Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang. Masalah

kesehatan difokuskan pada penyakit yang diderita manusia untuk

dilakukannya pengobatan dan penyembuhan. Sumber pengobatan di dunia

mencakup tiga sektor yang saling terkait yaitu pengobatan rumah tangga atau

pengobatan sendiri, pengobatan tradisional dan pengobatan medis yang

dilakukan oleh perawat, dokter, Puskesmas atau Rumah Sakit (Nurullah,

2011).

Yankestrad (Pelayanan kesehatan tradisional) terdiri dari 4 jenis, yaitu

yankestrad ramuan, keterampilan dengan alat, keterampilan tanpa alat, dan

keterampilan dengan pikiran. Sejumlah 89.753 dari 294.962 (30,4%) RT di

Indonesia memanfaatkan yankestrad dalam 1 tahun terakhir dan proporsi RT

yang memanfaatkan yankestrad tertinggi di Kalimantan Selatan (63,1%) dan

terendah di Papua Barat (5,9%). Jenis yankestrad yang dimanfaatkan oleh RT

terbanyak adalah keterampilan tanpa alat (77,8%) dan ramuan (49,0%).

Alasan utama RT memanfaatkan yankestrad terbanyak secara umum adalah

untuk menjaga kesehatan/kebugaran. Hal ini menunjukkan bahwa

pemanfaatan yankestrad masih cukup rasional. Sementara itu alasan terbanyak

pemanfaatan yankestrad keterampilan dengan pikiran adalah berdasarkan

tradisi/kepercayaan (Riskesdas, 2013).

1
Sebesar 48,5% di Australia masyarakatnya menggunakan

pengobatan tradisional, di Perancis sebesar 49% dan di Taiwan sebesar

90% pasien menggunakan terapi konvensional yang dikombinasikan

dengan pengobatan tradisional Cina. Berdasarkan Sensus Sosial Ekonomi

penduduk yang menggunakan pengobatan tradisional mengalami

peningkatan yaitu 15,04% pada tahun 1999 menjadi 30,24% tahun 2001,

tahun 2002 turun menjadi 29,73%. Pada tahun 2003-2006 mengalami

peningkatan 30,67% tahun 2003, 32,87% tahun 2004, 35,25% tahun 2005

dan 38,30% pada tahun 2006. Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi

Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan pengobatan tradisional

meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 % penduduk

Indonesia). Pada tahun 2010 penggunaan pengobatan tradisional

meningkat menjadi 45,17 % dan tahun 2011 menjadi 49,53 % (Rahayu,

2012).

Berdasarkan data SUSENAS (2007), Proporsi penggunakan obat

tradisional pada responden yang bertempat di pedesaan (31,6%) lebih

tinggi daripada responden yang bertempat tinggal di perkotaan (23,0%)

demikian pula hasil penelitian Sudirga, 2012 di Desa Trunyan diperoleh

bahwa penggunaan obat-obatan secara tradisional masih banyak dilakukan

terutama untuk mengobati suatu penyakit yang masih tergolong ringan

seperti batuk, sakit kulit, sakit perut, rematik, sesak napas, demam dan

sakit kepala. Dari 90 jenis tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan

secara tradisional 21 jenis tumbuhan untuk mengobati sakit perut, 19 jenis

2
untuk mengobati sakit batuk, 13 jenis untuk mengobati sakit kulit, 10 jenis

untuk mengobati sakit pegal linu, 7 jenis untuk mengobati sakit karena

sesak napas dan sebagainya.

Suku Dayak Jawant sebagai kelompok suku yang dominan

mendiami Desa Mondi Kecamatan Sekadau Hulu Kabupaten Sekadau

masih kuat dengan budaya dan tradisi yang hingga sekarang masih terus

dipertahan oleh sebagian besar warga masyarakat. Dalam budaya suku

dayak Jawant, masih terdapat bentuk-bentuk pengobatan yang secara

tradisi masih sering dilakukan secara turun temurun dengan menggunakan

bahan dari alam serta pengobat tradisional. Penggunaan obat tradisional ini

tidak hanya untuk mengobati penyakit orang dewasa tetapi juga untuk

anak balita. Misalnya jika anak sedang demam panas maka yang dilakukan

adalah memanggil pengobat tradisional, orang yang berpengalaman

biasanya nenek atau kakek, atau anggota keluarga itu sendiri khususnya

ibu untuk mengurut seluruh badan dengan bawang merah tunggal yang di

iris-iris dan dicampurkan dengan minyak goreng. Selain itu jika seseorang

mengalami sakit yang tiba-tiba maka langsung dikaitkan dengan tingkah

laku orang tersebut sebelumnya, bisa saja karena telah mengambil sesuatu

di tempat keramat, atau telah melakukan kesalahan sehingga mahluk halus

menjadi marah dan membuat orang tersebut sakit.

3
Masyarakat Suku Dayak Jawant ini memiliki sistem kebudayaan

khususnya dalam pengobatan dan perawatan kesehatan yang sangat unik

dibandingkan Suku Dayak lainnya di wilayah Kecamatan Sekadau Hulu.

Namun penelitian mengenai hal ini sangat terbatas disebabkan sumber sejarah

Suku Dayak Jawant dari berbagai literatur lokal maupun asing sangat jarang

ditemui. Dikatakan unik karena sebab penerapannya masih sarat akan nuansa

mistis, dengan metode dan cara tradisional mereka meskipun hal tersebut di

jamam modern ini dianggap terbelakang dengan kemunculan teknologi di

bidang medis yang semakin canggih namun pengobatan tradisional ini tetap

menjadi minat utama masyarakat.

Berangkat dari latar belakang yang telah diuraikan mengajukan usulan

penelitian yang berjudul: Penggunaan Obat Tradisional untuk Mengatasi

Demam pada Anak Balita Suku Dayak Jawant di Desa Mondi Kecamatan

Sekadau Hulu Kabupaten Sekadau.

1.2. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi fokus dalam

penelitian ini adalah penggunaan obat tradisional untuk mengatasi demam

pada balita, mencakup: Penyebab demam pada balita, jenis obat tradisional

yang digunakan untuk mengatasi demam, cara menggunakan obat

tradisional untuk mengatasi demam pada balita dan alasan menggunakan

obat tradisional untuk mengatasi demam.

4
1.3 Perumusan masalah penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana penggunaan obat tradisional untuk mengatasi

deman pada anak balita Suku Dayak Jawant di desa Mondi Kecamatan Sekadau

Hulu Kabupaten Sekadau.”

1.4. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

mengeksplorasi bagaimana penggunaan obat tradisional untuk mengatasi

demam Pada Balita Suku Dayak Jawant Di Desa Mondi Kecamatan

Sekadau Hulu Kabupaten Sekadau.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian adalah untuk mengetahui tentang:

1. Penyebab demam pada balita menurut masyarakat Suku Dayak

Jawant di Desa Mondi Kecamatan Sekadau Hulu Kabupaten

Sekadau.

2. Jenis obat tradisional yang digunakan oleh masyarakat Suku Dayak

Jawant untuk mengatasi demam pada balita di Desa Mondi

Kecamatan Sekadau Hulu kabupaten Sekadau.

3. Cara penggunaan obat tradisional oleh masyarakat Suku Dayak

Jawant untuk mengatasi deman pada anak balita di Desa Mondi

Kecamatan Sekadau Hulu Kabupaten Sekadau.

5
4. Alasan masyarakat Suku Dayak Jawant menggunakan obat

tradisional tersebut untuk mengatasi deman pada anak balita di Desa

Mondi Kecamatan Sekadau Hulu kabupaten Sekadau.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi IPTEK

Untuk mendapatkan data ilmiah tentang penggunaan obat

tradisional, sehingga bisa di kembangkan agar pemanfaatan obat tradisional

bisa dijamin keamanannya melalui kajian laboratorium.

1.5.2. Bagi Puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak puskesmas untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat

meningkatkan derajat kesehatan dengan penggunaan obat tradisional

seperti sosioalisasi TOGA (Tanaman Obat Keluarga).

1.5.3. Bagi Penulis

Memberikan pengalaman belajar dan berpikir secara ilmiah dalam

pendekatan kepada masyarakat, sehingga dapat mengetahui dan

mengeksplorasi pengetahuan, pengalamam serta pendapat ibu tentang

penggunaan obat tradisional untuk mengatasi demam sebagai aplikasi ilmu

yang didapat diperkuliahan.

6
1.6. Sistemtika Penulisan

BAB I Pendahuluan

- Latar Belakang Masalah

- Fokus Penelitian

- Perumusan Masalah

- Tujuan Penelitian

- Manfaat Penelitian

- Sistematika Penulisan

BAB II Tinjauan Kepustakaan

- Pengetian Obat Tradisional

- Pemanfaatan Obat Tradisional

- Konsep Sehat Sakit

- Balita

- Demam

BAB III Metode Penelitian

- Desain penelitian

- Tempat dan Waktu Penelitian

- Instrumen Penelitian

- Sumber Data

- Teknik Analisis Data

- Rencana Teknik Pengujian Keabsahan Data

7
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Pengertian Obat Tradisional

Obat tradisional adaah bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan,

bahan hewan, bahan mineral, sedian gelanik, atau campuran dari bahan-bahan

tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan

pengalaman (Ditjen, POM 1999 dalam Notoatmodjo, 2007).

Obat tradisional dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:

1. Jamu (Emperical bused herbal medicine)

Jamu adalah obat tradisional yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,

hewan dan mineral dan atau sediaan gelaniknya atau campuran bahan-

bahan tersebut yang belum dibakukan dan dipergunakan dalam upaya

pengobatan berdasarkan pengalaman.bentuk sediaannnya berwujud

sebagai serbuk seduhan, rajangan untuk seduhan dan sebagainya.

2. Ekstrak bahan alam (Scientific based herbal medicine)

Ekstrak bahan alam adalah obat tradisional uang disajikan dari

ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat,

binatang, maupun mineral.

3. Fitofarmaka (Cinical based herbal medicine)

8
Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan

keamanannya dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia

atau sedian gelanikyang memenuhi persyaratan yang beraku

(Notoatmodjo. 2007).

Zuhud et al., (1991) dalam Abdiyani, (2008) menyatakan tumbuhan yang

merupakan bahan baku obat tradisional tersebut tersebar di seluruh wilayah

Indonesia. Tumbuhan obat didefenisikan sebagai jenis tumbuhan yang sebagian,

seluruh tumbuhan tersebut digunakan sebagai obat, bahan atau ramuan obat-

obatan. Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan yang diketahui atau

dipercaya mempunyai khasiat obat. Ahli lain mengelompokkan tumbuhan

berkhasiat obat menjadi tiga kelompok, yaitu:

1) Tumbuhan obat tradisional merupakan spesies tumbuhan yang diketahui

atau dipercayai masyarakat memiliki khasiat obat dan telah digunakan

sebagai bahan baku obat tradisional.

2) Tumbuhan obat modern merupakan spesies tumbuhan yang secara ilmiah

telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat

obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.

3) Tumbuhan obat potensional merupakan spesies tumbuhan yang diduga

mengandung atau memiliki senyawa atau bahan bioaktif berkhasiat obat

tetapi belum dibuktikan penggunaannya secara ilmiah-medis sebagai obat.

Departemen Kesehatan RI mendefenisikan tumbuhan obat Indonesia seperti yang

tercantum dalam SK Menkes No. 149/SK/Menkes/IV/1978, yaitu :

9
1. Tumbuhan atau bagian yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau

jamu

2. Tumbuhan atau bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pemula

bahan baku obat (precursor)

3. Tumbuhan atau bagian tumbuhan yang diekstraksi dan ekstrak tumbuhan

tersebut digunakan sebagai obat

Tumbuhan obat adalah segala jenis tumbuhan yang diketahui mempunyai

khasiat baik dalam membantu memelihara kesehatan maupun pengobatan suatu

penyakit. Tumbuhan obat sangat erat kaitannya dengan pengobatan tradisional,

karena sebagian besar pendayagunaan tumbuhan obat belum didasarkan pada

pengujian klinis laboratorium, melainkan lebih berdasarkan pada pengalaman

penggunaan (Yuni et al., 2011)

Saat ini pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai tumbuhan

yang berkhasiat obat semakin berkembang. Masyarakat mulai memahami bahwa

penggunaan tumbuhan untuk obat sebenarnya bisa sejajar dan saling mengisi

dengan pengobatan modern. Sering, penggunaan tumbuhan obat dengan berbagai

alasan herbal dijadikan pilihan pertama untuk pengobatan (Kusuma et al., 2005).

2.2. Pemanfaatan Obat tradisional

Indonesia umumnya mempunyai adat istiadat dan budaya yang sangat

beragam. Keanekaragaman etniknya menyebabkan beberapa masyarakatnya

masih menggunakan obat tradisional dengan memanfaatkan alam sekitarnya

terutama yang hidup di pedalaman dan terasing. Penggunaan obat tradisional

10
tersebut, pada prinsipnya bertujuan untuk memelihara kesehatan dan menjaga

kebugaran, pencegahan penyakit, obat pengganti atau pendamping obat medik dan

memulihkan kesehatan (Supandiman et al., 2000).

Masyarakat Indonesia sudah mengenal obat dari jaman dahulu, khususnya

obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Seiring meningkatnya pengetahuan

jenis penyakit, semakin meningkat juga pengetahuan tentang pemanfaatan

tumbuhan untuk obat-obatan, namun demikian sering terjadi pemanfaatan yang

dilakukan secara berlebihan sehingga populasinya dialam semakin menurun

(Zuhud et al., 1991 dalam Abdiyani 2008).

Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat sudah seumur dengan peradaban

manusia. Tumbuhan adalah gudang bahan kimia yang memiliki sejuta manfaat

termasuk untuk obat berbagai penyakit. Kemampuan meracik tumbuhan

berkhasiat obat dan jamu merupakan warisan turun menurun dan mengakar kuat

di masyarakat. Kelebihan dari pengobatan dengan menggunakan ramuan

tumbuhan secara tradisional tersebut ialah tidak adanya efek samping yang

ditimbulkan seperti yang terjadi pada pengobatan modern (Thomas, 1992 dalam

Sistiawanti et al., 2010).

Menurut Maryani et al., (2003), ramuan tradisional adalah ramuan yang

terbuat dari bahan-bahan tumbuhan yang berkhasiat dan sudah biasa digunakan

masyarakat setempat. Defenisi obat tradisional menurut undang-undang no.23

tahun 1992 adalah bahan atau ramuan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,

bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan-bahan tersebut

11
yang secara turun menurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan

pengalaman.

Menurut Moeljono (1998), tumbuhan obat merupakan salah satu hasil

hutan yang bermanfaat dari segi ekologi, sosial budaya, maupun ekonomi yang

harus dikelola dengan memperhatikan kebutuhan generasi masa kini dan masa

mendatang (Meliki, dkk, 2013).

2.3. Konsep Sehat Sakit

Masalah sehat sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan

atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara

biologis, psikologis maupun sosio budaya. Istilah sehat sendiri dalam praktiknya

mengandung banyak muatan kultural, sosial, dan pengertian profesional yang

beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya

dengan keseorangan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidak sesederhana itu,

sehat harus dilihat dari berbagai aspek. Untuk Indonesia sendiri dinyatakan dalam

UU No.23,1992 tentang kesehatan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari

badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan

ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu

kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan

didalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan (Salisah, 2011).

12
Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan

oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, sedangkan

perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan

kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan sehat

(Marimbi, 2009).

Penilaian individu terhadap status kesehatan ini merupakan salah satu

faktor yang menentukan perilakunya, yaitu perilaku sehat jika dia menganggap

dirinya sehat. Dan perilaku sakit jika merasa dirinya sakit (Sarwono, 2007).

Setiap individu sejak lahir terkait didalam suatu kelompok, terutama kelompok

keluarga. Dalam keterkaitan kelompoknya dengan kelompok ini membuka

kemungkinan untuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota kelompok

yang lain. Oleh karena pada setiap kelompok senantiasa berlaku aturan-aturan

atau norma-norma sosial tertentu maka perilaku tiap individu anggota kelompok

berlangsung didalam suatu jaringan normatif. Demikian pula perilaku individu

tersebut terhadap masalah-masalah kesehatan ( Marimbi, 2009).

Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat

dikaitkan dengan muculnya berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan

penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit.

Pada masyarakat dan pengobatan tradisional menganut dua konsep penyebab

sakit, yaitu naturalistik dan personalistik. Penyebab naturalistik yaitu seseorang

menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, kebiasaan hidup, ketidakseimbangan

dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan pada konsep panas dingin seperti masuk

13
angin dan penyakit bawaan. Dalam perspektif lain sehat bagi seseoarang berarti

suatu keadaan yang normal, wajar nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-

hari dengan gairah. Sedangkan sakit di anggap sebagai keadaan badan yang

kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan

seseorang tidak menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang sehat.

Sedangkan konsep personalisttik menganggap munculnya penyakit (illness)

disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan

manusia (hantu, roh, leluhur atau roh jahat), atau makhluk manuusia (tukang sihir,

tukang tenung). (Ngatimin, 1992).

Berdasarkan penelitian Yitno, (1991) secara umum Suku Dayak di

Kalimantan Barat memiliki ciri budaya yang sama akan tetapi setiap suku

memiliki persepsi dan metode yang berbeda terkait pemanfaatan tumbuhan

sebagai obat tradisional (Meliki, dkk, 2013).

Menurut Sosrokusumo, (1989) Salah satu aktivitas tersebut adalah

penggunaan tumbuhan sebagai bahan obat oleh berbagai suku bangsa atau

sekelompok masyarakat yang tinggal di pedalaman. Tradisi pengobatan suatu

masyarakat tidak terlepas dari kaitan budaya setempat. Persepsi mengenai konsep

sakit, sehat, dan keragaman jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat

tradisional terbentuk melalui suatu proses sosialisasi yang secara turun temurun

dipercaya dan diyakini kebenarannya. Pengobatan tradisional adalah semua upaya

pengobatan dengan cara lain di luar ilmu kedokteran berdasarkan pengetahuan

yang berakar pada tradisi tertentu (Rahayu, 2006).

14
2.5. Balita

Menurut Yusuf (2002) pada umumnya masalah kesehatan yang sering

dialami anak-anak adalah kurang gizi, pola makan, kurang olah raga dan

gangguan kesehatan. Pemberian gizi yang seimbang sangat mempengaruhi

perkembangan kesehatan anak. Pola makan sangat berkaitan erat dengan hal ini.

Maraknya makanan cepat saji dengan berbagai variasi yang sangat menarik untuk

anak menjadi kendala tersendiri yang mempersulit pemenuhan kebutuhan gizi. Di

sisi lain bahwa banyak anak-anak yang mengalami gangguan kesehatan

dikarenakan pola jajanan yang ada di sekitar lingkungan mereka, sehingga dapat

menyebabkan anak sakit.

2.6 Demam

2.6. 1 Pengertian Deman dan Mekanisme Demam

Demam adalah peningkatan suhu tuubuh di atas batas normal sebagai

respons terhadap ambang batas tertentu dari hipotalamik. Hipertermia timbul

akibat adanya pelepasan panas yang tidak addekuat atau akibat kelainan

farmakologik atau patologik pada mekanisme termoregulatir hipotalamik (Suandi,

1999).

Meningkatnya ambang batas hipotalamik disebabkan oleh pirogen

endogen yang dilepaskan dari proses fagosit sel-sel leukosit, dapat dirangsang

oleh adanya infeksi, trauma, penyakit autoinum, steroid (DDT, racun

kalajengking, dan radiasi susunan saraf pusat). Peningkatan suhu tubuh dikenal

15
sebagai hipertermia melalaui mekanisme peningkatan produksi panas (Suandi,

1999).

Demam adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh diatas normal, yaitu

diatas 380C. Pada prinsipnya demam dapat menguntungkan dan dapat pula

merugikan. Pada tingkat tertentu demam merupakan bagian dari pertahanan

tubuh yang bermanfaat karena timbul dan menetap sebagai respon terhadap suatu

penyakit. Namun suhu tubuh yang terlalu tinggi juga akan berbahaya.

Menurut Guyton dan Hall, (1997) demam adalah temperatur tubuh yang

berada di atas batas normal, yang disebabkan oleh kelainan otak, keadaan

lingkungan maupun oleh bahan-bahan toksik yang mempengaruhi pusat

pengaturan temperatur. Suhu tubuh normal manusia secara umum adalah 98,00 F

dan 98,60 F atau 36,70 C bila diukur per oral ddan kira-kira 10 F (0,60 C) lebih

tuinggi bila diukur per rektal (Badiraja, 2014).

Menurut Oshikoya K, Senbajo (2008), demam bukan suatu penyakit

melainkan hanya merupakan gejala dari suatu penyakit. Demam dapat juga

merupakan suatu gejala dari penyakit yang serius seperti Demam Berdarah

Dengue, demam tiphoid, dan lain-lain. Penelitian yang dilakukan oleh Kazeem

menyatakan bahwa mayoritas ibu menyatakan bahwa penyebab demam adalah

karena infeksi (43,7%), sakit gigi (33%), dan paparan sinar matahari (27%). Pada

bayi dan anak yang mendapat demam dan menunjukkan tanda-tanda sakit

hendaknya selalu dipikirkan kemungkinan adanya infeksi. Keterlambatan dalam

16
mendiagnosis pada penyakit septikemia, pnemomia dan meningitis dapat

berakibat meningkatnya angka kesakitan dan angka kematian (Riandita, 2012).

2.6.2. Dampak Lebih Lanjut dari Demam

Pada dasarnya, demam dapat menguntungkan maupun merugikan.

Beberapa bukti penelitian menunjukkan fungsi pertahan tubuh manusia bekerj

baik pada temperatur demam dibandingkan suhu normal. Namun, pada saat

demam akan terjadi peningkatan metabolisme tubuh yang membuat anak anak

sangat ridak nyaman dan dehidrasi karena peningkatan penguapan cairan

tubuh.

Demam dengan peningkatan suhu tubuh yang terlalu tinggi

memerlukan kewaspadaan karena dapat berdampak buruk seperti

meningkatnya resiko kejang demam terutama pada anak di bawah 5 tahun.

Selain itu, demm di atas 410 C dapat menyebabkan hiperpireksia yang sangat

berbahaya karena dapat menyebabkan berbagai perubahan metabolisme,

fisiologi, dan akhirnya kerusakan susuna saraf pusat. Pada awalnya anak

tampak gelisah disertai nyeri kepala, pusing, kejang, serta akhirnya tidak sadar.

Keadaan koma terjadi bila suhu >430 C dan kematian terjadi dalam beberapa

jam bila suhu 430 C sampai 450 C.

17
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini didesain dengan menggunakan Penelitian kualitatif

dengan pendekatan etnografi. Alasan pemilihan metode ini agar dapat

menjawab jawaban yang lebih dalam mengenai penggunaan obat

tradisional untuk mengatasi memam pada balita Suku Dayak Jawant di

Desa Mondi Kecamatan Sekadau Hulu Kabupaten Sekadau.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mondi Kecamatan Sekadau

Hulu Kabupaten Sekadau. Adapun alasan mengapa melakukan penelitian

Suku Dayak Jawant di Di Desa Mondi Kecamatan Sekadau Hulu

Kabupaten Sekadau, adalah:

1. Desa Mondi merupakan Desa yang di huni oleh suku dayak Jawant,

yang merupakan satu dari suku-suku yang ada di kabupaten Sekadau,

dimana suku ini merupakan suku yang memiliki beranekaragam

kebudayaan yang tinggi, termasuk di dalamnya adalah tentang

pengobatan tradisional khususnya penggunaan obat tradisional.

2. Masyarakat Suku Dayak Jawant di desa ini masih memegang teguh

kepercayaan mereka tentang konsep terjadi penyakit, sehingga perlu

digali lebih dalam lagi bagaimana mereka memaknai suatu penyakit

18
dan bagaimana mereka bisa menggunakan obat tradisional tertentu

untuk mengatasi demam pada balita.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 1 April 2015 sampai dengan

30 April 2015 di Desa Mondi Keccamatan Sekadau Hulu Kabupaten

Sekadau Tahun 2015.

3.3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri sehingga peneliti

harus menguasai dan memahami metode penelitian kualitatif secara

mendalam dan penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti sebagai

kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan

pedoman wawancara (Interview guide) dalam menggali informasi dan

informan. Agar informasi tidak terlewatkan dilakukan pencatatan dan

dibantu dengan tape recorder untuk merekam wawancara yang dilakukan.

Data sekunder di peroleh dari dokumen dan laporan-laporan dari

Puskesmas Rawak (bidan desa mondi) yang mendukung penelitian ini.

3.4. Sumber Data

Untuk mendapat data dan fakta tentang penggunaan obat

tradisional, Penulis melakukan penelitian kepustakaan dan penelitian

lapangan. Kedua metode ini digunakan , karena ini lazim digunakan oleh

para penelitian dalam penlitian ilmu sosial.

19
3.4.1. Penelitian Kepustakaan

Dalam penelitian kepustakaan Peneliti membaca buku-

buku, jurnal dan hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah

yang diteliti. Peneliti juga membaca makalah dan tulisan-tulisan

untuk memperoleh data dan fakta sekunder.

3.4.2. Penelitian Lapangan

Meskipun informasi tertulis mengenai penggunaan obat

tradisional dikalangan Suku Dayak Jawant masih sukar didapati di

perpustakaan, tetapi data dan fakta yang menjadi objek utama

penelitian ini Peneliti kumpul dalam penelitian di lapangan,

khususnya di Desa Mondi, Kecamatan Sekadau Hulu, Kabupaten

Sekadau. Adapun penelitian lapangan meliputi dua hal yaitu

sebagai berikut:

1). Wawancara

Sewaktu melakukan wawancara di lapangan

mengenai objek yang akan diteliti, Peneliti mewawancarai para

informan secara bebas untuk menanyakan hal-hal yang

berhubungan dengan masalah penggunaan obat tradisional yang

sering digunakan untuk mengatasi demam anak balita di lokasi

penelitian. Wawancara dilakukan kepada para informan yang di

pilih dari orang-orang tua, para orang pintar yang biasa disebut

20
dukun. Dalam melakukan wawancara dengan informan, Peneliti

menggunakan pedoman wawancara dan alat perekam.

2). Observasi Langsung

Selain melakukan wawancara kepada para Informan,

Peneliti juga terlibat langsung memperhatikan aktivitas

penggunaan obat tradisioanal untuk mengatasi demam anak balita

Suku Dayak Jawant di Desa Mondi. Walaupun waktu melakukan

observasi agak singkat, tetapi tidak bermasalh dengan

pengumpulan data dan observasi langsung, karena Peneliti adalah

bagian dari masyarakat Suku dayak Jawant di Desa Mondi,

Kecamatan Sekadau Hulu, Kabupaten Sekadau.

Sampel dalam penelian ini menggunakan teknik non probabilitas,

yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang tidak didasarkan pada

rumusan statistik tetapi lebih pada pertimbangan subjektif peneliti dengan

didasarkan pada jangkauan dan kedalaman masalah dalam penelitian.

3.5. Teknik Analisis Data

Proses penelitian ini setelah memasuki lapangan, dimulai dengan

menetapkan informan dan peneliti melakukan wawancara kepada informan

tersebut dan mencata serta merekam hasil wawancara, selanjutnya peneliti

melakukan analisis terhadap hasil wawancara. Pada saat wawancara,

peneliti sudah mulai melakukan analisis terhadap jawaban yang

21
diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancara setelah di analisis terasa

belum memuaskan maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi dan

dilakukan secara interaktif serta berlangsung tatap muka sampai diperoleh

data yang diperlukan, sehingga data yang diperoleh sudah jenuh dan di

anggap kredibel. (Miles dan huberman 1984 dalam Sugiyono 2007). Data

yang diperoleh, dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian,

selanjutnya data tersebut di analisa dan disimpulkan.

Tahapan analisa data dalam penelitian ini yaitu analisis domain

(domain analysis) yang merupaka langkah pertama dalam penelitian ini.

Peneliti memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari objek

penelitian atau situasi sosial. Peneliti menenerapkan domain tertentu

sebagai pijakan untuk penelitian slanjutnya dan informasi yang diperoleh

peneliti belum mendalam, masih dipermukaan, namun sudah menemukan

domain atau kategori dari yang akan diteliti yakni penggunaan obat

tradisional untuk mengatasi demam pada balita di desa mondi (suku dayak

Jawant) kecamatan sekadau hulu kabupaten sekadau tahun 2015.

Selanjutnya analisis taksonomi (taxonomic analysis) yaitu menjbarkan

doamin yang dipilih oleh peneliti selanjutnya ditetapkan fokus penelitian

dan diperdalam lagi melalui penumpulan data di lapangan kemudian diurai

secara lebih rinci dan mendalam yaitu penyebab demam pada balita , jenis

obat tradisional yang digunakan yang digunakan, cara menggunakan obat

tradisional dan alasan menggunakan obat tradisional untuk mengatasi

deman pada balita di Desa Mondi Kecamatan Sekadau Hulu Kabupaten

22
Sekadau. Tahap ketiga yaitu analisis kompenensial (compenential

analysis) yang aktivitasnya mencari perbedaan yang spesifik setiap rincian

yang dihasilkan dari analisis taksonomi, dan yang terakhir analisis tema

kultural (discovering cultural theme) yakni peneliti mencari hubungan

diantara domain dan bagaimana hubungannya dengan keseluruhan dan

selanjutya dinyatakan ke dalam suatu tema atau judul penelitian.

3.6. Rencana Teknik Pengujian Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, temuan data dapat dinyatakan valid

apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa

yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti (Sugiyono, 2007).

Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini yaitu dengan berpegang

pada empat prinsip atau kriteria yang meliputi pertama uji credibility yakni

apakah kebenaran hasil penelitian kualitatif dapat dipercaya dalam makna

mengungkap kenyataan yang sesungguhnya. Kedua, uji dependability

yakni penelitian yang reliable yaitu apabila orang lain dapat

mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Ketiga, uji

comfirmability yakni bermakna keyakinan atas penelitian dan data peroleh.

Keempat, uji transferbility yakni apakah penelitian ini dapat

digeneralisasikan atau diaplikasikan pada situasi lain.

Peneliti melakukan uji credibility dengan triangulasi sumber,

waktu dan teori. Triangulasi sumber yaitu dilakukan dengan

membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi

23
yang diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh dari

beberapa sumber tersebut kemudian dideskripsikan, dikategorisasikan,

mencari pandangan dan spesifikasi dari data sumber tersebut, sehingga

data yang dianalisis oleh peneliti menghasilkan suatu kesimpulan.

Triangulasi waktu yaitu melakukan pengecekan dengan wawancara dalam

waktu atau situasi yang berbeda dan bila hasil uji mengahsilkan data yang

berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai

ditemukan kepastian datanya. Triangulasi teori yaitu dilakukan dengan

menguraikan pola, hubungan dan menyertakan penjelasan yang muncul

dari analisis untuk mencari tema atau penjelasan pembanding.

Uji dependability yang peneliti laksanakan yaitu pembimbing

skripsi melakukan audit terhadap keseluruhan proses atau aktivitas peneliti

dalam melakukan penelitian. Uji confirmability yaitu dengan cara

pembimbing menguji hasil penelitian yang telah peneliti lakukan. Uji

transferability yaitu dengan cara peneliti membuat laporan skripsi inu

secara jelas dan dapat dipercaya.

24

Anda mungkin juga menyukai