Anda di halaman 1dari 24

Tugas : 3

Survey dan Pemetaan-12

SURVEY GLOBAL SATELLITE NAVIGATION


SYSTEM (GNSS)
Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Survey dan
Pemetaan

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Khaira Khirnica (1904107010009)
Nurul Akmalia (1904107010013)
Adinda Wulan Dari (1904107010023)
Muhammad Al Faiz (1904107010030)
Kamal Azhari Abdi (1904107010035)
Alvin Fauzan Murtadha (1904107010043)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dengan judul “Survey
Global Satellite Navigation System (GNSS)”. Tugas ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah Survey dan Pemetaan. Semoga
dengan tersusunnya tugas ini dapat berguna bagi kami dalam memenuhi salah satu
syarat tugas diperkuliahan. Tugas ini diharapkan dapat bermanfaat dengan efisien
dalam proses perkuliahan. Kami ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen
yang telah memberikan bimbingan yang baik dalam proses penulisan laporan serta
memberikan arahan yang baik dalam memberikan pengajaran survey dan
pemetaan ini dan juga telah memberikan tugas ini hingga pada akhirnya dapat
diselesaikan dengan cukup baik.
Kami menyadari bahwa tentunya masih sangat banyak kesalahan serta
kekurangan dalam tugas ini. Oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan saran
agar tugas ini dapat menjadi lebih baik. Demikianlah kata pengantar dan kami
berharap semoga tugas ini dapat digunakan sebagaimana semestinya.

Banda Aceh, 23 Desember 2020

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 5
1.4 Manfaat ................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 6
2.1 Survey Global Satellite Navigation System (GNSS) ............................ 6
2.2 Sejarah Survey Global Satellite Navigation System (GNSS) ............. 6
2.3 Prinsip Dasar Survey Global Satellite Navigation System ................. 7
2.4 Perkembangan Teknologi Bidang Survey Global Satellite Navigation
System (GNSS) ................................................................................................... 8
2.5 Metode-Metode dalam Pengukuran Survey Global Navigation
Satelite System (GNSS) ................................................................................... 12
BAB III ................................................................................................................. 23
PENUTUP ............................................................................................................ 23
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


GNSS (Global Satellite Navigation System) merupakan suatu istilah yang
digunakan untuk mencakup seluruh sistem satelit navigasi global yang sudah
beroperasi ataupun sedang dalam perencanaan. Sistem navigasi satelit global ini
beberapa diantaranya yaitu GPS, GLONASS, dan BeiDou. Hi Target V30 adalah
salah satu receiver GNSS yang mampu menangkap sinyal satelit GPS, GLONASS
dan BeiDou, dengan semakin banyaknya sinyal satelit yang dapat diterima
diharapkan dapat meningkatkan akurasi dari penentuan posisi. Survey GNSS atau
dikenal dengan GPS merupakan sistem navigasi satelit yang memberikan
informasi lokasi dan waktu di segala tempat di permukaan bumi dengan syarat
masih menerima sinyal GPS. Sinyal elektromagnetik yang dipancarkan oleh GPS
diterima oleh receiver untuk diolah menjadi informasi posisi.
Teknologi GPS hal yang sudah biasa dalam kehidupan kita saat ini. Dengan
memanfaatkan GPS, kita dapat mengetahui informasi posisi di permukaan bumi.
GPS merupakan sistem navigasi satelit yang memberikan informasi lokasi dan
waktu di segala tempat di permukaan bumi dengan syarat masih menerima sinyal
GPS. Sinyal elektromagnetik yang dipancarkan oleh GPS diterima oleh receiver
untuk diolah menjadi informasi posisi. Perkembangan GPS memacu negara lain
untuk membentuk sistem navigasi serupa.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut,
1. Apa itu survey Global Satellite Navigation System (GNSS)?
2. Bagaimana sejarah dari survey Global Satellite Navigation System
(GNSS)?
3. Apa saja prinsip dari survey Global Satellite Navigation System (GNSS)?
4. Bagaimana perkembangan teknologi bidang survey GNSS?
5. Metode-metode apa saja yang ada dalam pengukuran GNSS?

4
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang dapat diambil dari penulisan adalah sebagai berikut,
1. Mengetahui apa itu survey Global Satellite Navigation System (GNSS).
2. Mengetahui bagaimana sejarah survey Global Satellite Navigation System
(GNSS).
3. Mengetahui prinsip dasar dari survey Global Satellite Navigation System
(GNSS).
4. Mengetahui perkembangan teknologi bidang survey Global Satellite
Navigation System (GNSS).
5. Mengetahui metode-metode apa saja yang ada dalam pengukuran survey
Global Satellite Navigation System (GNSS).

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari penulisan ini adalah penulis dan pembaca
dapat mengetahui lebih dalam tentang survey GNSS. Baik apa itu survey GNSS,
sejarahnya, prinsip dasar, perkembangan maupun metode-metode yang ada dalam
survey GNSS. Manfaat dari penulisan ini diharapkan bisa menambah wawasan
pembaca seputar survey GNSS.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Survey Global Satellite Navigation System (GNSS)


GNSS merupakan singkatan dari Global Navigation Satellite System.
Teknologi ini merupakan pengembangan sistem navigasi berbasiskan satelit.
Sedangkan GPS merupakan singkatan dari Global Positioning System yang
merupakan jenis satelit GNSS yang dimiliki oleh Amerika Serikat. Sistem ini
dapat memerikan informasi mengenai posisi tiga dimensi dan ditambah dengan
informasi waktu. Tidak terbatas oleh kedua hal tersebut, penggunaan teknologi
GNSS dapat digunakan untuk mengetahui keadaan meteorologi (troposfer dan
ionosfer), deformasi, dan banyak hal turunan lainnya.

2.2 Sejarah Survey Global Satellite Navigation System (GNSS)

Seiring berkembangnya jaman, semakin banyak pula jenis satelit yang


diluncurkan oleh berbagai negara. Oleh karena itu, istilah GPS saat ini digantikan
dengan GNSS.jenis satelit yang menggunakan sistem itu sejauh ini ada beberapa
satelit global untuk sistem navigasi ini seperti GPS yang sempat kita bahas tadi,
lalu ada Glonass milik Rusia, dan satelit Galileo milik Eropa.
Dalam perkembangannya, sistem navigasi tidak hanya GPS saja namun
terdapat satelit lain seperti GLONNASS (Rusia), GALILEO (Uni Eropa), IRNSS
(India), BeiDou (Cina), dan QZNSS (Jepang). Perkembangan ini menyebabkan
berbagai sistem navigasi satelit yang telah dikembangkan diusulkan untuk dapat
bekerja secara bersama dan membentuk sistem navigasi global yang disebut
GNSS. Dengan konstelasi satelit dari sistem global ini, kapanpun dan dimanapun
dilakukan akuisisi data maka tidak dikhawatirkan lagi ketersediaan satelit. Pada
umumnya receiver yang telah menerima konstelasi dua atau lebih konstelasi
satelit misalnya GNSS/GLONASS pada waktu bersamaan adalah receiver tipe
mapping dan geodetic.
Dengan segala manfaat yang didapatkan oleh teknologi ini, GPS/GNSS
digunakan utuk berbagai keperluan. Dalam bidang teristris, GPS/GNSS

6
dimanfaatkan untuk pengukuran Bench Mark. Titik ini digunakan sebagai titik
kontrol pemetaan dan tentunya membutuhkan hasil koordinat posisi secara teliti
dan akurat. Pada survey udara, GPS GNSS juga mendukung akuisisi GCP
maupun ICP sebagai titik acuan georeferensi foto agar foto memiliki sistem
koordinat yang sama di lapangan. Selain itu, teknologi ini juga dapat
dimanfaatkan untuk pengukuran volume, batas persil, dan monitoring terjadinya
pergerakan pada suatu infrastruktur seperti tanggul, jembatan dan lain sebagainya.
Teknologi ini menawarkan hasil koordinat yang akurat dan presisi untuk
menunjang berbagai kegiatan survey dan pemetaan. Dengan ketersediaan alat dan
sumber daya yang mumpuni tentu menjadi salah satu syarat keberhasilan kegiatan
survey dan pemetaan tersebut.
Dulu, orang-orang sering memakai istilah GPS dikarenakan satelit keluaran
Amerika tersebut merupakan pelopor dalam bidang ini. Hingga akhirnya di saat
berbagai satelit navigasi lainnya diluncurkan, istilah GNSS dijadikan nama resmi
untuk sistem navigasi berbasiskan satelit ini. GPS yang memiliki nama resmi
Navstar GPS sendiri mulai diluncurkan di tahun 1973 oleh Departemen
Pertahanan Amerika Serikat dan mulai dipakai secara luas untuk kepentingan
umum di tahun 1995.
Selain, GPS ada juga Satelit GLONASS yang diluncurkan oleh Pemerintah
Rusia pertama kali pada tahun 1982, lalu ada satelit Galileo yang diluncurkan Uni
Eropa melalui European GNSS Agency (EGS) pertama kali di tahun 2011.

2.3 Prinsip Dasar Survey Global Satellite Navigation System

GNSS yang paling dikenal saat ini adalah global positioning system (GPS).
semua sistem dalam hal ini GPS, Galileo dan juga Kompas memiliki cara kerja
yang hampir sama sehingga deskripsi cara kerja GPS berikut untuk mengetahui
prinsip kerja dari GNSS
GPS dapat dibagi menjadi tiga wilayah yaitu ground segmen, space admin dan
user segment.
1. Ground segmen atau segmen control digunakan untuk mengupload data
ke satelit untuk sinkronisasi waktu di seluruh konstelasi satelit dan untuk
melacak satelit di orbit dan penentuan jam

7
2. Spesimen atau segmen antariksa terdiri dari satelit satelit GPS di 6 orbit
yang direncanakan titik 24 satelit membuat konsentrasi penuh meskipun
saat ini tersedia 32 satelit dalam pelayanan, 2 dari yang telah dinyatakan
tidak dapat digunakan sampai pemberitahuan lebih lanjut. Kode satelit
digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan satelit tersebut di orbit.
3. Segmen pengguna terdiri dari penerima dan antena yang terhubung
digunakan untuk menerima dan membaca sandi decode sinyal untuk
memberikan informasi waktu, posisi dan navigasi

2.4 Perkembangan Teknologi Bidang Survey Global Satellite


Navigation System (GNSS)

Selama 30 tahun terakhir,GNSS sudah menjadi instrumen penentuan posisi


untuk berbagai macam aplikasi. Memang harus diakui, masih ada beberapa kasus
dimana ketelitian posisi secara relatif masih digunakan sehingga pengamatan
menggunakan alat pengukuran posisi optikal masih digunakan, seperti total station
atau sipat data/ waterpass. Akan tetapi meskipun kita menggunakan instumen
optikal, kita tetap memerlukan GNSS untuk menentukan control point. Sekitar
satu dekade yang lalu, kita hanya mengenal dua tipe sistem GNSS. Pertama
adalah sistem RTK yang saat itu paling canggih serta mahal dan yang kedua
adalah GNSS tipe handheld. Perbedaan antara kedua tipe ini adalah ketelitiannya,
RTK dengan ketelitian centimeter dan handheld dengan ketelitian meter. Sistem
RTK yang canggih saat itu memiliki antena yang besar dan terintegrasi dengan
receiver dan kontroler terpisah yang kita pasangkan pada tongkat survey kita.
Sementara GNSS tipe handheld memiliki antenna kecil, receiver, dan kontroler
yang terintegrasi menjadi satu unit.

 Aplikasi survey GNSS


Semua sistem yang disebutkan diatas masih dipakai hingga saat ini. Sistem
RTK saat ini masih terlihat sama tetapi dengan hargayang lebih murah. Dulu
konfigurasi standar GNSS adalah dengan menggunakan minimal dua unit yang
masing-masing unit terhubung dengan koneksi radio. Hampir semua merk
receiver GNSS saat ini menawarkan alternatif lain dalam konfigurasi receiver

8
GNSS. Alternatif lain dalam komunikasi data GNSS saat ini adalah dengan
menggunakan internet. Dari pada menjual satu unit sama yang digunakan sebagai
base, kebanyakan produsen receiver sekarang menawarkan sebuah receiver yang
mampu mengirim dan menerima koreksi dari jaringan kerangka kontrol posisi.

Gambar 1. Jaringan kerangka kontrol posisi yang terinstall diberbagai tempat (CORS).

Perkembangan teknologi receiver GNSS yang penting lainnya adalah


terintegrasinya gelembung elektronik pada receiver GNSS. Dimana pada zaman
dulu gelembung yang ada di setiap tongkat survey harus persis ditengah untuk
memastikan receiver GNSS berada di posisi dan elevasi yang tepat. Akan tetapi,
receiver GNSS saat ini telah mengintegrasikan sensor untuk mengukur pitch and
roll seperti yang ada pada smartphone. Dengan menggunakan data pitch and roll
dari sensor, kita dapat mengoreksi posisi antenna terhadap permukaan tanah
hingga kemiringan 30 derajat. Berdasarkan informasi dari sensor tersebut kita
dapat memegang tongkat survey kita sedikit miring dan tetap mendapatkan posisi
dan tinggi yang tepat. Hal ini tidak hanya meningkatkan akurasi, tetapi juga
membantu surveyor ketika mengukur area yang sulit diakses. Dengan
memanfaatkan koreksi sistem satelit dan perangkat lunak untuk melakukan post
processing, tipe receiver saat ini mampu menerima koreksi RTK sudah menjadi
standard, sehingga setiap receiver GNSS saat ini sudah mampu mengambil data
dengan tingkat ketelitian centimeter. Selain itu, receiver GNSS saat ini sudah
tidak lagi memiliki kontroler yang terintegrasi melainkan menggunakan koneksi
via bluetooth untuk terhubung dengan perangkat berbasis Android.

9
Gambar 2. Receiver RTK yangmemiliki tilt sensor untuksurvey topografi (Sino GNSS

T300 Plus)

Sebagai tambahan, saat ini juga sudah ada receiver RTK berbentuk kotak kecil
berwarna hitam yang didesain khusus untuk dipasang pada UAV. Kebanyakan
dari receiver tipe ini sudah memiliki kapasitas penyimpanan data yang besar untuk
menyimpan data mentah untuk keperluan post processing, sehingga dapat
memberikan posisi yang lebih akurat.

 Konstelasi Satelit GNSS


Sekitar sepuluh tahun yang lalu, sistem satelit GNSS sangat sederhana,
hanya ada GPS milik Amerika dan Glonass milik Rusia. Pada waktu yang sama,
system satelit GNSS lain muncul dan menjadi bahan perbincangan, yaitu Galileo
milik Eropa. Meskipun Galileo belum beroperasi secara penuh, dengan menerima
sinyal dari Galileo sudah dapat meningkatkan kualitas posisi. Kemudian sistem
satelit GNSS yang paling terbaru muncul adalah Beidou milik China. Awalnya
peruntukan system satelit ini hanya untuk system satelit regional. Tetapi China
segera mengubahnya sehingga dapat digunakan secara global dengan 23 satelit
yang sudah mengorbit bumi dan sudah beroperasi penuh di wilayah Asia. Untuk
pengguna receiver GNSS yang berada di Asia, memastikan bahwa receiver GNSS
nya sudah menerima sinyal Beidou akan sangat meningkatkan kualitas data yang
diperoleh.

 Perkembangan Sistem
Bukan hanya bertambahnya jumlah sistem satelit GNSS dari 2 menjadi 4
sistem, perkembangan sistem juga menjadi hal yang perlu diperhitungkan. Pada
24 Desember 2018, Satelit GPS-III mampu memancarkan sinyal baru untuk

10
meningkatkan akurasi posisi. Dimana sepuluh tahun yang lalu receiver dengan 80
channel sudah dianggap sangat canggih, saat ini receiver memerlukan lebih dari
500 channel agar secara optimal dapat mendukung penerimaan sinyal dari
keempat sistem satelit GNSS. Hal ini dikarenakan satu sinyal dari satu frekuensi
pada satu satelit di satu sistem GNSS membutuhkan satu channel pada receiver
GNSS, dan setiap sistem satelit GNSS memiliki 25 sampai 30 satelit di luar
angkasa, dan setiap satelit tersebut mengirim 2 sampai 3 sinyal pada 3 frekuensi
yang berbeda.

 Sinyal Koreksi dan Akurasi


Hanya menerima sinyal dari keempat sistem GNSS tidak dapat
memberikan akurasi yang dibutuhkan oleh pengguna profesional. Penentuan
posisi standar dari salah satu dari empat GNSS saja (atau gabungan) berada pada
ketelitian meter. Namun, untuk pekerjaan saat ini diperlukan ketelitian hingga
centimeter. Untuk mencapai akurasi yang lebih tinggi ini, sinyal koreksi
diperlukan. Jenis sinyal koreksi yang paling umum adalah SBAS free-to-air
seperti WAAS Amerika atau EGNOS Eropa. Sinyal-sinyal ini disiarkan di banyak
bagian dunia dari berbagai sistem SBAS sehingga dapat diterima oleh semua
receiver GNSS, baik receiver GNSS tipe geodetik atau receiver di dalam
smartphone. Koreksi SBAS memungkinkan untuk mencapai akurasi sekitar satu
meter. Untuk yang memerlukan akurasi lebih baik lagi, koreksi yang biasa
digunakan adalah koreksi Real Time Kinematic (RTK). Semua receiver RTK
sudah dapat menerima sinyal koreksi dari GPS dan Glonass, dan beberapa
produsen GPS sudah berusaha untuk menambahkan Galileo dan Beidou kedalam
solusi RTK di receivernya. Tetapi, hanya dengan menggunakan dua konstelasi
satelit akurasi yang didapatkan sudah bisa mencapai 1 cm + 1ppm horizontal dan
1,5 cm + 1ppm vertikal. Penggunaan teknologi Precise Point Positioning (PPP)
masih tergolong baru di industry pemetaan tanah. Akan tetapi sudah banyak
digunakan di industri pemetaan lepas pantai. Dengan teknologi ini, akurasi
horizontal dan vertical bisa mencapai desimeter. Tidak seperti SBAS dan RTK
dimana stasiun base digunakan untuk menghitung koreksi posisi, pada PPP
stasiun base digunakan untuk mencari koreksi akurat dari informasi data mentah
posisi satelit. Rover kemudian menggunakan informasi ini untuk menghitung

11
posisi yang telah dikoreksi, dengan waktu inisiasi sekitar 20 menit. Karena
koreksi sinyal PPP tidak dibuka untuk umum, maka tidak semua receiver dapat
menggunakan koresi sinyal PPP.

 Perkembangan Kedepan
Teknologi GPS sudah sangat berkembang selama sepuluh tahun. Perubahan
yang paling utama adalah dari hanya satu sistem satelit GNSS menjadi empat
sistem satelit GNSS. Selain itu ada beberapa penigkatan lain. Sebagai hasil dari
bertambahnya sistem satelit GNSS kita akan mendapati receiver dengan jumlah
channel yang jauh lebih banyak. Pada sisi teknikal, receiver juga sudah
mengalami perubahan yang signifikan, dan yang lebih penting lagi akurasi dari
receiver GNSS juga telah banyak meningkat dengan RTK sudah menjadi standar
pada setiap receiver. Kedepannya kita akan melihat perbedaan akurasi antara RTK
dan PPP menjadi lebih kecil, sehingga kita bisa mendapatkan kaurasi posisi di
level desimeter di semua tempat dan mengurangi waktu inisiasi PPP menjadi
kurang 20 menit dan menjadi beberapa detik saja setelah kehilangan sinyal.

2.5 Metode-Metode dalam Pengukuran Survey Global Navigation


Satelite System (GNSS)

1. Metode Pengukuran Absolute


Metode pengamatan ini dinamakan juga point positioning karena
penentuan posisi dapat dilakukan per titik tanpa tergantung pada titik lainnya yang
diberikan berdasarkan sistem referensi datum WGS-84 terhadap pusat masa bumi,
dengan menggunakan satu alat receiver GNSS. Prinsip dasarnya adalah
melakukan pengukuran jarak terhadap beberapa satelit secara simultan, titik yang
akan ditentukan posisinya dalam keadaan diam atau bergerak, dan biasanya
berdasarkan pengamatan data pseudo range. Pengamatan data phase bisa juga
digunakan jika sebelumnya telah ditentukan initialisasi ambiguitas phase atau
telah diestimasi bersamaan dengan nilai posisinya, pengamatan ini dinamakan
Precise Point Positioning (PPP) yang menggunakan data phase dalam pengamatan
statik atau postproses.

12
Gambar 6. Metode Pengamatan Absolute Statik dan Kinematik

karakteristik metode absolute:


 Dinamakan juga point positioning
 Hanya memerlukan satu receiver GPS
 Titik yang ditentukan posisinya bisa diam (statik) maupun
bergerak (kinematik)
 Biasanya menggunakan data pseudorange
 Data fase juga bisa digunakan kalau ambiguitas fasenya sudah
diketahui ataupun diestimasi bersama-sama dengan posisi
 Ketelitian posisi yang diperoleh sangat tergantung pada tingkat
ketelitian data serta geometri dari satelit
 Tidak dimaksudkan untuk penentuan posisi posisi yang teliti
 Aplikasi utama : navigasi, Reconaisance, dan Ground Truthing

Gambar 7. Penentuan posisi Absolut

Untuk memperoleh Posisi (Xp,Yp,Zp) digunakan rumus sebagai berikut :

(Xp – X1)2 + (Yp – Y1)2 + (Zp – Z1)2 = (d1 – c.dt)2

(Xp – X2)2 + (Yp – Y2)2 + (Zp – Z2)2 = (d2 – c.dt)2

13
(Xp – X3)2 + (Yp – Y3)2 + (Zp – Z3)2 = (d3 – c.dt)2

(Xp – X4)2 + (Yp – Y4)2 + (Zp – Z4)2 = (d4 – c.dt)2

(X1,Y1,Z1) ; (X2,Y2,Z2) ; (X3,Y3,Z3) ; (X4,Y4,Z4) = Posisi Masing – Masing


Satelit Pada satu epoch.
c = kecepatan cahaya
dt = kesalahan dan offset dari jam receiver.
Level Ketelitian yang diberikan: SPS (standart Positioning Services) dan PPS
(Precise Positioning Services).
SPS: Kode C/A. dan PPS Kode P (L1 dan L2)
Ketelitian Penentuan Posisi Absolut yang menggunakan Pseudorange pada
umumnya di karakterisir sebagai fungsi dari geometri satelit dan ketelitian data
pseudorange.

1. Metode Pengukuran Diferential


Metode pengamatan ini juga dinamakan relative positioning, dibutuhkan
minimal 2 alat GNSS geodetik, salah satu alat tersebut ditempatkan pada titik
yang diketahui koordinatnya (titik referensi), dan alat yang lain ditempatkan pada
posisi yang ditentukan merupakan relatif terhadap titik referensi tersebut. Prinsip
dasarnya yaitu melakukan proses diferensial untuk melakukan eliminasi dan
reduksi terhadap beberapa kesalahan dan bias, sehingga diperoleh posisi yang
lebih akurat. Efektifitas dari proses diferensial ini sangat tergantung kepada jarak
antara titik referensi dan titik yang akan ditentukan posisinya (panjang baseline),
semakin dekat jaraknya maka akan lebih efektif. Titik yang akan ditentukan bisa
dalam keadaan diam atau bergerak, dan data yang digunakan yaitu pseudorange,
phase atau phase-smoothed pseudorange. Metode pengamatan ini digunakan
untuk kegiatan survey dan pemetaan, survey geodetik, dan navigasi presisi.
Sistem DGPS = Sistem Differential Global Positioning System. Penentuan
Posisi real time secara diferential menggunakan data pseudorange. Diperlukan
suatu sistem komunikasi data tertentu untuk mengirimkan Koreksi Diferensial.
Koreksi Diferensial bisa berupa koreksi pseudorange (Paling lazim) maupun
koreksi koordinat (jarang digunakan). Ketelitian yang diperoleh : 1 s/d 3 meter.
Digunakan untuk penentuan obyek yang bergerak atau untuk survei

14
kelautan.Berdasarkan luas wilayah cakupan koreksinya, sistem DGPS dibedakan
atas :
a. LADGPS (Local Area DGPS). Jumlah Stasiun Referensi 1, koreksi
pseudorange, validitas koreksi untuk jarak <100 Km (Lokal)
b. WADGPS (Wide Area DGPS). Jumlah Stasiun Referensi beberapa,
koreksi vektor (jam satelit, 3 komponen kesalahan orbit, parameter bias
model ionosfer dan troposfer), validitas koreksi sifatnya regional
(wilayah). Sistem ini menggunakan satelit komunikasi untuk mengirimkan
koreksinya. Pelayanan WADGPS dilaksanakan secara komersial meliputi
beberapa kawasan regional di seluruh dunia.

Gambar 8. Metode pengamatan diferensial (Hasanuddin Z. Abidin 1994)

Efektivitas dari differencing process sangat tergantung pada jarak antara


monitor station dengan titik yang akan ditentukan posisinya (semakin pendek
semakin efektif). Titik yang ditentukan posisinya bisa diam (statik) maupun
bergerak (kinematik). Bisa menggunakan data pseudorange atau/dan data
fase.Ketelitian posisi tipikalyang diperoleh : mm dm. Aplikasi utama : survai
pemetaan, survai geodesi, maupun navigasi berketelitian tinggi.

Gambar 9. Penentuan posisi Differensial

15
2. Metode Pengukuran Static
Pada metode pengukuran ini titik yang akan ditentukan posisinya tidak
bergerak, pengamatan yang dilakukan bisa secara absolute maupun
diferensial, data pengamatan bisa menggunakan pseudorange dan/atau phase
yang selanjutnya dilakukan pengolahan data setelah pengamatan (post
process), keandalan dan ketelitian yang diperoleh cukup tinggi yaitu di orde
milimeter sampai centimeter, dan biasanya digunakan untuk penentuan titik-
titik kontrol survey pemetaan maupun survey geodetik.

Gambar 10. Metode Pengukuran Statik (Hasanuddin Z. Abidin 1994)

3. Metode Rapid Static


Metode pengukuran statik singkat ini dilakukan dengan sesi pengamatan
yang lebih singkat (5-20 menit), prosedur pengumpulan data di lapangan sama
dengan pengukuran statik, lama pengamatan tergantung pada panjang baseline,
jumlah satelit, serta geometri satelit pengamatan ini berbasiskan metode
pengamatan diferensial dengan menggunakan data phase. Persyaratan mendasar
adalah penentuan ambiguitas phase secara cepat sehingga menuntut penggunaan
piranti lunak pemroses data GNSS yang andal dan canggih. Pada saat melakukan
pengukuran di lapangan memerlukan kondisi satelit geometri yang baik, tingkat
bias dan kesalahan data yang relatif rendah, serta lingkungan yang relatif tidak
menimbulkan multipath, selain itu alat GNSS yang digunakan diharapkan
mempunyai data dual frekuensi. Ketelitian relatif posisi titik yang diperoleh
adalah dalam orde centimeter, pengukuran statik singkat ini diantaranya
digunakan untuk survey pemetaan dengan orde tidak terlalu tinggi, perapatan titik
dan survey rekayasa.

16
Gambar 11. Metode Pengukuran Statik yang dipadukan dengan statik singkat

4. Metode Pengukuran Kinematik


Pada metode pengukuran kinematik ini titik-titik yang akan ditentukan
posisinya bergerak (kinematik), selain untuk posisi, GNSS juga bisa digunakan
untuk menentukan kecepatan, percepatan dan altitude. Pengamatan ini bisa
dilakukan secara absolute maupun diferensial dengan menggunakan data
pseudorange dan/atau phase. Hasil penentuan posisi nya bisa diperlukan saat
pengamatan (real-time) ataupun sesudah pengamatan (post-processing), untuk
pengamatan diferensial secara realtime diperlukan komunikasi data antara stasiun
referensi dengan receiver yang bergerak. Penentuan posisi kinematik secara teliti
memerlukan penggunaan data phase dengan penentuan ambiguitas phase secara
on-the-fly. Penggunaan metode kinematik biasanya dilakukan untuk navigasi,
pemantauan (surveilance), guidance, fotogrametri, airborne gravimetry, survei
hidrografi dan lain-lain.

Gambar 12. Metode Pengukuran Kinematik secara post-proses maupun real-time

17
5. Metode Pengukuran Stop And Go
Metode pengukuran stop and go dilakukan melalui pergerakan alat GNSS
sebagai rover dan stop selama beberapa puluh detik dari titik ke titik. Metode jini
disebut juga metode semi kinematik, mirip dengan pengukuran kinematik, hanya
pada metode ini titik-titik yang akan ditentukan posisinya tidak bergerak,
sedangkan receiver setiap padanGPS bergerak dari titik-titik dimana pada setiap
titiknya receiver yang bersangkutan diam beberapa saat dititik tersebut. Perlu
diperhatikan ambiguitas phase pada titik awal harus ditentukan sebelum alat
GNSS rover bergerak, untuk mendapatkan tingkat ketelitian berorde centimeter.
Selama pergerakan antar titik, receiver harus selalu mengamati sinyal GPS (tidak
boleh loose). Jika selama pengukuran terjadi cycle slip, receiver harus kembali ke
titik sebelumnya untuk inisialisasi lagi kemudian baru bergerak.
Dasar penetuan posisi yang baik dalam metode stop and go ialah
differensial positioning. Trajectori dari moving receiver antar titik tidak
diperlukan meskipun teramati. Diperlukan Software khusus untuk pengolahan
datanya. Untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik maka geometri satelit harus
baik, tingkat bias dan kesalahan rendah serta tidak ada multipath. Penentuan posisi
bisa dilaksanakan secara real time atau post prosessing. Metode pengukuran stop
and go sangat cocok dilakukan untuk menentukan posisi yang memiliki jarak
relatif dekat. Contohnya seperti persawahan, perkebunan dan padang peternakan.

Gambar 13. Metode stop and go

6. Metode Pengukuran RTK (Real Time Kinematic)


Sistem RTK (Real-Time Kinematic) adalah suatu akronim yang sudah
umum digunakan untuk menentukan posisi real-time secara diferensial

18
menggunakan data fase. Untuk merealisasikan tuntutan real-timenya, stasiun
referensi harus mengirimkan data fase dan pseudorangenya ke pengguna secara
real-time menggunakan sistem komunikasi data tertentu.
Pada sistem RTK, stasiun referensi mengirimkan data ke pengguna dengan
menggunakan sistem komunikasi data yang beroperasi pada pita frekuensi
VHF/UHF. Untuk itu dituntut adanya visibilitas langsung (line of sight) antara
stasiun referensi dan pengguna, dimana jarak maksimum (d) antara keduanya
dapat secara teoritis diaproksimasi dengan rumus berikut [Langley, 1998] :
d = 3.57 √k (√ht + √hr)
pada rumus diatas ht dan hr adalah ketinggian (dalam meter) dari antena-antena
pemancar dan penerima di atas horizon umum keduanya. Ketinggian tersebut bisa
didekati dengan ketinggian terhadap tinggi rata-rata dari muka tanah. Variabel k
adalah faktor efektif jari-jari bumi yang membuktikan adanya refraksi atmosfer,
jarak berdasarkan horizon radio umumnya lebih panjang dibandingkan jarak
berdasarkan horizon geometrik. Nilai k tergantung pada gradien vertikal dari
refraksivitas di dekat permukaan bumi dan berkisar antara 1,2 sampai 1,6
tergantung kondisi cuaca. Nilai tipikal k dalam kondisi iklim rata-rata adalah 1,33.
Untuk mengatasi obstruksi karena adanya topografi antara stasiun referensi dan
pengguna (rover) serta untuk meningkatkan cakupan sinyal, maka stasiun
pengulang (repeater) dapat digunakan.
Ketelitian posisi yang diberikan oleh sistem RTK ini adalah sekitar 1-
5cm, dengan asumsi bahwa ambiguitas fase dapat ditentukan secara benar. Sistem
RTK dapat pula digunakan untuk penentuan posisi obyek-obyek yang diam
maupun bergerak, sehingga sistem RTK ini tidak hanya dapat merealisasikan
survei GPS real-time, tapi juga navigasi berketelitian tinggi. Dengan
menggunakan satu stasiun referensi, sistem RTK umumnya hanya bisa digunakan
untuk jarak baseline sampai sekitar 10-15 km. Untuk baseline yang lebih panjang
umumnya nilai ambiguitas fase akan semakin sukar ditentukan secara benar,
karena residu dari kesalahan dan bias yang tersisa setelah proses pengurangan data
akan relatif semakin signifikan. Agar resolusi ambiguitas fase tetap dapat
dilaksanakan dengan baik untuk jarak baseline yang relatif panjang, maka

19
pengguna harus dibantu dengan data dan informasi yang dapat digunakan untuk
mereduksi efek dari residu kesalahan dan bias tersebut.
Salah satu kelemahan utama dari pengukuran RTK tunggal atau hanya
menggunakan satu stasiun referensi adalah jarak maksimum antara stasiun
referensi dengan pengguna atau rover tidak boleh melebihi 30 km untuk dapat
dengan cepat dan handal mengatasi ambiguitas fase. Keterbatasan ini disebabkan
oleh bias yang tergantung pada jarak seperti kesalahan orbit, sinyal dan refraksi
ionosfer, dan troposfer. Kesalahan ini bagaimanapun juga dapat secara akurat
dimodelkan menggunakan pengukuran dengan susunan stasiun referensi yang
membentuk jaringan di sekitar lokasi.

Gambar 14. Metode real time kinetic

7. Metode Pengukuran PPP


Metode Precise Point Positioning (PPP) adalah metode penentuan posisi
teliti yang hanya menggunakan sebuah receiver GNSS (Global Navigation
Satellite System) frekuensi ganda. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan
posisi teliti objek-objek yang diam (static) maupun bergerak (kinematic). Pada
metode pengukuran PPP ini menggunakan satu alat receiver yang mempunyai
kemampuan menerima data koreksi secara realtime dari satelit komunikasi L-
Band. Pengamatan secara statik dilakukan dengan initialisasi awal sekitar 30
menit di tempat yang relatif terbuka, dan selanjutnya ketelitian akan berada pada
titik temu (konvergensi) atau tetap sekitar dibawah 10 centimeter, kemudian dapat
dilakukan metode pengukuran kinematik.
Teknologi terbaru untuk metode pengamatan data phase Precise Point
Positioning secara realtime bisa dilakukan dengan carammenggunakan informasi
satelit yang presisi dari orbit satelit, jam satelit, bias satelit dan informasi

20
tambahan lainnya yang diperoleh dari stasiun referensi secara global dan dikirim
ke server pusat untuk dilakukan pengolahan data yang kemudian dikirimkan
kembali melalui satelit komunikasi L-Band dalam format koreksi realtime cmrxe
kepada pengguna. Menggunakan prinsip penentuan posisi secara Absolut. Data
penentuan posisi pada metode PPP adalah menetukan jarak oneway fase dan
Pseudorange dalam bentuk kombinasi bebas atmosfir, kemudian dioperasionalkan
kedalam metode statik.

Gambar 15. Metode PPP

8. Metode Pengukuran CORS


CORS (Continuously Operating Reference Station) adalah suatu teknologi
berbasis GNSS yang berwujud sebagai suatu jaring kerangka geodetik dimana
pada setiap titiknya dilengkapi dengan receiver dan mampu menangkap sinyal
dari satelit-satelit GNSS yang beroperasi secara penuh dengan mengumpukan,
merekam, mengirim data, dan memungkinkan para pengguna untuk
memanfaatkan data dalam penentuan posisi, baik secara post processing maupun
secara real time. CORS juga diperlukan untuk melakukan penyimpanan data dan
pada beberapa kasus perlu juga untuk bisa mengolah data yang kemudian data
tersebut akan dikirimkan ke receiver rover. CORS membantu
pengguna receiver GNSS sehingga pengguna bisa melakukan pengukuran dengan
hanya menggunakan satu receiver.

Setiap jaringan CORS terdiri dari beberapa stasiun GNSS yang terkoneksi
menggunakan jaringan komunikasi yang baik untuk kontrol dan komputasi
secara real time. Setiap stasiun GNSS CORS harus memiliki receiver berkualitas
geodetik, antena yang diinstal pada struktur yang stabil, jaringan komunikasi

21
(internet atau radio), dan sumber listrik yang stabil. Pada beberapa kasus,
diperlukan menginstal komputer sebagai tambahan untuk transmisi data dan
kontrol. Akan tetapi receiver yang ada pada saat ini sudah memiliki kemampuan
untuk mengirim raw data ke lokasi pusat server dengan jaringan komunikasi dan
software manajemen jaringan yang baik.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dalam penulisan adalah sebagai berikut,
1. GNSS merupakan singkatan dari Global Navigation Satellite System.
Teknologi ini merupakan pengembangan sistem navigasi berbasiskan
satelit. Sedangkan GPS merupakan singkatan dari Global Positioning
System yang merupakan jenis satelit GNSS yang dimiliki oleh Amerika
Serikat.
2. Seiring berkembangnya jaman, semakin banyak pula jenis satelit yang
diluncurkan oleh berbagai negara. Oleh karena itu, istilah GPS saat ini
digantikan dengan GNSS.
3. GPS dapat dibagi menjadi tiga wilayah yaitu ground segmen, space admin
dan user segment.

4. Metode-Metode dalam Pengukuran Survey Global Navigation Satelite


System (GNSS) ada 8. Yang pertama yaitu Metode Pengukuran Absolute,
Metode Pengukuran Diferential, Metode Pengukuran Static, Metode Rapid
Static, Metode Pengukuran Kinematik, Metode Pengukuran Stop And Go,
Metode Pengukuran RTK (Real Time Kinematic), dan Metode
Pengukuran PPP.

23
DAFTAR PUSTAKA

I. M. Anjasmara and W. Ristanto, “Analisis Komparatif Ketelitian Posisi Titik


Hasil Pengukuran Dari Satelit Gps Dan Satelit Glonass,” Geoid, vol. Vol.
15 No, pp. 97–105, 2019.

24

Anda mungkin juga menyukai