TOPIK II
MOMEN INERSIA PENAMPANG
Pendahuluan
Momen inersia merupakan salah satu parameter yang digunakan pada
perhitungan kekuatan bahan atau perencanaan bangunan teknik sipil. Adapun materi
yang dibahas meliputi Momen inersia Penampang (Ix, Iy), Momen Inersia Polar
(Ip), Momen Inersia Product (Ixy), Jari-jari Inersia (ix, iy), Sudut putar penampang
(Ө), Momen Inersia Maksimum & Minimum (I maks dan I min) dari suatu
penampang yang dibahas dengan detail dan disertai contoh-contoh soal. Pada bagian
akhir bab akan disajikan soal-soal latihan.
Tujuan Khusus
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang
metode perhitungan momen inersia pada berbagai bentuk penampang, baik
penampang tunggal maupun gabungan. Dalam bab ini yang dipelajari meliputi
Momen inersia Penampang (Ix , Iy), Momen Inersia Polar (Ip), Momen Inersia
Product (Ixy), Jari-jari Inersia (ix, iy), Sudut putar pada suatu penampang (Ө),
Momen Inersia Maksimum & Minimum (I maks dan I min).
Prasyarat
Untuk topik ini mahasiswa sudah lulus Matematika Terapan & Mekanika
Rekayasa I.
Momen inersia (moment of inertia) dari sebuah luas bidang datar (lihat
Gambar 3.1) terhadap sumbu-sumbu x dan y berturut-turut didefinisikan oleh
integral-integral.
I x y 2 dA I y x 2 dA (2.1)
dimana x dan y adalah koordinat-koordinat dari elemen luas dA. Karena dA dikalikan
dengan kuadrat jarak, maka momen inersia juga disebut momen ke dua dan luas.
h/2 bh 3
I x y b dy 2
(2.2)
h / 2 12
Dengan cara yang sama, kita dapat menggunakan suatu elemen luas dA berbentuk
sebuah pita vertikal dan momen inersia yang kita peroleh terhadap sumbu y adalah :
b/2 hb 3
Iy x 2 h dx (2.3)
b / 2 12
Jika dipilih sumbu yang berbeda, maka momen inersianya akan memiliki harga yang
berbeda. Sebagai missal, marilah kita tinjau sumbu BB pada alas empat persegi
panjang di atas. Dalam kasus ini, kita definisikan y sebagai jarak dari sumbu BB ke
elemen luas dA. Maka perhitungan untuk momen inersianya berlanngsung sebagai
berikut :
b/2 bh 3
I BB y 2 b dy (2.4)
h / 2 12
Perhatikan bahwa momen inersianya terhadap sumbu BB ternyata lebih besar dari
pada terhadap sumbu titik berat x. pada umumnya, momen inersia bertambah apabila
sumbu acuannya berpindah secara sejajar menjauhi titik berat. Momen inersia ini
selalu berupa besaran positif, tak bergantung pada sumbu-sumbu yang dipilih karena
koordinat-koordinat x dan y dikuadratkan (lihat Persamaan 2.1).
Momen inersia dari suatu luas komposit terhadap suatu sumbu tertentu adalah
jumlah dari momen-momen inersia dari bagian-bagiannya terhadap sumbu yang sama.
Salah satu contohnya adalah tampang kotak berongga yang diperlihatkan dalam Gambar
2.3a.
Sumbu x adalah sebuah sumbu simetri yang melalui titik berat C. momen inersia
terhadap sumbu x sama dengan selisih antara momen inersia dari kedua empat
persegi panjang :
bh 3 b1h13
Ix (2.5)
12 12
Rumus yang sama ini berlaku pula untuk tumpang kanal dan tampang-Z yang
berturut-turut diperlihatkan dalam bagian-bagian (b) dan (c) dari gambar di atas.
Teknik yang sama dapat pula digunakan untuk memperoleh momen inersia Iy, dari
tampang kotak berongga di atas. Tetapi untuk kasus tampang kanal dan tampang-Z,
Iy, dapat lebih mudah diperoleh dengan menggunakan teorema sumbu sejajar, yang
akan diuraikan dalam bagian yang berikut. Tetapi jika bentuknya tak beraturan, kita
dapat memperoleh momen inersianya dengan metoda-metoda numerik. Prosedurnya
adalah dengan membagi luasnya ke dalam elemen-elemen luas ∆A yang kecil,
kemudian tiap-tiap elemen luas tersebut dikalikan dengan kuadrat jaraknya ke
sumbu, dan kemudian hasil kalinya dijumlahkan.
I x y d1 dA y 2 dA 2d1 y dA d12 dA
2
(2.6)
Integral pertama di ruas kanan adalah momen inersia Ixc terhadap sumbu xc; yang
kedua sama dengan nol karena sumbu xc melalui titik berat; dan yang ketiga adalah
luas A dari gambar. Oleh karena itu, persamaan di atas menjadi :
I x I xc Ad12 (2.7)
I y I yc Ad 22 (2-8)
Persamaan (2.7) dan (2.8) menyatakan teorema sumbu sejajar untuk momen inersia
yang berbunyi sebagai berikut; Momen inersia dari sebuah luas terhadap sebarang
sumbu yang terletak dalam bidang luas ini sama dengan momen inersia terhadap
sebuah sumbu titik berat yang sejajar dengannya ditambah hasil kali luas dan
kuadrat jarak antara kedua sumbu itu.
Dari teorema sumbu sejajar ini, kita lihat bahwa momen inersia ini bertambah
apabila sumbunya dipindahkan secara sejajar menjauhi titik berat. Karena itu,
momen inersia terhadap sumbu titik berat adalah momen inersia terkecil dari luas
(untuk suatu arah sumbu tertentu).
Teorema sumbu sejajar ini sangat penting untuk mendapat momen-momen
inersia, teristimewa untuk luas-luas komposit. Dalam menggunakan teorema ini, kita
harus ingat bahwa salah satu dari kedua sumbu sejajar ini adalah sumbu titik berat.
Untuk mengilustrasikannya, tinjau lagi empat persegi panjang yang diperlihatkan
dalam Gambar 2.2. Dengan mengetahui bahwa momen inersia terhadap sumbu x,
yang mana melalui titik berat, adalah sama dengan bh3/12 (lihat Persamaan 2.2), kita
dapat dengan segera menentukan momen inersia IBB terhadap alas empat persegi
panjang itu, yakni :
2
bh 3 h bh 3
I BB I x Ad 2 bh
12 2 3
Hasil ini sesuai dengan hasil yang diperoleh sebelumnya dengan cara integrasi
(Persamaan 2.4).
Jika diperlukan untuk mencari momen inersia I1, terhadap sebuah sumbu
yang bukan sumbu titik berat jika momen inersia I2 terhadap sumbu bukan titik berat
yang lainnya (yang sejajar) diketahui, maka kita harus digunakan teorema sumbu
sejajar dua kali. Pertama, kita gunakan teoremanya untuk mencari momen inersia
sumbu utama dari momen inersia I2 yang diketahui. Kemudian kita gunakan
teoremanya sekali lagi untuk mendapatkan I1 dari momen inersia sumbu titik berat.
Dalam hal sebuah luas komposit, kita dapat mencari momen inersia (terhadap
suatu sumbu tertentu) dari tiap-tiap bbagian luas dan kemudian menjumlahkan
momen-momen inersia ini untuk memperoleh I bagi seluruh luas. Sebagai missal,
tinjau tampang-Z yang diperlihatkan dalam Gambar 2.3.c dan anggaplah bahwa Iy
yang hendak dihitung. Kemudian kita dapat membagi luasnya kedalam tiga buah
empat persegi panjang, yang masing-masingnya memiliki titik berat yang dapat
ditentukan secara langsung. Momen-momen inersia dari ketiga empat persegi
panjang ini terhadap sumbu-sumbu yang melalui titik-titik berat mereka masing-
masing dan sejajar sumbu y, dapat diperoleh dari rumus umum I=bh3/12. Kemudian
kita dapat menggunakan teorema sumbu sejajar untuk menghitung momen inersia
terhadap sumbu y. Dengan menjumlahkan momen-momen inersia ini, maka kita
akhirnya memperoleh Iy untuk seluruh luas.
40 cm
120 cm
40 cm
100 cm
Penyelesaian :
Untuk menghitung Momen Inersia, maka terlebih dahulu harus dihitung letak titik
berat dari penampang tersebut.
a. Titik Berat
Penampang dibagi menjadi 2 bagian (bagian 1 dan 2), dan diberi lebel 1 dan 2.
Selanjutnya ditarik garis diagonal untuk menentukan titik berat masing-masing
bagian.
b1= 40 cm
h1=120 cm
2 h2= 40 cm
b2= 60 cm
Y
40 cm
120 cm
y1 = 60 cm
C
X 2 40 cm = 46,67 cm
y2 = 20 cm
Gariscm
statis
60 cm momen sisi
terbawah
x1= 20 cm
x2= 70 cm
= 36,67 cm
Garis statis cm
momen sisi
terkiri
b. Momen Inersia
dy1
Y
40 cm
dy2
73,33 cm
120 cm dx1
C dx2
46,67 cm X 2 40 cm = 46,67 cm
cm
Garis statis
60 cm momen sisi
terbawah
= 36,67 cm
cm
36,67 cm 63,33 cm
Garis statis
momen sisi
terkiri
dx
dx1 = 73,33 – 60 = 13,33 cm
dx2 = 46,67 – 20 = 26,67 cm
dy1 = 36,67 – 20 = 16,67 cm
dy2 = 63,33 – 30 = 33,33 cm dy
I = .b .h + A .d
I = .b .h + A .d
I = .h .b + A .d
I = .h .b + A .d
I p 2 dA (2.9)
Dengan adalah jarak dari titik O ke elemen luas dA (lihat Gambar 2.5). Karena
2= x2 + y2, dimana x dan y adalah koordinat-koordinat tegak lurus dari elemen dA,
maka kita peroleh pernyataan berikut untuk Ip :
I p 2 dA x 2 y 2 dA
Oleh karena itu, kita peroleh
I p Ix Iy (2.10)
I po I x I y I pc I xc I yc (a)
(lihat Persamaan C-11). Berikut, marilah kita perkenankan teorema sumbu sejajar
yang diturunkan dalam Bagian C.4 (lihat Persamaan C-9) :
I x I xc Ad12 I y yc Ad 22 (b)
I x I y I xc I yc A d12 d 22 (c)
I po I pc Ad 2 (2.11)
Persamaan ini menyatakan teorema sumbu sejajar untuk momen inersia polar yang
berbunyi : Momen inersia polar dari suatu luas terhadap sebarang titik O dalam
bidangnya sama dengan momen inersia polar terhadap titik berat C ditambah
dengan hasil kali luasnya dan kuadrat jarak antara titik O dan C.
Hitunglah Momen Inersia Polar (Ip) dari sebuah penampang seperti tergambar
berikut ini.
40 cm
120 cm
40 cm
100 cm
Penyelesaian :
Soal ini sama seperti Contoh 2.1. Untuk menghitung Momen Inersia (Ix dan Iy)
dapat dilihat pada penyelesaian Contoh soal 2.1, yaitu :
I = .b .h + A .d
I = .b .h + A .d
I = .h .b + A .d
I = .h .b + A .d
Gambar 2.6 Bidang datar A dengan titik berat C untuk Inersia Product
I xy xy dA (2.12)
Dari definisi ini kita lihat bahwa setiap elemen luas dA dikalikan dengan hasil kali
dari koordinat-koordinatnya. Sebagai akibatnya, hasilkali inersia ini dapat berharga
positif, negatif atau nol, bergantung pada kedudukan sumbu-sumbu xy terhadap luas.
Jika luas ini seluruhnya terletak dalam kuadran pertama (seperti dalam Gambar 2.6),
maka momen inersia productnya berharga positif karena setiap elemen luas dA
memiliki koordinat-koordinat x dan y yang positif. Jika seluruh luas terletak di
kuadran kedua, maka momen inersia product ini negatif karena setiap elemen
luasnya memiliki koordinat y yang positif sedangkan koordinat x-nya negatif. Begitu
pula luas-luas yang seluruhnya terletak di kuadran ketiga dan keempat berturut-turut
memiliki momen inersia product positif dan negatif. Apabila luasnya terletak lebih
daripada satu kuadran, maka tanda ari hasilkali inersia bergantung pada distribusi
luas dalam kuadran tersebut.
Momen inersia product dari suatu luas terhadap suatu himpunan sumbu-
sumbu sejajar saling berhubungan melalui suatu teorema yang bersangkutan untuk
momen-momen inersia dan momen-momen inersia polar. Untuk memperoleh
teorema ini, marilah kita tinjau kembali luas yang diperlihatkan dalam Gambar 2.4
dan baiklah kita nyatakan Ixcyc sebagai hasilkali inersia terhadap sumbu-sumbu
lainnya, yang sejajar sumbu-sumbu xcyc adalah :
Ixy = x d y d dA
2 1
= xy dA d x dA d y dA d d dA
1 2 1 2
(2.13a)
I xy I xcyc Ad 1 d 2 (2.13b)
Persamaan ini menyatakan teorema sumbu sejajar untuk momen inersia product
yang berbunyi sebagai berikut: Momen inersia product dari suatu luas terhadap
sebarang pasangan sumbu dalam bidangnya sama dengan momen inersia product
terhadap sumbu-sumbu utama yang sejajar dengan pasangan sumbu di atas
ditambah dengan hasilkali luasnya dan koordinat-koordinat dari titik beratnya
terhadap pasangan sumbu ini.
h b
d1 d2
2 2
h b b h
2 2
I xy I xcyc Ad1d 2 0 bh (a)
2 2 4
Momen inersia product ini positif karena seluruh luas terletak dalam kuadran
pertama. Jika sumbu-sumbu xy disegserkan secara horizontal sedemikian rupa
sehingga titik asal berpindah ke titik B pada titik sudut sebelah kanan yang terbawah
dari tempat persegi panjang (Gambar 2.7), maka seluruh luas sekarang terletak di
kuadran kedua hasilkali inersianya menjadi –b2h2/4.
- Momen inersia product (Ixy) dapat bertanda positif (+) atau negatif (-),
tergantung letak titik berat bagian terhadap titik acuan berada di kuadran
berapa pada sistem koordinat kartesius.
- Apabila salah satu atau kedua sumbu x dan y merupakan sumbu simetri untuk
bidang tertentu, maka nilai Ixy = 0.
- Berikut ini dapat dilihat tanda koordinat untuk masing-masing letak elemen
berdasarkan kuadran terhadap titik berat penampang keseluruhan (titik O).
Titik A, B, C dan D merupakan titik berat elemen tertentu yang merupakan
bagian dari luas penampang.
Sb. Y (+)
B (X (-) ; Y (+))
A (X (+) ; Y (+))
D (X (+) ; Y (-))
C (X (-) ; Y (-))
Sb. Y (-)
Gambar 2.8 Koorninat untuk Inersia Product (Ixy)
Maka setelah diperoleh nilai masing-masing koordinat dan tandanya, maka untuk
menghitung momen inersia product langsung dapat dicari dengan persamaan :
= .( . )+ .( . )+ .( . )+ .( . ) + ⋯+ .( . )
(2.14)
Dimana :
AA= luas elemen A
xA = koordinat sumbu X terhadap titik berat penampang O.
yA = koordinat sumbu Y terhadap titik berat penampang O.
120 cm
40 cm
100 cm
Penyelesaian :
Untuk menghitung Momen Inersia Product (Ixy) dari penampang tersebut di atas,
maka terlebih dahulu harus dihitung letak titik berat dari penampang tersebut beserta
koordinat masing-masing elemen.
a. Titik Berat
Untuk Perhitungan titik berat dapat dilihat pada Contoh Soal 1.1 atau Soal 2.1.
Luas masing-masing elemen :
A1 = b1.h1 = 40 x 120 = 4800 cm2
A2 = b2.h2 = 60 x 40 = 2400 cm2
AT = A1 + A2 = 4800 + 2400 cm2 = 7200 cm2
Selanjutnya ditentukan titik acuan masing-masing sumbu untuk perhitungan
statis momen. Untuk nilai x diambil dari sisi terkiri, untuk nilai y diambil dari
sisi terbawah, serta ditentukan masing-masing jarak elemen terhadap titik
acuan.
Berdasarkan Contoh Soal 1.1, diperoleh titik berat yaitu :
Maka titik berat dari penampang tersebut di atas adalah :
Pada Arah sumbu X :
̅ = 36,67 ( )
Pada Arah sumbu Y :
= 46,67 ( ℎ)
dy2
73,33 cm
120 cm dx1
C dx2
46,67 cm X 2 40 cm = 46,67 cm
cm
Garis statis
60 cm momen sisi
terbawah
= 36,67 cm
cm
36,67 cm 63,33 cm
Y
Garis statis
momen sisi
{dy1(-) ; dx1(+)} 1
terkiri
= .( . )+ .( . )
= (−1066613,28) + (−2133386,64)
=− ,
Ix Iy
i x rx dan i y ry (2.15)
At At
Kita dapat memandang jari-jari girasi dari suatu luas sebagai jarak dari sumbu pada
mana seluruh luas dapat dikonsentrasikan dan tetap memiliki momen inersia yang
sama seperti luas semula.
120 cm
40 cm
100 cm
Penyelesaian :
Untuk menghitung Jari-jari girasi (ix dan iy) dari penampang tersebut di atas, maka
terlebih dahulu harus dihitung Luas elemen serta Momen Inersia dari penampang
tersebut.
b1= 40 cm
h1=120 cm
2 h2= 40 cm
b2= 60 cm
I = .b .h + A .d
I = .b .h + A .d
I = .h .b + A .d
I = .h .b + A .d
Sehingga Jari-jari girasi (ix dan iy) dari penampang di atas adalah :
I 8639400,08 cm
i = = = 1199,917 = 34,64 cm
A 7200 cm
I , cm
i = = = 744,44 = 27,28 cm
A 7200 cm
(a). Persegi panjang (b). Profil Canal (c). Profil Siku sama kaki
panjang
I x y 2 dA I y x 2 dA I xy xy dA (a)
dimana x dan y adalah koordinat-koordinat dari elemen luas dA. Sumbu-sumbu x1y1
bertitik pangkal yang sama tetapi mereka dirotasikan berlawanan perputaran jarum
jam sebesar sudut terhadap sumbu-sumbu xy. Momen-momen dan hasilkali-
hasilkali inersianya terhadap sumbu-sumbu x1 y1 kita nyatakan berturut-turut dengan
Ix1, Iy1, dan Ix1y1. Untuk memperoleh besaran-besaran ini, kita perlu koordinat-
koordinat x1 dan y1 dari elemen dA. Koordinat-koordinat dapat dinyatakan dalam
koordinat-koordinat xy an sudut sebagai berikut :
y dA y cos x sin dA
2 2
Ix1 = 1
cos 2
1
1 cos 2 sin 2
1
1 cos 2
2 2
Ix Iy Ix Iy
I xi cos 2 I xy sin 2 (2.16)
2 2
Dengan cara yang sama, kita dapat memperoleh momen inersia polar terhadap
sumbu-sumbu x1 y1 :
Ix Iy
I x1 y1 sin 2 I xy cos 2 (2.17)
2
Jadi, persamaan (2.17) memberikan momen inersia Ix1 dan momen inersia polar Ix1y1
terhadap sumbu-sumbu yang dirotasikan dinyatakan dalam momen-momen dan
momen inersia polar dari sumbu-sumbu semula. Persamaan-persamaan ini disebut
persamaan-persamaan transformasi untuk momen-momen dan hasil kali momen
inersia.
Ix Iy Ix Iy
cos 2 I xy sin 2 0 (a)
2 2
(I − I )
cos 2θ = (2.19. a)
2. R
(I )
sin 2θ = (2.19. b)
R
Dimana :
I −I
R = + I (2.20)
2
Dalam menghitung nilai R, selalu digunakan nilai akar kuadrat positif. Kemudian
apabila persamaan (2.19a) dan (2.19b) disubtitusikan ke persamaan (2.16), maka
nilai terbesar dari kedua momen inersia utama dinyatakan sebagai Momen Inersia
Maksimum (Imax), yaitu :
I +I I −I
I = + + I (2.21)
2 2
Nilai terkecil dari kedua momen inersia utama dinyatakan sebagai Momen Inersia
Minimum (Imin), yaitu :
I +I I −I
I = − + I (2.22)
2 2
120 cm
40 cm
100 cm
Penyelesaian :
Untuk menghitung besarnya sudut putar (Ө) serta nilai momen inersia maksimum
(Imax) dan momen inersia minimum (Imin) dari penampang tersebut di atas, maka
terlebih dahulu harus dihitung titik berat dan Momen Inersia terhadap sumbu x dan y
serta momen inersia product (Ix, Iy dan Ixy) dari penampang tersebut (lihat kembali
penyelesaian Contoh Soal 2.1, Contoh Soal 2.2 dan 2.3 pada sub-bab sebelumnya).
I = .b .h + A .d
I = .b .h + A .d
I = .h .b + A .d
I = .h .b + A .d
dy1
Y
40 cm
dy2
73,33 cm
120 cm dx1
C dx2
46,67 cm X 2 40 cm = 46,67 cm
cm
60 cm
= 36,67 cm
cm
36,67 cm 63,33 cm
= .( . )+ .( . )
= (−1066613,28) + (−2133386,64)
=− ,
2. I
tan 2θ = −
(I − I )
2. (−3199999,92)
tan 2θ = −
(8639400,08 − 5360000,08)
(6399999,84)
tan 2θ = − = 1,95
(3279400)
2. Ө = arc tan(1,95) = tan (1,95) = 62,85°
62,85°
Ө= = 31,425°
2
I +I I −I
I = + + I
2 2
I +I 8639400,08 + 5360000,08
nilai ∶ = = 6999700.08 cm
2 2
I −I 8639400,08 − 5360000,08
nilai ∶ = = 1639700 cm
2 2
Maka :
I = (6999700.08 ) + (3595638,41)
= ,
I +I I −I
I = − + I
2 2
I +I 8639400,08 + 5360000,08
nilai ∶ = = 6999700.08 cm
2 2
I −I 8639400,08 − 5360000,08
nilai ∶ = = 1639700 cm
2 2
Maka :
I = (6999700.08 ) − (3595638,41)
= ,
2.7 Rangkuman
Berdasarkan uraian topik 2 diatas tentang momen inersia dapat diambil
rangkuman sebagai berikut :
1. Momen inersia (moment of inertia) dari sebuah luas bidang datar terhadap
sumbu-sumbu x dan y berturut-turut didefinisikan oleh integral-integral.
I x y 2 dA I y x 2 dA
2. Integral pertama di ruas kanan adalah momen inersia Ixc terhadap sumbu xc;
yang kedua sama dengan nol karena sumbu xc melalui titik berat; dan yang
ketiga adalah luas A dari gambar. Oleh karena itu, persamaan diatas menjadi :
I x I xc Ad12
I y I yc Ad 22
3. Momen inersia terhadap sumbu tertentu yang mempunyai sudut rotasi disebut
momen inersia kutub (polar) Ip dan didefinisikan sebagai berikut :
I p 2 dA x 2 y 2 dA atau I p I x I y
I po I pc Ad 2
Persamaan ini menyatakan teorema sumbu sejajar untuk momen inersia polar
yang berbunyi : Momen inersia polar dari suatu luas terhadap sebarang titik
O dalam bidangnya sama dengan momen inersia polar terhadap titik berat C
ditambah dengan hasil kali luasnya dan kuadrat jarak antara titik O dan C.
Dimana :
AA= luas elemen A
xA = koordinat sumbu X terhadap titik berat penampang O.
yA = koordinat sumbu Y terhadap titik berat penampang O.
5. Jari-jari girasi (radius of gyration) suatu luas merupakan suatu jarak yang
sering digunakan dalam mekanika. Ia didefinisikan sebagai akar kuadrat dari
momen inersia dibagi dengan luasnya sendiri yang dirumuskan :
Ix Iy
i x rx dan i y ry
At At
I +I I −I
I = + + I
2 2
Nilai terkecil dari kedua momen inersia utama dinyatakan sebagai Momen
Inersia Minimum (Imin), yaitu :
I +I I −I
I = − + I
2 2
2.8 Pertanyaan
10 cm
150 cm C
10 cm
100 cm
20 cm
160 cm
20 cm
100 cm
160 cm
20 cm
160 cm
20 cm
100 cm
20 cm 20 cm
120 cm
20 cm
50 cm
160 cm
50 cm
20 cm
120 cm
Sebelum menghitung momen inersia tentunya harus terlebih dahulu dihitung titik
berat masing-masing penampang sesuai petunjuk pada topik 1.
Jawaban
Jawaban Soal No. Nilai
Benar Salah
(1) (2) (3) (4)
1 10 0
2 10 0
3 10 0
4 10 0
Total Nilai
Untuk proses penilaian akhir pada mata kuliah ini, penilaian terhadap
mahasiswa meliputi beberapa kegiatan, yaitu :
1. Tugas bobot : 15 %
2. Quis bobot : 20 %
3. Midtes bobot : 25 %
4. Final bobot : 40 %
Selanjutnya keseluruhan nilai dijumlahkan sehingga dapat total nilai akhir
mahasiswa. Untuk menentukan kategori nilai disesuaikan dengan hasil skor yang
diperoleh, yaitu :
1. Sangat Baik A = 81 – 100
2. Baik B = 66 – 80,99
3. Cukup C = 56 – 65,99
4. Kurang D = 41 – 55,99
5. Gagal E = 0 – 40,99