Disusun Oleh :
Kelompok 4
Khaira Khirnica (1904107010009)
Nurul Akmalia (1904107010013)
Adinda Wulan Dari (1904107010023)
Muhammad Al Faiz (1904107010030)
Kamal Azhari Abdi (1904107010035)
Alvin Fauzan Murtadha (1904107010043)
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dengan judul “Survey
Global Satellite Navigation System (GNSS)”. Tugas ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah Survey dan Pemetaan. Semoga
dengan tersusunnya tugas ini dapat berguna bagi kami dalam memenuhi salah satu
syarat tugas diperkuliahan. Tugas ini diharapkan dapat bermanfaat dengan efisien
dalam proses perkuliahan. Kami ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen
yang telah memberikan bimbingan yang baik dalam proses penulisan laporan serta
memberikan arahan yang baik dalam memberikan pengajaran survey dan
pemetaan ini dan juga telah memberikan tugas ini hingga pada akhirnya dapat
diselesaikan dengan cukup baik.
Kami menyadari bahwa tentunya masih sangat banyak kesalahan serta
kekurangan dalam tugas ini. Oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan saran
agar tugas ini dapat menjadi lebih baik. Demikianlah kata pengantar dan kami
berharap semoga tugas ini dapat digunakan sebagaimana semestinya.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang dapat diambil dari penulisan adalah sebagai berikut,
1. Mengetahui apa itu survey Global Satellite Navigation System (GNSS).
2. Mengetahui bagaimana sejarah survey Global Satellite Navigation System
(GNSS).
3. Mengetahui prinsip dasar dari survey Global Satellite Navigation System
(GNSS).
4. Mengetahui perkembangan teknologi bidang survey Global Satellite
Navigation System (GNSS).
5. Mengetahui metode-metode apa saja yang ada dalam pengukuran survey
Global Satellite Navigation System (GNSS).
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari penulisan ini adalah penulis dan pembaca
dapat mengetahui lebih dalam tentang survey GNSS. Baik apa itu survey GNSS,
sejarahnya, prinsip dasar, perkembangan maupun metode-metode yang ada dalam
survey GNSS. Manfaat dari penulisan ini diharapkan bisa menambah wawasan
pembaca seputar survey GNSS.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
dimanfaatkan untuk pengukuran Bench Mark. Titik ini digunakan sebagai titik
kontrol pemetaan dan tentunya membutuhkan hasil koordinat posisi secara teliti
dan akurat. Pada survey udara, GPS GNSS juga mendukung akuisisi GCP
maupun ICP sebagai titik acuan georeferensi foto agar foto memiliki sistem
koordinat yang sama di lapangan. Selain itu, teknologi ini juga dapat
dimanfaatkan untuk pengukuran volume, batas persil, dan monitoring terjadinya
pergerakan pada suatu infrastruktur seperti tanggul, jembatan dan lain sebagainya.
Teknologi ini menawarkan hasil koordinat yang akurat dan presisi untuk
menunjang berbagai kegiatan survey dan pemetaan. Dengan ketersediaan alat dan
sumber daya yang mumpuni tentu menjadi salah satu syarat keberhasilan kegiatan
survey dan pemetaan tersebut.
Dulu, orang-orang sering memakai istilah GPS dikarenakan satelit keluaran
Amerika tersebut merupakan pelopor dalam bidang ini. Hingga akhirnya di saat
berbagai satelit navigasi lainnya diluncurkan, istilah GNSS dijadikan nama resmi
untuk sistem navigasi berbasiskan satelit ini. GPS yang memiliki nama resmi
Navstar GPS sendiri mulai diluncurkan di tahun 1973 oleh Departemen
Pertahanan Amerika Serikat dan mulai dipakai secara luas untuk kepentingan
umum di tahun 1995.
Selain, GPS ada juga Satelit GLONASS yang diluncurkan oleh Pemerintah
Rusia pertama kali pada tahun 1982, lalu ada satelit Galileo yang diluncurkan Uni
Eropa melalui European GNSS Agency (EGS) pertama kali di tahun 2011.
GNSS yang paling dikenal saat ini adalah global positioning system (GPS).
semua sistem dalam hal ini GPS, Galileo dan juga Kompas memiliki cara kerja
yang hampir sama sehingga deskripsi cara kerja GPS berikut untuk mengetahui
prinsip kerja dari GNSS
GPS dapat dibagi menjadi tiga wilayah yaitu ground segmen, space admin dan
user segment.
1. Ground segmen atau segmen control digunakan untuk mengupload data
ke satelit untuk sinkronisasi waktu di seluruh konstelasi satelit dan untuk
melacak satelit di orbit dan penentuan jam
7
2. Spesimen atau segmen antariksa terdiri dari satelit satelit GPS di 6 orbit
yang direncanakan titik 24 satelit membuat konsentrasi penuh meskipun
saat ini tersedia 32 satelit dalam pelayanan, 2 dari yang telah dinyatakan
tidak dapat digunakan sampai pemberitahuan lebih lanjut. Kode satelit
digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan satelit tersebut di orbit.
3. Segmen pengguna terdiri dari penerima dan antena yang terhubung
digunakan untuk menerima dan membaca sandi decode sinyal untuk
memberikan informasi waktu, posisi dan navigasi
8
GNSS. Alternatif lain dalam komunikasi data GNSS saat ini adalah dengan
menggunakan internet. Dari pada menjual satu unit sama yang digunakan sebagai
base, kebanyakan produsen receiver sekarang menawarkan sebuah receiver yang
mampu mengirim dan menerima koreksi dari jaringan kerangka kontrol posisi.
Gambar 1. Jaringan kerangka kontrol posisi yang terinstall diberbagai tempat (CORS).
9
Gambar 2. Receiver RTK yangmemiliki tilt sensor untuksurvey topografi (Sino GNSS
T300 Plus)
Sebagai tambahan, saat ini juga sudah ada receiver RTK berbentuk kotak kecil
berwarna hitam yang didesain khusus untuk dipasang pada UAV. Kebanyakan
dari receiver tipe ini sudah memiliki kapasitas penyimpanan data yang besar untuk
menyimpan data mentah untuk keperluan post processing, sehingga dapat
memberikan posisi yang lebih akurat.
Perkembangan Sistem
Bukan hanya bertambahnya jumlah sistem satelit GNSS dari 2 menjadi 4
sistem, perkembangan sistem juga menjadi hal yang perlu diperhitungkan. Pada
24 Desember 2018, Satelit GPS-III mampu memancarkan sinyal baru untuk
10
meningkatkan akurasi posisi. Dimana sepuluh tahun yang lalu receiver dengan 80
channel sudah dianggap sangat canggih, saat ini receiver memerlukan lebih dari
500 channel agar secara optimal dapat mendukung penerimaan sinyal dari
keempat sistem satelit GNSS. Hal ini dikarenakan satu sinyal dari satu frekuensi
pada satu satelit di satu sistem GNSS membutuhkan satu channel pada receiver
GNSS, dan setiap sistem satelit GNSS memiliki 25 sampai 30 satelit di luar
angkasa, dan setiap satelit tersebut mengirim 2 sampai 3 sinyal pada 3 frekuensi
yang berbeda.
11
posisi yang telah dikoreksi, dengan waktu inisiasi sekitar 20 menit. Karena
koreksi sinyal PPP tidak dibuka untuk umum, maka tidak semua receiver dapat
menggunakan koresi sinyal PPP.
Perkembangan Kedepan
Teknologi GPS sudah sangat berkembang selama sepuluh tahun. Perubahan
yang paling utama adalah dari hanya satu sistem satelit GNSS menjadi empat
sistem satelit GNSS. Selain itu ada beberapa penigkatan lain. Sebagai hasil dari
bertambahnya sistem satelit GNSS kita akan mendapati receiver dengan jumlah
channel yang jauh lebih banyak. Pada sisi teknikal, receiver juga sudah
mengalami perubahan yang signifikan, dan yang lebih penting lagi akurasi dari
receiver GNSS juga telah banyak meningkat dengan RTK sudah menjadi standar
pada setiap receiver. Kedepannya kita akan melihat perbedaan akurasi antara RTK
dan PPP menjadi lebih kecil, sehingga kita bisa mendapatkan kaurasi posisi di
level desimeter di semua tempat dan mengurangi waktu inisiasi PPP menjadi
kurang 20 menit dan menjadi beberapa detik saja setelah kehilangan sinyal.
12
Gambar 6. Metode Pengamatan Absolute Statik dan Kinematik
13
(Xp – X3)2 + (Yp – Y3)2 + (Zp – Z3)2 = (d3 – c.dt)2
14
kelautan.Berdasarkan luas wilayah cakupan koreksinya, sistem DGPS dibedakan
atas :
a. LADGPS (Local Area DGPS). Jumlah Stasiun Referensi 1, koreksi
pseudorange, validitas koreksi untuk jarak <100 Km (Lokal)
b. WADGPS (Wide Area DGPS). Jumlah Stasiun Referensi beberapa,
koreksi vektor (jam satelit, 3 komponen kesalahan orbit, parameter bias
model ionosfer dan troposfer), validitas koreksi sifatnya regional
(wilayah). Sistem ini menggunakan satelit komunikasi untuk mengirimkan
koreksinya. Pelayanan WADGPS dilaksanakan secara komersial meliputi
beberapa kawasan regional di seluruh dunia.
15
2. Metode Pengukuran Static
Pada metode pengukuran ini titik yang akan ditentukan posisinya tidak
bergerak, pengamatan yang dilakukan bisa secara absolute maupun
diferensial, data pengamatan bisa menggunakan pseudorange dan/atau phase
yang selanjutnya dilakukan pengolahan data setelah pengamatan (post
process), keandalan dan ketelitian yang diperoleh cukup tinggi yaitu di orde
milimeter sampai centimeter, dan biasanya digunakan untuk penentuan titik-
titik kontrol survey pemetaan maupun survey geodetik.
16
Gambar 11. Metode Pengukuran Statik yang dipadukan dengan statik singkat
17
5. Metode Pengukuran Stop And Go
Metode pengukuran stop and go dilakukan melalui pergerakan alat GNSS
sebagai rover dan stop selama beberapa puluh detik dari titik ke titik. Metode jini
disebut juga metode semi kinematik, mirip dengan pengukuran kinematik, hanya
pada metode ini titik-titik yang akan ditentukan posisinya tidak bergerak,
sedangkan receiver setiap padanGPS bergerak dari titik-titik dimana pada setiap
titiknya receiver yang bersangkutan diam beberapa saat dititik tersebut. Perlu
diperhatikan ambiguitas phase pada titik awal harus ditentukan sebelum alat
GNSS rover bergerak, untuk mendapatkan tingkat ketelitian berorde centimeter.
Selama pergerakan antar titik, receiver harus selalu mengamati sinyal GPS (tidak
boleh loose). Jika selama pengukuran terjadi cycle slip, receiver harus kembali ke
titik sebelumnya untuk inisialisasi lagi kemudian baru bergerak.
Dasar penetuan posisi yang baik dalam metode stop and go ialah
differensial positioning. Trajectori dari moving receiver antar titik tidak
diperlukan meskipun teramati. Diperlukan Software khusus untuk pengolahan
datanya. Untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik maka geometri satelit harus
baik, tingkat bias dan kesalahan rendah serta tidak ada multipath. Penentuan posisi
bisa dilaksanakan secara real time atau post prosessing. Metode pengukuran stop
and go sangat cocok dilakukan untuk menentukan posisi yang memiliki jarak
relatif dekat. Contohnya seperti persawahan, perkebunan dan padang peternakan.
18
menggunakan data fase. Untuk merealisasikan tuntutan real-timenya, stasiun
referensi harus mengirimkan data fase dan pseudorangenya ke pengguna secara
real-time menggunakan sistem komunikasi data tertentu.
Pada sistem RTK, stasiun referensi mengirimkan data ke pengguna dengan
menggunakan sistem komunikasi data yang beroperasi pada pita frekuensi
VHF/UHF. Untuk itu dituntut adanya visibilitas langsung (line of sight) antara
stasiun referensi dan pengguna, dimana jarak maksimum (d) antara keduanya
dapat secara teoritis diaproksimasi dengan rumus berikut [Langley, 1998] :
d = 3.57 √k (√ht + √hr)
pada rumus diatas ht dan hr adalah ketinggian (dalam meter) dari antena-antena
pemancar dan penerima di atas horizon umum keduanya. Ketinggian tersebut bisa
didekati dengan ketinggian terhadap tinggi rata-rata dari muka tanah. Variabel k
adalah faktor efektif jari-jari bumi yang membuktikan adanya refraksi atmosfer,
jarak berdasarkan horizon radio umumnya lebih panjang dibandingkan jarak
berdasarkan horizon geometrik. Nilai k tergantung pada gradien vertikal dari
refraksivitas di dekat permukaan bumi dan berkisar antara 1,2 sampai 1,6
tergantung kondisi cuaca. Nilai tipikal k dalam kondisi iklim rata-rata adalah 1,33.
Untuk mengatasi obstruksi karena adanya topografi antara stasiun referensi dan
pengguna (rover) serta untuk meningkatkan cakupan sinyal, maka stasiun
pengulang (repeater) dapat digunakan.
Ketelitian posisi yang diberikan oleh sistem RTK ini adalah sekitar 1-
5cm, dengan asumsi bahwa ambiguitas fase dapat ditentukan secara benar. Sistem
RTK dapat pula digunakan untuk penentuan posisi obyek-obyek yang diam
maupun bergerak, sehingga sistem RTK ini tidak hanya dapat merealisasikan
survei GPS real-time, tapi juga navigasi berketelitian tinggi. Dengan
menggunakan satu stasiun referensi, sistem RTK umumnya hanya bisa digunakan
untuk jarak baseline sampai sekitar 10-15 km. Untuk baseline yang lebih panjang
umumnya nilai ambiguitas fase akan semakin sukar ditentukan secara benar,
karena residu dari kesalahan dan bias yang tersisa setelah proses pengurangan data
akan relatif semakin signifikan. Agar resolusi ambiguitas fase tetap dapat
dilaksanakan dengan baik untuk jarak baseline yang relatif panjang, maka
19
pengguna harus dibantu dengan data dan informasi yang dapat digunakan untuk
mereduksi efek dari residu kesalahan dan bias tersebut.
Salah satu kelemahan utama dari pengukuran RTK tunggal atau hanya
menggunakan satu stasiun referensi adalah jarak maksimum antara stasiun
referensi dengan pengguna atau rover tidak boleh melebihi 30 km untuk dapat
dengan cepat dan handal mengatasi ambiguitas fase. Keterbatasan ini disebabkan
oleh bias yang tergantung pada jarak seperti kesalahan orbit, sinyal dan refraksi
ionosfer, dan troposfer. Kesalahan ini bagaimanapun juga dapat secara akurat
dimodelkan menggunakan pengukuran dengan susunan stasiun referensi yang
membentuk jaringan di sekitar lokasi.
20
tambahan lainnya yang diperoleh dari stasiun referensi secara global dan dikirim
ke server pusat untuk dilakukan pengolahan data yang kemudian dikirimkan
kembali melalui satelit komunikasi L-Band dalam format koreksi realtime cmrxe
kepada pengguna. Menggunakan prinsip penentuan posisi secara Absolut. Data
penentuan posisi pada metode PPP adalah menetukan jarak oneway fase dan
Pseudorange dalam bentuk kombinasi bebas atmosfir, kemudian dioperasionalkan
kedalam metode statik.
Setiap jaringan CORS terdiri dari beberapa stasiun GNSS yang terkoneksi
menggunakan jaringan komunikasi yang baik untuk kontrol dan komputasi
secara real time. Setiap stasiun GNSS CORS harus memiliki receiver berkualitas
geodetik, antena yang diinstal pada struktur yang stabil, jaringan komunikasi
21
(internet atau radio), dan sumber listrik yang stabil. Pada beberapa kasus,
diperlukan menginstal komputer sebagai tambahan untuk transmisi data dan
kontrol. Akan tetapi receiver yang ada pada saat ini sudah memiliki kemampuan
untuk mengirim raw data ke lokasi pusat server dengan jaringan komunikasi dan
software manajemen jaringan yang baik.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dalam penulisan adalah sebagai berikut,
1. GNSS merupakan singkatan dari Global Navigation Satellite System.
Teknologi ini merupakan pengembangan sistem navigasi berbasiskan
satelit. Sedangkan GPS merupakan singkatan dari Global Positioning
System yang merupakan jenis satelit GNSS yang dimiliki oleh Amerika
Serikat.
2. Seiring berkembangnya jaman, semakin banyak pula jenis satelit yang
diluncurkan oleh berbagai negara. Oleh karena itu, istilah GPS saat ini
digantikan dengan GNSS.
3. GPS dapat dibagi menjadi tiga wilayah yaitu ground segmen, space admin
dan user segment.
23
DAFTAR PUSTAKA
24