Anda di halaman 1dari 10

JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET - AGUSTUS 2013 : 184 - 193

MONO NO AWARE PADA PERIBAHASA JEPANG YANG MENGGUNAKAN


KATA SAKURA

Zodiak Yanuarita
Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga
Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286
E-mail : eylorne@yahoo.com

Abstrak

Sakura,tak hanya keindahannya yang menjadikannya sebagai bunga istimewa di Jepang, namun juga
nilai filosofi yang dimilikinya menjadi daya tarik tersendiri. Hal ini membawa pada rasa keindahan
Jepang yang disebut mono no aware yang selalu diwarnai dengan kesedihan dan kepiluhan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui mono no aware yang terdapat dalam peribahasa Jepang yang menggunakan
kata sakura dengan menggunakan teory folklor dan teori estetik untuk analisis. Penelitian ini bersifat
kualitatif karena penyajian data berupa penjelasan deskriptif. Dalam pengumpulan data primer, penelitian
ini menggunakan metode kepustakaan. Dari analisis, dapat disimpulkan bahwa dalam peribahasa, mono
no aware muncul melalui dua cara, yaitu pada makna tersurat dan makna tersirat sehingga tidak semua
peribahasa Jepang sakura memiliki mono no aware pada makna tersiratnya, mono no aware muncul
secara tersirat sebagai rasa keindahan dari peribahasa. Hal ini merujuk pada ciri khas peribahasa yang
menggunakan perumpamaan.

Kata kunci : sakura, mono no aware, keindahan

Abstract

Sakura, not only its beauty that makes it become a special flower in Japan, but also its philosophical
value which makes this flower has its attraction. It leads to the Japanese sense of beauty which is called
mono no aware thatis always identified by sadness and pathos. This research aims to find out mono no
aware in Japanese proverbs that contain the word sakura by using theory offolklore and aesthetic in
analyzing. The method used in this research is qualitative method as its data is presented in descriptive
explanation.In the data collection, this research using library review as primary source. From the analysis,
it can be concludedthat in proverbs, mono no aware appears in two mechanism: as in written and
implicitly so that not all of Sakura Japanese Proverbs have mono no aware implicitly. Mono no aware
appears implicitly as the sense of beauty of the proverbs. It is referring to the characteristic of proverbs
that use metaphor words.

Keywords : sakura, mono no aware, beautifellness

1. Pendahuluan (nama salah satu bank terbesar di Jepang),


stempel yang ada di sekolah-sekolah di
Bunga sakura dapat kita jumpai hampir Jepang yang menggunakan motif sakura,
disetiap sisi kehidupan di Jepang, dan lain sebagainya 2 . Kegemaran orang
misalnya sakura mochi 1 ,Sakura Bank Jepang terhadap bunga sakura adalah
salah satu bentuk pengapresiasian rasa
1
Kue khas Jepang yang terbuat dari tepung beras
2
yang berbentuk seperti kelopak bunga sakura. The Japan Forum Newsletter, 2000. Hlm 3

184
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET - AGUSTUS 2013 : 184 - 193

keindahan mereka terhadap alam. Alam versi yang berbeda, baik dalam
dapat memberikan perasaan tenteram dan bentuk lisan maupun contoh yang
disertai dengan gerak isyarat atau alat
ketenangan batin sehingga orang Jepang pembantu pengingat atau disebut
sangat menghargai keindahan yang dengan mnemonic device”
bersumber dari alam. Keindahan yang (Dananjaja, 2007:2).
timbul dari perasaan inilah salah satunya
dikenal sebagai mono no aware (Davies Peribahasa merupakan salah satu bentuk
dan Ikeno, 2002:37). folklor lisan yang telah diciptakan oleh
sebuah kolektif yang diwariskan ke
Ungkapan terhadap keindahan alam tak generasi selanjutnya dan hal ini
hanya terdapat dalam syair dan prosa berlangsung secara terus-menerus. Oleh
Jepang, namun juga peribahasa. Dalam sebab itu melalui folklor, nilai-nilai
ungkapan tradisional Jepang, pemakaian kebudayaan asli suatu bangsa dapat
kata sakura lebih sering digunakan untuk diketahui. Untuk memahami watak
mengungkapkan hal-hal yang indah. kepribadian bangsa Jepang terlebih
Seperti dalam peribahasa 梅は香りに桜 dahulu kita harus mengetahui nila-nilai
は花 (umewa kaori ni sakura wa hana). yang terkandung dalam kebudayaan asli
Dalam kamus Kotowaza Jepang yang tercermin dalam folklornya.
Daijiten(1982:157) dijelaskan: 梅は花
Sedangkan estetika adalah salah salah
の香りで桜は花の色ですぐれている satu cabang filsafat yang mempelajari
(ume ha hana no kaori de sakura ha hana tentang keindahan. Baumgarten, seorang
no iro de sgureteiru), yang artinya bahwa filsuf asal Jerman, mendefinisikan
ume sebagai aroma dari bunga, yang aesthetic sebagai ilmu tentang
dilengkapi oleh sakura sebagai warna pengetahuan inderawi yang tujuannya
dari bunga itu sendiri. Hal inilah yang ialah keindahan (Gie, 2004:119). Nilai
mendorong peneliti tertarik untuk estetika yang dirasakan masing-masing
melakukan analisa mengenai konsep orang berbeda. Dalam hal ini, Ratna
mono no aware yang tercermin dalam mengemukakan bahwa:
peribahasa Jepang yang mengungkapkan “Estetika termasuk wilayah emosi.
keindahan, dimana keindahan tersebut Proses penikmatannya dilakukan
dilambangkan oleh bunga sakura. Tujuan dengan cara meminimalkan aspek-
dari penelitian ini adalah untuk aspek intelektual, logika, dan aspek-
aspek yang menyangkut pikiran pada
mengetahui mono no aware pada umumnya. Estetika merupakan
peribahasa Jepang yang menggunakan masalah kontemplasi, rohaniah,
kata sakura. bahkan religius. Oleh karena itulah
proses penikmatannya bersifat
Untuk menganalisa data-data yang telah subjektif.” (Ratna, 2007:8)
diperoleh, penulis menggunakan dua
Di Jepang, nilai estetiknya banyak yang
teori yaitu konsep folklor dan teori
berkaitan dengan alam. Titik estetika
estetika. Adapun pengertian folklor
Jepang adalah alam (Sutrisno&Verhaak,
menurut Danandjaja adalah sebagai
1996:118).
berikut:
“Sebagian kebudayaan suatu kolektif,
yang tersebar dan diwariskan turun 2. Metode Penelitian
temurun, diantara kolektif macam
apa saja, secara tradisional dalam

185
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET - AGUSTUS 2013 : 184 - 193

Data dalam penelitian kualitatif bersifat 教訓・知識・興趣などをもった


deskriptif, karena berupa narasi cerita, 簡 潔 な 言 葉 」 (Mutsumura,
penuturan informan, dokumen pribadi 1988:899)
(foto dan diary), perilaku, gerak tubuh
“kotowaza adalah kata atau frasa
dan hal lainnya yang tidak di dominasi singkat yang digunakan oleh orang
oleh angka-angka sebagaimana pada sejak jaman dahulu untuk
penelitian kuantitatif (Idrus, 2009:25). mengungkapkan suatu hal seperti
Dalam pengumpulan data, peneliti ironi, pesan moral, pengetahuan,
menggunakan metode kepustakan yang ketertarikan, dan sebagainya”.
kemudian data-data tersebut diolah dan
dianalisis dengan menggunkan teori yang Lindawati (2008) menyatakan bahwa
ada. bahwa salah satu kelebihan peribahasa
adalah ia memiliki nilai estetik yang
3. Hasil dan Pembahasan terwujud dalam cara penyampaian
maknayang tercermin dalam bagaimana
3.1 Peribahasa suatu pesan disampaikan. Hal ini dapat
Peribahasa merupakan salah satu wujud kita lihat pada kalimat peribahasa yang
kebudayaan masyarakat. Dalam berupa perumpamaan yang memiliki
peribahasa terkandung beraneka makna makna tersirat tetentu untuk
yang berupa kalimat perumpamaan, menyampaikan maksud dan tujuan dari
dimana kalimat ini diturunkan secara peribahasa tersebut.
turun-temurun dari generasi ke generasi.
Hal ini sesuai dengan pengertian Hosokawa dalam Palandi (2010)
peribahasa menurut Mieder, yaitu: menyatakan bahwa ada tiga konsep
“A proverb is a short, generally konsep budaya yang menjadi dasar dalam
known sentence of the folk which ungkapan bahasa Jepang, yaitu:
contains wisdom, truth, morals, and kankakusei (intuisi), kansetsusei (ketidak-
traditional views in a metaphorical,
langsungan), dan kyoukansei (rasa
fixed and memorizable form and
which is handed downfrom simpati). Ketiga konsep budaya ini
generation to generation.” (Mieder, menjadi landasan bahasa Jepang yang
2004:3) selalu diekspresikansecara tidaklangsung
dan menjadi cikal-bakal munculnya gaya
“Peribahasa adalah kalimat pendek
bahasa berupa perumpamaan.
yang dikenal secara umum dari
suatu masyarakat yang mengandung
kebijaksanaan, kebenaran, moral, 3.2 MononoAware
dan pandangan tradisional yang 3.2.1 Sejarah Mono no Aware
terwujud dalam bentuk Pada awal mulanya, istilah mono no
perumpamaan, tetap, dan mudah
diingat yang diwariskan dari
aware ini lahir dari kata aware. Mono no
generasi ke generasi.” aware adalah konsep keindahan yang
diidentikkan dengan sesutau yang bersifat
Di Jepang, peirbahasa disebut sebagai sedih. Hal ini seperti yang dijelaskan
kotowaza. Menurut Kamus Besar Dajirin sebagai berikut:
pengertian kotowaza adalah sebagai 「平安時代につちかわれた文学
berikut: および美学上の理念。その中心
「ことあざ{諺}昔から人々の には自然人生の諸相に現れるつ
間で言いならわされた、風刺・ かの間に美しさに対する深くし
みじみとした理解があり、した

186
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET - AGUSTUS 2013 : 184 - 193

がって悲しみの色をたたえてい (1730-1801). Norinaga adalah salah


ることが多い。しかし、場合に seorang pengamat sastra yang berfokus
よっては感嘆と畏敬、時には喜 pada studi tentang Genji Monogatari,
びを伴う」(Kodansha, 1998:518) Kata aware juga dikenal dengan istilah
“Sebuah ungkapan yang digunakan
ahare, yang digunakan sebagai kata
pada zaman Heian (793-1185) yang
merupakan wujud apresiasi rasa iba ekspresi untuk mengungkapkan gagasan
yang mendalam terhadap keindahan hal yang bersifat senang dan sedih secara
yang bersifat sementara yang bersamaan ( Aso, dkk, 1974:32).
terdapat di alam dan kehidupan
manusia dan oleh sebab itu, mono
Lambat laun hingga di zaman Norinaga
no aware biasanya mengandung
kesedihan, yang dalam keadaan sendiri, kata awarelebih diidentikkan
tertentu hal tersebut muncul dengan sesuatu yang bersifat sedih dan
bersamaan dengan rasa kagun, penyesalan (Kodansha, 1994:1002). Oleh
takjub, atau bahkan kesenangan.” sebab itu, untuk membedakan arti kata
aware versi Norinaga dengan yang
Kata aware pada zaman Heian, terdapat sebelumnya, Norinaga menciptakan
dalam Kokinshū karya Ki no Tsurayuki sebuah ungkapan baru yang ia sebut
(868-946). Pada bagian pengantar dengan mono no aware. Dari sinilah
Kokinshu, Tsurayuki menyebutkan, istilah mono no aware muncul untuk
sebagai contohnya, ketika orang pertama kalinya.
mendengar lagu atau membaca puisi,
yang di dalamnya terdapat syair, 3.2.2 Mono no Aware dan Religiusitas
“hearing the warbler singamong the Orang Jepang
blossoms and the frog in his fresh Dalam ajaran Shinto, ada yang disebut
waters”, yang artinya, “mendengarkan dengan makoto, yaitu ketulusan.
burung berkicau diantara kuncup-kuncup Karakteristik orang Jepang yang
dan katak dalam air yang segar”maka, mengutamakan ketulusan perasaan
menurut Tsurayuki,secara spontan berhubungan dengan perihal mereka
perasaan orang tersebut akan tergerak dalam menghargai alam, terutama
dengan sendirinya, sebagai efek yang tentang ketidakabadian alam itu sendiri.
timbul dari membaca syair tersebut Orang Jepang dalam melihat keindahan
(Varley, 2000:59). Inilah yang disebut alam bukan karena keabadiannya, namun
mono no aware. justru karena kerentanan dan
kesementaraan alam itu sendiri (Varley,
Melalui contoh di atas, terlihat bahwa 2000:46). Perasaan tulus dalam
konsep dasar dari mono no aware terletak memahami akan kesementaraan
pada kemampuan tergeraknya perasaan keindahan alam inilah yang disebut mono
seseorang oleh sesuatu, baik itu perasaan no aware. Seperti yang diungkapkan oleh
yang timbul karena keindahan alam, seni, Varley (2000), karena sifat khas orang
maupun perasaan terhadap orang lain. Jepang terhadap keindahan alam yang
Sebuah kemampuan, yang menurut sementara dan kepekaan orang Jepang
Tsurayuki, akan membawa pada sebuah yang sangat dalam terhadap perjalanan
ekspresi keestetikan (Varley, 2000:59). waktu, mono no aware selalu diwarnai
dengan kesedihan dan kepiluan.
Pada abad ke 18, muncul seorang Selain berkaitan dengan ajaran Shinto,
ilmuwan bernama Motoori Norinaga mono no aware juga dikaitkan dengan

187
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET - AGUSTUS 2013 : 184 - 193

ajaran Buddha.Hal ini dapat kita lihat “Begitu indah ketika terguyur hujan,
dariartikel milik John R. Wallace pada yaitu persik, plum, dan bunga
sakura.Digunakan untuk
jurnal NichibunkenJapan Review, yang mendeskripsikan seorang wanita
membahas tentang visi estetis Murasaki yang cantik.„Penampilan Yōhiki,
Shikibu yang terdapat dalam Genji ibarat tangkai bunga yang terguyur
Monogatari. Dalam Genji Monogatari ini, air hujan‟ (Kyōen-Kyōenshū 1).”
terdapat nilai ajaran Buddha tentang
kesementaraan dan kepiluan dari sebuah Yōhiki adalah seorang putri dari Cina
keindahan yang dapat berlalu, dimana yang berasal dari Dinasti T‟ang yang
kedua hal tersebut adalah bagian dari memiliki nama asli Yuhuan. Dia adalah
dunia estetik mono no aware (Wallace, salah satu dari empat wanita yang
1998:4). tercantik sepanjang sejarah Cina 4 .
Seorang putri yang memiliki paras cantik
Mono no aware tidak hanya diibaratkan seperti tangkai bunga saat
mencerminkan wujud nyata dari sebuah terguyur air hujan. Adapun
kesementaraan kehidupan, namun juga Kōenshūadalah karya sastra dari zaman
orentasi estetis terhadap keindahan yang Cina kuno.
melekat dalam eksistensi alam yang
bersifat fana 3 .Selanjutnya, nilai ajaran Pada saat melihat bunga sakura yang
Shinto dan Buddha mengenai alam dan terguyur tetesan air hujan, sekilas akan
kefanaannya inilah yang menjadi inti dari terlihat seperti sebuah pemandangan alam
konsep estetis Jepang tentang mono no yang indah. Akan tetapi, justru ketika
aware. sakura terguyur air hujan itulah
menandakan bahwa keindahan pada
3.3 Mono no Aware pada Peribahasa sakura tersebut akan segera berakhir
Jepang yang Menggunakan Kata karena pada saat hujan reda bunga sakura
Sakura akan rontok. Sebuah keindahan sekaligus
3.3.1 雨 を 帯 た る 桃 桜 花 (ame wo kesedihan.
obitaru momo sakura hana)
Peribahasa ini memiliki arti “bunga Ketika melihat hal ini, adanya makoto
persik dan sakura yang terguyur air dalam diri orang Jepang akan
hujan”. Peribahasa ini digunakan untuk memunculkan dua perasaan yang
menggambarkan kacantikan pada seorang bertentangan sekaligus. Perasaan kagum
wanita. Hal ini dijelaskan dalam kamus akan keindahan sakurasaat terguyur air
Kotowaza Daijitensebagai berikut: hujan, seketika itu pula muncul perasaan
terharu dan sedih mengingat bunga
「雨にぬれて色つやの美しい、 sakura akan rontok setelah terguyur air
桃や李または桜の花。美しい女 hujan. Sebuah keindahan yang berasal
性の形容として用いる。『楊貴 dari keadaan yang berlawanan, yaitu
ようぼう
妃が容貌 、雨を帯たる花の枝』 sebuah kepiluan.Disinilah mono no
〔 宴 曲 ‐ 宴 曲 集 一 〕 」 aware muncul pada peribahasa 雨を帯
(Shōgakutosho, 1982:50). た る 桃 桜 花 (ame wo obitaru momo
sakura hana).

3 4
http://www.columbia.edu/cu/weai/exeas/resource http://www.sacrificeworldwide.com/2011_Histor
s/buddhism-japanese-aesthetics.html#top y_YangGuiFei.asp

188
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET - AGUSTUS 2013 : 184 - 193

Sebagai bangsa yang juga menganut


Demikian halnya dengan kecantikan pada ajaran Buddha, orang Jepang sangat
seorang wanita. Perasaan kagum muncul menghargai kesementaraan. Selain itu,
ketika melihat sosok wanita yang makoto dalam ajaran Shinto yang mereka
memancarkan kecantikan, namun di lain anut membuat perasaan mereka mudah
sisi juga muncul perasaan menyesal tergerak karena justru sifat rentan pada
karena menyadari bahwa kecantikan alam lah yang merupakan keindahan
tersebut hanya bersifat sementara. yang sesungguhnya.
Keindahan justru muncul dari adanya
さくら ち
kepiluhan ini.Adanya sifat rentan pada 3.3.3 月は 惜しまれ て入り 桜 は散 る
kecantikan yang dimiliki oleh seorang
を め で た し と す (tsuki ha
wanita inilah yang menjadi cikal bakal
munculnya mono no awaresama seperti oshimarete iri sakura ha chiru wo
pada bunga sakura. medetashitosu)
Peribahasa ini berarti “dengan enggan
rembulan tenggelam, sakura gugur
dengan anggunnya”. Ketika rembulan
3.3.2 桜 は わ ず か 七 日 (sakura ha
dan sakura dalam keadaan yang “eksis”,
wazuka nanoka)
keduanya dapat memberikan
Maksud dari peribahasa ini berkaitan
pemandangan yang indah, tetapi ketika
dengan masa hidup bunga sakura. Hal ini
tiba waktunya untuk “lenyap”, maka
sesuai dengan terjemahan dari puisi
keindahan juga akan lenyap dari
tersebut: “sakura tak lebih dari tujuh
keduanya. Peribahasa ini merupakan
hari”. Peribahasa ini mencerminkan
perumpamaan untuk manusia. Ketika
sebuah kesementaraan yang melekat pada
rembulan tenggelam maupun sakura
keindahan.
berguguran adalah sebuah pemandangan
yang mencerminkan hal yang
Bunga sakura hanya dapat memberikan
disayangkan, dalam hal ini, hal tersebut
keindahan dalam waktu tujuh hari namun
diibaratkan sepeti manusia yang berhenti
setelah itu, ia akan mulai meranggas dan
memancarkan keanggunan 5.
membutuhkan waktu yang lama untuk
bersemi kembali. Sebuah keindahan yang
Dalam hal ini, contohnya seperti pada
menandai awal dari sebuah keburukan.
saat seseorang memutuskan untuk
Keindahan yang datang dari perasaan
mundur dari jabatannya, dimana ia adalah
sedih dan dan menyesal inilah yang
seorang pekerja yang baik sehingga
mencerminkan mono no aware.
orang-orang akan menyayangkan hal
tersebut. Hal tersebut juga diungkapkan
Ketika menikmati keindahan bunga
dalam kumpulan metafora dan
sakura akan timbul perasaan kagum,
peribahasaTatoe Tsugushi yang berbunyi:
namun seketika itu pula timbul perasaan
pilu karena dibalik keindahan selama 「月が惜しまれながら沈み、桜が
tujuh hari tersebut menandakan bahwa ぱっと散るところがすばらしいよ
sakura adalah bunga yang rentan. Di いさぎよ

sinilah mono no aware terwujud, ketika うに、人は引き際を 潔 くする


dua perasaan yang berlawanan muncul
secara bersamaan. 5
http://www.city.gifu.lg.jp/c/01010432/01010432.
html

189
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET - AGUSTUS 2013 : 184 - 193

のがよいということ。〔譬喩尽- tersebut dijelaskan dalam kamus


三〕」(Shōgakutosho, 1982:753). Kotowaza Daijiten sebagai berikut:
“Adalah perumpamaan tentang 「昔ははなやかだったが、今は
kebaikan waktu akhir manusia, 年取ってしまった女性をたとえ
dimana manusia mundur dengan
ていう。『今は老木の桜木にて、
berani, yang diibaratkan seperti
rembulan yang tak rela tenggelam 色香ふたつながら消失せたれど
dan sakura yang berguguran dalam も 』 〔当 世書 生気 質 〈坪 内 逍
sekejap. (Tatoe Tsugushi 3)” 遥 〉 ‐ 六 〕 」 (Shōgakutosho,
1982: 180).
Pada saat melihat bunga sakura yang “Menggambarkan seorang wanita
bahwa dulu mempesonakan namun
berguguran ataupun rembulan yang tiba-
sekarang telah menjadi wanita tua.
tiba tenggelam oleh awan, maka akan „Sekarang,mirip seperti pohon
membuat perasaan tergerak. Lenyapnya sakura yang menua, warna dan
rembulan dan gugurnya bunga sakura aromanya mulai memudar‟
adalah hal yang disayangkan. Hal (Tōseishoseikisetsu oleh Tsubōchi
Shōyo 6).”
tersebut memunculkan kesedihan dan
kepiluhan. Akan tetapi, justru hal yang
sedih ketika rembulan lenyap dan sakura Pada usia belia atau pada saat muda,
yang gugur inilah yang merupakan wanita memancarkan kecantikan seperti
sumber dari keindahan. pohon sakura yang juga memiliki
keindahan berkat bunga-bunganya yang
Ketika manusia mundur dengan bersemi indah. Akan tetapi, seiring
keberanian, maka akan memunculkan berjalannya waktu ketika usia bertambah,
rasa kagum, rasa haru, dan hal ini dapat kecantikan seorang wanita juga akan
menjadi sebuah keindahan. Sama seperti pudar sedikit demi sedikit. Sama seperti
keindahan pada sakura ketika ia gugur pohon sakura. Makin lama pohon sakura
dan rembulan yang tenggelam yang juga akan menua sehingga menurunkan
menyisakan keindahan dibalik kesedihan. kemampuannya untuk menumbuhkan
bunga.
Keindahan dari kesedihan akan
memunculkan dua perasaan sekaligus, Dalam peribahasa ini, menunjukkan
yaitu sedih karena harus melihat bahwa kecantikan dan keindahan ada
pengunduran diri seseorang, namun di kalanya memudar dan akhirnya tidak
sisi lain ia juga merasa kagum melihat tampak lagi, seperti yang terdapat pada
pengunduran diri yang memiliki unsur pohon sakura ataupun kecantikan yang
keberanian tersebut. Dua perasaan ada pada seorang wanita. Tak selamanya
muncul dalam waktu yang bersamaan ini kecantikan dapat dimiliki oleh seorang
adalah ciri khas dari mono no aware. wanita atau juga keindahan yang ada
pada pohon sakura.

Pada dasarnya, peribahasa inimerupakan


3.3.4 老い木の桜木, (oi ki no sakuragi)
pengungkapan terhadap suatu keindahan,
Peribahasa ini memiliki arti “pohon
yang mana keindahan tersebut sudah
sakura yang menua”. Dalam
mulai memudar. Dengan kata lain, bukan
penggunaanya, peribahasa ini merupakan
sifat indah dari keindahan yang menjadi
sebuah perumpamaan untuk
inti dari peribahasa ini, namun justru
menggambarkan seorang wanita Hal

190
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET - AGUSTUS 2013 : 184 - 193

keburukan dari keindahan itu sendiri, Adapun arti dari ungkapan tersebut
ketika iamemudar sehingga sudah tidak adalah: “kehidupan dunia seperti tiga hari
ada lagi keindahan. Oleh sebab itu, tanpa melihat sakura”. Maksud dari
walaupun peribahasa ini menggunakan ungkapan ini adalah bahwa keadaan
kata sakura untuk menyimbolkan dunia cepat sekali berubah seperti bunga
keindahan, namun secara tersirat, sakura, yang jika tidak dilihat dalam tiga
peribahasa ini tidak memiliki mono no hari saja, keadannya sudah berubah.
aware.Mono no aware muncul melalui
kata sakura itu sendiri sebagai simbol Pada dasarnya, di dunia tidak ada yang
keindahan yang bersifat fana. kekal abadi. Seperti halnya bunga sakura
yang rentan terhadap waktu, dunia
seisinya juga demikian. Bagi orang
3.3.5 三 日見ぬ 間の( に) 桜 (mikka Jepang, kehidupan di dunia adalah siklus
minu ma no /ni sakura) alam yang akan tergantikan oleh siklus
Peribahasa ini memiliki arti: “tiga hari alam yang selanjutnya. Baik keanggunan
tanpa melihat sakura”. Sakuraadalah bunga sakura maupun gemerlapnya dunia,
bunga yang sangat rentan. Ia mudah adalah suatu hal yang indah. Ketika
sekali rontok. Oleh karena bunga sakura melihat hal ini, akan menimbulkan
adalah bunga yang sangat rentan, maka perasaan kagum. Namun sayangnya,
jika seseorang melewatkan waktunya tiga keindahan tersebut dapat dikalahkan oleh
hari tanpa melihat sakura, ketika ia waktu.
melihat sakurakembali, keadaan bunga
sakura telah berubah.
Peribahasa ini melambangkan sebuah
Pada peribahasa ini orang Jepang keindahan, yang mana keindahan tersebut
menganggap bahwa dunia ini mudah mudah sekali berubah. Jika dilihat dari
sekali berubah, yang diibaratkan seperti makna tersiratnya, peribahasa ini tidak
bunga sakura. Hal ini seperti penjelasan memiliki mono no aware. Dalam
dari peribahasa ini, sebagai berikut: peribahasa ini, mono no aware
teralokasikan pada kata sakura yang
「桜の花が散りやすいところ melambangkan kesementaraan keindahan,
から、せの中の移り変わりの bukan pada makna tersiratnya.
激 た と え 。 」 (Shōgakutosho,
1982:1094)
4. Simpulan
“Ibarat bunga sakura yang mudah Dalam peribahasa Jepang yang
gugur, seperti itulah perjalanan menggunakan kata sakura, mono no
waktu hidup di dunia.” aware muncul melalui kata sakura itu
sendiri dan melalui makna tersirat yang
Ungkapan semacam ini terdapat dalam ada pada peribahasa. Kata sakura yang
haiku karangan Ryōta. Ryōta adalah ada pada peribahasa mencerminkan mono
seorang penyair yang hidup pada no aware karena sifat “impermanence of
pertengahan zaman Edo.Ungkapan beauty” dari sakura itu sendiri. Akan
tersebut berbunyi: 「世の中は三日見ぬ tetapi, tidak semua peribahasa sakura
間に桜かな〔蓼太句集‐春〕」(yo no memiliki mono no aware dalam makna
naka ha mikka minu ma ni sakura kana– tersiratnya. Dalam peribahasa yang
Ryōta Kushū)(Shōgakutosho, 1982:1094). memiliki mono no aware pada makna

191
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET - AGUSTUS 2013 : 184 - 193

tersiratnya, mono no aware muncul Sutrisno, Mudji, Christ Verhaak. 1996.


sebagai nilai estetik dari peribahasa Estetika: Filsafat Keindahan.
tersebut. Hal ini terlihat ketika peribahasa Yogyakarta: Kanisius.
tersebut mengungkap akan keindahan Varley, Paul. 2000. Japanese Culture 4th
dimana justru keindahan tersebut berasal Edition. Honolulu: University of
dari kesedihan dan kepiluhan sehingga Hawaii Press.
muncul dua perasaan yang bertentangan
sekaligus. Penelitian:
Lindawati, Okatvianus. 2008.
“Rekonstuksi Nilai Budaya dari
Daftar Pustaka Peribahasa Minangkabau dalam
Asō, Isoji, dkk. 1980. Nihon Bungaku Upaya Memeperkokoh Filosofi
Gairon. Tokyo: Shūei Shuppan. Adat Basandi Syarak-Syarak
Dananjaja, James. 2007. Folklor Basandi Kitabullah (ABS-SBK)”.
Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, Lingua Didaktika (Online). Vol.
dan lain-lain. Jakarta: Pustaka 2. (51-73).
Utama Grafiti. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jur
Davies, Roger J., Osamu Ikeno. 2002. nal/2ed3085173.pdf (Diunduh
Japanese Mind: Understanding pada 21 Mei 2012)
Contemporary Japanese Culture. Palandi, Esther H. 2010. Interpretasi
Tokyo: Tuttle Publishing. Makna Metafora Bahasa Jepang:
Gie, The Liang. 2004. Filsafat Kajian Terhadap Stilistika Dan
Keindahan. Edisis Kedua. Estetika.
Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu http://repository.upi.edu/operator/
Berguna. upload/pro_2010_kimli_esther_he
Idrus, Muhammad. 2009. Metodologi sline_palandi.pdf (Diunduh pada
Penelitian Ilmu Sosial. 29 Maret 2012)
Yogyakarta: Gelora Aksara Wallace, John. R. 1998. “Anxiety of
Pratama. Erotic Longing and Murasaki‟s
Kodansha. 1994. Japan, An Illustrated Aesthetic Vision”.Nichibunken
Encyclopedia 2. Tokyo: Japan Review. (3-16).
Kodansha Ltd.
Kodansha. 1998. The Kodansha Bilingual Website:
Encyclopedia of Japan. Tokyo: The Japan Forum Newsletter No.16.2000.
Kodansha International Ltd. (Online)
Meider, Wolfgang. 2004. Proverb: A http://www.tjf.or.jp/eng/content/ja
Handbook. United States of paneseculture/pdf/ge11hana.pdf
America: Greenwood Press. (Diunduh pada 24 November
Mutsumura, Akira. 1988. Daijirin. 2011)
Tokyo: SanseidoShoten. Department of Philosophy and Religious
Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Estetika Studies
Sastra dan Budaya. Cirebon: St. Mary‟s College of
Pustaka Pelajar. Maryland.“Buddism and Japanese
Shōgakutosho. 1982. Koji Zokushin Aesthetic”.http://www.columbia.e
Kotowaza Daijiten. Tokyo: du/cu/weai/exeas/resources/buddh
Shogakukan

192
JAPANOLOGY, VOL 1 NO 2, MARET - AGUSTUS 2013 : 184 - 193

ism-japanese-aesthetics.html Simkin, Toby. “About Yang GuiFei from


(Diakses pada 29 maret 2012) SACRIFICE - The Sacrifice of
Gifushi.“Sakura to Nihon Yang
Bunka”http://www.city.gifu.lg.jp/ GuiFei” .http://www.sacrificew
c/01010432/01010432.html orldwide.com/2011_History_Yan
(Diakses pada 25 Juli 2012) gGuiFei.asp (Diakses pada
tanggal 17 Juli 2012)

193

Anda mungkin juga menyukai