Teori Pertumbuhan
Teori Pertumbuhan
1. Teori Genetik
Teori ini menunjukkan dominasi pertumbuhan pengaruh genetik. Menurut teori ini,
pertumbuhan ditentukan secara genetik.
Didalilkan oleh sicher, teori ini menyatakan bahwa sutura bertanggung jawab atas
pertumbuhan kubah tengkorak. Ini menekankan peran jaringan tulang rawan, tulang dan
periosteal dalam pertumbuhan. Ini menyatakan bahwa sutura mengkalsifikasi dan memaksa
tulang terpisah sehingga menyebabkan gaya atau tindakan ekspansil. Menurut Sicher, sutura
paralel berpasangan yang menempel pada kompleks nasomaxillary, tumbuh ke depan untuk
mempercepat pertumbuhannya dengan mandibula. Teori ini memberikan lebih banyak
aktiverol untuk sutura, oleh karena itu disebut teori dominasi sutural. Namun, hal itu
diabaikan karena berbagai studi eksperimental dimana pertumbuhan terus berlanjut bahkan
tanpa sutura.
3. Hipotesis Scott
Teori ini menekankan peran faktor pertumbuhan intrinsik yang dikutip dalam tulang
rawan dan periosteum adalah yang utama sedangkan sutura hanya bersifat sekunder dan
bergantung pada pengaruh ekstrasutural. Dia menyatakan bahwa tulang rawan adalah pusat
pertumbuhan utama. Menurutnya, pertumbuhan merupakan respon dari proliferasi
synchondrosis dan faktor lingkungan setempat. Ada bukti eksperimental untuk mendukung
hipotesis Scott. Yang menyatakan pertumbuhan sutural adalah pertumbuhan synchondrosis
sekunder yang terjadi pada waktu yang bersamaan.
a. Reseksi atraumatik septum nasal menyebabkan gangguan yang signifikan pada bagian
tengah wajah atau pertumbuhan rahang atas.
b. Pertumbuhan tidak terjadi pada kasus celah langit-langit di mana tidak ada sutura.
4. Prinsip Berbentuk “V” Enlow dan Bang atau Teori Relokasi Area
Teori ini didasarkan pada teori komponen tengkorak fungsional Van der Klaauw.
Menurut teori ini, ada sembilan komponen tengkorak fungsional yang berbeda dalam
kerangka kraniofasial, masing-masing menjalankan fungsi tertentu. Dia menyatakan bahwa
setiap komponen tengkorak fungsional terdiri dari unit kerangka dan matriks fungsional dan
pada gilirannya unit kerangka terdiri dari unit mikro-dan makro-skeletal sementara matriks
fungsional terdiri dari matriks periosteal dan kapsuler.
Moss mengklaim bahwa peran biomekanik adalah melindungi dan atau mendukung
matriks fungsional spesifiknya. Misal mandibula adalah unit makroskeletal dengan proses
koronoid, kondilus, sudut rahang bawah, dan alveolus menjadi unit makroskeletal. Matriks
periosteal seperti otot dan gigi bekerja langsung pada unit kerangka mikro dalam
menghasilkan pertumbuhan aktif; yang mengubah bentuk unit kerangka masing-masing.
Matriks kapsuler bekerja pada unit makroskeletal (mandibula) dan menghasilkan translokasi
atau pertumbuhan pasif.
Sumber : Badrinatheswar GV. 2010. Pedodontic Practice and Management. New Delhi :
Jaypee Brother Med. Publishers. Pg. 58-59.