Anda di halaman 1dari 5

Senja Teduh dan Tiga Belas Catatan di Papan Tulis

Seperti pagi, teduh jatuh di ruang kelas


Abu-abu di ubin menjadi rona pipi
Nadir,
Bocah-bocah mengejar angin

Di tubuhku tiga belas penari menabuh gemuruh


Seorang memantik api
Seorang meredam arah cahaya
Dua senja melukis gerimis
Sepasang manyar meniup gelombang
Tujuh membaca warna langit

Di bangku panjang
Anak-anak tertidur tanpa mimpi
Di papan tulis,
Ibu guru menggambar dua gunung,
jalan setapak, satu matahari, dua ekor burung
awan bulat, dan rumah tua di tengah sawah

Di Senin pagi
Senja menjelma tubuh hujan,
hujan menyimpan petasan
pulas,
bocah-bocah memainkan genangan air di kepala

Dunia berlari sekencang musafir


Layar turun menutup lakon satir
Di tubuhku, tiga belas pemain opera kehilangan panggung
Di tubuhku, penari jalang melepas burung-burung

Teduh jatuh di halaman


tiga belas cahaya memendar
Di bangku panjang puluhan mata berbinar
Di dadanya bara membakar nanar
Bocah-bocah menyulut belasan kembang api
Ah, langit penuh biru
Di papan tulis, ibu guru menggaris pelangi

November 2019
untuk para penyemai akar rumput
Hujan Hilang di Halaman
Hujan hilang di halaman
Bulan kelam memburu rindu
Lelaki tua kehilangan sajak
Akar sunyi kembali menyanyikan satire

Ini pertengahan musim


Cuaca melemah,
Setengah malam jatuh di pangkuanmu
Sebagian menyusu di tubuhku

Hujan hilang di halaman


Rinai mengeras di tanah
Kita hanya punya sisa hujan deras di kepala
Simpan!
Kemarau panjang membakar rumput hingga matamu

Hilang arah,
Angin membawaku ke tenggara
Di sini aku menjadi pohon jati
Memintal hujan, menisik angin

Mencatat Kemarau, 2019


Sepotong Puisi dan Thermodinamika
Aku menanam tiga potong puisi
di kebun belakang rumahmu
tak pandai menakar cuaca
satu puisiku mati di dua hari pertama

Di pekat senja,
jingga hilang tiba-tiba
dua puisiku diam-diam tumbuh di tubuhmu
rumus rumit menjelma akar rumput

Nyanyi sunyi akordion


bermain cahaya
di atas kepalamu,
Ini romansa, cukup satu bait

Hari hilang dingin,


Penghujan samarkan batas musim
Aku menemukan dua lelaki di tubuhmu
seorang melepas sauh
seorang menahan ombak

Karangasem, Juli- November 2019


BIODATA

Ida Ayu Wayan Sugiantari lahir di Karangasem pada 29 April


1983. Mencoba menulis puisi sejak tahun 1998 ketika duduk di
bangku SMP. Pada tahun 1999-2001 saat mengenyan bangku SMA
karya-karyanya sering dimuat pada halaman 11 Bali Post Minggu.
Pada tahun 2003 menamatkan pendidikan DII pada program
studi PGSD IKIP Negeri Singaraja, lalu diangkat menjadi guru negeri
di SDN 1 Culik pada tahun yang sama lalu 3 tahun kemudian dimutasi ke SDN 1 Manggis.
Setelah 11 tahun mengajar di SDN 1 Manggis, pada April 2017 hingga sekarang penulis
diberikan tugas tambahan sebagai kepala sekolah di Satuan Pendidikan SDN 1 Selumbung.
Penulis menyelesaikan pendidikan strata satu di Universitas Dwijendra pada tahun
2008, dan menyelesaikan studi Pasca Sarjana (S2) Pendidikan Dasar, di Universitas
Pendidikan Ganesha (Undiksha) pada Agustus 2019.
Scanned with CamScanner

Anda mungkin juga menyukai