Anda di halaman 1dari 14

13 Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol.8 (1) Jan.

2017:13-26 13

Tinjauan Pustaka
Keganasan Primer Vagina
Anak Agung Sagung Ari Lestari, Nana Supriana
Departemen Radioterapi RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo - Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Informasi Artikel: Abstrak/Abstract


Diterima November 2016
Disetujui Desember 2016 Keganasan primer vagina adalah keganasan yang jarang ditemukan, berkisar 1-2% dari se-
luruh keganasan ginekologi. Keganasan primer vagina sebagian besar berupa karsinoma sel
skuamosa yang erat berhubungan dengan adanya infeksi Human Papillomavirus (HPV). Ra-
dioterapi memegang peranan penting dalam tatalaksana keganasan vagina dengan mengkom-
binasikan radiasi eksterna dengan brakiterapi. Operasi memiliki peran yang sangat sedikit
Alamat Korespondensi: pada kasus ini karena letak anatomis vagina yang sangat dekat dengan kandung kencing dan
dr. Ari Lestari rektum. Kemoradiasi masih diperdebatkan penggunaannya dalam terapi keganasan vagina.

Kata kunci: keganasan pr imer vagina, Human Papillomavir us, r adioter api
E-mail:
ari.lestari99@gmail.com Primary carcinoma of the vagina is a rare disease, about 1-2% of all gynecologic malignan-
cies. Most of the primary vaginal cancer is squamous cell carcinoma and have a strong rela-
tionship with Human Papillomavirus (HPV) Infection. Radiotherapy plays an important role
in the management of vaginal malignancy by combining external radiation with brachythera-
py. Surgery have very little role in this case because of the anatomical location of the vagina
is very close to the bladder and rectum. The use of chemoradiation is still debated in the
treatment of vaginal malignancy.

Key words: primary vaginal cancer, Human Papillomavirus, radiotherapy

Hak Cipta ©2017 Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia

Pendahuluan gian besar berupa karsinoma sel skuamosa yang sering


kali berhubungan dengan adanya infeksi human papilo-
Keganasan primer pada vagina adalah kasus yang san- ma virus (HPV)1-4
gat jarang, jumlahnya sekitar 1-2% dari seluruh kega-
nasan ginekologi yang jumlahnya sekitar 3000 kasus Karena jumlah kasus yang sangat jarang, data-data
baru per tahun di Amerika Serikat. Tumor ini dapat penelitian mengenai keganasan primer vagina ini san-
digolongkan sebagai keganasan vagina primer apabila gat terbatas, sehingga pedoman tata laksana keganasan
lokasi pertumbuhan sel yang abnormal berada pada primer vagina mengacu pada data-data penelitian kega-
vagina, sehingga keberadaan tumor pada vagina yang nasan serviks dan anal, yang memiliki kemiripan eti-
berasal dari serviks atau uterus harus disingkirkan ologi dan kesesuaian organ-organ yang harus dilin-
dengan kolposkopi dan histeroskopi atau dilatasi dan dungi.2 Operasi berperan pada beberapa kasus. Terapi
kuretase. Tumor yang melibatkan serviks dan vagina standar adalah radioterapi, baik radiasi eksterna mau-
harus digolongkan sebagai keganasan serviks. Tumor pun brakhiterapi, tergantung dari luas penyebarannya,
yang melibatkan vagina dan vulva, digolongkan se- lokasi dan morfologi tumor. Peran kemoterapi pada
bagai keganasan vulva. Keganasan primer vagina seba- kasus ini masih dalam penelitian lebih lanjut.1
14 Keganasan Primer Vagina
AAS Ari Lestari, N. Supriana

Anatomi 2010, terdapat sekitar 2300 kasus baru dan 780


kematian akibat keganasan ini.4 Disebutkan sekitar 3%
Vagina adalah saluran berbentuk tabung fibromuskular dari seluruh keganasan ginekologi yang didiagnosis
sepanjang 8-12 cm dari serviks ke bawah sampai ke pada sekitar 2900 wanita di Amerika Serikat setiap
vestibulum atau celah antara labia minora.5 Jaringan tahunnya merupakan keganasan primer vagina.2 Di
fibomuscular ini terdiri dari 3 lapis, yaitu tunica Amerika Serikat pada tahun 2017, diperkirakan
mukosa, tunica muskularis dan tunica adventisia. terdapat sekitar 4810 kasus baru keganasan vagina dan
Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari organ genitalia wanita lainnya serta 1240 kematian
muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani, akibat kasus tersebut.8 Dalam studinya, Brohet, dkk., 9
sehingga dapat dikendalikan.6 menyebutkan bahwa jumlah penderita kanker vagina
yang tercatat di RSCM selama tahun 2013 adalah 14
Bagian depan vagina adalah uretra serta kandung orang dari total 5554 orang penderita kanker
kencing dan bagian belakangnya adalah rektum. seluruhnya.
Vagina dengan serviks terhubung melalui sudut yang
membelok sekitar 90°, sehingga bagian dinding Data dari 39 population-based cancer registries di
posterior vagina lebih panjang dari bagian dinding Amerika Serikat dari tahun 1998-2003 menunjukkan
anterior vagina. Bagian atas dinding vagina posterior bahwa angka kejadian keganasan vagina in situ 0,18
terpisah dari rektum melalui refleksi peritoneum yaitu per 100.000 wanita dan untuk kasus invasif 0,69 per
Cavum Douglasi. Porsio serviks yang menonjol ke 100.000 wanita. Median usia yang diperoleh 58 dan 68
lumen vagina membentuk adanya invaginasi antara tahun. Karsinoma sel skuamosa adalah tipe histologi
mukosa vagina dan serviks, yang disebut forniks yang paling banyak ditemukan, 71% pada kasus insitu
anterior, lateral, dan posterior. Pada dinding vagina dan 66% pada kasus invasif. Lebih dari 50% dari kasus
terdapat lipatan-lipatan melintang yang disebut rugae keganasan vaginal adalah wanita dengan riwayat
dan terutama di bagian bawah. histerektomi sebelumnya. Keganasan ini juga
ditemukan pada pasien dengan riwayat prolaps
Di bagian proksimal, vagina mendapat asupan darah uterovaginal.1
dari arteri vaginal yang muncul dari percabangan arteri
uterina yang berjalan ke lateral ke vagina sampai Faktor Risiko
beranastomosis denngan arteri vesica inferior dan arteri
rektal media. Vena berjalan paralel sepanjang arteri, 1. Infeksi Human Papiloma Virus (HPV)
mengalami drainase ke vena iliaca interna. Puncak HPV memiliki hubungan yang kuat dengan keganasan
vagina dipersarafi oleh pleksus lumbalis dan nervus ginekologi seperti serviks, vagina dan vulva.10 HPV
pudendal, yang merupakan percabangan sacral roots.4-6 DNA dideteksi pada 80% pasien dengan karsinoma in
situ dan 60% pada karsinoma invasif. Pada studi
Duapertiga bagian atas vagina memiliki drainase retrospektif yang dilakukan di Spanyol, HPV
limfatik ke kelenjar getah bening (KGB) pelvis, dengan ditemukan pada 78,1% dari 32 karsinoma sel skuamosa
aliran limfa berjalan sejajar dengan arteri uterina dan vagina dan HPV-16 adalah tipe yang terbanyak. Tumor
arteri vaginalis ke KGB obturator dan hipogastric dengan HPV paling sering muncul dengan tipe tidak
(iliaca interna) dan KGB iliaca eksterna. Sepertiga berkeratin, basaloid atau seperti kutil (warty-type)
bagian bawah vagina mengalami drainase ke KGB daripada yang hasil HPVnya negatif (84% berbanding
inguino-femoral. Beberapa lesi, terutama yang 14,3%; p: 0,001) dan lebih sering menunjukkan hasil
melibatkan dinding posterior vagina, dapat mengalami immunoreaktif yang positif untuk p16 (96%
drainase melalui saluran limfe pararectal menuju KGB berbanding 14,3%; p: 0,001).
presakral.7
Metaanalisis dari 14 studi menunjukkan prevalensi
Epidemiologi HPV masing-masing 100%, 90,1% dan 69,9% pada
107 Vaginal Intraepithelial Neoplasia (VaIN) 1, 191
Keganasan primer vagina hanya ditemukan sekitar 1- VaIN 2/3, dan 136 keganasan vagina invasif. Tipe HPV
2% dari seluruh keganasan ginekologi. Berdasarkan yang paling sering ditemukan adalah tipe 16 (23,4%).
data dari American Cancer Society diperkirakan tahun Telah diperhitungkan bahwa 60% keganasan vagina
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol.8 (1) Jan 2017:13-26 15

dapat dihindari dengan pemberian vaksin untuk atau penggunaan obat-obatan yang menurunkan sistem
melawan virus HPV 16/18.1 imun, menyebabkan pasien lebih rentan terhadap
infeksi HPV.1, 11 Infeksi HIV pada wanita
2. Paparan Dietylstilbestrol (DES) saat Dalam meningkatkan risiko terjadinya keganasan vagina dan
Kandungan memiliki tendensi penyakit yang lebih agresif
Adanya paparan DES pada 16 minggu pertama dibandingkan pasien yang tidak terinfeksi HIV.4
kehamilan melipatgandakan resiko timbulnya VaIN
akibat membesarnya zona transformasi, yang kemudian 6. Gaya hidup
meningkatkan risiko akibat adanya infeksi HPV.7 Clear Merokok, memiliki gaya hidup berganti pasangan (5
cell adenocarcinoma vagina, pertama kali dilaporkan atau lebih pasangan seksual), usia mulai berhubungan
tahun 1971 oleh Herbs dkk, yang mendokumentasikan intim pada usia kurang dari 17 tahun, dan status sosial
6 kasus keganasan primer vagina dengan hasil histologi ekonomi rendah erat kaitannya dengan resiko
clear cell adenocarcinoma pada pasien usia 15-22 timbulnya keganasan vagina.1,4,11
tahun. Lima dari enam pasien tersebut terpapar
estrogen sintetis DES pada saat trimester pertama Tipe Keganasan Vagina
dalam kandungan.4
1. Vaginal Intraepithelial Neoplasia (VaIN)
3. Riwayat Lesi Prekanker Sebelumnya pada VaIN adalah prekursor timbulnya karsinoma sel
Serviks, Vulva atau Anal skuamosa, yang dibedakan menjadi derajat I-III,
Pada studi populasi di AS, hampir sepertiga dari tergantung derajat nuclear atypia dan kepadatannya,
seluruh kasus yang dilaporkan sebelumnya pernah serta proporsi epitel yang terlibat. VaIN III
memiliki riwayat pengobatan tumor anogenital digolongkan sebagai carcinoma in situ. Tumor ini
(tersering pada serviks).1 Suatu hasil penelitian biasanya ditemukan pada dinding posterior vagina
menyebutkan 10-50% pasien dengan riwayat VaIN bagian atas.11
atau karsinoma invasif pada vagina pernah memperoleh
terapi untuk pengobatan karsinoma in situ atau invasif VaIN biasanya tanpa gejala dan sering kali dideteksi
serviks. Terdapat pula penelitian pada 41 subyek setelah evaluasi sitologi sebagai bagian dari
dengan karsinoma in situ dan atau karsinoma invasif, pemeriksaan pasien dengan riwayat CIN atau
dapat diidentifikasi status sosial ekonomi yang rendah, karsinoma serviks invasif. Terapi VaIN sangat
riwayat kutil di daerah genital (genital warts), bervariasi. Belum ada konsensus untuk penanganan
keputihan (vaginal discharge) atau iritasi, riwayat hasil VaIN. Dapat dilakukan eksisi lokal, vaginektomi
sitologi abnormal, riwayat histerektomi sebelumnya parsial atau total, terapi laser, elektrokoagulasi,
dan trauma vagina merupakan faktor risiko potensial.4 pemberian salep topikal 5% fluorouracil (5-FU), dan
radiasi.4
4. Paparan radiasi sebelumnya pada daerah pelvis
(seringkali pada pengobatan kanker serviks)4,11 2. Karsinoma Sel Skuamosa (KSS)
Mengenai terjadinya keganasan vagina pada pasien Karsinoma sel skuamosa vagina memiliki faktor risiko
dengan riwayat radiasi pelvis sebelumnya belum terlalu yang sama dengan karsinoma serviks, termasuk adanya
jelas. Berdasarkan sebuah studi yang menganalisis hubungan yang kuat dengan infeksi HPV. 80-90%
1200 pasien yang menerima radiasi panggul untuk keganasan primer vagina berupa karsinoma sel
karsinoma serviks selama 20 tahun, hasilnya tidak skuamosa.4
menunjukkan timbulnya secondary malignancy.
Sedangkan studi oleh Boice et al, melaporkan bahwa Secara histopatologi, dapat digolongkan menjadi3,12:
riwayat radiasi pada panggul sebelum usia 45 tahun, Gx: grade tidak dapat ditentukan.
meningkatkan resiko timbulnya keganasan vagina G1: berdiferensiasi baik.
sebanyak 14 kali lipat, dimana sangat berhubungan G2: berdiferensiasi sedang.
dengan jumlah dosis yang diperoleh. G3: Berdiferensiasi buruk.

5. Adanya Defisiensi Sistem Imun KSS vagina dapat menyebar sepanjang dinding vagina
Adanya defisiensi sistem imun seperti pada pasien HIV dan melibatkan serviks atau vulva. Namun, bila ada
16 Keganasan Primer Vagina
AAS Ari Lestari, N. Supriana

keterlibatan serviks, maka digolongkan sebagai Walaupun belum ada protokol khusus untuk kasus ini,
keganasan serviks, dan digolongkan sebagai keganasan namun tampaknya terapi yang dilakukan dapat sesuai
vulva bila vulva terlibat. KSS vagina dapat berbentuk dengan terapi limfoma ekstranodal lainnya, yaitu
nodul, ulkus, indurasi, eksofitik maupun endofitik, kemoterapi dilanjutkan dengan radiasi. Untuk pasien
sehingga sangat sulit dibedakan apakah murni yang ingin mempertahankan fertilitas, hanya dilakukan
keganasan primer vagina ataukah rekurensi dari kemoterapi saja.
keganasan serviks atau vulva.4 KSS vagina terbanyak
timbul pada daerah sepertiga atas vagina.1 Prognosis kasus ini sangat baik, terutama apabila
terdiagnosis saat stadium dini, dengan 5-year survival
3. Clear cell adenocarcinoma (CCA) rates sekitar 90%. Dari 10 kasus yang dilaporkan pada
Sekitar 10% dari keganasan primer vagina adalah literatur antara tahun 1994-2007, seluruh pasien,
adenocarcinoma.3 CCA berhubungan dengan paparan kecuali satu orang, mengalami kesembuhan dengan
DES saat masa embrional dan memiliki predileksi kemoterapi atau kombinasi kemoterapi dan radiasi.
melibatkan sepertiga bagian anterior vagina dan Periode follow-up pada 10 laporan kasus ini
ektoserviks.3, 4,11 berlangsung sekitar 6-120 bulan, dan satu pasien
meninggal karena penyebab lain.4
Terdapat distribusi usia bimodal pada clear cell
adenocarcinoma vagina ini, yang berarti kasusnya 6. Small Cell Carcinoma
meningkat pada wanita usia muda rata-rata 26 tahun Small cell carcinoma primer pada vagina sangat
yang sebagian besar memiliki riwayat terpapar DES jarang terjadi, hanya terdapat kurang dari 25 kasus
pada masa embrional, dan meningkat kembali pada yang dilaporkan pada literatur. Rata-rata umur saat
rata-rata usia 71 tahun pada wanita tanpa riwayat didiagnosis adalah 59 tahun, dengan kondisi yang
paparan DES.4 buruk. 85% pasien meninggal dalam satu tahun setelah
terdiagnosis.4
4. Adenokarsinoma Lainnya
Sebagian besar adenokarsinoma yang timbul di vagina 7. Tumor Sinus Endodermal (Yolksac Tumor)
merupakan metastasis dari bagian lain, seperti payudara Malignant germ cell tumor adalah tumor yang sangat
atau daerah ginekologi lainnya, dan dari ginjalpun jarang menyerang anak-anak (3% dari keganasan pada
pernah dilaporkan. Non clear cell adenocarcinoma anak dan tumor sinus endodermal adalah subtipe
primer pada vagina sangat jarang dan sebagian besar histologi yang paling sering timbul). Tumor ini amat
dialami oleh wanita pascamenopause.4, 13 sangat jarang timbul pada vagina. Pada tumor ini serum
alkaline phosphatase (AFP) akan meningkat.
5. Limfoma
Limfoma maligna primer pada traktus genitalia wanita Tumor ini bersifat agresif lokal dan memiliki
terjadi hanya sekitar 1% dari seluruh limfoma kemampuan metastasis. Pilihan terapi adalah operasi
ekstranodal primer. Limfoma pada vagina sangat radikal dilanjutkan dengan kemoterapi, walaupun
jarang, dengan jumlah kasus yang dilaporkan pada akhir-akhir ini disarankan untuk melakukan operasi
literatur kurang dari 30. Dalam review oleh A rmed konservatif untuk mempertahankan fungsi seksual dan
Forces Institute of Pathology, hanya 4 dari 9500 kasus reproduksi, namun keputusannya bergantung pada luas
limfoma yang ditegakkan murni berasal dari vagina. dan kedalaman infiltrasi tumor. Serum AFP harus
Sebagian besar limfoma pada vagina adalah tipe dipantau sebagai monitoring keberhasilan terapi sinus
Diffuse Large B cell (DLBC), walaupun ada juga endodermal tumor.14,15,16
dengan tipe lymphoplasmacytic, Burkitt’s, dan Mucosa
associated Lymphoid Tissue (MALT). 8. Vaginal Melanoma
Melanoma maligna pada vagina adalah kasus yang
Tumor ini biasanya teraba saat pemeriksaan fisik, sangat jarang dan hampir semua kasus terjadi pada
dengan penebalan infiltratif dinding vagina. Gejala wanita kulit putih. Sebagian besar terjadi pada vagina
utama yang timbulnya biasanya adalah perdarahan distal, terutama pada dinding anterior vagina.
abnormal vagina. Pemeriksaan imunohistokimia (IHK) Sebagian besar sangat invasif dan operasi radikal
sangat perlu untuk penegakan diagnosis. adalah terapi utama pada kasus ini yang seringkali
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol.8 (1) Jan 2017:13-26 17

dikombinasikan dengan radiasi post operasi. Overall Wanita dengan VAIN harus dievaluasi dengan
five-year survival kasus ini sekitar 15%.3 kolposkopi. Pemeriksaan KGB inguinal dan leher serta
pemeriksaan abdomen harus dilakukan untuk
9. Sarkoma mendeteksi pembesaran KGB ataupun massa.12,18
Sarkoma ditemukan pada 3% dari seluruh keganasan
vagina primer, dengan histologi yang heterogen dan Stadium menurut FIGO ditegakkan dengan
umur yang bervariasi.4 pemeriksaan fisik, rontgen dada, intravenous
pyelography (IVP), barium enema, cystosurethroscopy,
a. Leiomyosarkoma dan proctosygmoidoscopy. CT scan dan MRI tidak
Leiomyosarkoma adalah tipe histologi yang paling akan mempengaruhi stadium menurut FIGO.4
sering ditemukan pada orang dewasa, yaitu 65% dari
seluruh keganasan sarkoma vagina.4 Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah:
pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati dan ginjal,
b. Sarkoma botryoides serum alpha-fetoprotein (untuk tumor sinus
Sarkoma botryoides adalah tumor embrional endodermal), kadar serum AFP (berguna untuk
rhabdomyosarkoma yang sangat ganas. Keganasan ini diagnosis dan monitoring endodermal sinus tumor
ditemukan pada bayi dan anak-anak dan seringkali vagina pada bayi.
timbul dengan gejala keputihan, perdarahan, atau
adanya massa pada introitus vagina. Diagnosis definitif ditegakkan dari hasil biopsi, yang
dapat dilakukan tanpa anestesi. Pada kasus adanya
Pada masa lalu, terapinya adalah eksenterasi, tetapi penyempitan vagina, pemeriksaan dengan anestesi
harapan hidup pasien sangat buruk. Akhir-akhir ini, diperlukan agar diperoleh hasil biopsi dan stadium
pembedahan konservatif digunakan dengan pemberian klinis yang adekuat.17
kemoterapi preoperatif dan postoperatif serta radiasi
postoperatif, dengan hasil survival lebih baik. Biopsi yang adekuat harus dilakukan juga pada serviks
Kemoterapi yang digunakan adalah vincristine, untuk menyingkirkan diagnosis keganasan serviks.
actinomycin D dan cyclophosphamide. Adanya benjolan pada daerah yang mencurigakan
adanya metastasis seperti di inguinal, harus dilanjutkan
Apabila ukuran lesi kecil dan dapat dilakukan reseksi dengan pemeriksaan biopsi di daerah tersebut.4
dengan tetap mempertahankan organ, pembedahan
adalah pilihan utama. Pada lesi yang bulky dapat Stadium
dilakukan kemoterapi, radiasi eksterna, atau
brakiterapi preoperatif.3
Tabel 1. Kar sinoma vagina: stadium FIGO
Diagnosis Stadium Definisi
0 Karsinoma in situ; neoplasia intraepitelial
FIGO menganjurkan penggunaan modalitas pencitraan derajat 3
I Tumor terbatas pada dinding vagina
yang lebih modern seperti CT scan, MRI, dan PET
sebagai landasan terapi, walaupun tidak akan II Tumor melibatkan jaringan subvagina tetapi
mempengaruhi stadium menurut FIGO.2 tidak sampai menyebar ke dinding pelvis.
III Tumor telah mencapai dinding pelvis

Pasien dengan keganasan vagina stadium awal, IV Tumor telah melampaui atau keluar dari true
seringkali tanpa keluhan. Penyakit stadium lanjut akan pelvis atau telah melibatkan mukosa rectum
memberi keluhan perdarahan yang tidak normal dari atau buli (edema bulosa tidak termasuk kasus
vagina, adanya massa, dan keputihan atau keluarnya stadium IV)
IVA Tumor menginvasi mukosa buli dan atau
cairan yang berbau busuk dari vagina. Kadang-kadang
rektum dan atau perluasan tumor secara
ada juga yang mengeluhkan nyeri di daerah panggul, langsung melampaui true pelvis
pinggang atau kaki, serta bengkak pada kaki. Untuk IVB Tumor menyebar ke organ jauh
menegakkan diagnosis, pemeriksaan ginekologi yang
baik termasuk pelvis dan rektum harus dilakukan.
18 Keganasan Primer Vagina
AAS Ari Lestari, N. Supriana

Tabel 2. Stadium AJ CC Pasien stadium I yang melibatkan dinding posterior


Tumor primer (T) vagina bagian atas, apabila uterus hanya in situ,
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai dilakukan histerektomi radikal, vaginektomi bagian
T0 Tidak ada bukti tumor primer atas untuk mencapai daerah bebas tumor setidaknya 1
Tis/0 Karsinoma in situ cm, dan juga dilakukan limfadenektomi pelvis. 1,3
T1/I Tumor yang terbatas pada vagina
T2/II Tumor yang menginvasi jaringan paravaginal Pada pasien usia muda yang perlu diradiasi, operasi
tetapi tidak sampai ke dinding panggul laparotomi atau laparoskopi untuk melakukan
T3/III Tumor yang menyebar sampai ke dinding transposisi ovarium dapat dilakukan sebelumnya. Atau
panggul
pada beberapa kasus, dapat dilakukan operasi surgical
T4/IVA Tumor menginvasi mukosa buli atau rektum
dan atau menyebar secara langsung staging dan pengangkatan KGB yang ukurannya besar.3
melampaui pelvis(edema bulosa tidak
termasuk kasus stadium IV) Pada beberapa pasien dengan stadium IVA, terutama
Kelenjar Getah Bening Regional(N) apabila terdapat fistula rectovaginal atau vesicovaginal,
Nx Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai eksenterasi pelvis merupakan terapi yang paling sesuai,
N0 Tidak ada metastasis KGB dapat dikombinasi dengan limfadenektomi pelvis
N1 Metastasis pada KGB pelvis atau inguinal ataupun radiasi preoperatif. Diseksi KGB inguinal
Metastasis jauh (M) bilateral harus dipertimbangkan pada pasien apabila
Mx Metastasis jauh tidak dapat ditentukan sepertiga bawah vagina terlibat.1,3
M0 Tidak terdapat metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh Pada pasien dengan kekambuhan lokal setelah radiasi,
Stadium eksenterasi pelvis tetap merupakan pilihan utama, sama
0 TisN0M0 seperti halnya kekambuhan lokal pada pasien
I T1N0M0
keganasan serviks yang sudah pernah diradiasi.1,3
II T2N0M0
II T1-3 N1 M0, T3 N0 M0
2. Radiasi
IVA T4 N0-1 M0
Radiasi adalah pilihan utama untuk sebagian besar
IVB T1-4 N0-1 M1
pasien keganasan vagina. Pelaksanaannya
membutuhkan perhitungan yang tepat antara radiasi
Stadium keganasan vagina menggunakan sistem FIGO eksterna dengan brakiterapi intrakaviter atau interstitial.
dan atau klasifikasi berdasarkan TNM. Berdasarkan Teknik radiasi eksterna dan brakiterapi yang digunakan
sistem FIGO, tumor yang melibatkan serviks atau sangat bergantung pada lokasi tumor dan hubungannya
vulva tidak disebut sebagai keganasan vagina dan dengan struktur jaringan di sekitarnya.3 Dosis yang
diklasifikasikan sebagai keganasan serviks atau vulva.2 diharapkan diperoleh oleh tumor adalah sekitar 70-85
Gy, tergantung dari lokasi dan luas penyebaran tumor.1
Tatalaksana
Walaupun beberapa ahli menyebutkan untuk stadium I
Bagi sebagian besar pasien dengan karsinoma vagina yang ukurannya sangat kecil (dan bahkan juga stadium
invasif, radiasi adalah pilihan terapi utama.3,4 Untuk II) cukup diterapi dengan brakiterapi saja, namun
sebagian besar pasien, hal terpenting yang harus kombinasi radiasi eksterna dan brakiterapi diperkirakan
dipikirkan adalah usaha untuk mempertahankan fungsi dapat mengurangi resiko kekambuhan lokoregional
seksual pasien.13 Kombinasi dari destruksi oleh tumor pada beberapa kasus. Pada lesi yang lebih besar, terapi
dengan efek samping terapi mungkin dapat dimulai dengan pemberian radiasi eksterna 45-50 Gy
menyebabkan vagina memendek dan menyempit, untuk mengurangi volume tumor dan KGB pelvis. Lalu
terutama pada wanita lanjut usia.1 dilanjutkan dengan brakiterapi atau booster radiasi
eksterna pada gross tumor dan KGB yang terlibat.3
1. Operasi
Operasi memiliki peran yang sangat sedikit pada kasus Teknik brakiterapi yang digunakan juga bervariasi,
ini karena letak anatomis vagina yang sangat dekat tergantung dari luas, ketebalan, lokasi dan morfologi
dengan kandung kencing dan rectum. Tetapi mungkin tumor. Lesi superfisial dengan ketebalan <5 mm dapat
sangat berguna pada beberapa kondisi berikut.1,3 diterapi dengan brakiterapi intrakaviter, namun lesi
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol.8 (1) Jan 2017:13-26 19

yang lebih tebal dari 5 mm adalah kandidat untuk Pada tumor letak tengah diberikan radiasi eksterna
brakiterapi interstitial.1 yang mencakup area KGB pelvis dan inguinal dengan
dosis 40-45 Gy, dilanjutkan dengan brakiterapi
Telah terbukti bahwa terdapat perbaikan kontrol lokal intrakaviter.17
apabila dosis yang diperoleh tumor setidaknya
mencapai 70 Gy. Dosis ini paling memungkinkan 3. Radiasi Eksterna
diperoleh dengan brakiterapi tanpa melampaui batas
toleransi maksimal jaringan normal di sekitarnya. Dosis 1. Teknik dua dimensi
total yang lebih rendah direkomendasikan untuk tumor Lapangan radiasi dirancang untuk mencakup
yang melibatkan vagina distal, yang memiliki toleransi keseluruhan vagina dan KGB iliaka komunis, iliaka
lebih rendah dibandingkan vagina atas.1 eksterna, hipogastrik, dan obturator. Lapangan standar
dibuat dengan batas atas lapangan L5-S1, dengan
Walaupun brakiterapi adalah pilihan utama, namun memastikan bahwa KGB retroperitoneal yang berada di
sebaran dosis radiasi eksterna dengan teknik konformal daerah caudal dari bifurkasio iliaka komunis telah
yang baik memberikan sebaran dosis yang lebih tercakup di dalam lapangan. Apabila positif terlihat
homogen, terutama pasien dengan ukuran tumor yang adanya pembesaran KGB pelvis, maka batas atas
sangat besar atau pada tumor yang letaknya pada lapangan dinaikkan menjadi L4-5 untuk mencakup
jaringan kritis seperti pada septum rectovaginal.3 KGB iliaca communis. Batas inferior terletak pada
introitus vagina untuk memastikan seluruh vagina telah
Apabila vagina sepertiga bawah terlibat, KGB inguinal tercakup dalam lapangan, atau 4 cm ke arah kaudal dari
harus diterapi.1,3,18 Penelitian mengenai kemoradiasi bagian terbawah tumor. Batas lateral adalah sekitar 1,5
pada keganasan vagina jumlahnya sangat terbatas.3 sampai 2 cm lateral dari pelvic brim.
Penentuan clinical target volume (CTV) sangat
tergantung pada hasil pemeriksaan fisik dan Apabila menggunakan lapangan lateral, batas anterior
pemeriksaan penunjang yang dilakukan. Tumor lokal adalah simfisis pubis dan posterior adalah celah antara
dan penyebarannya ke KGB harus diperhitungkan Vertebra S2-3. Batasnya harus diperluas apabila KGB
dalam penentuan tata laksana terapi dengan radiasi inguinal terlibat. Berbagai macam teknik dapat
eksterna dan brakiterapi.18 Gerbaulet, dkk., dipertimbangkan pada saat meradiasi KGB inguinal
menyarankan untuk fokus pada dua aspek target untuk mengurangi efek samping pada caput femur.
volume: pertama di dalam vagina sendiri, dan yang Booster elektron dapat diberikan untuk mencapai dosis
kedua ekstensi tumor keluar dari dinding vagina, yang diinginkan pada KGB inguinal. Atau sebagai
dengan tujuan untuk menentukan pemilihan teknik alternatif, dapat menggunakan pembebanan (2:1, AP-
brakiterapi yang akan digunakan, apakah intrakaviter PA) atau kombinasi energi foton rendah dan tinggi (4-6
atau interstitial atau kombinasi dari keduanya.1 MV pada lapangan AP dan 15-18 MV pada lapangan
PA). Metode yang lain menggunakan lapangan yang
Pilihan Terapi Berdasarkan Letak Tumor lebar pada AP dan lebih sempit pada PA, dengan
booster elektron setiap hari pada KGB inguinal. 2,4,11,19
Pada tumor dengan lesi kecil (<2 cm) dan letak
proksimal cukup diberikan brakiterapi intrakaviter. 2. Teknik tiga dimensi
Pada tumor dengan lesi besar dan letak proksimal, Penggunaan teknik 3 dimensi meningkat beberapa
diberikan radiasi eksterna diberikan 20-40 Gy, tahun terakhir. Penggunaan CT scan pada sebagian
tergantung ukuran tumor, kemudian dilanjutkan dengan besar center untuk simulasi menyebabkan lapangan
brakiterapi.17 radiasi dapat dibuat lebih spesifik sesuai anatomi
pasien. GTV didefinisikan sebagai tumor atau
Pada tumor dengan letak distal diberikan radiasi pembesaran KGB yang ditemukan dari hasil
eksterna teknik 2 lapangan (AP/PA) dan bila perlu pemeriksaan fisik dan atau terlihat pada pemeriksaan
dengan dosis tambahan pada vulvo-perineum. Dosis penunjang seperti CT scan, MRI, atau PET. GTV
radiasi eksterna sebesar 40-45 Gy, diberikan dalam 4 diperluas sebesar 1-2 cm untuk membentuk CTV,
minggu. Dilanjutkan dengan booster brakiterapi dengan termasuk seluruh panjang vagina, jaringan paravaginal
dosis 30-70 Gy tergantung stadium.17 sampai dinding panggul, dan KGB pelvis. CTV KGB
20 Keganasan Primer Vagina
AAS Ari Lestari, N. Supriana

pelvis digambarkan dengan membuat margin 1-2 cm saaat penuh.2,4 Pada saat dilakukan CT simulasi, pasien
mengelilingi pembuluh darah iliaka komunis, iliaka harus dalam keadaan supine yang nyaman dan kandung
eksterna, iliaka interna, obturator, perirektal, dan KGB kencing dalam keadaan terisi penuh.15 Pasien diminta
presakral. Pada keterlibatan vagina distal, KGB mengosongkan kandung kencing, kemudian minum
inguinal harus dimasukkan dalam CTV, dengan aspek 200 ml air 20 menit sebelum scan dilakukan, dan hal
paling bawah adalah tuberositas ischial atau lesser itu dilakukan setiap hari selama terapi. CT scan harus
trochanter.4 menggunakan kontras intravena untuk melihat adanya
pembesaran KGB. Lapangan CT scan dari L3 sampai
Dosis standar pelvis adalah 45-50,4 Gy dengan 5cm di bawah introitus vagina.19
pemberian 1,8 Gy per fraksi, diikuti booster
parametrium pada kasus tertentu hingga mencapai Berbeda dengan kanker endometrium dan serviks,
dosis 50-65Gy.2,4,11 belum ada konsensus target delineasi IMRT terapi
keganasan vagina, karena jarangnya kanker ini.14
3. Intensity-Modulated Radiation Therapy
Brakiterapi
Tabel 3. Tar get Delineasi Keganasan Vagina
Tabel 4. Organ at R isk pada Radiasi Pelvis
Volume Deskripsi
Target Organ Definisi dan Deskripsi
GTV Tumor primer yang terlihat pada CT/PET-CT Usus Bagian terluar dari usus setinggi L4-5 sampai
sigmoid flexure.
CTV1 GTV ditambah minimal 3 cm di atas dan bawah
Termasuk colon sigmoid dan colon
vagina ascending/descending yang tampak pada pelvis.
CTV2 Jaringan paravaginal/parametrium di sekitar
Pada wanita dengan serviks yang masih intak, usus
CTV1 yang letaknya di belakang uterus pada pelvis bagian
Pada pasien dengan tumor terbatas pada dua bawah yang letaknya di dalam PTV tidak termasuk.
pertiga vagina bagian atas, KGB pelvis (iliaca Rectum Digambarkan sebagai dinding luar rectum dari
komunis, iliaca eksterna dan interna, serta setinggi sigmoid flexure sampai anus.
presacral) harus dimasukkan. Iliaca komunis dan Anus Digambarkan sebagai dinding luar anus.
Kandung Digambarkan sebagai dinding luar kandung kencing.
iliaca eksterna digambar dengan memasukkan
kencing
pembuluh darah pelvis ditambah ekspansi 7
Sumsum Tulang pelvis menggambarkan sumsum tulang
mm. tulang pelvis. Daerah yang dimasukkan adalah os coxae,
Area presacral terdiri dari jaringan lunak corpus vertebrae L5, seluruh sacrum, acetabulum,
anterior(minimal 1cm) ke vertebrae S1-S2 dan femur proximal superior.
Pada pasien dengan tumor yang melibatkan Batas superior L5 atau crista iliaca
vagina sepertiga bawah, KGB inguinofemoral Batas inferior: tuberositas ischial (pada pasien
bilateral harus dimasukkan. KGB inguinal dengan lesi pada vagina atas)
bilateral digambar dengan memberikan jarak 1- danbatas bawah PTV pada pasien dengan lesi pada
vagina distal.
1,5cm di sekeliling pembuluh darah (tidak
Caput Seluruh caput femur, tidak termasuk collum femur.
memasukkan tulang, otot dan kulit) serta femur
pembesaran KGB yang tampak pada
jaringan/lemak di sekitarnya. Untuk setiap pasien, target volume keseluruhan harus
PTV1 CTV1 + 15mm diputuskan sebelum terapi. Apabila terapi pertama
PTV2 CTV2 + 7mm adalah radiasi eksterna, target volume saat brakhiterapi
PTV final adalah gabungan dari PTV1 dan PTV2. adalah volume infiltrasi tumor awal sebelum radiasi
Pada beberapa center, pasien dengan KGB pelvis negatif, lapangan eksterna ditambah safety margin.
pelvisnya diperkecil, yaitu batas atasnya hanya setinggi sacroiliaca
joint.
Gerbaulet, dkk.,18 menyarankan untuk fokus pada 2
Penggunaan IMRT pada keganasan vagina harus aspek target volume: pertama di dalam kavitas vagina
mempertimbangkan regresi tumor dan pergeseran itu sendiri, dan yang kedua, ekstensi keluar dari
vagina yang dipengaruhi pengisian organ di dinding vagina. Kedua hal ini menentukan pilihan
sekelilingnya. Letak vagina akan berbeda antara pada teknik brakiterapi: interstitial, intrakaviter, atau
saat kandung kencing kosong dibandingkan dengan kombinasi keduanya.
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol.8 (1) Jan 2017:13-26 21

1. Brakiterapi intrakaviter
Brakiterapi silinder intravagina dapat diberikan apabila
ketebalan tumor <5 mm dimana implant interstitial
dilakukan apabila residu tumor cukup besar ukurannya.
Brakiterapi yang paling sering dilakukan adalah dengan
brakiterapi low dose rate (LDR), brakiterapi high dose
rate (HDR) dan pulsed-dose-rate delivery. LDR dan
HDR memiliki hasil kontrol lokal, survival dan
komplikasi yang setara.18,19 Pada tumor yang lokasinya
terbatas pada sepertiga atas dan serviks yang utuh,
digunakan aplikator ring.18

Pada brakiterapi HDR berdasarkan pengalaman di


Vienna untuk brakiterapi intravaginal, aplikator silinder
intravagina yang digunakan ukurannya bervariasi dari
25-35 mm. Aplikator ini identik dengan aplikator yang
digunakan untuk kanker endometrium yang sudah
dioperasi. Ukuran aplikator yang harus digunakan
adalah diameter terbesar yang nyaman menurut pasien
untuk memberikan dosis tumor yang adekuat. Harus
dihindari pemasangan sumber radiasi pada vulva untuk
mengurangi resiko toksisitas kulit.4

5-years disease free survival pada pasien yang


memperoleh LDR brakiterapi intrakaviter adalah 53%
dan yang tidak memperoleh hanya sekitar 30%. Pasien
yang memperoleh brakiterapi dalam 4 minggu setelah
radiasi eksterna memiliki disease free survival rate
60%, dibandingkan dengan yang tidak sebesar 30%,
sehingga dianjurkan untuk mempersingkat waktu
antara radiasi eksterna dengan brakiterapi.4

2. Brakiterapi interstitial
Adanya ekstensi paravagina pada saat diagnosis, tanpa
memperdulikan respon terapi, merupakan kandidat Gambar 1. Gambar pasien dengan kar sino-
brakiterapi interstitial karena cakupan dosis tidak akan ma vagina stadium IIB yang diterapi dengan
mampu mencapai daerah tersebut dengan brakiterapi radiasi eksterna dan kemoterapi konkomitan
diikuti oleh brakhiterapi interstisial (diambil
intrakaviter. Kandidat lain untuk brakiterapi interstisial dari buku Target Volume Delineation)
adalah pasien dengan ketebalan lesi lebih dari 5 mm,
a. Pelvis bagian atas. CTV2 (merah), tulang-
ekstensi pada vagina distal, atau pada beberapa kasus tulang pelvis (biru tua), usus (ungu).
yang vaginanya tidak sesuai dengan aplikator
b. Pelvis bagian tengah CTV2 (merah), usus
intrakaviter biasa. Umumnya, brakiterapi interstitial (hijau), rectum (coklat), dan tulang (biru tua).
diberikan setelah radiasi eksterna selesai. Semua pasien
c. Pelvis bagian bawah CTV2 (merah), GTV
yang dirawat inap harus diberikan heparin subkutan
(hijau), tulang-tulang pelvis (biru tua), dan
sebagai profilaksis deep vein thrombosis (DVT).4 rectum (coklat).

Efek Samping Radiasi dan Terapinya reaksi yang terjadi selama radiasi sampai kurang lebih
dua bulan setelah selesai radiasi.Patofisologi dari reaksi
Efek samping radiasi yang timbul dapat bersifat akut akut adalah injuri atau kerusakan sel pada jaringan,
maupun lambat.Efek samping atau reaksi akut adalah yang umumnya masih dapat diperbaiki atau bersifat
22 Keganasan Primer Vagina
AAS Ari Lestari, N. Supriana

reversible. Pada umumnya efek samping akut 2. Sistitis Radiasi Akut


berhubungan dengan dosis total, volume, dan lama Sistitis radiasi akut umumnya terjadi dalam waktu 4-6
terapi radiasi.20 minggu sejak dimulainya radiasi. Manifestasi yang
timbul berhubungan dengan peerubahan histologis
Dalam pencatatan reaksi toksisitas pada pasien, tingkat mukosa kandug kemih (deskuamasi sampai ulserasi)
toksisitas harus mencerminkan kejadian toksisitas yang dan berkurangnya kapasitas kandung kemih. Gejala
paling berat yang dialami pasien selama dievaluasi, yang timbul dapat berupa disuria (nyeri saat berkemih),
bukan rata-rata. Apabila dua kriteria muncul untuk hematuria (buang air kecil berdarah), polakisuria
toksisitas yang sama, yang dicatat adalah tingkat yang (sering kencing/ anyang-anyangan), urinary urgency
lebih berat. Pemeriksa harus bisa membedakan antara (tidak dapat menahan kencing).20
penyakit dan efek samping terapi dan tanda atau gejala
yang menyertainya sehingga data-data sebelum Penanganan ditujukan terutama untuk mengatasi
terapi/baseline yang dimiliki pasien harus akurat dan gejala-gejala yang timbul, seperti pemberian analgetik
tercatat dengan baik.20 untuk saluran kencing (fenazopiridin, asam flavoksat),
antispasmodik (hyoscine N-butylbromide), intake
Reaksi Akut cairan yang cukup, dan pemberian antibiotika bila ada
tanda infeksi sekunder. Untuk sistitis hemoragik masif,
Reaksi akut umum, seperti perasaan lemah, mual, perlu dilakukan sistoskopi untuk evaluasi sumber
muntah, perasaan panas, serta pansitopenia terjadi bila perdarahan dan evakuasi bekuan darah.20
sumsum tulang masuk dalam lapangan radiasi. Dapat
pula timbul fenomena tromboembolisme.20 Sementara, 3. Proktosigmoiditis radiasi
reaksi akut lokal terjadi akibat proses inflamasi dari Dapat bersifat akut atau kronik, disebut akut apabila
organ yang terlibat dalam lapangan radiasi, dapat terjadi selama radiasi atau <6 minggu setelah radiasi
berupa reaksi kulit, enteritis, proktitis dan sistitis.20 selesai. Umumnya gejala terjadi setelah penyinaran
mencapai dosis >30 Gy.20
1. Reaksi Kulit/ Dermatitis Radiasi dan
Penanganannya Gejala yang timbul dapat berupa diare, rectal urgency (
Dapat timbul folikulitis, deskuamasi kering, tidak dapat menahan BAB), dan perasaan tidak puas
deskuamasi basah, dan pada kasus yang berat dapat setelah BAB. Pada kasus yang berat dapat terjadi
terjadi ulserasi dan nekrosis. Reaksi kulit yang berat tenesmus (nyeri saat BAB) hingga menyebabkan
umumnya terjadi pada daerah kulit yang hemoroid. Terkadang disertai hematochezia (BAB
bergesekan(misalnya lipat paha dan perineum) atau darah segar) tanpa disertai rasa nyeri. Umumnya hilang
pada daerah dosimetric hotspots. spontan dalam waktu 2-6 bulan.20

Toksisitas akut pada kulit umumnya terjadi 2-3 minggu Untuk penanganan, terapi konservatif lebih diutamakan
setelah mulai radiasi pada fraksi konvesional. Dengan 4 daripada tindakan bedah. Dapat diberikan terapi non
arah sinar, eritema ringan terutama timbul pada vulva, spesifik dengan diet rendah serat, antispasmodik, dan
perineum, dan lipatan gluteal.21 Deskuamasi basah suppositoria steroid atau yang mengandung belladona-
dapat terjadi setelah radiasi berjalan 4 minggu. Erosi opium. Obat anti diare seperti loperamid dapat
superfisial dapat terjadi dalam beberapa bulan setelah diberikan 2 x 2 mg. Bila diare belum teratasi dapat
radiasi. Ulserasi dan nekrosis jarang terjadi dan ditingkatkan hingga 4 x 2 mg (maksimal 16 mg sehari).
umumnya timbul dalam waktu 12 bulan setelah radiasi.
Agen mukoprotektor usus seperti sucralfat dan
Faktor risikonya antara lain: kebiasaan merokok, misoprostol, baik secara oral maupun per rectal, tidak
penggunaan bolus, dan penggunaan kombinasi terbukti dapat menurunkan resiko timbulnya
kemoterapi secara bersamaan. Perawatan kulit selama proktosigmoiditis radiasi.20
pelaksanaan radioterapi merupakan tindakan vital
untuk mencegah timbulnya dermatitis radiasi. Pasien 4. Gastrointestinal mukositis/ radiation enteritis
wajib disarankan untuk memakai pakaian dari katun Insidennya di Amerika Serikat berkisar 2-5% dari
yang longgar dan nyaman20 pasien yang menerima radiasi abdomen dan pelvis.
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol.8 (1) Jan 2017:13-26 23

Gejalanya berupa anoreksia, mual muntah, kram perut tidak berhasil atau terjadi perdarahan hebat maka perlu
dan diare. Modifikasi teknik radioterapi dapat dilakukan kolonoskopi terapeutik koagulasi dengan
mengurangi gejala yang timbul20 Modifikasi tersebut di agen kimia formaldehid atau A rgon Plasma
antaranya penurunan dosis radiasi dengan peningkatan Coagulation (APC).20
durasi dapat mengurangi efek samping tanpa
mempengaruhi dosis total radiasi. Selain itu, pengisian 2. Striktura rektum
kandung kemih dapat mendorong usus keluar menjauhi Timbul setelah 5-10 tahun pasca radiasi akibat fibrosis
pelvis. Pengaturan posisi tubuh selama menjalani yang progresif. Gejala yang timbul dapat berupa
radiasi juga penting, yaitu posisi prone, decubitus atau konstipasi,nyeri akibat kejang usus yang terjadi secara
Trendelenburg. tiba-tiba dan spastik. Kaliber tinja mengecil disertai
rasa mengedan dan terasa masih ada tinja setelah BAB.
5. Supresi sumsum tulang Pada kasus yang berat dapat timbul ileus obstruktif.20
Sekitar 10% pasien dapat mengalami efek samping
supresi terhadap sumsum tulang, yang berupa turunnya Penanganan gejala obstruktif ringan dapat diterapi
jumlah leukosit (leukopenia, neutrofilia) dan trombosit secara konservatif dengan obat pelunak feces(laksatif),
(trombositopenia).20 bila timbul striktur berat dengan gejala obstruktif yang
signifikan dapat dilakukan dilatasi.20
Dapat terjadi pada pasien yang mendapatkan radiasi
whole abdomen dan pelvis. Efek samping yang terjadi 3. Fistula rektovaginal
umumnya tidak berat. Supresi sumsum tulang Gejala yang timbul dapat berupa keluarnya feses dari
umumnya terjadi pada pasien yang sebelumnya vagina. Pada fistula yang sangat kecil dapat
mendapat kemoterapi sehingga menyebabkan asimptomatik dan kadang-kadang dapat sembuh
penekanan sumsum tulang.20 spontan.20,21

Efek Samping Lambat Penanganan pada terjadinya fistula rektovaginal berupa


kolostomi untuk diversi feses, kemudian dilakukan
Efek samping lambat dan lanjut adalah reaksi yang perbaikan fistula. Penutupan kolostomi dilakukan 3-6
timbul dalam 3-6 bulan / lebih setelah selesaai radiasi. bulan setelahnya untuk memungkinkan penyembuhan
yang adekuat. Angka keberhasilan pasca bedah lebih
1. Proktitis Radiasi Kronik baik pada fistula yang terjadi akibat brakiterapi
Biasanya proktitis radiasi kronik timbul 9-14 bulan daripada radiasi eksterna karena umumnya lebih
sesudah radiasi (rerata 12 bulan), namun kadang dapat terlokalisir.20,21
timbul sampai setelah 2 tahun pascaradiasi. Umumnya
disertai sigmoiditis. Penyebab proktitis radiasi kronik 4. Sigmoiditis Kronik
adalah adanya endarteritis obliteratif dan iskemia Kemungkinan sigmoiditis meningkat bila dosis radiasi
kronik mukosa usus sehingga menyebabkan atrofi dan eksterna meningkat (>4000 cGy dalam 4 minggu)
fibrosis lapisan epitel.20 Gejala yang timbul dapat berupa nyeri/kram perut,
diare dan konstipasi yang bergantian, perdarahan per
Gejala yang timbul pada proktitis radiasi kronik dapat rektal. Bila terjadi cedera yang berat, pasien dapat
berupa nyeri rektal, tenesmus, diare kronik dan mengalami nyeri perut hebat disertai malaise
konstipasi yang hilang timbul, rektal urgensi, (kelemahan umum), anoreksia, dan penurunan berat
inkontinensia alvi, dan perdarahan per rektal. Bila badan kronik, sehingga sering disalahartikan sebagai
radiasi mencapai kolon sigmoid dapat disertai rekurensi.20,21
pengeluaran darah dan lendir.20
Penanganan berupa bila gejala ringan dapat diberikan
Pengobatan umumnya dilakukan secara konservatif diet rendah serat, minyak mineral dan anti spasmodik.
karena tindakan pembedahan memiliki morbiditas yang Laksan dan enema sebaiknya tidak digunakan karena
cukup tinggi. Terapi non spesifik dapat diberikan diet resiko terjadinya perforasi. Kolostomi dilakukan bila
rendah serat, anti spasmodik, dan analgetik. Pada tidak responsif terhadap pengobatan atau timbul ileus
konstipasi dapat diberikan laksatif. Kalau pengobatan obstruktif atau perdarahan hebat.20,21
24 Keganasan Primer Vagina
AAS Ari Lestari, N. Supriana

5. Cedera Usus Halus 8. Sistitis hemoragik kronik


Tidak sesering cedera pada kolon meskipun dosis Jarang terjadi (0,5-2% dari pasien), timbul 2-20 tahun
toleransinya lebih kecil, karena usus selalu bergerak pasca radiasi. Gejalanya berupa hematuria, mulai dari
keluar masuk lapangan radiasi. Umumnya terjadi pada minimal hingga masif. Kontraktur kandung kemih
kombinasi radiasi eksterna dan brakiterapi.20,21 dapat menimbulkan gejala disuria, polakisuria, dan
urinary frequency. Penanganan dilakukan dengan
Yang sering terkena adalah ileum terminalis karena antibiotika setelah dilakukan kultur urine, sistoskopi
terfiksir pada bagian kranial sekum, aliran darah relatif dan irigasi kandung kemih.20
lebih sedikit, merupakan bagian tersempit dari usus
halus, dan sering melekat pada pelvis karena operasi 9. Fistula vesiko-vaginal dan entero-vesikal
atau peradangan.20,21 Fistula pada traktus genitourinarius akibat radiasi
umumnya bersifat kompleks (utero-vaginal, vesiko-
Gejalanya berupa obstruksi parsial, nyeri/kram yang vaginal, dan uretero-vaginal). Gejala yang timbul dapat
timbul tidak berapa lama sesudah makan disertai berupa fistula vesiko-vaginal, yaitu keluarnya cairan
mual/perut kembung, kemudian diikuti dengan muntah jernih (urin) per vagina secara konstan, ataupun fistula
yang membuat nyeri perut dan kembung berkurang. entero-vesikal, yakni pneumaturia dan fekaluria. Pasien
Dapat dijumpai diare dan penurunan berat badan yang juga dapat mengalami sistitis berulang. Penanganan
bisa disalahartikan sebagai rekurensi sehingga dilakukan dengan operasi untuk urine diversion, dan
menunda terapi. Peritonitis dapat juga terjadi karena apabila memungkinkan dilakukan repair fistula.20
radiasi dapat menurunkan respon peradangan dari
peritoneum dan dinding usus halus terhadap adanya 10. Fraktur Patologis Pelvis
iskemia, nekrosis dan infeksi, sehingga tidak timbul Fraktur patologis pelvis adalah terjadinya fraktur
gejala umum peritonitis yang menyebabkan berakibat setelah suatu stress normal terhadap tulang akibat
fatal pada pasien. Penanganan dilakukan dengan adanya penurunan mineralisasi dan resistensi elastik
intervensi bedah.20,21 tulang. Hal ini dapat dibedakan dengan osteitis radiasi
dimana terjadi peradangan dan demineralisasi fokal
6. Efek Samping Lanjut pada Vagina pada tulang tanpa disertai adanya fraktur. Kejadiannya
Efek samping lanjut pada vagina dapat berupa ulserasi, sangat jarang, hanya sekitar 3-6%.20,21
nekrosis puncak vagina, atau adhesi vagina. Gejala
yang timbul dapat akan menimbulkan gejala nyeri berat Faktor predisposisi fraktur patologis pelvis adalah usia
yang umumnya tidak berespon dengan analgetik, tua, osteoporosis, penyakit premorbid yang memang
bahkan dengan opioid. Adhesi dan stenosis vagina akan sudah ada sebelumnya (arthritis rheumatoid, diabetes
menimbulkan dyspareunia (nyeri berhubungan intim) mellitus), terapi kortikosteroid lama, penggunaan
dan gangguan fungsi seksual. heparin, dan berat badan yang rendah (<58kg). Gejala
berupa nyeri pada area pelvis, dapat tanpa gejala.20,21
Penanganannya berupa perawatan lokal pada ulserasi
vagina, termasuk penggunaan krim estrogen. Selainitu Lokasi yang umum terjadi adalah sacrum, acetabulum,
dapat juga diberikan douche menggunakan cairan H2O2 ramus superior pubis, vertebra lumbal, ischium dan
50%. Ulserasi berat umumnya memerlukan operasi caput femoral. Selain fraktur patologis, radiasi juga
debridemen jaringan nekrotik dan transposisi jaringan dapat menimbulkan osteolisis dan nekrosis avaskuler
yang tidak mendapatkan radiasi ke defek, biasanya dari caput femur. Penanganan disesuaikan dengan
menggunakan full-thickness atau myocutaneous flap. keadaan umum pasien dan usia harapan hidup.
Untuk mencegah timbulnya adhesi vagina diperlukan Tindakan bedah dilakukan pada pasien dengan kondisi
terapi sulih hormon, edukasi utuk tetap berhubungan umum baik dan usia harapan hidup masih tinggi untuk
intim, dan penggunaan dilator vagina.20,21 mencegah imobilisasi.20,21

7. Edema tungkai kronik Prognosis


Disebabkan oleh fibrosis jaringan lunak di daerah
panggul. Insiden sekitar 10-20%. Dapat disertai infeksi 1. Stadium
sekunder hingga selulitis.20 Stadium tumor saat terdiagnosis adalah faktor
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol.8 (1) Jan 2017:13-26 25

prognosis yang paling menentukan pada keganasan yang HPV positif dibandingkan yang negatif.
vagina. Studi menunjukkan bahwa angka 5-year Sedangkan Brunner et al mendeteksi adanya HPV
survival rate pada stadium I sebesar 73%, stadium II DNA pada 51,4% dari 35 orang pasien, dan status HPV
58%, dan stadium III/IV 36%.1,4,11,17 tidak ada hubungannnya dengan stadium FIGO, grade
histologi, lokasi tumor, dan ukuran tumor. Pada pasien
2. Ukuran dan tipe tumor dengan stadium I-II, tidak ada perbedaan yang
Di beberapa penelitian, dikemukakan bahwa variabel signifikan antara HPV positif dan negatif terhadap
ukuran tumor memiliki hubungan yang kuat dengan disease free survival dan overall survival pasien. Tetapi
prognosis pasien. 1,4,11,17 Ukuran tumor >4 cm memiliki pada stadium III-IV, HPV negatif berhubungan
prognosis yang lebih buruk daripada ukuran<4 cm. denngan memburuknya DFS dan OS.1,4
Tumor eksofitik memiliki prognosis yang lebih baik
daripada tumor nekrotik dan infiltratif.17 9. Waktu terapi
Untuk pasien yang diterapi dengan radioterapi, waktu
3. Lokasi tumor terapi adalah faktor yang signifikan mempengaruhi
Tumor yang lokasinya pada sepertiga atas vagina kontrol tumor. Lee dkk menemukan bahwa waktu
memiliki prognosis yang lebih baik.1,4 Hasil penelitian terapi keseluruhan(overall treatment time) <9 minggu
Kucera dkk menyebutkan angka 5-year survival rate berhubungan dengan kontrol tumor sebesar 97%
untuk tumor yang letaknya di sepertiga atas vagina dibandingkan bila >9minggu yaitu hanya 57%.1,4,18
adalah 60%, sepertiga tengah 37,5% dan untuk
sepertiga bawah sebesar 37%.4,11 Follow-Up

4. Grade histologi Rekomendasi waktu follow-up dapat dilihat pada


Beberapa peneliti menemukan bahwa grade histologi Tabel 5.
adalah faktor prognosis yang signifikan, tetapi pada
studi lain menyatakan tidak ada hubungan antara grade Tabel 5. J adwal monitor ing
histologi dengan survival pasien.1,4 Jadwal Frekuensi
Follow up pertama 2 minggu setelah radiasi
5. Usia terakhir,berikan dilator vagina
Usia tua yaitu di atas 60 tahun, memiliki prognosis Tahun 0-2 Setiap 3 bulan
yang buruk dari hasil beberapa penelitian.1,4,11 Tahun 3-5 Setiap 6 bulan
Tahun 6+ Setiap tahun
6. Riwayat Histerektomi Sebelumnya Pemeriksaan
Riwayat histerektomi sebelumnya berhubungan dengan Anamnesis dan Termasuk pemeriksaan pelvis
peningkatan kontrol lokoregional. Diperkirakan bahwa pemeriksaan fisik bimanual
riwayat histerektomi sebelumnya menyebabkan adanya Pencitraan Rontgen dada
kontrol rutin, sehingga keganasan ditemukan pada Pap smear Setiap tahun
stadium dini dan dapat ditangani lebih cepat.1,4

Disadur dari kepustakaan No. 11


7. Kadar hemoglobin
Anemia memiliki dampak yang buruk pada hasil terapi
Pencegahan
pasien yang memperoleh radiasi saja maupun
kemoradiasi, kemungkinan akibat kondisi hipoksia
Pencegahan dilakukan dengan pemberian vaksin HPV
pada tumor yang menyebabkan rendahnya produksi
pada anak perempuan usia 11-12 tahun10 dan
radikal bebas akibat radiasi.1,4,18
menghindari perilaku seks usia dini dan berganti-ganti
pasangan, serta tidak merokok11
8. Variabel biologi
Adanya infeksi HPV merupakan indikator prognosis
Kesimpulan
pada karsinoma sel skuamosa vagina. Alonso et al
menyatakan adanya progresivitas tumor yang lebih
Keganasan vagina adalah kasus yang sangat jarang
rendah pada pasien keganasan vagina stadium dini
terjadi. Diagnosis kanker vagina ditegakkan apabila
26 Keganasan Primer Vagina
AAS Ari Lestari, N. Supriana

terbukti tumor berasal dari vagina dan tidak ada berganti pasangan (5 atau lebih pasangan seksual), usia
keterlibatan organ lain. Bila terdapat keterlibatan pada mulai berhubungan intim pada usia kurang dari 17
serviks, didiagnosis sebagai keganasan serviks, dan tahun, dan status sosial ekonomi rendah).
apabila terdapat keterlibatan vulva, didiagnosis sebagai
keganasan vulva. Radioterapi memegang peranan penting dalam tata
laksana keganasan vagina dengan mengkombinasikan
Faktor resiko kanker vagina adalah infeksi HPV, radiasi eksterna dengan brakiterapi. Operasi memiliki
paparan DES saat dalam kandungan, riwayat lesi peran yang sangat sedikit pada kasus ini karena letak
precancer sebelumnya pada cervix, vulva atau anal, anatomis vagina yang sangat dekat dengan kandung
kencing dan rectum. Kemoradiasi masih diperdebatkan
paparan radiasi sebelumnya, adanya defisiensi sistem penggunaannya dalam terapi keganasan vagina.
imun, dan gaya hidup (merokok, memiliki gaya hidup

Daftar Pustaka

1. Gadducci A, Fabrini MG, Lanfredini N .Squamous 12. Benedet JL, Bender H, Jones H, Ngan HYS, Pecorel-
cell carcinoma of the vagina: natural history, treat- li. Staging classifications and clinical practice guide-
ment modalities, and prognostic factors. Critical re- lines of gynaecologic cancer. Elsevier; 2003. p. 26-
views in Oncology/Hematology. 2015;93: 211-224. 33.
2. Lee LJ, Jhingran A, Kidd E, Gaffney DK, Higinia 13. Frank SJ, Deavers MT, Jhingran A, Bodurka DC,
RC, Elshaikh MA, et al. Management of Vaginal can- Eifel PJ. Primary adenocarcinoma of the vagina not
cer. American College of Radiology ACR Appropri- associated with DES exposure. Gynecologic Oncolo-
atness Criteria. 2013. gy. 2007;105: 470-4.
3. Hacker NF, Eifel PJ, Velden JV. Cancer of the vagi- 14. Stern, JL. Vagina. In: Dollinger M, Rosenbaum EH,
na. International Journal of Gynecology and Obstet- Tempero M, Mulvihill S. Everyone's guide for can-
rics. 2015;131: 84-87. certherapy. 2001.
4. Kang J and Viswanathan AN. Chapter 72: Vaginal 15. Vagina. In: Barret A, Dobbs J, Morris S, Roques T.
Cancer. in : Wazer DE, Perez CA, W BL, Halperin Practical Radiotherapy Planning. London: Hodder
EC. Perez andBrady's principles and practice of radia- Arnold; 2009. p. 394-400.
tion oncology. Philadelphia: Lippincot Williams 16. Mahzouni M, Pejhan S, Asrafi M. Yolk sac tumor of
&Wilkins; 2013. p.465-90. vagina. Medical Journal of the Islamic Republic of
5. Faiz O, Moffat D. The Perineum. In: Anatomy at a Iran. 2006: 155-7.
Glance. London: Blackwell Science Ltd; 2002. p. 59. 17. Kumar V, Kini P, Vepakomma D, Basant M. Vaginal
6. Gray H. The Vagina. In: Anatomy of the human Endodermal Sinus Tumor. Indian Journal of pediatric.
body. Bounty Books, 2001, p. 797. 2005: 797-8.
7. Gerbaulet A, Potter R, Haie-Meder C. Primary vagi- 18. Imam Rasjidi, Nana Supriana, Kristianus Cahyono.
nal cancer. ESTRO. GEC ESTRO. 2002; pp. 403-15. Penerapan Radioterapi pada keganasan ginekologi.
8. American Cancer Society. Cancer Facts and figure Radioterapi pada keganasan ginekologi. Jakarta :
2017. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011. p.
9. Brohet dkk. Profil epidemiologi kanker di rumah sakit 129-33.
umum pusat nasional dr cipto mangunkusumo jakarta 19. Efek Samping dari radioterapi. Radioterapi pada
berdasarkan hospital based cancer registry tahun keganasan ginekologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
2013. Tesis prodi onkologi radiasi FKUI. Jakarta: Universitas Indonesia; 2011. p. 150-99.
FKUI; 2017. 20. Kantardzic N, Begic D, Eminagic D. Pelvic Irradia-
10. Diaz ML. Prevention of cervical, vaginal, and vulval tion: Acute and late toxicity. ESGO academy. 2015.
cancers. International Journal of Women’s Health.
2009: 119-29.
11. Thawani N, Mutyala S, Wolfson AH. Vaginal cancer
in Brady LW,Lu JJ. Decision Making in Radiation
Oncology. Berlin: Springer; 2011. p. 725-43.

Anda mungkin juga menyukai