Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PRINSIP MANAJEMEN PENYELENGGARAAN MAKANAN

MANAJEMEN PENGADAAN BAHAN MAKANAN

Dosen Pengampu :
Ratih Putri Damayati, S.Gz, M.Si

Disusun oleh :

Golongan C/ Kelompok 1

1. Destha Putri Amellindha (G42171256)

2. Rizky Maulidina (G42171268)

3. Khurotul Akyun (G42171269)

4. Bela Milata (G42171274)

5. Afifa Khairun Nissa (G42171372)

6. Chlara Tariany Alvionicke (G42171372)

7. Rizki Oktaviani (G42171374)

8. Rizka Oktaviana (G42171384)

PROGRAM STUDI D-IV GIZI KLINIK

JURUSAN KESEHATAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER


2019

HASIL DAN PEMBAHASAN PRAKTIKUM

NO BAHAN
SPESIFIKASI BAHAN MAKANAN
. MAKANAN
1. Beras Tidak berbau, berwarna putih, bening dan mengkilap,
memiliki sedikit beras patah, tekstur kering.
2. Kulit keras, utuh, daging buahnya berwarna kuning orange
Labu Kuning
menyala, tidak ber ulat dan segar.
3. Bersih dari bekas-bekas tanah, berwarna hijau segar, tidak
Kangkung layu, bentuk daunnya utuh, bagian batang tidak lembek
dan berlendir, tidak ada bercak hitam pada daun.
4. Daging ikan harus bertekstur keras, pergerakan ikan harus
Ikan lele lincah, menghindari memilih ikan dengan kerusakan fisik,
disimpan dalam wadah yang bersih.
5. Satu seri gigi berbentuk kerucut, sirip dada pendek, jari-
jari keras sebanyak 15 buah. Sirip punggung pendek dan
panjangnya kurang lebih sama panjang antara hidung dan
mata. Bagian punggung berwarna kelam, sedangkan
Ikan tongkol
bagian sisi dan perut berwarna keperak-perakan.
Dibandingkan punggung terdapat garis-garis miring ke
belakang yang berwarna kehitam-hitaman. Untuk segi
warna, daging ikan tongkol ini sedikit kecoklatan.
6. Warna daging buah kuning sampai jingga kecoklatan,
harum baunya, rasanya manis, teksturnya tidak terlalu
Buah pepaya
lembek, bentukny oval dan lonjong, kulit pepaya mulus,
kulitnya hampir jingga atau orange.
7. Kulit berwarna kuning cerah merata, ada bintik-bintik
coklat dikulitnya, bentuk pisang membulat, permukaan
Pisang
pisang terasa halus dan lembut, tandanya masih segar dan
hijau.
8. Tempe Berwarna putih bersih yang merata pada permukaannya,
memiliki struktur yang homogen dan kompak, serta
berasa, berbau, beraroma khas.
9. Beraroma kunyit jiga berwarna kuning, teksturnya cukup
lunak, dan tidak beraroma asing atau tidak normal. Bau
Tahu
normal, rasa normal, warna putih normal, atau kuning
normal, kenampakan tidak berlendir.
10. Brokoli berbentuk bulat, terdiri dari cabang-cabang kecil
berdaging seolah-olah seperti kumpulan lengan. Pada
Brokoli
setiap cabang terdapat sekelompok kuntum hijau disebut
kepala bunga utama. Berwarna hijau segar.
11. Batang pendek, daun berwarna hijau keputih-keputihan,
Sawi hijau
serta rasanya agak pahit.

PEMBAHASAN

A. Beras
Definisi secara umum beras sesuai Peraturan Menteri Perdagangan RI
Nomor 19/M-DAG/PER/3/2014 menjelaskan beras adalah biji-bijian baik
berkulit, tidak berkulit, diolah atau tidak diolah yang berasal dari Oriza Sativa.
Beras merupakan bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam dan
dedak atau bekatul (Kementan, 2015). Standard mutu beras organik yang telah
menjadi acuan nasional saat ini adalah SNI6128-1999 yaitu beras giling harus
bebas dari hama (pest) dan bibit penyakit yang membahayakan, bahan kimia,
dedak, dan bau yang tidak normal. Maksimum standar bagi kadar air adalah 14%,
sebagai acuan kadar air kritis. ( ada di jurnal mutu beras)
Beras memiliki spesifikasi bahan yaitu tidak berbau, berwarna putih,
bening dan mengkilap, memiliki sedikit beras patah, tekstur kering. Berdasarkan
klasifikasi dan varietas, warna merupakan sifat beras yang relative mantap,
perubahan dapat terjadi jika keadaan lingkungannya kurang baik. Endosperm
beras dapat menguning, yang prosesnya tergantung terutama pada suhu dan
aktivitas air. Pengaruh kandungan oksigen kecil, kandungan CO2 tidak
mempengaruhi. Pada kadar air yang sama, penguningan endosperm beras (Bason
dkk, 1990 dalam Haryadi 2006).
Sifat Organoleptik pada beras yang disimpan mengalami perubahan
warna, bau dan sifat makan (eating quality). Suhu yang tinggi dan kondisi
penyimpanan yang jelek menyebabkan perubahan warna beras dari putih menjadi
kecoklatan, merah atau kuning. Akumulasi gas-gas volatil seperti asetaldehid,
aseton, metil ester, valeral dehid, hidrogen sulfida dan ammonia menyebabkan
bau tidak enak. Faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut adalah suhu dan
kadar air yang tingi. “Eating quality” merupakan gabungan kenampakan,
kekompakan, keempukan dan flavor. Beras yang telah disimpan bila dimasak
akan menyebabkan kekompakan menurun, volume membesar, tekstur lebih keras
daripada beras yang tidak mengalami penyimpanan (Muchtadi, 1992).
Menurut SNI 6128 : 2008, syarat Umum yaitu, bebas hama dan
penyakit, bebas bau apek, asam atau bau lainnya, bebas dari campuran dedak dan
bekatul, bebas dari bahan kimia yang membahayakan.
B. Labu Kuning
Tanaman labu termasuk dalam keluarga buah labu-labuan atau
Cucurbitaceae, dan masih sekerabat dengan melon (Cucumis melo) dan mentimun
(Cucumis sativum). Spesifikasi bahan labu kuning yaitu kulit keras, utuh, daging
buahnya berwarna kuning orange menyala, tidak ber ulat dan segar.
Karoten adalah pigmen utama dalam membetuk warna merah, orange,
kuning dan hijau pada buah dan sayur. Karoten mempunyai sifat fungisional
sebagai antioksidan yang melindungi sel dan jaringan dari kerusakan akibat adanya
radikal bebas dalam tubuh. Karoten juga berhubungan dengan peningkatan fungsi
sistem kekebalan tubuh, melindungi dari kerusakan akibat paparan sinar matahari
dan menghambat pertumbuhan kanker (Russel, 2006).
Buah labu kuning berbentuk bulat pipih, lonjong atau panjang dengan
banyak alur (15–30 alur). Ukuran pertumbuhannya cepat sekali, mencapai 350
gram per hari. Buahnya besar dan warnanya bervariasi (buah muda berwarna hijau,
sedangkan yang lebih tua kuning pucat).

C. Kangkung
Kangkung darat (Ipomoea reptana Poir) tergolong sayur yang sangat populer,
karena banyak peminatnya. Bagian tanaman kangkung yang paling penting adalah
batang muda dan pucuk-pucuknya sebagai bahan sayur-mayur. Kangkung
memiliki rasa yang enak dan kandungan gizi cukup tinggi, vitamin A, B dan
vitamin C serta bahan mineral terutama zat besi yang berguna kesehatan (Perdana,
2009). Spesifikasi bahan kangkung yaitu bersih dari bekas-bekas tanah, berwarna
hijau segar, tidak layu, bentuk daunnya utuh, bagian batang tidak lembek dan
berlendir, tidak ada bercak hitam pada daun. Bentuk daun umumnya seperti
jantung hati, ujung daunnya meruncing atau tumpul, permukaan daun sebelah atas
berwarna hijau tua dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda
(Rukmana, 1994)
Menurut Yusrinawati (2006) daun kangkung memiliki panjang 7 – 14 cm,
berbentuk jantung pada pangkalnya dan biasanya runcing pada ujungnya. Batang
berongga dan mengapung pada permukaan. Jika menyentuh tanah atau lengas ,
akar adventif segera tebentuk pada buku batang. Pada kondisi hari pendek, tangkai
bunga tegak berkembang pada ketiak daun. Biasanya terbentuk satu atau dua
kuntum bunga berbentuk terompet dengan leher ungu. Warna mahkota putih,
merah jambu muda atau ungu, berbeda-beda menurut tipe tanaman. Biji mudah
terbentuk dan berkembang dalam bulir polong.
Palada dan Chang (2003), menyatakan kangkung dapat dipanen sekali dengan
mencabut tanaman hingga ke akarnya atau beberapa kali dengan memotong
sepanjang 15 – 25 cm pada bagian batang. Pemanenan yang sering dilakukan akan
menghambat pembungaan dan menstimulasi pertumbuhan tunas samping.
Tanaman yang tidak dipanen menyebabkan tunas samping berkembang menjadi
daun yang panjang.
D. Ikan Lele
Ikan lele merupakan salah satu komoditas unggulan perikanan budidaya air
tawar. Ikan lele memiliki protein tinggi 17,7 - 26,7% dan lemaknya berkisar 0,95
sampai dengan 11,5% (Nurilmala et al. 2009). Rosa et al. (2007) melaporkan bahwa
ikan lele dapat dikelompokkan kedalam bahan pangan berprotein sedang dengan
lemak rendah.kan lele juga mengandung karoten, vitamin A, protein, lemak,
karbohidrat, fosfor, kalsium, zat besi, vitamin B1, vitamin B6, vitamin B12, dan kaya
akan asam amino. Rohimah et al. (2014) menyebutkan bahwa kandungan komponen
gizi ikan lele mudah dicerna dan diserap oleh tubuh manusia baik pada anak-anak,
dewasa, dan orang tua.
Menurut Khairuman (2002) rasa daging ikan lele lokal lebih enak dan gurih,
tubuh atau badannya relatif kecil dibandingkan dengan ikan lele dumbo, membuat
ikan lele lokal cepat matang jika dimasak misalnya jika digoreng daging ikan lele
lokal lebih cepat masak dan kering serta tidak banyak mengandung lemak. Hal lain
yang menjadi ciri khas ikan lele lokal terletak pada patilnya, bukan bentuk atau
fungsinya yang berbeda, melainkan pada sengatnya. Jika terkena patil lele dumbo kita
hanya merasakan sedikit rasa gatal pada bagian tubuh yang terkena patil tersebut,
namun jika tersengat patil ikan lele lokal akan menyebabkan rasa sakit.
Menurut Suryani, (2005) ikan lele yang segar harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
a) daging kenyal,
b) mata ikan jernih dan menonjol,
c) sisik ikan kuat dan mengkilat
d) sirip tidak mudah lepas,
e) warna kulit cemerlang dan
f) insang berwarna merah

E. Ikan Tongkol
Ikan tongkol merupakan ikan yang memiliki kandungan protein tinggi (21,6-
26,3 g/100 g) dan merupakan ikan yang banyak diminati oleh masyarakat karena
kandungan proteinnya yang hampir sama dengan ikan tuna, namun harganya lebih
terjangkau (Milo et al., 2011). Ikan tongkol memiliki bentuk tubuh seperti cerutu
dengan kulit yang licin. Sirip dada melengkung, ujungnya lurus dan pangkalnya
sangat kecil. Sirip-sirip punggung, dubur, perut, dan dada pada pangkalnya
mempunyai lekukan pada tubuh sehingga sirip-sirip ini dapat dilipat masuk ke dalam
lekukan tersebut. Ikan tongkol mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi terutama
protein yaitu antara 22,6-26,2 g/100 g daging, lemak antara 0,2-2,7 g/100 g daging,
dan beberapa mineral (kalsium, fosfor, besi, sodium), vitamin A (retinol), dan vitamin
B (thiamin, riboflavin dan niasin) (Hafiludin, 2011).
Ikan tongkol memiliki ciri-ciri morfologis sebagai berikut: mempunyai bentuk
badan fusiform dan memanjang. Panjang badan kurang lebih 3,4-3,6 kali panjang
kepala dan 3,5-4 kali tinggi badannya. Panjang kepala kurang lebih 5,7-6 kali
diameter mata. Kedua rahang mempunyai satu seri gigi berbentuk kerucut. Sisik
hanya terdapat pada bagian korselet. Garis rusuk (linea lateralis) hampir lurus dan
lengkap. Sirip dada pendek, kurang lebih hampir sama panjang dengan bagian kepala
dibelakang mata. Jari-jari keras pada sirip punggung pertama kurang lebih sama
panjang dengan bagian kepala di belakang mata, kemudian diikuti dengan jari-jari
keras sebanyak 15 buah. Sirip punggung kedua lebih kecil dan lebih pendek dari sirip
punggung pertama. Permulaan sirip dubur terletak hampir di akhir sirip punggung
kedua dan bentuknya sama dengan sirip punggung pertama. Sirip punggung pendek
dan panjangnya kurang lebih sama dengan panjang antara hidung dan mata. Bagian
punggung berwarna kelam, sedangkan bagian sisi dan perut berwarna keperak-
perakan. Di bagian punggung terdapat garis-garis miring ke belakang yang berwarna
kehitam-hitaman (Girsang, H. 2008).
F. Buah Pepaya

Pepaya merupakan buah yang mempunyai nilai nutrisi, dapat dimanfaatkan


dalam bentuk buah segar dan produk hasil olahan. Banyak mengandung vitamin,
dapat dijadikan olahan sayur (baik daun, bunga, ataupun buahnya).(Sankat dan
Maharaj, 1997).

Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, tumbuh


hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunnya yang bentuk susunanya berupa spiral
pada batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima dengan tangkai yang panjang
dan berlubang di bagian tengah. Bentuk buah bulat hingga memanjang, dengan ujung
biasanya meruncing. Warna buah ketika muda hijau gelap, dan setelah masak hijau
muda hingga kuning. Daging buah berasal dari carpela yang menebal, berwarna
kuning hingga merah jingga.Bagian tengah buah berongga. Biji-biji berwarna hitam
atau kehitaman dan terbungkus semacam lapisan berlendir (pulp) untuk mencegahnya
dari kekeringan (Rukmana, 2003).

G. Buah pisang

Buah pisang tersusun dalam tandan. Tiap tandan terdiri atas beberapa sisir,
dan tiap sisir terdiri dari 6-22 buah pisang atau tergantung pada varietasnya. Buah
pisang pada umumnya tidak berbiji atau disebut 3n (triploid), kecuali pada pisang
batu (klutuk) bersifat diploid (2n). Proses pembuahan tanpa menghasilkan biji disebut
partenokarpi (Rukmana, 1999 : 15).
Ukuran buah pisang bervariasi, panjangnya berkisar antara 10-18 cm dengan diameter
sekitar 2,5-4,5 cm. Buah berlingir 3-5 alur, bengkok dengan ujung meruncing atau
membentuk leher botol. Daging buah (mesokarpa) tebal dan lunak. Kulit buah
(epikarpa) yang masih muda berwarna hijau, namun setelah tua (matang) berubah
menjadi kuning dan strukturnya tebal sampai tipis (Cahyono, 2002 : 16). Buah pisang
termasuk buah buni, bulat memanjang, membengkok, tersusun seperti sisir dua baris,
dengan kulit berwarna hijau, kuning, atau coklat. Tiap kelompok buah atau sisir
terdiri dari beberapa buah pisang. Berbiji atau tanpa biji. Bijinya kecil, bulat, dan
warna hitam. Buahnya dapat dipanen setelah 80-90 hari sejak keluarnya jantung
pisang.

H. Tempe

Tempe terbuat dari kedelai rebus yang difermentasi oleh jamur Rhizopus.
Selama fermentasi, biji-biji kedelai terperangkap dalam rajutan miselia jamur
membentuk padatan yang kompak berwarna putih (Steinkraus, 1960). Tempe
merupakan makanan hasil fermentasi tradisional berbahan baku kedelai dengan
bantuan jamur Rhizopus oligosporus. Mempunyai ciri-ciri berwarna putih, tekstur
kompak dan flavor spesifik. Warna putih disebabkan adanya miselia jamur yang
tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur yang kompak juga disebabkan oleh
miselia-miselia jamur yang menghubungkan antara biji-biji kedelai tersebut.
Terjadinya degradasi komponen-komponen dalam kedelai dapat menyebabkan
terbentuknya flavor spesifik setelah fermentasi (Kasmidjo, 1990).

Menurut Sarwono (2004), tempe berwarna putih bersih yang merata pada
permukaannya, memiliki struktur yang homogen dan kompak, serta berasa, berbau,
beraroma khas. Cahyadi, (2006), melaporkan bahwa dalam tempe, kadar nitrogen
totalnya sedikit bertambah, kadar abu meningkat, tetapi kadar lemak dan kadar
nitrogen asal proteinnya berkurang. Menurut Standar Nasional Indonesia 01-3144-
1992, tempe kedelai adalah produk makanan hasil fermentasi biji kedelai oleh kapang
tertentu, berbentuk padatan kompak dan berbau khas serta berwarna putih atau sedikit
keabu-abuan. Menurut Hidayat (2008), selain jenis tempe kedelai ada jenis tempe
yang lain, yakni tempe leguminosa non kedelai dan tempe non leguminosa. Tempe
leguminosa non kedelai diantaranya adalah tempe benguk, tempe kecipir, tempe
kedelai hitam, tempe lamtoro, tempe kacang hijau, tempe kacang merah, dsb.
Sedangkan jenis tempe non leguminosa diantaranya tempe gandum, tempe sorghum,
tempe campuran beras dan kedelai, tempe ampas tahu, tempe bongkrek, tempe ampas
kacang, dan tempe tela.

I. Tahu

Tahu adalah suatu produk makanan berupa padatan lunak yang dibuatmelalui
proses pengolahan kedelai (Glycinesp.) dengan cara pengendapan proteinnya, dengan
atau tidak ditambah bahan lain yang diizinkan (BadanStandarisasi Nasional, 1998).
Tahu merupakan bahan pangan yang bertahan hanyaselama 1 hari saja tanpa
pengawet (Harti dkk., 2013).

Menurut (Rusdi dkk, 2011) tahu memiliki kandungan protein yang sangat
tinggi, bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan daging. Tahu memiliki daya cerna yang
tinggi, daya cerna tahu berkisar antara 85% - 98% (Wanita dkk, 2008). Nilai daya
cerna tahu, merupakan nilai paling tinggi dibanding dengan produk olahan kedelai
lainnya sehingga produk ini dapat dikonsumsi oleh semua kelompok umur, termasuk
para penderita pencernaan (Mahmudah, 2009). Begitu pula yang diungkapkan oleh
Setyadi (2008), bahwa mutu protein tahu lebih tinggi dari mutu protein kacang
kedelai lainnya bila ditinjau dari mutu gizinya. Menurut Buckle (2009), tahu
beraroma kunyit jiga berwarna kuning, teksturnya cukup lunak, dan tidak beraroma
asing atau tidak normal. Bau normal, rasa normal, warna putih normal, atau kuning
normal, kenampakan tidak berlendir.

Mutu tahu dari hasil produksi harus selalu terjaga agar dapat menjamin
keamanan dan konsistensi dari produk tahu yang dihasilkan. Mutu tahu telah
ditetapkan standarnya oleh Badan Standarisasi Nasional yaitu SNI 01-3142-1998.
Tahu yang baik ialah tahu yang berkualitas baik, bergizi, tahan terhadap penyimpanan
serta tahu yang tidak cepat mengalami kerusakan yang dapat menurunkan nilai gizi
yang rendah bahkan sampai tahu tidak memenuhi syarat sebagai makanan.

J. Brokoli

Brokoli merupakan sayuran subtropik yang termasuk dalam golongan tanaman


kubis-kubisan dan sering dikenal dengan nama kubis bunga hijau. Pemanenan brokoli
dilakukan pada saat bunga mencapai ukuran maksimal dan telah padat (kompak),
tetapi kuncup bunganya belum mekar. Umur panen adalah 47 - 67 hari setelah tanam.
Waktu panen yang paling tepat adalah pagi dan sore hari, dengan cara memotong
tangkai bunga bersama sebagian batang dan daundaunnya sepanjang 25 cm dengan
menggunakan pisau. Untuk pemasaran jarak jauh sebaiknya disertakan enam helai
daun. Sedangkan untuk tujuan pemasaran dekat, hanya disertakan 3 - 4 helai daun,
dan ujung-ujung daunnya dipotong (Rukmana, 1994).

Menurut Novary (1997), brokoli berbentuk bulat, terdiri dari cabang-cabang kecil
berdaging seolah-olah seperti kumpulan lengan. Pada setiap cabang terdapat
sekelompok kuntum hijau disebut kepala bunga utama. Berwarna hijau segar.

K. Sawi Hijau

Sawi hijau (Brassica juncea L) yang memiliki ciri-ciri batangnya pendek, dan
daun-daunnya berwarna hijau keputih-putihan. Sawi jenis inimemiliki batang pendek
dan tegak. Daunnya lebar berwarna hijau tua, bertangkai pipih, kecil dan berbulu
halus, serta rasanya agak pahit.

Tanaman sawi pada umumnya banyak ditanam di dataran rendah. Tanaman


ini selain tahan terhadap suhu panas (tinggi), juga mudah berbunga dan menghasilkan
biji secara alami pada kondisi iklim tropis Indonesia. Disamping itu tanaman sawi
(Brassica juncea L) tidak hanya cocok ditanam di dataran rendah, tetapi juga di
dataran tinggi (Rukmana, 1994).

Menurut Margianto (2007), sawi mempunyai batang pendek dan beruasruas,


sehingga hamper tidak kelihatan Batang sawi dapat berfungsi sebagai alat pembentuk
dan penompang daun, sedangkan daun sawi bertangkai panjang dan bentuknya pipih.
Tanaman sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami. Struktur bunga
sawi tersusun dalam tangkai bunga yang tumbuh memanjang dan bercabang banyak.
Setiap kuntum bunga sawi terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun
mahkota, bunga berwarna kuning cerah, empat helai benangsari, dan satu buah putik
yang berongga dua.

DAFTAR PUSTAKA
Adhi, Perdana. 2009. Mekanisme Penekanan Ekspresi N-Ras Ekstrak Kulit Jeruk
Keprok (Citrus Reticulata) Sebagai Agen Kemopreventif. Jurnal Farmasi
Indonesia. Vol. 4 No. 3: 104 -115
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta : CV Rajawali.
Buckle, K.A., R.A. Edward, G.H. Fleet dan Wootton. 2009. Ilmu Pangan.
Terjemahan: Hari Purnomo dan Adiono. UI-Press. Jakarta
Aditya Hermawan dan Harti, 2013. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Minat Beli
Nokia Lumia 920 pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Surabaya. Jurnal Ilmu Manajemen Vol 1 No 6 November 2013.
Mahmudah. (2009). Filsafat eksistensialisme : Telaah ajaran dan relevansinya dengan
tujuan pendidikan di indonesia. Insania, 14 (3), 336-447.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1998. Sistem Analisa dan Pengendalian Titik
Kritis (HACCP) serta Pedoman Penerapannya. SNI 01-4852-1998. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional.
Rukmana, Rahmat. 1994. Bertanam Kangkung. Jakarta: Kanisius.
Bernardin & Russel., 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Diterjemahkan oleh
Bambang Sukoco. Bandung: Armico.
Chang, R.. (2003). Kimia Dasar Jilid 1. Erlangga, Jakarta
Cahyadi,W. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Kementerian Pertanian. 2015. Modul Pemberdayaan dalam Upaya Khusus
Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2015. Kerjasama
Kementerian Pertanian RI dengan Perguruan Tinggi. Jakarta. 34 hal.
Muchtadi, (1992), Pengolahan Hasil Pertanian II Nabati, Jurusan THP, IPB, Bogor.
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 19/M-DAG/ PER/3/2014 Tentang Ketentuan
Ekspor dan Impor Beras
Novary, E. W. 1997. Penanganan dan Pengolahan Sayuran Segar. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Rukmana, Rahmat. 1994. Bertanam Kangkung. Jakarta: Kanisius.
Yusrinawati, A., dkk. 2006. Pengaruh Pemberian Beberapa Macam Pupuk Daun
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Kangkung Darat (Ipomoea
reptans) di Lahan Pasir Pantai. Prosiding seminar skripsi. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Nurilmala, M, M. Wahyuni, H. Wiratmaja. 2006. Perbaikan Nilai Tambah Limbah
Tulang Ikan Tuna (thunnus sp) Menjadi Gelatin Serta Analisis Fisika-Kimia.
Jurnal Buletin Teknologi Hasil Perikanan. 9(2):22-33.
Khairuman dan D. Sudenda. 2002. Budidaya Ikan Mas Secara Intensif. Agro Media
Pustaka. Tangerang.
Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik : Teori Dan Praktik . Jakarta: Egc.
Kasmidjo, R.B., 1990. Tempe : Mikrobiologi dan Kimia Pengolahan serta
Pemanfaatannya. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM.
Milo, S.M., L.M. E. Purwijatiningsih., S. Pranata. 2013. Mutu Ikan Tongkol
(Euthynnus affinis C) di Kabupaten Gunung Kidul dan Sleman Daerah Istimewa
Jogjakarta. Skripsi. Fakultas Teknobiolgi. Universitas Atmajaya. Yogyakarta.
Girsang, H.S. 2008. Studi Penentuan Daerah Penangkapan IkanTongkol Melalui
Pemetaan Penyebaran Klorofil-A Dan Hasil Tangkapan Di Palabuhanratu, JawaBarat.
Skripsi. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan Dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Sankat, C.K. dan R. Maharaj. 1997. Papaya.p.167-189. In S.K. Mitra(Ed).
Postharvest Physiology and Storage of Tropical and Subtropical Fruits. Cab.
Internasional. USA.
Cahyono, B. 2002. Wortel Teknik Budi Daya Analisis Usah Tani. Kanisius,
Yogyakarta.
Margiyanto, E. 2007. Hortikultura. Bantul : Cahaya Tani.

Anda mungkin juga menyukai