Anda di halaman 1dari 3

Etika dalam Pemasaran

Kegiatan pemasaran adalah kegiatan untuk menciptakan, mempromosikan, dan menyampaikan barang
atau jasa kepada konsumen. Dalam sebuah pemasaran ini berupaya untuk memberikan pandangan
kepada konsumen dengan nilai yang lebih atas produk dari sebuah perusahaan dan juga menampilkan
nilai yang lebih tinggi daripada produk pesaingnya.

Kegiatan pemasaran pada dasarnya merupakan fungsi utama dari sebuah bisnis perusahaan. Tenaga
pemasaran adalah sarana penghubung utama perusahaan kepada konsumen atau pelanggan yang
merupakan ujung tombak dari bisnis perusahaan. Jenis perusahaan yang sudah ditentukan akan berbeda
dalam penangannya misalnya antara perusahaan jasa dengan perusahaan manufaktur akan berbeda
dalam kegiatan pemasarannya. Kegiatan perusahaan manufaktur yang notabenenya adalah perusahaan
yang membuat sebuah produk seringkali diiklankan melalui media, sedangkan untuk perusahaan jasa
secara etis dan moral relatif sangat sedikit yang di iklankan kepada umum secara terbuka.

Perkembangan teknologi informasi yang pesat, mengakibatkan kegiatan pemasaran diuntungkan yaitu
dapat dilakukan dengan situs-situs, email, dan lain-lain. Kegiatan pemasaran menjadi lebih praktis,
cepat, efisien dan tanpa batasan wilayah dan waktu. Dengan demikian, persaingan pemasaran baik
perusahaan manufaktur maupun jasa semakin ketat. Oleh karena itu, pemasar dituntut untuk lebih
kreatif dan inovatif dalam melakukan kegiatan pemasaran.

Dalam persaingan pemasaran yang ketat, terkadang akan menemukan perusahaan yang melakukan
pemasaran dengan tidak memperhatikan etika. Hal ini mungkin dalam waktu jangka pendek
menguntungkan, tetapi jika untuk jangka panjang akan merugikan. Karena masyarakat akan
meninggalkan perusahaan yang melakukan kegiatan pemasaran yang tidak etis.

Konsep Etika dalam Pemasaran

Terdapat tiga konsep dalam pemasaran menurut John R. Boatright antara lain :

a. Fairness (Justice)
Fairness menjadi sebuah pusat perhatian karena menjadi kebutuhan dasar dari transaksi pasar.
Setiap transaksi dianggap fair atau adil ketika satu sama lain memberikan keuntungan (mutually
beneficial) dan juga memberikan informasi yang memadai. Namun, pemberian informasi dalam
transaksi masih diragukan. Hal ini dikarenakan penjual tidak memiliki sebuah kewajiban untuk
menyediakan semua informasi yang relevan kepada konsumen atau pelanggan, dan konsumen juga
memiliki suatu kewajiban untuk menginformasikan mengenai apa yang dibelinya. Menyangkut
kewajiban informasi dibagi menjadi dua dalam doktrin tradisional dalam pemasaran yaitu,
 Caveat Emptor adalah membiarkan pembeli berhati-hati atas informasi
 Caveat Venditor adalah membiarkan penjaul berhati-hati atas informasi

b. Freedom
Freedom memiliki arti memberikan jangkauan terhadap pilihan konsumen. Freedom dapat dikatakan
tidak ada apabila pemasar melakukan sebuah praktik manipulasi dan mengambil keuntungan dari
populasi yang tidak berdaya. Contohnya anak-anak, orang-orang miskin, dan kaum lanjut usia.
c. Well-Being
Well-being yaitu suatu pertimbangan untuk mengevaluasi dampak sosial dari produk, periklanan dan
juga product safety.

Siapa yang tidak mengenal Aqua, merek minuman dalam kemasan ini menguasai pasar-pasar penjualan
air mineral dalam kemasan di Indonesia. Dengan total asset mencapai sekian dan harga saham
perlembarnya mencapai tentu saja menunjukkan perusahaan ini adalah perusahaan yang bonafide.

Aqua menjadi pelopor air minum dalam kemasan di Indonesia. Berawal dari ide Tirto Utomo, pendiri
perusahaan Aqua Golden Missisipi yang melihat adanya peluang pasar yang besar. Pada saat itu
Indonesia kekurangan air bersih siap minum, karena yang tersedia hanya air leding atau air dari sumber
lain yang dimasak sendiri untuk keperluan minum.

Untuk menjamin ketersediaan dan kualitas produk, perusahaan merasa perlu memiliki pabrik
penjernihan air sendiri. Untuk itulah Aqua membangun pabrik penjernihan air pertama di Indonesia
yang berasal dari Bekasi. Saat itu permintaan produk masih kecil sehingga pabrik hanya beroperasi tiap
senin dan selasa. Saat itu pasar untuk industri minuman dalam kemasan masih sangat terbatas. Banyak
yang menertawakan konsep bisnis Aqua, selain karena harganya yang sama dengan bensin ketika itu,
banyak juga yang menganggap Indonesia tidak memerlukan produk minuman dalam kemasan.

Pada saat itu juga fokus Aqua hanya ada pasar orang asing yang menyantap makanan di berbagai
restoran di Jakarta. Ketika itu penjualan mencapai 2,5 juta liter di tahun 1980, dengan kondisi belum
memiliki distribusi di luar Jakarta. Perusahaan mengambil langkah antisipasi dengan menggunakan
kemasan sekali pakai. Dengan penggunaan kemasan ini perusahaan mengalami peningkatan penjualan
terutama untuk wilayah luar Jakarta.

Pada tahun 1985 Aqua memulai kompetisi dengan minuman ringan yang ditandai dengan mengeluarkan
kemasan 220 ml yang mendongkrak penjualan dan dalam waktu setahun mencapai penjualan 42 juta
liter dalam produk air kemasan.

Keberhasilan pemasaran Aqua dimulai saat penentuan nama merek. Tirto memberi nama Aqua yang
diambil dari bahasa latin yang artinya “air”. Orang asing yang datang ke Indonesia pasti langsung
mengerti maksud dari merek tersebut. Di lain pihak nama itu dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat Indonesia karena dianggap netral dan tidak menyerupai salah satu bahasa daerah yang
digunakan di Negara kita. Untuk membangun reputasi merek dengan baik, perusahaan berusaha
mempertahankan kualitas produk dengan mengembangkan berbagai inovasi yang dapat menjamin
kandungan dan tingkat keamanan konsumsi produk.

Citra disini memegang peranan penting karena Aqua menyediakan air minum tanpa rasa dan manfaat
seperti pada minuman berenergi. Untuk membangun citra perusahaan menggunakan slogan “bersih,
bening dan bebas bakteri” pada empat tahun pertama. Namun, slogan ini tidak membantu banyak. Pada
tahun 1979, Aqua mengganti slogan menjadi “air sehat setiap saat” yang akhirnya lebih efektif
memberikan dampak signifikan bagi perusahaan. Kesempurnaan operasional dari hulu ke hilir
menjadikan Aqua pemimpin pasar di kategori air minum dalam kemasan sampai saat ini yang terlihat
dari kinerja finansial serta non-finansialnya.
Individual Right Approach

Pada studi kasus tersebut, tidak ada tindakan yang merugikan masyarakat atau orang lain, justru
memberikan manfaat contohnya pemberian nama brand “Aqua” yang diambil dari bahasa latin dan
tidak mengambil bahasa daerah di Indonesia sehingga tidak menimbulkan kontra.

DAFTAR PUSTAKA

https://fdokumen.com/document/etika-dalam-pemasaran

Anda mungkin juga menyukai