhan tersebut mudah di dapat di sekitar tempat tinggal dan secara

ekonomi lebih terjangkau bila dibandingkan dengan obat pada

pengobatan modern saat ini. Pengobatan tradisional juga dianggap relatif

aman karena tidak dicampur dengan bahan kimia sehingga tidak berefek

samping seperti pengobatan modern.

Perawatan tradisional juga meliputi perawatan kesehatan reproduksi

pada ibu hamil dan perawatan ibu dan anak. Ada anggapan bahwa

pengetahuan dan perawatan yang tidak tepat pada ibu hamil dapat

berakibatpada resiko kematian bayi.

Di Maluku Utara informasi menyatakan bahwa angka kematian bayi

di Maluku Utara dari 2009-2016, angka kematian bayi dilaporkan

mencapai 1.361 kasus. Pada 2010 kematian bayi bahkan menembus 249

kasus dan mengalami peningkatan pada 2012 yang mencapai 326 kasus

serta 342 kasus pada 2013. Berdasarkan wilayah, kematian bayi tertinggi

dilaporkan terjadi di Kabupaten Halmahera Selatan yang menembus 119

kasus dari total 223 di tahun 2012 (Burgianto 2018).

3
Profil kesehatan di tahun (2012) melaporkan di Kabupaten

Halmahera Selatan terdapat 119 angka kematian bayi meninggal. Dari

seluruh Kabupaten/Kota di Maluku Utara, jumlah bayi meninggal yang

dilaporkan pada umumnya mengalami peningkatan dibanding tahun 2011

terutama di Kabupaten Halmahera Selatan dan Kabupaten Halmahera

Barat.Halsel menjadi Kabupaten dengan angka kematian ibu terbesar di

Maluku Utara dengan 136 kasus. Hal ini terjadi karena banyak faktor yang

menyebabkan angka kematian ibu terjadi salah satu diantara, kurangnya

pengetahuan ibu mengenai kehamilan, kurang iNfrastruktur kesehatan

dan yang paling banyak yakni kurangnya tenaga medis profesional.

Ketika penulis mencoba menelusuri praktek kesehatan tradisional

khusus pada ibu hamil dan pasca melahirkan, penulis mendapati bahwa

bentuk perawatan yang terjadi di Desa Modayama adalah mulai dari awal

bulan kehamilan hingga pasca melahirkan menggunakan berbagai

langkah perawatan. Berkaitan dengan pengobatan tradisional di desa

Modayama sendiri, penulis menemukan “bahwa ibu-ibu yang menjalani

kehamilan dan pasca melahirkan sering kali menggunakan jasa

perawatan tradisional, yang dilakukan oleh orang-orang yang dianggap

memiliki kemampuan seperti kemampuan mistis untuk melakukan

Pengobatan tradisional”.

4
Berkaitan dengan informasi di atas, tampak ada hal yang menarik

bahwa di era moderen ini ternyata masih ada yang menggunakan

perawatan kesehatan dengan metode atau perawatan tradisional yang

sebagiannya berbau mistis sementara perawatan moderen sudah begitu

luas menjangkau masyarakat.

Oleh karena itu penulis mengangap pentingnya suatu penelitian

mengenai perawatan tradisional khusus kepada wanita hamil dan pasca

melahirkan di masyarakat Desa Modayama, yang sampai saat ini masih

melestarikan dan menjaga kebudayaan tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas adapun masalah-masalah yang

timbul ialah:

1. Mengapa sebagian masyarakat Modayama masih menggunakan sistem

perawatan tradisional khususnya perawatan ibu hamil dan pasca

melahirkan?

2. bagaimana penilaian masyarakat Modayama tentang efektifitas

perawatan tradisional tersebut?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

5
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan penelitian yang

sudah dipaparkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui alasan menggapa masyarakat masih menggunakan

pengobatan tradisional dalam perawatan ibu hamil dan pasca melahirkan.

2. Untuk mengetahui penilaian masyarakat tentang efektifitas perawatan

tradisional tersebut.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah mencakup dua kegunaan yaitu

kegunaan teoritis dan kegunaan praktis:

1. Secara teoritis

Dengan penulisan ini diharapkan dapat memberikan kostribusi atau

masukan,untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, terutama pada ilmu

Antropologi Kesehatan.

2. Secara praktis

Dengan penilitian ini diharapkan dapat menambah wawasan atau

pengetahuan terkait dengan kepercayaan masyarakat Modayama

terhadap pengobatan tradisional pada ibu hamil dan pasca melahirkan.

1.5 TINJAUAN PUSTAKA

Umumnya penelitian antropologi yang berkaitan dengan kesehatan

berada dalam ranah antropologi kesehatan dengan fokus pada kajian

hubungan antara kebudayaan dan kesehatan. Kajian hubungan antara

6
kebudayaan dan kesehatan ini memberi ruang yang begitu luas bagi studi-

studi antoropologi kesehatan.

1. Perawatan Kesehatan Tradisional

Salah satu studi yang dilakukan oleh Sembiring dan Sismudjito

(2015), dalam artikel mereka yang berjudul pengetahuan dan

pemanfaatan metode pengobatan tradisional pada masyarakat desa suku

Nalu Kecamatan Barus Jahe menemukan bahwa masyarakat di Desa

Suku Nalu terbagi dua kategori penyakit yaitu, naturalistik dan

personalistik. Pengetahuan melalui metode pengobatan tradisional pada

dasarnya bersumber dari interaksi seseorang dengan keluarga, anggota

keluarga pasien, dan tetangga. Dengan metode pengobatannya

menggunakan bahan dasar alami seperti daun-daunandan hewani.

Pengobatan tradisional dipilih karena ketidakmampuan atau ketakutan

sistem medis moderen dalam menangani penyakit tertentu.

Berbeda dengan studi Sembiring dan Sismudjito tersebut, studi yang

dilakukanNisfiyanti (2012), dalam artikelnya yang berjudulsistem

pengobatan tradisional studi kasus di desa Juntinyut Kecamatan Juntinyut

Kabupaten Indramayu menemukan bahwa masyarakat Juntinyut masih

menjalankan tradisi para leluhur dengan cara menerapkan pengetahuan

tentang obat dan pengobatan tradisional dalam kehidupan sehari-hari.

Pengobatan tradisional dilakukan sebagai upaya pertolongan pertama

atau darurat sebelum ke pengobatan medis.

7
Studi antropologi yang dilakukan oleh Sari (2006), dalam artikelnya

yang berjudul pemanfaatan obat tradisional dan pertimbangan manfaat

dengan keamanannyamenemukan manfaat obat tradisional tergantung

pada beberapa ketetapan yaitu ketetapan dosis,ketetapan waktu

penggunaan,kebenaran bahan,ketetapan cara penggunaan,ketetapan

telaah informasi,tanpa penyalahgunaan dan, ketetapan pemilihan obat

untuk indikasi tertentu. Menurut Sari pengobatan tradisional juga akan

berpengengaruh buruk bagi kesehatan jika pengobatan dilakukan secara

terus-menerus.

Nurmalasari, dkk (2012), dalam artikelnya yang berjudul studi kasus

pemanfataan tumbuhan sebagai obat-obatan tradisional oleh masyarakat

Adat Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya menemukan bahwa salah

satu pemanfaatan potensi alam adalah obat-obatan tradisional yang

menitikberatkan pada fungsi preventif dan kuratif awal terhadap serangan

penyakit sebelum mendapatkan pengobatan dari puskesmas terdekat.

Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat diperoleh dari kebun, hutan,

perangan, pinggir jalan, tegalan dan sawah.

Selain itu mereka juga menemukan bahwa upaya pelestarian

tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat

Adat Kampung Nagaadalah jenis-jenis tumbuhan yang belum diketahuai

diambil contohnya, kemudian dibuat dalam bentuk herbarium untuk

diindentifikasi guna mengetahui nama ilmiahnya. Masyarakat Adat

Kampung Naga dalam menjaga kelestarian hutannya dengan memegang

8
teguh budaya “pamali” (pantangan). “Pamali” adalah pantangan atau

larangan yang jika dilanggar akan menyebabkan bencana bagi sebagian

orang yang mempercayainya.

Penelitian berbasis pengobatan tradisional juga dilakukan Rahayu

(2012), dalam artikelnya yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan

dengan pemilihan pengobatan tradisional di wilayah kerja Puskesmas

Muara Siberut Kecamatan Siberut Selatan KabupatenKepulauan

Mantawaitahun 2012 berfokus pada pemilihan sumber perawatan

menemukan bahwauntuk meningkatkan pemahaman masyarakat dalam

pemilihan pengobatan tradisional ini diperlukan penyuluhan tentang

dampak pengobatan tradisional kepada masyarakat melalui tokoh

masyarakat dan tokoh agama yang menjadi panutan masyarakat, apabila

memilih pengobatan moderen masyarakat akan mengukuti tindakan

mereka dan lambat laun akan berubah perilaku masyarakat yang memilih

pengobatan tradisional beralih ke pengobatan moderan.

Dewi juga menemukan bahwa faktor-faktor yang berhubungan

dengan pemilihan pengobatan adalah pengetahuan, sikap, pekerjan,

pendidikan, jarak tempat tinggal, dan kebudayaan. Kebudayaan

mempunyai hubungan yang sangat signifikan dengan pemilihan

pengobatan dan merupakan faktor yang paling dominan karena

masyarakan di wilayah kerja peskesmas Muara Siberut Kecamatan

Siberut Selatan masih mempunyai kebudayaan yang masih kuat dan

mempercayai sikerei dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit

9
serta sesuai dengan teori bahwa masyarakat yang memiliki kebudayaan

kuat akan cenderung memilih pengobatan trdisional yang ada ditengh-

tengah mereka.

Penelitian kesehatan yang menggunakan perspektif antropologi juga

dilakukan oleh Dumatubun (2002), dalam artikelnya yang berjudul

Kebudayaan, kesehatan orang Papua dalam perspektif antropologi

kesehatan. Peneliti menemukan bahwa dalam kesehatan orang Papua

mempunyai seperangkat pengetahuan yang berhubungan dengan

masalah kesehatan berdasarkan perspektif masing-masing suku bangsa.

Keanekaragaman dalam kebudayaan baik dalam unsur mata

pencaharian, ekologi, kepercayaan/religi, organisasi dan lainnya secara

langsung memberikan pengaruh terhadap kesehatan pada warganya.

Kebudayaan mempunyai sifat yang tidak statis, berarti dapat berubah

cepat atau lambat karena adanya kontak-kontak kebudayaan atau adanya

gagasan baru dari luar yang dapat mempercepat perubahan.

Peneliti juga menemukan bahwa orang Marind-anim yang berada di

selatan Papua juga mempunyai konsepsi tentang sehat dan sakit, dimana

seseorang mulai sakit berarti orang tersebut terkena guna-guna (black

magic). Hal yang sama juga terdapat pada orang Amungme, dimana bila

terjadi ketidak seimbangan antara lingkungan dan manusia maka akan

timbul berbagai penyakit.

Interprestasi orang papua tentang ibu hamil, melahirkan dan nifas

mempunyai konsepsi dasar berdasarkan pandangan kebudayaan mereka

10
masing-masing terhadap berbagai penyakit. Akibat adanya pandangan

tersebut maka orang Papua mempunyai cara pengobatan sendiri, contoh

kasus pada orang Hatam dan Sough yang memandang kehamilan adalah

suatu gejala alamiah dan bukan suatu penyakit. Untuk itu harus ada

pantangan-pantangan secara adat, dan bila dilanggar akan menderita

sakit.

Studi kesehatan lainnya dilakukan oleh Triratnawati(2010), dalam

artikelnya yang berjudulpengobatan tradisional, upaya meminimalkan

biaya kesehatan masyarakat didesa Jawa menemukan bahwa, masuk

angin merupakan penyakit yang paling sering dialami masyarakat

desa.Oleh karena itupengobatan tradisional mejadi pertolongan pertama

yang dianggap muda, murah dan manjur serta sesuai dengan kerangka

berpikir mereka terkait konsep keseimbangan.Dalam hal ini pengobatan

tradisional telah menjadi tradisi masyarakat di Jawa.

Atikjuga menemukan konsep sehat sakit menurut orang Jawa yaitu

ketidakseimbangan akan menimbulkan sakit. Keseimbangan ini tidak

hanya menyangkut makrokosmos melainkan mikroskosmos. Pengobatan

tradisional kerokan dilakukan sebagai tahap pertama, apabila belum

membawa kesembuhan barulah dikominasikan dengan obat warung.

1. Perawatan Kesehatan Masa Kehamilan dan Pasca Melahirkan

Studi yang dilakukan oleh Kartikowati dan Hidir (2014), dalam artikel

mereka yang berjudul sistem kepercayaan di kalangan ibu hamil dalam

Masyarakat Melayumenemukan bahwa masyarakat Melayu khususnya di

11
Kecamatan Singingi Hilir, masih percaya adanya mahluk halus yang

mengganggu ibu hamil. Sehingga diharuskan pada ibu hamil saat

berpergian membawa gunting, pisau, atau bawang puti yang ditusuk

dengan jarum atau peniti. Hal ini diyakini bahwa benda-benda tersebut

mempunyai makna yang dapat melindungi ibu hamil dari gangguan

mahluk halus.

Mereka juga menemukan bahwa tali ari-ari yang dipotong dan

disimpan oleh ibunya mempunyai makna penyembuhan ketika anak

sedang sakit atau demam. Masyarakat Melayu di Singingi Hilir juga

meyakini bahwa air susu ibu (ASI) Pertama yang berwarna kuning dan

bau itu berakibat buruk jika diberikan pada bayi.

Studi kasus lainnya yang dilakukan Maas (2004), dalam artikelnya

yang berjudul kesehatan ibu dan anak persepsi budaya dan dampak

kesehatannya menemukan bahwa pada suku Sasak Lombok,

memberikan nasi papak atau nasi yang telah dikunyah ibunya lebih dahulu

diberikan pada bayi agar bayinya tumbuh sehat dan kuat. Mereka percaya

bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan yang terbaik untuk bayi.

Linda juga menemukan bahwa pola makan minum sang ibu sangatlah

berpengaruh pada kesehatan ibu dan anak.

Salah satu persepsi budaya yang ditemukan Wibowo (1993), dalam

Linda bahwa adanya pandangan atau kepercayaan di Jawa Tengah

bahwa ibu hamil pantang makan telur karena dapat mempersulit

persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan

12
pendarahan yang banyak. Selain itu, larangan untuk memakan buah-

buahan seperti pisang, nenas, ketimun, dan lain-lain bagi wanita hamil

juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama

masyarakat di daerah pendesaan.

Studi perawatan kesehatan lainnya yang dilakukan Miskiyah (2017),

dalam karyanya yang berjudul sistem pengetahuan kesehatan tradisional

tentang perawatan ibu dan bayi dalam 40 hari pertama pasca persalinan

pada masyarakat desa Medini Kecamatan Gajah Kabutapaten Demak.

Mur menemukan bahwa masyarakat Demak memandang masa 40 hari

pasca persalinan adalah masa rawan ibu dan bayi. Banyak ganguan yang

datang yang akan memengaruhi kesehatan dan keselamatan kedunya.

Bayi dianggap mahluk yang suci sedangkan perempuan pasca bersalin

memiliki bau wangi yang khas yang disukai mahluk gaib.

Mur juga menemukan bahwa selama 40 hari ibu dan bayi akan

dirawat dan dikontrol oleh dukun bayi. Hal ini dikarenakan keadaan ibu

secara fisik yang masih lemah dan kondisi bayi yang masih sangat rentan

sehingga butuh tenaga ahli untuk merawatnya. Masyarakat desa medini

masih mempercayakan perawatan bayi pada dukun bayi dengan sistem

medis tradisional. Kepercayaan masyarakat Jawa akan kekuatan

supranatural mendorong masyarakat untuk lebih memilih perawatan bayi

secara tradisional. Kepercayaan tersebut, disebabkan adanya penyakit

yang tidak terdeteksi oleh medis moderen, seperti ganguan mahluk halus

atau biasa disebut dengan personalistik.

13
Penelitian berbasis perawatan kesehatan ibu hamil juga dilakukan

oleh Kosnodiharjo dan Lusi kristina (2013) dalam karyanya yang berjudul

praktek budaya perawatan kehamilan di desa Gadingsari Yogyakarta.

Mereka menemukan bahwasannya kehidupan masyarakat di desa

Gadingsari Bantulmasih dianjurkan untuk mengesumsi makanan-makanan

tertentu serta berbagai ritual berdasarkan konsepsi-konsepsi, nilai-nilai

budaya serta tradisi sosial berupa ritual terkait dengan kehamilan. Ritual

yang diyakini masyarakat dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi,

harapannya si Ibu dan bayi sehat dan selamat hingga masa persalinan.

Mereka juga menemukan bahwa masyarakat Desa Gadingsari

Bantul masih taat menjalankan tradisi serta berbagai pantangan dan

anjuran terkait dengan perawatan ibu hamil. Hal ini merupakan praktek

budaya yang dilandasi nilai-nilai budayasecaratradisional.

Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Praditama (2014) dalam

artikelnya yang berjudul pola makan pada ibu hamil dan pasca melahirkan

di Desa Tripan Kecamatan Berber Kabupaten Nganjuk. Dian menemukan

bahwa anggapan masyarakat di desa Tripang adalah apabila seseorang

sudah makan ketika sudah mengesumsi nasi. Masyarakat juga lebih

memilih makanan seadanya yang tersedia pada lingkuangan atau penjual.

Dalam hal ini untuk pola makan berdasdarkan metode segi tiga kuliner

dengan konsep strukturalisme yang dikemukakan oleh Levis-Trauss

dalam Koentrajaningrat, pertama ialah jenis lauk-pauk yanmg dikonsumsi

setiap hari adalah tempe dan tahu karena mudah didapat. Kedua, ikan

14
dan telur yang sering di konsumsi. Ketiga, daging dan ikan sagat jarang di

konsumsi karena harga yang mahal dan tidak terjangkau.

Pantang makanan ibu hamil dan pasca melahirkan di Desa Tripan

tidal berlaku secara ketat, hal ini dilihat pada pola makan selama hamil.

Sama seperti orang normal, ada yang mengkhususkan untuk memilih

makanan tertentu, namun ada juga yang tidak mengkhususkan polan

makan tersebut karena, kondisi hamil dianggap suatu peristiwa yang

wajar.

Penelitian lainnya yang dilakukan Ilmi,dkk (2016) dalam karyannya

yang berjudul kajian perilaku kesehatan dukun terhadap Ibu dan bayi

setelah melahirkan suku asli Dayak Meratus Kalimantan Selatan mereka

menemukan bahwa masyarakat Suku Dayak tidak memiliki pilihan lain

dalam membantu persalinan selain dibantu oleh dukun beranak. Dukun

beranak yang dipercayai memiliki kemampuan khusus dalam membantu

persalinan. Adapun tindakan yang dilakukan pada ibu setelah melahirkan

adalah pembersihan pada ibu, pengolesan getah pucuk daun pisang

muda pada luka ibu memberikan obat-obatan atau pelungsur, melakukan

penguratan pemulihan atau pengembalian rahim ibu, melakukan babat

perut ibu, papadah dukun beranak bagi ibu nifas.

Perawatan bayi juga dilakukan oleh dukun beranak yaitu,

pembersihan bayi, memotong tali pusar, memandikan bayi setelah tali

pusar dilepas, melakukan babat dan bedung pada bayi, dan melakukan

penguburan plasenta bayi oleh ayah atau wali laki-laki. Ritual yang

15
dilakukan dukun kampong atau tokoh adat saat setelah melahirkan yaitu

wadak, tolak bala dan beuri.

Perawatan kesehatan lainnya juga dilakukan oleh Zamriati, dkk

(2013) dalam artikelnya yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan

dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan di Poli PKM Tuminting

mereka menemuka bahwa, pada umumnya ibu yang tidak memiliki

persiapan untuk melahirkan akan lebih cemas dan memperlihatkan

ketakutan dalam suatu perilaku diam hingga menangis. Dari uji hasil

statistik adapun faktor hubungan umur dengan kecemasan ibu hamil yaitu,

menyangkut pada tingkat kepercayaan yang menunjukan kecemasan ibu

hamil untuk bersalin, waktu dekat menuju persalinan, usia yang muda,

dan pengalaman sebelumnya.

Kehamilan di umur kurang dari 20 tahun bisa menimbulkan masalah

karena, kondisi yang belum 100% siap. Untuk umur yang dianggap paling

aman untuk menjalani kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.

Puspitawati dan Batubara (2015), meneliti tentang kedukunan dalam

artikelnya yang berjudul pertolongan persalinan Ma’blien pada masyarakat

Desa Sawang Kecamatan Samudera Aceh Utara menemukan bahwa

masyarakat desa Sawang masih mempercayai Ma’blein atau yang biasa

disebut dukun beranak dalam pertolongan persalinan. Rasa kepercayaan

masyarakat karena pertolongan persalinan yang dilakukan oleh Ma’blein

merupakan tradisi turun-temurun oleh kelurga mereka.

16
Masyarakat Desa Sawang mengganggap Ma’blien sebagai orang

yang diberikan kemampuan untuk membantu masa kehamilan hingga

proses persalinan. Adapun cara atau tradisi masyarakat desa Sawang

dalam memecah dan mengatasi angka kelahiran yaitu, suami istri

berpisah rumah sementara waktu, semisalnya istri selesai lahiran selang

beberapa minnggu kemudian dipisahkan.

Masyarakat Modayama khususnya pada ibu hamil juga memiliki

sistem perawatan tradisional, baik pada masa hamil dan setelah

melahirkan. Walaupun demikian masih banyak hal yang belum diketahui

perkenaan dengan sistem keyakinan, pengetahuan budaya, dan praktek

perawatan pada sistem perawan tradisional untuk ibu hamil dan pasca

melahirkan pada masyarakat Modayama. Oleh karena itu, studi ini akan

berusaha mengungkap aspek-aspek sosial budaya tersebut. Studi ini

berasumsi bahwa aspek-aspek tersebut dapat membantu menjelaskan

mengapa sebagian orang masih menggunakan perawatan tradisional

padahal fasilitas perawatan moderen sudah tersedia. Dengan

mengfokuskan pada perawatan kesehatan ibu hamil hingga pasca

melahirkan.

1.6 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, penulis bermaksud mendeskripsikan

pandangan dan kepercayan masyarakat Modayama terhadap perawatan

17
tradisional pada ibu hamil dan pasca melahirkan. Beberapa konsep kunci

yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1.6.1 Konsep sehat dan sakit

Menurut WHO sehat merupakan suatu keadaan yang sempurna baik

fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan

(WHO, 1947). Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36

tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spirutual,

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

secara sosial dan ekonomi (UU No. 36 tahun 2009).

Dunn dan Audy (1976a, 1976b; 1971; Audy dan Dunn 1974) dalam

Kalangie (1994 : 39) menjelaskan konsep sehat dan sakit sebagai suatau

kondisi individu dan kelompok sosial yang dinamis, selalu dalam keadaan

berubah-ubah. Sifat berubah-ubah ini bukan hanya dapat diamati dan

dirasakan dalam suatu masa tertentu yang relatif panjang (seperti masa

bayi atau masa usia lanjut) tetapi juga dalam periode singkat (seperti

sehari atau seminggu)

Konsep sehat sakit sebagai konstruksi sosial budaya dalam

perspektif antropologi adalah sehat sakit yang diinterprestasikan orang

yang berbeda-beda, berdasarkan komunitas penyandang kebudayan

mereka. Perbedaan pemahaman terhadap konsep sehat sakit dapat

dilihat secara etik maupun emik, hal ini karena adanya pengetahuan yang

berbeda konsep sehat tadi, walaupun secara nyata akan terlihat bahwa

18
seseorang secara etik dinyatakan tidak sehat, tetapi masih melakukan

aktifitas sosial lainnya.

Dalam konsep sehat dan sakit, fariabel atau faktor lain yang ikut

berperan ialah :

1.6.2 Konsep kepercayaan

Agus (2006 : 1-3) mengatakan bahwa kepercayaan merupakan

keyakinan adanya kekuatan gaib, luar biasa atau supranatural.

Kepercayaan yang diyakini kebenarannya menimbulkan perilaku tertentu

serta menimbulkan sikap mental tertentu, seperti rasa takut, rasa optimis,

dan lainnya tergantung individu atau masyarakat yang mempercayainnya.

Koentjaraningrat (2009 : 294-295) kepercayaan merupakan suatu

hal yang mutlak yang berhubungan dengan religi, dimana manusia

percaya pada adanya suatu kekuatan gaib yang dianggap lebih tinggi

darinya. Semua aktivitas manusia yang bersangkutan dengan religi

berdasarkan atas suatu getaran jiwa yang biasanya pernah dialami oleh

setiap manusia. Adapun sitem kepercayaan ialah gagasan, pelajaran,

aturan, dan agama. Didalam kepercayaan berkaitan erat dengan sistem

perawatan:

1.6.3 Sistem perawatan kesehatan

Kleinman (1980 : 29-32) dalam Kalangie (1994), mengemukakan 3

sumber perawatan kesehatan yaitu: Sistem perawatan umum, sistem

perawatan kedukunan (folk), dan sistem perawatan profesional. Sektor

sistem perawatan umum (popular sector) merupakan sumber perawatan

19
selftreatment atau home remedies yang pengobatannya disediakan untuk

penderita atau keluarga.Sistem perawatan kedukunan (folk)merupakan

sistem medis tradisional atau pribumi dengan memperhatikan bentuk-

bentuknya yang kodrati maupun adikodrati dari segi-segi etiologi, terapi,

dan prevensi penyakit, jasmani maupun jiwa.

Sedangkan Sistem perawatan profesional merupakan berbagai

profesi perawatan yang terorganisasi dengan berbagai pranata pelayanan

kesehatan seperti profesi yang dikenal sebagai sistem medis formal,

moderen, ilmiah, dan kosmopolitan, atau kedokteran moderen.Studi ini

lebih berfokus pada sistem perawatan kedukunan (folk medisin) yang

dianggap sebagai perawatan tradisional.

Kalangie (1994 : 16-25), merupakan sistem perawatan kesehatan

mengintegrasikan kompenen-kompenen yang berhubungan dengan

kesehatan yang mencakup pengetahuan dan kepercaayan tentang

kausalitas ketidaksehatan, aturan dan alasan pemilihan dan penilaian

perawatan, kedudukan dan peranan, kekuasaan, latar interaksi, pranata-

pranata, dan jenis-jenis sumber serta praktisi perawat yang tersedia.

Menurut Fastor dan Anderson (1986 : 45) dalam bukunya yang

berjudul Antropologi Kesehatan menyatakan bahwa sistem medis

merupakan segala kepercayaan tentang usaha meningkatkan kesehatan

dan tindakan serta pengetahuan ilmiah maupun keterampilan anggota-

anggota kelompok yang mendukung siistem tersebut. Dunn juga

menyatakan bahwa sistem medis adalah pola-pola dari pranata-pranata

20
sosial dan tradisi-tradisi budaya yang menyangkut perilaku yang sengaja

untuk meningkatkan kesehatan, meskipun hasil dari tingkalaku khusus

tersebut belum tentu kesehatan yang baik (Foster & Anderson, 1986 : 11).

Fostor dan Anderson (1986 : 50) juga membedakaan penyakit

secara medis (disease) dan penyakit (illness). Penyakit

diseasemerupakan sakit yang disebabkan oleh kuman dan virus-virus

yang menyebabkan disfungsi pada salah satu atau bagian anggota tubuh

lainnya. Sedangkan penyakit (illness) merupakan sebuah pengakuan

sosial bahwa seseorang tidak mampu menjalankan peran sosialnya.

Penting apabila diseasediidentifikasikan oleh masyarakat sebagai

penyakit illnessyang nampak dan mengancam individu yang

bersangkutan.

1.6.4 Etiologi Penyakit

Menurut Foster dan Anderson (1986 : 63-64) dari segi etiologi

penyakit terdapat dua pembagian sistem medis, yaitu: Sistem medis

personalistik dan Sistem medis naturalistik. Sistem personalistik adalah

suatu sistem dimana penyakit ilsslnessdisebabkan oleh intervensi dari

suatu agen yang aktif. Yang berupa mahluk supranatul (mahluk gaib atau

dewa), mahluk yang bukan manusia seperti hantu, roh leluhur, atau roh

jahat, maupun mahluk manusia (tukang sihir atau tukang tenung).

Sedangkan sistem naturalistik merupakan penyakit disease yang dimana

21
keseimbangan tubuh terganggu seperti cairan (humor atau dosha), panas,

dingin, yin dan yang. Apabila keadaan seperti ini akan menimbulkan

penyakit.

1.6.5 Etnomedisin

Geetrz (1983) dalam Miskiyah (2017 : 09) menjelaskan bahwa

sistem pengetahuan kesehatan tradiosional adalah pengetahuan tua

tentansg obat-obat tradisional yang sangat maju. Resep segala penyakit

berupa ramuan yang berasal dari daun-daunan, akar, dan buah yang ada

disekitar tempat tinggalnya.

Miskiyah (2017 :09) mengatakan bahwa sistem pengetahuan

kesehatan tradisional adalah kepercayaan dan pengetahuan masyarakat

tentang penyakit berkaitaan dengan sebab akibat dan cara

pengobatanuntuk penyembuhan pasien yang sakit baik secara

personalistik ataupun naturalistik. Pengetahuan tersebut diperoleh dari

nenek moyang secara turun temurun.

1.6.6 Perawatan ibu dan anak

Menurut Foster dan Anderson (1986) dalam Miskiyah(2017 : 09-10)

perawatan adalah cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat untuk

merawat orang sakit dan memanfaatkan pengetahuan tentang sakit guna

menolong pasien.Artinya, perawatan ibu dan bayi adalah upayah atau

cara-cara mengurus, menjaga dan memilihara kesehatan serta

memulihkan kesehatan ibu dan bayi.

22
Mengutip konsep perawatan ibu dan anak yang dikemukakan Mass

(2004 : 1-2)mejelaskan bahwa perawatan ibu dan anak saat hamil

bergantung pada pola makan minum sang ibu. Ibu yang hamil tidak

dianjurkan mengkonsumsi makanan-makanan yang dapat menimbulkan

sakit. Untuk perawatan kesehatan bayi adalah pemberian ASI menurut

konsep kesehatan moderen ataupun medis dianjurkan selama 2 (dua)

tahun dan pemberian makanan tambahan berupa makanan padat

sebaiknya dimulai sesudah bayi berumur 4 tahun.

23
BAGAN KERANGKA KONSEPTUAL

Etnomedisin

Konsep Sehat dan


Kepercayaan
Sakit

Etiologi Penyakit

Sistem Perawatan
Kesehatan

Perawatan Perawatan Ibu dan


Kehamilan dan Paca Anak
Kelahiran

24
Bagan diatas menperlihatkan bagaimana setiap konsep saling

berhubungan satu dengan lainnya. Etnomedisin menjadi konsep utama

yang digunakan dalam mengkaji pengetahuan masyarakat tradisional

dalam pengeobatan Ibu hamil dan pasca melahirkan. Hubungan erat

etnomedisin dengan konsep sehat dan sakit serta konsep kepercayaan

menjadi satu rantai konsep yang digunakan secara berurutan. Hal ini

disebabkan karena konsep sehat dan sakit serta kepercayaan merupakan

bagian yang tidak bisa dipisahkan dari etnomedisin.

Berbeda dengan etnomedisin, etimologi penyakit berdiri sendiri

dalam melihat sakit atau penyakit secara personalistik dan naturalistik.

Keduanya digunakan dengan pandangan Foster dan Anderson (1986).

Sama seperti etnomedisin, konsep sistem perawatan kesehatan

yang digambarkan pada bagan di atas adalah untuk melihat bagaimana

sistem perawatan kesehatan terhadap ibu hamil dan pasca melahirkan

serta perawatan kesehatan terhadap anak secara umum, kedukunan, dan

profesional. Kesemuanya akan dikaji dengan konsep-konsep yang telah

dijabarkan pada tabel di atas.

25
1.7 Metode penelitian

1.7.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif yakni

data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan informan

yang mengerti tentang pengobatan tradisional pada ibu hamil. Menurut

Bogdan dan Taylor (dikutib oleh Rahmatia, 2014:46) mengemukakan

bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari

orang-orang dan perilaku yang diamati.

1.7.2.Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian merupakan faktor penting untuk melakukan suatu

penelitian. Lokasi dalam studi ini adalah desa Modayama, Kecamatan

Kayoa Utara Halmahera Selatan. Alasan penulis memilih lokasi tersebut

karena, desa Modayama merupakan desa yang memiliki beberapa tradisi

yang belum pernah disajikan, sala satunya ialah perawatan kesehatan

tradisional yang pada jaman moderen seperti sekarang ini masyarakat

Modayama masih menggunakan pengobatan tradisional dan hingga

sekarang masih melestarikan serta menjaga agar tetap utuh.

26
1.7.3 Penentuan Informan

Penentuan informan menjadi penting dalam suatu penelitian, yang

dimana informasi yang diberikan dari informan satu ke informan lainnya

dengan mengfokuskan pada masalah-masalah penelitian. Dalam

penelitian ini penulis menentukan informan kunci yang mempunyai

pengetahuan luas tentang sistem pengobatan tradisional masyarakat

Modayama terhadap ibu hamil dan pasca melahirkan.

1.7.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif

yang dikemukakan oleh Gay dan Airasian (2000: 210), pengumpulan data

merupakan sumber data kualitatif yang paling umum dipergunakan secara

bersama-sama atau secara individual. Semua jenis data ini memiliki satu

aspek kunci secara umum analisisnya terutama tergantung pada

keterampilan integratif dan interpretatif dari peniliti. Interprestasi

diperlukan karena data yang dikumpulkan jarang terbentuk angka dan

karena data kaya rincian dan panjang. Adapun yang terdapat beberapa

teknik pengumpulan data yaitu:

1.7.4.1 Study Dokumen

Dalam teknik sumber perpustakaan ialah: buku, jurnal, artikel,

majalah dan skripsi yang dijadikan referensi dalam penelitian. Dan

kemudian menjadi acuan dalam penelitian yang memiliki topik sejenis.

Dokumen-dokumen ini dapat menambah pemahaman atau informasi

27
untuk penelitian dan menjadi hal penunjang untuk melengkapi penelitian

tersebut.

1.7.4.2 Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang mengoptimalkan

kemampuan penulis dari segi kepercayaan, perhatian, dan perilaku

kebiasaan.Teknik inidilakukan untuk mengamati situasi sosial masyarakat

Modayama dengan mengfokuskanpada ibu hamil dan pasca melahirkan.

Seperti, aktifitas,kejadian atau peristiwa, perbuatan dan tindakan-tidakan

tertentu.

1.7.4.3 Wawancara

Wawancara adalah interaksi bahasa yang berlangsung antara dua

orang dalam situasi saling berhadapan teknik yang digunakan adalah

wawancara mendalam (deptinterview) dengan tujuan mendapat informasi.

Dengan cara bertatap langsung dan memberikan pertanyaan terkait

dengan masalah penelitian. Selain itu penulis juga melakukan pencatatan

kecil, guna untuk memelihara data hasil wawancara.

1.7.4.4 Analisa data

Analisa data merupakan proses sistematis pencarian dan

pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi

lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman penulis

Emzir (2010: 85). Dalam penelitian ini data-data yang sudah terkumpul

kemudian diolah secara kualitatif.

28
Menurut Miles dan Huberman (1984:21-23) dalam Emzir

mengatakan ada tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif, yaitu:

reduksi data, model data (data display), dan penarikan/verifikasi

kesimpulan. Reduksi data merunjuk pada proses pemilihan, pemokusan,

penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “ data mentah” yang

terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis.

Model data (data display) ialah jenis model sebagai suatu kumpulan

informasi yang tersusun yang membolehkan pendeskripsikan kesimpulan

dan pengambilan tindakan. Sedangkan penarikan kesimpulan ialah

permulaan pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai memutuskan

apakah “makna” sesuatau, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan,

konfigurasi yang mungkin, alur kausal, dan proposisi-proposisi. Dalam

pengertian lain analisa data ini disebut dengan model analisis siklus

(berulang-ulang).

29
BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Sejarah Desa

Kabupaten Halmahera Selatan terbentuk tanggal 25 Februari 2003

berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2003. Ibu kota Kabupaten ini terletak di

Kota Labuha dengan memiliki sembilan Kecamatan yaitu : Kecamatan

Bacan, Kecamatan Bacan Timur, Kecamatan Bacan Barat, Kecamatan

Pulau Makian, Kecamatan Kayoa, Kecamatan Obi, Kecamatan Obi

Selatan, Kecamatan Gane Barat dan Kecamatan Gane Timur. Pada tahun

2007 dengan terbitnya perda No. 8 Tahun 2007 kecamatan-kecamatan

induk tersebut dimekerkan menjadi 30 kecamatan, (kabupaten Halmahera

Selatan dalam angka 2020).

Desa Modayama adalah salah satu desa kecil yang berada di kayoa

bagian Utara. Desa Modayama tempo dulu adalah salah satu wilayah

kesatuan masyarakat yang dimulai dengan nama Modayama yang

dipimpin oleh seorang tua adat yang biasa disebut Mahimo. Nama Desa

Modayama di ambil dari kata dalam bahasa daerah yakni “Moda yamsa

yang artinya Angin kabawa“ namun dengan bergulirnya waktu nama Moda

Yamsa dubah namanya menjadi Modayama, yaitu sebuah kampong yang

ada di pulau Kayoa.

30
Desa Modayama termasuk Desa tua yang berada di Wilayah Utara

Kabupaten Kota Ternate, sebelum tahun 1974 wilayah desa Modayama

sangatlah luas yaitu mencakup wilayah disebelah barat yakni laut Kayoa

di bagian Selatan desa Modayama, sedangkan ke Timur Ibu Kota

Kecamatan yakni Laromabati sedangkan di sebelah Utara adalah laut

Halmahera. Desa Modayama berdiri sekitar 1959 yang dipimpin oleh pak

Said Kasiang sebagai Kepala Desa. Tahun 2000 wilayah Desa Modayama

yang dulu berubah menjadi satu wilayah Kecamatan yang disebut sebagai

Kecamatan Kayoa yang berpusat kota di Desa Guruapin.

Sebagian besar tata pemukiman desa Modayama merupakan

peninggalan masa lampau yaitu adat istiadat, dimana dari empat penjuru

desa Modayama tersebut, diapit oleh tempat perkuburan. Selain situs-

situs sejarah terdapat juga situs-situs budaya yang masih dihormati dan

dipelihara masyarakat yaitu Tarian Togal, Arwahan dan lain sebagainya.

Berikut ini nama-nama Kepala Desa yang pernah memimpin yakni:

31
Tabel 1.1 Nama-nama kepala Desa Modayama

No Nama Jabatan Masa Jabatan Ket.


1 Said Kepala kampung 1962-1965 Masa berahir
Kasiang
2 Kana Firao Pejabat 1970-1980 Masa berahir
sementara
3 Said Hasim Kepala Desa 1980-1992 Masa berahir
4 Rasid Sirif Kepala Desa 1992-1994 Di
berhentikan
5 Kader Kepala Desa 1994-2004 Masa berahir
Barham
6 Hi. Husen Kepala Desa 2004-2015 Masa berahir
Alhaddad
7 Hi. Hasyim Pejabat 2015-2016 Masa berahir
Alhaddad sementara
8 Jakaria Pejabat 2016-2017 Masa berahir
Bader. sementara
S.Pdi
9 Jubeda Pejabat 2017-2019 Masa berahir
Saleh S.Pd sementara
10 Hi. Husen Kepala desa 2019-2024 Kepala desa
Alhaddad sekarang
Sumsber : Profil Desa Modayama

32
2.2 Kondisi Geografis

Kabupaten Halmahera Selatan adalah salah satu kabupaten di

provinsi maluku utara indonesia. Secara astronomis, Kabupaten

Halmahera Selatan terletak di antara 126º45´ - 129º30´ Bujur Timur dan

antara 0º30´ Lintang Utara - 2º00 Lintang Selatan. Berdasarkan letak

georafinya, Kabupaten Halmahera Selatan memiliki batas-batas: Utara –

Kota Tidore Kepulauan, dan Kota Ternate; Selatan – laut seram; Timur –

laut Halmahera; Barat - laut Maluku. Dengan luas wilayah Kabupaten

Halmahera Selatan sekitar 40.265,72 km², yang terdiri dari daratan

8.779,32 km² (22 persen) dan lautan 31.484,40 km² (78 persen),

(Kabupaten Halmahera Selatan dalam angka 2020).

Desa Modayama secara administrasi termasuk dalam wilayah

Kecamatan Kayoa Utara Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku

Utara yang terletak di bagian Utara Ibu Kota Kecamatan. Jarak Desa

Modayama ke Ibu Kota Kecamatan dapat ditempuh dengan menggunakan

kendaraan darat dan laut, waktu tempuh menuju Ibu Kota Keacamatan

sekitar 15 menit pabila dengan kendaraan darat sedangkan menggunakan

kendaraan laut butuh 45 menit untuk sampai. Desa Modayama terdiri dari

2 (dua) RW, 4 (empat) RT, dengan batas-batas desa:

33
sebelah Utara : laut Halmahera

sebelah Timur : Desa Laromabati

sebelah Selatan : Desa Ngokomalako

sebelah Barat : laut Pulau Makian.

Gambar 2.1 Peta wilayah Administrasi Desa Modayama


(sumber: peneliti)

2.3 Luas wilayah

Secara topografi, Desa Modayama dapat dibagi menjadi dalam dua

wilayah, yaitu wilayah di bagian Utara dan wilayah daratan rendah di

bagian Selatan. Luas lahan yang ada terbagi dalam beberpa peruntukan,

seperti untuk fasilitas umum, pemukiman, pertanian, kegiatan ekonomi

dan lainnya. Dengan panjang 2 km dan daratan seluas 202 Ha yang terdiri

dari peruntukan pertanian 190 Ha, peruntukan pemukiman 11 Ha,

peruntukan fasilitas umum dan ekonomi lain 3 Ha. Desa Modayama

34
memiliki variasi ketinggian antara 0 sampai dengan 235 meter dari

permukiman laut, sehingga tergolong daratan rendah. Suhu didaerah ini

cukup variasi antara 24º saat paling dingin dan 35º saat paling panas.

2.4 Demografi

Berdasarkan data administratif pemerintah desa, jumlah penduduk

yang tercatat secara administrasi berjumlah 733 jiwa pada tahun 2016,

meningkat menjadi 756 jiwa di tahun 2017, kemudian pada tahun 2018

naik menjadi 779 jiwa dan pada akhir tahun 2019 penduduk berjumlah 802

jiwa. Peningkatan jumlah penduduk tahun 2017 naik 1,03%, tahun 2018

naik 1,06%, dan tahun 2019 naik lagi menjadi 1,09%. Berdasarkan tabel

berikut ini:

Tabel 1.2 perkembangan jumlah penduduk Desa Modayama berdasarkan

jenis kelamin tahun 2019

No Jenis kelamin Jumlah penduduk jiwa (Tahun)


2016 2017 2018 2019
1 Laki-laki 368 383 396 407
2 Perempuan 365 373 383 395
Jumlah 733 756 779 802
Laju pertambah penduduk Naik Naik Naik
1,03% 1,06% 1.09
%
Sumber: profil Desa

35
Agar dapat mendiskripsikan lebih lengkap tentang informasi keadaan

kependudukan di desa Modayama dilakukan identifikasi jumlah penduduk

dengan menitikberatakan pada klasifikasi usia dan jenis kelamin.

Sehingga diperoleh gambaran tentang kependudukan desa Modayama

yang lebih koprehensif. Berdasarkan informasi deskripsi jumlah penduduk

di desa Modayama pada usia dan jenis kelamin secara deatail dapat

dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1.3 Jumlah penduduk berdasarkan struktur usia 2019

No. Kelompok usia L P Jumlah Presenta


1 0-4 33 36 69 se9%
(%)
2 5-9 43 28 71 9%
3 10-14 35 41 76 9%
4 15-19 57 45 102 13%
5 20-24 35 37 72 9%
6 25-29 40 44 84 10%
7 30-39 66 69 135 17%
8 40-49 40 39 79 10%
9 50-59 28 38 66 8%
10 >60 30 18 66 8%
Jumlah total 407 395 802 100%
Sumber. Profil Desa

36
2.5 Pendidikan

Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat

kecerdasan masyarakat pada khususnya dan tingkat perekenomian pada

umumnya, dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan

mendongkrak tingkat kecakapan hidup. Tingkat kecakapan juga akan

mendorong tumbuhnya ketrampilan kewirausahaan. Dan pada gilirannya

mendoorong munculnya lapangan pekerjaan baru. Dengan sendrinya

akan membantu program pemerintah untuk pembukaan lapangan kerja

baru gna mengatasi pengangguran. Pendidikan biasanya akan dapat

mempertajam sistimatika piker atay pola pikir individu, selain itu mudah

menerima informasi yang lebih maju.

Dalam rangka memajukan pendidikan, Desa Modayamaakan secara

bertahap merencanakan dan menganggarkan pembangunan bidang

pendidikan baik melaui APBDesa, swadaya masyarakat dan sumber-

sumber dana yang sah lainnya, guna mendukung program pemerintah

yang termuat dalam RPJMN Daerah Kabupaten Halmahera Selatan,

RPJMD Provinsi Mauku Utara maupun RPJMN.

Untuk melihat tingkat pendidikan Desa Modayama, jumlah angka

putus sekolah serta jumlah sekolah, siswa dan guru menurut jenjang

pendidikan, dapat dilihat pada table di bawah ini.

37
Tabel 1.4 Perkembangan Penduduk Desa ModayamaMenurut Pendidikan

Terakhir Tahun 2017-2019

N Uraian Jumlah penduduk


Tahun Tahun 2018 Tahun
o
1 Tidak Tamat 168 173 186
2 Tamat SD/sederajat 2017
213 218 2019
223
SD/sederajat
3 Tamat SLTP/ sederajat 164 169 173
4 Tamat 169 172 165
5 Tamat 7 10 11
SMA/SMK/sederajat
6 Tamat Strata I (S1) 34 36 43
Akademik/DI/DII/DIII
7 Tamat Strata II/III 1 1 1
Jumlah 756 779 802
(S2/S3)
Sumber Profil Desa Modayama

Dari Tabel diatas dapat dijelasakan bahwa, perkembangan

penduduk menurut tingkat pendidikan terakhir menunjukan rata-rata

penduduk desa Modayama pendidikan terahirnya adalah tamatan

SD/sederajat.

Tabel 1.5 Angka Putus Sekolah Tahun 2018-2019

Tahun SD/Mi SMP/MTs SMA/MA


2017 1 Orang - -
2018 1 Orang 1 Orang -
2019 - - -
Jumla 2 Orang 1 Orang -
Sumber Profil Desa Modayama
h
Dari Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa angka putus sekolah

SD,SMP dan SMA masih sangat rendah , karena hanya tahun 2017 dan

2018 terdapat 2 orang yang putus sekolah dasar dan tahun 2018 hanya 1

orang yang putus sekolah SMP.

38
Tabel 1.6 Jumlah Sekolah Dan Siswa Menurut Jenjang Pendidikan Tahun

2019

No Jenjang Lembaga Siswa


Negeri Swast Jml L P Jml
1. Pendidikan
PAUD - 1 1 7 9 16
2 TK/RA - a- - - - -
3 SD/MI 1 - 1 34 38 93
4 SMP/MTs 1 - 1 36 26 62
5 SMA/SMK/MA - 1 1 23 20 43
6 AKADEMI/PT - - - - - -
Sumber Profil Desa Modayama

Tabel 1.7 Jumlah Guru Dan Sarana Pendidikan Menurut Jenjang

Pendidikan Tahun 2018

NO Jenjang Guru Status Guru Guru


O Pendidik L P J PNS PTT Jm Rg Perpu Ka Ruang
1 PAUD - 4 4
ml - 4 4l -
Kel -
staka -
nto -
an
2 TK/RA - - - - - - - - - -
3 SD/MI 2 5 7 5 2 7 6 - 1 2
4 SMP/MT 4 8 11 2 9 11 3 - 1 1
5 SMA/SM
s 8 4 12 1 11 12 3 - 1 2
6 Akademi
K/MA - - - - - - -- - - -
Sumber Profil
/PT Desa Modayama

Dari table diatas dapat dijelaskan bahwa, jumlah guru yang ada

sudah cukup memadai yaitu sebanyak 34 orang guru yang terdiri dari 8

guru negeri dan 26 guru PTT.

39
Permasalahan pendidikan secara umum antara lain masih

rendahnya kulaitas pendidikan, rendahnya tingkat partisipasi masyarakat

dalam pendidikan, terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan,

rendahnya kualitas tenaga pengajar dan tingginya angka putus sekolah.

2.6 Kesehatan

Sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Desa Modayama

dapat disajikan dalam table sebagai berikut :

Tabel 1.8 Perkembangan Sarana Dan Prasarana Kesehatan Desa

Modayama

No Uraian Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019


1. Puskesmas/Pustu - - -
2 Poskesdes/Polindes 1 1 1
3 Tenaga medis 2 2 2
4 Tenaga Non Medis - - -
5 Toko obat dan jamu - - -
6 Apotik - - -
7 Dokter umum - - -
-8 Dokter Gigi - - -
9 Dokter spesialis - -
10 Mantri kesehatan - - -
11 Bidan 1 1 1
12 Dukun bayi - - -
13 Posyandu
bersertifikat 5 5 5
Sumber Profil Desa Modayama

40
Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa perkembangan sarana dan
prasarana kesehatan dari tahun ke tahun sudah semakin baik. Dari sisi
pelayanan masyarakat sudah tersedia tenaga medis,walaupun di
puskesmas belum ada dokter.Adapun jarak tempuh terjauh warga Desa
Modayamake Puskesmas/Puskesmas pembantu terdekat adalah 3,5 km
atau kurang lebih 2 Jam apabila ditempuh dengan berjalan kaki.
Sedang jenis-jenis penyakit yang paling sering diderita masyarakat
yang Bersumber dari DataPenyakit Puskesmas Kayoa Utara 2019 adalah
sebagai berikut :
1. ISPA (35%)

2. Gastritis (28%

3. Hipotensi (15%)

4. Diare (25%)

2.7 Keagamaan

Dilihat dari penduduknya Desa Modayama mempunyai penduduk

yang heterogen dilihat dari agama dan keyakinan mereka. Perkembangan

pembangunan di bidang spiritual dapat dilihat dari banyaknya sarana

peribadatan masing-masing agama. Dari hasil pendataan penduduk yang

beragama Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, Konghucu sebagaimana

terlihat pada table sebagai berikut :

41
Tabel 1.9 Jumlah Pemeluk Agama dan Tempat IbadahTahun 2018-2019

No Agama Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019


Pemel Temp Pemel Temp Pemelu Tempat
1 Islam 756 1 779 1 802 1
2 Kristen uk
- at
- uk
- at
- k- Ibadah
-
3 Protesta - - - - - -
5 Budha - - - - - -
n
6 Hindu - - - - - -
7 Konhuc - - - - - -
Sumber Profil Desa Modayama
cbuuu
Dari Tabel 1.9 diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah pemeluk agama

sampai pada tahun 2019 yaitu berjumlah 802 orang atau mayoritas

penduduk beragama islam dengan memiliki 1 buah Masjid. Sarana ibadah

di Desa Modayama terdiri dari :

Musholla : Tidak ada

Masjid  : 1 buah

Gereja  : Tidak ada

Tabel 1.10 Masjid-Masjid yang ada di Desa Modayama Tahun 2019

No Nama Lokas Ketua Status / Berdiri Ket.


1 An-Nur RT. Yahya Saba Hak
Masjid i Takmir Luas Tahun
02 Milik
Tabel 1.11 Musholla-Mushola yang ada di Desa Modayama Tahun 2019

No Nama Lokas Ketua Status/Lua Berdiri Ket.


1 - - - - - -
Mushola i Takmir s Lahan Tahun

42
Tabel 1.12 Data TPQ di Desa Modayama Tahun 2019

No Nama Lokasi Kepala Status Berdiri Ket.


1 Nurulya RT-2 Hasan Ali Hak Milik 2007 40
2 TPQ
Nurilhas RT-4 Sekolah Tanah
Fadila Undi Hak Milik Tahun
2007 45
kin Santri
ana Santri
Tabel 1.13 Data madin di Desa Modayama Tahun 2019

No Nama Lokasi Kepala Status Berdiri Keterangan


1 Madin RT 02 Jakaria Pinjam 2017 60 Siswa
Madin Sekolah Tanah Tahun
56 Hal- Bader
Tabel 1.14 Data Ponpes di Desa Modayama Tahun 2019

No Nama Lokasi Kepala Status Berdiri Ket.


1 - - - - - -
Ponpes Sekolah Tanah Tahun

2.8 Kesejahteraan Sosial

Masalah kemiskinan dan pengangguran tetap merupakan salah satu

masalah di Kabupaten Halmahera Selatan pada umumnya. Demikian juga

dengan penyandang masalah kesejateraan social (PMKS) lainnya di desa

Modayama. Berikut data PMKS di Desa Modayama

43
Tabel 1.15 Perkembangan Penyandang Masalah Kesejateraan Sosial

Tahun 2015-2019

No Uraian Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Lanjut Usia terlantar - - - - -
2 Anak terlantar - - - - -
3 Anak Yatim/Piatu 6 11 11 13 19
4 Keluarga Miskin - - - - 69
5 JKN APBN / PBI DA - - - - -
6 JAMKESDA (KHS) - - - - -
7 Tuna Netra 6 6 6 7 7
8 Tuna Rungu - - - - -
9 Tuna Wicara - 1 1 1 1
10 Tuna Rungu-Wicara - - - - -
11 Tuna Daksa/tubuh - - - - -
12 Tuna Grahita/mental
13 Tuna Laras/eks jiwa 1 1 1 1 1
14 Cacat eks kusta - - - - -
15 Cacat Ganda/jiwa + fisik 5 5 5 5 5
16 Gelandangan - - - - -
17 Pengemis - - - - -
Sumber Profil Desa Modayama

2.9 Prasarana dan Sarana Desa

Pembangunan infrastruktur akan dihadapkan pada terbatasnya

kemampuan Pemerintah Desa untuk menyediakannya. Pada sebagian

infrastruktur, pihak Desa telah berhasil menghimpun swadaya masyarakat

murni yang terkordinir di masing-masing RT dan RW

44
Tabel 1.16 Jumlah Prasarana dan Sarana DesaTahun 2018-2019

N0 Jenis Prasarana & Sarana Desa Tahun Tahun Tahun


1 Jalan beraspal - - -
O2 Jalan Rabat Beton 2017 2018
1690 m 1690m 2019
1700
3 Jalan berbatu/tanah 1731 m 971 m 881 m
m
4 Jembatan Kecil - - -
5 Jembatan Sedang/Besar 1 1 1
6 Bendungan - - -
7 Jaringan irigasi - - -
8 Saluran Drainase Desa - - -
9 Talud Pantai / Sungai 600 m 600 m 600 m
10 Kantor Desa 1 1 1
11 Balai Pertemuan Desa 0 0 0
12 Dst - - -
Sumber Profil Desa Modayama

Beberapa masalah infrastruktur yang perlu mendapat perhatian dan

merupakan kebutuhan bagi masyarakat desa antara lain :

1. Pembangunan jalan desa termasuk jalan tani

2. Pembangunan Drainase, tebing jalan dan jembatan

Sedang jumlah masyarakat yang memiliki akses terhadap kebutuan

dasar lainnya seperti air bersih, sanitasi (jamban) dan listrik adalah

sebagai berikut.

45
Tabel 1.17 Perkembangan Prasarana Kebutuhan Dasar Lainnya Desa

Modayama

No Uraian Tahun Tahun Tahun


1 Akses Air Bersih (SR) - - -
2 Akses Sanitasi/Jamban (RT) 40 2018
43 2019
45
3 Akses Listrik PLN (RT) 123 124 125
4 Akses Listrik Mandiri (RT) - - -
5 Rumah Tidak Layak Huni (RT) - - -
6 Rumah Permanen - - -
7 Rumah Semi Permanen 127 127 127
8 Rumah Tidak Permanen - - -
Sumber Profil Desa Modayama

2.10 Sistem pengetahuan tradisional

Masyarakat Modayama memiliki pengetahuan tentang perawatan

kesehatan tradisional seperti obat-obatan, sehat dan sakit. Berdasarkan

hasil wawancara, obat-obatan di ambil dari alam seperti : daun mayana,

daun pohon jarak, kayu manis, kunyit, dan lain sebagainya.Obat-obatan

tersebut tidak hanya di gunakan pada ibu hamil melaikan pada penyakit

lainnya. Sehat dan sakit bagi masyarakat Modayama dapat dilihat dari

perspektif budaya dimana seseorang dinyatakan sakit tapi masih

melakukan aktifitas seperti biasanya, begitupun sebaliknya seseorang

yang terlihat sehat namun tidak mampu melakukan aktifitas lain. Adapun

pengetahuan lainnya:

46
2.11.1 Pengetahuan Musim

Masyarakat Modayama dalam hal inimemiliki pengetahuan tentang

musimseperti musim panas, musim dingin, musim ombak, musim

hujan,musim ikan dan musim gugur. MasyarakatModayama juga percaya

bahwa adanya hari-hari tertentu yang dapat di manfaatkan oleh mereka

seperti bercocok tanam dan memancing.

2.11.2 Pengetahuan Alam

Masyarakat modayama juga memiliki beberapa pengetahuan yang

diantaranya berbau mistis seperti adanya kepercayaan terhadap pohon-

pohon yang besar. Masyarakat Modayama percaya bahwa pohon yang

besar memiliki penghuni seperti mahluk halus, dan apabila melewati

pohon tersebut di haruskan untuk meminta izin.

2.11.3 Pengetahuan flora dan fauna

Masyarakat Modayama sangat berantusias dalam menangani

penanaman tumbuhan tahunan seperti kelapa, cengkeh, dan pala begitu

juga sayur-sayuran dan buah. Bagi masyarakat Modayama kelapa

maupun sayuran sangat membatu dalam kehidupan sehari, misalnya

kelapa dapat membantu menyengolakan anak-anak mereka, sayuran

dapat dikonsumsi setiap hari. Begitu juga dengan hewan peliharaan

mereka. Sebagian di konsumsi sebagiannya mereka jual untuk memenuhi

finansialnya.

47
2.11 Mata pencaharian

Sebagian besar masyarakat Desa Modayama memiliki mata

pencaharian di bidang pertanian. Secara umum perekonomian Desa

Modayama di topang oleh beberapa mata pencaharian warga masyarakat

dan dapat teridentifikasi kedalam beberapa bidang mata pencaharian,

seperti : petani, nelayan, buruh, PNS/TNI/Polri, karyawan swasta,

pedagang, wirausaha, pensiunan, buruh bangunan/tukang, peternak.

Adapun jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat

pada table berikut :

Tabel 1.18 Perkembangan Jumlah Penduduk Desa Modayama Menurut

Mata PencaharianTahun 2017-2019

No PEKERJAAN JUMLAH
Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019
1 Petani 145 149 152
2 Buruh tani - - -
3 Nelayan 42 42 42
4 Peternak 57 61 64
5 Pedagang 7 7 9
6 Wirausaha 11 11 12
7 Karyawan Swasta 206 210 216
8 PNS/POLRI dan TNI 11 11 11
9 Pensiunan - - -
10 Tukang bangunan 6 7 7
11 Tukang kayu/ukir 7 6 6
12 Angkutan/sopir - 1 1
13 Belum Bekerja 264 274 282
JUMLAH 756 779 802
Sumber Profil Desa Modayama

48
Tabel dapat di jelaskan bawa jumla mata pencahrian penduduk yang

terbesar adalah Karyawan Suasta yaitu sebanyak 216 orang, Pertanian,

152 orang, peternak, 64 orang yang selebihnya dapat dilihat pada table

diatas.

Tabel 1.19 Gambaran Perkembangan Perekonomian Desa Modayama

Tahun 2017-2019

No Uraian Jumlah
Tahun Tahun Tahun
1 Luas perkebunan Kelapa 90 Ha
2017 90 Ha
2018 90 Ha
2019
2 Luas perkebunan Pala 12 Ha 12 Ha 12 Ha
3 Luas perkebunan Cengkeh 4 Ha 4 Ha 4 Ha
4 Luas perkebuanan Kakao - - -
5 Produksi kelapa/Kopra 35 Ton/th 45 Ton/th 60 Ton/th
6 Produksi Pala 200 Kg/th 300 Kg/th 500 Kg/th
7 Produksi Cengkeh - - -
8 Produksi Kakao - - -
9 Produksi Padi - - -
10 Produksi Jagung - - -
11 Produksi Kacang-kacangan - - -
12 Produksi Ketela/Ubi - - -
13 Produksi Pisang - - -
14 Produksi pertanian lainnya 200 -200 250
15 Produksi Perikanan - -150 150
16 Produksi
Tangkap Perikanan - - -
17 Ternak
BudidayaBesar/Kerbau/Sapi - - -
18 Ternak Kambing - - 354 Ekor
19 Ternak Ayam - - 119 Ekor
20 Luas Pertambangan - - -
21 Lain-lain - - -

Sumber Profil Desa Modayama

49
Dari Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa, lahan perkebunan kelapa

memiliki luas yang paling tinggi yaitu 90 Ha, sedangkan luas lahan terkecil

adalah tanaman cengkeh yaitu seluas 1 Ha. \demikin juga dengan hasil

produksi komoditi tertinggi adalah kopra yaitu sebesar 30 ton/tahun.

Tabel 1.20 Gambaran Perkembangan Prasarana Desa Modayama

Tahun 2017-2019

No Uraian Jumlah
Tahun 2017 Tahun Tahun
1 Angkutan Pedesaan - -
2018 -
2019
2 Kendaraan Roda 4 1 1 1
3 Kendaraan Roda 2/Roda 3 48 56 59
4 Perahu Katinting 36 34 33
5 Pajeko - - -
6 Speed / sejenisnya 3 4 4
7 KUD/Koperasi - - -
8 BUMDes - - 1
9 Jumlah Industri Kecil - - -
10 Jumlah Industri Menengah - - -
11 Jumlah Pasar Desa - - -
12 Jumlah Toko - - -
13 Jumlah Warung / Kios 7 11 11
14 Jumlah Hotel / Penginapan - - -
15 Jumlah Destinasi Wisata - - -
16 Lain-lain - - -
Sumber Data. Profil Desa Modayama

Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa, sarana prasarana pendukung

kegiatan ekonomi desa masih sangat minim, hal ini dapat dilihat dari

ketersediaan prasarana yang ada saat ini yaitu, kendaraan roda dua 21

buah,perahu katinting 30 buah, dan jumlah warung 11 buah dan

selebihnya belum tersedia.

50
Tabel 1.21 Pola Tata Guna Lahan Desa Modayama

No Lahan Luas (ha) Luas (ha)


1 Bangunan / 1.5 Ha 1.5 Ha
2 Perkebunan Tahun 2014
103 Ha Tahun 2016
103 Ha
3 Pekarangan
Sawah - -
4 Tambak - -
5 Hutan - -
6 Areal Pertanian 7 Ha 7 Ha
7 Industri - -
Lainnya
8 Bendung - -
9 Irigasi Tersier - -
10 Irigasi Sekunder - -
Sumber Profil Desa Modayama

2.12 Pemerintahan Umum

Untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya di

sektor pemerintahan umum, Desa Modayamasejak lama telah

memberikan pelayanan antara lain berupa: pencatatan sipil/surat-surat

keterangan perkawinan yang telah teradministrasi dengan baik. Selain itu

guna memenuhi persyaratan administrasi peijinan, juga telah secara rutin

memberikan surat keterangan usaha kepada warga masyarakat desa

maupun pihak lain yang akan membuka usaha di desa Modayama.

Pengadministrasian perijinan juga telah dilakukan dengan baik, meskipun

diperlukan penyempurnaan/perbaikan demi kepentingan kearsipan.

51
Dalam hal melayani masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari, di desa Modayama, belum tersedia pasar desa.

Ketentraman dan ketertiban desa menjadi prioritas desa

Modayama. Hal itu dikarenakan dengan terjaminnya ketentraman dan

ketertiban wilayah akan berdampak pula dengan kondisi perekonomian

masyarakat, kerukunan/kegotong royongan, dan kehidupan yang layak

bagi masyarkat desa Modayama dan sekitarnya. Kesemuanya itu akan

berdampak positif terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

pembangunan di desa Modayama. Desa Modayamaterdiri dari 2 RW dan

4 RT dengan susunan sebagai berikut :

Tabel 1.22 Nama Pejabat Wilayah Administrasi Pemerintah Desa

Modayama Tahun 2019

No Nama Jabatan
1 Hi. Husen Alhaddad Kepala Desa
2 Ismail Rejeb Sekretaris Desa
3 Hasan Ali Kaur Pemerintahan
4 Abubakar H. Alhaddad Kaur Pembangunan
5 Ikram Umar Kaur Umum
6 Mujakir Ahmad Kepala Seksi Pelayanan
7 Muhamad Kadir Kepala Seksi
8 Yusra Yahya Kepala Seksi Keuangan
kesejahteraan
Sumber: profil Desa Modayama

Tabel 1.23 Nama Ketua RW dan RT Se Desa Modayama

N Nama Jabatan
1
o Abubakar Sidik Ketua RW I
2 Jamal Jafar Ketua RW II
3 Sukur Rasid Ketua RT 1 / RW I
4 Ahmad Borgo Ketua RT 2 / RW I
5 Nasir H. Alhaddad Ketua RT 3 / RW II

52
6 Muhammad Hasim Ketua RT 4 / RW II
Sumber: Profil Desa Modayama

2.13 Organisasi Kemasyarakatan

Organisasi kemasyarakatan adalah suatu istilah yang digunakan di

Indonesia, bentuk organisasi berbasis kemasyarakatan yang tidak

bertujuan politis, istilah semula adalah “Organisasi Massa” yang disingkat

“Ormas”. Namun sejak dikeluarkannya permendagri nomor 33 tahun 2012

istilahnya diganti menjadi “Organisasi Kemasyarakatan” dan disingkat

“Orkemas”, dalam BAB I pasal 1 ayat 1. Orkemas dapat dibentuk

berdasarkan beberapa kesamaan atau tujuan, misalnya : agama,

pendidikan, social, dll. Beberapa organisasi atau lembaga

kemasyarakatan yang ada di Desa Modayama diantaranya :

1.14 Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan

pemerintah desa. BPD dapat dianggap sebagai “parlemen”nya desa. BPD

merupakan lembaga baru di desa pada era otonomi daerah di Indonesia.

Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan

berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara

musyawarah dan mufakat. ASnggota BPD terdiri dari ketua Rukun Warga,

pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka

masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat

diangkat/diusulkan kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. Pipinan

53
dan anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai kepala

desa dan perangkat desa.

Peresmian anggota BPD ditetapkan dengan keputusan

Bupati/Walikota, dimana sebelum memangku jabatannya mengucapkan

sumpah/janji secara bersama-sama dihadapannya masyarakat dan

dipandu oleh Bupati/Walikota.

Ketua BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD secara langsung dalam

rapat BPD yang diadakan secara khusus. BPD berfungsi menetapkan

peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan

aspirasi masyarakat.

Tabel 1.24 Nama Anggota Badan Permusyawaratan Desa Modayama

No Nama Jabatan
1 Abdullah Ahmad Ketua
2 Kabir Bader Wakil
3 Irma Hi.Tubuku Sekretaris
4 Amir Yahya Anggota
5 Yamin Mohtar Anggota
Sumber: Profil Desa Modayama

2.15 Program Pokok PKK

1. Penghayatan dan pengamalan pancasila

2. Gotong royong

3. Pangan

4. Sandang

5. Perumahan dan taat laksana rumah tangga

6. Pendidikan dan ketrampilan

54
7. Kesehatan

8. Pengembangan kehidupan berkoperasi

9. Kelestarian lingkungan hidup

10. Perencanaan sehat

GerakanPKK bertujuan memberdayakan keluarga untuk

meningkatkan kesejahteraan menuju terwujudnya keluarga yang beriman

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan

berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan

gender serta kesadaran hukum dan lingkungan.

2.16 Pranata Kerjasama

Bentuk kerja sama atau di sebut dengan gotong royong yang ada di

desa Modayama iyalah kerja sama (kerukunan) merupakan bentuk

kerjasama yang paling sederhana untuk di lakukan di tengah-tengah

masyarakat. Bentuk kerukunan misalnya:

2.17.1 Liliyan

Suatu kebiasan masyarakat Modayama ketika seseorang

tertimpamusibah seperti meninggalnya seseorang, atau merayakan

moment yakni pernikahan, syukuran dll. Salah satu bentuk kerjasama

iyalah dengan saling membantu tampa di undang maupun panggilan

khusus, mereka menggap bahwa setiap manusia pasti akan mengalami

hal yang sama dengan begitu perlunya dalam suatu masyarakat memiliki

jiwa kepedulian.

55
2.17.2 Kumpulang

Kata kumpulang sendiri adalah kesepakatan antara individu atau

suatau kelompok untuk saling membantu dalam mewujudkan tujuan

bersama yang bersifat balasan. Dalam hal ini masyarakat Modayama

sering melakukan kesepakatan itu, semisalnya membersihkan kebun,

menanam kacang, jagung dll.

2.17.3 Babari

Babari adalah kegiatan sosial yang secara berkelompok (gotong

royong). Tradisi ini biasanya di lakukan ketika salah satu masyarakat

sedang membuat hajatan seperti nikahan, sunatan, atau naik haji. Tradisi

babari sampai saat ini masih di pertahankan oleh masyarakat Desa

Modayama, babari juga memiliki arti meringankan beban sesama anggota

masyarakat. Biasanya setiap melakukan tradisi ini warga sudah

mengetahui tugasnya masing-masing, para lelaki bertugas untuk

melakukan pekerjan yang berat seperti mengambil kayu bakar di hutan,

mendirikan tenda, dan membela kelapa untuk membuat santan.

Sedangkan parawanita melakukanpekerjaan ringan semisalnya,

menyiapkan makanan untuk para lelaki, membersihkan beras, dll.

56
2.17 Kesenian

Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang

digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa

manusia. Seni juga dapat diartikan dengan sesuatu yang diciptakan

manusia yang mengandung unsur keindahan.

Pada masyarakat Modayama juga mempunyai beberapa kesenian di

antaranya yaitu:

2.17.1 Togal/Manika

Tradisi togal yang penulis dapati di lapangan menunjukan bahwa

togal berkembang sebelum Indonesia dalam masa penjajahan. Togal

adalah tarian kedaerahan orang makian atau suku makian, togal tersebut

menunjukan indentitas suku makian . kata “toga” yang berarti jubah

pakian, hakim atau para wisudawan, sedangkan kata “gala” berarti pesta

besar dengan secara keselurahan berarti bahwa togal merupakan tarian

adat atau pesta rakyat.

Masyarakat Modayama hingga sekarang masih mempertahankan

dan melestarikan tradisi tersebut. Tarian ini di lakukan pada saat

menyambut hari-hari besar atau acara-acara masyarakat setempat dan

tarian ini menunjukan suatu kebanggaan masyarakat. Alat-alat dalam

tarian tersebut yaitu : fiyol, gambus, suling dan pakian adat.

57
2.17.2 Salai jin

Salai jin adalah sebuah tarian yang hampir dimainkan oleh

masyarakat Maluku Utara, termasuk juga di Desa Modayama. Inti dari

tarian ini adalah sebuah pesan terhadap para mahluk gaib yang berupa

Jin. Dengan tujuan berkomunikasi dengan bangsa Jin yang berada di

alam gaib untuk meminta bantuan para Jin untuk menyelesaikan berbagai

persoalan yang di hadapi oleh manusia. Salah satu persoalan yang paling

sering menjadi alasan tarian ini di adakan adalah penyakit personalistik

atau naturalistik yang di derita oleh seorang anggota keluarga.

Masyarakat Modayama juga melakukan tarian ini apabila terjadi

suatu hal yang mengharuskan untuk melakukan tarian tersebut, dalam hal

ini iyalah: jika seseorang terkena penyakit guna-guna, menolak bahala,

dan melindungi kampung (haiding kampong). Biasanya tari salai Jin ini di

lakukan secara kelompok laki-laki atau campuran dengan wanita, penari

tarian ini biasanya akan mengalami kemasukan roh halus yang berupa

Jin setelah di bacakan mantra dan di berikan wadah yang berisi api dan

kemenyan.

58
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Perawatan kesehatan tradisional ibu dan anak

Perawatan kesehatan merupakan pranata sosial yang melibatkan

keluarga dan masyarakat untuk mengatasi masalah tertentu antara pasien

dan penyembuh. Masyarakat Modayama khususnya pada ibu hamil

hingga pasca melahirkan menerapkan pengobatan tradisional sebagai

tradisi yang diwarisi secara turun temurun dengan upaya menjaga pola

makan dan keseimbangan tubuh saat hamil hingga melahirkan nanti, ibu

hamil dianjurkan oleh bidan dan hatola (dukun bayi) agar tidak bermalas-

malasan dan sering melakukan aktifitas ringan seperti jalan pagi, dan

mengkonsumsi makanan sehat dan sebagainya.

Perawatan kesehatan ibu dan bayi sangat berpengaruh pada pola

makan minum yang diberikan. Di Desa Modayama, ibu hamil dianjurkan

agar menjaga pola makan dan rajin beraktifitas ringan agar bayi tetap

sehat. Ibu yang sedang hamil akan mendapatkan porsi makanan

tambahan dua hingga tiga empat kali dari biasanya. Namun hal ini kembali

pada pembawaan bayi dan pertahanan keseimbangan tubuh sang ibu.

Seperti yang dikatakan :

Wawancara ala juanda (biyang kampung) 29 Mei 2020

ibu hamil biasanya dong iko tradisi atau kebiasaan dari nene
moyang dahulu, misalnya semasa hamil ibu mengidap sakit sampe
harus baobat kampong, dan itu berjalan selama sebulan. Ada juga

59
yang suka makan satu, dua sampe ampa kali. dia pe bahasa bilang
garis keturunan di keluarga. Selama hamil sampe kaluar hari yang
berperan penting tu ibu supaya urus dong kebutuhan (wawancara
Ala Juanda 29 Mei 2020).
Artinya :

Ibu hamil biasanya mengikuti tradisi para leluhur yang telah diwarisi

secara turun temurun, semisalnya selama hamil ibu mengidap sakit

hingga harus berobat kampung, dan berjalan selama satu bulan.

Ada juga yang suka makan hingga sehari bisa satu, dua sampai

empat kali makan. Selama masa hamil hingga 40 hari, ibu adalah

peran penting dalan mengurus segala kebutuhan ibu dan bayi, dan

sudah garis keturunan dalam keluarga (wawancara ala juanda 29

Mei 2020).

Dari penjelasan di atas menunjukan bahwa perawatan kesehatan ibu

hamil dipengaruhi oleh garis keturunan dalam keluarga maupun tradisi

yang sudah lama diyakini para leluhurnya. Ibu hamil butuh perhatian lebih

dari keluarga teruma suami dan ibu, ibu yang dimaksud ialah ibu kandung

( orang tua). Perawatan kesehatan ibu hamil juga berkaitan erat dengan

kepercayaan masyarakat terhadap pantangan selama hamil :

60
3.2 Kepercayaan terhadap pantangan-pantangan selama hamil

Masyarakat Modayama sampai saat ini masih mempercayai

pantangan-pantangan pada ibu hamil atau biasa disebut dalam

bahasanya (haosan). Bagi masyarakat Modayama adanya pantangan ini

dapat mengurangi resiko saat melahirkan, dan menjaga bayi agar tetap

sehat terhidar dari hal-hal buruk, bukan saja bagi pelakunya tapi dapat

merugikan masyakarakat banyak. Pantangan larangan ini diyakini

berdasarkan kepercayaan tradisional, yang sudah diwarisi turun temurun

yang dapat menimbulkan berbagai sanksi.

Adapun macam-macam pantangan yang dianjurkan ibu hamil untuk

dijauhi : larangan untuk tidak mengesumsi buah nanas mentah,

dikuatirkan terjadi keguguran (abortus spontan), pantangan untuk tidak

mengeringkan rambut menggunakan handuk dan melipatnya di atas

kepala, dikuatirkan bayi kesusahan saat dilahirkan, atau menggunakan

pakaian suami, makan makanan sisa suami, dan larangan untuk tidak

bicara kotor atau menertawakan hal-hal yang aneh, dikuatirkan bayi yang

dilahirkan menjadi cacat.

Selama hamil, ibu lebih mudah terbawa suasana di lingkungan


sekitar, apalagi yang hamil tu baru pertama. Jadi sebagai orang tua
harus perhatikan dong pe makan, deng sering kase inga dorang
tentang dong pe haosan. Baru disinikan banyak yang nikah mudah
jadi wajar saja ada kehawatiran akan tingkat resiko kematian ibu
atau anak (wawancara Ala Juanda 29 mei 2020).
Artinya :

61
Selama hamil, ibu lebih mudah peka terhadap lingkungan

disekitarnya hal ini sering terjadi pada ibu pertama kali hamil.

Sebagai orang tua harus memperhatikan pola makan sang ibu

hamil, dan juga sering mengingatkan untuk menjauhi pantangan-

pantangan di karenakan di Desa Modayama lebih banyak menikah

muda dan menjadi kehawatiran terhadap tingkat resiko kematian

ibu dan anak (wawancara Ala Juanda 29 Mei 2020).

Penjelaskan diatas menunjukan bahwa ibu yang sedang hamil

memiliki perasaan yang mudah berganti terhadap sesuatu yang ada

didepan mata ataupun disekelilinginya. Misalnya mudah marah, menangis

dan sebagainya. Anjuran untuk menjauhi pantangan menjadi alasan untuk

menjauhi terjadinya resiko kematian ibu dan anak.

Kepercayaan masyarakat Modayama terhadap pantangan yang

masih di praktekan hingga kini, kepercayaan ini dibagi menjadi dua yaitu

saat hamil dan pasca melahirkan di antara lain; kepercayaan adanya

mahluk halus yang mengganggu ibu hamil, hingga dianjurkan ibu hamil

yang berpergian sebaiknya memakai paneti atau membawa gunting, atau

ajimat yang diyakini dapat melindungi ibu hamil dari pengaruh mahluk

halus. Ibu yang sudah melahirkan di anjurkan untuk rutin tidur di ranjang

yang dibawahnya di simpan arang panas, supaya punggung ibu menjadi

lebih kuat dan mengembalikan keseimbangan tubuh dan melancarkan

peredaran darah.

62
3.4 Perawatan tradisional masyarakat Modayama terhadap ibu hamil

dan pasca melahirkan

Perawatan tradisional telah menjadi tradisi lama yang diwariskan

secara turun temurun dari para leluhur, perawatan tradisional merupakan

pengobatan yang berupa daun-daunan yang dijadikan ramuan. Bagi

masyarakat Modayama perawatan tradisional adalah pengobatan yang

mampuh menyembuhkan penyakit lebih cepat dibanding pengobatan

medis, masyarakat juga menilai bahwa pengobatan tradisional tidak

memiliki efek samping yang membahayakan tubuh. Kepercayaan

masyarakat Modayama mengenai pengobatan tradisional sudah menjadi

hal utama untuk pilihan pengobatan. Menurut pelaku pengobatan

tradisional mudah didapatkan disekitran rumah dan sangat efektif, selain

itu lebih menghemat biyaya.

Kalo saya selama hamil tu jarang sx mo pigi puskesmas, paling-


paling untuk cek perkembangan bayi dan minta obat anti biotik
saja. Deng saat melahirkan juga butuh bidan untuk saling
membantu jika terjadi sesuatu, misalnya waktu lelah atau suak,
harus infus. Selain itu hanya obat kampung sampai kaluar hari (40
hari), kalo untuk obat kampung cuma minta aer mandi di orang tua-
tua atau di hatola, karna bagi saya deng keluarga obat kampong tu
so paling manjur, tarada efek samping yang membahayakan tubuh
dan selain itu obat kampong bisa kita dapat di pinggir-pingir rumah.
(wawancara Hima Jufri 27 mei 2020).
Artinya :

Bagi pelaku, selama hamil sangat jarang ke puskesmas, pelaku

hanya ke puskesmas jika ingin memeriksakan diri dan kehamilan

untuk mengetahui perkembangan bayi dan meminta obat anti

63
biotik. Bidan dibutuhkan saat melahirkan untuk berjaga-jaga terjadi

hal buruk, misalnya butuh diinfus jika kelelahan atau lemas waktu

melahirkan. Selebihnya hanya berobat kampung hingga 40 hari,

untuk pengobatan kampung hanya meminta air di tetua-tetua atau

pada dukun bayi. Bagi pelaku dan keluarga pengobatan kampung

sangat manjur, tidak memiliki efek samping yang membahayakan

tubuh selain itu obat kampung mudah di dapat di sekitar rumah.

Wawancara Lisna Muhdar 29 Mei 2020 :

Ibu hamil yang datang di puskesmas hanya baperiksa kesehatan


bayi saja, kalo trda tensi darah atau dapa kasih obat anti biotik.
Selain itu dorang datang jika ada keluhan, dan tong anjurkan
dorang untuk ikut sosialisi masa kehamilan, sebab kegiatan macam
bagini dapat membantu waktu persalinan. Meskipun masyarakat
modayama percaya obat-obat kampung, tapi dorang juga sering
pengobatan medis dan skrang so pake dua jasa, yaitu perawatan
medis deng dukun bayi.
Artinya :

Ibu hamil yang datang ke puskesmas hanya memeriksa kesehatan

bayi, tekanan darah, dan biasanya diberikan obat anti biotik. Selain

itu yang datang jika mempunyai keluhan, ibu hamil juga di anjurkan

untuk mengikuti sosialisi masa kehamilan dengan kegiatan

semacam ini dapat membantu waktu melahirkan. Meskipun

masyarakat modayama percaya obat-obatan kampung, tetapi juga

sering menggunakan pengobatan medis dan sekarang masyarakat

modayama menggunakan dua jasa, yaitu jasa medis moderen dan

jasa medis tradisional (wawancara Lisna Muhdar 29 Mei 2020).

64
Dari penjelasan di atas menunjukan bahwa perawatan tradisional

memiliki efek positif di mata masyarakat baik untuk penyembuhan ibu

hamil maupun penyakit lainnya. Meskipun demikian masyarakat juga

menggunakan perawatan medis moderen. Bagi masyarakat di desa

Modayama antara perawatan tradisional dan perawatan moderen memiliki

khasiat yang berbeda, dalam hal ini keduanya penting dalam

penyembuhan.

Saya untuk selama hamil sampe anak so dua ni tra pernah sake
yang sampe tara bisa bangun atau makan. Deng kalo pantangan
tara boleh makan ini itu, harus bawa faneti deng gunting ka itu saya
tra bikin. Bagi saya tu mo sakit dng trda trus pantangan apa tu, itu
kembali pada tong pe pertahanan tubuh. Palingan kalo pusing itu
baru sering, pusing itu karna kurang strahat. Dan untuk pantangan
selama hamil tu tarada sebab hamil sampe melahirkan saya deng
bayi sehat-sehat saja. Me makanan saya makan samua, ikan deng
sayur juga makan. Tapi kalo untuk berobat selama hamil paling-
paling minta aer di abah hi kong mandi. Melahirkan juga bagitu
minum obat tamba darah saja deng makan dan obat kase ilang
rasa sakit lain (wawancara Lisna Muhdar 24 oktober 2020).
Artinya :

Selama saya hamil mulai dari anak pertama sampai anak kedua,

tidak perrnah mengalamai sakit atupun keluhan lainnya. Adapun

pantangan yang tidak boleh dilakukan selama hamil yakni

memakan makanan tertentu dan ketika berpergian diharuskan

membawa peneti,dan gunting semua itu tidak saya lakukan karena

bagi saya, sakit merupakan hal yang alami ketika sedang hamil.

Kalupun berobat saya hanya pergi ke orang yang di percaya bisa

menyembuhkan penyakit melalui metode membacakan mantra lalu

65
di tiupkan ke air kemudian saya meminum air tersebut. Setelah

melahirkan saya hanya meminum pil penambah dara dan juga pil

napsu makan dan obat penghilang rasa sakit (wawancara Lisna

Muhdar 24 oktober 2020).

Penjelasan di atas menunjukan bahwa perawatan tradisional dan

moderen keduanya memiliki keterkaitan yang tidak bisa di pisahkan.

Selain itu dampak dan pantangan selama hamil hingga pasca melahirkan

merupakan keyakinan atau kepercayaan setiap individu.

Di dalam kehidupan sehari-hari tentu sebagai manusia biasa, kita

saling membutuhkan antara satu sama lain. Sama halnya di dunia

kesehatan perawatan tradisional dan moderen keduanya memiliki

hubungan yang saling membutuhkan. Dalam melakukan pengobatan

tradisional khususnya ibu hamil yang hanya meminta air untuk di minum

saat sudah dekat waktunya melahirkan, Adapun doa yang kemudian

dibaca dan di tiupkan ke dalam wadah yang berisi air tersebut:

Qul a’uzu birabbinnas


Malikinnas ilahinnas
Min syarril waswasil
Tawasi kayya Muhammad

Setelah itu biyang meniupkan ke dalam wadah yang berisi air lalu di

berikan pada sang ibu untuk di minum, dipercaya dengan doa ini dapat

menahan rasa sakit memperlancar persalinan. Sebagian orang juga

menggunakan minyak kelapa untuk memperlancar kelahiran bayi tersebut.

66
3.5 Sebab akibat terjadinya penyakit pada ibu hamil hingga pasca

melahirkan

Kehamilan terjadi selama 40 minggu antar waktu menstruasi di mana

wanita membawa embiro atau fetus di dalam tubuhnya.Dalam istilah

medis wanita hamil di sebut gravida sedangkan manusia di dalamnya di

sebut embiro dan janin di sebut fetus.

Adapun sebab akibat terjadinya Abortus Spontan pada wanita hamil,

di karenakan penyebab langsung kematian, infeksi, dan ekslampsi,

sedangkan penyebab tidak langsung di antaranya adalah karena Anemia.

Animea merupakan suatu keadaan kadar Hemogiobin (HB) yang ada

pada darah lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok menurut

umur jenis kelamin. Anemia gizi sering terjadi pada ibu hamil, menunjukan

sebab akibat resiko pada kehamilan berikutnya jika asupan gizi ibu hamil

tidak di perhatikan (Manuaba 1998, dalam Octa Dwenda Ristica).

Kalo untuk penyakit selama ibu hamil itu banyak tapi secara umum
tu Anemia, gejala anemia tu seperti pusing, lemas, HB menurun,
tekanan darah tinggi dan masih banyak lagi. Kalo dalam dunia
kesehatan itu hiperemesi grafi darum. Biasanya tong anjurkan dong
befres total dan tong tra anjurkan dong kerja barat, jadi kalo untuk
pebandingan perawatan tradisional deng moderen itu dia berbalik
sx. Trus banyak mengkonsumsi makanan bergizi, buah-buahan,
menontrol darah secara rutin. Sebab selama hamil itu tong tra bisa
kase obat sabarang, palingan hanya kase obat anti biotik, deng
periksa darah saja. Trus tong juga anjurkan dong untuk tidak
berlebihan dalam mengesumsi garam (wawancara Harita Mujakir 18
November 2020).
Artinya:

67
Penyakit selama hamil itu banyak, akan tapi secara secara umum

penyakitnya Anemia. Biasanya gejalah Anemia itu seperti pusing,

lemas, HB menurun, tekanan darah tinggi dan masih banyak lagi.

Dalam dunia kesehatan penyakit yang di kenal itu Hiperemesis

Grafidarum. Biasanya di anjurkan untuk befres total, dan tidak

melakukan pekerjaan berat. Dan memandingkan antara perawatan

tradisional dan moderen tentunya sangat berbeda jauh, selain itu ibu

yang hamil di anjurkan mengkonsumsi makanan bergizi, buah-

buahan, mengtrol tekanan darah secara rutin dan tidak berlebihan

dalam mengesumsi garam. Ibu hamil juga di berikan obat anti biotik

dan pemeriksaan tekanan darah (wawancara Harita Mujakir 18

November 2020).

Dari penjalasan di atas menunjukan bahwa ibu hamil sering

mengidap penyakit yang biasa di sebut Animea, di mana penyakit ini di

karenakan pengaruh asupan makan minum ibu dan aktifitas ibu yang

sangat berdampak pada janin.

3.6 Perawatan Ibu dan anak pasca melahirkan (Nifas)

Masa nifas merupakan masa transisi namun menjadi aspek di

abaikan dari parawatan Kesehatan wanita. Persiapan menghadapi

postpartum perlu di lakukan sejak masa kehamilan, jika hal ini tidak di

lakukan persiapan masa nifas sejak kehamilan, maka dapat menyebabkan

68
ketidakpengetahuan cara merawat diri dan anaknya (Faizah Betty

Rahayuningsi: 2014).

Serupa dengan pernyataan di atas, masyarakat Modayama juga

melakukan adanya persiapan masa nifas agar ibu dan anak tetap terjaga

selama perawatan 44 hari pertama. Biasanya pengetahuan persiapan

masa nifas ini berupa informasi-informasi dari orang tua, biyang dan ibu

yang sudah berpengalaman seperti, melahirkan dan menggunakan jasa

pengobatan tradisional.

Kalo untuk perawatan selama hamil deng perawatan selesai


melahirkan tu pasti keduanya sangat penting untuk tong
perhatikan, tapi menurut saya selesai melahirkan yang musti tong
perhatikan sx tu. kalo selama hamil tra bisa minum obat-obat
sabarang deng tong iko orang tua-tua pe haosan tu, tapi kalo
selesai melahirkan kan samua dalam puru ni manta deng luka jadi
bagi saya tu penting sx tong perhatikan, karna puncak dari samua
perawatan tu ada di selesai melahirkan tu. Orang tua-tua bilang
Kaman sagala kaman mo pahit ka tarada tu tetap harus minum kalo
mau kandungan tu Kembali normal, terutama bafufu. Kalo untuk
pengetahuan persiapan masa selesai melahirkan, tong palingan
cuma dengar tong pe orng tua-tua bilang, trus tong jagalia sandiri
bagimana tong pe mama barawat diri, dan anak (wawancara Mirna
Ridwan 24 Oktober 2020).
Artinya:

Untuk perawatan masa hamil dan perawatan pasca melahirkan

tentu keduannya sangat penting di perhtikan, terutama perawatan

pasca melahirkan. Selama masa hamil, ibu di larang

mengkonsumsi obat-obatan yang tidak beresep dokter dan

mengikuti larang orang tua tentang pantangan-pantangan selama

hamil. Beda halnya perawatan pasca melahirkan membutuhkan

69
perhatian lebih untuk perawatan ibu dan anak dikarenakan pasca

melahirkan terdapat luka dalam pada dinding-dinding Rahim.

Anjuran untuk mengkonsumsi obat tradisional berupa daun-daunan

juga sangat baik untuk di lakukan terutama bafufu. Pengetahuan

persiapan ini sudah menjadi hal yang umum untuk diketahui teruma

wanita, biasanya para orang tua atau biyang yang menyampaikan

bagaimana merawat diri dan anak, dan melihat sendiri bagamana

cara merawat diri dan anak (wawancara Mirna Ridwan 24 Oktober

2020).

Kemudian di susul oleh: wawancara Murni Hasan (biyang

kampung) 24 November 2020

Dulu saya hamil tu tra bisa bangun sampe 3 bulan baru muntah
deng pusing. Makan me saya tra bisa sampe masuk 4 bulan baru
bisa bangun deng makan deng palingan minta obat di puskesmas
tu, obat yang dapa kase itu obat vitamin saja dia pe sisa tu Cuma
minta aer di orang tua-tua kong minum saja. Baru boboso selama
hamil menurut orang tua-tua tra boleh makan ikan tati jang sampe
ana lahir kabawa napas sasa deng babunyi tu, selain itu smua bisa
makan. Kalo saya yang mangada orang melahirkan tu saya ambel
daun-daun kong bikin Kaman baru suru dong minum. Kalo selama
masih dalam hari tu saya uru dorang sebanyak 3 kali. Sedangkan
selama hamil dorang dating bauru 1 kali itu so masuk 3 bulan usia
kandungan sampe pada usia 6 bulan bauru satu kali lagi, itu sampe
8-9 bulan baru bauru 1 bulan 3 kali. Gunanya dorang bauru itu
supaya kase lurus bayi di dalam puru (wawancara Murni Hasan 24
Oktober 2020).
Artinya:

Waktu kehamilan saya, selama 3 bulan hanya di atas tempat

tidur muntah dan pusing bahkan tidak makan hingga 4 bulan

lamanya baru boleh bangun makan dan melakukan aktifitas

70
lainnya. Selama hamil saya hanya minta obat vitamin di puskesmas

dan lebihnya meminta air yang sudah di bacakan doa oleh orang

tua atau biyang untuk di minum. Sedangkan pantangan selama

hamil yang di yakini oleh orang tua-tua iyah tidak boleh

mengkonsumsi ikan tato di hawatirkan dapat menyebabkan

ganguan pernafasan pada anak Ketika lahir selain itu semua jenis

dapat di konsumsi. Ketika saya yang menangani pasien untuk

pengobatan tradisional saya hanya memberikan ramuan yang

sudah dibuat dari daun-daunan untuk di minum. Selama dalam 44

hari mereka di urut sebanyak 3 kali, sedangkan selama hamil

hanya di urut 1 kali diusia kandungan 3 bulan dan di lanjutkan pada

usia kandungan 6 bulan untuk 1 kali diurut, sedangkan pada usia 8-

9 bulan baru di urut 3 kali dalam masa hamil. Guna mereka di urut

agar bayi di dalam kandungan mendapkan posisi yang baik

(wawancara Murni Hasan 24 Oktober 2020).

Penjelasan di atas menunjukan bahwa perhatian pada perawatan

semasa hamil dan pasca melahirkan merupakan hal yang sangat penting

di lakukan teruma pasca melahirkan. Perawatan ibu dan anak

berdasarkan pada cara mereka merawat dan pengobatan menggunakan

pengobatan tradisional salah satunya bafufu.

71
Gambar 1. Proses barahu pada bayi pasca dilahirkan
(sumber: peneliti)

Proses barahu pada bayi setelah di lahirkan. Proses ini dilakukan di

setiap pagi dan sore hari selesai di mandikan bayi tersebut, adapun

bahan-bahan yang di siapkan yaitu berupa kayu tanah dan bokor besar,

bokor ini biyasanya memakai bokor almaium, dan juga bahan- bahan

berupa kuning dan minyak yang di taruh di sebuah piring kecil, kemudian

di campurkan menjadi satu untuk memotong atau melepaskan tali pusat si

bayi.

72
Gambar 2.Proses bafufu atau barahu pada ibu pasca melahirkan
(sumber: peneliti)

Pada gambar di atas menunjukan proses perawatan ibu pasca

melahirkan. Dengan cara memanaskan segumpal kain lalu dioleskan pada

seluruh tubuh, adapun alat dalam barahu sebagai berikut, ngura-ngura

(penutup panci yang di buat menggunakan tanah liat), bara api dari

tempurung, dan segumpal kain, proses ini di lakukan setelah ibu selesai

mandi atau sesuai kebutuhan yang di anjurkan oleh biang.

73
Gambar 3. Ramuan tambahan untuk membantu perawatan ibu pasca
melahirkan
(sumber: peneliti)

Ramuan tersebut yang sudah di olah menjadi jamu atau ramuan

kering yang menjadi pegobatan tambahan dalam perawatan ibu pasca

melahirkan ini, dapat di temukan di toko-toko obat tradisional terdekat.

Jamu tersebut dipercaya dapat membantu mengobati ibu pasca

melahirkan.

3.7 Bahan-bahan yang di gunakan dalam pengobatan tradisional

Dalam pengobatan tradisional adapun bahan-bahan yang di gunakan

iyalah, bahan yang berasal dari alam seperti daun-daunan, batang

mangga dsb. Masyarakat Modayama khususnya ibu hamil dan pasca

melahirkan masih menggunakan pengobatan tersebut hingga sampai

sekarang masih di pertahankan. Masyarakat Modayama percaya bahwa

74
pengobatan tradisional akan jauh lebih baik, meskipun begitu mereka juga

menggunakan jasa pengobatan moderen.

Selesai melahirkan tu so boleh minum obat kampung, jadi bikin


obat ni ada dia pe tahapan lagi, kalo baru abis melahirkan tu so
ambel obat kong bikin dong minum, jadi pertama tu ambil daun
balacai yang muda tu baru tumbu la dong minum, itu di bongkar
darah-darah kotor tu, trus yang kedua baru daun mayana, turi juga
jadi supaya dia kase bersih dalam puru kase kaluar samua darah
batu, kase obat luka di dalam, deng kase kaluar darah putih. Trus
untuk perawatan bayi, setelah dong lahir kabwa tu so rahu dong
deng api baru bungkus kaeng sudah, takutnya dong dingin setelah
itu baru ambe daun popare la ramas taru di galas baru bikin dong
pe air minum itu tu kase mimis dong supaya dong kase kaluar dong
pe jojira. Bayi selama dalam hari harus perhatikan dong pe
perawatan, jadi dalam sehari mandi 2 kali, sesudah mandi rahu
dong dulu, itu tong pe tua-tua bilang kase masa dorang pe dalam
badan supaya dong tra gampang sake (Wawancara Murni Hasan
24 November 2020).
Artinya:

Ibu yang sudah selesai melahirkan sudah di perbolehkan untuk

mengkonsumsi obat-obat tradisional berupa ramuan, di mulai dari

ramuan yang di tumbuk lalu di jadikan cairan untuk di minum.

Pengobatan ini dibuat dengan bertahap untuk yang pertama daun

balacai (jarak pagar) yang muda di ambil lalu di tumbuk untuk di

jadikan ramuan dan diminum, manfaatnya membersihkan darah-

darah kotor, yang kedua daun mayana, daun turi, agar supaya

mengelurkan darah-darah batu mengobati luka dalam dan

mengelurkan darah putih. Untuk perawatan bayi diawali dengan

membersihkan tubuh bayi setelah dilahirkan, di pakaikan kain agar

si bayi menjadi hangat. Kemudian bayi di berikan cairan yang di

75
buat dari daun pare, agar si bayi mengeluarkan jojira (kotoran

hitam). Selama dalam 44 hari perlunya untuk memperhatikan

perawatan dan Kesehatan bayi, jadi dalam sehari bayi di mandikan

2 kali dan sesudah mandi bayi di bayi kemudian di rahu agar

memperbaiki kekebalan tubuh dan membuat tubuh bayi lebih kuat

tidak mudah sakit (Wawancara Murni Hasan 24 Noveber 2020).

Hal di atas menunjukan bahwa Kesehatan ibu dan anak pasca

melahirkan sangat perlu untuk di perhatikan, begitu juga jenis tumbuhan

yang perlu kita tau dan cara pengobatan yang baik untuk ibu dan anak,

dan terdapat hal penting yang keluarga maupun ibu nifas catat, yaitu

tahapan untuk berobat.

Adapun jenis-jenis obat yang diolah menjadi ramuan untuk diminum:

1) Daun turi

2) Daun balimbing

3) Jahe

4) Kunyit

5) Gula merah

76
gambar 4. Jenis ramuan sebelum di tumbuk atau di haluskan menggunakan
lusin, adapun beberapa jenis tumbuhan yaitu daun turi, dan daun belimbing.
(sumber: peneliti)

Gambar 5. Jahe, gula merah, dan kunyit sebagai tambahan dalam pembuatan
ramuan pengobatan tradisional
(sumber: koleksi pribadi)

77
Gula merah, kunyit dan jahe merupakan tambahan campuran

dengan daun-daun yang lain untuk membuat ramuan ibu pasca

melahirkan. Dengan khasiat jahe yang dapat meningkatkan ASI menjadi

sehat,sedangkan kunyit dapat mempercepat penyembuhan pada ibu nifas

dan gula merah penambah energi dan stamina.

Gambar 6. Ramuan yang sudah di siapkan dan sudah di tumbuk tersebut dimasak dalam
balangan dengan api yang sedang kemudian di aduk hingga benar-benar ramuan
menjadi matang
(sumber: koleksi pribadi)

Pada gambar keenam menjelaskan bahwa jenis-jenis daun dan

kunyit,jahe dan gula merah di haluskan dan di gabung menjadi satu

wadah kemudian dimasak menggunakan balangan. Setelah ramuan

tersebut matang, ramuan tersebut di dinginkan lalu di berikan ibu kepada

ibu pasca melahirkan dengan anjuran dua kali minum dalam sehari.

78
3.8 Tahapan Pelaksanaan dalam perawatan ibu dan anak pasca

melahirkan

Masyarakat Modayama mempercayai bahwa dalam hal melakukan

pengobatan atau perawatan tradisional memiliki tahapan-tahapan yang

perlu di lakukan, mereka menganggap dengan melakukannya akan jauh

lebih baik dan tepat.Di dalam perawatan tradisional pasca melahirkan dan

perawatan bayi juga memiliki beberapa tahapan pelaksanaan yang perlu

di lakukan oleh biyang atau orang tuayaitu:

Pertama setelah ibu yang di tanganinya melahirkan biyang tersebut

mengambil obat-obatan berupa daun-daunan yang berada di sekitaran

rumah ataupun yang berada di hutan, lalu biyang membawanya ke rumah

ibu tersebut lalu membersihkan dengan air.

Kedua membuat ramuan dengan cara menghaluskan dengan cara

menumbuk menggunakan lusin, daun-daunan tersebut dan memanaskan

menggunakan Balanga menunngu hingga benar-benar matang setelah itu

tiriskan.

Ketiga setelah ditiriskan dan membiarkan ramuan tersebut hingga

dingin, kemudian memberikan kepada ibu untuk di minum. Biyang juga

menganjurkan untuk mengkonsumi obat dalam sehari 2 kali, siklus yang

berulang. keesokan harinnya akan di panaskan Kembali.

Selesai melahirkan tu saya pe obat tu bagini sudah, ana sampe


tiga kabwa ni minum obat kampong tusada karna obat kampong tu
bagus, dia bisa bongkar tong pe darah putih deng darah-darah

79
gumpal. Apalagi selesai melahirkan, itu saya rajin minum obat. Ada
obat yang pahit denga da yang tra talalu pahit ada manis itu dong
pake gula merah, tapi harus tetap minum karna ini bisa bikin tong
sehat deng kalo pamalas minum obat tu taralama tong bobou
darah, hamis baru dalam puru ni manta. Untuk dapa obat baginin tu
tong pe hatola yang pi ambe bawa datang dong bikin baru tong
minum, hatola yang urus tong pe obat ni, jadi pagi tu so pangge
kadang dorang dating sandiri karna dorang tau dorang pe tanggung
jawab sampe kaluar hari (wawancara AA. 27 oktober 2020)
Artinya:

Setelah pasca melahirkan obat yang sering saya konsumsi

adalah obat tradisional yang terbuat dari daun-daunan karena obat

tradisional bagus untuk mengobati, seperti membersihakan darah

putih dan darah yang menggumpal. Pasca melahirkan membuat

saya rajin mengkonsumsi obat-obatan tersebut, meskipun

terkadang obat yang di berikan itu pahit tetap saya minum sebab

dapat menyehatkan tubuh dan membersihkan Rahim, begitupun

jika tidak tidak di minum maka membuat bau tak sedap pada tubuh.

Selama dalam 44 hari biyang yang mengurus perawatan ibu dan

anak (wawancara AS. 27 oktober 2020).

Pernyataan di atas menunjukan bahwa biyang sangat berperang

penting dalam perawatan ibu dan anak pasca melahirkan. Begitu juga

dalam mengurus obat-obatan yang sudah di jadikan ramuan untuk di

minum.

80
3.9 Alat-alat yang di gunakan dalam memasak ramuan

Alat yang di gunakan dalam membuat obat-obatan tradisional

menjadi satu hal penting untuk melengkapi hasil penelitian penulis.

Adapun beberapa alat yang di gunakan dalam pembuatan obat tersebut.

1) Balanga

2) Saringan

3) Irus

4) Pisau

5) Parut

6) lusin

Gambar 7. Ayakan, alat untuk menyaring obat setelah di tumbuk halus


(sumber: google)

81
Gambar 8. Parutan, alat untuk menghaluskan ramuan seperti kuyit, jahe dsb
(sumber: google)

Gambar 9. Balanga, alat untuk memasak ramuan yang sudah di haluskan atau ramuan
yang berupa akar tumbuhan
(sumber: peneliti)

Balanga merupakan alat untuk memasak air dan berupa makanan

lainnya, selain itu alat ini dapat digunakan dalam memasak obat ramuan

untuk di berikan kepada orang sakit khususnya ibu pasca melahirkan.

82
Gambar 10. Irus dan pisau, alat untuk mengupas atau membersihkan ramuan dan irus
untuk mengaduk ramuan

(sumber: peneliti)

Gambar 11. Lusin, alat untuk menumbuk atau menghalusankan ramuan obat
tradisional

(sumber: peneliti)

Lusin merupakan alat yang digunakan untuk menghaluskan

ramuan yang berupa daun-daunan, akar, ataupun batang pohon yang

mau dijadikan obat. Alat ini termasuk alat yang masih tradisional, dengan

jaman yang moderen saat ini alat tersebut hanya dimiliki oleh beberapa

83
orang saja. Bagi masyarakat alat sangat membantu menghaluskan

ramuan.

Alat-alat tersebut di atas merupakan satu hal yang dibutuhkan

untuk membantu dalam membuat ramuan. Menurut salah satu informan

yang penulis wawancarai, meskipun alat-alat sebagiannya termasuk

dalam alat moderen namum ini sangat membatu untuk melakukan proses

pembuatan ramuan untuk ibu pasca melahirkan.

Masyarakat Modayama bisa di bilang masyarakat moderen yang

sudah mengikuti masa, namun masih mempertahankan tradisi yang sudah

lama berlangsung sejak jaman nenek moyang mereka. Meskipun di jaman

sekarang teknologi dan sarana kesehatan makin maju, namun semua itu

bagi mereka tidak ada pengaruh untuk meninggalan pengobatan-

pengobatan tradisional yang sudah menjadi penolong utama dalam

pemilihan pengobatan.

84
3.10 Pandangan masyarakat Modayama tentang efektivitas

perawatan tradisional Ibu hamil dan pasca melahirkan

Pemilihan pengobatan merupakan hak setiap individu untuk

memutuskan ke mana mereka berobat, dan merupakan kepercayaan

setiap individu. Namun pengobatan tradisional sendiri merupakan

pengobatan yang sudah menjadi tradisi setiap orang di suatu daerah yang

di lihat dari padangan Antoropologi menurut Foster dan Anderson dalam

buku Antropologi Kesehatan hlm 63, terdapat dua jenis pengobatan

diantaranya, personalistik dan naturalistik. Personalistik merupakan

penyakit yang disebabkan oleh gangguan mahluk halus, bukan manusia di

guna-guna sedangkan naturalistik merupakan ketidakseimbangan tubuh

seperti, panas dalam, dingin, dsb.

Dalam pandangan masyarakat Modayama tentang efek atau

dampak dalam pengobatan tradisional merupakan penilaian setiap

individu yang sudah menggunakan jasa pengobatan tradisional. menurut

masyarakat Modayama dengan berobat tradisional sudah menjadi

pengobatan utama pada saat terkena penyakit , sedangkan pengobatan

jasa medis moderen menjadi pilihan pengobatan kedua.

Bagi masyarakat Modayama berobat tradisional jauh lebih efektik

dalam sebuah penyembuhan sakit. Selain itu pengobatan tradisional

dapat di temukan disekitan rumah dan dapat menghemat biyaya,

85
meskipun demikian ada sebagian masyarakat yang menggunakan jasa

pengobata moderen.

Wawancara ala juanda (biyang kampung) 29 mei 2020 :

Torang pe baobat cuma obat kampong saja so dari dulu sampe


skarang ni masih tong jaga deng biking. Paling-paling kalo sake
ringan kaya pusing ka bagitu baru jaga beli obat di warung atau
minta obat di puskesmas. Bagi masyarakat sini mau sake orang
bikin atau sake biasa tu pertama pasti dong baobat tradisional.
Sebab pengobatan tradisional, baobat tradisional bagi masyarakat
disini itu dapat menyembuhkan lebih cepat baru untuk dia pe daun-
daun bisa torang dapa di pinggir rumah, so tra buang-buang doi
deng aman tong baobat tradional tu
Artinya:
Pengobatan tradisional sudah menjadi kebutuhan utama ketika

terkena penyakit, pongobatan tradisional sekarang masih di

pertahankan dan di lestarikan hingga saat ini. Pengobatan moderen

dilakukan ketika sakit yang ringan saja seperti sakit kepala, baru

kewarung atau ke puskesmas untuk meminta obat. Bagi

masyarakat Modayama penyakit personalistik atau naturalistik

sering menggunakan jasa pengobatan tradisional karena di anggap

penggobatan tradisional dapat menyembuhkan secara cepat,

menghemat biyaya dan juga dapat di temukan di sekitaran tempat

tinggal tinggal (wawancara Ala Juanda 29 Mei 2020).

Pernyataan di atas menjelaskan bahwa peawatan tradisional

menjadi pilihan pertama dalam satu keluarga untuk berobat, sedangkan

pengobatan atau perawatan moderen menjadi pilihan kedua. Meskipun

86
demikian di antara keduanya medis tradisional sering dipakai di kalangan

masyarakat Modayama.

87
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti terkait

dengan sistem perawatan Kesehatan tradisional pada masa kehamilan

dan pasca melahirkan di Desa Modayama Kecamatan Kayoa Utara, dapat

disimpulkan :

1. Sebagian masyarakat Modayama masih menggunakan sistem

perawatan tradisional khususnya pada ibu hamil dan pasca

melahirkan, merupakan upaya menjaga dan melestarikan tradisi

para leluhur yang diterapakan pada masyarakat Modayama

sehingga, beberapa hal yang termasuk dalam tabu atau

pantangan selama hamil hingga pasca melahirkan masih

dilakukan sampai saat ini. Bagi masyarakat Modayama

perawatan kesehatan tradisional memiliki khasiat efektif lebih

cepat menyembuhkan dan mengobati, selain itu bahan-bahanya

mudah didapatkan disekitaran rumah atau tempat tinggal dan

menghemat biyaya. Perawatan tradisional yang di lakukan oleh

masyarakat Modayama mencakup dua penyakit yaitu

personalistik dan naturalistik.

88
Adapun beberapa pantangan yang di percaya mendapat sanksi

apabila dilanggar diantaranya, pantangan untuk tidak memakan

buah nanas saat hamil dikarena dapat membuat keguguran, tidak

boleh menghina hewan atau orang disekitar dihawatirkan bayi akan

menjadi cacat, memakan sisa makan suami dihawatirkan memiliki

penyakit atau kebiasaan buruk dari si ayah, dan melipat rambut

menggunakan handuk dihawatirkan tali pusar dapat melingkar

ditubuh bayi.

2. Penilaian masyarakat Modayama terhadap perawatan tradisional

merupakan pilihan atau penilaian setiap orang yang sudah

menggunakan jasa perawatan tradisional. Selain itu pratik

perawatan tradisional bagi Ibu dan bayi mengancuh pada sistem

pengetahuan Kesehatan yang dimiliki. Pengetahuan Personalistik

dipraktikan dalam bentuk ritual sebagain upaya agar Ibu dan bayi

mampu melewati masa krisis. Adapun pengetahuan Naturalistik

dipraktikan dengan menggunakan tanaman di sekitar tempat tinggal

sebagai ramuan obat dalam kesehatan Ibu dan bayi.

Selain itu penilaian masyarakat Modayama terhadap

perawatan tradisional sangat efektif dalam penyembuhan atau

mengobatan yang aman untuk tubuh dan tidak memiliki efek

samping yang membahayakan tubuh. Dalam perawatan ibu dan

bayi membutuhkan asupan makanan bergizi semasa hamil hingga

melahirkan. Begitu juga ramuan yang di berikan pada Ibu pasca

89
melahirkan memiliki tahapan-tahapan atau aturan sebelum di

berikan pada ibu untuk diminum.

4.2 Saran

Setelah peneliti melakukan penelitian tentang “sistem perawatan

kesehatan tradisional pada masa kehamilan dan pasca melahirkan di

Desa Modayama Kecamatan Kayoa Utara, berikut ini ada beberapa saran

yang dapat peneliti ajukan diantara lain:

1. Bagi masyarakat, masih melakukan perawatan sesuai

pengetahuan tradisional dan berpartisipasi dalam menjaga dan

melestarikan tradisi yang sudah di anut sejak dulu agar tidak

lenyap.

2. Bagi ibu, perawatan selama hamil hingga pasca melahirkan di

harapkan untuk dijaga dan mengikuti anjuran perawatan

tradisional dan medis moderen agar bisa merawat bayi dengan

benar.

3. Bagi tenaga medis, terutama ibu bidan untuk mendampingi dan

memberikan pelatihan pada masyarakat dan dukun bayi

sebagai medis tradisional dalam merawat ibu dan bayi yang

benar.

4. Bagi pemerintah daerah, agar memberikan fasilitas untuk

meningkatkan kesehatan bayi dan Ibu dengan memahami

tradisi dan budaya masyarakat setempat.

90
5. Bagi penelitian selanjutnya, data yang sudah di sajikan dalam

penelitian ini semoga dapat membantu atau menjadi refensi

untuk penelitian-penelitian serupa.

91
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Bustanuddin. 2006. “Agama dalam kehidupan manusia pengantar

antropologi agama”. Jakarta: PT Rajagrafindo persada.

Burgianto, Budhy. 2018. “Penyebab tingginya angka kematian bayi di

Maluku Utara”. 11 November 2019, dari https//kieraha.com/pen

Dumatubun, A.E. “Kebudayaan, kesehatan orang papua dalam perspektif

antropologi kesehatan”. Antropologi papua (ISSN: 1693-2099). Vol.

1. No.1, agustus 2002.

Dian, Praditama Agustina. 2014. “ Pola makan pada ibu hamil dan pasca

melahirkan di Desa Tiripan Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk”.

Emzir, 2010. “Metodologi penelitian kualitatif analisis data”. Jakarta: PT

Rajagrafindo persada.

Foster dan anderson. 1986. Antropologi Kesehatan. Terjemahan Priyanti

Pakan Suryadarma dan Meutia. Jakarta: UI Press

Kartikowati, Sri. and Achmad Hidir. 2014.“Sistem kepercayaandi kalangan

ibu hamil dalam masyarakat melayu”.Riau: pusat penelitian peranan

wanita (p3w) lembaga penelitian universitas riau.

92
Kalangie, Nico S. 1994. “kebudayaan dan kesehatan: pengembangan

pelayanan kesehatan primer melalui pendekatan sodiobudaya”.

Jakarta: Kesaint Blanc.

Koentjaraningrat. 2009. “Pengantar ilmu antropologi (edisi revisi 2009)”.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Kasnodiharjo, dan Kristiana Lusi. (2013). “praktek budaya perawatan

kehamilan di desa Gadingsari Yogyakarta”

Maas, Linda T. 2004. “Kesehatan Ibu dan Anak Persepsi Budaya dan

Dampak Kesehatannya”. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatra Utara..

Miskiyah, Mur Ifatul. 2017. “sistem pengetahuan kesehatan tradisional

tentang perawatan ibu dan bayi dalam 40 hari pasca persalinan pada

masyarakat desa Medini Kecamatan Gajah Kabupaten Demak.

Universitas Negri Semarang. 1 desember 2019. Dari lib.unnes.ac.id.

Nisfiyanti, Yanti. 2012. “Sistem pengobatan tradisional (studi kasus di

desa Juntinyut, Kecamatan Juntinyut, Kabupaten Indramayu)”.

Bandung: balai pelestarian sejarah dan nilai tradisional bandung, vol.

4, No.1. mei 2012:125-140.

Nurmala, Nurmalasari, Sukarsa dan Hexa Apriliana Hidayah. 2012. “Studi

pemanfaatan tumbuhan sebagai obat-obatan tradisional oleh

masyarakat Adat Kampung Naga di Kabupaten Tasikmala”.

93
Puspitawati, dan Batubara Rahayu Rinanda. (2015). “pertolongan

persalinan Ma’blien pada masyarakat desa Sawang Kecamatan

Samudera Aceh Utara”.

Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara tahun 2012, dari

https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KE

S_PROVINSI_2012/31_profil_kes.prov.MalukuUtara_2012.pdf

PBS Halsel, 2020. “Halmahera Selatan Dalam Angka”.

Rahayu, Dewi Andika. 2012. “Faktor-faktor yang berhubungan dengan

pemilihan pengobatan tradisional di wilayah kerja Puskesamas

Muara Siberut Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan

Mentawi”. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.

Rahmatia,In. 2014. “Mahasiswa jago tawuran: kajian antropologi tentang

konflik mahasiswa di kampus universitas hasanudin. Dari

http//repository.unhas.ac.id/handle/123456789/9100

Ristica, Octa Dwienda. 2013. “Faktor risiko kejadian Anemia pada ibu

hamil”. Jurnal Kesehatan komunitas, Vol. 2, No. 2, Mei 2013.

Salmen,Sembiring. Drs. Sismudjiito, M.SI. 2015. “Pengetahuan dan

pemanfaatan metode pengobatan tradisional pada masyarakat desa

suku nalu kecamatan barus jahe”. Perspektif sosiologi, vol, 3, no, 1

oktober 2015.

94
Sanjaya, Riya Muhammad. Ilmi, Bahrul. Dan Marlinae, lenie. (2016). “

kajian pertilaku kesehatan dukun terhadap Ibu dan bayi setelah

melahirkan Suku asli Dayak Meratus Kalimantan Selatan”.

Sari, Lusia Oktora Ruma Kumala.“Pemanfaatan obat tradisional dengan

pertimbangan manfaat dan keamanannya”. Majalahilmukemarfasian,

vol, III, No. 1. April 2006, 01-07 ISSN : 1693-9883.

Triratnawati, atik. “Pengobatan tradisional, upaya meminimalkan biyaya

kesehatan masyarakat desa di Jawa”. Jurnal manajemen pelayanan

kesehatan vol. 13. No. 2 juni 2010 halaman 69-73.

Zamriaty, Wa Do. Hutagaol, Esther. Wowiling, Ferdinand. (2013). “faktor-

faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu hamil menjelang

persalinan di Poli Kia PKM Tumintsing”.

95
96

Anda mungkin juga menyukai