Anda di halaman 1dari 4

Tugas Besar 1 CPMK 1 – 17 Maret 2021

Nama: Nur Firas Sabila Salam

NIK: 44220120008

Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Mata Kuliah Pengembangan


Kepribadian di Perguruan Tinggi

Pendidikan merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam


kehidupan manusia. Untuk menghasilkan pribadi dengan karakter yang unggul tentu
sistem pendidikan Indonesia harus mendapatkan perhatian khusus, agar dalam
proses pengembangan sumber daya manusia tidak hanya dilakukan dengan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tetapi juga menitikberatkan pada etika
dan norma norma yang sesuai dengan nilai nilai Pancasila. Hal tersebut sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU RI No. 20 tahun 2003:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Sebagai manusia yang hidup di abad ke 21, globalisasi menjadi hal yang
lumrah bagi masyarakat seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Kehidupan
manusia pada abad ke 21 tentu mengalami perubahan jika dibandingkan dengan
tata cara kehidupan pada abad sebelumnya. Memasuki abad 21 dapat kita rasakan
bahwa perubahan zaman terasa begitu cepat dikarenakan adanya pengaruh
teknologi yang masuk di berbagai lini kehidupan, salah satunya di bidang pendidikan.

Arus globalisasi menawarkan kemudahan dalam pengaksesan informasi dan


melakukan komunikasi bagi para pelajar dan mahasiswa. Sayangnya fleksibilitas ini
tidak diiringi dengan proses pemfilteran informasi yang cukup baik, sehingga secara
garis besar bisa disimpulkan bahwa siapapun bisa memiliki akses terhadap informasi
apapun. Permasalahan ini lambat laun memberikan dampak buruk pada kualitas
kepribadian manusia. Oleh karena itu pendidikan pengembangan kepribadian
merupakan sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi sejak dini, dimana dalam
pengaplikasiannya pendidikan pengembangan kepribadian bisa berfungsi sebagai
filter bagi setiap individu yang hidup beriringan dengan arus globalisasi.

Dimulai ketika memasuki jenjang Sekolah Dasar hingga menginjak Perguruan


Tinggi, pengembangan kepribadian merupakan hal mendasar yang sangat penting
untuk dipelajari bagi generasi penerus bangsa. Hal ini dimaksudkan agar para calon
penerus bangsa tidak hanya pintar secara intelek tetapi juga memiliki kepribadian
yang unggul. Selain Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan juga termasuk dalam kelompok mata kuliah Pendidikan
Pengembangan Kepribadian, dimana pengembangan kepribadian merupakan hal
yang tidak bisa dipelajari secara instan, oleh karena itu wajar jika Pendidikan
Kewarganegaraan memiliki urgensi yang tinggi sehingga perlu dipelajari di jenjang
Perguruan Tinggi.

Disamping derajat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang


dipelajari, mahasiswa perlu memahami tentang negara Indonesia. Adanya
penyelenggaraan Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi membantu
mahasiswa dalam memantapkan kepribadiannya, seperti mampu mewujudkan nilai-
nilai dasar keagamaan dan kebudayaan, juga memiliki rasa kebangsaan dan cinta
tanah air. Hal ini menunjukan sebuah ciri dan jati diri dari kepribadian seorang
sarjana yang profesional dan berkualitas. Sehingga ketika mahasiswa mengabdikan
diri pada masyarakat, mahasiswa akan berperan sebagai agent of change, dimana
mahasiswa pada akhirnya akan terjun di dalam masyarakat dengan menerapkan
etika hingga menyampaikan juga mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah
menjadi spesialisasi mereka setelah mengemban pendidikan hingga jenjang
Perguruan Tinggi.

Ironinya hanya segelintir dari mahasiswa atau sarjana yang pernah


mendapatkan mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi yang
mampu mencerminkan warga negara yang demokratis, religious, berkemanusiaan
dan beradab. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi yang merupakan bagian dari Pendidikan
Pengembangan Kepribadian masih memiliki urgensi yang tinggi untuk
diselenggarakan, karena dalam pengaplikasiannya di tengah masyarakat masih
belum tereksekusi sesuai dengan tujuan diselenggarakannya Pendidikan
Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.
Idealnya sarjana dan mahasiswa memiliki peran yang besar dalam membantu
menyelesaikan permasalahan di tengah masyarakat, atau sekedar memberikan
contoh kepada masyarakat, bangsa juga negara dengan menerapkan bagaimana
hidup berdemokrasi, nasionalis, kritis, juga dengan menyadari secara penuh hak dan
kewajiban mereka sebagai warga negara dengan menerapkan nilai nilai juga norma
norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Jika hal ini bisa diterapkan
oleh setiap mahasiswa dan juga setiap sarjana, bangsa Indonesia akan menjadi
bangsa yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bertanggung jawab, kritis dan
demokratik berkeadaban.
Ketika para mahasiswa atau sarjana Indonesia tidak memiliki kompetensi
pengembangan kepribadian, secara tidak langsung hal ini merupakan sebuah
ancaman serius bagi bangsa dan negara Indonesia. Karena jati diri mereka sebagai
bagian dari masa depan bangsa Indonesia tidak hadir dalam landasan kepribadian
yang mestinya terfokus pada mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, yakni adanya
rasa kebangsaan dan cinta tanah air, menerapkan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan teknologi yang dimiliki mahasiswa dengan disertai rasa tanggung
jawab serta memegang teguh persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.
Contoh implemenstasi terkait urgensi pendidikan kewarganegaraan sebagai
mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi adalah ketika Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran suatu Universitas ikut turun ke tempat
terjadinya bencana Tsunami di Aceh pada tahun 2004 dengan mendirikan tenda
pengungsian dan menyediakan obat obatan, bahan makanan, tempat berteduh serta
petugas kesehatan. Hal ini dilakukan semerta merta sebagai bentuk kepedulian dan
bentuk dukungan dari Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran.
Contoh lainnya adalah mahasiswa Fakultas Teknik Elektro yang sedang
melakukan KKN di pedesaan yang sangat terpencil, yang dimana di pedesaan
tersebut tidak mendapatkan penerangan ketika malam hari dikarenakan belum
adanya pembangkit listrik disekitar lokasi pedesaan. Mahasiswa KKN Fakultas
Elektro yang mengetahui permasalahan tersebut segera melakukan peninjauan
lokasi disekitar pedesaan dan mereka menemukan sungai yang cukup panjang dan
besar. Akhirnya mahasiswa KKN Fakultas Teknik Elektro membuat sebuah
pembangkit listrik dengan memanfaatkan aliran arus sungai. Energi yang dihasilkan
mampu mencukupi kebutuhan energi di pedesaan, bahkan seringkali produksi energi
melebihi kapasitas yang dibutuhkan warga. Keberadaan pembangkit listrik tenaga air
tersebut selain menjadi sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan, juga
menjadi sumber pendapatan baru bagi warga desa dengan menjual kelebihan
produksi energi bersih tersebut kepada pemerintah.
Dari implementasi tersebut bisa kita simpulkan bahwa, mahasiswa bukan
hanya sekedar mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi apa yang
mereka lakukan merupakan bentuk nyata pengaplikasian mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian di Perguruan
Tinggi, dimana ketika mahasiswa melakukan pengabdian, mereka memiliki
keputusan yang diambil berdasarkan etika, norma juga nilai nilai yang sesuai dengan
Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai