Anda di halaman 1dari 37

Topik II Momen Inersia Penampang

TOPIK II
MOMEN INERSIA PENAMPANG

Pendahuluan
Momen inersia merupakan salah satu parameter yang digunakan pada
perhitungan kekuatan bahan atau perencanaan bangunan teknik sipil. Adapun materi
yang dibahas meliputi Momen inersia Penampang (Ix, Iy), Momen Inersia Polar
(Ip), Momen Inersia Product (Ixy), Jari-jari Inersia (ix, iy), Sudut putar penampang
(Ө), Momen Inersia Maksimum & Minimum (I maks dan I min) dari suatu
penampang yang dibahas dengan detail dan disertai contoh-contoh soal. Pada bagian
akhir bab akan disajikan soal-soal latihan.

Tujuan Khusus
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang
metode perhitungan momen inersia pada berbagai bentuk penampang, baik
penampang tunggal maupun gabungan. Dalam bab ini yang dipelajari meliputi
Momen inersia Penampang (Ix , Iy), Momen Inersia Polar (Ip), Momen Inersia
Product (Ixy), Jari-jari Inersia (ix, iy), Sudut putar pada suatu penampang (Ө),
Momen Inersia Maksimum & Minimum (I maks dan I min).
Prasyarat
Untuk topik ini mahasiswa sudah lulus Matematika Terapan & Mekanika
Rekayasa I.

2.1 Momen Inersia Penampang (Ix, Iy)


2.1.1 Momen Inersia Penampang Tunggal

Gambar 2.1 Luas bidang datar A dengan titik berat C

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 20


Topik II Momen Inersia Penampang

Momen inersia (moment of inertia) dari sebuah luas bidang datar (lihat
Gambar 3.1) terhadap sumbu-sumbu x dan y berturut-turut didefinisikan oleh
integral-integral.
I x   y 2 dA I y   x 2 dA (2.1)

dimana x dan y adalah koordinat-koordinat dari elemen luas dA. Karena dA dikalikan
dengan kuadrat jarak, maka momen inersia juga disebut momen ke dua dan luas.

Untuk mengilustrasikan bagaimana momen inersia diperoleh dengan cara


integrasi, marilah kita tinjau empat persegi panjang yang diperlihatkan dalam
Gambar 3.2. Titik asal dari sumbu-sumbu x dan y terletak di titik berat C. untuk
sederhananya, kita gunakan sebuah elemen luas berbentuk pita dengan lebar b dan
tinggi dy, sehingga dA = b dy. Maka momen inersianya terhadap sumbu x adalah :

Gambar 2.2 Momen-momen inersia Empat persegi panjang

h/2 bh 3
I x   y b dy 2
(2.2)
h / 2 12

Dengan cara yang sama, kita dapat menggunakan suatu elemen luas dA berbentuk
sebuah pita vertikal dan momen inersia yang kita peroleh terhadap sumbu y adalah :

b/2 hb 3
Iy   x 2 h dx  (2.3)
b / 2 12

Jika dipilih sumbu yang berbeda, maka momen inersianya akan memiliki harga yang
berbeda. Sebagai missal, marilah kita tinjau sumbu BB pada alas empat persegi
panjang di atas. Dalam kasus ini, kita definisikan y sebagai jarak dari sumbu BB ke

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 21


Topik II Momen Inersia Penampang

elemen luas dA. Maka perhitungan untuk momen inersianya berlanngsung sebagai
berikut :

b/2 bh 3
I BB   y 2 b dy  (2.4)
h / 2 12

Perhatikan bahwa momen inersianya terhadap sumbu BB ternyata lebih besar dari
pada terhadap sumbu titik berat x. pada umumnya, momen inersia bertambah apabila
sumbu acuannya berpindah secara sejajar menjauhi titik berat. Momen inersia ini
selalu berupa besaran positif, tak bergantung pada sumbu-sumbu yang dipilih karena
koordinat-koordinat x dan y dikuadratkan (lihat Persamaan 2.1).

Momen inersia dari suatu luas komposit terhadap suatu sumbu tertentu adalah
jumlah dari momen-momen inersia dari bagian-bagiannya terhadap sumbu yang sama.
Salah satu contohnya adalah tampang kotak berongga yang diperlihatkan dalam Gambar
2.3a.

(a) (b) (c)


Gambar 2.3 Penampang Gabungan/Komposit

Sumbu x adalah sebuah sumbu simetri yang melalui titik berat C. momen inersia
terhadap sumbu x sama dengan selisih antara momen inersia dari kedua empat
persegi panjang :

bh 3 b1h13
Ix   (2.5)
12 12

Rumus yang sama ini berlaku pula untuk tumpang kanal dan tampang-Z yang
berturut-turut diperlihatkan dalam bagian-bagian (b) dan (c) dari gambar di atas.
Teknik yang sama dapat pula digunakan untuk memperoleh momen inersia Iy, dari
tampang kotak berongga di atas. Tetapi untuk kasus tampang kanal dan tampang-Z,

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 22


Topik II Momen Inersia Penampang

Iy, dapat lebih mudah diperoleh dengan menggunakan teorema sumbu sejajar, yang
akan diuraikan dalam bagian yang berikut. Tetapi jika bentuknya tak beraturan, kita
dapat memperoleh momen inersianya dengan metoda-metoda numerik. Prosedurnya
adalah dengan membagi luasnya ke dalam elemen-elemen luas ∆A yang kecil,
kemudian tiap-tiap elemen luas tersebut dikalikan dengan kuadrat jaraknya ke
sumbu, dan kemudian hasil kalinya dijumlahkan.

2.1.2 Momen Inersia Penampang Gabungan/Komposit


Untuk perhitungan momen inersia penampang komposit dapat dilakukan
dengan teorema sumbu sejajar. Momen inersia dari sebuah luas terhadap sebarang
sumbu dalam bidang luas tersebut berkaitan dengan momen inersianya terhadap
sebuah sumbu utama melalui teorema sumbu-sejajar (parallel-axis theorem). Untuk
menurunkan rumus yang sangat penting ini, kita tinjau luas yang diperlihatkan dalam
Gambar 2.4. Anggaplah bahwa sumbu-sumbu xc dan yc bertitik-pangkal di titik berat
C dari luas tersebut. Sumbu-sumbu x dan y sejajar sumbu-sumbu xc dan yc tetapi
bertitik-pangkal di sebarang titik O. Jakar antara sumbu-sumbu yang bersangkutan
ini adalah d1 dan d2. Dari definisi momen inersia, kita peroleh persamaan berikut
untuk momen inersia, Ix terhadap sumbu x :

I x    y  d1  dA   y 2 dA  2d1  y dA  d12  dA
2
(2.6)

Gambar 2.4 Penurunan Teorema Sumbu Sejajar

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 23


Topik II Momen Inersia Penampang

Integral pertama di ruas kanan adalah momen inersia Ixc terhadap sumbu xc; yang
kedua sama dengan nol karena sumbu xc melalui titik berat; dan yang ketiga adalah
luas A dari gambar. Oleh karena itu, persamaan di atas menjadi :

I x  I xc  Ad12 (2.7)

Dengan cara yang sama untuk sumbu y kita peroleh :

I y  I yc  Ad 22 (2-8)

Persamaan (2.7) dan (2.8) menyatakan teorema sumbu sejajar untuk momen inersia
yang berbunyi sebagai berikut; Momen inersia dari sebuah luas terhadap sebarang
sumbu yang terletak dalam bidang luas ini sama dengan momen inersia terhadap
sebuah sumbu titik berat yang sejajar dengannya ditambah hasil kali luas dan
kuadrat jarak antara kedua sumbu itu.
Dari teorema sumbu sejajar ini, kita lihat bahwa momen inersia ini bertambah
apabila sumbunya dipindahkan secara sejajar menjauhi titik berat. Karena itu,
momen inersia terhadap sumbu titik berat adalah momen inersia terkecil dari luas
(untuk suatu arah sumbu tertentu).
Teorema sumbu sejajar ini sangat penting untuk mendapat momen-momen
inersia, teristimewa untuk luas-luas komposit. Dalam menggunakan teorema ini, kita
harus ingat bahwa salah satu dari kedua sumbu sejajar ini adalah sumbu titik berat.
Untuk mengilustrasikannya, tinjau lagi empat persegi panjang yang diperlihatkan
dalam Gambar 2.2. Dengan mengetahui bahwa momen inersia terhadap sumbu x,
yang mana melalui titik berat, adalah sama dengan bh3/12 (lihat Persamaan 2.2), kita
dapat dengan segera menentukan momen inersia IBB terhadap alas empat persegi
panjang itu, yakni :
2
bh 3 h bh 3
I BB  I x  Ad 2   bh  
12 2 3

Hasil ini sesuai dengan hasil yang diperoleh sebelumnya dengan cara integrasi
(Persamaan 2.4).

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 24


Topik II Momen Inersia Penampang

Jika diperlukan untuk mencari momen inersia I1, terhadap sebuah sumbu
yang bukan sumbu titik berat jika momen inersia I2 terhadap sumbu bukan titik berat
yang lainnya (yang sejajar) diketahui, maka kita harus digunakan teorema sumbu
sejajar dua kali. Pertama, kita gunakan teoremanya untuk mencari momen inersia
sumbu utama dari momen inersia I2 yang diketahui. Kemudian kita gunakan
teoremanya sekali lagi untuk mendapatkan I1 dari momen inersia sumbu titik berat.

Dalam hal sebuah luas komposit, kita dapat mencari momen inersia (terhadap
suatu sumbu tertentu) dari tiap-tiap bbagian luas dan kemudian menjumlahkan
momen-momen inersia ini untuk memperoleh I bagi seluruh luas. Sebagai missal,
tinjau tampang-Z yang diperlihatkan dalam Gambar 2.3.c dan anggaplah bahwa Iy
yang hendak dihitung. Kemudian kita dapat membagi luasnya kedalam tiga buah
empat persegi panjang, yang masing-masingnya memiliki titik berat yang dapat
ditentukan secara langsung. Momen-momen inersia dari ketiga empat persegi
panjang ini terhadap sumbu-sumbu yang melalui titik-titik berat mereka masing-
masing dan sejajar sumbu y, dapat diperoleh dari rumus umum I=bh3/12. Kemudian
kita dapat menggunakan teorema sumbu sejajar untuk menghitung momen inersia
terhadap sumbu y. Dengan menjumlahkan momen-momen inersia ini, maka kita
akhirnya memperoleh Iy untuk seluruh luas.

Contoh Soal 2.1


Hitunglah Momen Inersia (Ix dan Iy) dari sebuah penampang seperti tergambar
berikut ini.

40 cm

120 cm

40 cm

100 cm

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 25


Topik II Momen Inersia Penampang

Penyelesaian :

Untuk menghitung Momen Inersia, maka terlebih dahulu harus dihitung letak titik
berat dari penampang tersebut.

a. Titik Berat
 Penampang dibagi menjadi 2 bagian (bagian 1 dan 2), dan diberi lebel 1 dan 2.
 Selanjutnya ditarik garis diagonal untuk menentukan titik berat masing-masing
bagian.
b1= 40 cm

h1=120 cm

2 h2= 40 cm

b2= 60 cm

 Perhitungan Luas bagian :


A1 = b1.h1 = 40 x 120 = 4800 cm2
A2 = b2.h2 = 60 x 40 = 2400 cm2
AT = A1 + A2 = 4800 + 2400 cm2 = 7200 cm2
 Selanjutnya ditentukan titik acuan masing-masing sumbu untuk perhitungan
statis momen. Untuk nilai x diambil dari sisi terkiri, untuk nilai y diambil dari
sisi terbawah, serta ditentukan masing-masing jarak elemen terhadap titik
acuan.

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 26


Topik II Momen Inersia Penampang

Y
40 cm

120 cm
y1 = 60 cm
C
X 2 40 cm = 46,67 cm
y2 = 20 cm
Gariscm
statis
60 cm momen sisi
terbawah
x1= 20 cm

x2= 70 cm

= 36,67 cm
Garis statis cm
momen sisi
terkiri

 Maka titik berat dari penampang tersebut di atas adalah :


 Pada Arah sumbu X :
A1 . x1 + A2 . x2
̅=
1+ 2
(4800)(20) + (2400)(70)
̅=
(4800 + 2400)
264000
̅= = 36,67 ( )
7200
 Pada Arah sumbu Y :
A1 . y1 + A2 . y2
=
1+ 2
(4800)(60) + (2400)(20)
=
(4800 + 2400)
336000
= = 46,67 ( ℎ)
7200

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 27


Topik II Momen Inersia Penampang

b. Momen Inersia
dy1
Y
40 cm

dy2
73,33 cm
120 cm dx1
C dx2
46,67 cm X 2 40 cm = 46,67 cm
cm
Garis statis
60 cm momen sisi
terbawah
= 36,67 cm
cm

36,67 cm 63,33 cm

Garis statis
momen sisi
terkiri
dx
dx1 = 73,33 – 60 = 13,33 cm
dx2 = 46,67 – 20 = 26,67 cm
dy1 = 36,67 – 20 = 16,67 cm
dy2 = 63,33 – 30 = 33,33 cm dy

 Momen Inersia terhadap Sumbu-x : I X  I x  Ad X 2

I = .b .h + A .d

= . (40). (120) + (4800). (13,33) = 6612306,72 cm4

I = .b .h + A .d

= . (60). (40) + (2400). (26,67) = 2027093,36 cm4

= 6612306,72 + 2027093,36 = 8639400,08 cm4

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 28


Topik II Momen Inersia Penampang

 Momen Inersia terhadap Sumbu-y : I Y  I Y  Ad Y


2

I = .h .b + A .d

= . (120). (40) + (4800). (16,67) = 1973866,72 cm4

I = .h .b + A .d

= . (40). (60) + (2400). (33,33) = 3386133,36 cm4

= 6612306,72 + 2027093,36 = 5360000,08 cm4

2.2 Momen Inersia Polar (Ip)

Gambar 2.5 Luas bidang datar A dengan titik berat C untuk Ip

Momen-momen inersia yang dibahas dalam bagian-bagian di depan dihitung


terhadap sumbu-sumbu yang terletak dalam bidang dari luas yang ditinjau, seperti
sumbu-sumbu x dan y dalam Gambar 2.5. Sekarang marilah kita tinjau sebuah sumbu
yang tegak lurus bidang luas dan memotongnya di titik asal O. Momen inersia
terhadap sumbu ini disebut momen inersia kutub (polar) Ip dan didefinisikan sebagai
integral berikut :

I p    2 dA (2.9)

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 29


Topik II Momen Inersia Penampang

Dengan  adalah jarak dari titik O ke elemen luas dA (lihat Gambar 2.5). Karena
2= x2 + y2, dimana x dan y adalah koordinat-koordinat tegak lurus dari elemen dA,
maka kita peroleh pernyataan berikut untuk Ip :


I p    2 dA   x 2  y 2 dA 
Oleh karena itu, kita peroleh

I p  Ix  Iy (2.10)

Persamaan (2.10) memperlihatkan bahwa momen inersia polar terhadap sebuah


sumbu yang tegak lurus bidang gambar di titik O sama dengan jumlah dari momen-
momen inersia terhadap dua buah sumbu tegak lurus sebarang x dan y yang melalui
titik O yang sama dan terletak dalam bidang gambar. Untuk sederhananya, kita akan
selalu mengatakan Ip sebagai momen inersia polar terhadap titik O.

Perhitungan momen-momen inersia polar terhadap berbagai titik sangat


dipermudah dengan teorema sumbu sejajar untuk inersia polar. Kita dapat
menurunkan teorema ini dengan mengacu sekali lagi pada Gambar 2.4. Baiklah kita
tuliskan momen-momen inersia polar terhadap titik O dan titik berat C berturut-turut
dengan Ipo dan Ipc, maka kita dapat menuliskan kedua persamaan berikut :

I po  I x  I y I pc  I xc  I yc (a)

(lihat Persamaan C-11). Berikut, marilah kita perkenankan teorema sumbu sejajar
yang diturunkan dalam Bagian C.4 (lihat Persamaan C-9) :

I x  I xc  Ad12 I y  yc  Ad 22 (b)

Jumlahkan kedua persamaan terakhir ini kita peroleh


I x  I y  I xc  I yc  A d12  d 22  (c)

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 30


Topik II Momen Inersia Penampang

Sekarang subsitusikan Persamaan-persamaan (a) kemudian perhatikan bahwa


d2  d12  d22 (lihat Gambar C-10), kita peroleh

I po  I pc  Ad 2 (2.11)

Persamaan ini menyatakan teorema sumbu sejajar untuk momen inersia polar yang
berbunyi : Momen inersia polar dari suatu luas terhadap sebarang titik O dalam
bidangnya sama dengan momen inersia polar terhadap titik berat C ditambah
dengan hasil kali luasnya dan kuadrat jarak antara titik O dan C.

Contoh Soal 2.2

Hitunglah Momen Inersia Polar (Ip) dari sebuah penampang seperti tergambar
berikut ini.

40 cm

120 cm

40 cm

100 cm

Penyelesaian :

Soal ini sama seperti Contoh 2.1. Untuk menghitung Momen Inersia (Ix dan Iy)
dapat dilihat pada penyelesaian Contoh soal 2.1, yaitu :

 Momen Inersia terhadap Sumbu-x : I X  I x  Ad X 2

I = .b .h + A .d

= . (40). (120) + (4800). (13,33) = 6612306,72 cm4

I = .b .h + A .d

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 31


Topik II Momen Inersia Penampang

= . (60). (40) + (2400). (26,67) = 2027093,36 cm4

= 6612306,72 + 2027093,36 = 8639400,08 cm4

 Momen Inersia terhadap Sumbu-y : I Y  I Y  A.d Y


2

I = .h .b + A .d

= . (120). (40) + (4800). (16,67) = 1973866,72 cm4

I = .h .b + A .d

= . (40). (60) + (2400). (33,33) = 3386133,36 cm4

= 6612306,72 + 2027093,36 = 5360000,08 cm4

Sehingga Momen Inersia Polar (Ip) dari penampang di atas adalah :

= 8639400,08 cm + 5360000,08 cm = 13999400,16 cm4

2.3 Momen Inersia Product (Ixy)


Momen Inersia Product (Ixy) dari sebuah luas datar adalah suatu sifat luas
yang didefinisikan terhadap suatu system sumbu tegak lurus yang terletak dalam
bidang luas ini. Untuk mendefinisikannya kita mengacu lagi ke luas A yang
diperlihatkan dalam Gambar 2.6 dan kita difinisikan momen inersia product (product
of inertia) terhadap sumbu-sumbu x dan y sebagai berikut :

Gambar 2.6 Bidang datar A dengan titik berat C untuk Inersia Product

I xy   xy dA (2.12)

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 32


Topik II Momen Inersia Penampang

Dari definisi ini kita lihat bahwa setiap elemen luas dA dikalikan dengan hasil kali
dari koordinat-koordinatnya. Sebagai akibatnya, hasilkali inersia ini dapat berharga
positif, negatif atau nol, bergantung pada kedudukan sumbu-sumbu xy terhadap luas.
Jika luas ini seluruhnya terletak dalam kuadran pertama (seperti dalam Gambar 2.6),
maka momen inersia productnya berharga positif karena setiap elemen luas dA
memiliki koordinat-koordinat x dan y yang positif. Jika seluruh luas terletak di
kuadran kedua, maka momen inersia product ini negatif karena setiap elemen
luasnya memiliki koordinat y yang positif sedangkan koordinat x-nya negatif. Begitu
pula luas-luas yang seluruhnya terletak di kuadran ketiga dan keempat berturut-turut
memiliki momen inersia product positif dan negatif. Apabila luasnya terletak lebih
daripada satu kuadran, maka tanda ari hasilkali inersia bergantung pada distribusi
luas dalam kuadran tersebut.
Momen inersia product dari suatu luas terhadap suatu himpunan sumbu-
sumbu sejajar saling berhubungan melalui suatu teorema yang bersangkutan untuk
momen-momen inersia dan momen-momen inersia polar. Untuk memperoleh
teorema ini, marilah kita tinjau kembali luas yang diperlihatkan dalam Gambar 2.4
dan baiklah kita nyatakan Ixcyc sebagai hasilkali inersia terhadap sumbu-sumbu
lainnya, yang sejajar sumbu-sumbu xcyc adalah :

Ixy =  x  d  y  d dA
2 1

=  xy dA  d  x dA  d  y dA  d d  dA
1 2 1 2
(2.13a)

Dimana d1 dan d2 adalah koordinat-koordinat dari titik berat C terhadap sumbu-


sumbu xy (jadi, d1 dan d2 dapat berharga positif ataupun negative). Integral pertama
dalam pernyataan terakhir di atas adalah hasilkali inersia Ixcyc terhadap sumbu-sumbu
utama; yang kedua dan ketiga hasilnya nol karena mereka adalah momen-momen
pertama dari luas terhadap sumbu-sumbu utama; dan integral terakhir adalah luas A.
Karena itu, persamaan di atas menjadi :

I xy  I xcyc  Ad 1 d 2 (2.13b)

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 33


Topik II Momen Inersia Penampang

Persamaan ini menyatakan teorema sumbu sejajar untuk momen inersia product
yang berbunyi sebagai berikut: Momen inersia product dari suatu luas terhadap
sebarang pasangan sumbu dalam bidangnya sama dengan momen inersia product
terhadap sumbu-sumbu utama yang sejajar dengan pasangan sumbu di atas
ditambah dengan hasilkali luasnya dan koordinat-koordinat dari titik beratnya
terhadap pasangan sumbu ini.

Untuk memperagakan penggunaan teorema sumbu sejajar ini, marilah kita


tentukan hasilkali inersia dari sebuah empat persegi panjang terhadap sumbu-sumbu
xy dengan titik pangkal di salah satu titik sudutnya (Gambar 2.7). Hasilkali inersia
terhadap sumbu-sumbu titik berat xc dan yc adalah nol karena mereka adalah sumbu-
sumbu simetri. Sedangkan koordinat-koordinat dari titik berat terhadap sumbu-
sumbu xy adalah :

Gambar 2.7. Teorema sumbu sejajar hasilkali inersia

h b
d1  d2 
2 2

Dengan mensubtitusikan ke dalam Persamaan (2.13), kita peroleh :

 h  b  b h
2 2
I xy  I xcyc  Ad1d 2  0  bh     (a)
 2  2  4

Momen inersia product ini positif karena seluruh luas terletak dalam kuadran
pertama. Jika sumbu-sumbu xy disegserkan secara horizontal sedemikian rupa
sehingga titik asal berpindah ke titik B pada titik sudut sebelah kanan yang terbawah
dari tempat persegi panjang (Gambar 2.7), maka seluruh luas sekarang terletak di
kuadran kedua hasilkali inersianya menjadi –b2h2/4.

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 34


Topik II Momen Inersia Penampang

Jadi secara umum dapat disimpulkan bahwa :

- Momen inersia product (Ixy) dapat bertanda positif (+) atau negatif (-),
tergantung letak titik berat bagian terhadap titik acuan berada di kuadran
berapa pada sistem koordinat kartesius.
- Apabila salah satu atau kedua sumbu x dan y merupakan sumbu simetri untuk
bidang tertentu, maka nilai Ixy = 0.
- Berikut ini dapat dilihat tanda koordinat untuk masing-masing letak elemen
berdasarkan kuadran terhadap titik berat penampang keseluruhan (titik O).
Titik A, B, C dan D merupakan titik berat elemen tertentu yang merupakan
bagian dari luas penampang.

Sb. Y (+)

B (X (-) ; Y (+))
A (X (+) ; Y (+))

Sb. X (-) Sb. X (+)


O

D (X (+) ; Y (-))
C (X (-) ; Y (-))

Sb. Y (-)
Gambar 2.8 Koorninat untuk Inersia Product (Ixy)
Maka setelah diperoleh nilai masing-masing koordinat dan tandanya, maka untuk
menghitung momen inersia product langsung dapat dicari dengan persamaan :

= .( . )+ .( . )+ .( . )+ .( . ) + ⋯+ .( . )
(2.14)
Dimana :
AA= luas elemen A
xA = koordinat sumbu X terhadap titik berat penampang O.
yA = koordinat sumbu Y terhadap titik berat penampang O.

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 35


Topik II Momen Inersia Penampang

Contoh Soal 2.3


Hitunglah Momen Inersia Product (Ixy) dari sebuah penampang seperti tergambar
berikut ini. 40 cm

120 cm

40 cm

100 cm
Penyelesaian :

Untuk menghitung Momen Inersia Product (Ixy) dari penampang tersebut di atas,
maka terlebih dahulu harus dihitung letak titik berat dari penampang tersebut beserta
koordinat masing-masing elemen.
a. Titik Berat
 Untuk Perhitungan titik berat dapat dilihat pada Contoh Soal 1.1 atau Soal 2.1.
Luas masing-masing elemen :
A1 = b1.h1 = 40 x 120 = 4800 cm2
A2 = b2.h2 = 60 x 40 = 2400 cm2
AT = A1 + A2 = 4800 + 2400 cm2 = 7200 cm2
 Selanjutnya ditentukan titik acuan masing-masing sumbu untuk perhitungan
statis momen. Untuk nilai x diambil dari sisi terkiri, untuk nilai y diambil dari
sisi terbawah, serta ditentukan masing-masing jarak elemen terhadap titik
acuan.
 Berdasarkan Contoh Soal 1.1, diperoleh titik berat yaitu :
 Maka titik berat dari penampang tersebut di atas adalah :
 Pada Arah sumbu X :
̅ = 36,67 ( )
 Pada Arah sumbu Y :
= 46,67 ( ℎ)

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 36


Topik II Momen Inersia Penampang

b. Penentuan Koordinat Masing-masing Elemen


dy1
Y
40 cm

dy2
73,33 cm
120 cm dx1
C dx2
46,67 cm X 2 40 cm = 46,67 cm
cm
Garis statis
60 cm momen sisi
terbawah
= 36,67 cm
cm

36,67 cm 63,33 cm
Y
Garis statis
momen sisi
{dy1(-) ; dx1(+)} 1
terkiri

Berdasarkan sisitem koordinat, maka : 2 {dy2(+) ; dx2(-)}


dx1 = 73,33 – 60 = 13,33 cm ( + )
dx2 = 46,67 – 20 = 26,67 cm ( - )
dy1 = 36,67 – 20 = 16,67 cm ( - )
dy2 = 63,33 – 30 = 33,33 cm ( + )
c. Momen Inersia Product (Ixy) terhadap titik berat penampang (titik C) :

= .( . )+ .( . )

= 4800. (−16,67). (13,33) + 2400. (33,33). (−26,67)

= (−1066613,28) + (−2133386,64)

=− ,

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 37


Topik II Momen Inersia Penampang

2.4 Jari-jari girasi (ix dan iy)


Jari-jari girasi (radius of gyration) suatu luas merupakan suatu jarak yang
sering digunakan dalam mekanika. Ia didefinisikan sebagai akar kuadrat dari momen
inersia dibagi dengan luasnya sendiri. Jadi,

Ix Iy
i x  rx  dan i y  ry  (2.15)
At At

Dimana : ix = jari-jari girasi terhadap sumbu X (cm)


iy = jari-jari girasi terhadap sumbu Y (cm)
Ix = Momen Inersia terhadap sumbu X (cm4)
Iy = Momen Inersia terhadap sumbu Y (cm4)
At = luas total penampang (cm2)

Kita dapat memandang jari-jari girasi dari suatu luas sebagai jarak dari sumbu pada
mana seluruh luas dapat dikonsentrasikan dan tetap memiliki momen inersia yang
sama seperti luas semula.

Contoh Soal 2.4


Hitunglah Jari-jari girasi (ix dan iy) dari sebuah penampang seperti tergambar berikut
ini. 40 cm

120 cm

40 cm

100 cm

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 38


Topik II Momen Inersia Penampang

Penyelesaian :
Untuk menghitung Jari-jari girasi (ix dan iy) dari penampang tersebut di atas, maka
terlebih dahulu harus dihitung Luas elemen serta Momen Inersia dari penampang
tersebut.
b1= 40 cm

h1=120 cm

2 h2= 40 cm

b2= 60 cm

 Luas masing-masing elemen :


A1 = b1.h1 = 40 x 120 = 4800 cm2
A2 = b2.h2 = 60 x 40 = 2400 cm2
AT = A1 + A2 = 4800 + 2400 cm2 = 7200 cm2
 Untuk menghitung Momen Inersia (Ix dan Iy) dapat dilihat pada penyelesaian
Contoh soal 2.1, yaitu :
Momen Inersia terhadap Sumbu-x : I X  I x  Ad X 2

I = .b .h + A .d

= . (40). (120) + (4800). (13,33) = 6612306,72 cm4

I = .b .h + A .d

= . (60). (40) + (2400). (26,67) = 2027093,36 cm4

= 6612306,72 + 2027093,36 = 8639400,08 cm4

Momen Inersia terhadap Sumbu-y : I Y  I Y  A.d Y


2

I = .h .b + A .d

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 39


Topik II Momen Inersia Penampang

= . (120). (40) + (4800). (16,67) = 1973866,72 cm4

I = .h .b + A .d

= . (40). (60) + (2400). (33,33) = 3386133,36 cm4

= 6612306,72 + 2027093,36 = 5360000,08 cm4

 Sehingga Jari-jari girasi (ix dan iy) dari penampang di atas adalah :

Jari-jari girasi terhadap sumbu-x :

I 8639400,08 cm
i = = = 1199,917 = 34,64 cm
A 7200 cm

Jari-jari girasi terhadap sumbu-y :

I , cm
i = = = 744,44 = 27,28 cm
A 7200 cm

2.5 Sumbu-Sumbu Utama dan Momen Inersia Utama Penampang Simetris


Untuk setiap penampang terdapat dua buah sumbu tertentu yang memberikan
harga momen inersia maksimum dan minimum, kedua sumbu tersebut dinamakan
sumbu utama. Momen inersia yang berhubungan dengan sumbu utama dinamakan
momen inersia utama yang terdiri dari Momen Inersia Maksimum (Imax) dan Momen
Inersia Minimum (Imin). Sumbu-sumbu utama sebuah penampang mempunyai ciri-
ciri tertentu, yaitu :
a. Sumbu-sumbunya saling tegak lurus satu sama lain.
b. Momen inersia polar (Ixy) terhadap kedua sumbu utama mempunya nilai
nol (Ixy = 0 ).
c. Setiap sumbu merupakan sumbu utama.

Apabila diperhatikan ciri-ciri tersebut di atas, maka sumbu-sumbu utama


untuk semua bentuk penampang yang simetris tentu dapat diketahui. Sebagai contoh
dapat dilihat pada Gambar 2.9 di bawah ini :

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 40


Topik II Momen Inersia Penampang

(a). Persegi panjang (b). Profil Canal (c). Profil Siku sama kaki
panjang

(d). Penampang Lingkaran (e). Profil Double Canal

Gambar 2.9 Penampang-penampang Struktur

a. Profil empat persegi panjang, maka momen inersia Ix dan Iy adalah


momen inersia utama (Momen Inersia Maksimum (Imax) dan Momen
Inersia Minimum (Imin)), atau Ix= Imax dan Iy= Imin.
b. Profil-profil Canal ( C ), maka momen inersia Ix dan Iy adalah momen
inersia utama (Momen Inersia Maksimum (Imax) dan Momen Inersia
Minimum (Imin)), atau Ix= Imax dan Iy= Imin.
c. Profil Siku sama kaki atau yang simetris (L), maka momen inersia Ix dan
Iy adalah momen inersia utama.
d. Profil dengan penampang lingkaran (O), maka momen inersia Ix dan Iy
adalah momen inersia utama (Momen Inersia Maksimum (Imax) dan
Momen Inersia Minimum (Imin)), atau Ix = Iy = Imax = Imin = tetap sama.
e. Profil-profil doble Canal, maka sumbu x dan y merupakan sumbu-sumbu
utama. Maka besarnya momen inersia utama (Imax dan Imin) nilainya
tergantung pada jarak antar profil (d).

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 41


Topik II Momen Inersia Penampang

2.6 Sumbu-Sumbu Utama dan Momen Inersia Utama Penampang Tidak


Simetris
Untuk penampang yang tidak simetris momen inersia Utama dapat ditentukan
dengan mempergunakan momen inersia yang sudah diketahui (Ix, Iy) serta Momen
inersia Product (Ixy) terhadap sumbu X dan Y.
Momen inersia dari suatu luas bidang datar bergantung pada kedudukan
sumbu-sumbu acuannya. Selanjutnya, untuk suatu titik asal tertentu, momen-momen
dan hasil kali hasil kali inersianya (inersia polar) berubah apabila sumbu-sumbunya
diputar terhadap titik asal tersebut. Bagaimana besaran-besaran ini berubah dan
begitu pula harga-harga maksimum dan minimumnya dibahas dalam bagian ini dan
bagian-bagian berikutnya.
Marilah kita tinjau luas bidang datar yang diperlihatkan dalam Gambar 2.9
dan baiklah kita menganggap bahwa sumbu-sumbu xy-nya merupakan sepasang
sumbu-sumbu acuan sebarang. Momen-momen dan momen inersia polar terhadap
sumbu-sumbu xy ini adalah :

Gambar 2.9 Rotasi Sumbu-sumbu

I x   y 2 dA I y   x 2 dA I xy   xy dA (a)

dimana x dan y adalah koordinat-koordinat dari elemen luas dA. Sumbu-sumbu x1y1
bertitik pangkal yang sama tetapi mereka dirotasikan berlawanan perputaran jarum
jam sebesar sudut  terhadap sumbu-sumbu xy. Momen-momen dan hasilkali-
hasilkali inersianya terhadap sumbu-sumbu x1 y1 kita nyatakan berturut-turut dengan
Ix1, Iy1, dan Ix1y1. Untuk memperoleh besaran-besaran ini, kita perlu koordinat-
koordinat x1 dan y1 dari elemen dA. Koordinat-koordinat dapat dinyatakan dalam
koordinat-koordinat xy an sudut  sebagai berikut :

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 42


Topik II Momen Inersia Penampang

x1  x cos   y sin  y1  y cos   x sin  (b)

Maka momen inersianya terhadap sumbu x1 adalah

y dA    y cos   x sin   dA
2 2
Ix1 = 1

= cos 2   y 2 dA  sin 2   x 2 dA  2 sin  cos   xy dA

atau, dengan menggunakan Persamaan (a),

I x1  I x cos 2   I y sin 2   21xy sin  cos  (c)

Sekarang kita perkenalkan identitasidentitas trigonometri berikut :

cos 2  
1
1  cos 2  sin 2  
1
1  cos 2 
2 2

2 sin  cos   sin 2

Maka Persamaan (c) menjadi

Ix  Iy Ix  Iy
I xi   cos 2  I xy sin 2 (2.16)
2 2

Dengan cara yang sama, kita dapat memperoleh momen inersia polar terhadap
sumbu-sumbu x1 y1 :

Ix1y1 = x y1 1 dA    x cos   y sin   y cos   x sin  dA

= I x  I y sin  cos   I xy cos 2   sin 2  

Pergunakan kembali identitas trigonometri di atas, maka kita peroleh

Ix  Iy
I x1 y1  sin 2  I xy cos 2 (2.17)
2

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 43


Topik II Momen Inersia Penampang

Jadi, persamaan (2.17) memberikan momen inersia Ix1 dan momen inersia polar Ix1y1
terhadap sumbu-sumbu yang dirotasikan dinyatakan dalam momen-momen dan
momen inersia polar dari sumbu-sumbu semula. Persamaan-persamaan ini disebut
persamaan-persamaan transformasi untuk momen-momen dan hasil kali momen
inersia.

2.6.1 Sudut putar penampang (Ө)


Persamaan-persamaan transformasi untuk momen-momen dan momen inersia
polar dari suatu luas seperti yang telah diturunkan pada bahasan sebelumnya (lihat
persamaan 2.16 dan 2.17). Persamaan-persamaan ini memperlihatkan bagaimana
besaran-besaran momen inersia mengalami perubahan apabila sudut rotasinya
berubah.
Untuk menentukan sudut putaran atau rotasi (Ө) yang membuat momen
inersia Utama (Imax dan Imin) dari suatu penampang yang tidak simetris, dapat
diturunkan dengan menggunakan persamaan (2.16) terhadap Ө dan kemudian
persamaannya disamakan dengan nol, yaitu :

Ix  Iy Ix  Iy
 cos 2  I xy sin 2  0 (a)
2 2

Setelah diturunkan persamaa (a), maka diperoleh hasil :


2. I
tan 2θ = − (2.18)
(I − I )

2.6.2 Momen Inersia Maksimum (Imax) & Minimum (Imin)

Selanjutnya dengan menganggap bahwa nilai momen inersia sudah diketahui


(Ix, Iy) serta Momen inersia Product (Ixy) terhadap sumbu X dan Y juga diketahui,
maka untuk sudut Ө tertentu (yang berbeda 90o), dari persamaan (2.18) dapat
digambarkan seperti gambar 2.10 berikut ini :

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 44


Topik II Momen Inersia Penampang

Gambar 2.10 Gambar Sudut rotasi dalam bentuk segitiga

Berdasarkan Gambar 2.10 dapat diturunkan persamaan sebagai berikut :

(I − I )
cos 2θ = (2.19. a)
2. R

(I )
sin 2θ = (2.19. b)
R

Dimana :

I −I
R = + I (2.20)
2

Dalam menghitung nilai R, selalu digunakan nilai akar kuadrat positif. Kemudian
apabila persamaan (2.19a) dan (2.19b) disubtitusikan ke persamaan (2.16), maka
nilai terbesar dari kedua momen inersia utama dinyatakan sebagai Momen Inersia
Maksimum (Imax), yaitu :

I +I I −I
I = + + I (2.21)
2 2

Nilai terkecil dari kedua momen inersia utama dinyatakan sebagai Momen Inersia
Minimum (Imin), yaitu :

I +I I −I
I = − + I (2.22)
2 2

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 45


Topik II Momen Inersia Penampang

Contoh Soal 2.5


Hitunglah besarnya sudut putar (Ө) serta nilai momen inersia maksimum (Imax) dan
momen inersia minimum (Imin) dari sebuah penampang seperti tergambar berikut ini.
40 cm

120 cm

40 cm

100 cm

Penyelesaian :
Untuk menghitung besarnya sudut putar (Ө) serta nilai momen inersia maksimum
(Imax) dan momen inersia minimum (Imin) dari penampang tersebut di atas, maka
terlebih dahulu harus dihitung titik berat dan Momen Inersia terhadap sumbu x dan y
serta momen inersia product (Ix, Iy dan Ixy) dari penampang tersebut (lihat kembali
penyelesaian Contoh Soal 2.1, Contoh Soal 2.2 dan 2.3 pada sub-bab sebelumnya).

a. Momen Inersia (Ix, Iy)


Berdasarkan Contoh Soal 2.1, diperoleh nilai Momen inersia terhadap sumbu x
dan sumbu y yaitu :
 Momen Inersia terhadap Sumbu-x : I X  I x  Ad X 2

I = .b .h + A .d

= . (40). (120) + (4800). (13,33) = 6612306,72 cm4

I = .b .h + A .d

= . (60). (40) + (2400). (26,67) = 2027093,36 cm4

= 6612306,72 + 2027093,36 = 8639400,08 cm4

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 46


Topik II Momen Inersia Penampang

 Momen Inersia terhadap Sumbu-y : I Y  I Y  Ad Y


2

I = .h .b + A .d

= . (120). (40) + (4800). (16,67) = 1973866,72 cm4

I = .h .b + A .d

= . (40). (60) + (2400). (33,33) = 3386133,36 cm4

= 6612306,72 + 2027093,36 = 5360000,08 cm4

b. Momen Inersia Product (Ixy)

dy1
Y
40 cm

dy2
73,33 cm
120 cm dx1
C dx2
46,67 cm X 2 40 cm = 46,67 cm
cm
60 cm

= 36,67 cm
cm

36,67 cm 63,33 cm

Momen Inersia Product (Ixy) terhadap titik berat penampang (titik C) :

= .( . )+ .( . )

= 4800. (−16,67). (13,33) + 2400. (33,33). (−26,67)

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 47


Topik II Momen Inersia Penampang

= (−1066613,28) + (−2133386,64)

=− ,

c. Sudut Putar (Ө)


Dengan menggunakan persamaan (2.18), maka diperoleh sudut rotasi, yaitu :

2. I
tan 2θ = −
(I − I )
2. (−3199999,92)
tan 2θ = −
(8639400,08 − 5360000,08)
(6399999,84)
tan 2θ = − = 1,95
(3279400)
2. Ө = arc tan(1,95) = tan (1,95) = 62,85°
62,85°
Ө= = 31,425°
2

Jadi sudut rotasi penampang tersebut diatas, Ө = , °

d. Momen Inersia Maksimum dan Minimum (Imax, Imin)


 Momen Inersia Maksimum dari penampang di atas dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (2.21), yaitu :

I +I I −I
I = + + I
2 2
I +I 8639400,08 + 5360000,08
nilai ∶ = = 6999700.08 cm
2 2

I −I 8639400,08 − 5360000,08
nilai ∶ = = 1639700 cm
2 2

Maka :

I = (6999700.08 ) + (1639700) + (−3199999,92)

I = (6999700.08 ) + (3595638,41)

= ,

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 48


Topik II Momen Inersia Penampang

 Momen Inersia Minimum dari penampang di atas dapat dihitung dengan


menggunakan persamaan (2.22), yaitu :

I +I I −I
I = − + I
2 2
I +I 8639400,08 + 5360000,08
nilai ∶ = = 6999700.08 cm
2 2

I −I 8639400,08 − 5360000,08
nilai ∶ = = 1639700 cm
2 2

Maka :

I = (6999700.08 ) − (1639700) + (−3199999,92)

I = (6999700.08 ) − (3595638,41)

= ,

2.7 Rangkuman
Berdasarkan uraian topik 2 diatas tentang momen inersia dapat diambil
rangkuman sebagai berikut :
1. Momen inersia (moment of inertia) dari sebuah luas bidang datar terhadap
sumbu-sumbu x dan y berturut-turut didefinisikan oleh integral-integral.
I x   y 2 dA I y   x 2 dA

dimana x dan y adalah koordinat-koordinat dari elemen luas dA. Karena dA


dikalikan dengan kuadrat jarak, maka momen inersia juga disebut momen ke
dua dan luas.

2. Integral pertama di ruas kanan adalah momen inersia Ixc terhadap sumbu xc;
yang kedua sama dengan nol karena sumbu xc melalui titik berat; dan yang
ketiga adalah luas A dari gambar. Oleh karena itu, persamaan diatas menjadi :
I x  I xc  Ad12

Dengan cara yang sama untuk sumbu y kita peroleh :

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 49


Topik II Momen Inersia Penampang

I y  I yc  Ad 22

Persamaan tersebut menyatakan teorema sumbu sejajar untuk momen inersia


yang berbunyi sebagai berikut; Momen inersia dari sebuah luas terhadap
sebarang sumbu yang terletak dalam bidang luas ini sama dengan momen
inersia terhadap sebuah sumbu titik berat yang sejajar dengannya ditambah
hasil kali luas dan kuadrat jarak antara kedua sumbu itu.

3. Momen inersia terhadap sumbu tertentu yang mempunyai sudut rotasi disebut
momen inersia kutub (polar) Ip dan didefinisikan sebagai berikut :

 
I p    2 dA   x 2  y 2 dA atau I p  I x  I y

Persamaan ini memperlihatkan bahwa momen inersia polar terhadap sebuah


sumbu yang tegak lurus bidang gambar di titik O sama dengan jumlah dari
momen-momen inersia terhadap dua buah sumbu tegak lurus sebarang x dan
y yang melalui titik O yang sama dan terletak dalam bidang gambar. Untuk
sederhananya, kita akan selalu mengatakan Ip sebagai momen inersia polar
terhadap titik O.

I po  I pc  Ad 2

Persamaan ini menyatakan teorema sumbu sejajar untuk momen inersia polar
yang berbunyi : Momen inersia polar dari suatu luas terhadap sebarang titik
O dalam bidangnya sama dengan momen inersia polar terhadap titik berat C
ditambah dengan hasil kali luasnya dan kuadrat jarak antara titik O dan C.

4. Momen Inersia Product dari suatu penampang dirumuskan dengan :


I xy  I xcyc  Ad 1 d 2

Persamaan ini menyatakan teorema sumbu sejajar untuk momen inersia


product yang berbunyi sebagai berikut: Momen inersia product dari suatu
luas terhadap sebarang pasangan sumbu dalam bidangnya sama dengan
momen inersia product terhadap sumbu-sumbu utama yang sejajar dengan

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 50


Topik II Momen Inersia Penampang

pasangan sumbu di atas ditambah dengan hasilkali luasnya dan koordinat-


koordinat dari titik beratnya terhadap pasangan sumbu ini.
Jadi untuk momen inersia product secara umum dapat disimpulkan bahwa :
- Momen inersia product (Ixy) dapat bertanda positif (+) atau negatif (-),
tergantung letak titik berat bagian terhadap titik acuan berada di kuadran
berapa pada sistem koordinat kartesius.
- Apabila salah satu atau kedua sumbu x dan y merupakan sumbu simetri
untuk bidang tertentu, maka nilai Ixy = 0.
- Berikut ini dapat dilihat tanda koordinat untuk masing-masing letak
elemen berdasarkan kuadran terhadap titik berat penampang keseluruhan
(titik O). Titik A, B, C dan D merupakan titik berat elemen tertentu yang
merupakan bagian dari luas penampang.
- Maka setelah diperoleh nilai masing-masing koordinat dan tandanya, maka
untuk menghitung momen inersia product langsung dapat dicari dengan
persamaan :
untuk menghitung momen inersia product langsung dapat dicari dengan
persamaan :
= .( . )+ .( . )+ .( . )+ .( . ) + ⋯+ .( . )

Dimana :
AA= luas elemen A
xA = koordinat sumbu X terhadap titik berat penampang O.
yA = koordinat sumbu Y terhadap titik berat penampang O.

5. Jari-jari girasi (radius of gyration) suatu luas merupakan suatu jarak yang
sering digunakan dalam mekanika. Ia didefinisikan sebagai akar kuadrat dari
momen inersia dibagi dengan luasnya sendiri yang dirumuskan :

Ix Iy
i x  rx  dan i y  ry 
At At

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 51


Topik II Momen Inersia Penampang

Dimana : ix = jari-jari girasi terhadap sumbu X (cm)


iy = jari-jari girasi terhadap sumbu Y (cm)
Ix = Momen Inersia terhadap sumbu X (cm4)
Iy = Momen Inersia terhadap sumbu Y (cm4)
At = luas total penampang (cm2)

6. Momen inersia yang berhubungan dengan sumbu utama dinamakan momen


inersia utama yang terdiri dari Momen Inersia Maksimum (Imax) dan Momen
Inersia Minimum (Imin). Sumbu-sumbu utama sebuah penampang mempunyai
ciri-ciri tertentu, yaitu :
a. Sumbu-sumbunya saling tegak lurus satu sama lain.
b. Momen inersia polar (Ixy) terhadap kedua sumbu utama
mempunya nilai nol (Ixy = 0 ).
c. Setiap sumbu merupakan sumbu utama
7. Untuk menentukan sudut putaran atau rotasi (Ө) yang membuat momen
inersia Utama (Imax dan Imin) dari suatu penampang yang tidak simetris, dapat
digunakan persamaan, berikut yaitu :
2. I
tan 2θ = −
(I − I )
8. Kemudian untuk menentukan momen inersia maksimum dan minimum,
digunakan nilai terbesar dari kedua momen inersia utama dinyatakan sebagai
Momen Inersia Maksimum (Imax), yaitu :

I +I I −I
I = + + I
2 2

Nilai terkecil dari kedua momen inersia utama dinyatakan sebagai Momen
Inersia Minimum (Imin), yaitu :

I +I I −I
I = − + I
2 2

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 52


Topik II Momen Inersia Penampang

2.8 Pertanyaan

Tentukan besarnya parameter penampang yang meliputi :


a. Momen Inersia (Ix dan Iy)
b. Momen Inersia Polar (Ip)
c. Momen Inersia Product (Ixy)
d. Jari-jari Girasi (ix , iy)
e. Sudut rotasi (Ө)
f. Momen Inersia Maksimum dan Minimum (Imax dan Imin)

Dari beberapa jenis penampang berikut ini :

1. Penampang berbentuk L seperti tergambar berikut :

10 cm

150 cm C

10 cm

100 cm

2. Penampang berbentuk T terbalik seperti tergambar berikut :

20 cm

160 cm

20 cm

100 cm

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 53


Topik II Momen Inersia Penampang

3. Penampang berbentuk profil I tidak simetris seperti tergambar berikut :


20 cm

160 cm

20 cm

160 cm

20 cm

100 cm

4. Penampang berbentuk profil Canal seperti tergambar berikut :

20 cm 20 cm

120 cm

20 cm
50 cm

160 cm

50 cm
20 cm

120 cm

2.9 Model Jawaban


Uraian jawaban dibuat dengan terstruktur serta disesuaikan dengan urutan
langkah-langkah perhitungan, sehingga diperoleh berapa nilai momen inersia seperti
yang ditanyakan, yaitu : Momen Inersia (Ix dan Iy), Momen Inersia Polar (Ip),
Momen Inersia Product (Ixy), Jari-jari Girasi (ix , iy), Sudut rotasi (Ө), Momen Inersia
Maksimum dan Minimum (Imax dan Imin) dari masing-masing tipe penampang.

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 54


Topik II Momen Inersia Penampang

Sebelum menghitung momen inersia tentunya harus terlebih dahulu dihitung titik
berat masing-masing penampang sesuai petunjuk pada topik 1.

2.10 Tindak lanjut


Apabila mahasiswa dapat menjawab atau menyelesaikan soal-soal tersebut di
atas dengan benar, maka mahasiswa/pembaca sudah menguasai materi pada topik 2
ini tentang momen inersia penampang dan mahasiswa dapat melanjutkan pada materi
berikutnya, jika belum dapat menjawab dengan benar maka mahasiswa harus
mengulang kembali materi sebelumnya.
Bandingkan jawaban anda dengan model jawaban di atas. Hitunglah
persentase jawaban benar anda. Bila jawaban benar kurang dari 80%, pelajari
kembali materi sebelumnya. Bila jawaban anda benar di atas 80%, isikan jawaban
anda pada daftar tilik di bawah ini untuk dinilai oleh dosen pengasuh.

2.11 Daftar Tilik Penampilan


Kolom jawaban diisi oleh mahasiswa. Kolom nilai dan total nilai diisi oleh
Dosen Pengasuh Mata Kuliah. Kolom nilai diisi sesuai dengan nilai yang tertera pada
kolom jawaban. Bila jawaban benar, maka Nilai = 10, dan bila jawaban salah, maka
Nilai = 0.

Jawaban
Jawaban Soal No. Nilai
Benar Salah
(1) (2) (3) (4)
1 10 0
2 10 0
3 10 0
4 10 0
Total Nilai

Untuk proses penilaian akhir pada mata kuliah ini, penilaian terhadap
mahasiswa meliputi beberapa kegiatan, yaitu :
1. Tugas bobot : 15 %
2. Quis bobot : 20 %

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 55


Topik II Momen Inersia Penampang

3. Midtes bobot : 25 %
4. Final bobot : 40 %
Selanjutnya keseluruhan nilai dijumlahkan sehingga dapat total nilai akhir
mahasiswa. Untuk menentukan kategori nilai disesuaikan dengan hasil skor yang
diperoleh, yaitu :
1. Sangat Baik A = 81 – 100
2. Baik B = 66 – 80,99
3. Cukup C = 56 – 65,99
4. Kurang D = 41 – 55,99
5. Gagal E = 0 – 40,99

Modul Mekanika Rekayasa II (Titik Berat & Momen Inersia) Hal : 56

Anda mungkin juga menyukai