Anda di halaman 1dari 14

PENGANTAR ILMU KEPENDUDUKAN

NAMA : WINDIAVI WIDIATNI

KELAS : J1

NPP : 30.1096

NO. ABSEN : 19

STUDI MANAJEMEN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PUBLIK

FAKULTAS HUKUM TATA PEMERINTAHAN


1. Pada data Susenas nasional / provinsi sebagai suatu data statistik kesejahteraan rakyat 2019
yang dirilis pada 22 Nov 2019, jelaskan / sampaikan :
a. Instansi penyelenggara
b. Waktu pelaksanaan
c. Data apa saja yang tersedia pada bidang social dan kependudukan
2. Dalam data Sakernas Agustus 2019, pada variabel tenaga kerja, beri 10 contoh indikator
yang diambil datanya!
3. Fertilitas
Sampaikan dan jelaskan mengenai :
a. Definisi dan konsep fertilitas
b. Faktor-faktor demografi dan non demografi yang memengaruhi fertilitas
c. Pengukuran / cara perhitungan dalam fertilitas, CBR, GFR, ASFR
d. Pentingnya data fertilitas bagi pembangunan, beri contoh!
4. Mortalitas
Sampaikan dan jelaskan mengenai :
a. Definisi dan konsep mortalitas
b. Faktor-faktor yang memengaruhi mortalitas
c. Pengukuran / cara perhitungan dalam mortalitas, CDR, AKB/IMR, AKIM/MMR, ASDR
d. Pentingnya data mortalitas bagi pembangunan, beri contoh!
5. Migrasi
a. Definisi
b. Jenis-jenis migrasi dalam negeri
c. Jenis migrasi antar negara
d. Push dan pull factor urbanisasi
e. Kebijakan migrasi / pemerataan penduduk
f. Dampak migrasi yang berlebihan
1. a. Instansi penyelenggara data Susenas nasional / provinsi sebagai suatu data statistik
kesejahteraan rakyat 2019 yang dirilis pada 22 November 2019 adalah instansi Badan Pusat
Statistik (BPS).
b.Waktu pelaksanaan yaitu pada bulan Maret dan September. Publikasi ini menyajikan data
hasil Susenas yang dilaksanakan pada bulan Maret 2019 terhadap 320.000 rumah tangga
sampel.
c.Data yang tersedia pada bidang sosial dan kependudukan adalah mengenai pendidikan,
kesehatan, fertilitas dan keluarga berencana, perumahan, teknologi informasi dan
komunikasi, tindak kejahatan, kegiatan bepergian, dan perlindungan sosial.

2. 10 contoh indikator yang diambil datanya dalam data Sakernas Agustus 2019 pada variabel
tenaga kerja :

1. Rasio Penduduk Bekerja Terhadap Jumlah Penduduk (Employment To Population Ratio-


EPR)
2. Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama
3. Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
4. Pekerja Paruh Waktu
5. Penduduk yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja
6. Penduduk yang Bekerja di Sektor Informal
7. Tingkat Pengagguran Terbuka (TPT)
8. Persentase penduduk yang bekerja menurut kelompok lapangan usaha,
9. Persentase pekerja menurut kelompok upah / gaji / pendapatan bersih
10. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

3.Fertilitas

a. Definisi dan konsep

Fertilitas (Kelahiran) Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi
yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini
menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fertilitas menyangkut peranan kelahiran pada
perubahan penduduk.

Konsep :

1. Fecunditas adalah kemampuan secara potensial seorang wanita untuk melahirkan anak.
2. Sterilisasi adalah ketidakmampuan seorang pria atau wanita untuk menghasilkan suatu
kelahiran.
3. Natalitas adalah kelahiran yang merupakan komponen dari perubahan penduduk.
4. Lahir hidup (live birth) adalah anak yang dilahirkan hidup (menunjukkan tanda-tanda
kehidupan) pada saat dilahirkan, tanpa memperhatikan lamanya di kandungan, walaupun
akhirnya meninggal dunia.
5. Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan umur kehamilan kurang dari 28
minggu.
6. Lahir mati (still birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling
sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Tidak dihitung sebagai
kelahiran.
b. Faktor demografi dan non demografi yang mempengaruhi fertilitas
Faktor demografi, antara lain adalah:
1. Struktur umur
2. Struktur perkawinan
3. Umur kawin pertama
4. Paritas
5. Disrupsi perkawinan
6. Proporsi yang kawin.
Faktor non demografi, antara lain adalah:
1. Keadaan ekonomi penduduk
2. Perbaikan status perempuan
3. Tingkat pendidikan
4. Urbanisasi dan industrialisasi.

c. Perhitungan / cara pengukuran fertilitas


1. Crude Birth Rate (CBR)
Tingkat Kelahiran Kasar atau CBR merupakan jumlah kelahiran setiap 1000 penduduk per
tahun.
Rumus :
CBR = B/Px1.000
Keterangan :
B = jumlah seluruh kelahiran
P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun
1.000 = bilangan konstanta
Tingkat kelahiran ini dapat digolongkan dalam tiga tingkat kriteria sebagai berikut:
Tingkat kelahiran Golongan
> 30 Tinggi
20-30 Sedang
< 20 Rendah
2. General Fertility Rate (GFR)
Tingkat kelahiran umum atau GFR adalah banyaknya kelahiran setiap 1000 penduduk wanita
yang berada dalam periode usia produktif (15-49 tahun) dalam kurun waktu setahun. Usia
produktif adalah usia reproduksi atau usia subur yang memungkinkan wanita untuk melahirkan.
Rumus:
GFR = B/Pfx1000
Keterangan :
B =jumlah kelahiran selama setahun
Pf =jumlah penduduk wanita (berumur 15-49 tahun), pertengahan tahun
1.000=bilangan konstanta
3. Age Spesific Fertility Rate (ASFR)
Tingkat kelahiran menurut kelompok umur tertentu atau ASFR adalah banyaknya kelahiran
yang terjadi pada wanita dalam kelompok umur tertentu dalam unsur reproduksi per 1000
wanita.
Rumus :
ASFR = Bi/Pfix1000
Keterangan:
Bi =banyaknya kelahiran dari wanita dalam kelompok umur tertentu selama setahun
Pfi =banyaknya penduduk wanita dalam kelompok umur tertentu yang sama pada pertengahan
tahun.
1000 =bilangan konstanta
d. Pentingnya data fertilitas bagi pembangunan

Hampir semua rencana pembangunan perlu ditunjang dengan data jumlah penduduk,
persebaran dan susunannya menurut umur penduduk yang relevan dengan rencana tersebut. Data
yang diperlukan tidak hanya menyangkut keadaan pada waktu rencana itu disusun, tetapi juga
informasi masa lampau dan yang lebih penting lagi adalah informasi perkiraan pada waktu yang
akan datang. Data penduduk pada waktu yang lalu dan waktu kini sudah dapat diperoleh dari
hasil-hasil survei dan sensus, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan data penduduk pada masa
yang akan datang perlu dibuat proyeksi penduduk yaitu perkiraan jumlah penduduk dan
komposisinya di masa mendatang.

Keterlibatan penduduk dalam pembangunan menjadi penting dalam rangka untuk


meningkatkan pendapatan. Kebijakan perluasan kesempatan kerja merupakan suatu kebijakan
penting lainnya dalam pembangunan, karena selain sebagai tolak ukur keberhasilan
pembangunan ekonomi namun berikutnya juga dapat digunakan sebagai ukuran dalam mencapai
kesejahteraan. Pertumbuhan penduduk yang pesat akan mengakibatkan peningkatan jumlah
tenaga kerja yang pesat pula.

Contohnya:

Angka fertilitas (TFR) Jawa Barat menunjukkan tren yang terus menurun walaupun tidak
terlalu cepat. Pada SDKI 2012, Jawa Barat berhasil mencatat sejarah dengan menghasilkan TFR
di bawah nasional yaitu 2,50 dari 2,60 pada tahun 2007. Kondisi pertambahan penduduk Jawa
Barat yang cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun tersebut akan menimbulkan
berbagai persoalan yang semakin kompleks. Hal ini terlihat pada pencapaian indikator
kualitas penduduk yang menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Walaupun dari
tahun ke tahun pencapaian IPM Jawa Barat mengalami kenaikan, tetapi peningkatan tersebut
terlihat sangat lambat. Pada tahun 2014, IPM Jawa Barat hanya meningkat sebesar 0,7 menjadi
74,28 dari pencapaian IPM pada tahun 2013 sebesar 73,58 sehingga membutuhkan strategi
akselerasi yang efektif untuk mencapai IPM 80 pada tahun 2021.
Untuk mengatasi pengelolaan kependudukan di Jawa Barat dan berbagai persoalan yang
mungkin timbul akibat pertambahan penduduk yang tidak terkendali, diperlukan suatu acuan
bagi pembangunan kependudukan di Jawa Barat terutama arah kebijakan dan strategi umum
yang tertuang di dalam Grand Design Pembangunan Kependudukan Provinsi Jawa Barat Tahun
2015-2035 dengan indikator yang jelas, terarah, dan tepat.

3.Mortalitas

a. Mortalitas / kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yang
bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Still birth dan keguguran tidak termasuk
dalam pengertian kematian. Perubahan jumlah kematian (naik turunnya) di tiap daerah
tidaklah sama, tergantung pada berbagai macam faktor keadaan. Besar kecilnya tingkat
kematian ini dapat merupakan petunjuk atau indikator bagi tingkat kesehatan dan tingkat
kehidupan penduduk di suatu wilayah.

Konsep-konsep mortalitas adalah :


1. Neo-natal death adalah kematian yang terjadi pada bayi yang belum berumur satu bulan.
2. Lahir mati (still birth) atau yang sering disebut kematian janin (fetal death) adalah
kematian sebelum dikeluarkannya secara lengkap bayi dari ibunya pada saat dilahurkan
tanpa melihat lamanya dalam kandungan.
3. Post neo-natal adalah kematian anak yang berumur antara satu bulan sampai dengan
kurang dari satu tahun.
4. Infant death (kematian bayi) adalah kematian anak sebelum mencapai umur satu tahun.
b. Faktor yang mempengaruhi Mortalitas
1. Pendidikan
Terdapat hubungan negatif antara tingkat pendidikan ibu dan kematian anak, tetapi tinggi
rendahnya pendidikan yang dibutuhkan untuk menurunkan mortalitas secara berarti berbeda-
beda dari satu budaya ke budaya lain.
Pendidikan memberi kepercayaan diri kepada wanita untuk mengambil keputusan atas
tanggung jawab wanita itu sendiri. Dalam hal ini ada 3 faktor yaitu :
a) Berkurangnya fatalisme dalam menghadapi kesehatan buruk yang menimpa anak.
b) Kesanggupan yang lebih besar untuk menguasai dunia dalam mengetahui adanya fasilitas
kesehatan.
c) Perubahan perimbangan tradisional dalam hubungan keluarga yang mengalihkan titik berat
kekuasaan dari sesepuh kepada anak.
Analalisis khusus mengelompokkan ibu-ibu yang bisa baca tulis, serta yang mengikuti sekolah
baik formal maupun non formal terdapat angka kematian yang berbeda.
2. Pendapatan
Pendapatan sangat penting dalam kaitannya dengan membayar pengeluaran untuk kesehatan
faktor pendapatan atau ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan kondisi rumah saling berhubungan
dalam mempengaruhi kematian bayi/anak.
Apabila salah satu indikator sosial ekonomi dihubungkan dengan tingkat kematian bayi dan
anak, ternyata terdapat hubungan yang negatif.
3. Kesehatan
Kesehatan berhubungan negatif terhadap angka kematian bayi, salah satu upaya yang terus
dilakukan adalah pembangunan kesehatan. Indikator yang digunakan untuk menggambarkan
pembangunan dan fasilitas kesehatan adalah rasio tenaga medis dan para medis, terhadap jumlah
penduduk.
4. Faktor Demografi
Yang dipilih adalah tingkat kelahiran, yaitu tingkat fertilitas total (TFR). Apabila tertilitasnya
rendah maka mortalitasnya juga akan rendah. Hubungan posifit antara mortalitas bayi dan
fertilitas ini timbal balik, keberhasilan menurunkan salah satu faktor diantaranya akan
mengakibatkan penurunan variabel lain.
c. Pengukuran / cara perhitungan mortalitas
1. Crude Death Rate (CDR)
Tingkat kematian kasar atau CDR adalah jumlah kematian penduduk tiap 1000 orang dalam
waktu setahun.
Rumus:
CDR = D/Px1.000
Keterangan :
D = jumlah seluruh kematian
P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun
1.000 = bilangan konstanta
Tingkat kematian ini dapat digolongkan dalam kriteria sebagai berikut:
a. >18 Tinggi
b. 14-18 Sedang
c. 9-13 Rendah
2. Infant Mortality Rate (IMR) / AKB
Tingkat kematian bayi adalah banyaknya kematian bayi (sebelum umur satu tahun) yang
terjadi pada kelahiran per 1000 bayi. Merupakan cara pengukuran yang dipergunakan khusus
untuk menentukan tingkat kematian bayi. IMR biasanya dijadikan indikator dalam pengukuran
kesejahteraan penduduk.
Rumus :
IMR = Db/Pbx1.000
Keterangan:
D = jumlah kematian bayi sebelum umur satu tahun
P = jumlah kelahiran hidup dalam waktu yang sama
Kriteria penggolongan tingkat kematian bayi:
a. >125 Sangat Tinggi
b. 75-125 Tinggi
c. 35-75 Sedang
d. <35 Rendah
Bila tingkat kelahiran kasar sama dengan tingkat kematian kasar akan tercapai pertambahan
penduduk sebesar 0 % atau zero population growth. Yang berarti keadaan kependudukan di
daerah tersebut tercapai sebuah keseimbangan.
3. Angka Kematian Ibu (AKI)
AKI adalah jumlah kematian ibu karena kehamilan, persalinan, dan nifas dalam satu tahun dibagi
dengan jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama dengan persen atau permil.

Rumus:

AKI = Pf/P x 100

AKI = Jumlah kematian ibu karena kehamilan, kelahiran dan nifas X100
P = Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama

4. Age Spesific Death Rate (ASDR)


Tingkat kematian menurut kelompok umur tertentu atau ASDR adalah banyaknya kematian
yang terjadi pada penduduk dalam kelompok umur tertentu per 1000 penduduk.
Rumus:
ASDR=Di/Pix1000
Keterangan:
Bi = banyaknya kematian dalam kelompok umur tertentu selama setahun.
Pfi = banyaknya penduduk dalam kelompok umur tertentu yang sama pada pertengahan tahun.
1000 = bilangan konstanta.

d.Pentingnya data mortalitas bagi pembangunan


Data kematian sangat penting untuk diketahui baik jumlah ataupun faktor yang
mempengaruhinya. Selain itu, data kematian juga dapat sebagai acuan untuk mengukur tingkat
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, untuk memproyeksikan pembangunan berwawasan
kesehatan lingkungan serta sebagai acuan pemerintah dalam mengambil suatu kebijakan, seperti
perencanaan pembangunan layanan kesehatan, pengadaan sarana MCK, sekolah, fasilitas publik,
dan fasilitas lain yang dibutuhkan sebagai upaya untuk menurunkan angka kematian. Selain itu,
data kematian juga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi kebijakan program kependudukan
pemerintah.Data kematian nantinya dapat digunakan untuk menilai keberhasilan kebijakan
pemerintah dan untuk mengukur dampak pembangunan terhadap kependudukan khususnya
dalam hal kematian. Oleh karena itu, pentingnya data kematian untuk diketahui sebagai kajian
analisis berbagai persoalan bagi suatu Negara

Contohnya:

Hasil survei BPS 2016 menyebutkan, angka kematian bayi yang terjadi di Indonesia masih
tergolong tinggi yaitu mencapai 25 kematian setiap 1.000 bayi yang lahir. Akibatnya Indonesia
menjadi peringkat empat tertinggi negara yang mempunyai angka kematian bayi di kawasan
ASEAN. Tingginya angka kematian bayi di Indonesia dapat dipengaruhi oleh banyak faktor
diantaranya adalah rendahnya kesehatan lingkungan. Dengan adanya data mortalitas ini
menunjukkan tingkat pembangunan kesehatan lingkungan negara Indonesia masih sangat rendah,
sehingga dibutuhkan adanya tingkat pembangunan kesehatan lingkungan yang lebih baik lagi.

5.Migrasi
a. Definisi
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke
tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politik / negara (migrasi
internasional).
b. Migrasi dalam negeri
1. Transmigrasi, adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah yang padat ke daerah
yang jarang penduduknya.
2. Urbanisasi, adalah perpindahan penduduk dari desa menuju ke kota.
3. Ruralisasi, adalah perpindahan penduduk dari kota ke desa.
4. Evakuasi, adalah perpindahan penduduk karena adanya ancaman keamanan atau
bencana.
5. Forensen, adalah aktivitas penduduk pulang pergi ke kota.
6. Turisme, adalah perjalanan penduduk ke daerah wisata untuk menetap sementara.

c.Migrasi antar negara

1. Imigrasia, adalah masuknya penduduk dari suatu Negara ke nagara lain.


2. Emigrasia, adalah kebalikannya yakni keluarnya penduduk dari suatu Negara ke Negara
lain.
3. Remigrasi, adalah penduduk yang kembali ke Negara asalnya dari Negara lain.
d.Push dan Pull factor Urbanisasi
1. Push factor (Faktor pendorong) dari daerah asal, meliputi :
 Lahan pertanian di desa yang semakin sempit
 Semakin sulitnya mendapatkan pekerjaan di desa
 Upah kerja di desa yang rendah
 Kurangnya fasilitas yang mendukung keahlian.
2. Pull factor (Faktor penarik) yang berasal dari daerah tujuan, meliputi :
 Terdapat banyak lapangan kerja di kota
 Terdapat fasilitas yang lengkap, serta sarana dan prasarana untuk mendukung keahlian
 Daerah perkotaan merupakan pusat berbagai macam kegiatan atau aktivitas
 Upah kerja yang lebih tinggi di daerah perkotaan.

e.Kebijakan migrasi / pemerataan penduduk

1. Pemerataan Pembangunan Infrastruktur


Tidak dapat ditampik bahwa kemajuan pembangunan menjadi daya tarik tersendiri bagi
masyarakat untuk mendiami daerah tertentu. Daerah yang memiliki kemajuan lebih dalam
hal pembangunan infratruktur dan pelayanan publik lebih diminati oleh masyarakat sebagai
tempat tinggal. Minimnya sarana kesehatan, pendidikan, transportasi dan hiburan akan
membuat masyarakat mempertimbangkan untuk tinggal di pedesaan atau daerah yang
terpencil. Sebaliknya, daerah yang memiliki fasilitas yang lengkap seperti perkotaan lebih
disukai masyarakat sebagai tempat tinggal.
Dengan dilakukannya pemerataan pembangunan, membuat gap antara desa dan kota
semakin kecil. Dengan cara ini, masyarakat tidak akan enggan untuk tinggal di pedesaan
karena fasilitasnya yang sama mumpuni dengan fasilitas di perkotaan.
2. Mengalihkan Industri Besar ke Daerah
Pemerintah perlu memikirkan untuk mengembangkan industri di daerah, dan tidak hanya
terbatas hanya di pulau Jawa saja.Beberapa kebijakan juga perlu dipertimbangkan otoritas
untuk memudahkan industri memasarkan produknya meskipun mereka melakukan produksi
dari daerah.Misalnya saja dengan membangun infrastruktur jalan untuk memudahkan
distribusi, meringankan pajak, dan memperpendek birokrasi.
Dengan cara ini diharapkan investor akan tertarik untuk membangun usaha skala besar
mereka di daerah sehingga lambat laun pemerataan penduduk akan tercapai.
3. Membangun Industri Kecil di Pedesaan
Tiap-tiap desa pada umumnya memiliki sumber daya alam unggulan mereka masing-
masing.Dengan membangun industri dari sumber daya tersebut di pedesaan diharapkan
dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat di pedesaan.
Dengan membangun industri kecil di pedesaan juga dapat memberi lapangan kerja bagi
rakyat di sekitar sehingga mereka bisa maju dan berkembang di desa mereka sendiri tanpa
memiliki keinginan untuk pindah ke perkotaan.
4. Menggalakkan Pariwisata
Papua merupakan pulau di Indonesia yang jumlah penduduknya hanya 0,92% dari jumlah
total penduduk di Indonesia. Namun, Papua juga saat ini dikenal dengan kekayaan dan
keindahan alamnya yang termashur hingga ke mancanegara.
Hal yang sama dialami oleh Pulau Belitung, yang semula merupakan pulau kecil saat ini
sudah ramai dengan penduduk dan wisatawan yang datang mengunjungi pulau Laskar
Pelangi tersebut.
Masyarakat juga bisa melakukan promosi kelebihan di daerahnya melalui media blog
maupun sosial media. Dengan cara ini selain dapat memajukan pariwisata suatu daerah,
diharapkan juga dapat menarik banyak investor dan memajukan perekonomian suatu daerah,
sehingga diharapkan penyebaran penduduk lebih merata.
5. Promosi Investasi di Tiap-tiap Daerah
Pemerintah bisa melakukan promosi yang berskala internasional untuk mempromosikan
celah investasi yang dapat dilakukan di daerah-daerah di Indonesia. Dengan tertariknya
investor terhadap suatu daerah di Indonesia, diharapkan akan menciptakan lapangan kerja,
memajukan perekonomian di daerah tersebut dan mengundang pendatang untuk tinggal.
6. Membatasi Investasi di Kota Besar
Pemerintah bisa membatasi investor yang akan menanamkan investasi di kota besar yang
sudah padat penduduknya. Misalnya saja jika seorang investor ingin membangun sebuah
mal di Jakarta, ada baiknya dialihkan ke daerah lain yang masih sepi pusat perbelanjaan
mengingat di Jakarta sudah padat dengan pusat perbelanjaan

f.Dampak migrasi berlebihan

Dampak negatif dilihat dari dua perspektif, global dan lokal. Perspektif global akan berfokus
pada dampak negatif migrasi penduduk luar negri ke Indonesia dan sebaliknya, sedangkan local
akan berfokus pada dampak negative migrasi penduduk antar satuan wilayah di Indonesia.
Global :

 Migrasi secara global dapat menyebabkan fenomena brain drain pada negara asal.


Fenomena initerjadi ketika orang-orang pintar dari negara asal pergi kenegara maju untuk
mengejar karir dan pendidikan, namun tidak kembali membangun negeri.
 Migrasi akan menyebabkan konflik antar negara apabila migrasi tersebut bersifat tidak
terkontrol dan terjadi secara illegal. Contoh nyata dari ini adalah Meksiko dengan Amerika
Serikat serta Spanyol dengan Maroko dan negara-negara Afrika.
 Dapat menyebabkan degradasi budaya local dikarenakan terlalu banyak penduduk asing
yang membawa budayanya. Hal ini dapat dilihat di kota-kota Internasional yang sudah
menjadi tempat berkumpul orang-orang dari berbagai belahan dunia. Contoh kota tersebut
antara lain adalah Denpasar, Jakarta, Bangkok, Chiang Mai, serta kota-kota besar lainnya
Lokal :

 Dapat menyebabkan over populasi pada kota-kota besar yang menjadi primadona tujuan
migrasi. Contoh yang baik dari fenomena ini adalah Jakarta dan Bandung. Kedua kota ini
merupakan kotabesar yang memiliki aktivitas ekonomi berkembang dan kualitas hidup
yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah sekitar. Oleh karena itu, banyak
migran yang berdatangan ke kedua kota ini, sehingga industry perumahan tidak cukup sigap
dalam memenuhi permintaan rumah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya wilayah kumuh
atau slum area.
 Dapat menyebabkan brain drain secara lokal. Orang-orang hebat dari desa akan cenderung
pindah ke kota sehingga tidak dapat membangun desa.
 Penurunan populasi desa menyebabkan aktivitas ekonomi dan sosial di desa menjadi
stagnan. Selain itu, pemerintah juga akan lebih mengabaikannya karena terdapat wilayah-
wilayah lain yang memilikipopulasilebihbesardandianggaplebihpenting.
 Migrasi yang terjadisecarabesar-besarandapatmengganggustruktur sosial bagidaerah yang
didatangimaupundaerah yang ditinggali.

Anda mungkin juga menyukai