Zodiak Yanuarita
Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga
Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286
E-mail : eylorne@yahoo.com
Abstrak
Sakura,tak hanya keindahannya yang menjadikannya sebagai bunga istimewa di Jepang, namun juga
nilai filosofi yang dimilikinya menjadi daya tarik tersendiri. Hal ini membawa pada rasa keindahan
Jepang yang disebut mono no aware yang selalu diwarnai dengan kesedihan dan kepiluhan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui mono no aware yang terdapat dalam peribahasa Jepang yang menggunakan
kata sakura dengan menggunakan teory folklor dan teori estetik untuk analisis. Penelitian ini bersifat
kualitatif karena penyajian data berupa penjelasan deskriptif. Dalam pengumpulan data primer, penelitian
ini menggunakan metode kepustakaan. Dari analisis, dapat disimpulkan bahwa dalam peribahasa, mono
no aware muncul melalui dua cara, yaitu pada makna tersurat dan makna tersirat sehingga tidak semua
peribahasa Jepang sakura memiliki mono no aware pada makna tersiratnya, mono no aware muncul
secara tersirat sebagai rasa keindahan dari peribahasa. Hal ini merujuk pada ciri khas peribahasa yang
menggunakan perumpamaan.
Abstract
Sakura, not only its beauty that makes it become a special flower in Japan, but also its philosophical
value which makes this flower has its attraction. It leads to the Japanese sense of beauty which is called
mono no aware thatis always identified by sadness and pathos. This research aims to find out mono no
aware in Japanese proverbs that contain the word sakura by using theory offolklore and aesthetic in
analyzing. The method used in this research is qualitative method as its data is presented in descriptive
explanation.In the data collection, this research using library review as primary source. From the analysis,
it can be concludedthat in proverbs, mono no aware appears in two mechanism: as in written and
implicitly so that not all of Sakura Japanese Proverbs have mono no aware implicitly. Mono no aware
appears implicitly as the sense of beauty of the proverbs. It is referring to the characteristic of proverbs
that use metaphor words.
184
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET - AGUSTUS 2013 : 184 - 193
keindahan mereka terhadap alam. Alam versi yang berbeda, baik dalam
dapat memberikan perasaan tenteram dan bentuk lisan maupun contoh yang
disertai dengan gerak isyarat atau alat
ketenangan batin sehingga orang Jepang pembantu pengingat atau disebut
sangat menghargai keindahan yang dengan mnemonic device”
bersumber dari alam. Keindahan yang (Dananjaja, 2007:2).
timbul dari perasaan inilah salah satunya
dikenal sebagai mono no aware (Davies Peribahasa merupakan salah satu bentuk
dan Ikeno, 2002:37). folklor lisan yang telah diciptakan oleh
sebuah kolektif yang diwariskan ke
Ungkapan terhadap keindahan alam tak generasi selanjutnya dan hal ini
hanya terdapat dalam syair dan prosa berlangsung secara terus-menerus. Oleh
Jepang, namun juga peribahasa. Dalam sebab itu melalui folklor, nilai-nilai
ungkapan tradisional Jepang, pemakaian kebudayaan asli suatu bangsa dapat
kata sakura lebih sering digunakan untuk diketahui. Untuk memahami watak
mengungkapkan hal-hal yang indah. kepribadian bangsa Jepang terlebih
Seperti dalam peribahasa 梅は香りに桜 dahulu kita harus mengetahui nila-nilai
は花 (umewa kaori ni sakura wa hana). yang terkandung dalam kebudayaan asli
Dalam kamus Kotowaza Jepang yang tercermin dalam folklornya.
Daijiten(1982:157) dijelaskan: 梅は花
Sedangkan estetika adalah salah salah
の香りで桜は花の色ですぐれている satu cabang filsafat yang mempelajari
(ume ha hana no kaori de sakura ha hana tentang keindahan. Baumgarten, seorang
no iro de sgureteiru), yang artinya bahwa filsuf asal Jerman, mendefinisikan
ume sebagai aroma dari bunga, yang aesthetic sebagai ilmu tentang
dilengkapi oleh sakura sebagai warna pengetahuan inderawi yang tujuannya
dari bunga itu sendiri. Hal inilah yang ialah keindahan (Gie, 2004:119). Nilai
mendorong peneliti tertarik untuk estetika yang dirasakan masing-masing
melakukan analisa mengenai konsep orang berbeda. Dalam hal ini, Ratna
mono no aware yang tercermin dalam mengemukakan bahwa:
peribahasa Jepang yang mengungkapkan “Estetika termasuk wilayah emosi.
keindahan, dimana keindahan tersebut Proses penikmatannya dilakukan
dilambangkan oleh bunga sakura. Tujuan dengan cara meminimalkan aspek-
dari penelitian ini adalah untuk aspek intelektual, logika, dan aspek-
aspek yang menyangkut pikiran pada
mengetahui mono no aware pada umumnya. Estetika merupakan
peribahasa Jepang yang menggunakan masalah kontemplasi, rohaniah,
kata sakura. bahkan religius. Oleh karena itulah
proses penikmatannya bersifat
Untuk menganalisa data-data yang telah subjektif.” (Ratna, 2007:8)
diperoleh, penulis menggunakan dua
Di Jepang, nilai estetiknya banyak yang
teori yaitu konsep folklor dan teori
berkaitan dengan alam. Titik estetika
estetika. Adapun pengertian folklor
Jepang adalah alam (Sutrisno&Verhaak,
menurut Danandjaja adalah sebagai
1996:118).
berikut:
“Sebagian kebudayaan suatu kolektif,
yang tersebar dan diwariskan turun 2. Metode Penelitian
temurun, diantara kolektif macam
apa saja, secara tradisional dalam
185
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET - AGUSTUS 2013 : 184 - 193
186
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET - AGUSTUS 2013 : 184 - 193
187
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET - AGUSTUS 2013 : 184 - 193
ajaran Buddha.Hal ini dapat kita lihat “Begitu indah ketika terguyur hujan,
dariartikel milik John R. Wallace pada yaitu persik, plum, dan bunga
sakura.Digunakan untuk
jurnal NichibunkenJapan Review, yang mendeskripsikan seorang wanita
membahas tentang visi estetis Murasaki yang cantik.„Penampilan Yōhiki,
Shikibu yang terdapat dalam Genji ibarat tangkai bunga yang terguyur
Monogatari. Dalam Genji Monogatari ini, air hujan‟ (Kyōen-Kyōenshū 1).”
terdapat nilai ajaran Buddha tentang
kesementaraan dan kepiluan dari sebuah Yōhiki adalah seorang putri dari Cina
keindahan yang dapat berlalu, dimana yang berasal dari Dinasti T‟ang yang
kedua hal tersebut adalah bagian dari memiliki nama asli Yuhuan. Dia adalah
dunia estetik mono no aware (Wallace, salah satu dari empat wanita yang
1998:4). tercantik sepanjang sejarah Cina 4 .
Seorang putri yang memiliki paras cantik
Mono no aware tidak hanya diibaratkan seperti tangkai bunga saat
mencerminkan wujud nyata dari sebuah terguyur air hujan. Adapun
kesementaraan kehidupan, namun juga Kōenshūadalah karya sastra dari zaman
orentasi estetis terhadap keindahan yang Cina kuno.
melekat dalam eksistensi alam yang
bersifat fana 3 .Selanjutnya, nilai ajaran Pada saat melihat bunga sakura yang
Shinto dan Buddha mengenai alam dan terguyur tetesan air hujan, sekilas akan
kefanaannya inilah yang menjadi inti dari terlihat seperti sebuah pemandangan alam
konsep estetis Jepang tentang mono no yang indah. Akan tetapi, justru ketika
aware. sakura terguyur air hujan itulah
menandakan bahwa keindahan pada
3.3 Mono no Aware pada Peribahasa sakura tersebut akan segera berakhir
Jepang yang Menggunakan Kata karena pada saat hujan reda bunga sakura
Sakura akan rontok. Sebuah keindahan sekaligus
3.3.1 雨 を 帯 た る 桃 桜 花 (ame wo kesedihan.
obitaru momo sakura hana)
Peribahasa ini memiliki arti “bunga Ketika melihat hal ini, adanya makoto
persik dan sakura yang terguyur air dalam diri orang Jepang akan
hujan”. Peribahasa ini digunakan untuk memunculkan dua perasaan yang
menggambarkan kacantikan pada seorang bertentangan sekaligus. Perasaan kagum
wanita. Hal ini dijelaskan dalam kamus akan keindahan sakurasaat terguyur air
Kotowaza Daijitensebagai berikut: hujan, seketika itu pula muncul perasaan
terharu dan sedih mengingat bunga
「雨にぬれて色つやの美しい、 sakura akan rontok setelah terguyur air
桃や李または桜の花。美しい女 hujan. Sebuah keindahan yang berasal
性の形容として用いる。『楊貴 dari keadaan yang berlawanan, yaitu
ようぼう
妃が容貌 、雨を帯たる花の枝』 sebuah kepiluan.Disinilah mono no
〔 宴 曲 ‐ 宴 曲 集 一 〕 」 aware muncul pada peribahasa 雨を帯
(Shōgakutosho, 1982:50). た る 桃 桜 花 (ame wo obitaru momo
sakura hana).
3 4
http://www.columbia.edu/cu/weai/exeas/resource http://www.sacrificeworldwide.com/2011_Histor
s/buddhism-japanese-aesthetics.html#top y_YangGuiFei.asp
188
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET - AGUSTUS 2013 : 184 - 193
189
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET - AGUSTUS 2013 : 184 - 193
190
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET - AGUSTUS 2013 : 184 - 193
keburukan dari keindahan itu sendiri, Adapun arti dari ungkapan tersebut
ketika iamemudar sehingga sudah tidak adalah: “kehidupan dunia seperti tiga hari
ada lagi keindahan. Oleh sebab itu, tanpa melihat sakura”. Maksud dari
walaupun peribahasa ini menggunakan ungkapan ini adalah bahwa keadaan
kata sakura untuk menyimbolkan dunia cepat sekali berubah seperti bunga
keindahan, namun secara tersirat, sakura, yang jika tidak dilihat dalam tiga
peribahasa ini tidak memiliki mono no hari saja, keadannya sudah berubah.
aware.Mono no aware muncul melalui
kata sakura itu sendiri sebagai simbol Pada dasarnya, di dunia tidak ada yang
keindahan yang bersifat fana. kekal abadi. Seperti halnya bunga sakura
yang rentan terhadap waktu, dunia
seisinya juga demikian. Bagi orang
3.3.5 三 日見ぬ 間の( に) 桜 (mikka Jepang, kehidupan di dunia adalah siklus
minu ma no /ni sakura) alam yang akan tergantikan oleh siklus
Peribahasa ini memiliki arti: “tiga hari alam yang selanjutnya. Baik keanggunan
tanpa melihat sakura”. Sakuraadalah bunga sakura maupun gemerlapnya dunia,
bunga yang sangat rentan. Ia mudah adalah suatu hal yang indah. Ketika
sekali rontok. Oleh karena bunga sakura melihat hal ini, akan menimbulkan
adalah bunga yang sangat rentan, maka perasaan kagum. Namun sayangnya,
jika seseorang melewatkan waktunya tiga keindahan tersebut dapat dikalahkan oleh
hari tanpa melihat sakura, ketika ia waktu.
melihat sakurakembali, keadaan bunga
sakura telah berubah.
Peribahasa ini melambangkan sebuah
Pada peribahasa ini orang Jepang keindahan, yang mana keindahan tersebut
menganggap bahwa dunia ini mudah mudah sekali berubah. Jika dilihat dari
sekali berubah, yang diibaratkan seperti makna tersiratnya, peribahasa ini tidak
bunga sakura. Hal ini seperti penjelasan memiliki mono no aware. Dalam
dari peribahasa ini, sebagai berikut: peribahasa ini, mono no aware
teralokasikan pada kata sakura yang
「桜の花が散りやすいところ melambangkan kesementaraan keindahan,
から、せの中の移り変わりの bukan pada makna tersiratnya.
激 た と え 。 」 (Shōgakutosho,
1982:1094)
4. Simpulan
“Ibarat bunga sakura yang mudah Dalam peribahasa Jepang yang
gugur, seperti itulah perjalanan menggunakan kata sakura, mono no
waktu hidup di dunia.” aware muncul melalui kata sakura itu
sendiri dan melalui makna tersirat yang
Ungkapan semacam ini terdapat dalam ada pada peribahasa. Kata sakura yang
haiku karangan Ryōta. Ryōta adalah ada pada peribahasa mencerminkan mono
seorang penyair yang hidup pada no aware karena sifat “impermanence of
pertengahan zaman Edo.Ungkapan beauty” dari sakura itu sendiri. Akan
tersebut berbunyi: 「世の中は三日見ぬ tetapi, tidak semua peribahasa sakura
間に桜かな〔蓼太句集‐春〕」(yo no memiliki mono no aware dalam makna
naka ha mikka minu ma ni sakura kana– tersiratnya. Dalam peribahasa yang
Ryōta Kushū)(Shōgakutosho, 1982:1094). memiliki mono no aware pada makna
191
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET - AGUSTUS 2013 : 184 - 193
192
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET - AGUSTUS 2013 : 184 - 193
193