Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN GERONTIK

Teori Dan Model Keperawatan Gerontik

A. Teori Adaptasi Menurut : S. Calista Roy


1. Riwayat singkat Calista Roy
Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Josept of Carondelet. Roy
menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College
dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of California
Los Angeles.
2. Definisi dan Konsep Mayor Calista Roy
Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model adsaptasi Roy ada 14
sistem, Yaitu:
a. Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan
membentuk satu kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input, control,
proses, output dan umpan balik.
b. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal,
konstekstual dan residual dengan standar individual, sehingga manusia dapat
berespon adaptif sendiri.
c. Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap
penurunan atau peningkatan kebutuhan.
d. Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara langsung
mengahruskan manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalah presipitasi
perubahan tingkah laku.
e. Stimulus kontekstual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan
memberikan kontribusi terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan atau
dirangsang oleh stimulus fokal.
f. Stimulus residual adalah seluruh faktor yang mungkin memberikan kontribusi
terhadap perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat di validasi.
g. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik
melalui neural, cemikal, dan proses endokrin.
h. Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui
proses yang kompleks dari persepsi informasi, mengambil, keputusan dan
belajar.
i. Model efektor adaptif adaptif adalah kognator yaitu ; fisiologikal fungsi pean,
interdependensi dan konsep diri.
j. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia dalam
mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan
reproduksi.
k. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana
proses adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan elektrolit, aktivitas dan
istirahat eliminasi, nutrisi, sirkulasi dan pengaturan terhadap terhadap suhu,
sensasi dan proses endokrin.
l. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu dalam
satu waktu berbentuk: persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang lain dan
tingkah laku langsung. Termasuk pandangan terhadap fisiknya (body image dan
sensasi diri). Kepribadian yang menghasilkan konsistensi diri, ideal diri atau
harapan diri, moral dan etika pribadi.
m. Penampilan peran adala penampilan fungsi peran yang berhubungan denagn
tugasnya di lingkungan sosial.
n. Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang penting dan
sebagai support sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana cara memlihara
integritas fisik dengan pemeliharaan dan pengaruh belajar.
3. Model Konseptual Adaptasi Roy
Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan adalah
manusia, lingkungan, Kesehatan dan keperawatan. Unsur keperawatan terdiri dari
dua bagian yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan, juga termasuk dalam
elemen penting pada konsep adaptasi menurut Roy.
a. Manusia
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif.
Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu
kesatuan yang mempunyai input, control, output dan proses umpan balik. Proses
control adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara adaptasi.
Lebih spesifik manusia didefinisikan sebagai adaptif dengan aktivitas kognator
dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara adaptasi yaitu:
fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia deijelaskan sebagai suatu
sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat
dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat
digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, jadi manusia dilihat sebagai satu
kesatuan yang saling berhubungan antar unit fungsional secara keseluruhan atau
bebrapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem manusia
juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses control dan umpan balik
serta output
Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan
menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu
sendiri. Input atau stimulus termasuk variable standar yang berlawanan yang
umpan baliknya dapat bandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal
yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia
yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya dilakukan.
Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme
koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem
kognator regulator. Regulator dan kognator adalah digambarkan sebagai aksi
dalam hubungannya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu: fungsi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdepensi.
1) Model Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi
untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, model
fungsi fisiologis tingkat dasar terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis
dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu:
a) Oksigenasi : kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu
ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas.
b) Nutrisi : mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, menigkatkan pertumbuhan dan mengganti
jaringan yang injuri.
c) Eliminasi : yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan
ginjal.
d) Aktivitas dan istirahat : kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan
istirahat yang digunakan untuk menoptimalkan fungsio fisiologis dalam
memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh.
e) Proteksi/ perlindungan : sebagai dasar defens tubuh termasuk proses
imunitas dan struktur integumen (Kulit, rambut dan kuku) dimana hal
ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan
suhu.
f) The sense/perasaan : penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan. Sensasi
nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.
g) Cairan dan elektrolit : keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi
sistem fisiologis dapat menyebabkan ketridakseimbangan elektrolit.
h) Fungsi syaraf/ neurologis : hubungan-ghubungan neurologis
merupakan bagaian integral dari regulator koping mekanisme
seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan
mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif
yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh.
i) Fungsi endokrin : aksi endokrin adalah pengeluaran hormon sesuai
dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi
fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang siginifikan
dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme.
2) Model Konsep Diri
Model konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan
speseifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari
konsep diri ini berhubungan dengn integritas psikis antara lain persepsi,
aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari
dua komponen yaitu The Physical self dan the personal self.
a) The physical self, yaitu bagaimana sesorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya.
Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan,
seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
b) The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri,
moral-etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya
kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.

3) Model Fungsi Peran


Model fungsi peran mengenal pola-pola interaksi sosial seseorang
dalam hubungannya dengan oerang lain, yang dicerminkan dalam peran
primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat
memerankan dirinya di masyarakat sesuai kedudukannya.

4) Model interdependensi
Model interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan
oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima
cinta/kasih sayang, perhatian dan saling menghargai. Interdependensi yaitu
keseimbangan atara letergantungan dan kemandirian dalam menerima
sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan
untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan
berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya.
Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai
ekstrim, yaitu memberi dan menerima. Output dari manusia sebagai suatu
sistem adaptif adalah respon inefektif. Respon-respon yang adaptif itu
mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan respon yang
tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses
umpan balik respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada
manusia sebagai suatu sistem. Subsistem regulator dan kognator adalah
mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan lingkungan, dan
diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis dan sosial. Subsistem
regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada
sistem saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator
adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan
emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran dan
membuat alasan dan emosional yang didalamnya mempertahankan untuk
mencari bantuan.

b. Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia.
Lingkungan merupakan masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang
adaptif sama halnya lingkungan sebagai stimulasi eksternal dan internal. Lebih
lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi tiga jenis stimulus yaitu : fokal,
kontekstual dan residual. Lebih luas lagi lingkungan didefinisikan sebagai
segala kondisi, keadaan di sekitar dan mempengaruhi keadaan, perkembangan
dan perilaku manusia sebagai individu atau kelompok.

c. Kesehatan
Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi
manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau
keutuhan manusia menyatakan secara tidak langsung bahwa kesehatan atau
kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan
tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi integritas adalah sehat,
sebaliknya kondisi yang tidak ada integritas kurang sehat. Definisi kesehatan ini
lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi sehat
sejahtera.
Dalam model adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan
konsep adaptasi. Adaptasi yang bebas energi dari koping yang inefektif dan
mengizinkan manusia berespon terhadap stimulus yang lain. Pembebasan energi
ini dapat meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi kesehatan. Hal ini
adalah pembebasan energi yang menghubungkan konsep adaptasi dan
kesehatan.
Adaptasi adalah komponen pusat dalam model keperawatan. Didalamnya
menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Adaptasi dipertimbangkan
baik proses koping terhadap stressor dan produk akhir dari koping. Proses
adaptasi termasuk fungsi holistic untuk mempengaruhi kesehatan secara positif
dan itu meningkatkan integritas. Proses adaptasi termasuk semua interaksi
manusia dan lingkungan terdiri dari dua proses. Bagian pertama dari proses ini
dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yang
membutuhkan sebuah respon. Perubahan-perubahan itu adalah sterssor atau
stimulus fokal dan ditengahi oleh faktor-faktor konstektual dan residual.
Bagian-bagian stressor menghasilkan interakasi yang biasanya disebut stress.
Bagian kedua adalah mekanisme koping yang merangsang untuk menghasilkan
respon adaptif dan inefektif.
Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam
istilah kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang melipiti :
kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan yang disebut
integritas. Kondisi akhir ini adalah kondisi keseimbangan dinamik equilibrium
yang meliputi peningkatan dan penurunan respon-respon. Setiap kondisi
adaptasi baru dipengaruhi oleh adaptasi, sehingga dinamik equilibrium manusia
berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak yang besar dari stimulus dapat
disepakati dengan suksesnya manusia sebagai sistem adaptif. Jadi peningkatan
adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi pada keadaan sejahtera
atau sehat. Adaptasi kemudian disebut sebgai suatu fungsi dari stimuli yang
masuk dan tingkatan adaptasi.

d. Keperawatan
Roy (1983) menggambarkan keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktek.
Sebagai ilmu, keperawatan mengobservasi, mengklasifikasikan dan
menghubungkan proses yang secara positif berpengaruh pada status kesehatan.
Sebagai disiplin, praktek, keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan
untuk menyediakan pelayanan pada orang-orang. Lebih sepsifik dia
mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu dan praktek dari peningkatan adaptasi
untuk meningkatkan kesehatan sebagai tujuan untuk mempengaruhi kesehatan
secara positif. Keperawtaan meningkatkan adaptasi individu dan kelompok
dalam situasi yang berkaitan dengan kesehatan, jadi model adaptasi
keperawatan menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu keperawatan
dan praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan tersebut. Dalam
model tersebut, keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas
keperawatan.
Keperawatan adalah berhubungan dengan manusia sebgaia satu kesatuan
yang berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan tanggapan terhadap
stimulus internal dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor
yang tidak biasa atau koping mekanisme yang lemah membuat upaya manusia
yang biasa menjadi koping yang tidak efektif, manusia memerlukan seorang
perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun diintepretasikan untuk memberi arti
bahwa aktivitas keperawatan tidak hanya diberikan ketika manusia itu sakit.
Roy menyetujui, pendekatan holistic keperawatan dilihat sebgaai proses untuk
mempertahankan keadaan baik dan tingkat fungsi yang lebih tinggi.
Keperawatan terdiri dari dua yaitu : tujuan keperawatan dan aktivitas
keperawatan. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia
dengan lingkungan. Jadi peningkatan adaptasi dalam tiap empat cara adaptasi
yaitu : (1) fungsi fisiologis, (2) konsep diri, (3) fungsi peran dan (4)
interdependensi. Dorongan terhadap peningkatan integrita adaptasi dan
berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup dan kematian dengan
damai. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam suatu area
dengan tingkatan adaptasi manusia. Ketika stimulus fokal tersebut berada pada
area tersebut dimana manusia dapat membuat stuatu penyeusian diri atau respon
efektif. Adaptasi mebebaskan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan
memnungkinkan indivisu untuk merespon stimulus yang lain. Kondisi tersebut
dapat mencapai peningkatan penyembuhan dan kesehatan. Jadi peranan penting
adaptasi sangat ditekankan pada konsep ini.
Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan
yang digunakan pada proses keperawatan meliputi : pengkajian, diagnosa
keperawatan, tujuan, intervensi dan evaluasi. Adaptasi model keperawatan
menetapkan “data apa yang dikumpulkan, bagaimana mengidentifikasi masalah
dan tujuan utama. Pendekatan apa yang dipakai dan bagaimana mengevaluasi
edektivitas proses keperawatan.”
Unit analisis dari pengkajian keperawata adalah interaksi manusia dengan
lingkungan. Proses pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan
lingkungan. Proses pengekajian termasuk dalam dua tingkat pengkajian. Tingkat
pertama mengumpulkan data tentang perilaku manusia, dalam tiap empat cara
penyesuaian diri. Data-data tersebut dikumpulkan dari data observasi penilaian
respond an komuniokasi dengan individu. Dari data tersebut perawat membuat
keputusan sementara tentang apakah perilaku dapat menyesuaikan diri atau
tidak efektif. Tingkat kedua pengkajian adalah mengumpulkan data tentang
fokal, konteksual dan residual stimuli. Selama tingkat pengkajian ini perawat
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang diobservasi
pada pengkajian tingkat pertama. Keterlibatan ini penting untuk menetapkan
faktor-faktor utama yang mempengaruhi perilaku.

Daftar Pustaka :
Padila.2013.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Yogyakarta:Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai